PERAN GURU SEJARAH DALAM PENGEMBANGAN KA
PERAN GURU SEJARAH DALAM PENGEMBANGAN
KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN SEJARAH
LOKAL DI SMA NEGERI 1 AMBARAWA
ARTIKEL SKRIPSI
Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sejarah
Oleh:
Reni Alfiyah
NIM. 3101412019
JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
1
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Artikel
skripsi
PEGEMBANGAN
dengan
judul
KARAKTER
“PERAN
SISWA
GURU
SEJARAH
MELALUI
DALAM
PEMBELAJARAN
SEJARAH LOKAL DI SMA NEGERI 1 AMBARAWA” ini telah diperiksa dan
disetujui oleh pembimbing pada :
Hari
: Selasa
Tanggal
: 7 Februari 2017
Dosen Pembimbing 1
Drs. Jayusman, M.Hum.
NIP. 196308151988031001
PARAMITA
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/paramita
PERAN GURU SEJARAH DALAM PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA
MELALUI PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL DI SMA NEGERI 1 AMBARAWA
Reni Alfiyah, Drs. Jayusman, M.Hum., Mukhamad Shokheh, S.Pd., MA.
renialfiyah191@gmail.com
Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Abstrak
Info Artikel
penelitian ini untuk mengetahui fokus pembelajaran sejarah lokal, wujud peran guru sejarah,
______________ Tujuan
kendala dan upaya yang dilakukan guru sejarah untuk mengembangkan karakter siswa. Penelitian ini
__
menggunakan metode kualitatif yang bersifat fenomenologi. Teknik pengumpulan data dengan cara
Sejarah Artikel:
Diterima
Disetujui
Dipublikasikan
______________
__
Keywords:
Teacher's Role,
Character, Local
History Learning
observasi langsung, wawancara dengan guru serta siswa kelas XI IPS dan studi dokumen. Pemeriksaan
keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber dan kecukupan referensi, sedangkan analisis
data menggunakan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) fokus pembelajaran
sejarah lokal di kelas XI IPS antara lain: peristiwa sekitar pertempuran ambarawa dan peninggalannya,
peninggalan sejarah lokal masa Hindu-Buddha, peninggalan masa islam, penyisipan nilai tradisi lokal
seperti tradisi tuguran dan peringatan 10 November dalam pembelajaran sejarah lokal. (2) Wujud peran
guru sejarah sebagai fasilitator dengan memfasilitasi siswa dengan memberi pembelajaran, mengelola
kelas, memberi contoh, dan evaluasi pembelajaran sejarah lokal di kelas XI IPS, sebagai pembimbing
dengan mendampingi, mengarahkan, memotivasi, menjadi konselor dan penghubung antar generasi
pembelajaran sejarah lokal, sebagai stimulus kreativitas dengan memberi variasi dalam mengajar,
menambah sumber sejarah lokal. (3) Kendala yang dihadapi guru seperti karakter siswa yang dibentuk
di rumah berbeda dengan di sekolah, kesulitan menyesuaikan karakter yang ingin dicapai dengan
materi, kesulitan memahami kondisi psikologi tiap siswa, kurangnya pengawasan terhadap siswa dan
pengaruh pergaulan di lingkungan. Upaya yang dilakukan guru dengan memberi contoh yang baik,
menasehati, membimbing, memotivasi, melakukan pendekatan personal dan membekali siswa dengan
pengetahuan agama sangatlah baik untuk mengembangkan karakter siswa, terutama dalam
pembelajaran sejarah lokal.
Abstract
The purpose of this study is to determine the focus of local history learning, manifestation of the role of
the history teacher, constraints and efforts which history teachers made to develop students' character.
This study employed a qualitative phenomenological research. The instruments used to collect the data
were direct observation, interview with teachers and students of XI IPS and document research.
Examination of the validity of the data used triangulation techniques with adequacy of resources and
references, while the analysis of the data used an interactive model. The results showed that (1) the
focus of teaching local history of XI IPS was: the battle of Ambarawa and its relics, the relics of local
history the Hindu-Buddha era, relics of Islam era, the insertion of the local tradition value as tuguran
tradition and 10 November commemoration in local history learning. (2) The manifestation of the role
of the history teacher was as a facilitator to facilitate student learning by providing, managing a
classroom, giving examples, and evaluating of local history teaching to XI IPS, as a supervisor to
assist, direct, motivate, be a counselor and liaison between generations in learning local history, as a
creative stimulus to give variations in teaching and add a source of local history. (3) The constraints
faced by teachers were the formed of students’ character which was different between in their house
and in the school, difficulties in adjusting characters to be achieved with the given material, difficulties
in understanding the psychological condition of each student, the lack of supervision of students and
social influences on the environment. The efforts which teachers made by giving a good example,
advising, guiding, motivating, doing personal approach and providing the students with the religion
knowledge was very good to develop students’ character, especially in local history learning.
© 2016 Universitas Negeri Semarang
Alamat
korespondensi:
Gedung C7 Lantai 1 FIS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: unnessosant@gmail.com
1
maupun peristiwa sangat diperlukan,
PENDAHULUAN
Pendidikan nasional harus dapat
menumbuhkan
jiwa
patriotik,
agar nantinya setiap individu mampu
menempatkan diri di tengah masyarakat.
air,
Pembelajaran sejarah adalah perpaduan
kebangsaan,
antara aktivitas belajar dan mengajar
kesetiakawanan sosial, kesadaran pada
yang dalamnya mempelajari tentang
sejarah bangsa, sikap menghargai jasa
peristiwa
para pahlawan, dan berorientasi kepada
1989:23). Proses pembelajaran sejarah
masa depan (Sumarsono, 2005:5). Peran
bukan sekedar menghafalkan fakta-fakta
guru sejarah menjadi salah satu kunci
melalui proses mendengarkan, mencatat,
keberhasilan dari setiap pengembangan
dan
individu siswa. Guru memiliki peranan
keseluruhan aspek. Sartono Kartodirdjo
seperti: (1) Mendidik dengan titik berat
dalam Suryani (2013: 209) bahwa dalam
memberikan arahan, bimbingan dan
rangka pembangunan karakter bangsa,
motivasi
pengajaran sejarah tidak semata-mata
mempertebal
meningkatkan
rasa
semangat
untuk
pembelajaran
cinta
tanah
pencapaian
yang lebih
tujuan
baik,
(2)
masa
lampau
menghafal
berfungsi
tetapi
untuk
(Widja,
mencakup
memberikan
Memberi fasilitas pencapaian tujuan
pengetahuan sejarah sebagai kumpulan
melalui
yang
informasi fakta sejarah, tetapi juga
memadai, (3) Membantu perkembangan
bertujuan menyadarkan anak didik atau
aspek-aspek pribadi siswa seperti sikap,
membangkitkan kesadaran sejarah.
pengalaman
belajar
nilai-nilai dan penyesuaian diri, tidak
Pentingnya mempelajari sejarah
hanya sebatas mengajar pelajaran tetapi
dijelaskan Brian Garvey dan Mary Krug
mampu merangsang siswa agar lebih
dalam
aktif dan kreatif (Slameto, 2015:97).
mempelajari
Guru sejarah selain sebagai seorang
beberapa maksud, yaitu; (a) To acquire
pendidik,
menjadi
knowledge of historical facts (untuk
fasilitator, pembimbing dan stimulus
memperoleh pengetahuan tentang fakta-
kreativitas bagi proses perkembangan
fakta
siswa
understanding or appreciation of past
harus
yang
mampu
dilakukan
secara
(Supardi,
sejarah).
2014:94),bahwa
sejarah
(b)
mempunyai
To
gain
an
events or periods or people (untuk
berkelanjutan.
yang
memperoleh pemahaman atau apresiasi
berkelanjutan baik dari aspek waktu
peristiwa masa lalu atau periode atau
Pembelajaran
sejarah
2
orang). (c) To acquire the ability to
yang terjadi pada masa lampau. Selain
evaluate and criticize historical writing
itu, menuntun siswa menjadi orang yang
(untuk
lebih baik secara moral, pribadi, karakter
memperoleh
kemampuan
mengevaluasi dan mengkritik penulisan
dan
sejarah). (d) To learn the techniques of
Menurut Hamid Hasan dalam (Mulyana,
historical research (untuk mempelajari
2007:187-188),
teknik dari penelitian sejarah). (e) To
sejarah lokal memegang posisi utama
learn how to write history (untuk
karena ia berkenaan dengan lingkungan
mempelajari
terdekat dan budaya siswa materi sejarah
bagaimana
menulis
lokal
sejarah).
Pembelajaran sejarah lokal dipilih
karena
memiliki
memiliki
mendukung
ciri
aspek
khusus
yang
pengembangan
ini
kesadaran
sejarah.
menegaskan
menjadi
dasar
bahwa
bagi
pengembangan jati diri pribadi, budaya,
dan sosial siswa. Sistem pendidikan
berbasis
kearifan
lokal
terkait
karakter. Ciri pembelajaran sejarah lokal
pembentukan warga negara dan negara-
tersebut dikemukakan Taufik Abdullah
bangsa yang berkembang proaktif akan
dalam
mampu menghadapi tantangan baru
(Priyadi,
2012:
77),
dapat
dibedakan menjadi empat golongan,
globalisasi
(Sariyatun,
yakni: (a) Pembelajaran sejarah lokal
Pembelajaran sejarah lokal merupakan
yang difokuskan pada suatu peristiwa
sarana untuk pembentukan jati diri
tertentu , studi peristiwa khusus atau apa
bangsa melalui kesadaran sejarah dan
yang disebut evenemental l‟evenement.
budaya. Pembelajaran sejarah lokal juga
(b) Pembelajaran sejarah lokal yang
sebagai pendekatan seorang guru dalam
lebih menekankan pada struktur. (c)
rangka
Pembelajaran
sejarah
lokal
yang
tentang kearifan lokal yang ada sekitar
mengambil
perkembangan
aspek
mereka. Pembelajaran sejarah lokal erat
mengenalkan
kepada
siswa
tertentu dalam kurun waktu tertentu
kaitannya
(tematis). (d) Pembelajaran sejarah lokal
karakter, dimana nilai-nilai kesejarahan
umum yang menguraikan perkembangan
mempengaruhi unsur-unsur pembentuk
daerah tertentu.
karakter.
Pembelajaran sejarah lokal lebih
membimbing
siswa
agar
dapat
memotivasi, memaknai setiap peristiwa
dengan
2013:231).
pengembangan
Hubungan pengembangan karakter
dengan
pembelajaran
sejarah
lokal
menjadi sangat kuat, dimana posisi
3
keduanya saling mempengaruhi satu
masyarakat
dengan yang lainnya. Aspek lokalitas,
Fenomena
temporal dan historis dalam sejarah
masyarakat
lokal
yang
hubungan antara masyarakat dengan
pengembangan
lingkungan sekitarnya. Fenomena ini
karakter yang hubungannya dengan
lebih menggambarkan bagaimana sikap
lingkungan. Nilai dalam pengembangan
masyarakat
karakter
lingkungan historis.
mendukung
terkandung
dalam
yang
nilai-nilai
berhubungan
dengan
di
wilayah
sosial
yang
Ambarawa.
terjadi
menggambarkan
dalam
di
pola
memperlakukan
sejarah lokal yaitu sikap peduli sosial
Peninggalan sejarah yang ada di
dan lingkungan, sikap kebangsaan, sikap
wilayah Ambarawa didominasi oleh
nasionalisme dan sikap menghargai
candi, arca batu maupun bangunan-
keragaman. Hubungan ini terlihat pada
bangunan masa kolonial. Peninggalan
bagaimana lingkungan lokal historis
masa prasejarah hingga masa Hindu-
membentuk
Buddha antara lain situs Candi Gedong
karakter siswa sesuai
ia
Songo, Candi Dukuh, Candi Ngempon.
dibesarkan. Menurut Asmani (2011:30-
Selain situs candi, banyak terdapat situs
31), dengan pendidikan karakter yang
arca batu maupun lingga yoni yang ada
diterapkan
dan
di Karangpawon, Banjaran, Candirejo,
berkelanjutan, seorang anak akan cerdas
Baran, Jubelan, Sumowono, Banyubiru,
emosinya.
Tuntang,
dengan
lingkungan
secara
dimana
sistematis
Aspek sejarah lokal yang berupa
lokalitas,
temporal
dan
historis,
Bergas
dan
Bandungan.
Peninggalan masa islam ditandai dengan
adanya
makam
tokoh-tokoh
islam
membuat pembelajaran sejarah lokal
seperti makam Kyai Joyoproyo di
dalam pengambangan karakter
sangat
Banyubiru dan makam Kyai Lembah di
cocok diterapkan di wilayah Ambarawa.
Ambarawa. Sejarah masa kolonial di
Ambarawa memiliki kekhasan lokal
Ambarawa ditandai dengan peninggalan
berupa peristiwa, fenomena maupun
bangunan dan fasilitas umum seperti:
tradisi yang masih ada hingga sekarang.
Museum Palagan Ambarawa, Monumen
Kekhasan lokal Ambarawa terlihat dari
Palagan Ambarawa,
banyaknya
Api Ambarawa , Benteng Willem 1
benda-benda
peninggalan
sejarah masa lampau, fenomena sosial
maupun tradisi terlihat pada kehidupan
(Benteng
Museum Kereta
Ambarawa),
Menara
dan
4
Gereja Jago, serta Kompleks Kamp
sangat diperlukan mengingat dari segi
Militer.
wilayah,
Permasalahan justru timbul dari
tempat
Ambarawa
dekat
hiburan malam
dengan
karaoke di
sikap maupun perilaku siswa di kelas XI
Bandungan. Aspek lingkungan sosial ini
IPS SMA Negeri 1 Ambarawa yang
yang menjadikan peran guru sejarah
masih
kesadaran
dalam pengembangan karakter siswa
Kesadaran yang dimaksud
yang hubungannya dengan lingkungan
belum
sejarah.
memiliki
seperti mulai berpartisipasi dalam upaya
menjadi sangat diperlukan.
pelestarian benda peninggalan sejarah
Tujuan dari penelitian ini adalah
lokal sesuai dengan kemampuannya. Hal
untuk mengetahui makna dari beberapa
ini terlihat dari sikap acuh, kurangnya
aspek yang menjadi kajian peneliti
kepedulian
di
seperti: (1) fokus pembelajaran sejarah
ikut
lokal di kelas XI IPS SMA Negeri 1
merusak
Ambarawa, (2) wujud peran guru sejarah
kurang
sebagai fasilitator, pembimbing dan
terhadap
stimulus kreativitas, (3) kendala dan
terhadap
sekitarnya
dan
melakukan
yang
sejarah.
memberikan
Siswa
respon
pembelajaran
sejarah
cenderung
tindakan
peninggalan
membahas
lingkungan
sejarah
lokal
mengenai
yang
ada
yang
upaya guru dalam mengembangkan
peninggalan
karakter
Ambarawa.
dengan lingkungan
di
Pengaruh lingkungan pergaulan remaja
di Ambarawa yang memberi dampak
siswa
yang
hubungannya
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan suatu
besar pada perkembangan siswa di kelas
penelitian
XI
historis,
fenomenologi. Menurut Denzin dan
lingkungan Ambarawa terkenal sebagai
Lincoln tahun 1987 dalam (Moleong,
tempat
2011:5), penelitian kualitatif adalah
IPS.
Selain
bernilai
berkumpulnya
geng
motor
kualitatif
bersifat
remaja yang biasa melakukan balapan
penelitian
liar di area jalan lingkar Ambarawa.
alamiah dengan maksud menafsirkan
Acara musik yang di selenggarakan
fenomena
setiap
sering
melibatkan berbagai metode yang ada.
disalahgunakan sebagai ajang untuk
Fenomenologi merupakan pandangan
pesta
berpikir yang menekankan fokus kepada
akhir
pekan,
minum-minuman keras bagi
siswa. Pengawasan orang tua menjadi
pengalaman
yang
yang
yang
menggunakan
terjadi
subjektif
latar
dengan
manusia
dan
5
dalam
hubungannya dengan lingkungan. Nilai-
berusaha
nilai lokal yang terkandung dalam
memahami arti peristiwa dan kaitan-
pembelajaran sejarah lokal, digunakan
kaitannya
terhadap orang-orang yang
sebagai dorongan agar siswa dapat
berbeda
dalam
memiliki kesadaran sejarah yang lebih
interpretasi
dunia.
Peneliti
pandangan
fenomenologi
situasi
tertentu
terhadap
(Moleong, 2011:14-17).
lingkungan
sekitarnya.
data
Kesadaran sejarah pada siswa digunakan
penelitian ini dengan cara observasi
sebagai salah satu unsur pembentuk
langsung, wawancara mendalam dan
karakter
studi dokumen. Pemeriksaan keabsahan
dengan lingkungan.
Teknik
pengumpulan
Berdasarkan
data penelitian ini dengan triangulasi
sumber
dan
kecukupan
referensi.
siswa
Peran
yang
hubungannya
pendekatan
Guru
Sejarah
inilah,
dalam
untuk
Pengembangan Karakter Siswa melalui
mendapatkan data dari sumber yang
Pembelajaran Sejarah Lokal di SMA
berbeda-beda dengan teknik yang sama
Negeri
(Sugiyono, 2012:242). Sedangkan teknik
maknanya secara lebih mendalam sesuai
analisis data penelitian menggunakan
dengan kondisi serta realita yang terjadi.
analisis model interaktif yaitu : (1) Data
Tujuannya agar pengalaman yang telah
Reduction (2) Data Display, dan (3)
dilalui dapat memberikan dampak positif
Verification (Sugiyono, 2012:246).
untuk diri dan lingkungannya.
Triangulasi
sumber
Penelitian
ini
berarti
berusaha
untuk
1
Ambarawa,
dapat
digali
HASIL DAN PEMBAHASAN
menampilkan makna dari peran guru
Fokus Pembelajaran Sejarah Lokal
sebagai fasilitator, pembimbing dan
dalam
stimulus
Karakter Siswa Kelas XI IPS SMA
kreativitas
yang
dalam
pelaksanaannya menjadi wadah dari
Proses
Pengembangan
Negeri 1 Ambarawa
peran guru lainnya. Selain itu makna
Sejarah lokal di Ambarawa sesuai
dari peran guru sejarah juga terlihat
dengan pengertian sejarah lokal yang
ketika kegiatan pembelajaran sejarah
dikemukakan Taufik Abdullah. Sejarah
lokal
lokal merupakan sejarah suatu daerah
diajarkan
kepada
siswa.
Pembelajaran sejarah lokal digunakan
yang
sebagai
dalam
perjanjian penulis, bisa berupa 2 sampai
pengembangan karakter siswa yang
3 wilayah administratif atau bahkan
salah
satu
upaya
batasannya
ditentukan
oleh
6
Nilai-nilai
sebuah kota atau desa. Penelitian ini
kepahlawanan
dapat
juga sesuai dengan pengertian Widja
diambil dari gigihnya perjuangan para
(1989:12-13) mengenai sejarah lokal
pahlawan seperti Jendral Soedirman dan
yaitu
Letkol
studi
tentang
kehidupan
Isdiman
masyarakat atau khususya komunitas
Palagan
dari
menyerah,
suatu
lingkungan
sekitar
dalam
Ambarawa.
pertempuran
Sikap
kebangsaan
pantang
dan
sikap
(neighborhood) tertentu dalam dinamika
nasionalisme yang sangat tinggi dari
perkembangan dalam berbagai aspek
para pahlawan. Aspek sosial yang dapat
kehidupan
diambil
manusia.
menggunakan
teori
Penelitian
holistik
ini
untuk
dari
pertempuran
peristiwa
sekitar
Ambarawa
ialah
mengkaji keseluruhan aspek yang telah
terdapatnya peran penyedia makanan
diteliti, agar dapat menjadi satu kesatuan
yang berupa “Nasi Nuk” atau dapur
yang utuh.
umum yang bersifat darurat, untuk
Fokus
pembelajaran
sejarah
memasok keperluan perbekalan para
lokalnya antara lain: Pertama , Sejarah
tentara
lokal
pertempuran
Aspek ekonomi dan politik tergambar
Palagan Ambarawa dan peninggalannya.
pada sistem dan kehidupan pasar yang
Pembelajaran sejarah lokal yang ada di
ada pada masa kolonial di Ambarawa.
peristiwa
sekitar
selama
perang
berlangsung.
kelas XI IPS SMA Negeri 1 Ambarawa,
Kedua, sejarah lokal peninggalan
memiliki penekanan lebih pada sejarah
Hindu-Buddha di wilayah Ambarawa
lokal masa kolonial. Selain karena
dan sekitarnya. Materi yang diajarkan
kerugian
mengenai sejarah masa Hindu-Buddha
yang
ditimbulkan
akibat
penjajahan, sejarah lokal masa kolonial
lebih
di
perkembangan kerajaan dan kehidupan
Ambarawa
juga
meninggalkan
banyak
sosial
ada
Peninggalan
tersebut.
Peninggalan
tersebut seperti Monumen dan Museum
wilayah
sekitar
Palagan Ambarawa, Museum Kereta
dijadikan sebagai contoh yang masih
Api Ambarawa, Benteng Willem I,
dapat dilihat secara langsung oleh siswa.
Menara dan Gereja Jago, Tugu Jam,
Peninggalan masa Hindu-Buddha yang
komplek bangunan masa kolonial yang
sering digunakan sebagai contoh ialah
berada di area Pasar Gamblok.
Candi Gedong 9 di Bandungan, Candi
sekarang.
ekonomi
pada
sejarah
peninggalan-peninggalan sejarah masih
hingga
politik
tentang
masa
yang ada di
Ambarawa
hanya
7
Ngempon di Bergas, dan Candi Dukuh
Kepatihan,
di
kecamatan Ambarawa.
Banyubiru.
Peninggalan
lainnya
kelurahan
Kranggan,
berupa situs-situs yang terdapat di
Keempat, penyisipan tradisi lokal
wilayah Kabupaten Semarang antara
yang berkembang di wilayah ambarawa
lain: (1) Yoni di Brongkol, Jambu (2)
dalam
Situs dusun Candi di desa Candigaron,
Tradisi yang biasa dilakukan masyarakat
situs
Jubelan,
Ambarawa ialah (1) Tuguran/ Selamatan
Sumowono, (3) Situs Lingga Yoni di
yang dilakukan pada saat malam 17
Sumurup
Yoni
Agustus setiap tahunnya. Tradisi ini
Karangpawon di Candirejo, situs Candi
dilakukan sebagai wujud mengenang
di
Sejambu,
kembali jasa-jasa para pahlawan yang
Tuntang, (4) Situs Candi Ngentak di
telah gugur dalam mempertahankan RI
desa Ngampin,
di
Watu
Lumpuk,
desa
Kalibeji,
Asinan,
Yoni
situs
situs Arca di Baran,
Ketiga , sejarah lokal peninggalan
lokal
masa
peninggalannya.
Ambarawa.
November
Kecamatan Ambarawa.
sejarah
pembelajaran
Islam
Peninggalan
dan
masa
Palagan
di
(2)
sejarah
lokal.
Peringatan
komplek
Ambarawa.
10
Monumen
Tradisi
ini
dilakukan setahun sekali pada malam 10
November
yang
bertujuan
untuk
islam lebih sering dipakai guru untuk
mengingat kembali jasa para pahlawan
mengaitkan
makam
dengan penanaman nasionalisme serta
berpengaruh
di
tokoh
daerah
yang
Ambarawa
sebagai
wujud
pelestarian
tradisi
dengan tradisi yang yang berkembang
kepahlawanan di Ambarawa. (3) Tradisi
dalam masyarakat. Tradisi yang masih
Merti Desa yang hampir sama dengan
dilakukan
seperti
daerah lainnya, yang digunakan sebagai
nyadran. Selain itu ada tradisi ziarah
simbol syukur kepada Tuhan Yang
kubur
dan nyekar di makam Kyai
Maha Esa. (4) Tradisi ziarah kubur dan
Joyoproyo, salah satu pengikut Pangeran
nyekar yang dilakukan pada makam
Diponegoro, yang teletak di Banyubiru.
leluhur. Tradisi ini berkaitan dengan
Peninggalan makam Kyai Lembah atau
tradisi masyarakat muslim Jawa dengan
Yasir
mendoakan orang yang telah lebih
hingga
Wanasalam
saat
ini
yang
merupakan
pendiri atau yang menemukan wilayah
Ambarawa,
yang
terletak
di
desa
dahulu meninggal.
8
Wujud
Guru
dalam
siswa, dapat mengelola kelas, dapat
Karakter
Siswa
menjadi
Peran
Mengembangkan
demonstrator
dan
elevator
Kelas XI IPS melalui Pembelajaran
dalam pembelajaran. Hasil pengamatan
Sejarah Lokal di SMA Negeri 1
peneliti di kelas XI IPS SMA Negeri 1
Ambarawa
Ambarawa, peran ini tercermin dalam
Relasi yang terjalin antar guru,
siswa, lingkungan, masyarakat
pendidikan
dapat
dan
mempengaruhi
kegiatan
guru
menyiapkan
sehari-hari
rencana
mengajar
kelas
XI
yang
pembelajaran,
IPS
dan
perkembangan karakter yang terjadi
mengevaluasi jalannya pembelajaran .
pada siswa. Interaksi sosial guru sejarah
Peran ini dijalankan dengan tujuan agar
dalam mengembangkan karakter siswa
semua siswa dapat menerima pelajaran
didukung oleh aspek lainnya. Relasi
yang
langsung antara guru dengan siswa
menjadi siswa yang aktif, kreatif dan
dapat terjadi secara langsung diluar jam
peduli lingkungan sekitar Ambarawa.
pembelajaran maupun terjadi secara
Selain itu dalam pembelajaran sejarah,
tidak langsung melalui pembelajaran
guru ditutut mampu memanfaatkan
sejarah lokal dalam kelas. Guru dapat
kemajuan
mengajarkan materi sejarah lokal pada
penyajian materi tidak hanya dengan
siswa
ceramah ataupun membaca saja.
yang mengandung nilai-nilai
kepahlawanan melalui pendidikan yang
diajarkan
dan
teknologi
Kedua ,
guru
berkembang
agar
sejarah
dalam
sebagai
ada di sekolah. Pembelajaran sejarah
pembimbing, ketika membimbing siswa
lokal yang diberikan guru pada siswa
maka guru sekaligus menjadi motivator
juga dibantu dengan adanya bukti
dalam pembelajaran, guru menjalankan
peninggalan yang nyata di lingkungan
perannya
masyarakat. Guru sejarah mengajarkan
generasi dalam menyampaikan materi,
sejarah lokal pada melalui contoh-
dan juga bertindak sebagai konselor
contoh kehidupan masyarakat maupun
untuk memecahkan masalah siswa.
peninggalan yang yang ada di sekitar
Wujud
lingkungan sekolah.
dilakukan GS 1 untuk kelas XI IPS 1
Pertama ,
peran
guru
sebagai
sebagai
peran
jembatan
pembimbing
antar
yang
sampai IPS 4 ialah dengan lebih
fasilitator ialah dapat menjadi pengajar
mendekatkan
siswa-siswanya
ke
dan dijadikan sumber belajar oleh
lingkungan. Mengaitkan sesuatu yang
9
ada dalam pembelajaran dengan kondisi
Sejarah Lokal di SMA Negeri 1
nyata yang terjadi di sekitar peserta
Ambarawa
didik
terutama
di
lingkungan
yang
dialami
guru
sejarah dalam mengembangkan karakter
Ambarawa.
Ketiga ,
Kendala
peran
guru
sebagai
antara lain:
stimulus kreativitas mewakili peran
Pertama , karakter yang dibentuk
guru sebagai pencari dan otoritas karena
guru sejarah di sekolah, terkadang
dengan semangat tersebut guru harus
berbenturan dengan karakter yang sudah
mampu
lebih
terbentuk sejak awal di lingkungan
berpikir kreatif dan aktif mencari hal-
keluarga. Kedua , kesulitan guru sejarah
hal yang belum diketahui. Guru sejarah
dalam menyesuaikan karakter apa yang
harus
mengembangakan
ingin dicapai dengan materi yang akan
konsep-konsep pembelajaran sejarah
disampaikan saat pembelajaran sejarah
lokal.
Konsep
lokal yang akan diajarkan. Ketiga , guru
harus
sesuai
mengajak
mampu
siswanya
yang
dikembangkan
dengan
dimensi
sejarah
masih
kesulitan
satu
per
untuk
pembelajaran sejarah lokal, tidak hanya
memahami
satu
kondisi
sejarah masa lampau tetapi juga masa
psikologi anak ketika pembalajaran
sekarang dan masa yang akan datang.
sejarah karena siswa cenderung pasif
Pengamatan peneliti saat masuk
dalam kelas. Keempat, kendala dalam
ke kelas XI IPS , dalam hal kreativitas
hal kurangnya pengawasan terhadap
siswa sudah terlihat dari adanya hiasan
siswa setelah berada diluar sekolah dan
kelas seperti foto para pahlawan, bentuk
faktor perkembangan teknologi dan
3D dari Rumah Gadang dan Coloseum.
penyalahgunaan
Siswa juga memiliki sifat ingin mencari
kendala
tahu sejarah dengan bertanya kepada
pergaulan siswa di lingkungan luar
guru, adanya keberanian siswa dalam
sekolah yang menyebabkan perubahan
mempresentasikan hasil materi yang
perilaku yang kurang sesuai dengan
telah dibaca
yang diajarkan dalam sekolah.
Kendala dan Upaya Guru dalam
yang
internet.
didapat
Kelima ,
dari
faktor
Mengatasi kendala tersebut, guru
Siswa
sudah melakukan beberapa upaya agar
Kelas XI IPS melalui Pembelajaran
pengembangan karakter berjalan secara
Mengembangkan
Karakter
maksimal.
Guru
sejarah
memberi
10
sering
siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 1
menasehati siswa dengan mengajaknya
adalah : (1) Pembelajaran sejarah lokal
untuk merenungi segala hal buruk yang
peristiwa sekitar pertempuran palagan
dilakukan
Ambarawa, baik dari segi politik,
contoh
yang
baik,
ketika
dan
dalam
jam
pembelajaran sejarah. Selain itu guru
ekonomi
juga selalu mengingatkan agar siswa
peninggalan bangunan kolonial. (2)
mematuhi tata tertib baik yang ada di
Kajian
sekolah maupun aturan yang ada di
Budhha
keluarga.
melakukan
khususnya Candi Gedong 9, Candi
pendekatan secara personal kepada
Ngempon dan Candi Dukuh. (3) Kajian
siswanya dan memberikan masukan
peninggalan masa Islam yang dikaitkan
tentang
dengan tradisi nyekar, ziarah kubur dan
Guru
hal-hal
sejarah
baik
yang
boleh
maupun
sosial
peninggalan
yang
dan
masa
Hindu-
berbentuk
Candi
dilakukan dan hal buruk yang tidak
nyadran
boleh dilakukan.
lingkungan masyarakat Ambarawa. (4)
Mengatasi kendala pengembangan
yang
Penyisipan
berkembang
tradisi
lokal
di
yang
karakter juga dilakukan guru saat
berkembang di wilayah Ambarawa
menjalankan
sebagai
dalam pembelajaran sejarah lokal yang
fasilitator, pendamping dan stimulus
meliputi tradisi Tuguran, Merti Desa,
kreatifitas dalam pembelajaran sejarah
dan peringatan 10 November di Palagan
lokal. Pembelajaran sejarah lokal adalah
Ambarawa.
perannya
Wujud
sarana yang di gunakan guru sejarah
peran
guru
dalam
untuk menyampaikan, mengajarkan dan
mengembangkan karakter siswa kelas
memotivasi
dapat
XI IPS melalui pembelajaran sejarah
berkembang ke arah yang baik. Cara
lokal di SMA Negeri 1 Ambarawa
yang dilakukan adalah membimbing
yaitu:
siswa untuk mampu menggali nilai-nilai
sebagai
baik
pelaksanaannya
dalam
siswa
sejarah
agar
lokal
dengan
(1)
Guru
fasilitator
sejarah
yang
guru
siswanya
bertindak
dalam
sejarah
kemajuan teknologi, untuk diterapkan di
memfasilitasi
dengan
kehidupan siswa sekarang.
perencanaan pembelajaran yang dibuat,
SIMPULAN
selain itu guru sejarah memfasilitasi
Fokus pembelajaran sejarah lokal
siswa dengan menjadi sumber belajar,
dalam proses pengembangan karakter
pengajar, pengelola, demonstrator dan
11
elevator dalam pembelajaran sejarah
berada
lokal. (2) Guru sejarah berperan sebagai
perkembangan
pembimbing yang bertindak selayaknya
penyalahgunaan internet. (5) Pergaulan
orang
dan
siswa di lingkungan luar sekolah yang
mengarahkan, selain itu membimbing
menyebabkan perubahan perilaku yang
dengan bertindak sebagai motivator,
kurang sesuai dengan yang diajarkan
menjembatani antar generasi dalam
dalam sekolah.
tua,
mendampingi
pembelajaran
menjadi
sejarah
konselor.
(3)
lokal,
Upaya
serta
Peran
guru
diluar
sekolah
dan
teknologi
guru
serta
sejarah
dalam
mengembangkan karakter siswa dengan
sejarah sebagai stimulus kreativitas
memberikan
siswa
menasehati dan membimbing siswa
dengan
memberikan
variasi
yang
agar
lebih
sebagai
melakukan pendekatan secara personal
pencari untuk memperkaya pengetahuan
dan memotivasi siswa agar aktif dan
dengan senantiasa mencari sumber-
mau
sumber sejarah lokal
maupun
bertindak
dan sebagai
melanggar
baik,
dalam pembelajaran sejarah lokal agar
menarik,
tidak
contoh
berpartisipasi
organisasi
dalam
peraturan,
kegiatan
sekolah
serta
membekali siswa dengan pengetahuan
otoritas.
Kendala dan upaya guru dalam
agama.
mengembangkan karakter siswa kelas
DAFTAR PUSTAKA
XI IPS melalui pembelajaran sejarah
Asmani, Jamal Ma’ruf. 2011. Buku
Panduan Internalisasi Pendidikan
Karakter di Sekolah. Yogyakarta:
Diva Press.
lokal di SMA Negeri 1 Ambarawa
yaitu: (1) Karakter yang dibentuk guru
sejarah
di
sekolah,
terkadang
berbenturan dengan karakter yang sudah
terbentuk di lingkungan keluarga. (2)
Kesulitan
guru
menyesuaikan
dicapai
dengan
sejarah
karakter
materi
yang
dalam
ingin
yang akan
Moleong, Lexy J. 2011. Meetodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Agus dan Restu Gunawan.
2007. Sejarah Lokal: Penulisan
dan Pembelajaran di Sekolah.
Bandung: Salameena Press.
diajarkan. (3) Guru sejarah kesulitan
memahami kondisi psikologi siswa
yang cenderung pasif. (4) Kurangnya
pengawasan terhadap siswa setelah
Priyadi, Sugeng. 2012. Sejarah Lokal:
Konsep
Metode
dan
Tantangannya .
Yogyakarta:
Ombak.
12
Sariyatun. 2013. “Pengembangan Model
Pendidikan Nilai-nilai Budaya di
SMP Berbasis Tradisi Seni Batik
Klasik
Surakarta”.
Jurnal
ParamitaI.Vol. 23:2. Hal. 231.
Slameto. 2015. Belajar dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya .
Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D .
Bandung: Alfabeta.
Supardi.
2014.
“Pendidikan
Multikultural dalam Pembelajaran
Sejarah
Lokal”.
Jurnal
Pembangunan
Pendidikan:
Fondasi dan Aplikasi. Vol. 2: 1.
Hal. 91-99.
Sumarsono S. 2005. Pendidikan
Kewarganegaraan.
Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Suryani, Nunuk. 2013. “Pengembangan
Model Internalisasi Nilai Karakter
dalam
Pembelajaran
Sejarah
Melalui Model Value Clarification
Technique”. Jurnal Paramita . Vol.
23:2. Hal. 209.
Widja, I Gde. 1989. Sejarah Lokal Suatu
Perspektif dalam Pengajaran
Sejarah. Jakarta: Depdikbud.
KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN SEJARAH
LOKAL DI SMA NEGERI 1 AMBARAWA
ARTIKEL SKRIPSI
Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sejarah
Oleh:
Reni Alfiyah
NIM. 3101412019
JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
1
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Artikel
skripsi
PEGEMBANGAN
dengan
judul
KARAKTER
“PERAN
SISWA
GURU
SEJARAH
MELALUI
DALAM
PEMBELAJARAN
SEJARAH LOKAL DI SMA NEGERI 1 AMBARAWA” ini telah diperiksa dan
disetujui oleh pembimbing pada :
Hari
: Selasa
Tanggal
: 7 Februari 2017
Dosen Pembimbing 1
Drs. Jayusman, M.Hum.
NIP. 196308151988031001
PARAMITA
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/paramita
PERAN GURU SEJARAH DALAM PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA
MELALUI PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL DI SMA NEGERI 1 AMBARAWA
Reni Alfiyah, Drs. Jayusman, M.Hum., Mukhamad Shokheh, S.Pd., MA.
renialfiyah191@gmail.com
Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Abstrak
Info Artikel
penelitian ini untuk mengetahui fokus pembelajaran sejarah lokal, wujud peran guru sejarah,
______________ Tujuan
kendala dan upaya yang dilakukan guru sejarah untuk mengembangkan karakter siswa. Penelitian ini
__
menggunakan metode kualitatif yang bersifat fenomenologi. Teknik pengumpulan data dengan cara
Sejarah Artikel:
Diterima
Disetujui
Dipublikasikan
______________
__
Keywords:
Teacher's Role,
Character, Local
History Learning
observasi langsung, wawancara dengan guru serta siswa kelas XI IPS dan studi dokumen. Pemeriksaan
keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber dan kecukupan referensi, sedangkan analisis
data menggunakan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) fokus pembelajaran
sejarah lokal di kelas XI IPS antara lain: peristiwa sekitar pertempuran ambarawa dan peninggalannya,
peninggalan sejarah lokal masa Hindu-Buddha, peninggalan masa islam, penyisipan nilai tradisi lokal
seperti tradisi tuguran dan peringatan 10 November dalam pembelajaran sejarah lokal. (2) Wujud peran
guru sejarah sebagai fasilitator dengan memfasilitasi siswa dengan memberi pembelajaran, mengelola
kelas, memberi contoh, dan evaluasi pembelajaran sejarah lokal di kelas XI IPS, sebagai pembimbing
dengan mendampingi, mengarahkan, memotivasi, menjadi konselor dan penghubung antar generasi
pembelajaran sejarah lokal, sebagai stimulus kreativitas dengan memberi variasi dalam mengajar,
menambah sumber sejarah lokal. (3) Kendala yang dihadapi guru seperti karakter siswa yang dibentuk
di rumah berbeda dengan di sekolah, kesulitan menyesuaikan karakter yang ingin dicapai dengan
materi, kesulitan memahami kondisi psikologi tiap siswa, kurangnya pengawasan terhadap siswa dan
pengaruh pergaulan di lingkungan. Upaya yang dilakukan guru dengan memberi contoh yang baik,
menasehati, membimbing, memotivasi, melakukan pendekatan personal dan membekali siswa dengan
pengetahuan agama sangatlah baik untuk mengembangkan karakter siswa, terutama dalam
pembelajaran sejarah lokal.
Abstract
The purpose of this study is to determine the focus of local history learning, manifestation of the role of
the history teacher, constraints and efforts which history teachers made to develop students' character.
This study employed a qualitative phenomenological research. The instruments used to collect the data
were direct observation, interview with teachers and students of XI IPS and document research.
Examination of the validity of the data used triangulation techniques with adequacy of resources and
references, while the analysis of the data used an interactive model. The results showed that (1) the
focus of teaching local history of XI IPS was: the battle of Ambarawa and its relics, the relics of local
history the Hindu-Buddha era, relics of Islam era, the insertion of the local tradition value as tuguran
tradition and 10 November commemoration in local history learning. (2) The manifestation of the role
of the history teacher was as a facilitator to facilitate student learning by providing, managing a
classroom, giving examples, and evaluating of local history teaching to XI IPS, as a supervisor to
assist, direct, motivate, be a counselor and liaison between generations in learning local history, as a
creative stimulus to give variations in teaching and add a source of local history. (3) The constraints
faced by teachers were the formed of students’ character which was different between in their house
and in the school, difficulties in adjusting characters to be achieved with the given material, difficulties
in understanding the psychological condition of each student, the lack of supervision of students and
social influences on the environment. The efforts which teachers made by giving a good example,
advising, guiding, motivating, doing personal approach and providing the students with the religion
knowledge was very good to develop students’ character, especially in local history learning.
© 2016 Universitas Negeri Semarang
Alamat
korespondensi:
Gedung C7 Lantai 1 FIS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: unnessosant@gmail.com
1
maupun peristiwa sangat diperlukan,
PENDAHULUAN
Pendidikan nasional harus dapat
menumbuhkan
jiwa
patriotik,
agar nantinya setiap individu mampu
menempatkan diri di tengah masyarakat.
air,
Pembelajaran sejarah adalah perpaduan
kebangsaan,
antara aktivitas belajar dan mengajar
kesetiakawanan sosial, kesadaran pada
yang dalamnya mempelajari tentang
sejarah bangsa, sikap menghargai jasa
peristiwa
para pahlawan, dan berorientasi kepada
1989:23). Proses pembelajaran sejarah
masa depan (Sumarsono, 2005:5). Peran
bukan sekedar menghafalkan fakta-fakta
guru sejarah menjadi salah satu kunci
melalui proses mendengarkan, mencatat,
keberhasilan dari setiap pengembangan
dan
individu siswa. Guru memiliki peranan
keseluruhan aspek. Sartono Kartodirdjo
seperti: (1) Mendidik dengan titik berat
dalam Suryani (2013: 209) bahwa dalam
memberikan arahan, bimbingan dan
rangka pembangunan karakter bangsa,
motivasi
pengajaran sejarah tidak semata-mata
mempertebal
meningkatkan
rasa
semangat
untuk
pembelajaran
cinta
tanah
pencapaian
yang lebih
tujuan
baik,
(2)
masa
lampau
menghafal
berfungsi
tetapi
untuk
(Widja,
mencakup
memberikan
Memberi fasilitas pencapaian tujuan
pengetahuan sejarah sebagai kumpulan
melalui
yang
informasi fakta sejarah, tetapi juga
memadai, (3) Membantu perkembangan
bertujuan menyadarkan anak didik atau
aspek-aspek pribadi siswa seperti sikap,
membangkitkan kesadaran sejarah.
pengalaman
belajar
nilai-nilai dan penyesuaian diri, tidak
Pentingnya mempelajari sejarah
hanya sebatas mengajar pelajaran tetapi
dijelaskan Brian Garvey dan Mary Krug
mampu merangsang siswa agar lebih
dalam
aktif dan kreatif (Slameto, 2015:97).
mempelajari
Guru sejarah selain sebagai seorang
beberapa maksud, yaitu; (a) To acquire
pendidik,
menjadi
knowledge of historical facts (untuk
fasilitator, pembimbing dan stimulus
memperoleh pengetahuan tentang fakta-
kreativitas bagi proses perkembangan
fakta
siswa
understanding or appreciation of past
harus
yang
mampu
dilakukan
secara
(Supardi,
sejarah).
2014:94),bahwa
sejarah
(b)
mempunyai
To
gain
an
events or periods or people (untuk
berkelanjutan.
yang
memperoleh pemahaman atau apresiasi
berkelanjutan baik dari aspek waktu
peristiwa masa lalu atau periode atau
Pembelajaran
sejarah
2
orang). (c) To acquire the ability to
yang terjadi pada masa lampau. Selain
evaluate and criticize historical writing
itu, menuntun siswa menjadi orang yang
(untuk
lebih baik secara moral, pribadi, karakter
memperoleh
kemampuan
mengevaluasi dan mengkritik penulisan
dan
sejarah). (d) To learn the techniques of
Menurut Hamid Hasan dalam (Mulyana,
historical research (untuk mempelajari
2007:187-188),
teknik dari penelitian sejarah). (e) To
sejarah lokal memegang posisi utama
learn how to write history (untuk
karena ia berkenaan dengan lingkungan
mempelajari
terdekat dan budaya siswa materi sejarah
bagaimana
menulis
lokal
sejarah).
Pembelajaran sejarah lokal dipilih
karena
memiliki
memiliki
mendukung
ciri
aspek
khusus
yang
pengembangan
ini
kesadaran
sejarah.
menegaskan
menjadi
dasar
bahwa
bagi
pengembangan jati diri pribadi, budaya,
dan sosial siswa. Sistem pendidikan
berbasis
kearifan
lokal
terkait
karakter. Ciri pembelajaran sejarah lokal
pembentukan warga negara dan negara-
tersebut dikemukakan Taufik Abdullah
bangsa yang berkembang proaktif akan
dalam
mampu menghadapi tantangan baru
(Priyadi,
2012:
77),
dapat
dibedakan menjadi empat golongan,
globalisasi
(Sariyatun,
yakni: (a) Pembelajaran sejarah lokal
Pembelajaran sejarah lokal merupakan
yang difokuskan pada suatu peristiwa
sarana untuk pembentukan jati diri
tertentu , studi peristiwa khusus atau apa
bangsa melalui kesadaran sejarah dan
yang disebut evenemental l‟evenement.
budaya. Pembelajaran sejarah lokal juga
(b) Pembelajaran sejarah lokal yang
sebagai pendekatan seorang guru dalam
lebih menekankan pada struktur. (c)
rangka
Pembelajaran
sejarah
lokal
yang
tentang kearifan lokal yang ada sekitar
mengambil
perkembangan
aspek
mereka. Pembelajaran sejarah lokal erat
mengenalkan
kepada
siswa
tertentu dalam kurun waktu tertentu
kaitannya
(tematis). (d) Pembelajaran sejarah lokal
karakter, dimana nilai-nilai kesejarahan
umum yang menguraikan perkembangan
mempengaruhi unsur-unsur pembentuk
daerah tertentu.
karakter.
Pembelajaran sejarah lokal lebih
membimbing
siswa
agar
dapat
memotivasi, memaknai setiap peristiwa
dengan
2013:231).
pengembangan
Hubungan pengembangan karakter
dengan
pembelajaran
sejarah
lokal
menjadi sangat kuat, dimana posisi
3
keduanya saling mempengaruhi satu
masyarakat
dengan yang lainnya. Aspek lokalitas,
Fenomena
temporal dan historis dalam sejarah
masyarakat
lokal
yang
hubungan antara masyarakat dengan
pengembangan
lingkungan sekitarnya. Fenomena ini
karakter yang hubungannya dengan
lebih menggambarkan bagaimana sikap
lingkungan. Nilai dalam pengembangan
masyarakat
karakter
lingkungan historis.
mendukung
terkandung
dalam
yang
nilai-nilai
berhubungan
dengan
di
wilayah
sosial
yang
Ambarawa.
terjadi
menggambarkan
dalam
di
pola
memperlakukan
sejarah lokal yaitu sikap peduli sosial
Peninggalan sejarah yang ada di
dan lingkungan, sikap kebangsaan, sikap
wilayah Ambarawa didominasi oleh
nasionalisme dan sikap menghargai
candi, arca batu maupun bangunan-
keragaman. Hubungan ini terlihat pada
bangunan masa kolonial. Peninggalan
bagaimana lingkungan lokal historis
masa prasejarah hingga masa Hindu-
membentuk
Buddha antara lain situs Candi Gedong
karakter siswa sesuai
ia
Songo, Candi Dukuh, Candi Ngempon.
dibesarkan. Menurut Asmani (2011:30-
Selain situs candi, banyak terdapat situs
31), dengan pendidikan karakter yang
arca batu maupun lingga yoni yang ada
diterapkan
dan
di Karangpawon, Banjaran, Candirejo,
berkelanjutan, seorang anak akan cerdas
Baran, Jubelan, Sumowono, Banyubiru,
emosinya.
Tuntang,
dengan
lingkungan
secara
dimana
sistematis
Aspek sejarah lokal yang berupa
lokalitas,
temporal
dan
historis,
Bergas
dan
Bandungan.
Peninggalan masa islam ditandai dengan
adanya
makam
tokoh-tokoh
islam
membuat pembelajaran sejarah lokal
seperti makam Kyai Joyoproyo di
dalam pengambangan karakter
sangat
Banyubiru dan makam Kyai Lembah di
cocok diterapkan di wilayah Ambarawa.
Ambarawa. Sejarah masa kolonial di
Ambarawa memiliki kekhasan lokal
Ambarawa ditandai dengan peninggalan
berupa peristiwa, fenomena maupun
bangunan dan fasilitas umum seperti:
tradisi yang masih ada hingga sekarang.
Museum Palagan Ambarawa, Monumen
Kekhasan lokal Ambarawa terlihat dari
Palagan Ambarawa,
banyaknya
Api Ambarawa , Benteng Willem 1
benda-benda
peninggalan
sejarah masa lampau, fenomena sosial
maupun tradisi terlihat pada kehidupan
(Benteng
Museum Kereta
Ambarawa),
Menara
dan
4
Gereja Jago, serta Kompleks Kamp
sangat diperlukan mengingat dari segi
Militer.
wilayah,
Permasalahan justru timbul dari
tempat
Ambarawa
dekat
hiburan malam
dengan
karaoke di
sikap maupun perilaku siswa di kelas XI
Bandungan. Aspek lingkungan sosial ini
IPS SMA Negeri 1 Ambarawa yang
yang menjadikan peran guru sejarah
masih
kesadaran
dalam pengembangan karakter siswa
Kesadaran yang dimaksud
yang hubungannya dengan lingkungan
belum
sejarah.
memiliki
seperti mulai berpartisipasi dalam upaya
menjadi sangat diperlukan.
pelestarian benda peninggalan sejarah
Tujuan dari penelitian ini adalah
lokal sesuai dengan kemampuannya. Hal
untuk mengetahui makna dari beberapa
ini terlihat dari sikap acuh, kurangnya
aspek yang menjadi kajian peneliti
kepedulian
di
seperti: (1) fokus pembelajaran sejarah
ikut
lokal di kelas XI IPS SMA Negeri 1
merusak
Ambarawa, (2) wujud peran guru sejarah
kurang
sebagai fasilitator, pembimbing dan
terhadap
stimulus kreativitas, (3) kendala dan
terhadap
sekitarnya
dan
melakukan
yang
sejarah.
memberikan
Siswa
respon
pembelajaran
sejarah
cenderung
tindakan
peninggalan
membahas
lingkungan
sejarah
lokal
mengenai
yang
ada
yang
upaya guru dalam mengembangkan
peninggalan
karakter
Ambarawa.
dengan lingkungan
di
Pengaruh lingkungan pergaulan remaja
di Ambarawa yang memberi dampak
siswa
yang
hubungannya
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan suatu
besar pada perkembangan siswa di kelas
penelitian
XI
historis,
fenomenologi. Menurut Denzin dan
lingkungan Ambarawa terkenal sebagai
Lincoln tahun 1987 dalam (Moleong,
tempat
2011:5), penelitian kualitatif adalah
IPS.
Selain
bernilai
berkumpulnya
geng
motor
kualitatif
bersifat
remaja yang biasa melakukan balapan
penelitian
liar di area jalan lingkar Ambarawa.
alamiah dengan maksud menafsirkan
Acara musik yang di selenggarakan
fenomena
setiap
sering
melibatkan berbagai metode yang ada.
disalahgunakan sebagai ajang untuk
Fenomenologi merupakan pandangan
pesta
berpikir yang menekankan fokus kepada
akhir
pekan,
minum-minuman keras bagi
siswa. Pengawasan orang tua menjadi
pengalaman
yang
yang
yang
menggunakan
terjadi
subjektif
latar
dengan
manusia
dan
5
dalam
hubungannya dengan lingkungan. Nilai-
berusaha
nilai lokal yang terkandung dalam
memahami arti peristiwa dan kaitan-
pembelajaran sejarah lokal, digunakan
kaitannya
terhadap orang-orang yang
sebagai dorongan agar siswa dapat
berbeda
dalam
memiliki kesadaran sejarah yang lebih
interpretasi
dunia.
Peneliti
pandangan
fenomenologi
situasi
tertentu
terhadap
(Moleong, 2011:14-17).
lingkungan
sekitarnya.
data
Kesadaran sejarah pada siswa digunakan
penelitian ini dengan cara observasi
sebagai salah satu unsur pembentuk
langsung, wawancara mendalam dan
karakter
studi dokumen. Pemeriksaan keabsahan
dengan lingkungan.
Teknik
pengumpulan
Berdasarkan
data penelitian ini dengan triangulasi
sumber
dan
kecukupan
referensi.
siswa
Peran
yang
hubungannya
pendekatan
Guru
Sejarah
inilah,
dalam
untuk
Pengembangan Karakter Siswa melalui
mendapatkan data dari sumber yang
Pembelajaran Sejarah Lokal di SMA
berbeda-beda dengan teknik yang sama
Negeri
(Sugiyono, 2012:242). Sedangkan teknik
maknanya secara lebih mendalam sesuai
analisis data penelitian menggunakan
dengan kondisi serta realita yang terjadi.
analisis model interaktif yaitu : (1) Data
Tujuannya agar pengalaman yang telah
Reduction (2) Data Display, dan (3)
dilalui dapat memberikan dampak positif
Verification (Sugiyono, 2012:246).
untuk diri dan lingkungannya.
Triangulasi
sumber
Penelitian
ini
berarti
berusaha
untuk
1
Ambarawa,
dapat
digali
HASIL DAN PEMBAHASAN
menampilkan makna dari peran guru
Fokus Pembelajaran Sejarah Lokal
sebagai fasilitator, pembimbing dan
dalam
stimulus
Karakter Siswa Kelas XI IPS SMA
kreativitas
yang
dalam
pelaksanaannya menjadi wadah dari
Proses
Pengembangan
Negeri 1 Ambarawa
peran guru lainnya. Selain itu makna
Sejarah lokal di Ambarawa sesuai
dari peran guru sejarah juga terlihat
dengan pengertian sejarah lokal yang
ketika kegiatan pembelajaran sejarah
dikemukakan Taufik Abdullah. Sejarah
lokal
lokal merupakan sejarah suatu daerah
diajarkan
kepada
siswa.
Pembelajaran sejarah lokal digunakan
yang
sebagai
dalam
perjanjian penulis, bisa berupa 2 sampai
pengembangan karakter siswa yang
3 wilayah administratif atau bahkan
salah
satu
upaya
batasannya
ditentukan
oleh
6
Nilai-nilai
sebuah kota atau desa. Penelitian ini
kepahlawanan
dapat
juga sesuai dengan pengertian Widja
diambil dari gigihnya perjuangan para
(1989:12-13) mengenai sejarah lokal
pahlawan seperti Jendral Soedirman dan
yaitu
Letkol
studi
tentang
kehidupan
Isdiman
masyarakat atau khususya komunitas
Palagan
dari
menyerah,
suatu
lingkungan
sekitar
dalam
Ambarawa.
pertempuran
Sikap
kebangsaan
pantang
dan
sikap
(neighborhood) tertentu dalam dinamika
nasionalisme yang sangat tinggi dari
perkembangan dalam berbagai aspek
para pahlawan. Aspek sosial yang dapat
kehidupan
diambil
manusia.
menggunakan
teori
Penelitian
holistik
ini
untuk
dari
pertempuran
peristiwa
sekitar
Ambarawa
ialah
mengkaji keseluruhan aspek yang telah
terdapatnya peran penyedia makanan
diteliti, agar dapat menjadi satu kesatuan
yang berupa “Nasi Nuk” atau dapur
yang utuh.
umum yang bersifat darurat, untuk
Fokus
pembelajaran
sejarah
memasok keperluan perbekalan para
lokalnya antara lain: Pertama , Sejarah
tentara
lokal
pertempuran
Aspek ekonomi dan politik tergambar
Palagan Ambarawa dan peninggalannya.
pada sistem dan kehidupan pasar yang
Pembelajaran sejarah lokal yang ada di
ada pada masa kolonial di Ambarawa.
peristiwa
sekitar
selama
perang
berlangsung.
kelas XI IPS SMA Negeri 1 Ambarawa,
Kedua, sejarah lokal peninggalan
memiliki penekanan lebih pada sejarah
Hindu-Buddha di wilayah Ambarawa
lokal masa kolonial. Selain karena
dan sekitarnya. Materi yang diajarkan
kerugian
mengenai sejarah masa Hindu-Buddha
yang
ditimbulkan
akibat
penjajahan, sejarah lokal masa kolonial
lebih
di
perkembangan kerajaan dan kehidupan
Ambarawa
juga
meninggalkan
banyak
sosial
ada
Peninggalan
tersebut.
Peninggalan
tersebut seperti Monumen dan Museum
wilayah
sekitar
Palagan Ambarawa, Museum Kereta
dijadikan sebagai contoh yang masih
Api Ambarawa, Benteng Willem I,
dapat dilihat secara langsung oleh siswa.
Menara dan Gereja Jago, Tugu Jam,
Peninggalan masa Hindu-Buddha yang
komplek bangunan masa kolonial yang
sering digunakan sebagai contoh ialah
berada di area Pasar Gamblok.
Candi Gedong 9 di Bandungan, Candi
sekarang.
ekonomi
pada
sejarah
peninggalan-peninggalan sejarah masih
hingga
politik
tentang
masa
yang ada di
Ambarawa
hanya
7
Ngempon di Bergas, dan Candi Dukuh
Kepatihan,
di
kecamatan Ambarawa.
Banyubiru.
Peninggalan
lainnya
kelurahan
Kranggan,
berupa situs-situs yang terdapat di
Keempat, penyisipan tradisi lokal
wilayah Kabupaten Semarang antara
yang berkembang di wilayah ambarawa
lain: (1) Yoni di Brongkol, Jambu (2)
dalam
Situs dusun Candi di desa Candigaron,
Tradisi yang biasa dilakukan masyarakat
situs
Jubelan,
Ambarawa ialah (1) Tuguran/ Selamatan
Sumowono, (3) Situs Lingga Yoni di
yang dilakukan pada saat malam 17
Sumurup
Yoni
Agustus setiap tahunnya. Tradisi ini
Karangpawon di Candirejo, situs Candi
dilakukan sebagai wujud mengenang
di
Sejambu,
kembali jasa-jasa para pahlawan yang
Tuntang, (4) Situs Candi Ngentak di
telah gugur dalam mempertahankan RI
desa Ngampin,
di
Watu
Lumpuk,
desa
Kalibeji,
Asinan,
Yoni
situs
situs Arca di Baran,
Ketiga , sejarah lokal peninggalan
lokal
masa
peninggalannya.
Ambarawa.
November
Kecamatan Ambarawa.
sejarah
pembelajaran
Islam
Peninggalan
dan
masa
Palagan
di
(2)
sejarah
lokal.
Peringatan
komplek
Ambarawa.
10
Monumen
Tradisi
ini
dilakukan setahun sekali pada malam 10
November
yang
bertujuan
untuk
islam lebih sering dipakai guru untuk
mengingat kembali jasa para pahlawan
mengaitkan
makam
dengan penanaman nasionalisme serta
berpengaruh
di
tokoh
daerah
yang
Ambarawa
sebagai
wujud
pelestarian
tradisi
dengan tradisi yang yang berkembang
kepahlawanan di Ambarawa. (3) Tradisi
dalam masyarakat. Tradisi yang masih
Merti Desa yang hampir sama dengan
dilakukan
seperti
daerah lainnya, yang digunakan sebagai
nyadran. Selain itu ada tradisi ziarah
simbol syukur kepada Tuhan Yang
kubur
dan nyekar di makam Kyai
Maha Esa. (4) Tradisi ziarah kubur dan
Joyoproyo, salah satu pengikut Pangeran
nyekar yang dilakukan pada makam
Diponegoro, yang teletak di Banyubiru.
leluhur. Tradisi ini berkaitan dengan
Peninggalan makam Kyai Lembah atau
tradisi masyarakat muslim Jawa dengan
Yasir
mendoakan orang yang telah lebih
hingga
Wanasalam
saat
ini
yang
merupakan
pendiri atau yang menemukan wilayah
Ambarawa,
yang
terletak
di
desa
dahulu meninggal.
8
Wujud
Guru
dalam
siswa, dapat mengelola kelas, dapat
Karakter
Siswa
menjadi
Peran
Mengembangkan
demonstrator
dan
elevator
Kelas XI IPS melalui Pembelajaran
dalam pembelajaran. Hasil pengamatan
Sejarah Lokal di SMA Negeri 1
peneliti di kelas XI IPS SMA Negeri 1
Ambarawa
Ambarawa, peran ini tercermin dalam
Relasi yang terjalin antar guru,
siswa, lingkungan, masyarakat
pendidikan
dapat
dan
mempengaruhi
kegiatan
guru
menyiapkan
sehari-hari
rencana
mengajar
kelas
XI
yang
pembelajaran,
IPS
dan
perkembangan karakter yang terjadi
mengevaluasi jalannya pembelajaran .
pada siswa. Interaksi sosial guru sejarah
Peran ini dijalankan dengan tujuan agar
dalam mengembangkan karakter siswa
semua siswa dapat menerima pelajaran
didukung oleh aspek lainnya. Relasi
yang
langsung antara guru dengan siswa
menjadi siswa yang aktif, kreatif dan
dapat terjadi secara langsung diluar jam
peduli lingkungan sekitar Ambarawa.
pembelajaran maupun terjadi secara
Selain itu dalam pembelajaran sejarah,
tidak langsung melalui pembelajaran
guru ditutut mampu memanfaatkan
sejarah lokal dalam kelas. Guru dapat
kemajuan
mengajarkan materi sejarah lokal pada
penyajian materi tidak hanya dengan
siswa
ceramah ataupun membaca saja.
yang mengandung nilai-nilai
kepahlawanan melalui pendidikan yang
diajarkan
dan
teknologi
Kedua ,
guru
berkembang
agar
sejarah
dalam
sebagai
ada di sekolah. Pembelajaran sejarah
pembimbing, ketika membimbing siswa
lokal yang diberikan guru pada siswa
maka guru sekaligus menjadi motivator
juga dibantu dengan adanya bukti
dalam pembelajaran, guru menjalankan
peninggalan yang nyata di lingkungan
perannya
masyarakat. Guru sejarah mengajarkan
generasi dalam menyampaikan materi,
sejarah lokal pada melalui contoh-
dan juga bertindak sebagai konselor
contoh kehidupan masyarakat maupun
untuk memecahkan masalah siswa.
peninggalan yang yang ada di sekitar
Wujud
lingkungan sekolah.
dilakukan GS 1 untuk kelas XI IPS 1
Pertama ,
peran
guru
sebagai
sebagai
peran
jembatan
pembimbing
antar
yang
sampai IPS 4 ialah dengan lebih
fasilitator ialah dapat menjadi pengajar
mendekatkan
siswa-siswanya
ke
dan dijadikan sumber belajar oleh
lingkungan. Mengaitkan sesuatu yang
9
ada dalam pembelajaran dengan kondisi
Sejarah Lokal di SMA Negeri 1
nyata yang terjadi di sekitar peserta
Ambarawa
didik
terutama
di
lingkungan
yang
dialami
guru
sejarah dalam mengembangkan karakter
Ambarawa.
Ketiga ,
Kendala
peran
guru
sebagai
antara lain:
stimulus kreativitas mewakili peran
Pertama , karakter yang dibentuk
guru sebagai pencari dan otoritas karena
guru sejarah di sekolah, terkadang
dengan semangat tersebut guru harus
berbenturan dengan karakter yang sudah
mampu
lebih
terbentuk sejak awal di lingkungan
berpikir kreatif dan aktif mencari hal-
keluarga. Kedua , kesulitan guru sejarah
hal yang belum diketahui. Guru sejarah
dalam menyesuaikan karakter apa yang
harus
mengembangakan
ingin dicapai dengan materi yang akan
konsep-konsep pembelajaran sejarah
disampaikan saat pembelajaran sejarah
lokal.
Konsep
lokal yang akan diajarkan. Ketiga , guru
harus
sesuai
mengajak
mampu
siswanya
yang
dikembangkan
dengan
dimensi
sejarah
masih
kesulitan
satu
per
untuk
pembelajaran sejarah lokal, tidak hanya
memahami
satu
kondisi
sejarah masa lampau tetapi juga masa
psikologi anak ketika pembalajaran
sekarang dan masa yang akan datang.
sejarah karena siswa cenderung pasif
Pengamatan peneliti saat masuk
dalam kelas. Keempat, kendala dalam
ke kelas XI IPS , dalam hal kreativitas
hal kurangnya pengawasan terhadap
siswa sudah terlihat dari adanya hiasan
siswa setelah berada diluar sekolah dan
kelas seperti foto para pahlawan, bentuk
faktor perkembangan teknologi dan
3D dari Rumah Gadang dan Coloseum.
penyalahgunaan
Siswa juga memiliki sifat ingin mencari
kendala
tahu sejarah dengan bertanya kepada
pergaulan siswa di lingkungan luar
guru, adanya keberanian siswa dalam
sekolah yang menyebabkan perubahan
mempresentasikan hasil materi yang
perilaku yang kurang sesuai dengan
telah dibaca
yang diajarkan dalam sekolah.
Kendala dan Upaya Guru dalam
yang
internet.
didapat
Kelima ,
dari
faktor
Mengatasi kendala tersebut, guru
Siswa
sudah melakukan beberapa upaya agar
Kelas XI IPS melalui Pembelajaran
pengembangan karakter berjalan secara
Mengembangkan
Karakter
maksimal.
Guru
sejarah
memberi
10
sering
siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 1
menasehati siswa dengan mengajaknya
adalah : (1) Pembelajaran sejarah lokal
untuk merenungi segala hal buruk yang
peristiwa sekitar pertempuran palagan
dilakukan
Ambarawa, baik dari segi politik,
contoh
yang
baik,
ketika
dan
dalam
jam
pembelajaran sejarah. Selain itu guru
ekonomi
juga selalu mengingatkan agar siswa
peninggalan bangunan kolonial. (2)
mematuhi tata tertib baik yang ada di
Kajian
sekolah maupun aturan yang ada di
Budhha
keluarga.
melakukan
khususnya Candi Gedong 9, Candi
pendekatan secara personal kepada
Ngempon dan Candi Dukuh. (3) Kajian
siswanya dan memberikan masukan
peninggalan masa Islam yang dikaitkan
tentang
dengan tradisi nyekar, ziarah kubur dan
Guru
hal-hal
sejarah
baik
yang
boleh
maupun
sosial
peninggalan
yang
dan
masa
Hindu-
berbentuk
Candi
dilakukan dan hal buruk yang tidak
nyadran
boleh dilakukan.
lingkungan masyarakat Ambarawa. (4)
Mengatasi kendala pengembangan
yang
Penyisipan
berkembang
tradisi
lokal
di
yang
karakter juga dilakukan guru saat
berkembang di wilayah Ambarawa
menjalankan
sebagai
dalam pembelajaran sejarah lokal yang
fasilitator, pendamping dan stimulus
meliputi tradisi Tuguran, Merti Desa,
kreatifitas dalam pembelajaran sejarah
dan peringatan 10 November di Palagan
lokal. Pembelajaran sejarah lokal adalah
Ambarawa.
perannya
Wujud
sarana yang di gunakan guru sejarah
peran
guru
dalam
untuk menyampaikan, mengajarkan dan
mengembangkan karakter siswa kelas
memotivasi
dapat
XI IPS melalui pembelajaran sejarah
berkembang ke arah yang baik. Cara
lokal di SMA Negeri 1 Ambarawa
yang dilakukan adalah membimbing
yaitu:
siswa untuk mampu menggali nilai-nilai
sebagai
baik
pelaksanaannya
dalam
siswa
sejarah
agar
lokal
dengan
(1)
Guru
fasilitator
sejarah
yang
guru
siswanya
bertindak
dalam
sejarah
kemajuan teknologi, untuk diterapkan di
memfasilitasi
dengan
kehidupan siswa sekarang.
perencanaan pembelajaran yang dibuat,
SIMPULAN
selain itu guru sejarah memfasilitasi
Fokus pembelajaran sejarah lokal
siswa dengan menjadi sumber belajar,
dalam proses pengembangan karakter
pengajar, pengelola, demonstrator dan
11
elevator dalam pembelajaran sejarah
berada
lokal. (2) Guru sejarah berperan sebagai
perkembangan
pembimbing yang bertindak selayaknya
penyalahgunaan internet. (5) Pergaulan
orang
dan
siswa di lingkungan luar sekolah yang
mengarahkan, selain itu membimbing
menyebabkan perubahan perilaku yang
dengan bertindak sebagai motivator,
kurang sesuai dengan yang diajarkan
menjembatani antar generasi dalam
dalam sekolah.
tua,
mendampingi
pembelajaran
menjadi
sejarah
konselor.
(3)
lokal,
Upaya
serta
Peran
guru
diluar
sekolah
dan
teknologi
guru
serta
sejarah
dalam
mengembangkan karakter siswa dengan
sejarah sebagai stimulus kreativitas
memberikan
siswa
menasehati dan membimbing siswa
dengan
memberikan
variasi
yang
agar
lebih
sebagai
melakukan pendekatan secara personal
pencari untuk memperkaya pengetahuan
dan memotivasi siswa agar aktif dan
dengan senantiasa mencari sumber-
mau
sumber sejarah lokal
maupun
bertindak
dan sebagai
melanggar
baik,
dalam pembelajaran sejarah lokal agar
menarik,
tidak
contoh
berpartisipasi
organisasi
dalam
peraturan,
kegiatan
sekolah
serta
membekali siswa dengan pengetahuan
otoritas.
Kendala dan upaya guru dalam
agama.
mengembangkan karakter siswa kelas
DAFTAR PUSTAKA
XI IPS melalui pembelajaran sejarah
Asmani, Jamal Ma’ruf. 2011. Buku
Panduan Internalisasi Pendidikan
Karakter di Sekolah. Yogyakarta:
Diva Press.
lokal di SMA Negeri 1 Ambarawa
yaitu: (1) Karakter yang dibentuk guru
sejarah
di
sekolah,
terkadang
berbenturan dengan karakter yang sudah
terbentuk di lingkungan keluarga. (2)
Kesulitan
guru
menyesuaikan
dicapai
dengan
sejarah
karakter
materi
yang
dalam
ingin
yang akan
Moleong, Lexy J. 2011. Meetodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Agus dan Restu Gunawan.
2007. Sejarah Lokal: Penulisan
dan Pembelajaran di Sekolah.
Bandung: Salameena Press.
diajarkan. (3) Guru sejarah kesulitan
memahami kondisi psikologi siswa
yang cenderung pasif. (4) Kurangnya
pengawasan terhadap siswa setelah
Priyadi, Sugeng. 2012. Sejarah Lokal:
Konsep
Metode
dan
Tantangannya .
Yogyakarta:
Ombak.
12
Sariyatun. 2013. “Pengembangan Model
Pendidikan Nilai-nilai Budaya di
SMP Berbasis Tradisi Seni Batik
Klasik
Surakarta”.
Jurnal
ParamitaI.Vol. 23:2. Hal. 231.
Slameto. 2015. Belajar dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya .
Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D .
Bandung: Alfabeta.
Supardi.
2014.
“Pendidikan
Multikultural dalam Pembelajaran
Sejarah
Lokal”.
Jurnal
Pembangunan
Pendidikan:
Fondasi dan Aplikasi. Vol. 2: 1.
Hal. 91-99.
Sumarsono S. 2005. Pendidikan
Kewarganegaraan.
Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Suryani, Nunuk. 2013. “Pengembangan
Model Internalisasi Nilai Karakter
dalam
Pembelajaran
Sejarah
Melalui Model Value Clarification
Technique”. Jurnal Paramita . Vol.
23:2. Hal. 209.
Widja, I Gde. 1989. Sejarah Lokal Suatu
Perspektif dalam Pengajaran
Sejarah. Jakarta: Depdikbud.