IMPLEMENTASI MODEL WORD SQUARE DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN: Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung.

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tertuang dalam konstitusi negara bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, tujuan yang dirumuskan oleh para pahlawan pada saat meraih kemerdekaan Republik Indonesia. Tujuan tersebut mengandung arti bahwa Indonesia harus mempunyai kemauan untuk mencerdaskan kehidupan warga negaranya.

Untuk mencapai tujuan nasional haruslah didorong dan didukung oleh berbagai aspek kehidupan, salah satu aspek kehidupan yang mempunyai kontribusi besar dan dapat diselaraskan dengan tujuan tersebut adalah melalui pendidikan. Pendidikan sejatinya akan merubah perilaku seseorang, baik dari tingkahlaku, pemikiran ataupun tindakan. Melalui perubahan tersebut maka seseorang akan mengerti dan memahami apa yang seharusnya diperbuat.

Menurut Sofhian (2011, hlm. 6) pendidikan dapat diartikan segala proses perubahan sikap dan perilaku individu atau kelompok individu melalui pengayaan pengetahuan dan penguatan keasadaran. Dari titik ini dapat dijelaskan bahwa pendidikan hanya akan dapat memberi pengaruh berupa perubahan atau pendewasaan sikap dan perilaku bagi seseorang ketika segala pengetahuan yang didapatkan pada proses tersebut berubah menjadi kesadaran.

Secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Hal yang perlu kita sadari bahwa melalui usaha secara terencana dengan tujuan yang jelas maka akan dihasilkan warga negara yang berkompeten dan berkualitas. Selain itu pendidikan mempunyai fungsi dan tujuan sebagaimana tertulis :


(2)

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab

Dari fungsi dan tujuan yang ada, bahwa pendidikan yang seutuhnya dapat membantu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh seseorang dan membantu dirinya untuk menjadi manusia cerdas serta mampu mewujudkan tujuan bangsanya. Salah satu displin keilmuan yang selaras dengan dasar konstitusi negara Indonesia adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam pasal 37 ayat 2 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tercantum : isi kurikulum setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan tinggi wajib memuat (a) Pendidikan Agama; (b) Pendidikan Kewarganegaraan dan (c) Bahasa.

Pernyataan tersebut menandakan bahwa hanya ada 3 muatan wajib dalam setiap jenjang pendidikan, dilihat dari keagaaman atau spiritual untuk menjadikan manusia yang beriman dan bertakwa akan diisi oleh Pendidikan Agama, dilihat dari pembentukan ahlak yang mulia dan menjadi warga negara yang baik bertanggungjawab akan dibahas dalam PKn dan dilihat dari komunikasi antar warga negara akan disampaikan oleh Bahasa.

Secara subtatantif dan pedagogis PKn didesain untuk mengembangkan warganegara yang cerdas dalam seluruh jalur dan jenjang pendidikan, serta sudah menjadi bagian inheren dari implementasi pendidikan nasional Indonesia dalam lima status :

1. Sebagai mata pelajaran disekolah; 2. Sebagai mata kuliah di perguruan tinggi;

3. Sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka program pendidikan guru;

4. Sebagai program pendidikan politik yaitu sebagai suatu crash program; 5. Sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan

kelompok pakar terkait yang dikembangkan sebagai landasan dan kerangka berpikir mengenai Pendidikan Kewarganegaraan. Ganeswara (2008, hlm. 1) Dari lima status yang tertulis dapat disimpulkan bahwa PKn sangat erat kaitannya dalam mengembangkan pendidikan di setiap jenjangnya. Sejalan dengan


(3)

paradigma baru yang menyebutkan, PKn (Civic Education) sebagai salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor “value based education” dengan kerangka sistemik sebagai berikut :

1. Secara kurikuler bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga Negara Indonesia yang berahlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggungjawab;

2. Secara teoritik memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik (civic knowledge, civic despotition, dan civic skill) yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks susbtansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela Negara;

3. Secara programatik, menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman dalam bentuk perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntunan hidup bagi warga Negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis dan bela Negara. Budimansyah, 2003 (dalam Komalasari, 2010, hlm. 265)

Berdasarkan pada pandangan yang membahas tentang PKn yang begitu fundamental kiranya warga negara dalam hal ini adalah siswa harus diberi asupan konsep-konsep pendidikan kewarganegaraan sejak dini, menimbang banyak hal positif yang termuat didalamanya. Pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) konsep pemahaman ini disampaikan sebagai suatu mata pelajaran yang harus diterima oleh siswa dari seorang guru. Melalui guru mata pelajaran maka segala hal yang berkaiatan dengan PKn akan ditransformasikannya lewat suatu proses pembelajaran di kelas.

Menurut Komalasari (2010, hlm. 3) menjelaskan bahwa “pembelajaran adalah sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien”. Merujuk pada pendapat Komalasari bahwa melalui kegiatan pembelajaran maka siswa atau warga Negara sebagai subjek yang akan mengikuti proses pembelajaran yang dirancang dari awal perencanaan sampai dengan hasil


(4)

pembelajaran diharapkan mampu mencapai standar kompetensi yang sudah ditentukkan.

Namun disisi lain terdapat permasalahan yang timbul dalam pembelajaran PKn disekolah. Berdasarkan hasil kajian dari penelitian yang telah dilakukan, dihasilkan bahwa sebagian besar siswa kurang menyukai mata pelajaran PKn, ini terlihat ketika mengikuti proses pembelajaran sebagian besar siswa bersikap pasif serta siswa lebih bersifat pasif dengan hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru dan yang aktif dalam pembelajaran hanya guru saja Oktafia (2014, hlm. 2).

Sama halnya dengan Awaliah (2014, hlm. 1) yang menyebutkan bahwa model pembelajaran yang digunakan kurang efektif dan tidak bervariasi sehingga menyebabkan pemahaman siswa sangat rendah. Begitupun dengan hasil pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti di kelas VII-B SMPN 26 Bandung dapat dikatakan partisipasi belajar siswa tergantung kepada guru yang menyampaikan, apabila guru menggunakan metode belajar dan model pembelajaran yang bervariasi maka tingkat partisipasi belajar siswa sangat bagus berbeda dengan guru yang masih menggunakan metode konvensional maka tingkat partisipasi belajarnya akan rendah, selain itu kondisi siswa yang masih dalam masa transisi dari bangku Skolah Dasar (SD) naik satu tingkat ke SMP meraskan kesulitan dalam menerima materi ajar, oleh karenanya kepiawaian seorang guru sangat dituntut dalam permasalahan ini. Seperti yang dipaparkan oleh Karawati (2010, hlm. 4) :

Salah satu jawaban yang dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah melakukan perbaikan sistem pembelajarannya. Proses belajar mengajar merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Guru dituntut untuk menyajikan pelajaran dengan kemasan menarik yang mampu membangkitkan motivasi siswa untuk belajar bagaimanapun substansinya.

Maka sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan, statergi, metode, teknik dan model pembelajaran yang kekinian yang mampu meningkatkan partisipasi belajar siswa. Sebagaimana Sudjana dalam Hayati (2001, hlm. 6) menyebutkan “partisipasi siswa di dalam pembelajaran merupakan salah satu bentuk keterlibatan mental dan emosional” partisipasi


(5)

merupakan salah satu bentuk tingkah laku yang ditentukan oleh lima faktor, antara lain :

1) Pengetahuan/kognitif berupa pengetahuan tentang tema, fakta, aturan dan keterampilan membuat translation.

2) Kondisi situasional, seperti lingkungan fisik, lingkungan sosial, psikososial, dan faktor-faktor sosial.

3) Kebiasaan sosial, seperti kebiasaan menetap dan lingkungan.

4) Kebutuhan meliputi, kebutuhan approach (mendekatkan diri), avold (menghindari), kebutuhan individual.

5) Sikap, meliputi pandangan/perasaan, kesediaan bereaksi, interaksi sosial, mian dan perhatian (Sudjana dalam Hayati, 2001, hlm. 16).

Terdapat pula pandangan Hanif (2010) bahwa tinggi rendahnya partisipasi siswa dalam pembelajaran di kelas dapat dilihat dari keadaan atau aktivitas yang terjadi dalam pembelajaran. Partisipasi siswa dikatakan tinggi jika lebih dari 70% siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Partisipasi siswa dikatakan sedang jika 40% - 70% siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Partisipasi siswa dikatakan rendah jika kurang dari 40% siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Dengan demikian partisipasi belajar siswa harus mendapat perhatian khusus dari seorang guru, karena keberhasilan pembelajaran dapat diukur melalui partisipasi belajar siswa. Untuk itu guna meningkatkan partisipasi belajar siswa kelas VII-B SMPN 26 Bandung kali ini peneliti akan menggunakan model pembelajaran word square.

Menurut Laurance Urdang (1986) dalam skripsi Ekawijana (2011) word square is a set of work such that whenarranged one beneath another in the form of a square the read a like horizontally, artinya word square adalah sejumlah kata yang disusun saat di bawah yang lain dalam bentuk bujur sangkar dan dibaca secara mendatar dan menurun. Menurut Mujiman (2007) mengatakan model pembelajaran

word square merupakan pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya. Hal ini dapat di identifikasi melalui pengelompokkan metode ceramah

yang diperkaya yang berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran.

Dilapangan terdapat banyak penelitian yang menggunakan konsep pembelajaran kekinian yang serupa yakni dengan mengkolaborasikan konsep – konsep pembelajaran cooperative learning. Seperti yang telah dilakukan Sulastri (2012) hasil penelitian tersebut menunjukkan pengaruh yang signifikan dari


(6)

penggunaan model pembelajaran word square dalam meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Arab di kelas eksperimen dan metode konvensional pada kelas control, penelitian lain dilakukan oleh Bakti Raja (2012) yang dapat dideskripsikan bahwa penggunaan model pembelajaran word square dapat mengaktifkan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Serta Sri (2012) yang menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran word square dapat mengaktifkan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung, dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian terdahulu, sangatlah jelas bahwa model pembelajaran ini memberikan pengaruh dan kontribusi yang besar utamanya dalam proses pembelajaran yang efektif serta menyenangkan, dapat menarik minat dan partisipasi belajar siswa sehingga tercipta hubungan timbal balik antara siswa dan guru. Berangkat dari latar belakang tersebut penulis merumuskan judul penelitian “Implementasi Model Word Square Dalam Meningkatkan Partisipasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari paparan pada latar belakang terdapat identifikasi masalah yang paling utama yaitu partisipasi belajar siswa akan sangat tergantung kepada guru yang menyampaikan materi ajar pada saat proses pembelajaran, apabila guru menggunakan metode belajar dan model pembelajaran yang bervariasi maka tingkat partisipasi belajar siswa sangat bagus berbeda dengan guru yang masih menggunakan metode konvensional maka tingkat partisipasi belajarnya akan rendah.

Begitupun kondisi siswa yang baru saja mengalami masa transisi dari SD naik ketingkat SMP banyak siswa yang merasakan kesulitan untuk memahami konsep pembelajaran PKn di kelas VII SMP oleh karenanya untuk menghasilkan kualitas, partisipasi pembelajaran yang bagus maka seorang guru sangat dituntut dalam menggunakan model pembelajaran yang kreatif dan inovasi.


(7)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada pada latar belakang penelitian, penulis merumuskan secara umum “bagaimana implementasi model word square dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan” . Adapun secara operasional peneliti merumuskan beberapa rumusan masalah, diantaranya :

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan model word square untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung?

2. Bagaimana proses pelaksanaaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan model word square untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung?

3. Bagaimana peningkatan/kemampuan partisipasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan model word square?

4. Bagaimana hambatan dan kendala dalam mengimplementasikan model word square pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk siswa kelas VII-B ?

D. Tujuan Penelitiaan

Adapun tujuan yang hendak ingin dicapai oleh peneliti dari penelitian yang akan dilakukan, diantaranya :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan/ partisipasi belajar siswa kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui model word square.

2. Tujuan Khusus


(8)

a. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan model word square untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa.

b. Mengetahui deskripsi proses pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan model word square.

c. Mengetahui peningkatan/kemampuan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

d. Mengetahui hambatan dan kendala yang ditemui selama mengimplementasikan model word square pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VII-B.

E. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian yang akan dilakukan ini dapat dijadikan referensi dalam melaksanakan proses pembelajaran di era modern, juga diharapkan mampu menjawab semua permasalahan yang ada dan meningkatkan kualitas pembelajaran PKn di sekolahan.

2. Manfaat Praktis

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi berbagai pihak, utamanya pihak-pihak yang berhubungan dengan dunia pendidikan seperti :

a. Bagi Peneliti

Secara garis besar penulis menaruh harapan bahwa dengan melakukan penelitian pembelajaran PKn ini, pelaksanaan pembelajaran akan dikemas secara lebih menarik sehingga hasil pembelajaran siswa akan jauh lebih baik mengingat, partisipasi siswa dalam pembelajaran merupakan sebuah keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan materi ajar.

b. Bagi Guru

Penelitian ini akan membantu guru dalam mempersiapkan rencana pembelajaran yang lebih inovatif, kreatif dan sebagai masukan yang membangun umumnya untuk semua guru dalam melihat situasi dan kondisi


(9)

pendidikan saat ini serta dapat memberikan peluang besar bagi guru dalam mengembangkan mata pelajaran PKn.

c. Bagi Siswa

Ketertarikan siswa untuk belajar mata pelajaran PKn akan semakin meningkat dan berdampak pada tingkat partisipasi belajar sehingga materi atau konsep-konsep pembelajaran akan mudah ditangkap dan dipahami .

d. Bagi Sekolah

Dapat dijadikan pedoman bagi sekolah khususnya dalam meningkatkan standarisasi pelaksanaan proses pembelajaran yang solutif.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika dari penelitian yang berjudul “Implementasi Model Word Square dalam Meningkatkan Partisipasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (studi deskriptif pada siswa kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung) adalah sebagai berikut :

1. BAB I pendahuluan yang berisikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan istilah, metodologi penelitian, struktur organisasi skripsi.

2. BAB II kajian pustaka atau landasan teoritis mengenai implementasi model word square dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (studi deskriptif pada siswa kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung).

3. BAB III metode penelitian, subjek dan lokasi penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, serta analisis dan penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai implementasi model word square dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (studi deskriptif pada siswa kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung).

4. BAB IV hasil penelitian dan pembahasan yang berisi seperti temuan-temuan hasil penelitian yang membahas mengenai, implementasi model word square


(10)

dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (studi deskriptif pada siswa kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung).


(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data penelitian. Dalam penelitian ini tempat yang dipilih adalah SMP Negeri 26 Bandung yang bertempat di Jalan Sarimanah Blok 23 Sarijadi Bandung, pertimbangan peneliti dalam memilih tempat ini dikarenakan terkait beberapa temuan, diantaranya :

a. Tingkat partisipasi belajar siswa masih sangat rendah dalam pembelajaran PKn bergantung pada metode yang dibawakan guru.

b. Karakter berpikirnya masih dipengaruhi berpikir kongkrit berbeda dengan tuntutan di SMP yang karakter berpikirnya abstrak.

c. Gaya mengajar guru yang dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian atau sumber data yang didefinisikan oleh Nasution (1998,

hlm. 11) adalah “sumber yang dapat memberikan info, yang dipilih secara purposive bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu”. Pada penelitian ini subjek peneliti

yang akan diambil datanya terdiri atas :

a. Guru Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1 (satu) orang. b. Siswa kelas VII B sebanyak 36 orang yang mengikuti pembelajaran PKn.

Subjek penelitian ini diharapkan mampu memberikan data yang dapat diyakini kebenarannya. Satu orang guru mata pelajaran PKn sebagai yang akan menerapkan model pembelajaran word square dalam proses pembelajaran di kelas serta 36 siswa kelas VII-B yang ikut melangsungkan kegiatan pembelajaran. Jumlah siswa tersebut diambil berdasarkan teknik sampling nonprobability sampling yakni dengan teknik sampling insidental yang nantinya akan mengisi angket yang sudah disediakan peneliti.


(12)

B. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Dalam melakukan penelitian tentunya peneliti harus menggunakan berbagai macam pendekatan. Hal tersebut digunakan untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh data penelitian. Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Nasution (2003, hlm 5) mengemukakan “pendekatan kualitatif ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha

memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya”.

Sugiyono (2012 , hlm. 15) menyebutkan bahwa penelitian kualitatif yaitu, Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Berdasarkan pada pendapat di atas bahwa dalam penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan secara pengamatan, berinteraksi kemudian memahami tentang apa yang telah didapatkannya, selain itu peran peneliti sangat penting utamanya dalam memberikan gambaran dari data yang dihasilkan. Seperti yang dinyatakan Nasution dalam Sugiyono, (2012, hlm. 306) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada piihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Bodgan dan Tylor dalam Mulyani (2012, hlm. 57) menyatakan bahwa

“penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang dan pelaku yang

diamati”. Sedangkan Moleong (2010, hlm. 4) yang menjelaskan penelitian kualitatif


(13)

Penelitian kualitatif itu berakar pada latar alamiah sebagai suatu keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian memanfatkan metode kualitatif, mengadakan analissi secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa kebasahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara, dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitian.

Selain menggunakan pendekatan kualitatif yang menurut peneliti dapat memberikan sejumlah data yang sifatnya actual dan kontekstual. Menurut Nana

(2012, hlm. 72) “penelitian deskriptif dalam bidang pendidikan dan kurikulum

pengajaran merupakan hal yang cukup penting, mendeskripsikan fenomena-fenomena kegiatan pendidikan pembelajaran, implementasi kurikulum pada berbagai

jenis, jnejang dan satuan pendidikan”.

Uraian penelitian kualitatif tersebut mempunyai titik berat pada proses dan hasil data yang mana kedudukannya sangat penting apalagi berkaitan dengan bidang pendidikan yang membutuhkan ilmu dan pengetahuan baru, serta adanya kesepakatan antara kedua belah pihak atau subjek penelitian merupakan bagian yang perlu diperhatikan. Disamping itu penelitian kualitatif memiliki kompetensi sebagaimana yang dirumuskan Sugiyono (2011, hlm. 28) bahwa penelitian kualitatif memiliki kompetensi sebagai berikut :

a. Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang yang akan diteliti;

b. Mampu menciptakan rapport kepada setiap orang yang ada pada konteks sosial yang akan diteliti. Menciptakan rapport berarti mampu membangun hubungan yang akrab dengan setiap orang yang ada pada konteks sosial; c. Memiliki kepakaan untuk melihat setiap gejala yang ada pada obyek

penelitian (konteks sosial);

d. Mampu menggali sumber data dengan observasi partisipan dan wawancara mendalam secara triangulasi serta sumber-sumber lain.

e. Mampu menganlisis data kualitatif secara induktif berkesinambungan mulai dari analisis deskriptif domain komponensial, dan tema

kultural/budaya.

f. Mampu menguji kredibilitas dependebilitas, konfirmaabilitas dan tranferbilitas hasil penelitian.


(14)

Selain pendekatan kualitatif pada penelitian ini akan digunakan pendekatan kuantitatif. Sugiyono (2012, hlm. 14) menegaskan bahwa :

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitiatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Pendekatan kuantitatif sebagai pendukung dalam memperoleh data penelitian yang memiliki sifat kuantitatif/statistik. Pada penedekatan ini peneliti akan memakai metode angket yang nantinya akan diprsentasikan berupa nilai/angka supaya data yang diperoleh dapat diterima kebenarannya. Sebagaimana data yang akan diambil dari siswa kelas VII B tidak menggunakan wawancara, hal ini terkadang menghasilkan informasi yang semu.

Kesimpulan pendapat tersebut bahwa dalam penelitian kualitatif mengupayakan peneliti hendaknya menguasai dan memahami terlebih dahulu apa yang akan dikaji dalam penelitian, kemudian tentukan alat pengumpul data yang lengkap serta pengolahan data yang sesuai yang telah dirumuskan agar tercipta temuan yang baru, selain itu penggunaan pendekatan kuantitatif sebagai penunjang peneliti dengan metode angket yang menjadi alternatif untuk menghindari hasil data yang semu.

2. Metode Penelitian

Pada dasarnya metode penelitian merupakan tata cara yang harus dilakukan dalam melaksankan penelitian atau pengambilan data. Sugiyono (2011, hlm. 2) merumuskan bahwa:

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada cirri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.


(15)

Kesimpulannya bahwa metode merupakan tata cara ilmiah yang digunakan dalam memperoleh data penelitian dengan ciri keilmuan yakni rasional, empiris dan sistematis. Metode yang dipilih untuk mengambil data penelitian tentang implemtasi model word square dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa adalah melalui metode deskriptif. Dalam peristilahannya Arikunto (2010, hlm. 3) mengatakan

bahwa istilah “deskriptif berasal dari istilah bahasa Inggris to describe yang berarti

memamparkan atau menggambarkan sesuatu hal”.

Mulyani (2012, hlm. 58) menyatakan bahwa metode deskriptif yaitu penelitian yang didasarkan pada pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta dan kenyataan-kenyataan yang ada pada saat sekarang atau kontemporer dan memusatkan pada masalah aKtual yang terjadi pada saat penelitian berlangsung. Surakhmad (1992, hlm 121) menegaskan bahwa :

Metode merupakan cara utama yang digunakan un tuk mencapai tujuan, mislanya mengkaji suatu rangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini digunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan.

Pandangan lain seperti Nazir (1998, hlm. 63) yang menyatakan bahwa : Metode deskirpitf adalah suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suattu objek, suatu set kondisi suatu sistem pemikiran atauupun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara istimewa serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Inti dari metode deskriptif ini adalah cara ilmiah yang dapat di gunakan dalam melakukan penelitian dengan mendeskripsikan masalah berdasarkan fakta dan kenyataan yang aktual yang ditemui pada saat penelitian berlangsung. Oleh karena itu metode deskriptif ini dipilih sebagai metode yang mumpuni untuk melakukan penelitian tentang penggunaan model word square dalam proses pembelajaran. Metode deskriptif memiliki tujuan sebagaimana Danial dan Warsiah (2009, hlm. 63) menuturkan bahwa :

Metode deskriptif adalah metode yang bertujuan memperlihatkan suatu fenomena yang ada, mengidentifikasi berbagai masalah, penilaian suatu kebijakan dan studi tentang keunggulan dan kelemahan suatu program yang telah dilakukan.


(16)

Melihat dari tujuan metode deskriptif yang diawali dari mengamati, mengdientifikasi serta melakuakn penilaian terhadap suatu kajian peneliti akanmerumuskan mendeskripsikan atau menggambarkan bagaimana model word square tersebut dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa yang masih tergantung dalam gaya atau pembawaan seorang guru pada saat mengajar, hal itu akan dikuatkan oleh fakta dan kenyaatan yang ditemukkan langsung pada saat penelitian dilakukan. Mengingat pentingnya inovasi dalam bidang pendidikan khusunya dalam perbaikan kualitas pembelajaran mata pelajaran PKn di persekolahan serta membangun minat belajar pada diri siswa.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data Sugiyono (2013, hlm. 308). Secara umum terdapat empat macam teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan triangulasi Sugiyono, (2013, hlm. 308). Pada penelitian ini penulis akan menggunakan teknik pengumpulan data melalui :

1. Observasi

Nasution (Sugiyono, 2012, hlm. 310) menyatakan bahwa, “observasi adalah

dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.” Sedangkan,

Marshall (Sugiyono, 2012, hlm. 310) menyatakan bahwa, “melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.” Sanafiah Faisal

(Sugiyono, 2012, hlm. 310) mengklasifikasikan observasi menjadi: a. Observasi Partisipatif (partisipant observation)

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.


(17)

Presentase Aktivitas Guru = �� � �

�� � � + %

b. Observasi Terus Terang dan Tersamar (overt observation dan covert observation)

Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.

c. Observasi Tak Berstruktur (unstructured observation)

Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang di observasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.

Menurut Nasution (1998) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut Suharsimi (2010, hlm. 199) mengatakan bahwa observasi atau yang disebut pula pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera .

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa observasi merupakan kegiatan yang secara langsung diamati oleh peneliti didalam suatu lingkungan peneliti. Pada observasi penelitian ini kegiatan guru dan siswa ketika pembelajaran bertlangsung diamati. Adapun formula yang digunakan adalah :

2. Wawancara

Esterberg (2002) dalam (Sugiyono, 2011, hlm. 231) mendefinisikan

wawancara sebagai “pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”.

Wawancara adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu. Wawancara digunakan sebagai bahan studi pendahuluan peneliti sebelum melakukan tindakan yang sesuai dengan keperluan.

Presentase Aktivitas Siswa = �� � �


(18)

Pada peneltian ini yang akan diwawancarai adalah guru mata pelajaran PKn 1 orang. Hal tersebut dipertimbangkan agar informasi yang didapatkan lebih mendalam dan tergali secara benar dan menyeluruh dari berbagai informan yang berbeda-beda . Sama halnya dengan Stainback (1998) dalam Sugiyono (2011, hlm.

232) yang menegaskan bahwa melalui wawancara “peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.”

3. Studi Dokumentasi

Sugiyono (2012, hlm. 329) memaparkan, “studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.” Berkaitan dengan hal tersebut, Endang Danial (2009 : 79) menjelaskan bahwa:

Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan sejumlah dokumen sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk, grafik, gambar, surat-surat, foto, akte dsb.

Artinya barang-barang tertulis, dalam melaksankan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya Suharisimi (2010, hlm. 201). Metode dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang dicari datanya, dan check list yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya Suharsimi (2010, hlm. 201). Dokumen yaitu setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang peneliti.

Sumber informasi yaitu dokumen sekolah SMPN 26 Bandung berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan pedoman bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran khusunya pada mata pelajaran PKn selain itu juga data pendukung mengenai kondisi umum sekolah, keadaan siswa, guru, pegawai, serta data prasarana dan dokumen lain berhubungan dengan fokus penelitian.

4. Studi Literatur

Studi literatur adalah teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari, menganalisis buku-buku para ahli atau pedoman resmi lainnya untuk mendapatkan


(19)

informasi teoritir yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti Sukmawati (2010, hlm. 50).

5. Angket

Sugiyono (2011, hlm. 142). Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Desfinis lainnya yaitu daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan penggunaan. Penggunaan angket ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan hal penelitian ini dan sumber informasinya dari subjek penelitian yang tidak lain siswa kelas VII B SMP 26 Bandung. Untuk memperoleh data berupa keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap, pendapat serta untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran PKn dengan menggunakan model word square. Maka peneliti menggunakan alternatif jawaban dalam angket melalui skala sikap.

Skala sikap yakni skala likert. Nazir, (205, hlm. 358) menjelaskan mengenai

skala likert yaitu “skala likert menggunakan hanya item yang secara pasti dan baik dan secara pasti buruk, dimasukan yang agak baik, yang agak kurang, yang netral”.

Bentuk dari angket ini peneliti menggunakan check list dimana responden tinggal menuliskan tanda check pada kolom yang tersedia. Serta rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan yang diikuti kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, mulai dari pilihan sangat setuju, ragu atau tidak setuju. Berdasarkan skala likert yang ada dalam angket , peneliti menentapkan kategori penyekoran sebagai berikut, kategori untuk setiap butir pernyataan :

Tabel 3.1

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban Positif (+) Negatif (-)

Sangat Tidak Setuju 1 5

Tidak Setuju 2 4

Ragu 3 3

Setuju 4 2

Sangat Setuju 5 1


(20)

D. Tahap Penelitian 1. Pra Penelitian

Pada tahap ini peneliti menyusun rancangan penelitian dengan terlebih dahulu melakukan pra penelitian ke SMPN 26 Bandung pada Agustus 2014. Tujuan dilakukannya pra penelitian tersebut agar peneliti dapat mengetahui secara umum kondisi pelaksanaan pembelajaran PKn di kelas VII serta mendapatkan data awal tentang penggunaan metode belajar kooperatif model word square dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa. Setelah semua selesai peneliti melengkapi admintrasi penelitian lainnya yaitu surat izin penelitian.

Surat izin penelitian merupakan surat resmi yang berguna untuk perizinan penelitian dari instansi terkait, adapun prosedur yang harus dilakukan adalah :

a. Mengajukan surat izin penelitian kepada Rektor UPI melalui Jurusan PKn yang ditandatangani oleh Ketua Jurusan PKn.

b. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Dekan FPIPS UPI c.q Wakil Dekan I FPIPS disampaikan kepada Rektor UPI melalui Wakil Rektor Bidang Akademik.

c. Rektor UPI c.q Wakil Rektor Bidang Akademik Kerjasama dan Usaha mengeluarkan surat permohonan izin untuk disampaikan kepada Kepala Sekolah SMPN 26 Bandung.

d. Kepala Sekolah SMPN 26 Bandung melalui Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di SMPN 26 Bandung.

2. Pelaksanaan Penelitian

Pada tahapan ini peneliti akan melangsungkan penelitian dengan instrumen penelitian yang telah disetujui oleh Dosen Pembimbing. Pelaksanaan ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data yang telah disesuaikan dengan pendekatan penelitian dan metode penelitian.

Peneliatian akan berlangsung pada saat proses pembelajaran PKn di kelas VII B, dengan presiapan mulai dari observer, dan dokumentasi guna mengawali kegiatan penelitian. Selanjutnya akan dilangsungkan wawancara dengan responden


(21)

yang telah ditentukkan yakni 1 orang guru mata pelajaran PKn dan 6 orang siswa yang merupakan perwakilan kelompok.

E. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Pada tahap ini peneliti akan melangsungkan pengolahan dan analisis dari data yang didaptkan pada saat penelitian berlangsung. Terdapat beberapa proses umum yang dapat menggambarkan keseluruhan aktivitas analisis data penelitian, sebagaimana yang disebutkan Cresswll (2010, hlm. 274) :

Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian. Maksudnya analisis data kualitatif bisa saja melibatkan proses pengumpulan data, interpretasi, dan pelaporan hasil secara serentak dan bersama-sama.

Sama halnya Nasution dalam Sugiyono (2012, hlm. 336) mengemukakan : Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun kelapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data dapat menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded. Miles and Huberman dalam Sugiyono (2013, hlm. 337) mengemukakan bahwa aktivas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jernih.

Penelitian yang diajukan oleh peneliti akan menggunakan teknik analisis data melalui beberapa macam teknik, yang diantaranya :

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Sugiyono (2011, hlm. 247) menjelaskan bahwa reduksi data adalah berarti

“merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

dicari tema dan polanya”. Maka dengan demikian data yang diperoleh akan

tergambarkan secara jelas dan memudahkan peneliti untuk melakukan atau memproses data selanjutnya. Sejalan dengan hal tersebut Sugiyono (2011, hlm. 128) mengatakan bahwa :

Data yang diperoleh di lapangan akan terus bertambah sehingga akan menyulitkan jika dianlisis sejak awal. Laporan-laporan itu perlu direduksi, dipilih hal-hal yang pokok difokuskan pada hal-hal penting. Dan dicarai tema


(22)

atau polanya, jadi laporan lapangan sebagai bahan mentah disingkatkan, direduksi disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting, diberi susunan yang lebih sistematis. Sehingga lebih mudah dikendalikan. Dapat disimpulkan bahwa reduksi data merupakan proses berpikir sensitive yang memerlukan kecerdasan dan keluasaan dan kedalaman wawasan yang tinggi karena peneliti harus merangkum data yang sudah terkumpul, meimilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan membuang yang tidak perlu.

2. Data Display (Penyajian Data)

Sugiyono (2011, hlm. 249) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2011, hlm. 249) menyebutkan yang paling sering digunakan Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Conclusing Drawing /Verification (Kesimpulan)

Kesimpulan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2011, hlm. 252) mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang sejak awal tetapi mungkin juga tidak karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara data akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Sugiyono (2012 : 335) mengemukakan bahwa,

Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.


(23)

Adapun di dalam pengolahan data angket, peneliti menggunakan rumus statistik sederhana. Adapun pengukuran dapat dipresentasekan ke dalam rumus sebagai berikut:

Rumus 3.1 Menentukan Presentase

Sumber: Ali (Kusmiati, 2004, hlm. 81) P = Persentase jawaban

F = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah seluruh responden 100% = Bilangan tetap

Dengan demikian, digunakannya angket sebagai salah satu teknik pengumpulan data pada penelitian ini, dimaksudkan agar data yang diperoleh dari lapangan menjadi lebih akurat dalam bentuk presentase.

P

=


(1)

Pada peneltian ini yang akan diwawancarai adalah guru mata pelajaran PKn 1 orang. Hal tersebut dipertimbangkan agar informasi yang didapatkan lebih mendalam dan tergali secara benar dan menyeluruh dari berbagai informan yang berbeda-beda . Sama halnya dengan Stainback (1998) dalam Sugiyono (2011, hlm. 232) yang menegaskan bahwa melalui wawancara “peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.”

3. Studi Dokumentasi

Sugiyono (2012, hlm. 329) memaparkan, “studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.” Berkaitan dengan hal tersebut, Endang Danial (2009 : 79) menjelaskan bahwa:

Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan sejumlah dokumen sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk, grafik, gambar, surat-surat, foto, akte dsb.

Artinya barang-barang tertulis, dalam melaksankan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya Suharisimi (2010, hlm. 201). Metode dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang dicari datanya, dan check list yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya Suharsimi (2010, hlm. 201). Dokumen yaitu setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang peneliti.

Sumber informasi yaitu dokumen sekolah SMPN 26 Bandung berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan pedoman bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran khusunya pada mata pelajaran PKn selain itu juga data pendukung mengenai kondisi umum sekolah, keadaan siswa, guru, pegawai, serta data prasarana dan dokumen lain berhubungan dengan fokus penelitian.

4. Studi Literatur

Studi literatur adalah teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari, menganalisis buku-buku para ahli atau pedoman resmi lainnya untuk mendapatkan


(2)

informasi teoritir yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti Sukmawati (2010, hlm. 50).

5. Angket

Sugiyono (2011, hlm. 142). Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Desfinis lainnya yaitu daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan penggunaan. Penggunaan angket ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan hal penelitian ini dan sumber informasinya dari subjek penelitian yang tidak lain siswa kelas VII B SMP 26 Bandung. Untuk memperoleh data berupa keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap, pendapat serta untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran PKn dengan menggunakan model word square. Maka peneliti menggunakan alternatif jawaban dalam angket melalui skala sikap.

Skala sikap yakni skala likert. Nazir, (205, hlm. 358) menjelaskan mengenai skala likert yaitu “skala likert menggunakan hanya item yang secara pasti dan baik dan secara pasti buruk, dimasukan yang agak baik, yang agak kurang, yang netral”. Bentuk dari angket ini peneliti menggunakan check list dimana responden tinggal menuliskan tanda check pada kolom yang tersedia. Serta rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan yang diikuti kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, mulai dari pilihan sangat setuju, ragu atau tidak setuju. Berdasarkan skala likert yang ada dalam angket , peneliti menentapkan kategori penyekoran sebagai berikut, kategori untuk setiap butir pernyataan :

Tabel 3.1

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban

Positif (+) Negatif (-)

Sangat Tidak Setuju 1 5

Tidak Setuju 2 4

Ragu 3 3

Setuju 4 2

Sangat Setuju 5 1


(3)

D. Tahap Penelitian

1. Pra Penelitian

Pada tahap ini peneliti menyusun rancangan penelitian dengan terlebih dahulu melakukan pra penelitian ke SMPN 26 Bandung pada Agustus 2014. Tujuan dilakukannya pra penelitian tersebut agar peneliti dapat mengetahui secara umum kondisi pelaksanaan pembelajaran PKn di kelas VII serta mendapatkan data awal tentang penggunaan metode belajar kooperatif model word square dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa. Setelah semua selesai peneliti melengkapi admintrasi penelitian lainnya yaitu surat izin penelitian.

Surat izin penelitian merupakan surat resmi yang berguna untuk perizinan penelitian dari instansi terkait, adapun prosedur yang harus dilakukan adalah :

a. Mengajukan surat izin penelitian kepada Rektor UPI melalui Jurusan PKn yang ditandatangani oleh Ketua Jurusan PKn.

b. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Dekan FPIPS UPI c.q Wakil Dekan I FPIPS disampaikan kepada Rektor UPI melalui Wakil Rektor Bidang Akademik.

c. Rektor UPI c.q Wakil Rektor Bidang Akademik Kerjasama dan Usaha mengeluarkan surat permohonan izin untuk disampaikan kepada Kepala Sekolah SMPN 26 Bandung.

d. Kepala Sekolah SMPN 26 Bandung melalui Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di SMPN 26 Bandung.

2. Pelaksanaan Penelitian

Pada tahapan ini peneliti akan melangsungkan penelitian dengan instrumen penelitian yang telah disetujui oleh Dosen Pembimbing. Pelaksanaan ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data yang telah disesuaikan dengan pendekatan penelitian dan metode penelitian.

Peneliatian akan berlangsung pada saat proses pembelajaran PKn di kelas VII B, dengan presiapan mulai dari observer, dan dokumentasi guna mengawali kegiatan penelitian. Selanjutnya akan dilangsungkan wawancara dengan responden


(4)

yang telah ditentukkan yakni 1 orang guru mata pelajaran PKn dan 6 orang siswa yang merupakan perwakilan kelompok.

E. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Pada tahap ini peneliti akan melangsungkan pengolahan dan analisis dari data yang didaptkan pada saat penelitian berlangsung. Terdapat beberapa proses umum yang dapat menggambarkan keseluruhan aktivitas analisis data penelitian, sebagaimana yang disebutkan Cresswll (2010, hlm. 274) :

Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian. Maksudnya analisis data kualitatif bisa saja melibatkan proses pengumpulan data, interpretasi, dan pelaporan hasil secara serentak dan bersama-sama.

Sama halnya Nasution dalam Sugiyono (2012, hlm. 336) mengemukakan : Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun kelapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data dapat menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang

grounded. Miles and Huberman dalam Sugiyono (2013, hlm. 337) mengemukakan

bahwa aktivas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jernih.

Penelitian yang diajukan oleh peneliti akan menggunakan teknik analisis data melalui beberapa macam teknik, yang diantaranya :

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Sugiyono (2011, hlm. 247) menjelaskan bahwa reduksi data adalah berarti “merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya”. Maka dengan demikian data yang diperoleh akan tergambarkan secara jelas dan memudahkan peneliti untuk melakukan atau memproses data selanjutnya. Sejalan dengan hal tersebut Sugiyono (2011, hlm. 128) mengatakan bahwa :

Data yang diperoleh di lapangan akan terus bertambah sehingga akan menyulitkan jika dianlisis sejak awal. Laporan-laporan itu perlu direduksi, dipilih hal-hal yang pokok difokuskan pada hal-hal penting. Dan dicarai tema


(5)

atau polanya, jadi laporan lapangan sebagai bahan mentah disingkatkan, direduksi disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting, diberi susunan yang lebih sistematis. Sehingga lebih mudah dikendalikan. Dapat disimpulkan bahwa reduksi data merupakan proses berpikir sensitive yang memerlukan kecerdasan dan keluasaan dan kedalaman wawasan yang tinggi karena peneliti harus merangkum data yang sudah terkumpul, meimilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan membuang yang tidak perlu.

2. Data Display (Penyajian Data)

Sugiyono (2011, hlm. 249) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2011, hlm. 249) menyebutkan yang paling sering digunakan Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Conclusing Drawing /Verification (Kesimpulan)

Kesimpulan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2011, hlm. 252) mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang sejak awal tetapi mungkin juga tidak karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara data akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Sugiyono (2012 : 335) mengemukakan bahwa,

Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.


(6)

Adapun di dalam pengolahan data angket, peneliti menggunakan rumus statistik sederhana. Adapun pengukuran dapat dipresentasekan ke dalam rumus sebagai berikut:

Rumus 3.1 Menentukan Presentase

Sumber: Ali (Kusmiati, 2004, hlm. 81) P = Persentase jawaban

F = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah seluruh responden 100% = Bilangan tetap

Dengan demikian, digunakannya angket sebagai salah satu teknik pengumpulan data pada penelitian ini, dimaksudkan agar data yang diperoleh dari lapangan menjadi lebih akurat dalam bentuk presentase.

P

=


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN WORD SQUARE PADA SISWA PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN WORD SQUARE PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I KANDANGREJO KABUP

0 2 14

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN WORD SQUARE PADA SISWA PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN WORD SQUARE PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I KANDANGREJO KABUP

0 1 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PAHAE JAE TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 1 26

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENERAPKAN MODEL WORD SQUARE PADA SISWA KELAS V SD NEGERI II Peningkatan Motivasi Belajar Dalam Pembelajaran IPA Dengan Menerapkan Model Word Square Pada Siswa Kelas V SD Negeri II Sempukerep, S

0 0 15

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENERAPKAN MODEL WORD SQUARE PADA SISWA KELAS V Peningkatan Motivasi Belajar Dalam Pembelajaran IPA Dengan Menerapkan Model Word Square Pada Siswa Kelas V SD Negeri II Sempukerep, Sidoharjo, Won

0 0 17

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING DALAM UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA BELAJAR MATEMATIKA (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Wuryantoro).

0 0 9

PERANAN PEMBELAJARAN PKN DALAM MENINGKATKAN SIKAP NASIONALISME SISWA SMP: Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015.

0 0 16

MODEL SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TARI DI KELAS VII-E SMP NEGERI 14 BANDUNG.

1 4 46

IMPLEMENTASI KOMPETENSI PROFESIONAL DALAM MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN PKN : Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung.

2 5 59

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN: Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Tanjungsari.

0 1 36