ABORSI DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

ABORSI DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM
Nilda Susilawati, M. Ag
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Bengkulu
Jl. Raden Fatah Pagar Dewa Bengkulu 38613
e-mail: nildaqila@gmail.com

Abstract : Abortion in Islamic Perspective. Abortion is an act of ending the pregnancy or an act of
conception before the embrio survive outside the mother’s womb. The islamic scholars are of different
opinion regarding the verdict of abortion for the fetus before the soul is blowed. The reason why some
of Islamic scholars are allowing the abortion is that there is no killing on it, because it has no soul yet.
But the other of islamic scholars are prohibited the abortion because it is similiar to killing the baby,
except in the urgent condition. Most of Islamic scholars agreed that if the baby soul has been revealed,
then it is prohibited to do an abortion, because the baby is a live, and it is similar to an act of killing a
living human. And the sentence is to pay kafarat and diat and ghirrah that is to free the faithful
servant. And if he is unable to do that he must fast for two months continously, as mentioned in surat
an-nisa’ verse 92
Keywords: abortion, Islamic law
Abstrak: Aborsi dalam Tinjauan Hukum Islam. Aborsi merupakan tindakan mengakhirkan
kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ulama berbeda pendapat
tentang hukum melakukan aborsi sebelum usia bayi ditiupkan ruhnya. Sebagian ulama membolehkan
dengan alasan tidak ada nyata yang dibunuh, sedangkan sebagian yang lain mengharamkannya karena

dianggap membunuh bayi, kecuali dalam kondisi darurat dan hajat. Dalam hal usia bayi telah
ditiupkan ruhnya, sepakat para ulama tentang pengharamannya, karena melakukan aborsi saat bayi
telah ditiupkan ruhnya atau bernyawa, sama halnya dengan menghilangkan nyawa atau membunuh.
Hukuman bagi pelaku membayar kafarat disamping diat dan ghirrah yaitu memerdekan seorang budak
beriman, jika tidak dapat maka harus berpuasa dua bulan berturut-turut sebagaimana yang diatur
dalam surat an-nisa’ ayat 92.
Kata Kunci: aborsi, hukum Islam

Pertumbuhan anak yang dimulai

Pendahuluan
Anak merupakan anugrah yang

dari proses perkembangan janin dalam

diberikan sang pencipta kepada hambanya.

rahim dalam beberapa fase kemudian

Memeliharanya


berkembang

kewajiban,
makhluk

merupakan

karena
hidup

perlindungan

anak
yang

dan

suatu


hingga

lahirnya

bayi

merupakan

membutuhkan waktu yang cukup lama,

membutuhkan

hingga dibutuhkan perhatian dan usaha

kasih

sayang.

agar pertumbuhan janin bisa berkembang


Perkembangan kehidupan seorang anak

dengan sempurna sebagaimana terdapat

sangat ditentukan oleh tindakan orang tua

dalam firman Allah surat al-Hajj ayat 5:

untuk menjadikannya berkembang dengan
baik.







MIZANI Vol. 25, No. 2, Agustus 2015
















 










 



  
















  





 



 








  








Artinya: Hai manusia, jika kamu dalam



keraguan






Sesungguhnya



Kami

telah

menjadikan kamu dari

tanah,

kemudian

mani,

dari

setetes


kemudian dari segumpal daging



yang sempurna kejadiannya dan



yang tidak sempurna, agar Kami



jelaskan kepada kamu dan Kami



tetapkan dalam rahim, apa yang




yang sudah ditentukan, kemudian





Kami kehendaki sampai waktu



Kami keluarkan kamu sebagai
bayi,






kebangkitan

kemudian dari segumpal darah,





tentang

(dari kubur), Maka (ketahuilah)







kemudian

berangsur-



angsur)

(dengan
kamu

sampailah kepada kedewasaan,



dan di antara kamu ada yang
diwafatkan
114

dan

(adapula)

di

Nilda : Aborsi dalam Hukum Islam
antara kamu yang dipanjangkan

kontroversi pendapat ulama tentang aborsi

umurnya sampai pikun, supaya

terutama dalam hal aborsi yang dilakukan

Dia

sebelum janin ditiupkan roh maupun

tidak

mengetahui

lagi

sesuatupun yang dahulunya telah

setelah ditiupkan roh.

diketahuinya. dan kamu Lihat
bumi ini kering, kemudian apabila
telah

Kami

turunkan

air

di

Pembahasan
1. Aborsi
Mentruasi

atasnya, hiduplah bumi itu dan
suburlah

dan

berbagai

merupakan istilah bahasa Inggris

menumbuhkan

macam

regulation

yang

tumbuh-

telah

diterjemahkan

oleh

Dokter Arab menjadi istilah wasail

tumbuhan yang indah.

al-ijhadh

(cara

penggungguran

Kehadiran anak dalam keluarga

kandungan yang masih muda),

untuk sebagian orang merupakan hal yang

sedangkan abortus diterjemahkan

sangat didambakan, dengan melakukan

menjadi istilah isqath al-hamli

berbagai usaha untuk memperoleh anak.

(pengguguran

Namun sebagian wanita lain ada juga yang

sudah tua atau sudah bernyawa).

tidak medambakan anak, hal ini bisa

Keduanya

disebabkan oleh banyak faktor seperti

merupakan praktek pengguguran

faktor ekonomi, kesehatan, karir maupun

kandungan.1

kandungan

menurut

yang

Mahjuddin

korban

perkosaan.

Menurut Sardikin Ginaputra

ini

mendorong

dan Maryono sebagaimana yang

seseorang untuk melakukan aborsi, yang

dikutip Kutbuddin Aibak, aborsi

sangat beresiko terhadap janinnya maupun

ialah mengakhirkan kehamilan atau

dirinya sendiri.

hasil konsepsi sebelum janin dapat

kehamilan

akibat

Seringkali

kondisi

dijadikan

hidup di luar kandungan. Menurut

alternatif untuk keluar dari masalah yang

Maryono Reksodiputra, aborsi ialah

dihadapi, sehingga sering kali orang

pengeluaran

mengabaikan resiko yang akan dihadapi

rahim sebelum waktunya (sebelum

hingga bisa berujung kepada kematian.

dapat lahir secara ilmiah)2

Melakukan

aborsi

hasil konsepsi dari

Tindakan ini berimplikasi hukum terhadap
pelakunya maupun orang yang yang
membantu dalam

melakukan aborsi.

Dalam Islam tindakan aborsi menjadi
perhatian,

hingga

muncul

berbagai

1

Mahjuddin, Masail Fiqhiyah Berbagai
Kasus yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini,
(Jakarta: Kalam Muia, 2005), h.76
2
Masfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah; Kapita
Selekta Hukum Islam, (Jakarta: Haji Masagung,
1994), h. 78

MIZANI Vol. 25, No. 2, Agustus 2015
menurut

Abdul

Ninth New Colegiate sebagaimana

aborsi

adalah

yang dikutip Maria menyebutkan

kandungan dan perampasan hak

bahwa aborsi adalah keluarnya

hidup janin atau perbuatan yang

janin secara spontan atau paksa

dapat memisahkan janin dari rahim

yang

ibu.

Dalam

biasa

minggu

kamus

dilakukan

ke-12

kehamilan.

Webster

dalam

Audah,

pengguguran

Sementara

menurut

al-

dari

Ghazaku, aborsi adalah pelenyapan

lengkap

nyawa yang ada di dalam janin atau

pertama

Defini

Qadir

mengenai hal tersebut tercakup

merusak

dalam Grolier Family Ensiclopedia

dikonsepsi (al-maujud al-hashil).

yang

menyebutkan

pengertian

Jika tes urin ternyata hasil positif,

aborsi

adalah

penghentian

itulah awal dari kehidupan. Dan,

kehamilan

dengan

jika

cara

sesuatu

dirusak

yang

maka

sudah

hal

itu

menghilangkan atau merusak janin

merupakan

sebelum masa kelahiran, yang bisa

(jinayah)

dilakukan dengan cara spontan atau

mengatakan: “pengguguran setelah

dikeluarkan

terjadinya pembuahan merupakan

janin

dengan

cara

paksa.3

perbuatan

pelanggaran

pidana

sebagaimana

beliau

jinayah,

dikarenakan

fase kehidupan tersebut bertingkat.

Pengertian aborsi menurut
berbeda

Fase pertama adalah terpancarnya

dengan ahli fikih, karena tidak

sperma ke dalam sperma ke dalam

menetapkan usia maksimal, baik

vagina yang kemudian bertemu

pengguguran kandungan dilakukan

dengan ovum perempuan. Setelah

dalam usia kehamilan nol minggu,

terjadi konsepsi, berarti sudah

20 minggu maupun lebih dari itu

mulai

dianggap sama sebagai aborsi.

tersebut terus berkembang), dan

Pengerian aborsi menurut para ahli

jika

fikih seperti yang dijelaskan oleh

jinayah.4

kedokteran

tersebut

ada

dirusak

kehidupan

maka

(sel-sel

tergolong

Ibrahim Al-Nakhai: Aborsi adalah
pengguguran janin dari rahim ibu
hamil

baik

sudah

2. Macam-macam Aborsi
Ada

berbentuk

dua

macam

abortus

(pengguguran) yaitu:

sempurna atau belum. Begitu juga
3

4

MariaUlfa Anshor, Fikih Aborsi; Wacana
Penguatan Hak Reproduksi Perempuan, Jakarta;
Kompas Media Nusantara, h. 36

MariaUlfa Anshor, Fikih Aborsi; Wacana
Penguatan Hak Reproduksi Perempuan, Jakarta;
Kompas Media Nusantara, h. 36

116

Nilda : Aborsi dalam Hukum Islam
1. Abortus

spontan

Sedangkan

(spontaneus

menstrual

abortus), ialah abortus yang

regulation secara harfiah artinya

tidak

pengaturan

di

spontan

sengaja.
bias

penyakit

Abortus
karena

bulan/haid, tetapi dalam prakteknya

kecelakaan

dilakukan terhadap wanita yang

terjadi

sifilis,

merasa terlambat waktu menstruasi

dsbnya.
2. Abortus

menstruasi/datang

yang

di

dan

sengaja

berdasarkan

pemeriksaan

(abortus provocatus/induced pro

laboratorium ternyata positif hamil

abortion). Abortus ini ada dua

dan mulai mengandung, kemudian

macam yaitu:

ia minta agar dibereskan janinnya.
artificialis

Maka jelaslah bahwa menstrual

therapicus, yakni abortus

regulation itu pada hakikatnya

yang dilakukan oleh dokter

adalah

atas dasar indikasi medis.

criminalis sekalipun dilakukan oleh

Misalnya

dokter. Karena itu, abortus dan

a. Abortus

jika

kehamilan

diteruskan

menstrual

bisa

membahayakan

jiwa

adalah

mendorong

berat dan penyakit ginjal

melakukan

yang berat.

kandungan

pembunuhan

seorang

dokter

pengguguran
pada

seorang

ibu.

Faktor-faktor itu antara lain:

povocatus
yakni

pada

Adapun beberapa faktor yang

berat, seperti TBC yang

criminalis,

itu

janin secara terselubung.6

yang

b. Abortus

provicatus

regulation

hakikatnya

si

calon ibu, karena misalnya
penyakit-penyakit

abortus

• Indikasi medis, yaitu seorang

abortus

yang dilakukan tanpa dasar

dokter

indikasi

medis.

misalnya

kandungan seorang ibu, karena

abortus

yang

dilakukan

untuk

meniadakan

hubungan
perkawinan

seks
atau

dalam

hasil

pandangannya

nyawa

wanita (ibu) yang bersangkutan

diluar

tidak

untuk

kandungannya

mengakhiri kehamilan yang
tidak dikehendaki.

menggugurkan

dapat

tertolong

bila

dipertahankan.

Hal ini karena seoarang ibu

5

tersebut mengidap penyakit yang
berbahaya, antara lain: penyakit

5

Kutbuddin,
Fiqh
(Yogyakarta: Teras, 2009) h. 83

Kontemporer,

6

Kutbuddin,
Fiqh
(Yogyakarta: Teras, 2009) h. 83

Kontemporer,

MIZANI Vol. 25, No. 2, Agustus 2015
jantung,

paru-paru,

Perbedaan

ginjal,

dikalangan ulama didasarkan dari

hipertensi dan sebagainya.
• Indikasi

sosial,

pengguguran

pendapat

kandungan

yaitu

sejarah pada masa Rasulullah, telah

itu

terjadi suatu pertengkaran atau

dilakukan karena didorong oleh

perkelahian

faktor

wanita dari suku Huzail. Salah

kesulitan

finansial.

antara

dua

Misalnya: karena seorang ibu

satunya

yang

tengah

sudah

dilempar

batu

dan

menghidupi

beberapa

orang

hamil

mengenai

orang anak padahal ia tergolong

perutnya. Akibatnya, janin atau

orang miskin, karena wanita

bayi

yang hamil itu di sebabkan hasil

meninggal.

pemerkosaan seorang pria yang

tersebut

tidak mau bertanggung jawab,

Rasulullah,

karena malu dikatakan dihamili

tersebut

oleh pria yang bukan suaminya

dikenakan sanksi hukum ghurrah

dan sebagainya.7

yaitu

dalam

kandungannya

Ketika

persoalan

disampaikan

kepada

pembuat

jarimah

(yang

seperdua

melempar)

puluh

diyat.

Ketetapan inilah yang kemudian
diadopsi oleh para fukaha untuk

3. Hukum aborsi dalam Islam
berbeda

pendapat

menetapkan sanksi hukum terhadap

menetapkan

hukum

orang yang melakukan aborsi tanpa

melakukan aborsi, terutama dalam

alasan yang sah atau tindak pidana

usia bayi belum ditiupkan roh. Ada

terhadap pengguguran kehamilan.8

Ulama
dalam

ulama

yang

dengan

mengharamkannya
merupakan

suatu

tegas

Apabila

karena

janin

tetapi ada sebagian ulama yang

pendapat.

ulama

yang

ada makluk yang bernyawa. Selain
8

Kutbuddin,
Fiqh
(Yogyakarta: Teras, 2009) h. 83

Ada

al-Nihayah dengan alasan belum

dalam

kondisi darurat.

7

sebelum

Muhammad Ramli dalam kitabnya

suatu pembunuhan. Kecuali bila
dilakukan

yaitu

membolehkan abortus antara lain

ruh, maka tidak dianggap sebagai

yang

(embrio),

berumur 4 bulan, ada beberapa

bahkan

memakruhkan, karena belum ada

aborsi

dilakukan

sebelum diberi ruh/ nyawa pada

pembunuhan,

membolehkan

aborsi

Imâm al-Faraj Jamâl al-Din ‘Abd alRahmân bin Muhammad al-Jauzi al-Qurasy alBaghdâdi, ditahqiq oleh Ziyad Hamdan, Kitâb alAhkâm al-Nisa, (Bayrut: Dâr al-Fikr, 1989), h. 185

Kontemporer,

118

Nilda : Aborsi dalam Hukum Islam
itu

ada

juga

memandangnya
janin

yang

berarti sudah ada kehidupan bagi si

karena

bayi. Karena itu melakukan aborsi

mengalami

sama halnya dengan membunuh.

ulama
makruh,

sedang

pertumbuhan Ada juga ulama yang

Sebagaimana

mengharamkan antara lain Ibnu

firman Allah surat al-Isra’ ayat 33:



dan al-Ghazali dalam kitabnya



9

Syekhul Islam al-Hafizh Ibnu
Hajar dalam kitab Fathul Bari
menjelaskan

bahwa

hukum

obat

untuk

menggunakan

menggugurkan (merusaka) nutfah
(embrio) sebelum ditiupkannya ruh.










  



Barang siapa yang mengatakan hal



itu dilarang, maka itulah yang lebih
layak,

dan

orang

disamakan dengan ‘azl. Tetapi
kedua

kasus

dibedakan,

ini

dapat

bahwa

juga

tindakan

perusakan nutfah itu lebih berat,
karena ‘azl dilakukan sebelum
terjadinya

sebab

sedangkan



yang

membolehkannya, maka hal itu














 


(kehidupan),

perusakan

dalam



Hajar dalam kitabnya al-Tuhfah

Ihya’Ulumuddin.

dijelaskan



nutfah

dilakukan setelah terjadinya sebab
kehidupan (anak).10

Artinya:

Dalam kondisi janin telah
ditiupkan
sepakat

ruhnya,
tentang

para

ulama

keharamannya,

karena bila telah ditiupkan ruh,

dan janganlah kamu
membunuh

jiwa

diharamkan

yang
Allah

(membunuhnya),
melainkan dengan suatu
(alasan) yang benar. dan

9

Kutbuddin, Fiqh Kontemporer,
(Yogyakarta: Teras, 2009) h. 83
10
Yusuf al-Qardhawi, Fatwa-fatwa
Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996),
h. 441

Barangsiapa
secara

zalim,

dibunuh
Maka

MIZANI Vol. 25, No. 2, Agustus 2015
Sesungguhnya

Kami

terhadap manusia yang diancam

telah memberi kekuasaan

dengan hukuman qisas atau diat

kepada

apabila dimaafkan. Alasan mazhab

ahli

warisnya,

tetapi

janganlah

ahli

Zahiri dalam menetapkan sanksi

waris

itu

melampaui

hukum ini11 adalah firman Allah

batas dalam membunuh.

dalam surat an-Nisa’ ayat 92:



Sesungguhnya ia adalah
orang

yang

mendapat

pertolongan.

(al-Isra’:

 


33)



setelah ditiupkan rohnya, menurut

kewajiban

fikih

adalah

membayar

gurrah




yang menggugurkan kandungannya

hali



  

Sanksi hukum bagi wanita

sebagian






(budak laki-laki atau perempuan).



Demikian juga yang melakukannya



adalah orang lain dan sekalipun
suami

sendiri.

Di

samping



membayar gurrah, sebagian ulama



fikih, diantaraya mazhab Zahiri,



berpendapat bahwa pelaku aborsi



juga dikenai sanksi hukum kafarat,



jika tidak mampu wajib berpuasa
bulan

berturut-turut,



dan



apabila masih tidak mampu juga,
wajib
miskin

membayar

makan

sebanyak

60

fakir
orang.

pembunuhan

aborsi
dengan









atas pemikiran bahwa aborsi dalam
ini





Pembayaran kafarat ini didasarkan

hal



 

yaitu memerdekakan budak dan

dua



termasuk
11

Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi
Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1996), h. 9

sengaja
120

Nilda : Aborsi dalam Hukum Islam





tersalah



memerdekakan

  

seorang

serta membayar diat yang



diserahkan



kepada

keluarganya

(si

terbunuh

itu), kecuali jika mereka



(keluarga



terbunuh)

bersedekah.



jika

ia

(si

terbunuh) dari kaum (kafir)



yang ada Perjanjian (damai)



antara





ia

hamba sahaya yang beriman





(hendaklah)

mereka

dengan

kamu, Maka (hendaklah si



pembunuh) membayar diat



keluarganya (si terbunuh)



yang

kepada

serta memerdekakan hamba



sahaya



yang

Barangsiapa



beriman.

yang

memperolehnya,





diserahkan

tidak
Maka

hendaklah ia (si pembunuh)



berpuasa dua bulan berturut-

 

taubat dari pada Allah. dan

 

mengetahui







turut

untuk

adalah



penerimaan

Allah
lagi

Maha
Maha

Bijaksana.

Artinya: dan tidak layak bagi
Kebolehan membunuh yang

seorang mukmin membunuh
seorang
lain),

mukmin
kecuali

(yang
karena

dimaksud syara’ menurut ulama
tafsir

yaitu

seperti

qishash

tersalah (tidak sengaja), dan

membunuh orang murtad, rajam

barangsiapa

dan sebagainya, bukan membunuh

seorang

membunuh

mukmin

karena

dalam kondisi normal atau tidak

MIZANI Vol. 25, No. 2, Agustus 2015
ada sebab yang dibenarkan oleh

mubah

(boleh).

Kebolehan

ini

syara’.

adalah adalah guna menyelamatkan

Menurut Masfuk Zuhdi, yang

nyawa ibu. Dalam keadaan seperti

benar adalah sebagaimana yang

ini, ibu tidak dikorbankan untuk

diuraikan oleh Mahmud Syaltut

menyelamatkan bayi, sebab ibu

bahwa sejak bertemunya sel sperma

adalah asal bagi terjadinya bayi.

dan

Dasar pendapat ini adalah hadits

ovum,

maka

pengguguran

adalah suatu kejahatan dan haram

yang

hukumnya, sekalipun janin belum

Ahmad bin Hanbal dan Imam Ibnu

diberi nyawa, sebab sudah ada

Majah. Dalam hadits ini Rasulullah

kehidupan pada kandungan yang

SAW menganjurkan agar orang

sedang mengalami pertumbuhan

jangan

dan persiapan untuk makhluk baru

membahayakan diri sendiri atau

yang bernyawa bernama manusia

orang lain. Selain itu kaidah fikih

yang

dihormati

juga mengatakan apabila terdapat

eksisitensinya. Lebih jahat dan

dua hal yang merugikan, padahal

makin

tidak mungkin dihindari keduanya,

dilindungi

besar

dan

dosanya,

apbila

diriwayatkan

berbuat

harus

oleh

Imam

sesuatu

ditentukan

yang

penggugurannya dilakukan setelah

maka

janin bernyawa, dan lebih besar

kepada

lagi dosanya jika sudah dibunuh

kerugiannya. Pada kasus aborsi

atau dibuang bayi yang baru lahir

dalam

tersebut.12

pemikiran Ahmad Azhar Basyir,

yang

keadaan

lebih

pilihan
ringan

darurat,

dalam

Aborsi yang yang dilakukan

yang lebih ringan kerugiannya

karena darurat seperti ada uzur

adalah dengan menyelamatkan ibu

yang tidak bisa dihindari, yang

dan mengorbankan janin. Menurut

dalam istilah fikih disebut keadaan

Mahmud Syaltut keadaan amat

darurat,

mendesak

seperti

apabila

janin

seperti

sudah

dibiarkan tumbuh dalam rahim

termasuk

akan

dalam keadaan darurat, aborsi dapat

berakibat

kematian

ibu.

seperti

ini

darurat

dan

dibenarkan oleh syariat Islam.13

Ulama sepakat bahwa aborsi dalam
keadaan

keadaan

ini

Apabila

hukumnya

aborsi

dilakukan

karena sebab-sebab lain yang sama
12

Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah; Kapita
Selekta Hukum Islam, Jakarta: Haji Masagung,
1994, h. 82 dalam Katbuddin Aibak, Kajian Fikih
Kontemporer, h. 89

13

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum
Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 9

122

Nilda : Aborsi dalam Hukum Islam
sekali tidak terkait dengan keadaan

mukanya, dan ia sangat

darurat, seperti menghindarkan rasa

marah. ia menyembunyikan

malu atau karena faktor ekonomi,

dirinya dari orang banyak,

maka hukumnya haram. Alasannya

disebabkan buruknya berita

firman Allah surat an-Nahl ayat 58-

yang

59.

kepadanya. Apakah ia akan



memeliharanya



tanah



Alangkah

buruknya apa yang mereka



tetapkan itu.





Dalam



ayat

di

atas

menceritakan kebiasaan orang Arab
jahiliah

  

mendapat



yang
anak

merasa

malu

perempuan,

sehingga mereka sampai hati untuk



mengubur



hidup-hidup

anak

mereka karena malu. Ulama fikih



menganalogikan



apa

yang

dilakukan orang-orang jahiliah ini



dengan menggugurkan kandungan

 


(hidup-hidup)?.

ketahuilah,





akan

menguburkannya ke dalam

 



kehinaan

ataukah





dengan

menanggung





disampaikan

karena rasa malu. Tindakan aborsi
karena



pertimbangan

faktor

ekonomi juga dikecam14 dalam

 

firman Allah surat al-Isra’ ayat 31,



sebab dalam surat al-Hud ayat 6
Allah SWT menyatakan:

Artinya: dan apabila seseorang dari
mereka diberi kabar dengan
(kelahiran) anak perempuan,
hitamlah (merah padamlah)

14

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum
Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 9

MIZANI Vol. 25, No. 2, Agustus 2015









tulang





dan

tempat

penyimpanan ialah rahim.





sulbi

Ayat di atas dimaksud untuk



mempertegas



sebagai

keberadaan

hamba

yang

anak
telah



dipersiapkan oleh Allah rezkinya.



dijadikan alasan oleh seseorang

Faktor









dan



ada

Penutup

suatu
Tindakan aborsi yang dilakukan oleh

binatang melata pun di

sebagian masyarakat merupakan tindakan

bumi melainkan Allah-lah

yang akan merusak janin dan dirinya,

yang memberi rezkinya,
dan

Dia

sehingga menimbulkan resiko yang bisa

mengetahui

berakibat kepada kematian. Memelihara

tempat berdiam binatang
itu

dan

janin menjadi sebuah keharusan, kecuali

tempat

berada pada kondisi darurat atau hajad

penyimpanannya.

setelah

semuanya tertulis dalam

dilakukan

Perbedaan

di

dan

medis dan ulama.

Mahfuzh).

melata

penelitian

pengkajian mendalam terutama oleh tim

kitab yang nyata (Lauh

Yang

dapat

jaminan rezki dari Allah.



tidak

tidak

untuk melakukan aborsi, karena ada

 

Artinya:

ekonomi

dimaksud

binatang

sini

segenap

ialah

ulama

tentang

hukum

melakukan aborsi menjadi dasar dalam
melakukan
tentang

makhluk Allah yang bernyawa.

tindakan.

keharaman

Ulama

sepakat

melakukan

aborsi

dalam kondisi janin telah ditiupkan ruh,

Menurut sebagian ahli tafsir yang

karena adanya ruh dalam tubuh merupakan

dimaksud dengan tempat berdiam

sesuatu yang hidup, maka membunuhnya

di sini ialah dunia dan tempat

diharamkan.

penyimpanan ialah akhirat. dan

Namun

sebagaian

ulama

berbeda dalam hal janin belum ditiupkan

menurut sebagian ahli tafsir yang

ruh.

lain maksud tempat berdiam ialah

karena
124

Sebagian
janin

ulama
telah

mengharamkan
mengalami

Nilda : Aborsi dalam Hukum Islam
pertumbuhan, hingga melakukan aborsi
sama halnya dengan membunuh. Namun
sebagian yang lain memakruhkan dan
memubahkan karena dianggap belum ada

Perempuan, Jakarta; Kompas Media
Nusantara
Dahlan, Abdul Aziz (ed), Ensiklopedi
Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1996

kehidupan pada janin.
Menghormati

keberadaan

janin

Kutbuddin, Fiqh Kontemporer,
Yogyakarta: Teras, 2009

dengan memiliharanya hingga tubuh dan
lahir menjadi bayi merupakan tindakan
yang mulia. Memberikan kehidupan yang
memang selayaknya dikehendaki oleh sang

Mâm al-Faraj Jamâl al-Din ‘Abd alRahmân bin Muhammad al-Jauzi alQurasy al-Baghdâdi, ditahqiq oleh
Ziyad Hamdan, Kitâb al-Ahkâm alNisa, Bairut: Dâr al-Fikr, 1989

pencipta. Mengambil resiko yang lebih
kecil harus didahulukan dari resiko yang
lebih besar, kecuali dalam hal-hal yang
memang dibenarkan oleh syara’.

Referensi
Anshor, Maria Ulfa, Fikih Aborsi; Wacana
Penguatan
Hak
Reproduksi

Mahjuddin, Masail Fiqhiyah Berbagai
Kasus yang Dihadapi Hukum Islam
Masa Kini, Jakarta: Kalam Mulia,
2005
Qardhawi,
Yusuf,
Fatwa-fatwa
Kontemporer, jilid II, Jakarta, Gema
Insani Press, 1996
Zuhdi, Masfuk, Masail Fiqhiyah; Kapita
Selekta Hukum Islam, (Jakarta: Haji
Masagung, 1994)