PENGARUH PAPARAN PESTISIDA DAN LOGAM BER

PENGARUH PAPARAN PESTISIDA DAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)
TERHADAP HISTOPATOLOGI ORGAN IKAN MAS (Cyprinus Carpio)
THE INFLUENCE OF EXPOSURE TO PESTICIDES AND HEAVY METAL LEAD (Pb)
OF HISTOPATOLOGY AN ORGAN OF A FISH CARP (Cyprinus Carpio)
Abduyana Purwidyo, Indah Nurwulan, Muchamad Zais Syahri
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
Jalan Raya Bandung-Sumedang KM 21, Jatinangor
Email: Zaisyahri25@gmail.com
ABSTRAK
Lingkungan memiliki faktor penting terhadap kehidupan organisme yang ada di dalamnya
seperti ikan. Lingkungan yang tercemar dapat mempengaruhi organ-organ yang sensitif dari
ikan terhadap perubahan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
histopatologi organ insang, usus, hati, dan ginjal pada ikan mas terpapar bahan toksik
dibandingkan dengan ikan mas yang tidak terpapar bahan toksik (kontrol). Preparat
histopatologi ikan mas yang digunakan pada penelitian ini adalah preparat histopatologi ikan
mas akibat pemaparan pestisida yang berasal dari Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran tahun 2009 dan preparat histopatologi ikan
mas hasil penelitian akibat pemaparan logam berat Pb. Berdasarkan pengamatan
histopatologi pada masing-masing jaringan ikan mas yang meliputi jaringan hati, ginjal, usus,
dan insang ikan mas menunjukkan bahwa terjadi kerusakan dan perubahan jaringan untuk
preparat histopatologi ikan mas patologis diantaranya terjadi necrosis, hyperplasia,

hypertropi, atropi dan pada preparat histopatologi ikan mas kontrol jaringan ikan mas berada
dalam keadaan normal dan utuh.
Kata kunci : Bahan Toksik, Hitopatologis, Ikan Mas, Lingkungan, Organ Ikan.
ABSTRACT
Environment having important factor on the lives of an organism that is in them like a fish.
The tainted environment can affect the organs sensitive in respect of fish on changes in
environment. Research aims to understand histopatologi organ gills picture, the intestines,
hearts, and kidney in carp exposed to material toxic compared with carp which are not
exposed to material toxic ( control of ). Preparat histopatologi carp used in this research is
preparat histopatologi carp due to exposure pesticides derived by the biology the faculty math
and science the university padjadjaran 2009 and preparat histopatologi carp the results of the
study due to exposure to heavy metal pb. Based on observations histopatologi in each tissue
carp which includes of heart tissue, the kidneys, the intestines, and gills carp shows that
damage occurs and change a network for preparat histopatologi carp pathological of them
happened necrosis, hyperplasia, hypertropi, atropi and on preparat histopatologi carp control
tissue carp be in a state of normal and intact.
Keywords : A toxic substance, carp, environment, hitopatologis, organs of fish.

1


PENDAHULUAN

2

Kehidupan

mahluk

hidup

ukuran untuk efek racun suatu bahan

terjadi di

(kimia) pada sekelompok hewan uji. Jika

lingkunganya. Lingkungan yang bebas

dalam hal ini hewan uji dipandang sebagai


mudah dimasuki bahan-bahan yang tidak

subjek, respon berupa kematian tersebut

diketahui

Menurut

merupakan suatu respon diskretik. Ini

Darmono (1995) wilayah perairan adalah

berarti hanya ada dua macam respon yaitu

zona bebas dimana banyak effluent yang

ada atau tidak ada kematian (Deisy dkk

masuk baik secara langsung melalui pipa-


2010).

tergantung dari apa yang

misalnya

Limbah.

pipa pembuangan atau run off dari aliran
bawah tanah. Banyak zat-zat kimia yang
masuk ke sungai diantaranya adalah dari
limbah-limbah

industri

yang

banyak

memakai bahan kimia, atau limbah dari

kegiatan

akuakultur

menghasilkan

yang

limbah

biasanya

bahan-bahan

organik. Zat-zat tersebut diatas dapat
menimbulkan

efek

terhadap


perairan

tempat pembuangan limbah tersebut. Efek
yang ada dapat mengakibatkan kualitas
suatu perairan menurun atau efek terhadap
organisme air yang terpapar langsung
dengan zat racun yang terlarut di perairan.
Efek keracunan yang terjadi dapat bersifat
akut, sub-akut, khronis, delayed. Hal ini
ditentukan

oleh

waktu,

lokasi

organ


(lokal/sistemik). Kemampuan racun untuk
menimbulkan kerusakan apabila masuk
kedalam tubuh dan lokasi organ yang
rentan disebut toksisitas.
Toksisitas adalah suatu keadaan
yang

menandakan

adanya

efek

toksik/racun yang terdapat pada bahan
sebagai sediaan single dose atau campuran.
Jumlah kematian hewan uji dipakai sebagai

Limbah yang masuk ke perairan
seperti limbah yang berasal dari pertanian
maupun dari industri yakni pestisida

maupun logam berat dapat memberikan
efek negatif pada perairan ataupun biota
perairannya. Pestisida merupakan suatu
substansi kimia dan bahan lain serta jasad
renik dan virus yang digunakan untuk
memberantas ataupun mencegah hama.
Pestisida

tersebut

walaupun

sangat

berguna, namun disisi lain tanpa disadari
akan menimbulkan dampak yang negatif
seperti menurunnya kualitas air serta
timbulnya keracunan pestisida. Meskipun
bahan kimia tersebut hanya dimaksudkan
untuk mematikan suatu jenis hama tertentu

tetapi pada hakekatnya bersifat racun untuk
semua mahluk hidup.
Kehadiran

logam

berat

pada

perairan, terutama yang bersumber dari
kegiatan

industri

seperti

pabrik

atau


industri, di mana logam berat banyak
digunakan sebagai bahan baku maupun
sebagai bahan penolong. Sifat beracun dan
berbahaya dari logam berat ditunjukan oleh

sifat fisik dan kimia bahan baik dari segi

bahan pencemar dalam jaringan terutama

kuantitas maupun kuantitasnya. Masuknya

di organ-organ yang sensitif terhadap

limbah ini ke perairan telah menimbulkan

pencemaran lingkungan perairan.

pencemaran


terhadap

memberikan

efek

perairan,

histopatologi

dapat

digunakan sebagai biomarker histopatologi

perairan tersebut. Efek dari pencemaran

yang berguna dalam kegiatan monitoring

yang berasal dari bahan toksik tersebut

lingkungan

dapat berakibat kerusakan organ-organ

organ tersebut yang memiliki fungsi

pada makhluk hidup ataupun menyebabkan

penting dalam metabolisme tubuh sehingga

kematian. Hal ini sesuai menurut Dahuri

dapat digunakan sebagai diagnosis awal

dan

terjadinya gangguan kesehatan pada suatu

(1998)

pada

Analisa

biota

Arumsyah

toksik

serta

menjelaskan

masuknya bahan pencemar ke dalam

dengan mengamati

organ-

organisme (Martinez and Marina 2007).

perairan dapat mempengaruhi kualitas

Tujuan dari penelitian ini adalah

perairan, apabila bahan yang masuk ke

untuk mengetahui gambaran histopatologi

perairan melebihi ambang batas, maka

organ insang, usus, hati, dan ginjal pada

daya dukung lingkungan akan menurun.

ikan

mas

terpapar

bahan

toksik

Oleh karena itu dalam pencegahan

dibandingkan dengan ikan mas yang tidak

dan pengobatan penyakit ikan akibat

terpapar bahan toksik (kontrol). Hewan uji

pemaparan

selain

pada penelitian ini merupakan ikan mas

terhadap

yaitu ikan yang memiliki sensitivitas yang

lingkungan, juga perlu diketahui hal-hal

cukup tinggi terhap pemaparan bahan

yang berkaitan dengan timbulnya penyakit

toksik.

dilakukan

limbah

perairan

pengendalian

ikan. Menurut Geonarso (1988) dalam
toksik dari beberapa polutan kimia dalam

DATA DAN PENDEKATAN
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan

suatu lingkungan dapat di uji dengan

tanggal

25

November

menggunakan spesies yang terdapat pada

Laboratorium

Menejemen

lingkungan tersebut, salah satunya adalah

Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu

ikan. Ikan sebagai salah satu biota air dapat

Kelautan Universitas Padjadjaran. Alat

dijadikan sebagai salah satu indikator

yang digunakan pada saat penelitian

pencemaran yang terjadi di dalam perairan.

diantaranya adalah mikroskop binokuler

Bahan pencemar masuk kedalam tubuh

yaitu mikroskop dengan 2 lensa yang

organisme dapat melalui rantai makanan

berfungsi untuk mengamati obyek, minyak

sehingga menyebabkan terakumulasinya

imersi sebagai olesan pada mikroskop yang

Cahaya (2003) untuk mengetahui efek

2015

pada
di

Sumberdaya

berfungsi untuk memperjelas obyek dan

menggunakan

melindungi mikroskop, dan Atlas “Fish

bertahap).

histopatology”. Sedangkan bahan yang

dalam alkohol: 70% , 90%, 95% hingga

digunakan pada saat penelitian yaitu

100% yang dimana fungsi Alkohol untuk

preparat histopatologi ikan mas akibat

menarik air.
Tahap ketiga clearing yaitu meng-

pemaparan

pestisida

(Biologi

FMIPA

Unpad, 2009) dan preparat histopatologi
ikan

mas

akibat

pemaparan

akibat

pertama-

tama

preparat

organ

pengamatan
insang

tersebut

(secara
direndam

ganti Alkohol dlm jaringan dengan xylene
yang berguna untuk menarik alkohol.
Infiltrasi untuk memindahkan jaringan ke

histopatologi, yaitu mengamati preparat
histologi

Jaringan

seri

Tahap keempat yaitu Embedding dan

pemaparan logam berat Pb.
Prosedur Penelitian
Pelaksanaan prosedur
dilakukan

Alkohol

(gill),

ginjal

(kidney), hati (hepar), dan usus (intestine)
ikan uji yang normal dan yang telah diberi

dalam parafin cair (dilakukan pada suhu
60ºC,

xylene larut dlm parafin cair),

Parafin mengisi rongga dlm sel sehingga
tidak terjadi perubahan bentuk pada saat
pemotongan dengan Microtome (alat utk

pemaparan

bahan

toksik.

Perlakuan

memotong jaringan dlm ukuran µ).
Tahap kelima yaitu Sectioning

selanjutnya

membandingkan

perbedaan

dengan cara pertama pemotongan dengan

diantara keduanya berdasarkan parameter

microtome (alat untuk memotong jaringan

warna, ukuran, ada tidaknya neukrosis atau

dengan ketebalan 7 – 10 µm). Kedua

tanda, dan karakter khusus lainnya. Setelah

pemotongan jangan sampai putus-putus,

itu, mendokumentasikan masing-masing

harus

preparat histologi organ hewan uji (kontrol

seperti pita (Sequence). Kemudian pilih

dan patogen).
Pelaksanaan prosedur selanjutnya

bagian

berurutan

dijadikan

awetan

dengan

histopatologi, yaitu pengambilan jaringan

meletakkan pada objek glass.
Tahap keenam yaitu

staining

tertentu pada ikan lalu diamati dan

dengan cara preparat yg telah menempel

dimasukan ke dalam larutan fiksasi.
Fiksasi itu sendiri yaitu tahap awal

pada object glass dengan bantuan hot plate

pengawetan

pembuatan

organ

dengan

preparat

larutan

“Fiksatif” contohnya yaitu Larutan bouin,
Formal Salin, Helly, Zenker, Carnoy,
Suska. Tahap keduanya yaitu dehidrasi
untuk menghilangkan air dari jaringan/sel

sebagai

tadi,

yang

membentuk

akan

dilakukan

tertentu

sehingga

preparat

diwarani

dengan

(Haemotoxylen-Eosin).

pewarna
Setelah

HE

selesai

proses pewarnaan lalu menutup gelas objek
dengan cover glass yg telah diberi canada
balsam atau entelan sebagai perekat.

Tahapan

ketujuh

yaitu

melakukan

Pengamatan dengan bantuan mikroskop.
Analisis Data
Analisa
histopatologi
dapat
digunakan

sebagai

biomarker

untuk

mengetahui kondisi kesehatan ikan melalui
perubahan struktur yang terjadi pada
organ-organ yang menjadi sasaran utama
dari bahan pencemar seperti insang, hati,
ginjal

dan

Kemudian

sebagainya

(Dutta

1996).

ini

untuk

histopatologi

mengetahui akibat dari terpaparnya bahan

organ

terpapar

memperlihatkan

bahan
adanya

toksik
perubahan

histopatologi yang bervariasi mulai dari
perubahan ringan sampai berat dan juga
ditemukan adanya agen patogen baik
bakterial

maupun

parasit

akibat

dari

paparan bahan toksik. Namun untuk
pengamatan pada berbagai organ yang
tidak terpapar bahan toksik (kontrol), tidak
mengalami perubahan histopatologi secara
signifikan.
Adanya preparat yang terpapar

toksik di dalam jaringan ikan.

bahan toksik dengan yang tidak (kontrol)
HASIL DAN DISKUSI

dapat

Hasil pengamatan preparat secara

digunakan

secara

fungsional

untuk

perbandingan

maupun

secara

histopatologi pada berbagai organ yaitu

sturukturalnya,

sehingga

dapat

organ ginjal (ren), hati (hepar), usus

memudahkan dalam penelitian kali ini.

(intestinum), dan insang dari ikan mas

Secara garis besar hasil penelitian yang

yang diperiksa menunjukkan bahwa semua

telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Histopatologi Pada Organ Ginjal (Ren), Hati (Hepar), Usus
(Intestinum), dan Insang Dari Ikan Mas.
ORGAN
PARAMETER
KONTROL
PATOLOGIS

Hati (Hepar) Ikan
Mas
(Pos 5)

Ginjal (Ren) Ikan
Mas
(Pos 1)

Warna

Pucat

Merah

Ukuran

Normal

Pembengkakan

Tanda hitam /
nekrosis

Ada

Ada

Karakter khusus

Normal

Hiperplasia

Warna

Cerah

Pucat

Ukuran

Normal

Mengembang

Tanda hitam /
nekrosis

Tidak Ada

Ada

Karakter khusus

Normal

Hiperplasia

Usus (Intestinum)
Ikan Mas
(Pos 2)

Warna

Cerah

Pucat

Ukuran

Normal

Mengembang

Tanda hitam /
nekrosis

Ada

Tidak Ada

Karakter khusus

Hiploplasia

Hiperplasia

Warna

Cerah

Pucat

Ukuran

Normal

Mengembang

Tanda hitam /
nekrosis

Ada

Ada

Karakter khusus

Normal

Hiperplasia

Warna

Ungu pekat

Ungu Sangat gelap

Ukuran

Lebih besar

Agak besar

Tanda hitam /
nekrosis

Terdapat banyak
nekrosis

Terdapat banyak
nekrosis

Karakter khusus

Rongga tidak terlalu
banyak

Rongga akibat sel
yang mati sangat
banyak

Insang Ikan Mas
(Pos 3)

Hati dan Insang Ikan
Mas
(Pos 4)

Histopatologi Hati Ikan Mas
Dalam penelitian ini salah satu
organ yang digunakan yaitu hati. Hati

yang terpapar bahan toksik dengan yang
tidak terpapar (kontrol).

sebagai salah satu organ yang dapat

Hasil pengamatan pada hati yang

diamati kerusakan jaringannya, karena hati

normal atau kontrol (Gambar 1-a) pada

merupakan

penting

yang

gambar di bawah ini yaitu pada jaringan

untuk

proses

hati ikan mas kontrol belum adanya

pencernaan. Hati merupakan organ yang

perubahan baik warna (pucat) maupun

sangat rentan terhadap pengaruh zat kimia

ukuran, namun terlihat gejala adanya

dan menjadi organ sasaran utama dari efek

nekrosis yang menyebabkan terbentuknya

racun zat kimia atau toksikan (Velmurugan

rongga. Warna terlihat pucat, ukuran hati

et al 2007). Gambar di bawah ini

masih normal dan ada sedikit gejala

menunjukan

gambaran

nekrosis. Struktur sel masih agak teratur,

histopatologi pada organ hati ikan mas

namun ada rongga yang di akibatkan

mensekresikan

organ
bahan

perbandingan

kematian sel. Namun secara garis besar

pada preparat jaringan hati ikan mas yang

hepatosit, inti sel dan sinusoid pada

kontrol dalam keadaan normal. Hal ini

komposisi lobulus hati (Velmurugan et al

dapat ditandai bentuk histologi yang

2007).

normal dengan penampakan vena sentralis,

(a)

(b)

Gambar 1. (a) Preparat Hati Patologis dan (b) Preparat Hati Normal/Kontrol.

Pada pengamatan terhadap preparat

mentolerir kerusakan yang diakibatkan

jaringan hati ikan mas yang patologis

oleh zat toksik tersebut. Hal tersebut juga

(Gambar 1-b) terdapat perbedaan berupa

didukung oleh Hinton dan Lauren, 1990

kerusakan

hati

dalam penelitian Patung et al (2008) yang

dibandingkan dengan jaringan hati pada

melaporkan bahwa dengan terpaparnya

perlakuan kontrol. Hal ini ditunjukkan

suatu

adanya

yang

terjadinya pembengkakan hepatosit sebagai

mati

akibat langsung dari zat toksik yang

dan

perubahan

kerusakan

mengakibatkan

sel

jaringan

adanya

sel-sel

jaringan

maka

menyebabkan

(nekrosis) dan tidak ada penggantian sel

berpengaruh

sehingga terbentuknya rongga di dalam

transpor ion. Pada sel hati patologis, terjadi

jaringan tersebut.

hiperplansia yang mengakibatkan sinusoid

Terjadinya
disebabkan
sehingga

nekrosis

karena
sel

membrannya.

sel

dapat

membengkak

kehilangan
Pembengkakan

menyempit

langsung pada mekanisme

sehingga

aliran

darah

terganggu dan terdapat banyak nekrosis

integritas

yang menyebabkan rongga pada jaringan

sel

hati tersebut.

atau

degenerasi vakuola bersifat reversibel

Hal

ini

sesuai

penelitian

sehingga apabila paparan zat toksik tidak

histopatologi hati menurut Widyaningrum

berlanjut maka sel dapat kembali normal.

dan Suharyanti (2010), dengan adanya zat

Namun

toksik maka dapat mempengaruhi struktur

jika

pengaruh

zat

toksik

berlangsung lama maka sel tidak dapat

histologi

hati

sehingga

dapat

mengakibatkan

patologis

hati

seperti

bahan beracun yang terbawa dalam sistem

pembengkakan sel, rangkaian nekrosis atau

sirkulasi, mengatur keseimbangan, air dan

bridging necrosis, degenarasi intralobular

elektrolit

dan fokal nekrosis, fibrosis, dan cirrhosis.

mempertahankan keseimbangan asam-basa

Ginjal merupakan salah satu organ
yang dijadikan sebagai bahan penelitian.
Menurut Stine dan Brown (1996) fungsi
ginjal antara lain untuk zat-zat ekskresi
tidak

dibutuhkan

tubuh

dan

menghasilkan hormon rennin. Pada hasil

Histopatologi Ginjal Ikan Mas

yang

dalam

tubuh

seperti

senyawa nitrogen, asam urat dan bahan-

pengamatan histopatologi ginjal ikan mas
memperlihatkan hasil yang berbeda antara
preparat kontrol dengan preparat patologis.
Gambaran

histopatologi

dari

hasil

penelitian dapat dilihat pada Gambar 2
dibawah ini.

(a)

(b)

Gambar 2. (a) Preparat Ginjal Patologis dan (b) Preparat Ginjal Normal/Kontrol.

Berdasarkan pengamatan jaringan

diantaranya yaitu adanya pembekakan atau

ginjal ikan mas kontrol (Gambar 2-b)

pembesaran jaringan (hiperplasia), adanya

menujukkan bahwa jaringan ginjal kontrol

tanda hitam pada sel ginjal (necrosis).

memiliki warna yang cerah dengan ukuran

Kerusakan atau histopatologi yang dapat

normal dan tidak menunjukkan adanya

terjadi pada organ ginjal yaitu dapat berupa

gejala nekrosis. Secara garis besar, preparat

Atrophy,

masih dalam keadaan normal atau tidak

peradangan Glomerulus, Gumpalan darah,

terkena paparan bahan toksik yang dapat

Jaringan ikat, nekrosis, Claudy Swelling ().

merusak jaringan.

Pada kerusakan berupa hyperplasia yaitu

Pada pengamatan terhadap jaringan

Hipertrophy,

hyperplasia,

pertambahan ukuran dimana karena adanya

ginjal yang patologis (Gambar 2-a) adanya

penyumbatan

beberapa

toksik, sebelumnya hyperplasia terjadi

perubahan

dan

kerusakan,

akibat pemberian

bahan

karena adanya penambahan jumlah volume

tertinggi biasanya dalam organ detoksikasi

akibat

(hati) dan organ ekskresi (ginjal).

adanya

penyumbatan

antar

permukaan glomerulus. Selain itu terjadi
iritasi ,warna berubah menjadi warna ungu
tua.
Dalam hal ini dapat ditemukan
perubahan histopatologis pada jaringan
ginjal dapat disebabkan karena ginjal
merupakan salah satu jaringan yang mudah
terakumulasi bahan toksik yang masuk ke
dalam tubuh ikan, sehingga apabila adanya
bahan toksik terabsorbsi ke dalam tubuh
ikan, maka akan terlihat perubahan atau
kerusakan pada jaringan ginjal ikan.
Kemudian menurut Palar (1994) akumulasi

Histopatologi Usus Ikan Mas
Organ selanjutnya yang dijadikan
bahan

penelitian

yaitu

usus.

Usus

merupakan salah satu organ yang sering
terpapar oleh agea-agen penyakit. Pada
kondisi

perairan

yang

tercemar,

menyebabkan biota air terpapar oleh bahan
pencemar
adanya

tersbut

dan

perubahan

menyebabkan

pada

pengamatan

histopatologi usus Ikan Mas. Gambaran
histopatologi usus Ikan Mas yang kontrol
maupun yang terkena paparan toksik dapat
dilihat pada Gambar 3 dibawah ini.

(a)

(b)

Gambar 3. (a) Preparat Usus Patologis dan (b) Preparat Usus Normal/Kontrol.

Pada pengamatan preparat usus

Histologi

ikan

(Gambar

tidak

pengamatan didapatkan warna yang cerah,

adanya

kerusakan

tanda

setelah

patologis

ikan mas dengan kontrol (Gambar 3-a),
didapatkan

3-b)

usus

sejumlah jaringan. Pada gambar terlihat

terdapat

warna tampak cerah, ukuran usus normal

pembengkakan pada jaringan yang di

dan padat sehingga memadati ruangan

akibatkan iritasi awal sebelum terjadinya

jaringan usus. Sel juga masih tersebar di

kematian sel dan adanya perubahan yang

seluruh permukaan dan tidak tampak

signifikan

terjadinya necrosis.

menjadi lebih renggang pada bagian tengah

terjadi

hitam,

dilakukannya

dimana

dan

adanya

permukaan

gambar tersebut. Terdapatnya tanda hitam

di bagian usus depan sedikit mengalami

pada jaringan organ tersebut sesuai dengan

kerusakan (Priosoetyanto 2010).

pernyataan Priosoetyanto (2010) yang
menyatakan salah satu kerusakan pada
histologi usus ikan mas menujukkan
adanya tanda hitam, yaitu kematian sel
pada jaringan usus ikan.
Pada gambar yang menunjukkan
adanya perubahan dan kerusakan organ
hati ikan yang diamati dapat disebabkan
oleh bakteri pathogen atau adanya bahan
toksik (logam berat atau pestisida) yang
masuk ke dalam tubuh ikan, logam berat
pada konsentrasi tertentu dapat merusak
jaringan dalam organ-organ tubuh ikan
misalnya pada organ insang, hati dan usus
(Camargo dan Martinez 2007). Kerusakan
sel di jaringan usus ikan terutama terjadi
pada tunika mukosanya adalah di usus
tengah dan usus belakang, sedangkan pada

Histopatologi Insang Ikan Mas
Penelitian

selanjutnya

yaitu

pengamatan terhadap histopatologi insang
Ikan Mas. Insang ikan merupakan respirasi
utama yang bekerja dengan mekanisme
difusi permukaan dari gas-gas respirasi
(oksigen dan karbondioksida) antara darah
dan air, dengan demikian perubahanperubahan lingkungan perairan akan secara
langsung

berdampak

(Saputra

2013).

kepada

Insang

struktur

ikan

rentan

terhadap parasit, bakteri dan penyakit
jamur

serta

sangat

sensitif

terhadap

perubahan fisik dan kimiawi yang ada pada
media air. Gambaran hasil penelitian
histopatologi

insang

Ikan

Mas

yang

didapatkan dapat dilihat pada Gambar 4
dibawah ini.

(a)

(b)

Gambar 4. (a) Preparat Insang Patologis dan (b) Preparat Ginjal Normal/Kontrol.

Pada hasil pengamatan kontrol

terlihat cerah, ukuran normal. Ukuran

(Gambar 4-a) pada jaringan insang ikan

lamela sama besar dan tidak terlihat

mas belum terjadi perubahan. Susunan

kerusakan

lamela teratur dan rapih, warna masih

dikarenakan organ tidak terkena bahan

disetiap

lamela.

Hal

ini

toksik secara terus-menerus yang dapat

tinggi, anemia, hiperplasia dari sel-sel

menyebabkan kerusakan organ.

epitel insang, penebalan dan fusi lamela

Pada pengamatan terhadap preparat
insang patologis (Gambar 4-a) terjadi
perbedaan yang signifikan. Pada hasil
pengamatan terjadi sejumlah kerusakan
jaringan pada lamela primer dan lamela
sekunder ikan, dimana terjadi hiperplasia.
Hiperplasia gill lamela adalah pertambahan
ukuran (hiperplasia) lamela insang akibat
peningkatan jumlah sel. Hiperplasia sel-sel
lamela

insang

merupakan

perubahan

patologis yang paling umum terjadi pada
insang. Hiperplasia terjadi pada tingkat
iritasi yang lebih rendah dan biasanya
disertai peningkatan jumlah sel-sel mukus
di dasar lamela dan mengakibatkan fusi
dari

lamela.

Hiperplasia

juga

mengakibatkan penebalan jaringan epitel
di ujung filamen yang memperlihatkan
bentuk seperti pemukul bisbol (clubbing
distal) atau penebalan jaringan epitelium
yang terletak di dekat dasar lamela (basal
hiperplasia). Hiperplasia ini dapat terjadi
akibat stimuli kimia dari polutan-polutan,
infeksi parasit, bakteri, defisiensi asam
pantotenat

dan

bentuk

pencemaran

lingkungan yang lain, misalnya pH yang
rendah (Feist 2003, Olurin et al 2006).
Penyakit-penyakit

insang

yang

disebabkan oleh paparan limbah berbahaya
dapat

menyebabkan

kondisi-kondisi

patologis khusus, misalnya pertumbuhan
yang buruk, hemoragi, kematian yang

(Palar 2004).
Histopatologi Insang dan Hati Ikan Mas
Akibat Terpapar Logam Berat
Logam berat merupakan senyawa
toksik yang erat hubungannya dengan
pencemaran dalam lingkungan akuatik. Hal
ini

sangat

perlu

diperhatikan

karena

kualitas air merupakan faktor vital bagi
kondisi budidaya perairan. Keberadaan
logam dalam perairan berasal dari limbah
domestik, industri, kendaraan bermotor,
presipitasi, terbawa oleh aliran air, dan
berbagai

peristiwa

lainnya

yang

menyebabkan logam dapat berakumulasi
di dalam perairan dan berakibat buruk
terhadap organisme di dalamnya. Senyawa
toksik timbal (Pb) merupakan logam berat
bersifat toksik terhadap tumbuhan, hewan
dan manusia (Pazra 2008) yang

paling

banyak menimbulkan dampak pencemaran.
Gambaran histopatologi insang dan hati
ikan mas hasil penelitian dapat dilihat pada
Gambar 5.
Pada pengamatan preparat ginjal
patologi (Gambar 5-a) dapat terlihat bahwa
organ tersebut terpapar oleh logam berat
(Pb). Ginjal rentan mengalami kerusakan
akibat daya toksik logam. Pada ginjal
terdapat lisosom, lisosom adalah tempat
akumulasi dari endoproduk dari Lipid
peroksida yang disebut lipofuschim. Di

ginjal lipofuschim akan berikatan dengan

logam. Jaringan ginjal ikan lebih rapuh dan

logam dengan cara logam diikat tidak kuat

konsistensinya lebih lunak. Ginjal lebih

oleh grup asam di luar granula dan

sensitif terhadap limbah toksik karena

mempunyai

menjaga

ginjal mempunyai peran utama dalam

dalam

ekskresi metabolisme, pencernaan dan

logam

tempat

kemampuan

keseimbangan
sitoplasma

kation-kation

atau

dengan

cara

penyimpanan

berbagai

unsur.

diperangkap dalam bentuk tidak beracun

Menurut Natalia (2007) ginjal berfungsi

dipusat

perkembangan

granula.

Hal

untuk filtrasi dan mengekskresi bahan yang

tersebut

menyebabkan

ginjal

sering

tidak dibutuhkan oleh tubuh, termasuk

mengalami kerusakan oleh daya toksik

logam berat yang toksik.

(a)

(b)

Gambar 5. (a) Preparat Ginjal Patologis dan (b) Preparat Insang Patologis.

Sedangkan

pada

pengamatan

preparat insang (Gambar 5-b) terlihat
bahwa adanya kerusakan pada organ
tersebut. Hal ini diakibatkan pemaparan
bahan toksik logam berat sehingga terjadi
perubahan fisiologis dari seluruh organ
tubuh diatas yang telah diamati. Kerusakan
ini berupa hyperplasia yaitu pertambahan
ukuran

di

mana

karena

adanya

penyumbatan

akibat

pemberian

bahan

toksik, sebelumnya hyperplasia terjadi
karena adanya penambahan jumlah volume
akibat

adanya

penyumbatan

antar

permukaan glomerulus. Selain itu terjadi

iritasi, warna berubah menjadi warna ungu
tua.
Kandungan logam berat (Pb) dapat
naik dan terabsorbsi ke dalam tubuh ikan
melalui

respirasi pada

insang, rantai

makanan sampai masuk ke saluran cerna,
atau melalui kulit. Dengan begitu Pb
mudah terikat dengan protein di dalam
jaringan

tubuh

sehingga

mengganggu

berbagai fungsi fisiologis, menurunkan
system

kekebalan

terjadinya mortalitas

tubuh,

sampai

(Darmono 1995).

Logam berat (Pb) yang masuk ke daerah
estuaria atau berhasil terbawa ke tambak,
akan berpotensi mempengaruhi kesehatan

ikan, seperti terhadap ikan mas yang hidup

organ ginjal (ren), hati (hepar), usus

pada habitat tersebut.

(intestinum), dan insang dari ikan mas.

SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, bahan pencemar yang masuk
kedalam

tubuh

menyebabkan

organisme

dapat

terakumulasinya

bahan

pencemar dalam jaringan terutama di
organ-organ

yang

pencemaran

sensitif

lingkungan

terhadap
perairan.

Penelitian terhadap organ-organ ikan mas
yang meliputi jaringan hati, ginjal, usus,
dan insang ikan mas menunjukkan bahwa
pada pengamatan preparat kontrol berbeda
dengan preparat yang terserang bahan
toksik (patologis). Secara garis besar pada
pengamatan

preparat

kontrol

terlihat

normal baik dari ukuran, warna, dan
sebagainya. Sedangkan pengamatan pada
preparat

patologis

kerusakan

dan

jaringan
perubahan

terjadi
jaringan

diantaranya terjadi necrosis, hyperplasia,
hypertropi, dan atropi.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan kali ini, praktikan
mengucapkan terima kasih kepada Tim
Dosen terutama Pak Mochamad Untung K.
Agung, S.Kel. M.Si dan kepada Tim
Asisten laboratorium, serta kepada rekanrekan semua pihak yang telah membantu
dalam

pembuatan

jurnal

penelitian

mengenai pengamatan histopatologi pada

DAFTAR PUSTAKA
B.

Velmurugan
et
al.,
2007.
Histopathology
Of
LambdaCyhalothrin On Tissues (Gill,
Kidney, Liver And Intestine) Of
Cirrhinus Mrigala. Environmental
Toxicology and Pharmacology vol 24
(286–291), 7 july 2007.

Dahuri, R. 1998. Pengaruh Pencemaran
Limbah Industri Terhadap Potensi
Sumberdaya Laut. Makalah Pada
Seminar
Teknologi
Pengolahan
Limbah Industri Dan Pencemaran
Laut. Agustus 1998. SPPT Jakarta
Darmono. 1995. Logam dalam Sidstem
Biologi Makhluk Hidup. UI Press,
Jakarta.
Deisy dkk. 2010. Uji Toksisitas Oli Bekas
Terhadap Tanaman Kacang Hijau.
Program studi pendidikan biologi
Universitas Ahmad Dahlan.
Duffus, H. J. 1980. Environment
Toxicologi. Department of brewing
and Biological Science. Hariot-Watt.
University Edinberg.
Feist S Thain J dan Forlin C. 2003.
Molecular, or cellular Process and
The Health of The Individual. p 147152. In A. J Lawrence and K. L
Hemingway (Eds.). Effects of
Pollution on Fish. Blackwell
Publishing. UK.
Geonarso, D. 1988. Perubahan faal ikan
sebagai
Indikator
kehadiran
insektisida dan Detergen dalam air.
Disertasi. ITB. Bandung.
Hinton DE, Lauren DJ. 1990. Integrative
Histopathological
Effects
Of
Environmental Stressors On Fishes.

American
Fisheries
Symposium; 8: 51–66.

Society

Marina M. P. Camargo and Cláudia B. R.
Martinez. 2007. Histopathology of
gills, kidney and liver of a
Neotropical fish caged in an urban
stream. Laboratory of Animal
Ecophysiology.
Department
of
Physiological
Sciences
State
University of Londrina (UEL).
Neotropical Ichthyology, 5(3):327336.
Martinez, C.B.R, and Marina, M.P.C.
2007. Histopathology Of Gills,
Kidney and Liver of A Neotropical
Fish Caged In An Urban Stream.
Neotropical Ichthyology, 5 (3): 327336.
Natalia, M., 2007. Pengaruh Pb terhadap
Struktur Insang Ikan Mas (Cyprinus
carpio, L). Jurnal Perikanan dan
Kelautan 12, 1 (2007): 42-47.
Palar,

H. 1994. Pencemaran
dan
Toksikologi Logam Berat. Rineka
Cipta. Bandung

Palar,

H. 2004. Pencemaran dan
Toksikologi dan Logam Berat.
Rineka Cipta Jakarta. 152 hlm.

Pazra,
D.
F.,
2008.
Gambaran
Histopatologi Insang, Otot, dan
Usus Pada Ikan Lele (Clarias sp)
Asal Dari Daerah Bogor. Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian
Bogor.
Priosoetyanto B.P, dkk. 2010. Gambaran
Histopatologi Insang, Usus, dan
Otot Ikan Mujair (Oreochromis
mossambicus) yang Berasal dari
Daerah Ciampea, Bogor. Indonesian
Journal of Veterinary Science dan
Medicine Vol II No.1, Desember
2010.

Saputra, H. M., Marusin N., dan Santoso P.
2013. Struktur Histologi Insang dan
Kadar Hemoglobin Ikan Asang
(Osteochilus hasseltii C.V) di Danau
Singkarak dan Maninjau, Sumatera
Barat. J. Bio. UA. 2303-2162.
Stine,

K.E. and T.M. Brown.1996.
Principles
of
Toxicologi.
CRCressInc. Lewis publ.

Triadayani, A. E., Aryawati R., dan
Diansyah, G. 2010. Pengaruh
Logam Berat (Pb) Terhadap
Jaringan Hati Ikan Kerapu Bebek
(Cromileptes altivelis). Maspari
Journal 01 halaman 42-47.
Widyaningrum, T., dan Suharyanti T.
Pengaruh Merkuri Klorida Terhadap
Pertumbuhan dan Histopatologi
Ginjal Ikan Nila (Oreochromis
niloticus, Linn). Seminar Nasional
Pendidikan Biologi: Biologi, Sains,
Lingkungan dan Pembelajarannya
Menuju Pembangunan Karakter.

LAMPIRAN
Lampiran 1. Prosedur Penelitian Histopatologi
Prosedur Pengamatan Histopatologi
Amati preparat histologi
Organ insang, ginjal, hati, dan usus
(kontrol dan patologis)
Bandingkan perbedaan
Parameter warna, ukuran, tanda, dan karakter khusus lainnya
Dokumentasi preparat histologi
Kontrol dan patologis
Prosedur Pembuatan Preparat Histopatologi
Prosedur pembuatan preparat hispatologi
Pengambilan jaringan
Fiksasi
Clearing
Embedding dan Infiltrasi
Sectioning
Staining

Pengamatan dengan bantuan Mikroskop