KONTRIBUSI SUMBER DAYA MINYAK BUMI DALAM

KONTRIBUSI SUMBERDAYA MINYAK BUMI DALAM
PEMBANGUNAN EKONOMI

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Geografi Ekonomi
Yang dibina oleh I Nyoman Ruja

Oleh:
Ahmad Salimudin

140721600658

Angga Aji Putra

140721600967

Anik Wiwit Wibowo 140721604988
Aqidatul Izza

140721603854


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
Oktober 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam.

Sumberdayaalam (baik renewable dan non renewable) merupakan sumberdaya
yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya
ketersediaan

sumberdaya

tersebut


akan

berdampak

sangat

besar

bagi

kelangsungan hidup umat manusia di mukabumi. Kekayaan sumberdaya alam
Indonesia ini pula yang menyebabkan negara kita dijajah selama berabad-abad
oleh negara Belanda dan juga selama tigasetengah tahun oleh negara Jepang.
Salah satu sumberdaya alam yang kita miliki adalah tambang minyak dan
gas (MIGAS), yang termasuk dalam golongan sumberdaya non renewable. Sektor
migas merupakan salah satu andalan untuk mendapatkan devisa dalam rangka
kelangsungan pembangunan negara .Pencapaian penerimaan negara dari minyak
dan gas bumi. Pada tahun 2010 sebesar 102%. Realisasi penerimaan migas
mencapai Rp 219,2 triliun, sedangkan target pada APBN-P 2010 sebesar Rp 215

triliun. Penerimaan migas itu terdiri dari PPh migas Rp 58,9 triliun (106% dari
target APBN-P 55,38 triliun), PNBP SDA migas Rp 152,05 triliun (100,2% dari
target APBN-P Rp 151,78 triliun) dan PNBP lainnya Rp 8 triliun (101% dari
target APBN-P Rp 7,9 triliun).
Makalah ini akan membahas bagaimana pengaruh minyak bumi dalam
kontribusi

pembangunan

dan

pertumbuhan

ekonomi.

Dengan

mengkaji

pertumbuhan, persebaran, dan cadangan minyak bumi maka akan terlihat seberapa

besar kontribusi minyak bumi dalam perekonomian.
1.2

Rumusan Masalah
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4

1.3

Bagaimana persebaran minyak bumi di Indonesia?
Bagaimana pertumbuhan minyak bumi di Indonesia?
Bagaimana peran dan kontribusi minyak bumi di Indonesia?
Strategi dalam menjaga sumber daya minyak bumi?

Tujuan Penulisan
1.3.1 Memaparkan persebaran minyak bumi di Indonesia.
1.3.2 Memaparkan pertumbuan minyak bumi di Indonesia.


1.3.3 Memaparkan peran dan kontribusi minyak bumi dalam
perekonomian di Indonesia.
1.3.4 Memaparkan strategi dan strategi dalam menjaga sumber daya
minyak bumi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Sumberdaya Alam
Sesuatu untuk dapat dikatakan sebagai sumberdaya harus : 1) ada

pengetahuan, teknologi atau keterampilan untuk memanfaatkannya dan 2) harus
ada permintaan (demand) terhadap sumberdaya tersebut. Dengan kata lain
sumberdaya alam adalah faktor produksi yang digunakan untuk menyediakan
barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi.Secara umum sumberdaya alam dapat
diklasifikasi kedalam dua kelompok, yaitu :
a. Kelompok Stok (Non Renewable)
Sumberdaya ini dianggap memiliki cadangan yang terbatas, sehingga
eksploitasiny aterhadap sumberdaya tersebut akan menghabiskan cadangan

sumberdaya, sumberstok dikatakan tidak dapat diperbaharui (non renewable) atau
terhabiskan (exhuastible)
b. Kelompok flow
Jenis sumberdaya ini dimana jumlah dan kualitas fisik dari sumberdaya
berubah sepanjang waktu.Berapa jumlah yang kita manfaatkan sekarang, bisa
mempengaruhi atau bisa juga tidak mempengaruhi ketersediaan sumberdaya
dimasa mendatang. Sumberdaya ini dikatakan dapat diperbaharui (renewable)
yang regenerasinya ada yang tergantung pada proses biologi dan ada yang
tidak.Sumberdaya alam tidak dapat terbarukan atau sering juga disebut sebagai
sumberdaya terhabiskan adalah sumberdaya alam yang tidak memiliki
kemampuan regenerasi secara biologis. Sumberdaya alam ini terbentuk melalui
proses geologi yang memerlukan waktu sangat lama untuk dapat dijadikan
sebagai sumberdaya alam yang siap diolah atau siap pakai. Jika diambil
(eksploitasi) sebagian, maka jumlah yang tinggal tidak akan pulih kembali seperti
semula.
Salah satu yang termasuk dalam golongan sumberdaya tidak dapat
terbarukan adalah tambang minyak.Tambang minyak memerlukan waktu ribuan
bahkan jutaan tahun untuk terbentuk karena ketidak mampuan sumberdaya
tersebut untuk melakukan regenerasi.Sumberdaya ini sering kita sebut juga


sebagai sumberdaya yang mempunyai stok yang tetap.Sifat-sifat tersebut
menyebabkan masalah eksploitasi sumberdaya alam tidakterbarukan (non
renewable) berbeda dengan ekstrasi sumberdaya terbarukan(renewable).
Pengusaha pertambangan atau perminyakan, harus memutuskan kombinasi
yang tepat dari berbagai faktor produksi untuk menentukan produksi yang
optimal, dan juga seberapa cepat stok harus diekstraksi dengan kendala stok yang
terbatas. Berbasis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya.
2.2

Parameter

Model

Ekonomi

Kompetitif

Model

Sumberdaya


NonRenewable
Maksimasi Keuntungan (maksimasiprofit, π) penerimaan marjinal (p)
sama dengan biaya marjinal (BM) atau p = BMStok yang tidak diekstraksi,
mempunyai nilai oppurtunitasnya atau P= BM + λ. Ektrasi Sumberdaya Investasi
karena nilai rente sumberdaya terkaait waktu. Penentuan rente / keuntungan tidak
dihitung masa kini juga masa sekarang. Terkendala stok, pada waktutertentu
(terminal period), stokakan habis. Peran waktusangat krusial, intertemporal.
Masalah utama dalam usaha pertambangan (termasuk penambangan
minyak) adalah menemukan atau menaksir jumlah kandungan sumberdaya alam
yang kita milikidan menurunkan tingkat kesulitan (pemanfaatan) yang akan
dihadapi. Informasi mengenai letak dan jumlah kandungan sumberdaya alam
merupakan suatu hal yang sangat berharga dan vital, baik bagi pemiliksumberdaya
(pemerintah) maupun kontraktor (penambang). Jika pemilik tidakmengetahui
berapa

jumlah

dan


nilai

sumberdaya

yang

dimiliki,

maka

perusahaanpertambangan akan menekan harga sewa atau bagi hasil tambang
tersebut. Bisa jugadengan menaikan nilai tambang melebihi nilai sebenarnya,
sehingga pemilik atau oranglain mau menanamkan modalnya pada usaha
patungan yang akan dibuat. Kasuspendugaan stok tambang tembaga (yang
sebenarnya lebih banyak kandungan emasnya)di Tembagapura Timika merupakan
salah satu contoh ketidakmampuan kita untuk
mengetahui jumlah dan jenis kandungan tambang yang ada secara tepat.
Perkembangan teknologi saat ini, telah mampu menekan biaya dan waktu
untuk pendugaan besar kandungan. Dengan bantuan teknologi pengeinderaan jauh


(citrasatelit dan foto udara) menjadikan kegiatan lebih mudah, namun survei
lapangan atau eksplorasi permukaan (ground survey) dan pengujian contoh masih
tetap sangat diperlukan.Sementara itu, tingkat ketidak pastian dari ekplorasi masih
tinggi.Hasil penelitian di AS mengenai minyak bumi dan gas menunjukkan bahwa
nilai kiraaneksplorasi berada diantara sepersepuluh sampai sepuluh kali dari
jumlah deposit sebenarnya yang diperoleh pada saat / sesudah produksi berjalan.
Artinya kiraan eksplorasi deposit bisa melesat sepuluh kali dari nilai sebenarnya.
Salah satu sumberdaya alam yang melimpah di dunia yaitu minyak bumi.
Inilah yang akan menjadi kajian dalam makalah ini. Berikut merupakan proses
terjadinya minyak bumi
1) Menurut Teori Biogenesis / Organik
a.

Macqiur (Prancis, 1758), MW Lamanosow (Rusia, 1763)
Mengemukakan bahwa minyak bumi berasal dari tumbuh-tumbuhan

b. New Beery (1859), Engler (1909), Bruk (1936), Bearl (1938), dan
Hofer
Mengemukakan bahwa minyak dan gas bumi berasal dari organisme
laut yang telah mati berjuta-juta tahun yang lalu dan membentuk

sebuah lapisan dalam perut bumi.
Menurut teori ini :
1. Minyak bumi dan gas alam terbentuk dari ragam binatang dan tumbuhan yang
mati dan tertimbun di bawah endapan lumpur.
2. Endapan lumpur kemudian dihanyutkan arus sungai menuju laut.
3. Lalu mengendap di dasar lautan dan tertutup lumpur dalam waktu yang sangat
lama.
4. Akibat pengaruh waktu, temperatur tinggi, tekanan lapisan batuan di atasnya,
maka binatang dan tumbuhan mati tersebut berubah menjadi bintik-bintik dan
gelembung minyak atau gas.

2.3

Persebaran Minyak Bumi Di Dunia Dan Indonesia

Gambar di atas mendiskripsi persebaran dan kuantitas dari
keberadaan minyak bumi. Peta sumberdaya minyak bumi tersubut terlihat
jelas bahwa jumlah sumberdaya minyak bumi yang paling banyak mencapai
66% yaitu di Iraq, Iran, Saudi Arabia, atau yang biasa di sebut middle east.
Negara-negara inilah yang membantu kebutuhan energi dunia. Ini semua
merupakan sebab pergerakan lempeng dunia, yang menentukan banyak atau
tidaknya sumberdaya minyak bumi.
Sumberdaya minyak bumi yang paling sedikit berada di negara
Austria, Belgium, Denmark, finland, dan negara yang lainnya atau bisa di
sebut western Europe. Sedangkan sumberdaya minyak di Indonesia berada
pada urutan ke-6.
a. Peta Cadangan minyak bumi tahun 2009-2011

Dari peta cadangan minyak bumi sudah terlihat jelas bahwa pada
tahun 2009-2011 cadangan minyak bumi semakin menurun. Ini akan
berdampak pada semua sektor yang membutuhkan energy minyak bumi.
Kelangkaan akan terjadi dan perlu adanya penanganan secara khusus
untuk mengatasi masalah di atas.

b. Peta Cekungan Minyak Bumi di Indonesia

c. Peta Lokasi Kilang Minyak di Indonesia

2.4

Pertumbuhan Minyak Bumi Di Indonesia

Keterangan gambar diatas: pada

dasarnya gambar diatas menjelaskan

tentang produksi minyak bumi semakin tahun semakin menurun. Hal tersebut
membuktikan bahwa adanya eksploitasi yang besar. menurunnya tingkat produksi
ini akan mempengaruhi beberapa sektor ekonomi, baik mikro dan makro. Jika
kondisi ini terus menerus terjadi, maka perekonomian semakin menurun karena
kontribusi minyak bumi pada perekonomian menurun. Penurunan pertumbuhan
minyak bumi di Indonesia diantaranya disebabkan oleh kurangnya kegiatan
eksplorasi yang mengkibatkan tingkat cadangan minyak yang ditemukan lebih
sedikit daripada minyak yang diproduksi, tumpang tinggi lahan untuk sumur
pengeboran dengan peruntukan lahan lainnya, penyegelan sumur produki ole
pemerintah setempat, tertundanya penetapan operator baru West Madura onshore,
adanya pencurian minyak Pertamina di wilayah Sumatera bagian Selatan dan
Utara, belum maksimalknya produksi minyak yang berasal dari lapangan Bayu
Urip, sumur-sumur produksi minyak bumi yang umumnya sudah tua, sementara
produksi sumur baru relatif masih terbatas.

2.5

Peran Dan Kontribusi (Energi) Minyak Bumi Dalam Perekonomian Di
Indonesia
Energi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan bagi

tercapainya sasaran pembangunan. Peranan energi untuk pembangunan di
Indonesia mencakup dua hal yaitu sebagai sumber dana pembangunan
(penerimaan pemerintah) yang berasal dari devisa (ekspor) dan yang utama untuk
memenuhi kebutuhan energi dalam negeri yang dibutuhkan dalam pembangunan.
a. Peranan energi sebagai sumber penerimaan negara
Penerimaan negara dari sektor minyak dan gas bumi (penerimaan migas),
memberikan sumbangan yang cukup penting dalam perekonomian Indonesia.
Walaupun peranan minyak dan gas bumi dalam penerimaan negara relatif
semakin menurun, namun dalam jangka waktu lima tahun terakhir (1996/971999/2000) rata-rata penerimaan minyak dan gas bumi dibandingkan dengan
jumlah penerimaan dalam negeri masih mencakup yaitu sekitar 30%.
Penerimaan minyak dan gas bumi dipengaruhi oleh besarnya tingkat
produksi minyak mentah dan kondesat, volume ekspor LNG dan LPG, harga
minyak mentah dan biaya produksi. Unsur lain yang juga penting dan
mempengaruhi besarnya penerimaan minyak dan gas adalah nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika Serikat. Selain sebagai sumber penerimaan negara,
minyak dan gas bumi juga berperan sebagai sumber penerimaan devisa.
b. Peranan energi untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri.
Dalam hal ini terlihat bahwa hubungan perekonomian dengan energi
sedemikian kuat, peningkatan kegiatan ekonomi biasanya diikuti dengan
meningkatnya konsumsi energy.Di Indonesia tercermin dari meningkatnya
pertumbuhan ekonomi sebesar 7% per tahun mengakibatkan pertumbuhan
konsumsi energi meningkat sebesar 10%. Hubungan tersebut disebut dengan
”elastisitas energi” terhadap kegiatan energi, atau dapat didefenisikan sebagai
perubahan

pertumbuhan

konsumsi

energi

sebagai

akibat

perubahan

pertumbuhan konsumsi energi sebagai akibat perubahan kegiatan ekonomi.
c. Listrik sebagai Sumber Daya Energi
Tenaga listrik merupakan sarana produksi maupun sarana kehidupan
sehari-hari yang memegang peranan penting dalam upaya mencapai sasaran

pembangunan. Sebagai sarana produksi, tersedianya tenaga listrik dalam
jumlah dan mutu pelayanan yang baik serta harga yang terjangkau merupakan
penggerak utama dan sangat mendorong laju pembangunan di berbagai sektor
lain. Pembangunan di berbagai sektor ini sangat penting bagi tercapainya
tujuan pembangunan seperti menciptakan lapangan kerja, meningkatkan
pendapapatan nasional, mengubah struktur ekonomi, yang pada gilirannya akan
meningkatkan permintaan tenaga listrik. Di samping itu, tersedianya tenaga
listrik yang meratadan dipergunakan secara luas untuk keperluan sehari-hari
akan dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat.
Minyak bumi, gas bumi dan batu bara merupakan sumber daya energi
yang dapat dimanfaatkan untuk memproduksi listrik. Pemanfaatan minyak
bumi, gas bumi dan batu bara sebagai pemasok untuk memproduksi listrik di
Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Keterbatasan cadangan
minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri menyebabkan
pemerintah mengambil kebijaksanaan untuk melakukan diversifikasi energi
untuk sektor Pembangkit Listrik Negara (PLN) bentuk diversifikasi ini telah
dapat dirasakan dengan berdirinya pusat-pusat pembangkit listrik tenaga air,
tenaga gas, maupun panas bumi.
Sebagai salah satu bentuk energi yang sudah siap dipergunakan oleh
konsumen, tenaga listrik merupakan salah satu faktor yang menentukan untuk
mencapai sasaran pembangunan, sehingga perlu diusahakan serasi, selaras, dan
serempak dengan tahap pembangunan nasional.Hal ini berarti bahwa sasaran
pembangunan ketenagalistrikan

harus

selalu

menunjang

setiap

tahap

pembangunan nasional baik dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
maupun dalam mendorong peningkatan ekonomi.
2.6

Strategi Dalam Menjaga Sumberdaya Minyak Bumi
Berikut merupakan strategi dalam menjaga sumberdaya minyak bumi:
a.

Pengembangan Energi Alternatif
Indonesia sesungguhnya memiliki potensi sumber energi terbarukan

dalam jumlah besar. Beberapa diantaranya bisa segera diterapkan di tanah

air, seperti: bioethanol sebagai pengganti bensin, biodiesel untuk pengganti
solar, tenaga panas bumi, mikrohidro, tenaga surya, tenaga angin, bahkan
sampah/limbah pun bisa digunakan untuk membangkitkan listrik. Hampir
semua sumber energi tersebut sudah dicoba diterapkan dalam skala kecil di
tanah air. Momentum krisis BBM saat ini merupakan waktu yang tepat
untuk menata dan menerapkan dengan serius berbagai potensi tersebut.
Meski saat ini sangat sulit untuk melakukan substitusi total terhadap bahan
bakar fosil, namun implementasi sumber energi terbarukan sangat penting
untuk segera dimulai.
Kebijakan penghapusan subsidi BBM pada tahun 2005 merupakan
momentum yang tepat bagi pemerintah untuk mengembangkan batubara
sebagai energi alternatif yang prospeknya cukup menjanjikan. baik dilihat
dari cadangan yang melimpah maupun dari harga yang relatif lebih murah
dibanding BBM. Sebagai contoh bila digunakan di sektor listrik, batubara
lebih murah dibanding BBM. Pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
(PLTD) yang menggunakan solar, harga listrik mencapai Rp 500 per KWh.
Sementara menggunakan batubara biayanya hanya sekitar Rp 50 per KWh.
Jadi bisa menghemat biaya kurang lebih Rp 30 milyar per tahun.
Bila digunakan di sektor rumah tangga pun untuk keperluan
memasak atau sektor industri untuk bahan bakar, batubara sangatlah hemat.
Setiap satu liter minyak tanah dapat digantikan dengan 0.6 kg briket
batubara (Soedjoko dalam Warta, 2003). Berdasarkan pada hitungan
konversi energi ini, kita dapat mengambil contoh penghematan yang akan
diperoleh. Pada tahun 2003. harga batubara sekitar Rp 222.27 per kg.
sementara minyak tanah Rp 700 per liter. Pada tahun 2003 rata-rata
pemakaian minyak tanah di sektor rumah tangga sekitar 179 liter pertahun.
maka biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli minyak tanah adalah Rp
125.300 per rumah tangga. Sedangkan, jika menggunakan batubara, maka
besarnya biaya yang harus dikeluarkan hanya Rp 23.872. Dengan demikian
ada penghematan sebesar Rp 101.428 per rumah tangga. Dengan merujuk
pada data BPS yang menyebutkan bahwa jumlah rumah tangga tahun 2003
sebanyak 56.625.000. jadi sebenarnya ada potensi penghematan yang bisa

dilakukan untuk pengeluaran energi di sektor rumah tangga sebesar Rp 5.74
trilyun. Dengan harga minyak tanah yang mencapai Rp 2000 perliter pada
tahun 2005. maka tentu saja penghematan ini akan jauh lebih besar lagi.
Proses substitusi penggunaan energi ini tentu saja harus dibarengi
dengan inovasi peralatan dan mesin-mesin industri yang bisa mendukung
digunakannya energi alternatif tersebut dan bisa meminimalisir efek negatif
dari penggunaan energi alternatif, seperti polusi dari hasi pembakaran
batubara. Begitupun halnya dengan substitusi energi di sektor rumah
tangga.Perlu ditunjang dengan ketersediaan alat yang kompatibel dengan
harga yang terjangkau oleh masyarakat.Di sisi lain. untuk memberikan
kenyamanan pada pengguna energi alternatif. maka pemerintah perlu
memberikan jaminan kontinuitas distribusi energi alternatif tersebut.
Mengganti BBM dengan batubara atau gas bumi memang terkesan hanya
sebagai solusi jangka pendek karena memang sama-sama energi tidak
terbarukan (non renewable energy), namun hal ini akan menjadi jembatan
penting untuk pengembangan energi alternatif lain yang dapat diperbaharui
(renewable energy). Pengembangan alternatif tersebut diantaranya adalah:
1) Bioethanol
Bioethanol adalah ethanol yang diproduksi dari tumbuhan. Brazil,
dengan 320 pabrik bioethanol, adalah negara terkemuka dalam
penggunaan serta ekspor bioethanol saat ini. Di tahun 1990-an,
bioethanol di Brazil telah menggantikan 50% kebutuhan bensin untuk
keperluan transportasi; ini jelas sebuah angka yang sangat signifikan
untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Bioethanol tidak saja menjadi alternatif yang sangat menarik untuk
substitusi bensin, namun dia mampu menurunkan emisi CO2 hingga
18% di Brazil. Dalam hal prestasi mesin, bioethanol dan gasohol
(kombinasi bioethanol dan bensin) tidak kalah dengan bensin; bahkan
dalam beberapa hal, bioethanol dan gasohol lebih baik dari bensin. Pada
dasarnya pembakaran bioethanol tidak menciptakan CO2 neto ke
lingkungan karena zat yang sama akan diperlukan untuk pertumbuhan
tanaman sebagai bahan baku bioethanol. Bioethanol bisa didapat dari

tanaman seperti tebu, jagung, singkong, ubi, dan sagu; ini merupakan
jenis tanaman yang umum dikenal para petani di tanah air. Efisiensi
produksi bioethanol bisa ditingkatkan dengan memanfaatkan bagian
tumbuhan yang tidak digunakan sebagai bahan bakar yang bisa
menghasilkan listrik.
2) Biodiesel
Serupa dengan bioethanol, biodiesel telah digunakan di beberapa
negara, seperti Brazil dan Amerika, sebagai pengganti solar. Biodiesel
didapatkan dari minyak tumbuhan seperti sawit, kelapa, jarak pagar,
kapok, dsb. Beberapa lembaga riset di Indonesia telah mampu
menghasilkan dan menggunakan biodiesel sebagai pengganti solar,
misalnya BPPT serta Pusat Penelitian Pendayagunaan Sumber Daya
Alam dan Pelestarian Lingkungan ITB. Kandungan sulfur yang relatif
rendah serta angka cetane yang lebih tinggi menambah daya tarik
penggunaan biodiesel dibandingkan solar. Seperti telah diketahui,
tingginya kandungan sulfur merupakan salah satu kendala dalam
penggunaan mesin diesel, misalnya di Amerika. Serupa dengan
produksi bioethanol, pemanfaatan bagian tanaman yang tidak
digunakan dalam produksi biodiesel perlu mendapatkan perhatian
serius. Dengan kerjasama yang erat antara pemerintah, industri, dan
masyarakat, bioethanol dan biodiesel merupakan dua kandidat yang
bisa segera diimplementasikan untuk mengurangi ketergantungan
terhadap bahan bakar fosil.
3) Tenaga Panas Bumi
Salah satu sumber energi terbarukan yang potensinya sangat besar
adalah panas bumi. Berdasarkan data Indonesia Power, saat ini baru
sekitar lima persen potensi panas bumi yang dimanfaatkan di Indonesia.
Dari 16.035 megawatt, baru 780 megawatt listrik yang dihasilkan dari
panas bumi.
Padahal potensi listrik yang dapat dibangkitkan dari panas bumi
tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, khususnya di sepanjang
jalur pegunungan bagian selatan. Yaitu 4.885 megawatt di Sumatera,

8.100 megawatt di Jawa-Bali, 1.500 megawatt di Sulawesi, dan 1.550
megawatt di pulau-pulau lainnya.
Bahkan

berdasarkan

data

yang

dipakai

dalam

blueprint

pengelolaan energi nasional (PEN), potensi panas bumi mencapai 27
ribu megawatt. Secara teori, sumber panas bumi memang kemungkinan
besar ditemukan di jalur pegunungan yang melalui kawasan Indonesia.
Hanya saja sumber panas bumi kebanyakan berada di daerah
terpencil di puncak gunung. PLTP Kamojang saja berada pada
ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut (dpl) dan 25
kilometer dari Garut. Dengan alasan kesulitan menjangkau dan
besarnya investasi yang harus diperlukan untuk menyalurkan listrik
yang dihasilkan ke sistem interkoneksi, sumber listrik panas bumi tidak
sepopuler Pembangkit Listrik Tenaga Uap, Gas, atau Diesel.
Namun sejak harga minyak membumbung tinggi sementara
pasokan minyak semakin tergantung impor, mulailah dilirik berbagai
sumber energi alternatif termasuk panas bumi. Seharusnya pemerintah
bisa mendorong berbagai pihak agar target produksi panas bumi
melebihi 9.000 megawatt pada tahun 2025. Jika target tersebut tercapai
sesuai blueprint PEN, panas bumi akan memasok 3,8 persen kebutuhan
listrik nasional.
Harga jual listrik ke masyarakat paling tingi hanya Rp 495 per
kilowatt jam. Sehingga harus ada negosiasi ulang dengan Pertamina
dapat dilakukan. Kendala lain yang harus segera diatasi adalah
dukungan kebijakan dari pemerintah. Meskipun sudah ada Undangundang No. 27 Tentang Panas Bumi, belum diikuti oleh berbagai
peraturan perundang-undangan yang mendukung pelaksanaannya.
Padahal potensi pembangkitan energi yang ramah lingkungan ini juga
berpotensi untuk mendatangkan devisa dari penerbitan sertifikasi clean
development management (CDM). Sayang sekali jika potensi panas
bumi yang sangat besar tidak segera termanfaatkan.

4) Mikrohidro
Mikrohidro adalah pembangkit listrik tenaga air skala kecil (bisa
mencapai beberapa ratus kW). Relatif kecilnya energi yang dihasilkan
mikrohidro (dibandingkan dengan PLTA skala besar) berimplikasi pada
relatif sederhananya peralatan serta kecilnya areal tanah yang
diperlukan guna instalasi dan pengoperasian mikrohidro. Hal tersebut
merupakan

salah

satu

keunggulan

mikrohidro,

yakni

tidak

menimbulkan kerusakan lingkungan. Mikrohidro cocok diterapkan di
pedesaan yang belum terjangkau listrik dari PT PLN. Mikrohidro
mendapatkan energi dari aliran air yang memiliki perbedaan ketinggian
tertentu. Energi tersebut dimanfaatkan untuk memutar turbin yang
dihubungkan dengan generator listrik. Mikrohidro bisa memanfaatkan
ketinggian air yang tidak terlalu besar, misalnya dengan ketinggian air
2.5 m bisa dihasilkan listrik 400W. Potensi pemanfaatan mikrohidro
secara nasional diperkirakan mencapai 7,500 MW, sedangkan yang
dimanfaatkan saat ini baru sekitar 600 MW. Meski potensi energinya
tidak terlalu besar, namun mikrohidro patut dipertimbangkan untuk
memperluas jangkauan listrik di seluruh pelosok nusantara.
5) Tenaga Surya
Energi yang berasal dari radiasi matahari merupakan potensi
energi terbesar dan terjamin keberadaannya di muka bumi. Berbeda
dengan sumber energi lainnya, energi matahari bisa dijumpai di seluruh
permukaan bumi. Pemanfaatan radiasi matahari sama sekali tidak
menimbulkan polusi ke atmosfer. Perlu diketahui bahwa berbagai
sumber energi seperti tenaga angin, bio-fuel, tenaga air, dsb,
sesungguhnya juga berasal dari energi matahari. Pemanfaatan radiasi
matahari umumnya terbagi dalam dua jenis, yakni termal dan
photovoltaic. Pada sistem termal, radiasi matahari digunakan untuk
memanaskan fluida atau zat tertentu yang selanjutnya fluida atau zat
tersebut dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik. Sedangkan pada
sistem photovoltaic, radiasi matahari yang mengenai permukaan
semikonduktor akan menyebabkan loncatan elektron yang selanjutnya

menimbulkan arus listrik. Karena tidak memerlukan instalasi yang
rumit, sistem photovoltaic lebih banyak digunakan. Sebagai negara
tropis, Indonesia diuntungkan dengan intensitas radiasi matahari yang
hampir sama sepanjang tahun, yakni dengan intensitas harian rata-rata
sekitar 4.8 kWh/m2. Meski terbilang memiliki potensi yang sangat
besar, namun pemanfaatan energi matahari untuk menghasilkan listrik
masih dihadang oleh dua kendala serius: rendahnya efisiensi (berkisar
hanya 10%) dan mahalnya biaya per-satuan daya listrik. Untuk
pembangkit listrik dari photovoltaic, diperlukan biaya US $ 0.25-0.5 /
kWh, bandingkan dengan tenaga angin yang US $ 0.05-0.07 / kWh, gas
US $ 0.025-0.05 / kWh, dan batu bara US $ 0.01-0.025 / kWh .
Pembangkit lisrik tenaga surya ini sudah diterapkan di berbagi negara
maju serta terus mendapatkan perhatian serius dari kalangan ilmuwan
untuk meminimalkan kendala yang ada.
6) Tenaga Angin
Pembangkit listrik tenaga angin disinyalir sebagai jenis
pembangkitan energi dengan laju pertumbuhan tercepat di dunia dewasa
ini. Saat ini kapasitas total pembangkit listrik yang berasal dari tenaga
angin di seluruh dunia berkisar 17.5 GW. Jerman merupakan negara
dengan kapasitas pembangkit listrik tenaga angin terbesar, yakni 6 GW,
kemudian disusul oleh Denmark dengan kapasitas 2 GW. Listrik tenaga
angin menyumbang sekitar 12% kebutuhan energi nasional di Denmark;
angka ini hendak ditingkatkan hingga 50% pada beberapa tahun yang
akan datang. Berdasar kapasitas pembangkitan listriknya, turbin angin
dibagi dua, yakni skala besar (orde beberapa ratus kW) dan skala kecil
(dibawah 100 kW). Perbedaan kapasitas tersebut mempengaruhi
kebutuhan kecepatan minimal awal (cut-in win speed) yang diperlukan:
turbin skala besar beroperasi pada cut-in win speed 5 m/s sedangkan
turbin skala kecil bisa bekerja mulai 3 m/s. Untuk Indonesia dengan
estimasi kecepatan angin rata-rata sekitar 3 m/s, turbin skala kecil lebih
cocok digunakan, meski tidak menutup kemungkinan bahwa pada
daerah yang berkecepatan angin lebih tinggi (Sumatra Selatan, Jambi,

Riau,dsb) bisa dibangun turbin skala besar. Perlu diketahui bahwa
kecepatan angin bersifat fluktuatif, sehingga pada daerah yang memiliki
kecepatan angin rata-rata 3 m/s, akan terdapat saat-saat dimana
kecepatan anginnya lebih besar dari 3 m/s - pada saat inilah turbin angin
dengan cut-in win speed 3 m/s akan bekerja. Selain untuk
pembangkitan listrik, turbin angin sangat cocok untuk mendukung
kegiatan pertanian dan perikanan, seperti untuk keperluan irigasi, aerasi
tambak ikan, dsb

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Cadangan minyak dan produksi minyak dunia terus mengalami penurunan
sedangkan komsumsi minyak semakin meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk dan perekonomian sehingga sejak tahun
2004, Indonesia merupakan net-importer.
2. Penentuan harga jual BBM di Indonesia sangat ditentukan oleh asumsi
harga minyak APBN dan asumsi apakah minyak dianggap sebagai
penerimaan negara atau bukan.
3. Alasan kenaikan harga BBM di Indonesia antara lain: defisit APBN,
kenaikan BBM dilakukan banyak negara, harga BBM rendah mendorong
peningkatan konsumsi, disparitas harga mendorong penyelundupan,
subsidi BBM banyak dinikmati golongan kaya, realokasi subsidi BBM ke
subsidi yang bersifat produktif, dan insentif berkembangnya energi
alternatif.
4. Dampak kenaikan BBM terhadap kemiskinan sangat tergantung dari
dampak kenaikan BBM terhadap inflasi khususnya inflasi bahan makanan.
5. Minyak bumi mempunyai peran penting dalam kontribusi pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi karena minyak bumi merupakan energi yang
digunakan untuk mengolah dan memenuhi kebutuhan sesuai dengan
kebutuhan. Tidak hanya itu, minyak bumi menyumbang devisa negara
terbesar
6. Pengembangan Energi Alternatif dilakuakan dengan berbagai cara,
diantaranya: Bioethanol, Biodiesel, Tenaga Panas Bumi, Mikrohidro,
Tenaga Surya, dan Tenaga Angin
3.2

Saran

Makalah ini masih belum sempurna, untuk itu kritik dan saran sangat
membangun dalam penyempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA
Casdira. 2010. Peran Strategis Minyak dan Gas Bumi. (online),
(http://casdiraku.wordpress.com/2010/02/17/peran-strategis-minyak-dangas-bumi/), diakses tanggal 5 Oktober 2015.
ESDM.______. Harga Jual Gas Industri Naik. (online)
(http://www.esdm.go.id/berita/migas/40-migas/5931-harga-jual-gasindustri-naik-.html), diakses tanggal 2 Oktober 2015.
Harri, Nuryanto. 2013. Kala Ketersediaan Energi Nasional sMemprihatinkan,
(online) (http://pmeindonesia.com/berita-migas/638-kalla-ketersediaanenergi-nasional-memprihatinkan) diakses tanggal 5 Oktober 2015.
Imam. Vaillah. Rabu, 15 Mei 2013. Geografi Ekonomi. (online)
(http://www.migas.esdm.go.id/) diakses tanggal 2 Oktober 2015.
Nofianti. saputri. Rabu, 15 Mei 2013. Penerapan Ilmu Geografi Dalam Aspek
Ekonomi. (online) (http://www.ptjdutamaenergi.comwpwpcontentuploads201202Peta-cadangan-gas-bumi-700.jpg) diakses tanggal 2
Oktober 2015.
Outlook Energi Indonesia. 2014. Kondisi Energi (Minyak Bumi). Jakarta: Dewan
Energi Nasional.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2013. Kajian Supply
Demand Energi. Jakarta: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Universitas Muhammadiyah Malang. 2013. Problematika dan Kondisi Ketahanan
Pangan. (online) (http://www.bpmigas.go.id/blog/2012/09/09/faktoreksternal-dominasi-kendala-eksplorasi-migas/) diakses tanggal 2 Oktober
2015.
www.bphmigas.go.id