PEMBENTUKAN MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN PEMANENAN PADA PEMANGSA
PEMBENTUKAN MODEL MANGSA PEMANGSA
DENGAN PEMANENAN PADA PEMANGSA
Saiful Marom
Pendidikan Matematika FKIP
Universitas Pekalongan
Jalan Sriwijaya No 3 Pekalongan, Maromsaiful@yahoo.com
ABSTRAK
The Models of a predator prey with threshold harvesting on the predator is
studied in this paper. In this article has established predator prey models with preydependent functions and the repon harvesting on predator assuming given.
Kata Kunci : predator prey models, boundedness of solution, local stability
terjadi ledakan populasi sehingga akan
Pendahuluan
mengganggu kestabilan ekosistem.
Makhluk hidup didunia ini terdiri
Salah satu penyebab kepunahan
dari berbagai macam spesies sehingga
terbentuk sebuah populasi dan hidup
populasi
berdampingan bersama-sama. Makhluk
terhadap mangsa yang sangat tinggi dan
hidup didunia ini saling ketergantungan
rendahnya tingkat pertumbuhan mangsa
antara makhluk hidup yang satu dengan
atau
yang
populasi mangsa.
lainnya.
Setiap
individu
akan
adalah
rendahnya
Untuk
menjalin hubungan dengan individu yang
tingkat
populasi
pemangsaan
awal
mengendalikan
dari
populasi
lain baik dalam satu spesies ataupun
pemangsa sehingga dapat menyebabkan
dengan spesies yang lain. Ada beberapa
punahnya populasi mangsa adalah dengan
hubungan yang terjadi antara individu
melakukan pemanenan pada populasi
yang satu dengan yang lain salah satunya
pemangsa.
adalah hubungan antara mangsa dengan
mengendalikan populasi pemangsa supaya
pemangsa. Hubungan mangsa pemangsa
tidak
antara individu dengan individu yang lain
pembatasan pemanenan pada populasi
sangat erat sekali karena tanpa mangsa
pemangsa.
maka pemangsa tidak akan bisa bertahan
mencapai ambang batas pemanenan maka
hidup
pemangsa akan dilakukan pemanenan.
begitupun
sebaliknya
tanpa
pemangsa maka populasi mangsa akan
181
Sebaliknya,
punah
maka
ketika
akan
populasi
untuk
dilakukan
pemangsa
182 δELT∆, Vol. 1, No. 2, Juli 2013, hlm 115- 199
Pembentukan
Model
Mangsa
menangkap mangsa.
Pemangsa
Untuk
pemangsa memerlukan waktu untuk
mengkunstruksi
model
8. Pada populasi pemangsa dilakukan
mangsa pemangsa dengan fungsi respon
pemanenan setelah banyaknya populasi
Michaelis-Menten pada populasi mangsa
pemangsa mencapai ambang batas
dan
pemanenan.
pemangsa
dengan
dilakukan
pemanenan pada populasi pemangsa maka
diperlukan asumsi-asumsi sebagai berikut:
Model Dasar Mangsa Pemangsa
1. Dalam model ini hanya ada dua spesies
Sebelum mengkonstruksi model
yaitu mangsa (prey) dan pemangsa
mangsa dengan pemanenan pada mangsa
(predator).
maka akan terlebih dahulu diberikan
2. Persedian
makanan
untuk
mangsa
cukup.
3. Persediaan
model dasar mangsa pemangsa yaitu
Model Lotka Volterra (1926) :
makanan
pemangsa
dxˆ
ˆˆ
rxˆ sxy
dτ
dyˆ
ˆˆ fyˆ
esxy
dτ
bergantung pada populasi mangsa.
4. Populasi mangsa akan menurun pada
saat terjadinya interaksi mangsa dengan
pemangsa
karena
dikonversi
oleh
mangsa
akan
pemangsa
untuk
3.1.2.1
kebutuhan pertumbuhannya.
5. Populasi pemangsa akan meningkat
Dalam persamaan
3.1.2.1 ,
xˆ
pada saat terjadinya interaksi mangsa
menyatakan angka kepadatan populasi
dan pemangsa karena mangsa akan
mangsa, yˆ menyatakan angka kepadatan
dikonversi
populasi pemangsa dan τ adalah waktu.
oleh
pemangsa
untuk
Persamaan
dxˆ
dτ
pemangsa berlangsung secara acak
kepadatan
populasi
sehingga
waktu dan
kebutuhan pertumbuhannya.
6. Gerakan dan kontak mangsa dan
setiap
individu
mangsa
memiliki peluang yang sama untuk
mangsa
terhadap
dyˆ
menyatakan perubahan
dτ
kepadatan populasi pemangsa terhadap
dimangsa.
7. Dalam interaksi, mangsa merespon
kehadiran
menyatakan perubahan
pemangsa
sehingga
waktu. Konstanta r , s , e , dan f semua
bernilai positif.
Marom, Pembentukan Model Mangsa Pemangsa… 183
Model
3.1.2.1
berdasarkan
3.1
memberikan
asumsi-asumsi
r adalah angka pertumbuhan pada
populasi mangsa, populasi mangsa
f adalah angka kematian alami pada
s adalah angka penurunan kepadatan
populasi mangsa karena terjadinya
interaksi
antara
mangsa
dan
e
adalah
angka
pertumbuhan
kepadatan populasi pemangsa karena
terjadinya interaksi antara mangsa
dan pemangsa.
5.
ˆˆ adalah lambang terjadi interaksi
xy
antara mangsa dan pemangsa.
Laju
Dalam interaksi antara populasi mangsa
respon
dari
mangsa
dan
terjadinya pencemaran lingkungan dalam
ekosistem yang menyebabkan keracunan
sehinnga model perlu dikembangkan.
model
dikembangkan
menambahkan
fungsi
dengan
logistik,
fungsi
racun, dan fungsi respon yang kelak bisa
lebih relevan dari model sebelumnya.
pemangsa.
4.
menurun.
Untuk menjawab permasalahan tersebut,
populasi pemangsa.
3.
semalanya
pada populasi mangsa dan pemangsa
tumbuh secara logistik .
2.
tidak
terdapat
pengertian bahwa:
1.
pemangsa
pertumbuhan
perkapita
Berikut akan diberikan fungsi respon
tersebut:
Fungsi Respon
sxˆ yang diperoleh dari model
3.1.2.1
merupkan representatif dari
banyaknya
mangsa
yang
ditangkap
populasi mangsa adalah selisih dari laju
pemangsa persatuan daerah. Berdasarkan
pertumbuhan
asumsi
intrinsik
dengan
laju
7
berkurangnya populasi mangsa akibat
representatif
interaksi
bahwa
dengan
pemangsa.
Laju
dalam
3.1 ,
diperoleh
baru yang menyatakan
banyaknya
mangsa
persatuan
populasi
daerah yang ditangkap g z berbanding
pemangsa merupakan pertambahan laju
lurus dengan angka penurunan kepadatan
kelahiran
populasi
pertumbuhan
perkapita
pemangsa
karena
interaksi
mangsa
karena
terjadinya
dengan mangsa dikurangi laju kematian
interaksi antara mangsa dan pemangsa
pemangsa.
s , kepadatan populasi mangsa xˆ , dan
Dalam kehidupan yang nyata saat
ini, model persamaan
3.1.2.1
sudah
tidak relevan karena populasi mangsa
tidak selamanya meningkat atau populasi
waktu menangkap dan mengkonsumsi
mangsa yang didapat oleh pemangsa T
sehingga dinotasikan:
184 δELT∆, Vol. 1, No. 2, Juli 2013, hlm 115- 199
ˆ
g z 1 sTh x sxT
ˆ
g z sxT
3.1.3.1
Lebih lanjut, waktu T
adalah
g z
T
sxˆ
1 sTh xˆ
sxˆ
;sTh p
1 pxˆ
R xˆ
waktu yang diperlukan pemangsa untuk
3.1.3.3
menangkap dan mengkonsumsi mangsa,
dinotasikan dengan:
g z
R xˆ menyatakan
T
dengan
T Ts Th g z
kepadatan mangsa yang ditangkap per
satuan waktu secara efektif dan R xˆ
3.1.3.2
lebih
di mana Ts adalah waktu efektif
yang
diperlukan
untuk
menangkap
pemangsa
mengkomsumsi
mangsa yang didapat, dan Th g z adalah
waktu
yang
diperlukan
pemangsa
3.1.3.2
diperoleh
Ts T Th g z sehingga fungsi waktu
dari persamaan
3.1.3.1
menjadi lebih
relevan karena jumlah mangsa yang
ditangkap akan berbanding lurus dengan
waktu efektif yang diperlukan untuk
menangkap mangsa. Persamaan 3.1.3.1
menjadi g z sxˆ T Th g z ,
Selanjutnya
respon
akan
diberikan
pembahasan mengenai fungsi logistik
sebagai berikut:
Fungsi Logistik
Populasi mangsa tidak selamanya
meningkat atau populasi pemangsa tidak
semalanya menurun, tetapi dapat terjadi
jika
populasi
naik
maka
angka
pertumbuhan cenderung turun. Bahkan
untuk populasi yang cukup besar, bukan
mustahil
angka pertumbuhan negatif.
Fenomena
ini
disebabkan
area
dan
fasilitas hidup terbatas atau daya dukung
lingkungan
atau
Kapasitas
Batas
(Carrying Capasity).
ˆ sxT
ˆ hg z
g z sxˆ T Th g z g z sxT
ˆ z sxT
ˆ
g z sTh xg
fungsi
atau Holling tipe II).
mengkonsumsi mangsa yang didapat. Dari
persamaan
dengan
bergantung mangsa (Michaelis-Menten
mangsa, Th adalah waktu rata-rata yang
diperlukan
dikenal
Misalkan dalam populasi terdapat
xˆ individu mangsa dan Kapasitas batas
Marom, Pembentukan Model Mangsa Pemangsa… 185
K . Sehingga kapasitas
dilambangkan
batas yang tersisa adalah K xˆ individu.
penurunan kepadatan populasi karena
pengaruh kapasitas batas.
K xˆ
bagian lingkungan
K
model mangsa pemangsa dengan fungsi
atau area yang masih bisa ditinggali.
respon Michaelis-Menten pada populasi
Bagian inilah yang sebanding dengan
mangsa dan pemangsa dengan cara model
pertumbuhan
Sehingga
dasar mangsa pemangsa Lotka Volterra
pertumbuhan
yang dimodifikasi dengan fungsi respon
Jadi masih ada
terbentuk
populasi.
persamaan
populasi perkapita sebagai berikut:
Selanjutnya, akan mengkonstruksi
Michaelis-Menten dan fungsi logistik,
dxˆ
K xˆ
rxˆ
dτ
K
berikut kontruksinya:
ˆˆ
dxˆ
xˆ
sxy
rxˆ 1
dτ
K 1 pxˆ
3.1.4.1
dyˆ
nxˆ
yˆ f
;n es
dτ
1 pxˆ
Persamaan
3.1.4.1
merupakan
3.1.5.1
persamaan pertumbuhan logistik.
Dari
3.1.4.1
persamaan
Dengan:
diperoleh:
xˆ menyatakan angka kepadatan
dxˆ
K xˆ
rxˆ
dτ
K
dxˆ
dτ
populasi mangsa.
r
xˆ r xˆ
K
yˆ menyatakan angka kepadatan
populasi pemangsa.
r menyatakan angka pertumbuhan
intrinsik mangsa.
3.1.4.2
Dari
K
3.1.4.2
persamaan
diperoleh r adalah angka pertumbuhan
populasi
mangsa
tanpa
r
K
lingkungan
dan
penurunan
populasi
pengaruh
lingkungan
pengaruh
adalah
angka
menyatakan kapasitas batas
atau daya dukung lingkungan.
s menyatakan angka penurunan
mangsa karena ditangkap pemangsa.
n menyatakan angka pertumbuhan
populasi pemangsa.
p menyatakan tingkat respon dari
mangsa
karena
yaitu
angka
mangsa saat ingin dimangsa.
186 δELT∆, Vol. 1, No. 2, Juli 2013, hlm 115- 199
f
menyatakan angka kematian
dx
axy
x 1 x
jx 3
dt
1 mx
pemangsa.
Selanjutnya,
pemangsa
model
dengan
dy
bx
2
y d
ly H ( x)
dt
1 mx
mangsa
fungsi
respon
Michaelis-Menten pada populasi mangsa
dan pemangsa yang memiliki banyak
dengan :
parameter perlu disederhanakan supaya
0 T y
H ( x)
h T y
lebih mudah untuk mencari solusi dari
permasalahan-permasalahan yang terkait.
Menurut
definisi
digunakan
yaitu
2.7,
metode
yang
Simpulan
penondimensionalan.
Jadi
diperoleh
model
mangsa
Berikut ini diberikan penondimensionalan
pemangsa dengan pemanenan sebagai
model mangsa pemangsa dengan fungsi
berikut :
respon Michaelis-Menten pada populasi
dx
axy
x 1 x
jx 3
dt
1 mx
mangsa dan pemangsa pada ekosistem
dy
bx
2
y d
ly H ( x)
dt
1 mx
yaitu sebagai berikut:
dx
axy
x 1 x
jx 3
dt
1
mx
dy
bx
2
y d
ly
dt
1
mx
dengan :
0 T y
H ( x)
h T y
3.1.6.2.2
Dimana a
, l
sK
nK
f
, b
, d
zr
r
r
iK 2
gK 2
,
, dan m pK .
j
r
rz 2
Selanjutnya berdasarkan asumsi 8
bahwa pada model dilakukan pemanenan
pada
pemangsa
ketika
pemangsa
mencapai ambang batas pemanenan T
sehingga diperoleh :
Saran
Dengan
penulis
adanya
sehingga
mengembangkan
yang
model
keterbatasan
tertarik
ini
bisa
dengan
membahas masalah Titik keseimbangan
model,
kestabilan
global,
masalah
bifurkasi, mengembangkan model tersebut
dengan memodifikasi fungsi pemanenan,
menambahkan simulasi numerik dengan
menggunakan program lainnya sehingga
Marom, Pembentukan Model Mangsa Pemangsa… 187
bisa lebih mudah untuk melihat simulasi
numeriknya.
Daftar Pustaka
Asfaw, T. M., 2009, Dynamics of
generalized
time
dependent
predator-prey
model
with
nonlinear harvesting, Int. J. Math.
Anal. 3, 1473–1485.
Birkhoff, H. and Rota, G.C., 1989,
Ordinary Differentials Equations,
4th Edition, John Wiley & Sons,
Inc, New - York, USA.
Blanchard, P., Devaney, R.L. and Hall,
G.R.,
2006,
Differential
Equations, ThomsonBrooks/Cole,
Belmont.
Bohn, J., Rebaza, J., and Speer, K., 2011,
Continuous
Threshold
Prey
Harvesting in Predator-Prey
Models, International Journal of
Computational and Mathematical
Science., 1, 111-118.
Ginzburg, L.R., Akcakaya, H.R. and
Arditi, R., 1995, Ratio-Dependent
Predation: An Abstraction that
Works, Ecology, 76, 995-1004.
Khalil, H.K.,2002,Nonlinear Systems , 3rd
edition, Prentice Hall, New Jersey
, USA.
Leard, B., Lewis, C. and Rebaza, J., 2008,
Dynamics of
Ratio-Dependent
Predator-Prey
Models
with
Nonconstant Harvesting, Disc.
Cont. Dyn. Syst. S, 1, 303-315.
Lynch, S., 2010, Dynamical Systems with
Applications
Using
Maple,
Birkhauser, Boston.
Perko, L., 2001, Differential Equations
and Dynamical Systems .Texts in
Applied Mathematics Vol. 7,
Springer –Verlag , New – York ,
USA.
Ross, S.L., 1984, Differential Equations,
3th Edition, John Wiley & Sons,
Inc, New - York, USA.
Tu, Pierre, N.V., 1994, Dynamical System
: a intoduction with application in
Economis and Bioloogy,Springer
–Verlag , New-York, USA.
Verhulst, F.,1990,Nonlinear Differential
Equations
and
Dynamical
Systems, Springer –Verlag, NewYork, USA.
Xiao, D. and Ruan, S., 2001, Global
Dynamics of A Ratio-Dependent
Predator-PreySystem, J. Math.
Biol., 43, 268-290.
DENGAN PEMANENAN PADA PEMANGSA
Saiful Marom
Pendidikan Matematika FKIP
Universitas Pekalongan
Jalan Sriwijaya No 3 Pekalongan, Maromsaiful@yahoo.com
ABSTRAK
The Models of a predator prey with threshold harvesting on the predator is
studied in this paper. In this article has established predator prey models with preydependent functions and the repon harvesting on predator assuming given.
Kata Kunci : predator prey models, boundedness of solution, local stability
terjadi ledakan populasi sehingga akan
Pendahuluan
mengganggu kestabilan ekosistem.
Makhluk hidup didunia ini terdiri
Salah satu penyebab kepunahan
dari berbagai macam spesies sehingga
terbentuk sebuah populasi dan hidup
populasi
berdampingan bersama-sama. Makhluk
terhadap mangsa yang sangat tinggi dan
hidup didunia ini saling ketergantungan
rendahnya tingkat pertumbuhan mangsa
antara makhluk hidup yang satu dengan
atau
yang
populasi mangsa.
lainnya.
Setiap
individu
akan
adalah
rendahnya
Untuk
menjalin hubungan dengan individu yang
tingkat
populasi
pemangsaan
awal
mengendalikan
dari
populasi
lain baik dalam satu spesies ataupun
pemangsa sehingga dapat menyebabkan
dengan spesies yang lain. Ada beberapa
punahnya populasi mangsa adalah dengan
hubungan yang terjadi antara individu
melakukan pemanenan pada populasi
yang satu dengan yang lain salah satunya
pemangsa.
adalah hubungan antara mangsa dengan
mengendalikan populasi pemangsa supaya
pemangsa. Hubungan mangsa pemangsa
tidak
antara individu dengan individu yang lain
pembatasan pemanenan pada populasi
sangat erat sekali karena tanpa mangsa
pemangsa.
maka pemangsa tidak akan bisa bertahan
mencapai ambang batas pemanenan maka
hidup
pemangsa akan dilakukan pemanenan.
begitupun
sebaliknya
tanpa
pemangsa maka populasi mangsa akan
181
Sebaliknya,
punah
maka
ketika
akan
populasi
untuk
dilakukan
pemangsa
182 δELT∆, Vol. 1, No. 2, Juli 2013, hlm 115- 199
Pembentukan
Model
Mangsa
menangkap mangsa.
Pemangsa
Untuk
pemangsa memerlukan waktu untuk
mengkunstruksi
model
8. Pada populasi pemangsa dilakukan
mangsa pemangsa dengan fungsi respon
pemanenan setelah banyaknya populasi
Michaelis-Menten pada populasi mangsa
pemangsa mencapai ambang batas
dan
pemanenan.
pemangsa
dengan
dilakukan
pemanenan pada populasi pemangsa maka
diperlukan asumsi-asumsi sebagai berikut:
Model Dasar Mangsa Pemangsa
1. Dalam model ini hanya ada dua spesies
Sebelum mengkonstruksi model
yaitu mangsa (prey) dan pemangsa
mangsa dengan pemanenan pada mangsa
(predator).
maka akan terlebih dahulu diberikan
2. Persedian
makanan
untuk
mangsa
cukup.
3. Persediaan
model dasar mangsa pemangsa yaitu
Model Lotka Volterra (1926) :
makanan
pemangsa
dxˆ
ˆˆ
rxˆ sxy
dτ
dyˆ
ˆˆ fyˆ
esxy
dτ
bergantung pada populasi mangsa.
4. Populasi mangsa akan menurun pada
saat terjadinya interaksi mangsa dengan
pemangsa
karena
dikonversi
oleh
mangsa
akan
pemangsa
untuk
3.1.2.1
kebutuhan pertumbuhannya.
5. Populasi pemangsa akan meningkat
Dalam persamaan
3.1.2.1 ,
xˆ
pada saat terjadinya interaksi mangsa
menyatakan angka kepadatan populasi
dan pemangsa karena mangsa akan
mangsa, yˆ menyatakan angka kepadatan
dikonversi
populasi pemangsa dan τ adalah waktu.
oleh
pemangsa
untuk
Persamaan
dxˆ
dτ
pemangsa berlangsung secara acak
kepadatan
populasi
sehingga
waktu dan
kebutuhan pertumbuhannya.
6. Gerakan dan kontak mangsa dan
setiap
individu
mangsa
memiliki peluang yang sama untuk
mangsa
terhadap
dyˆ
menyatakan perubahan
dτ
kepadatan populasi pemangsa terhadap
dimangsa.
7. Dalam interaksi, mangsa merespon
kehadiran
menyatakan perubahan
pemangsa
sehingga
waktu. Konstanta r , s , e , dan f semua
bernilai positif.
Marom, Pembentukan Model Mangsa Pemangsa… 183
Model
3.1.2.1
berdasarkan
3.1
memberikan
asumsi-asumsi
r adalah angka pertumbuhan pada
populasi mangsa, populasi mangsa
f adalah angka kematian alami pada
s adalah angka penurunan kepadatan
populasi mangsa karena terjadinya
interaksi
antara
mangsa
dan
e
adalah
angka
pertumbuhan
kepadatan populasi pemangsa karena
terjadinya interaksi antara mangsa
dan pemangsa.
5.
ˆˆ adalah lambang terjadi interaksi
xy
antara mangsa dan pemangsa.
Laju
Dalam interaksi antara populasi mangsa
respon
dari
mangsa
dan
terjadinya pencemaran lingkungan dalam
ekosistem yang menyebabkan keracunan
sehinnga model perlu dikembangkan.
model
dikembangkan
menambahkan
fungsi
dengan
logistik,
fungsi
racun, dan fungsi respon yang kelak bisa
lebih relevan dari model sebelumnya.
pemangsa.
4.
menurun.
Untuk menjawab permasalahan tersebut,
populasi pemangsa.
3.
semalanya
pada populasi mangsa dan pemangsa
tumbuh secara logistik .
2.
tidak
terdapat
pengertian bahwa:
1.
pemangsa
pertumbuhan
perkapita
Berikut akan diberikan fungsi respon
tersebut:
Fungsi Respon
sxˆ yang diperoleh dari model
3.1.2.1
merupkan representatif dari
banyaknya
mangsa
yang
ditangkap
populasi mangsa adalah selisih dari laju
pemangsa persatuan daerah. Berdasarkan
pertumbuhan
asumsi
intrinsik
dengan
laju
7
berkurangnya populasi mangsa akibat
representatif
interaksi
bahwa
dengan
pemangsa.
Laju
dalam
3.1 ,
diperoleh
baru yang menyatakan
banyaknya
mangsa
persatuan
populasi
daerah yang ditangkap g z berbanding
pemangsa merupakan pertambahan laju
lurus dengan angka penurunan kepadatan
kelahiran
populasi
pertumbuhan
perkapita
pemangsa
karena
interaksi
mangsa
karena
terjadinya
dengan mangsa dikurangi laju kematian
interaksi antara mangsa dan pemangsa
pemangsa.
s , kepadatan populasi mangsa xˆ , dan
Dalam kehidupan yang nyata saat
ini, model persamaan
3.1.2.1
sudah
tidak relevan karena populasi mangsa
tidak selamanya meningkat atau populasi
waktu menangkap dan mengkonsumsi
mangsa yang didapat oleh pemangsa T
sehingga dinotasikan:
184 δELT∆, Vol. 1, No. 2, Juli 2013, hlm 115- 199
ˆ
g z 1 sTh x sxT
ˆ
g z sxT
3.1.3.1
Lebih lanjut, waktu T
adalah
g z
T
sxˆ
1 sTh xˆ
sxˆ
;sTh p
1 pxˆ
R xˆ
waktu yang diperlukan pemangsa untuk
3.1.3.3
menangkap dan mengkonsumsi mangsa,
dinotasikan dengan:
g z
R xˆ menyatakan
T
dengan
T Ts Th g z
kepadatan mangsa yang ditangkap per
satuan waktu secara efektif dan R xˆ
3.1.3.2
lebih
di mana Ts adalah waktu efektif
yang
diperlukan
untuk
menangkap
pemangsa
mengkomsumsi
mangsa yang didapat, dan Th g z adalah
waktu
yang
diperlukan
pemangsa
3.1.3.2
diperoleh
Ts T Th g z sehingga fungsi waktu
dari persamaan
3.1.3.1
menjadi lebih
relevan karena jumlah mangsa yang
ditangkap akan berbanding lurus dengan
waktu efektif yang diperlukan untuk
menangkap mangsa. Persamaan 3.1.3.1
menjadi g z sxˆ T Th g z ,
Selanjutnya
respon
akan
diberikan
pembahasan mengenai fungsi logistik
sebagai berikut:
Fungsi Logistik
Populasi mangsa tidak selamanya
meningkat atau populasi pemangsa tidak
semalanya menurun, tetapi dapat terjadi
jika
populasi
naik
maka
angka
pertumbuhan cenderung turun. Bahkan
untuk populasi yang cukup besar, bukan
mustahil
angka pertumbuhan negatif.
Fenomena
ini
disebabkan
area
dan
fasilitas hidup terbatas atau daya dukung
lingkungan
atau
Kapasitas
Batas
(Carrying Capasity).
ˆ sxT
ˆ hg z
g z sxˆ T Th g z g z sxT
ˆ z sxT
ˆ
g z sTh xg
fungsi
atau Holling tipe II).
mengkonsumsi mangsa yang didapat. Dari
persamaan
dengan
bergantung mangsa (Michaelis-Menten
mangsa, Th adalah waktu rata-rata yang
diperlukan
dikenal
Misalkan dalam populasi terdapat
xˆ individu mangsa dan Kapasitas batas
Marom, Pembentukan Model Mangsa Pemangsa… 185
K . Sehingga kapasitas
dilambangkan
batas yang tersisa adalah K xˆ individu.
penurunan kepadatan populasi karena
pengaruh kapasitas batas.
K xˆ
bagian lingkungan
K
model mangsa pemangsa dengan fungsi
atau area yang masih bisa ditinggali.
respon Michaelis-Menten pada populasi
Bagian inilah yang sebanding dengan
mangsa dan pemangsa dengan cara model
pertumbuhan
Sehingga
dasar mangsa pemangsa Lotka Volterra
pertumbuhan
yang dimodifikasi dengan fungsi respon
Jadi masih ada
terbentuk
populasi.
persamaan
populasi perkapita sebagai berikut:
Selanjutnya, akan mengkonstruksi
Michaelis-Menten dan fungsi logistik,
dxˆ
K xˆ
rxˆ
dτ
K
berikut kontruksinya:
ˆˆ
dxˆ
xˆ
sxy
rxˆ 1
dτ
K 1 pxˆ
3.1.4.1
dyˆ
nxˆ
yˆ f
;n es
dτ
1 pxˆ
Persamaan
3.1.4.1
merupakan
3.1.5.1
persamaan pertumbuhan logistik.
Dari
3.1.4.1
persamaan
Dengan:
diperoleh:
xˆ menyatakan angka kepadatan
dxˆ
K xˆ
rxˆ
dτ
K
dxˆ
dτ
populasi mangsa.
r
xˆ r xˆ
K
yˆ menyatakan angka kepadatan
populasi pemangsa.
r menyatakan angka pertumbuhan
intrinsik mangsa.
3.1.4.2
Dari
K
3.1.4.2
persamaan
diperoleh r adalah angka pertumbuhan
populasi
mangsa
tanpa
r
K
lingkungan
dan
penurunan
populasi
pengaruh
lingkungan
pengaruh
adalah
angka
menyatakan kapasitas batas
atau daya dukung lingkungan.
s menyatakan angka penurunan
mangsa karena ditangkap pemangsa.
n menyatakan angka pertumbuhan
populasi pemangsa.
p menyatakan tingkat respon dari
mangsa
karena
yaitu
angka
mangsa saat ingin dimangsa.
186 δELT∆, Vol. 1, No. 2, Juli 2013, hlm 115- 199
f
menyatakan angka kematian
dx
axy
x 1 x
jx 3
dt
1 mx
pemangsa.
Selanjutnya,
pemangsa
model
dengan
dy
bx
2
y d
ly H ( x)
dt
1 mx
mangsa
fungsi
respon
Michaelis-Menten pada populasi mangsa
dan pemangsa yang memiliki banyak
dengan :
parameter perlu disederhanakan supaya
0 T y
H ( x)
h T y
lebih mudah untuk mencari solusi dari
permasalahan-permasalahan yang terkait.
Menurut
definisi
digunakan
yaitu
2.7,
metode
yang
Simpulan
penondimensionalan.
Jadi
diperoleh
model
mangsa
Berikut ini diberikan penondimensionalan
pemangsa dengan pemanenan sebagai
model mangsa pemangsa dengan fungsi
berikut :
respon Michaelis-Menten pada populasi
dx
axy
x 1 x
jx 3
dt
1 mx
mangsa dan pemangsa pada ekosistem
dy
bx
2
y d
ly H ( x)
dt
1 mx
yaitu sebagai berikut:
dx
axy
x 1 x
jx 3
dt
1
mx
dy
bx
2
y d
ly
dt
1
mx
dengan :
0 T y
H ( x)
h T y
3.1.6.2.2
Dimana a
, l
sK
nK
f
, b
, d
zr
r
r
iK 2
gK 2
,
, dan m pK .
j
r
rz 2
Selanjutnya berdasarkan asumsi 8
bahwa pada model dilakukan pemanenan
pada
pemangsa
ketika
pemangsa
mencapai ambang batas pemanenan T
sehingga diperoleh :
Saran
Dengan
penulis
adanya
sehingga
mengembangkan
yang
model
keterbatasan
tertarik
ini
bisa
dengan
membahas masalah Titik keseimbangan
model,
kestabilan
global,
masalah
bifurkasi, mengembangkan model tersebut
dengan memodifikasi fungsi pemanenan,
menambahkan simulasi numerik dengan
menggunakan program lainnya sehingga
Marom, Pembentukan Model Mangsa Pemangsa… 187
bisa lebih mudah untuk melihat simulasi
numeriknya.
Daftar Pustaka
Asfaw, T. M., 2009, Dynamics of
generalized
time
dependent
predator-prey
model
with
nonlinear harvesting, Int. J. Math.
Anal. 3, 1473–1485.
Birkhoff, H. and Rota, G.C., 1989,
Ordinary Differentials Equations,
4th Edition, John Wiley & Sons,
Inc, New - York, USA.
Blanchard, P., Devaney, R.L. and Hall,
G.R.,
2006,
Differential
Equations, ThomsonBrooks/Cole,
Belmont.
Bohn, J., Rebaza, J., and Speer, K., 2011,
Continuous
Threshold
Prey
Harvesting in Predator-Prey
Models, International Journal of
Computational and Mathematical
Science., 1, 111-118.
Ginzburg, L.R., Akcakaya, H.R. and
Arditi, R., 1995, Ratio-Dependent
Predation: An Abstraction that
Works, Ecology, 76, 995-1004.
Khalil, H.K.,2002,Nonlinear Systems , 3rd
edition, Prentice Hall, New Jersey
, USA.
Leard, B., Lewis, C. and Rebaza, J., 2008,
Dynamics of
Ratio-Dependent
Predator-Prey
Models
with
Nonconstant Harvesting, Disc.
Cont. Dyn. Syst. S, 1, 303-315.
Lynch, S., 2010, Dynamical Systems with
Applications
Using
Maple,
Birkhauser, Boston.
Perko, L., 2001, Differential Equations
and Dynamical Systems .Texts in
Applied Mathematics Vol. 7,
Springer –Verlag , New – York ,
USA.
Ross, S.L., 1984, Differential Equations,
3th Edition, John Wiley & Sons,
Inc, New - York, USA.
Tu, Pierre, N.V., 1994, Dynamical System
: a intoduction with application in
Economis and Bioloogy,Springer
–Verlag , New-York, USA.
Verhulst, F.,1990,Nonlinear Differential
Equations
and
Dynamical
Systems, Springer –Verlag, NewYork, USA.
Xiao, D. and Ruan, S., 2001, Global
Dynamics of A Ratio-Dependent
Predator-PreySystem, J. Math.
Biol., 43, 268-290.