IMPLEMENTASI KOMPETENSI PROFESIONAL DALAM MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN PKN : Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung.

(1)

No. Daftar FPIPS: 1676/UN.40.2.2/PL/2013

IMPLEMENTASI KOMPETENSI PROFESIONAL DALAM

MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn

(Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh:

JAMALUDIN AKBAR 0901928

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

IMPLEMENTASI KOMPETENSI PROFESIONAL

DALAM MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PADA PEMBELAJARAN PKn

(Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung)

Oleh Jamaludin Akbar

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Jamaludin Akbar 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

JAMALUDIN AKBAR

IMPLEMENTASI KOMPETENSI PROFESIONAL DALAM

MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn

(Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Aim Abdulkarim, M. Pd. NIP. 195907141986011001

Pembimbing II

Dr. H. Dadang Sundawa, M. Pd. NIP. 196005151988031002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed 196308201988031001


(4)

Skripsi ini telah diuji pada :

Hari, Tanggal : Rabu, 31 Juli 2013

Tempat : Gedung FPIPS UPI Bandung

Panitia ujian terdiri dari :

1. Ketua :

Prof. Dr. H Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001

3. Pengujii : 3.1

Prof. Dr. H. Suwarma Al Muchtar, SH, M.Pd NIP. 19530211 197803 1 002

3.2

Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M. Ed NIP. 19410715 196703 1 001 3.3

Dr. Prayoga Bestari, M. Si NIP. 19750414 200501 1 001


(5)

Jamaludin Akbar (0901928) “Implementasi Kompetensi Profesional Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Pkn (Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung).”

Kompetensi guru terdiri dari empat bagian, yakni kompetensi sosial, kompetensi padagogik, kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional. Kompetensi profesional merupakan kemampuan dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya memiliki fungsi seorang guru yang mengayomi, membimbing, medidik, serta memfasilitasi peserta didik. Dalam hal ini, kompetensi profesional guru dapat berperan sebagai proses untuk meningkatkan berpikir kritis pada siswa. Adapun tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk melihat implementasi kompetensi profesional guru terhadap tingkat berpikir kritis siswa kelas VII di SMP Negeri 15 Bandung. Penelitian ini didasarkan pada empat permasalahan, yaitu: (1) Bagaimana guru merencanakan program pembelajaran PKn yang mengindikasikan sebagai guru yang memiliki kompetensi profesional di kelas VII SMP Negeri 15 Bandung? (2) Bagaimana guru melaksanakan proses pembelajaran PKn yang mengindikasikan kompetensi profesional dalam rangka meningkatkan berfikir kritis siswa di kelas VII SMP Negeri 15 Bandung? (3) Bagaimana tingkat berpikir kritis siswa dalam pembelajaran PKn di kelas VII SMP Negeri 15 Bandung? (4) Bagaimana program yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru di SMP Negeri 15 Bandung?. Pendekatan penelitian untuk mengungkap permasalahan tersebut pada dasarnya menggunakan pradigma penelitian kualitatif, tetapi untuk temuan ini dilengkapi dengan data kuantitaif yang diperoleh melalui angket. Peneliti menggunakan penedekatan Mix Design. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data diperoleh melalui teknik wawancara, observasi, angket, studi dokumentasi, dan studi literatur.

Penelitian mengungkap bahwa: (1) Perencanaan program pembelajaran PKn yang mengindikasikan kompetensi profesional yaitu mengembangkan kerangka dasar kurikulum, mengaplikasikan beban belajar, menyusun kalender akademik, mengembangkan silabus serta menyusun RPP, (2) Pelaksanaan dalam proses pembelajaran mendikasikan kompetensi profesional dalam meningkatkan berpikir kritis siswa yaitu, guru telah menguasai standar proses pembelajaran, mengembangkan materi pembelajaran secara kreatif, memanajemen kelas dalam pembelajaran, dan menguasai standar penilaian pendidikan. (3) Kemampuan berpikir kritis pada siswa dalam pembelajaran PKn ditandi dengan termotivasinya siswa untuk mengemukakan pendapat, menemukan masalah-masalah aktual, berdiskusi dalam memecahkan masalah, memberikan kontribusi pemecahan masalah, menyimpulkan jawaban dengan alasan yang logis, mengoreksi opsi/argumen, dan mengembangkan berpikir secara kreatif dalam pembelajaran PKn. (4) Program sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru diantaranya para guru mengikuti sertifikasi guru, Kepsek mengikuti sertifikasi kepala sekolah, sekolah mengadakan pembinaan dan pelayanan, mengumpulkan administrasi pembelajaran, mengadakan pelatihan dengan mengadakan acara pembinaan disekolah/workssop (IHT), mengikutsertakan guru PKn dalam kegiatan PPDKB di SMPN 15 Bandung. Belum optimalnya guru dalam memanfaatkan teknologi dan informasi bisa dikembangkan melalui pelatihan komputerisasi di Sekolah atau mengikuti pelatihan di luar sekolah (kursus,seminar serta kegiatan lain yang dapat menunjang).


(6)

“Implementation Of Professional Competency For Improving Student’s Critical Thinking In Civics Study (The descriptive study of

seventh grade students in SMP Negeri 15 Bandung)”.

There are four fields of teacher’s competency that is social competency, pedagogic competency, personal competency and professional competency. Professional competency is a capability in taking subject study broadly and profoundly. It requires role of teacher which is nurturing, guiding, educating, and providing the students. In this case, professional competency of teacher can be considered as a process improving critical thinking of students. The purpose of this research is to find out the implementation professional competency of teacher towards the level of student’s critical thinking of seventh grade students in SMP Negeri 15 Bandung. This research is based on four questions, which are: (1) How does teacher plan for civics study program which indicates as a teacher who has professional competency of seventh grade students in SMP Negeri 15 Bandung? (2) How does teacher perform the process of civics study which indicates professional competency in order to improve student’s critical thinking of seventh grade students in SMP Negeri 15 Bandung? (3) How does level of student’s critical thinking in civics study of seventh grade students in SMP Negeri 15 Bandung? (4) How does the program which is performed by school in order to improve professional competency of teacher in SMP Negeri 15 Bandung? The research approach to reveal the problems basically uses qualitative research, yet finding of this research is equipped by quantitative data which is obtained by questionnaire. The researcher uses Mix Design approach. The research methodology uses descriptive methodology. Data are obtained by interview, observation, questionnaire, documentation review, and literature review. The research shows that: (1) Planning of civics study program which indicates professional competency is developing fundamental framework curriculum, applying duty of learning, arranging academic calendar, developing syllabus and arranging implementation plan of learning, (2) Implementation in process of study indicates professional competency in improving student’s critical thinking such as, teacher has acknowledged standard of learning process, developed learning materials creatively, managed the class in learning activities, and acknowledged standard of education assessment. (3) Capability to think critically among the students in civics study is characterized by students which are motivated to express their opinion, find out the actual problems, discuss to resolve the problems, give contribution in resolving problems, sum up the answers with logical reason, give correction about option or argument, and develop to think creatively in civics study. (4) School programs in developing professional competency of teacher are all of teacher take part in teacher’s certification, headmaster take part in headmaster’s certification, school holds managements and services, collecting learning administration, holding training by presenting management agenda or workshop, participating civics teacher in PPDKB event in SMPN 15 Bandung. Teacher has not optimal utilizing technology and information. Information can be improved by computerized training in school or by attending training outside school such as course, colloquium and other activities which can support using technology and information.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TRIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR RUMUS ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

1. Manfaat Teoritis ... 10

2. Manfaat Praktis ... 10

E. Penjelasan Istilah ... 11

1. Kompetensi Profesional ... 11

2. Berpikir Kritis ... 11

F. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 12

1. Pendekatan Penelitian ... 12

2. Metode Penelitan ... 13

3. Teknik Pengumpulan Data ... 14

G. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 16

1. Lokasi Penelitian ... 16


(8)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 17

A. Kompetensi Profesional Guru ... 17

1. Pengertian Kompetensi ... 17

2. Tujuan dan Fungsi Kompetensi Profesional Guru ... 22

3. Karakteristik Kompetensi Profesional Guru ... 28

4. Strategi Peningkatan Kompetensi Profesional Guru PKn ... 36

B. Pendidikan Kewarganegaraaan ... 42

1. Visi - Misi Pembelajaran PKn ... 42

2. Ruang Lingkup PKn ... 45

3. Kompetensi PKn ... 47

4. Model Pembelajaran PKn... 49

C. Berpikir Kritis Siswa ... 53

1. Hakekat Berpikir Kritis ... 53

2. Tujuan Berpikir Kritis Siswa ... 58

3. Karakteristik Berpikir Kritis ... 60

4. Strategi Peningkatan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Pkn ... 64

D. Kompetensi Profesional Guru PKn Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa ... 67

BAB III METODE PENELITIAN ... 74

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 74

1. Lokasi Penelitian ... 74

2. Subjek Penelitian ... 74

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 77

1. Pendekatan Penelitian ... 77

2. Metode Penelitian... 81

C. Teknik Pengumpulan Data ... 82

1. Observasi ... 82

2. Wawancara ... 85

3. Studi Dokumentasi ... 86


(9)

5. Angket atau Kuesioner ... 88

6. Triangulasi... 90

D. Tahap Penelitian ... 91

1. Persiapan Penelitian ... 91

2. Perizinan Penelitian ... 91

3. Pelaksanaan Penelitian ... 92

4. Pengolahan dan Analisis Data ... 92

5. Penyusunan Laporan ... 93

E. Tahap Pengolahan dan Analisis Data ... 93

1. Penyeleksian dan Pengelompokan Data... 94

2. Penyajian Data ... 95

3. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi Data ... 95

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 97

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 97

1. Lokasi Penelitian ... 97

2. Visi dan Misi Sekolah ... 98

3. Keadaan Guru dan Siswa ... 99

4. Keadaan Fasilitas dan Perlengkapan Sekolah ... 99

5. Subjek Penelitian ... 100

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 106

1. Deskripsi Hasil Observasi ... 107

2. Deskripsi Hasil Wawancara ... 114

3. Deskripsi Hasil Dokumentasi ... 129

4. Deskripsi Hasil Angket ... 133

C. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 167

1. Analisis dan pembahasan tentang kompetensi profesional guru dalam perencanaan pembelajaran PKn pada kelas VII di SMP Negeri 15 Bandung ... 167


(10)

2. Analisis dan pembahasan tentang kompetensi profesional guru dalam proses pembelajaran PKn dalam rangka meningkatkan berpikir kritis

siswa di kelas VII SMP Negeri 15 Bandung ... 173

3. Analisis dan pembahasan terhadap tingkat berpikir kritis siswa dalam pembelajaran PKn di kelas VII SMP Negeri 15 Bandung ... 179

4. Analisis dan pembahasan program-program SMP Negeri 15 Bandung dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru ... 186

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 192

A. Kesimpulan ... 192

B. Saran ... 194

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru harus dapat menanamkan cara berpikir yang lebih kritis pada siswa dalam pembelajaran PKn, pembelajaran yang menyajikan permasalahan agar merangsang siswa untuk berpikir lebih luas dan kritis. Strategi pembelajaran menggunakan masalah yang ada di kehidupan sehari-hari yang nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan untuk memecahkan sebuah masalah dan menemukan jawabannya serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran khususnya pelajaran PKn. Siswa hendaknya dibiasakan untuk dihadapkan pada suatu masalah, karena dengan adanya masalah siswa dituntut untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah tersebut. Akan tetapi, dalam kenyataannya proses pembelajaran di dalam kelas lebih mengarahkan kepada siswa untuk lebih menghafal materinya saja. Siswa beranggapan bahwa mata pelajaran PKn lebih cenderung kepada teori saja tanpa praktek yang mengakibatkan siswa merasa jenuh pada saat mata pelajaran PKn.

Melihat permasalahan di atas menjadi sebuah PR bagi kita semua, baik pemerintah maupun guru yang bersangkutan. Upaya mencerdaskan bangsa dan meningkatkan kualitas kinerja tenaga pengajar merupakan langkah awal, dimana pemerintah mengupayakan sumber daya guru agar terciptanya tenaga pendidik yang profesional terhadap profesinya, yakni dengan program sertifikasi guru. Sebuah program yang berisi tentang proses pemberian sertifikat pendidik bagi guru, sebuah penghargaan bagi guru ketika lolos uji kompetensi yang dinyatakan sebagai guru profesional. Selain dari pemerintah, program yang diadakan oleh pihak swastapun ikut ambil andil dalam meningkatkan keprofesionalan guru, seperti workshop, seminar.


(12)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di SMP Negeri 15 Bandung, terdapat permasalahan yang ditemukan yaitu transisi pola pikir dari pendidikan dasar menuju pendidikan menengah pertama, beragamnya persepsi siswa tentang pembelajaran PKn khususnya kinerja guru dalam proses pembelajaran, kurangnya keseriusan siswa terhadap mata pelajaran PKn yang berakibatkan kurangnya memahami dan mengetahui materi yang diajarkan oleh guru, yang menuntut mereka berpersepsi bahwa mata pelajaran PKn lebih mengharuskan mereka untuk menghafal teori saja dan metode yang digunakan saat pembelajaran masih terpaku pada metode ceramah yang menjadikan mereka merasa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung.

Tenaga pengajar di SMP Negeri 15 Bandung khususnya pada mata pelajaran PKn telah mengikuti sertifikasi keguruan, serta aktif dalam mengikuti seminar serta workshop pelatihan keguruan dimana para tenaga pengajar telah memiliki kompetensi profesional guru. Namun, dalam kenyataanya guru masih mengalami kesulitan dalam mengelola kelas sehingga kondisi kelas menjadi tidak kondusif. Dilihat dalam kegiatan diskusi dari 36 siswa hanya 27% atau 10 orang siswa saja yang aktif bertanya, menjawab dan menanggapi atau mengemukakan pendapatnya.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, padagogik, sosial dan profesional. Hal itu diperkuat dengan lahirnya permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, yang menjelaskan Empat jenis kompetensi guru beserta subkompetensi dan indikator esensialnya diuraikan sebagai berikut:

a. Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, serta menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.


(13)

b. Kompetensi padagogik

Kompetensi padagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

c. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidikan, orang tua/wali siswa, serta masyarakat sekitar.

d. Kompetensi profesional

Kompetensi profesional merupakan penguasaan dari empat kompetensi guru, yakni penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam dengan penguasaan SK dan KD yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaunginya, penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuaanya dengan mengkreatifkan pembelajaran dengan tujuan menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, memanfaatkan teknologi dan informasi serta mengaplikasikannya dalam pembelajaran dan pengembangan keprofesionalan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang menunjang untuk selalu berusaha meningkatkan keprofesionalannya.

Kompetensi profesional terdiri dari menguasai standar kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu, mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. Guru wajib mengembangkan kompetensi profesional, dikarenakan isi dalam kompetensi profesional sangatlah berperan penting dalam kemajuan peserta didik.


(14)

Hal ini diperkuat dengan Krisna (2010,a) yang menjelaskan

“pemanfaatan teknolgi dan informasi dan komunikasi yang dilakukan oleh guru dalam rangka untuk pengembangan diri dianggap masih kurang maksimal”. Dalam perkembangan zaman, tenaga pendidik dituntut menguasai pengetahuan dibidang ilmu yang diampunya sesuai dengan SK dan KD, mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, teknologi, budaya, serta diwajibkan untuk selalu mengembangkan keprofesianya secara berkelanjutan peneliti juga menemukan belum maksimalnya guru PKn SMP Negeri 15 Bandung dalam pemanfaatan teknologi dan informasi.

Lebih lanjut Kusdinarsah (2011,a) menyimpulkan “terdapat bentuk peningkatan kualitas mengajar guru PKn setelah mengikuti sertifikasi dan terdapat kontribusi guru yang lulus sertifikasi terhadap peningkatan prestasi

belajar siswa”. Oleh karena itu, kompetensi guru harus bisa diimplementasikan dan jangan hanya sebuah angin lalu tanpa ada penerapan. Kompetensi guru itu sendiri terdiri dari kompetensi padagogik, kepribadian, sosial dan profesional, dalam penelitian ini peneliti mengambil kompetensi profesional guru. Kompetensi profesional merupakan sebuah proses untuk mewujudkan terlaksananya suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut yang merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh tenaga pengajar yang bertujuan untuk mencapai cita-cita atau tujuan yang telah ditetapkan dalam perencanaan dan proses pembelajaran serta penilaian di dalam kelas.

Berdasarkan pra penelitian di atas, peneliti beranggapan bahwa kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa lebih diakarenakan faktor internal dan eksternal, yaitu faktor yang timbul dari siswa itu sendiri dan faktor yang timbul dari seorang guru. Dalam mewujudkan tujuan pembelajaran PKn di SMP Negeri 15 Bandung, maka guru perlu menarik minat dan motivasi siswa terlebih dahulu dengan pembelajaran yang menggairahkan dan menyenangkan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, maka guru harus bisa merancang pembelajaran yakni bagaimana seorang guru membuat RPP yang sesuai


(15)

dengan silabus dan bagaimana proses pembelajaran tersebut dituangkan di dalam proses pembelajaran di kelas yang kreatif serta menarik yang dapat menunjang keberhasilan tujuan pembelajaran secara optimal dan kondusif sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hal ini diperkuat dengan Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008 tentang Guru pada pasal

45 ayat 2 yang menegaskan bahwa “guru memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan di tingkat satuan pendidikan”.

Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran adalah dengan cara memperbaiki pola pembelajaran PKn di SMP Negeri 15 Bandung. Guru harus mampu menerapkan pola pembelajaran yang demokratis, supaya mata pelajaran PKn lebih meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa. Kompetensi profesional memuat bagaimana guru merancang dan melaksanakan pembelajaran di dalam kelas, dari perencanaan dan proses pelaksanaannya/persiapan apa yang guru laksanakan untuk menunjang pada proses pembelajaran, model pembelajaran apa yang digunakan supaya terciptanya motivasi belajar pada siswa serta mencetak siswa-siswa yang berprestasi, kritis dan menjadikan manusia yang berakhlak mulia, berkualitas serta menjadikan warga negara yang baik sesuai dengan tujuan dalam pendidikan kewarganegaraan.

Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Sesuai dengan isi paragraf kedua dari pendahuluan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, menyatakan :

pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien.


(16)

Melihat penyataan di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa proses pembelajaran berperan penting dalam menentukan keberhasilan pendidik dalam mendidik siswanya, yang implikasinya dapat dilihat dari segi pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke pembelajaran. Dimana pendidik menjadi fasilitator dalam pembelajaran.

Jhonson (Sapriya, 2008:115) merumuskan istilah “berpikir kritis” (critical thinking) secara etimologis, menyatakan bahwa kata “critic” dan

critical” berasal dari “krinein”, yang berarti menaksir nilai sesuatu. Dan

memberikan pengertian berpikir kritis adalah “perbuatan seseorang yang mempertimbangkan, menghargai dan menaksir nilai sesuatu hal”.

Lebih lanjut Swartz dan Perkins (Hassoubah, 2008:86-87) memandang berpikir kritis merupakan sebuah pemikiran yang logis, sebagaimana yang dikemukakannya bahwa berpikir kritis adalah:

Bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasan yang logis, memaknai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dalam membuat keputusan, menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan dan menerapkan standar tersebut.

Sementara itu Ennis (Sapriya, 2008:115) menjelaskan pengertian berpikir kritis lebih memfokuskan kepada lima kunci unsur berpikir kritis, yakni “praktis, reflektif, rasional, terpercaya dan berupa tindakan”. Menelaah pengertian berpikir kritis di atas dapat dikatakan bahwa berpikir kritis lebih memandang pada bagaimana membuat keputusan atau pertimbangan-pertimbangan.

Perlunya mengembangkan kemampuan berpikir kritis untuk para siswa di sekolah merupakan suatu tindakan kontribusi yang besar untuk guru dalam mengajar pembelajaran di kelas. Herman (Sapriya, 2008:116) menyatakan bahwa :

Inkuiri dan kemampuan berpikir kritis tumbuh subur di kelas ketika guru menilai pemikiran-pemikiran yang berbeda termasuk pemikiran yang berbeda dengan nilai yang dibawa oleh guru dan mendorong siswa untuk berpikir secara bebas.


(17)

Paul (Hassoubah, 2008:84) seorang pakar psikologi mengatakan bahwa dalam berpikir secara kritis terhadap anak-anak dalam sebuah pembelajaran terdiri dari bahasa, informasi dan prasangka, seperti yang diungkapkannya :

Hanya ketika kita mengembangkan anak-anak untuk berpikir secara kritis terhadap materi pelajaran, penggunaan bahasa, informasi yang mereka terima keadaan lingkungan, dan prasangka yang dianggap sebagai suatu kebenaran, menguji kebenaran ilmu pngetahuan dengan pengalaman dengan tujuan menjadi manusia yang bermoral dan bertanggung jawab dan melalui komitmen meraka dapat tercipta masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral.

Dasar pemikiran yang melandasi pemilihan dari kompetensi profesional guru dalam rangka meningkatkan berpikir kritis siswa sesuai dengan isi dari UU Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2007 tetang Standar Kompetensi guru mata pelajaran pendidikan dasar sampai menengah, yang dijadikan indikator dalam kompetensi profesional guru adalah :

a. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang di ampu

b. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif

c. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif

d. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri

Melihat pernyataan di atas peneliti tertarik untuk meneliti kompetensi profesional guru yang diimplementasikan dalam pembelajaran khususnya dalam pembelajaran PKn untuk meningkatkan berpikir kritis siswa dengan mengukur sejauhmana persepsi siswa tentang kompetensi profesional guru tersebut dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru PKn di SMP Negeri 15 Bandung, terdapat beberapa (potensi) positif permasalahan dalam pembelajaran, setiap kelas atau siswa mengalami masalah yang berbeda. Salah satu permasalahan yang berhasil diidentifikasi muncul dari kelas VII yang mana memiliki kemampuan berpikir kritis dalam tahap perkembangan khususnya dalam pembelajaran PKn (itu ditunjukan dengan seringnya siswa bertanya dan berargumen pada


(18)

saat pembelajaran). Transisi pola pikir dari pendidikan Sekolah Dasar menjadikan pemikiran mereka masih terfokus pada materi, sehingga beranggapan bahwa pelajaran PKn menuntut mereka untuk lebih menghafalkan teori dan membuat mereka merasa jenuh, hal tersebut terbukti dengan adanya beberapa fakta sebagai berikut:

1. Beragamnya persepsi siswa terhadap pembelajaran PKn

2. Siswa kurang memberikan respon pada saat pembelajaran PKn berlangsung.

3. Dari pemantauan hasil observasi di dalam kelas, kurang dari 37% siswa yang aktif memberikan pertanyaan maupun tanggapan. 4. Siswa lebih aktif ketika guru mengaplikasikan media dan model

pada proses pembelajaran.

5. Siswa merasa jenuh ketika guru hanya berdiskusi dan hanya menggunakan metode ceramah saja.

Rohmah (2008,a) menjelaskan bahwa keterampilan berpikir kritis

merupakan “keterampilan dengan tidak hanya berpikir tetapi berpikir untuk memperbaiki hasil mpemikiran sehingga didapat hasil pemikiran yanjg lebih baik”. Dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, peniliti bermaksud mengetahui sejauh mana implementasi kompetensi profesional pada pembelajaran PKn di SMP Negeri 15 Bandung dengan harapan memberikan hasil positif terhadap pembelajaran PKn dalam meningkatkan berpikir kritis pada siswa.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian yang berjudul Implementasi Kompetensi Profesional Guru

Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Pkn (Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung).


(19)

B. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini dapat bermuara pada pencapaian tujuan yang diharapkan, maka penulis merasa perlu merumuskan apa yang menjadi permasalahannya. Secara umum, yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah: “Apakah implementasi kompetensi profesional guru

mampu meningkatkan berpikir kritis siswa di kelas VII SMP Negeri 15 Bandung?”

Dari rumusan masalah pokok di atas, penulis merinci kembali menjadi empat sub permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana guru merencanakan program pembelajaran PKn yang mengindikasikan sebagai guru yang memiliki kompetensi profesional di kelas VII SMP Negeri 15 Bandung?

2. Bagaimana guru melaksanakan proses pembelajaran PKn yang mengindikasikan kompetensi profesional dalam rangka meningkatkan berpikir kritis siswa di kelas VII SMP Negeri 15 Bandung?

3. Bagaimana tingkat berpikir kritis siswa dalam pembelajaran PKn di kelas VII SMP Negeri 15 Bandung?

4. Bagaimana program yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru di SMP Negeri 15 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan dan identifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian dirumuskan :

1. Mengidentifikasi kontribusi kompetensi profesional guru dalam meningkatkan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran PKn. 2. Mengkaji perencanaan guru dalam merancangkan pembelajaran

PKn yang memiliki kompetensi profesional.

3. Mengidentifikasi proses pembelajaran PKn oleh guru yang memiliki kompetensi Profesional.


(20)

4. Menemukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran PKn.

5. Menganalisis tingkat berpikir kritis siswa dengan menngukur persepsi siswa dalam pembelajaran PKn.

6. Mengkaji peran Kepala Sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PKn.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Manfaat kompetensi profesional ini secara pengembangan keilmuan yaitu dapat menjadikan acuan dalam peningkatan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran PKn dan dalam pengembangan pemikiran bahwa masalah berpikir kritis siswa dapat di atasi melalui implementasi kompetensi profesional guru yaitu mendorong para guru untuk menjadi tenaga pengajar yang berkualitas dan profesional agar terciptanya siswa yang mandiri, cerdas, dan berbakti pada nusa dan bangsa, serta meningkatkan dan memperdayakan siswa kritis dalam membangun pengetahuan dan keterampilannya secara mandiri dalam pembelajaran PKn.

2. Manfaat Praktis.

Implementasi kompetensi profesional guru ini memiliki manfaat yang sangat besar bagi perkembangan pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan. Bagi para guru penelitian ini dapat memberikan dorongan untuk para guru menjadi tenaga pengajar yang berkualitas dan profesional serta dijadikan acuan untuk memperbaiki proses pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran PKn jika ditemui adanya kesalahan dalam pembelajaran. Bagi siswa penelitian ini dapat meperdayakan siswa aktif dan kreatif dalam membangun pengetahuan dan keterampilannya secara mandiri yang dijadikan acuan dalam meningkatkan berpikir kritis belajar siswa dalam pembelajaran PKn serta meningkatkan minat dan motivasi belajar untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. Kemudian bagi


(21)

sekolah selain memiliki peta prestasi profesional guru dalam pelaksanakan pembelajaran, sekolah juga akan memiliki peta hasil belajar siswa yang berguna untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan penerapan kurikulum sekolah dan pengadaan sarana dan perasarana pendukung.

E. Penjelasan Istilah

Dalam bagian ini akan dijelaskan istilah-istilah oprasional yang digunakan. Untuk menghindari kekeliruan mengenai maksud dan tujuan yang ingin dicapai, istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kompetensi Profesional

Dalam UU No 14 Tahun 2005 tenatang guru dan dosen bahwa kompetensi profesional diartikan :

Seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh tenaga pendidik dalam proses pembelajaran dimana indikator dari kompetensi profesional itu sendiri terdiri (1) Menguasai Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang di ampu (2) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif (3) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif (4) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.

2. Berpikir Kritis

Swartz dan Perkins (Hassoubah, 2008: 86-87) memandang berpikir krtis merupakan sebuah pmikiran yang logis, sebagaimana yang dikemukakannya bahwa berpikir Kritis adalah:

Bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasan yang logis, memaknai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dalam membuat keputusan, menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan dan menerapkan standar tersebut.


(22)

F. Pendekatan dan Metode penelitian. 1. Pendekatan Penelitian

Keberhasilan suatu penelitian salah satunya ditentukan oleh pendekatan yang digunakan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2012:9) penelitian kualitatif adalah

Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Berdasarkan pendapat di atas, alasan peneliti mengguanakan pendekatan kualitatif ialah untuk menjelaskan dan menerangkan peristiwa alamiah yang dialami subjek penelitian dalam hal ini menjelaskan dan menerangkan bagaimana proses perubahan kemampuan berpikir kritis siswa dalam kegiatan belajar mengajar dari hasil implementasi kompetensi profesional guru dengan bentuk uraian kata-kata yang sifatnya deskriptif.

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna menurut Sugiyono (2012:9) adalah “data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna (transferbility)”.

Pemilihan pendekatan kualitatif yang dilakukan peneliti dikarenakan pada observasi awal peneliti menemukan permasalahan yakni beragamnya persepsi siswa terhadap pembelajaran PKn di kelas VII SMP Negeri 15 Bandung dalam pemberian argumentasi pada pembelajaran PKn. Oleh karena itu, dengan pendekatan kualitatif peneliti memperoleh gambaran dari permasalahan yang terjadi secara rinci, baik itu berupa kata-kata, gambar, maupun prilaku, mengenai persepsi siswa tentang


(23)

kompetensi profesional guru dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis di SMP Negeri 15 Bandung.

Mengingat dalam proses pengumpulan data penelitian tidak hanya wawancara, peneliti juga menggunakan angket dalam pengumpulan data. Oleh karena itu, disamping menggunakan penedakatan kualitatif, peneliti juga menggunakan pendekatan kuantitatif atau mix design.

Sugiyono (2012: 7) menjelaskan pendekatan kuantitatif merupakan

“data kuantitatif berbentuk angka-angka dan analisis menggunakan

statistik”. Lebih lanjut Creswell (2012: 348) menjelaskan metode penelitian campuran (mix design) merupakan “sebuah pendekatan untuk menyelidiki suatu objek dengan mengkombinasikan atau menghubungkan

bentuk penelitian kulaitatif dan bentuk penelitian kuantitatif”.

Lebih lajut Sugiyono (2012: 27) mejelaskan bahwa metode mix design atau kualitatif dengan kuantitatif bisa digabungkan. Seperti yang diungkapkannya bahwa:

dapat digunakan bersama untuk meneliti pada obyek yang sama, tetapi tujuan yang berbeda. Metode kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis.

Penggunaan pendekatan kuantitatif sifatnya hanya statistik sederhana yang mana digunakan untuk mempresentasekan hasil persepsi siswa terhadap kinerja guru yang memiliki kompetensi profesional dan lembar pedoman observasi dengan fokus penelitian siswa yang digunakan untuk melihat persepsi siswa terhadap pembelajaran Pkn di SMP Negeri 15 Bandung.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan bagian terpenting dalam suatu penenlitian karena hal itu sangat menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian terutama dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi atau yang sedang diteliti.


(24)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.

Menurut Winanryo. S (1985 : 40) penelitian deskriptif ini memiliki ciri-ciri berikut :

Memusatkan diri pada pemecehan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang pada masala-masalah yang aktual, dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis (karena itu metode ini disebut metode analitik).

Dipilihnya metode deskriptif ini dikarenakan sesuai dengan fokus permasalahan peneliti yakni pada observasi awal ditemukan tenaga pendidik yang telah mengikuti sertifikasi keguruan, dan melihat sejauhmana implementasi kompetensi profesional guru dalam meningkatkan berpikir kritis siswa pada pembelajaran PKn khususnya pada kelas VII dikatakan beragam. Selain itu, untuk menggambarkan mengenai situasi atau kejadian yang sedang terjadi dan berhubungan dengan kondisi sekarang.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memudahkan dalam memperoleh data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, seperti observasi, wawancara, angket, studi dokumentasi, dan catatan lapangan.

1. Observasi

Sutrisno (Sugiyono, 2012: 145) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagi proses biologis dan psikologis (proses pengamatan dan ingatan). Observasi dilakukan peneliti dengan mengamati secara langsung subjek yang diteliti, seperti kinerja guru, kepala sekolah dan siswa kelas VII SMP Negeri 15 Bandung pada saat melangsungkan kegiatan pembelajaran.


(25)

Peneliti menggunakan Observasi Partisifatif. Menurut Sugiyono (2012: 227) Observasi partisifatif adalah peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang di amati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.

2. Interview (Wawancara)

Menurut Moleong (2007:150) Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara dalam penelitian ini ditunjukan kepada guru mata pelajaran PKn, siswa dan Kepala SMP Negeri 15 Bandung

3. Kuesioner (Angket)

Sugiyono (2012: 142) menjelaskan bahwa kuesioner

merupakan “teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Penggunaan angket ini dimaksudkan untuk memperoelh data yang berakitan dengan hal penelitian ini dan sumber informasinya dari subjek penelitian yang tidak lain siswa kelas VII SMP Negeri 15 Bandung. Penggunaan angket dimaksudkan untuk memperoleh data berupa keadaan atau data diri, pngalaman, pengetahuan, sikap, pendapat serta untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran PKn.

4. Studi Dokumentasi

Danial (2009:79) mengertikan bahwa studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk; grafik, gambar,surat-surat, foto, akte, dsb. Adapun dokumentasi yang dapat diperoleh dalam penelitian ini seperti memperoleh data yang dibutuhkan, seperti daftar siswa, daftar nilai, format peneilaian, organisasi sekolah, profil sekolah dan lain-lain.


(26)

5. Catatan Lapangan

Catatan yang digunakan oleh peneliti berupan tulisan tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data terhadap data penelitian kualitatif.

G. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat melakukan penelitian guna memperoleh data penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 15 Bandung, yang terletak dijalan Setiabudi No. 89, Telp 2034914 Kota Bandung. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah:

a. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada observasi awal terlihat bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemberian argumentasi pada saat pembelajaran PKn yang beragam.

b. Tenaga pendidik khusunya dalam pembelajaran PKn telah mengikuti sertifikasi guru, peneliti beranggapan bahwa kondisi tersbut sesuai dengan konsep penelitian yang akan dilaksanakan.

c. Adanya keterbukaan dari pihak sekolah terutama guru mata pelajaran PKn terhadap penelitianyang akan dilaksanakan.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 15 Bandung dengan subjek penelitiannya adalah Guru PKn, Kepala Sekolah dan siswa kelas VII SMP Negeri 15 Bandung. Peneliti mengambil 25% dari keseluruhan jumlah siswa kelas VII A-VII H sebanyak 288 siswa sehingga siswa yang memiliki subjek dalam penelitian yakni sebanyak 72 siswa. Pengambilan 72 siswa ini diambil secara acak dari kelas VII A-VII H dengan menggunakan teknik nonprobability sampling yakni dengan teknik sampling sistematis.


(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat melakukan penelitian guna memperoleh data penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 15 Bandung, yang terletak dijalan Setiabudi No. 89, Telp 2034914 Kota Bandung. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah:

a. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada observasi awal terlihat bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemberian argumentasi pada saat pembelajaran PKn berlangsung masih rendah.

b. Tenaga pendidik khusunya dalam pembelajaran PKn telah mengikuti sertifikasi guru, peneliti beranggapan bahwa kondisi tersbut sesuai dengan konsep penelitian yang akan dilaksanakan.

c. Adanya keterbukaan dari pihak sekolah terutama guru mata pelajaran PKn terhadap penelitianyang akan dilaksanakan.

2. Subjek Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 15 Bandung dengan subjek penelitiannya sebagai sumber data adalah guru PKn (3 Nara sumber), kepala sekolah dan siswa/siswi kelas VII SMP Negeri 15 Bandung.

Subjek penelitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012: 215) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,

tetapi oleh Spradley dinamakan “Social Situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian


(28)

yang ingin difahami secara lebih mendalam “apa yang terjadi” di dalamnya.

Sedangkan subjek penelitian yang menjadi sampel penelitiannya seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2003: 32) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Sering sampel dipilih secara "purposive" bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain dan seterusnya. Cara ini lazim disebut "snowball sampling" yang dilakukan secara serial atau berurutan.

Peneliti dapat menyimpulkan subjek penelitian kualitatif adalah sumber yang dapat memberikan informasi dipilih secara purposive bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Oleh karena itu, subjek yang diteliti akan ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan masalah dan tujuan peneliti. Akan tetapi, ada juga subjek yang ditentukan secara khusus dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk dijadikan sample penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sample purposive, sehingga besarnya jumlah sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi. Dalam pengumpulan data, responden di dasarkan pada ketentuan atau kejenuhan data dan informasi yang diberikan. Jika beberapa responden yang dimintai keterangan diperoleh informasi yang sama, maka itu sudah dianggap cukup untuk proses pengumpulan data yang diperlukan sehingga tidak perlu meminta keterangan dari responden berikutnya.

Berdasarkan uraian tersebut dan hasil observasi pra penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII di SMP Negeri 15 Bandung sebanyak 288 orang dengan nara sumber/subjek yang diteliti akan ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan masalah dan tujuan peneliti. Hal uatama penelitian mengambil studi deskritif hanya mengambil subjek penelitian kelas VII


(29)

saja dikarenakan terdapat transisi pola pikir dari pendidikan dasar menuju pendidikan menengah pertama, beragamanya persepsi siswa tentang pembelajaran PKn khususnya kinerja guru dalam proses pembelajaran. kurangnya keseriusan siswa terhadap mata pelajaran PKn, yang berakibatkan kurangnya memahami dan mengetahui materi yang diajarkan oleh guru, yang menuntut mereka berpersepsi bahwa mata pelajaran PKn lebih mengharuskan mereka untuk menghafal teori saja dan metode yang digunakan saat pembelajaran masih terpaku pada metode ceramah yang menjadikan mereka merasa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung.

Kelas VII terdiri dari delapan kelas, dalam hal ini peneliti mengambil delapan nara sumber siswa, yakni satu orang mewakili satu kelas hal ini diharapakan pengumpulan data menajdi lebih kuat, penentuan unit sampel dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada taraf

redundancy‟ atau datanya telah jenuh tahap ada informasi yang baru. Adapun narasumber siswa kelas VII yang diwawancarai yakni KR (VII A), SA (VII B), JA (VII C), NA (VII D), FH (VII E), TP (VII F), AF (VII G), dan EF (VII H). Kemudian data juga diperoleh dari nara sumber pendidik PKn itu sendiri yang terdiri dari tiga orang nara sumber yakni Herry Hermawan SH (HH) sebagai tenaga pengajar pelajaran PKn, Hj. Sri Mulyani M,Pd (SM) sebagai tenaga pengajar pelajaran PKn, dan Hj.Yuli Nurhayati, M.Pd (YN) sebagai kepala sekolah serta pengajar pelajaran PKn di SMP Negeri 15 Bandung. Dalam penyebaran angket, peneliti mengambil 25% dari keseluruhan jumlah siswa kelas VII A-VII H sebanyak 288 siswa sehingga siswa yang memiliki subjek dalam penelitian yakni sebanyak 72 siswa. pengambilan 72 siswa ini diambil secara acak dari kelas VII A-VII H dengan menggunakan teknik nonprobability sampling yakni dengan teknik sampling sistematis.


(30)

B.Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Keberhasilan suatu penelitian salah satunya ditentukan oleh penedekatan yang digunakan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2012: 9) penelitian kualitatif adalah,

Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Berdasarkan pendapat di atas, alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif ialah untuk menjelaskan dan menerangkan peristiwa alamiah yang dialami subjek penelitian dalam hal ini menjelaskan dan menerangkan bagaimana proses perubahan kemampuan berpikir kritis siswa dalam kegiatan belajar mengajar dari hasil implementasi kompetensi profesional guru dengan bentuk uraian kata-kata yang sifatnya deskriptif.

Pendekatan ini dipilih berdasarkan dua alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian tentang persepsi siswa tentang kompetensi profesional guru dalam meningkatkan berpikir kritis ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Kedua, pemilihan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar belakang alamiahnya. Di samping itu, metode kualitatif mempunyai adaptabilitas yang tinggi sehingga memungkinkan penulis untuk senantiasa menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian ini.

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna menurut Sugiyono (2012: 9) adalah “data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak, oleh karena itu dalam


(31)

penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna (transferbility)”.

Pemilihan pendekatan kualitatif yang dilakukan peneliti dikarenakan pada observasi awal peneliti menemukan permasalahan yakni adanya ketidakseimbangan antara siswa yang aktif dan pasif dengan persepsi yang berbeda-beda dalam menilai pembelajaarn PKn dan masih ditemukannya tingkat keberagaman kemampuan berpikir krtitis siswa dikelas VII SMP Negeri 15 Bandung dalam pemberian argumentasi pada saat pembelajaran PKn berlangsung. Serta masih pasifnya guru dalam menentukan model atau metode pembelajaran untuk menciptakan suasana kelas yang kreatif dan menyenangkan. Oleh karena itu, dengan pendekatan kualitatif peneliti memperoleh gambaran dari permasalahan yang terjadi secara rinci, baik itu berupa kata-kata, gambar, maupun prilaku, mengenai persepsi siswa terhadap kompetensi profesional guru dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis di SMP Negeri 15 Bandung.

Dengan penelitian kualitatif, peneliti sendiri dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Sugioyo (2012: 222) juga menyatakan, bahwa:

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi mendapatkan fokus penelitian, memilih informasi sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Mengingat dalam proses penelitian ini, pengukuran tingkat berpikir kritis siswa secara keseluruhan tidak hanya menggunakan metode wawancara namun juga menggunakan angket yang akan dipersentasekan berupa nilai/angka supaya datanya dapat dibuktikan kebenarannya secara keseluruhan. Oleh karena itu, disamping menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti juga menggunakan pendekatan kuantitatif secara langsung peneliti menggunakan pendekatan metode mix design.


(32)

Sugiyono (2012: 7) menjelaskan pendekatan kuantitatif merupakan

“data kuantitatif berbentuk angka-angka dan analisis menggunakan

statistik”. Penggunaan pendekatan kuantitatif sifatnya hanya statistik sederhana yang mana digunakan untuk mengetahui tingkat persentasi persepsi siswa dan lembar pedoman observasi dengan fokus penelitian siswa yang digunakan untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyikapi kinerja guru yang memiliki kompetensi profesional melalui angket.

Dalam penelitian kuantitatif sering dikenal dengan pengumpulan data dilakukan pada objek tertentu baik yang berbentuk populasi maupun sampel. Sugiyono (2012: 80) menjelaskan bahwa populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudain ditarik kesimpulannya”. Adapun populasi yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII yang berjumlah 288 orang.

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Lebih jauh Sugiyono (2012: 81)

menegaskan “untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul

-betul representatif (mewakili)”. Adapun pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik nonprobability sampling yakni dengan teknik sampling sistematis.

Menurut Sugiyono (2012: 84) teknik sampling sistematis adalah

“teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut, ganjil, genap ataupun kelipatan dari bilangan

tertentu”. Peneliti mengambil sampel dengan mengambil nomor dari

kelipatan bilangan empat. Kelas VII terdiri dari delapan kelas dimana setiap kelas terdiri dari 36 orang siswa. Jadi, setiap kelas yang bernomor urut/absen nomor 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, dan 36 (9 orang) adalah orang/siswa yang akan mewakili untuk mengisi angket yang akan disebarkan oleh peneliti kesemua kelas VII. Sehingga kalau dijumlahkan terdapat 72 orang/siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini, dan


(33)

bila dipersentasekan peneliti mengambil 25% dari populasi subjek penelitian dari 288 menjadi 72 orang.

Creswell (2012: 348) menjelaskan metode penelitian campuran (mix design) merupakan “sebuah pendekatan untuk menyelidiki suatu objek dengan mengkombinasikan atau menghubungkan bentuk penelitian kualitatif dan bentuk penelitian kuantitatif”. Mix design merupakan suatu pendekatan integratif agar mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik.

Lebih lajut Sugiyono (2012: 27) mejelaskan bahwa metode mix design atau kualitatif dengan kuantitatif bisa digabungkan. Seperti yang diungkapkannya bahwa:

dapat digunakan bersama untuk meneliti pada obyek yang sama, tetapi tujuan yang berbeda. Metode kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis.

Adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan strategi eksplanatori sekuensial. Strategi eksplanatori sekuensial, yang menurut Creswell (2012: 355) adalah metode penelitian campuran melibatkan fase pertama pengumpulan dan analisis data kualitatif yang kemudian diikuti dengan pengumpulan dan anlisis data kuantitatif pada fase kedua, yang akan menghasilkan temuan dalam sebuah penelitian.

Gambar 3.1

Strategi Eksplanatoris Sekuensial (b)

Sumber: Creswell (2012: 314)

KUAL KUAN

Kual (Pengump ulan data)

Kual (Analisis

data)

Kuan (Pengump ulan data)

Kuan (Analisis

data)

Interpretasi keseluruhan analisis


(34)

2. Metode Penelitian.

Menurut Sugiyono (2012: 2) “metodologi merupakan cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Dalam suatu penelitian, metode digunakan untuk memecahkan masalah yang akan dan sedang diteliti. Metode penelitian adalah suatu cara untuk mencari kebenaran secara ilmiah berdasarkan data yang sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Berdasarkan pendapat di atas, keberhasilan suatu penelitian salah satu penunjang oleh metode penelitian yang tepat dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, metode penelitian sangat dibutuhkan dalam suatu penelitian, karena dalam metodologi penelitian ditemukan cara-cara bagaimana objek penelitian hendak diketahui dan diamati sehingga menghasilkan data-data yang tepat sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu, kejelian seorang peneliti dalam menentukan suatu metode penelitian mutlak harus dimiliki. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah dekriptif.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu penelitian yang didasarkan pada pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta dan kenyataan-kenyataan yang ada pada saat sekarang, serta memusatkan pada masalah aktual yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nazir (1988: 63) yakni sebagai berikut,

Metode deskriptif ialah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini ialah untuk membuat deskriptif akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi. Penggunaan metode deskriptif analitis didasarkan pada asumsi bahwa penelitian ini bermaksud untuk mendapatkan keterangan atau gambar secara aktual dan faktual terhadap gejala sosial, dalam arti bahwa penelitian tersebut memusatkan pada pemecahan masalah yang terjadi pada masa sekarang, yaitu memperoleh gambaran yang nyata mengenai


(35)

persepsi siswa kelas VII SMP Negeri 15 Bandung tentang kompetensi profesional guru dalam meningkatkan berpikir kritis.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan proses yang penting dalam mendukung suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2012: 224) teknik pengumpulan data adalah,

Langkah yang paling utama dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang diterapkan.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam sebuah penelitian, karena tujuan dari penelitian itu sendiri adalah menemukan dan mendapatkan data. Jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa sumber data yang langsung memberikan data kepada peneliti, berupa keterangan-keterangan yang langsung dicatat oleh peneliti yang bersumber dari tenaga pendidik sekolah, kepala sekolah dan masyarakat setempat yang mungkin mengetahui secara rinci tentang masalah yang diteliti. Sedangkan data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti yang berupa catatan yang bersember dari rekaman atau dokumen-dokumen sebagai pelengkap data.

Adapun teknik penelitian yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah sebagai berikut.

1. Observasi

Observasi menurut Sugiyono (2012: 145) yaitu “observasi sebagai teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala

alam, dan responden yang diamati tidak terlalu besar”.

Proses observasi ini, peneliti dapat mengamati situasi-situasi yang ada di lapangan dengan mencatat apa-apa yang dianggap penting guna menunjang terhadap tujuan penelitian.


(36)

Observasi ini memberikan kemudahan terutama dalam hal memperoleh data di lapangan.

Adapun manfaat pengamatan observasi menurut Patton (Nasution 2003: 59) ialah:

a. Dengan berada dilapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi. b. Pengalaman langsung memungkinkan peneliti

menggunakan pendekatan induktif.

c. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang tidak diamati orang lain.

d. Peneliti daapt menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena berifat sensitif.

e. Peneliti dapat menemukan hal-hal di luar pesepsi responden.

f. Dalam lapangan peneliti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan akan tetapi juga memperoleh kessan pribadi.

Peneliti memperoleh data penelitian dalam hal bagaimana proses kerja guru yang memiliki kompetensi profesional. Lebih

lanjut Sugiyono (2012: 145) menjelaskan “teknik pengumpulan

data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan

dengan prilaku manusia, proses kerja...”.

Peneliti ada di tempat kegiatan orang yang diamati , tetapi tidak ikut terlibat dengan kegaiatan tersebut atau disebut dengan partisipasi pasif. Dalam hal ini, peneilti melakukan format penilaian terhadap guru yang berkompetensi profesional dan mengukur sejauh mana tingkat berpikir kritis peserta didik khususnya pada kelas VII. Lebih lanjut Spradly (Sugiyono, 2012: 229) menjelaskan objek penelitian disebut dengan “situasi sosial yang terdiri atas tiga komponen yaitu palce (tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas)”.


(37)

Tiga elemen utama tersebut, dapat diperluas, sehingga peneliti mendapatkan data lebih luas, diantaranya:

a. Space atau ruang dalam aspek fisiknya. peneliti mendapatkan data observasi bertempatkan di sekolah SMPN 15 Bandung, kelas yang di gunakan untk belajar siswa, serta ruangan yang menunjang digunakan untuk pengumpulan data lain.

b. Actor atau orang yang terlibat dalam situasi sosial tersebut, yakni guru dan siswa yang diteliti.

c. Activity atau seperangkat kegiatan yang dilakukan oleh objek penelitian, yakni bagaimana guru mengaplikasikan kompetensi profesional dalam kegiatan pembelajaran pada siswa.

d. Object atau benda-benda yang terdapat di tempat tersebut, dalam hal ini berupa keadaan kelas tersebut dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran.

e. Act atau perbuatan atau tindakan-tindakan tertentu. Melihat bagaimana guru mempersiapkan materi yang akan diajarkan, bagaiaman guru mengoleh materi tersebut, dari kegiatan awal, inti samapi akhir pembelajaran.

f. Event atau rangkaian aktivitas yang dikerjakan oleh subjek penelitian, melihat proses pembelajaran yang diapliaksiakn oleh guru dari kegaiatan awal, inti dan akhir. Serta metode pembelajaran seperti apa yang dapat meningkatakan berpikir kritis siswa. dalam hal ini juga peneliti melihat bagaiamana aktivitas siswa ketika guru mengaplikasiakan kompetensi profesional tersebut.


(38)

g. Time atau urutan kegaiatan. Seperti halnya aktivitas dalam hal ini peneliti mengamati urutan ketika proses pembelajaran, baik deri segi guru mengajar dan fedd back yang diberikan oleh siswa seperti bagaimana siswa berargumen, bertanya serta proses lainya.

h. Goal atau tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini peneliti ingin tahu sejauhmana guru PKn dalam mengapliaksiakn kompetensi profesionalnya, baik dalam penguasaan materi, mengembangkan pembelajaran secara kreatif baik dengan metode ataupun model pembelajaran baiak dengan media gambar, cetak, maupun elektronik.

i. Feeling atau emosi yang dirasakan dan diekpresikan oleh objek peneliti. Dalam hal ini peneliti melihat hasilnya yaitu tingkat berpikir kritis siwa. Seperti bagaimana siswa berpendapat, bertanya, serta partisipasi mereka dalam pembelajaran.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk memperoleh informasi dan data faktual langsung dari sumbernya. Wawancara dilakukan melalui proses tanya jawab lisan secara langsung kepada berbagai pihak, baik dengan guru pembimbing, kepala sekolah, maupun terhadap siswa-siswi yang mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas khususnya kelas VII sebagai salah satu subjek penelitian di SMP Negeri 15 Bandung yang berkaitan dengan penelitian ini. Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka peneliti juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur serta benda material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menajdi lancar.


(39)

Adapun tujuan mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Nasution (2003: 73) yaitu:

Tujuan wawancara ialah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi. Setiap kali kita mengadakan wawancara, kita harus menjelaskan apa

tujuan kita wawancara...”

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dengan menggunakan wawancara dapat memperoleh gambaran yang lebih mendalam dan objektif tentang fokus masalah yang sedang diteliti.

Adapun narasumber siswa kelas VII yang diwawancarai yakni KR (VII A), SA (VII B), JA (VII C), NA (VII D), FH (VII E), TP (VII F), AF (VII G), dan EF (VII H). Kemudian data juga diperoleh dari nara sumber pendidik PKn itu sendiri yang terdiri dari tiga orang nara sumber yakni Herry Hermawan SH (HH) sebagai tenaga pengajar pelajaran PKn, Hj. Sri Mulyani M,Pd (SM) sebagai tenaga pengajar pelajaran PKn, dan Hj.Yuli Nurhayati, M.Pd (YN) sebagai kepala sekolah serta pengajar pelajaran PKn di SMP Negeri 15 Bandung. Penentuan unit sampel dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada taraf

redundancy‟ atau datanya telah jenuh tahap ada informasi yang baru.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi digunakan sebagai teknik pengumpulan data dengan mencari dokumen yang bersifat pribadi dan resmi sebagai sumber data yang dapat dipergunakan untuk memecahkan permasalah dalam penelitian.


(40)

Berkaitan dengan hal tersebut Danial (2009: 79) menjelaskan bahwa:

Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penuduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb. Data yang diperoleh melalui kajian dokumentasi ini dapat dipandang sebagai narasumber yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Teknik ini dilakukan dengan cara melihat, menganalisa data-data yang berupa dokumentasi yang berkaitan dan menunjang penelitian. Seperti data keadaan tanaga pengajar SMP Negeri 15 Bandung, data fasilitas serta sarana dan prasarana sekolah, data keadaan siswa SMP Negeri 15 Bandung khusunya pada kelas VII, pengolahan data yang diolah oleh peneliti, gambar-gamabar penunjang dalam penelitian serta data-data lain yang menunjang dalam penelitian ini yang akan di dokumentasikan baik data tabel, gambar ataupun foto.

4. Studi Literatur

Studi literatur adalah teknik penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengkaji buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti untuk memperoleh data atau sumber-sumber informasi teoritis tentang masalah yang diteliti. Teknik ini memperkuat landasan peneliti serta melengkapi hasil penelitian yang peneliti lakukan.

Peneliti berusaha mencari data berupa pengertian-pengertian, teori-teori, dan uraian-uraian yang dikemukan oleh para ahli sebagai landasan teoritis, khususnya mengenai masalah-masalah yang relevan dengan penelitian ini. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tambahan yang menunjang masalah yang diteliti.


(41)

5. Angket atau Kuesioner (Questionnaires)

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan selain wawancara dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui angket. Untuk mendukung akurasi data dan hasil penelitian, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner sebagai pengumpul data. Angket dalam penelitian ini disebarkan kepada siswa/siswi kelas VII di SMPN 15 Bandung untuk memperoleh data mengenai tingkat berpikir kritis siswa terhadap kompetensi profesional guru di SMP Negeri 15 Bandung. Adapun populasi yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII yang berjumlah 288 orang.

Lebih jauh Sugiyono (2012: 81) menegaskan “untuk itu

sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif

(mewakili)”. Adapun pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik nonprobability sampling yakni dengan teknik sampling sistematis.

Menurut Sugiyono (2012: 84) teknik sampling sistematis

adalah “teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari

anggota populasi yang telah diberi nomor urut, ganjil, genap

ataupun kelipatan dari bilangan tertentu”. Peneliti mengambil

sampel dengan mengambil nomor dari kelipatan bilangan empat. Kelas VII terdiri dari delapan kelas dimana setiap kelas terdiri dari 36 orang siswa. Jadi, setiap kelas yang bernomor urut/absen nomor 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, dan 36 (9 orang dalam 1 kelas) adalah orang/siswa yang akan mewakili (perwakilan) untuk mengisi angket yang akan disebarkan oleh peneliti pada semua kelas VII. Sehingga kalau dijumlahkan terdapat 72 orang/siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini, dan bila dipersentasekan peneliti mengambil 25% dari populasi subjek penelitian dari 288 menjadi 72 orang.


(42)

Kuesioner menurut Sugiyono (2012: 142) adalah

“merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya”. Adapun peneliti menggunakan sekala pengukuran Rating Scale atau sekala bertingkat.

Arikunto (2010: 195) menjelaskan bahwa Rating scale, (skala bertingkat), yaitu “sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju”. Lebih lanjut Sugiyono

(2012: 97) menuturkan bahwa “...dengan rating scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam

pengertian kualitatif”. Tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tatapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainya, khusunya persepsi siswa tentang kompetensi profesional guru dalam meningkatkan berpikir kritis.

Tabel 3.1

Jumlah pengisian Angket Pada Siswa Kelas VII dengan Teknik

Sampling Sistematis

Sumber: Diolah oleh peneliti tahun 2013

Kelas No. Urut Responden Responden

Pengisian Angket Tiap Kelas

Persentase

VII A 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, dan 36 9 Orang siswa 12. 5 % VII B 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, dan 36 9 Orang siswa 12. 5 % VII C 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, dan 36 9 Orang siswa 12. 5 % VII D 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, dan 36 9 Orang siswa 12. 5 % VII E 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, dan 36 9 Orang siswa 12. 5 % VII F 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, dan 36 9 Orang siswa 12. 5 % VII G 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, dan 36 9 Orang siswa 12. 5 % VII H 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, dan 36 9 Orang siswa 12. 5 %


(43)

6. Triangulasi

Triangulasi menurut Sugioyono (2012: 241) adalah

“teknik pengumpulan data yang bersifat mengabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada”.

Lebih lanjut Sugiyono (2012: 241) membagi triangulasi atas dua jenis yakni sebagai berikut.

Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

Tujuan penelitian kualitaif lebih pada pemahaman subyek terhadap dunia sekitarnya. Nilai dari teknik pengumpulan data dengan trianggulasi data adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau kontardiksi. Oleh karena itu, dengan menggunakan teknik trianggulasi dalam pengumpulan data, maka data ynag diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti

Gambar 3.2

Triangulasi Teknik Pengumpulan Data (Bermacam-Macam Cara Pada Sumber Yang Sama)

Sumber: Sugiyono (2012: 242)

Observatif partisipatif

Dokumentasi

Wawancara mendalam

Sumber data sama


(1)

196

Jamaludin Akbar, 2013

Implementasi Kompetensi Profesional Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran PKn (Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

f. Mengembangkan manajemen kelas kembali, dengan meninjau psikologis pada peserta didik. Seperti lebih peka kembali terhadap masalah yang dihadapi oleh siswa, karena dalam hal ini guru menjadi orang tua kedua di sekolah. Memanggil siswa tersebut dan mengadakan bimbingan konseling terhadap siswa yang bermasalah dikelasnya secara personal.

g. Guru diharapkan lebih bisa memanfaatkan sarana dan pra sarana lingkungan sekolah sebagai salah satu usaha dalam meberikan susana baru dalam proses pembelajaran, seperti taman sekolah, lapangan upacara, serta ruang sekolah lain yang mampu dijadikan sebagai sarana dalam proses pembelajaran.

2. Bagi Siswa

a. Siswa diharapkan mempunyai keberanian dalam mengemukakan pendapatnya pada pembelajaran PKn. Dengan menghilangkan rasa malu dan takut salah dalam menjawab atau takut dimarahi oleh guru ketika salah mengemukakan pendapat dengan cara menjalin kekeluargaan dengan guru bersangkutan dengan menjadikan guru sebagai orang tua kedua di sekolah, dengan begitu akan menciptakan rasa keluargaan yang tinggi antara siswa dan guru.

b. Siswa diharapkan selalu memberikan kontribusi atau penilaian terhadap kinerja guru khusunya PKn, yang bertujuan untuk dijadikan sebagai intropeksi diri yang harus diperbaiki oleh guru/sekolah. Dalam hal ini, siswa diharapkan lebih berani dalam menilai guru, seperti apakah guru jarang masuk kelas, guru hanya memberikan materi dengan sistem ceramah saja, atau guru hanya diam saja ketika ada siswa tidak memperhatikan pembelajaran. Dengan cara membuat kotak penilaian guru yang di buat oleh sekolah, kinerjanya siswa memberikan penilaian yang membangun khususnya dalam pembelajaran PKn.


(2)

197

Jamaludin Akbar, 2013

Implementasi Kompetensi Profesional Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran PKn (Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

c. Siswa diharapkan selalu memberikan feed back dengan memiliki motivasi dalam dirinya untuk dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran PKn. Partisipasi aktif disini siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru tepat pada waktunya, membuat dan menyiapkan media pembelajaran yang dibuatnya sendiri serta kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan oleh siswa dalam meningkatkan motivasi mereka dalam proses pembelajaran PKn. 3. Bagi Sekolah

a. Mengadakan sistem penghargaan/reward kepada guru PKn yang berkinerja baik dalam melaksanakan pembelajarannya serta kontribusinya. Pemberian reward ini merupakan tindakan positif supaya memancing guru lain khususnya guru PKn untuk memberikan kontribusi yang terbaik bagi siswa, umumnya untuk kemajuan sekolah, seperti memberikan bea siswa kepada guru yang memberikan kontribusi positif untuk sekolah berupa diberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

b. Mengadakan pelatihan keguruan bertemakan komputerisasi atau pemanfaatan web internet dalam pendidikan dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru khususnya pada pemanfaatan teknologi, komunikasi dan informasi. Seperti program pelatihan pengoprasian komputer dasar berupa bagaimana memanfaatkan Microsoft Office yang baik dan benar dalam pengaplikasiannya pada proses pembelajaran, menggunakan dan memanfaatkan web internet serta social

network (emaile, Facebook, twitter dll) sebagai sumber belajar.

c. Melengkapi sarana dan prasarana yang dapat menunjang keberhasilan dalam pembelajaran khususnya dalam pendidikan PKn khususnya seperti buku-buku relevan yang menunjang pada pembelajaran PKn, serta membuat labolatorium PKn dalam kepentingan sebagai tempat guru dan siswa mengumpulkan


(3)

198

Jamaludin Akbar, 2013

Implementasi Kompetensi Profesional Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran PKn (Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

aspirasi, temuan dan kontribusi guru dan siswa dalam pembelajaran PKn.

4. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

a. Jurusan PKn diharapkan menerapkan pembelajaran kepada mahasiswa/calon guru PKn tentang ilmu komputerisasi. Sesuai dengan perkembangan zaman globalisasi teknologi (global

education) dan informasi yang semakin berkembang menuntut

para calon tenaga pendidik untuk mampu menguasai pengoprasian komputer. Karena dalam dunia pendidikan media teknologi dan komunikasi ikut andil dalam perkembangan peserta didik.

b. PKn yang memiliki tujuan to be good and smart citizenship. Jurusan PKn diharapkan untuk lebih memberikan masukan dan saran kepada mahasiswa untuk melakuan pengkajian terhadap kompetensi guru PKn yang berhubungan dengan profesionalitas seorang tenaga pengajar PKn di sekolah demi mencetak tenaga pengajar yang berkualitas dan berkompeten dengan tujuan menciptakan pesereta didik menjadi manusia seutuhnya beridiologi Pancasila yang tercantum pada UUD 1945.

c. Materi mata pembelajaran PKn yang terkait dalam pembahasan skripsi ini, peneliti mengharapkan mengalami tingkatnya wawasan pengayaan tentang kompetensi guru di sekolah.

5. Untuk Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti mengenai peranan kompetensi profesional guru, mengingat tujuan dari kompetensi profesional guru tidak hanya meningkatkan berpikir kritis siswa diharapakan dapat menggali lebih dalam lagi tentang implementasi kompetensi guru terhadap perkembangan peserta didik serta peneliti selanjutnya bisa menemukan penelitian yang berhubungan dengan kompetensi padagogik, pribadi, dan sosial yang dikaitkan dengan variabel hasil penelitian yang lebih mendukung kembali.


(4)

Jamaludin Akbar, 2013

Implementasi Kompetensi Profesional Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran PKn (Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku

Agung, I. (2012). Mengasilkan Guru Kompeten dan Profesional. Jakarta: Bee Media Indonesia

Anwar, K dan Harmi, H. (2011). Perencanaan Sistem Pembelajaran (KTSP). Bandung: Alfabeta

Aqib, Z. (2010). Menjadi Guru Profesional Berstandar Nasional. Bandung: Yrama Widya

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Budimansyah, D.(2009). Pembelajaran Pendidikan Kesadaran Kewarganegaraan Multidimensional. Bandung: PT Genesindo

Creswell, W. J. (2012). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,

dan Mix. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Danial, E. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Daryono, M. (1998). Pengantar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: Rineka Cipta

Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis (Sebuah Pengantar). Jakarta : Erlangga Hassoubah, Z. I. (2008). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung :

Nuansa

Komalasari. K. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama

Kunandar. (2011). Guru Profesional (implementasi Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan {KTSP}). Jakarta: PT Rajawali Pers

Moleong, L.J., (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Nazir, M. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia.


(5)

Jamaludin Akbar, 2013

Implementasi Kompetensi Profesional Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran PKn (Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Nurmalina, K. dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan kewarganegaraan. Bandung: Lab PKn UPI

Rahmat. Et al (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Lab PKn UPI

Rakhmat. J. (2012). Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya

Rukmana. A dan Suryana. A. (2010). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan

Sanjaya, W. (2011). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Sapriya. (2008). Pendidikan IPS. Bandung: Labratorium PKn

Sarimaya, F. (2009). Sertifikasi Guru (Apa, Mengapa dan Bagaimana). Bandung : Yrama Widya

Saudagar, F dan Idrus, A. (2011). Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta: Gaung Persada

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono. (2012). Metode Penelititan Kuatitatif, Kualitatif dan R&D (Metode

Penelitian dan pengembangan). Bandung : Alfabeta

Sutarsih. C dan Nurdin. (2010). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan

Usman, M. U. (2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Wahyudi, I. (2012). Mengejar Profesionalisme Guru (Strategi Praktis

Mewujudkan Citra Guru Profesional). Jakarta : Prestasi Pustaka

Winanryo, S. (1985). Pengertian Penelitian Ilmiah : Dasar Metode dan

Tehnik. Bandung : Tarsito

Wuryan, S dan Syaifullah. (2009). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung: Laboratorium PKn


(6)

Jamaludin Akbar, 2013

Implementasi Kompetensi Profesional Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran PKn (Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Peraturan Pemerintah

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Peraturan Pemerintah No.74 tahun 2008 tentang Guru

Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru

Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

3. Skripsi

Rohmah. D. (2008). Penerapan Model Kooperative Learning Melalui Teknik

Jigsaw Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (PTK Dalam Proses Pembelajaran Pkn Di Kelas X C SMA Lab. Percontohan UPI Badnung Tahun Ajaran 2007-2008).

Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan Kusdinarsah. (2011). Pengaruh Sertifikasi Guru Terhadap Peningkatan

Kemampuan Profesional Mengajar Guru Pkn (Studi Korelasi Terhadap Guru Pkn SMA Se-Kabupaten Bandung). Skripsi

Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Kusmiati, M. (2004). Peranan Tata Tertib Asrama Dalam Menumbuhkan

Perilaku Disiplin Siswa di Sekolah. Skripsi Sarjana pada FPIPS

UPI Bandung: tidak diterbitkan

Krisna. S. N. (2010). Studi Terhadap Kompetensi Profesional Guru Pada

Pelaksanaan KTSP Dalam Pembelajaran Pkn Di Sekolah. (Studi Deskriptif Di Beber4apa SMA Di Kota Tasikmalaya). Skripsi


Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL INKUIRI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII SMP

0 16 152

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR ALJABAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM MATEMATIKA PADA SISWA SMP KELAS VII

20 90 540

IMPLEMENTASI QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIKA SISWA SMP-LB Implementasi Quantum Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematika Siswa SMP-LB Tunagrahita (PTK Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII C SLB Negeri

0 1 19

PERANAN PEMBELAJARAN PKN DALAM MENINGKATKAN SIKAP NASIONALISME SISWA SMP: Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015.

0 0 16

PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Deskriptif Analitis di SMA Negeri 15 Bandung).

0 1 46

IMPLEMENTASI MODEL WORD SQUARE DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN: Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung.

0 4 23

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP: Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII di Salah Satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung.

1 3 51

PERANAN PEMBELAJARAN PKN DALAM MENINGKATKAN SIKAP NASIONALISME SISWA SMP: Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2014 2015 - repository UPI S PKN 1100833 Title

0 1 4

DEFRAGMENTING BERPIKIR PSEUDO SISWA DALA

0 0 21

Pelatihan Keterampilan Berpikir Ilmiah p

0 0 1