PENGERTIAN DAN MANFAAT MANAJEMEN BERBASI

PENGERTIAN DAN MANFAAT MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
BAGI SEKOLAH

Makalah Ini di Buat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Berbasis
Sekolah
Disusun Oleh:
Rian Ariska

(14290097)

Dosen Pengampu:
Leni Marlina, M.Pd. I

Jurusan Manajemen Pendidikan Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Raden Fatah
Palembang
2017

PENDAHULUAN
Kemampuan manajemen sekolah yang masih lemah, etos kerja sebagian

guru-guru di sekolah masih relatif rendah, tingkat kesejahteraan guru yang belum
baik dan keterbatasan fasilitas pembelajaran. Pelembagaan MBS dipandang urgen
atau mendesak. Hal itu sejalan dengan tuntutan masyarakat agar lembaga
pendidikan persekolahan dapat dikelola secara lebih demokratis dibandingkan
dengan pola kerja “dipandu dari atas” sebagaimana dianut oleh negara yang
menerapkan pemerintahan sentralistik.
Para penganjur MBS mengatakan bahwa kebijakan “manajemen baru
sekolah” ini menawarkan program terbaik bagi siswa karena sumber yang ada dan
di dapat memungkinkan secara langsung digunakan sesuai dengan kebutuhan
siswa. Mereka beragumen bahwa MBS akan mampu menjamin lahirnya bukan
oleh pribadi atau orang seorang. Adapun dengan adanya MBS, akan muncul
kondusivitas komunikasi anatarpengguna, orang tua siswa, tokoh masyarakat,
kalangan profesional, kelompok peduli sekolah, anggota masyarakat, dan siswa.

1

PEMBAHASAN
1.

Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan padanan kata
dari School-based Management (SBM). Dalam hal ini Bank Dunia (The
World Bank)

telah memberikan pengertian bahwa MBS adalah

desentralisasi level otoritas penyelenggaraan sekolah kepada level sekolah.
Tanggung jawab dan pengambilan keputusan terhadap pelaksanaan atau
penyelenggaraan sekolah telah diserahkan kepada kepala sekolah , guruguru, para orang tua siswa, kadang-kadang peserta didik atau siswa, dan
anggota komunitas sekolah yang lainnya. 1
Manajemen berbasis sekolah juga di definisikan beragam oleh para
ahli pendidikan. Misalnya, Mallen , Ogawa, dan Kranz memandang MBS
sebagai suatu bentuk desentralisasi yang memandang sekolah sebagai
suatu unit pasar pengembangan dan bergantung pada redistribusi otoritas
pengambilan keputusan. Myers dan Stonehill manajemen berbasis sekolah
merupakan suatu strategi untuk memperbaiki mutu pendidikan melalui
pengalihan otoritas pengambilan keputusan dari pemerintah pusat ke
daerah dan ke masing-masing sekolah sehingga kepala sekolah, guru,
peserta didik, dan orang tua peserta didik mempunyai tanggung jawab
untuk mengambil keputusan yang menyangkut pembiayaan, personal, dan

kurikulum

sekolah.2

Tim

Peningkatan

Mutu

SMP

Depdiknas

mendefinisikan Manajemen Berbasis Sekolah sebagai model pengelolaan
sekolah berdasarkan kekhasan, kebolehan, kemampuan dan kebutuhan
sekolah dengan batasan seperti ini, maka MBS menjamin adanya
keberagaman dalam pengelolaan sekolah, tetapi harus tetap dalam koridor
kebijakan pendidikan nasional. Tidak ada lagi penekanan pada
keseragaman dan dijamin adanya keberagaman. 3


1

Suparlan, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS): dari teori sampai dengan praktik, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2015), hlm. 49
2 Umaedi, dkk, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), hlm. 4.3
3 Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm.
293

2

Istilah School-based Management pertama kali muncul di Amerika
Serikat ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan
dengan tuntutan da perkembangan masyarakat setempat. MBS merupakan
paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat
sekolah (perlibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan
nasional. MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan,
yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang
lebih baik dan memadai bagi para peserta didik.4
Menetapkan sendiri pengelolaan pendidikan di sekolah bukan

berarti sekolah lepas dari campur tangan pemerintah dan masyarakat , dan
bukan berarti sekolah bebas tanpa batas menentukan dan asekolah yang
dibebankan kepada siswa. Sekolah memiliki kewajiban menggalang
kerjasama mutualisme dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan
sekolah (stakeholders), dan bahkan tidak ada program yang dapat berjalan
tanpa dukungan dari pihak orang tua dan stakeholders lainnya. MBS harus
terintegrasi dengan tuntutan , harapan , dan kemajuan masyarakat, dunia
usaha serta pemerintah. 5
Adapun definisi yang menyeluruh dan kompleks tentang MBS
yang dikemukakan oleh Neal yang merupakan butir-butir yang terkandung
yaitu sebagai berikut:
1.

Manajemen Berbasis Sekolah adalah sekolah yang berdasarkan
penelitian, komitmen, sistem tertentu, dan pengoperasian sekolah
dari suatu distrik/wilayah memakai metode sentralisasi dengan
parameter (batasan-batasan yang jelas) dan peran staf yang
dipahami oleh mereka yang terlibat, untuk memaksimalkan
efektivitas penggunaan sumber daya.


2.

(Bagian) anggaran yang peruntukannya bagi sekolah, sebagian
besar dipindahkan ke sekolah masing-masing untuk di kelola di
dalam sistem Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja Sekolah

4 E, Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm 24
5 Engkoswara dan Aan Komariah, Loc. Cit., hlm 293

3

(RAPBS),

sejalan

dengan

pemberian

kewenangan


untuk

mengambil keputusan pada setiap sekolah.
3.

Alokasi anggaran diberikan dalam bentuk lump-sum (blok
keseluruhan , tidak diperinci) secara adil, berdasarkan alokasi per
siswa yang berbeda , tidak peduli dadri sumber manapun , yang
penting untuk kepentingan siswa di sekolah tersebut.

4.

Alokasi diberikan sesuai perencanaan da anggaran sekolah yang
dibuat oleh kepala sekolah bersama staf (guru) yang sudah terlatih,
orang tua, dan siswa sebagai stakeholders dan disetujui oleh
Dinas/superintendent (sebelumnya sudah pernah dibahas pelibatan
siswa terutama untuk sekolah menengah dan ada yang membatasi
hak suara siswa).


5.

Perencanaan yang dibuat sekolah tersebut di rancang untuk
mencapai tujuan perbaikan mutu pendidikan yang disepakati
bersama.

6.

Akuntabilitas diberlakukan bagi masng-masing sekolah.

7.

Evaluasi lebih pada hasil, bukan pada metodologi atau proses.6
Secara lebih sempit MBS hanya mengarah pada perubahan

tanggung jawab pada bidang tertentu seperti dikemukakan Kubick (1988).
MBS meletakan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan dari
pemerintah daerah kepada sekolah yang menyangkut bidang anggaran,
personel, dan kurikulum. Oleh karena itu, MBS memberikan hak kontrol
proses pendidikan kepada kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua.7

Ketika MBS diterapkan tentu harus ada penjelasan , terutama
penelitian mengenai bagaimana strategi efektif mengenai pengalihan atau
pergeseran kewenangan dari Dinas Diknas ke tingkat sekolah itu akan di
lakukan. Operasionalisasi program yang dialihkan itu tetap berada pada
koridor kebijakan nasional pendidikan, meski tetap terbuka adanya variasi.

6 Umaedi, dkk, Op. Cit., hlm. 4.3-4.4
7 Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model, dan Aplikasi, (Jakarta: Grasindo, 2006),
hlm. 1.

4

Dengan demikian akan jelas , mana tugas pokok dan fungsi masingmasing dan mana yang menjadi tugas bersama.8
Proses penyelenggaraan sekolah adalah kiat manajemen sekolah
dalam mengelola masukan-masukan agar tercapai tujuan yang telah
ditetapkan atau output sekolah. Slamet mengatakan bahwa proses adalah
berubahnya “sesuatu” menjadi “sesuatu yang lain”. Proses berlangsungnya
sekolah intinya adalah berlangsungnya pembelajaran , yaitu terjadinya
interaksi antara siswa dengan guru yang didukung oleh perangkat lain
sebagai bagian keberhasilan proses pembelajaran.9

Dimmock dan Caldwell menemukan bahwa MBS memiliki lima
keunggulan sebagai berikut.
1.

MBS adalah lebih demokratis. MBS memungkinkan guru dan
orang tua siswa dapat mengambil keputusan tentang pendidikan
dengan cara-cara yang lebih demokratis daripada hanya sekedar
memberikan kewenangan kepada orang-orang yang terbatas atau
satu kelompok orang pada level pusat.

2.

MBS adalah lebih relevan.

3.

MBS adalah tidak birokratis.

4.


MBS memungkinkan untuk lebih memiliki akuntabilitas.

5.

MBS memungkinkan untuk dapat memobilisasi sumber daya
secara lebih besar.10
Adapun pelaksanaan manajemen berbasis sekolah yang di fokuskan

pada dua sasaran kerja yaitu pada manajemen peningkatan mutu sekolah
dan pada peningkatan kontribusi masyarakat terhadap pendidikan.
a. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah
MBS fokus manajemen adalah penerapan MBS yang dapat
diidentifikasi dari pola manajemen mutu sekolah yang dijalankan.
Dalam pola MBS, sekolah sudah diberikan otonomi yang luas untuk
8

Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm 16
9 Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2006), hlm. 5
10 Suparlan, Op. Cit., hlm. 57-68

5

membenahi PBM, penjabarannya adalah sekolah perlu merancang
otonomi secara akademik dan otonomi secara kelembagaan. 11
b. Peningkatan Kontribusi dan Pertisipasi Masyarakat
MBS memerlukan kemitraan dengan masyarakat yang memiliki
persepsi dan tujuan yang sama. Pemberdayaan partisipasi masyarakat
diwadahi dengan Pembentukan Dewan / Komite Sekolah yang
berfungsi sebagai wadah untuk menampung aspirasi dan kebutuhan
stakeholder sekolah, serta badan yang berfungsi untuk membantu
sekolah

meningkatkan

kinerjanya

bagi

terwujudnya

layanan

pendidikan dan hasil belajar yang bermutu.12
Selanjutnya mengenai karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
adalah sebagai berikut:
1.

Adanya karagaman dalam pola penggajian guru

2.

Otonomi manajemen sekolah

3.

Pemberdayaan guru secara optimal

4.

Pengelolaan sekolah secara partisipatif

5.

Sistem yang didesentralisasikan

6.

Sekolah dengan pilihan atau otonomi sekolah dalam menentukan
aneka pilihan

7.

Hubungan kemitraan (partnership) antara dunia bisnis dan dunia
pendidikan

2.

8.

Akses terbuka bagi sekolah untuk tumbuh relatif mandiri

9.

“Pemasaran” sekolah secara kompetitif.13

Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen

berbasis

sekolah

memberikan

kebebasan

dan

kekuasaan yang besar pada sekolah, disertsi seperangkat tanggung jawab.
Dengan adanya otonomi yang memberikan tanggung jawab pengelolaan
sumber daya dan pengembangan strategi MBS sesuai dengan kondisi
11 Engkoswara dan Aan Komariah , Op. Cit., hlm. 295-296
12 Ibid., hlm. 297
13 Sudarwan Danim, Op. Cit., hlm 29-31

6

setempat, sekolah dapat lebih meningkatkan kesejahteraan guru sehingga
dapat lebih berkonsentrasi pada tugas. Keleluasaan dalam mengelola
sumber daya dan dalam menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi,
mendorong profesionalisme kepala sekolah, dalam peranannya sebagai
manajer maupun pemimpin sekolah. Dengan diberikannya kesempatan
kepada sekolah untuk menyusun kurikulum , guru didorong untuk
berinovasi,

dengan

melakukan

lingkungan

sekolahnya.

Dengan

eksperimentasi-eksperimentasi
demikian

,

MBS

di

mendorong

profesionalisme guru dan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di
sekolah. Melalui penyusunan kurikulum elektif, rasa tanggap sekolah
terhadap

kebutuhan

setempat

meningkat

dan

menjamin

layanan

pendidikan sesuai dengan tuntutan peserta didik dan masyarakat sekolah.
Prestasi peserta didik dapat dimaksimalkan melalui peningkatan partisipasi
orang tua, misalnya, orang tua dapat mengawasi langsung proses belajar
anaknya.14
MBS menekankan keterlibatan maksimal berbagai pihak , seperti
pada sekolah-sekolah swasta, sehingga menjamin partisipasi staf, orang
tua, peserta didik dan masyarakat yang lebih luas dalam perumusanperumusan keputusan tentang pendidikan. Kesempatan berpartisipasi
tersebut dapat meningkatkan komitmen mereka terhadap sekolah.
Selanjutnya , aspek-aspek tersebut pada akhirnya akan mendukung
efektivitas dalam pencapaian tujuan sekolah. Adanya kontrol dari
masyarakat dan monitoring dari pemerintah , dan demokratis, serta
menghapuskan monopoli dalam pengelolaan pengelola pada berbagai level
untuk melakukan perannya sesuai dengan kewenangan dan tanggung
jawab. 15
Adapun tujuan dari manajemen berbasis sekolah yaitu sebagai
berikut:
14 E, Mulyasa, Op. Cit., hlm 25-26
15 Ibid., hlm. 26

7

1. MBS bertujuan untuk mencapai mutu dan relevansi pendidikan yang
setinggi-tingginya , dengan tolak ukur penilaian pada hasil buka pada
metodologi atau prosesnya.
2. MBS bertujuan menjamin keadilan bagi setiap anak untuk memperoleh
layanan pendidikan yang bermutu di sekolah yang bersangkutan.
3. MBS bertujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi.
4. MBS bertujuan meningkatkan akuntabilitas sekolah dan komitmen
semua skateholders16
Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan MBS di Nikaragua,
ditemukan bahwa 100% sumber daya sekolah telah dialokasikan untuk
kepentingan sekolah. Maka dari hal tersebut terdapat dampak penting
penerapan MBS adalah sebagai berikut:
1. Penerapan MBS mempunyai kontribusi yang lebih baik dalam
menaikkan hasil bekajar siswa.
2. Penerapan MBS di Meksiko ternyata juga telah meningkatkan peran
serta sekolah-sekolah di daerah pedesaan dan bahkan di sekolahsekolah yang para siswanya berasal dari suku asli.
3. Beberapa hasil evaluasi terhadap penerapan MBS pada khususnya ,
dan penerapan desentralisasi pendidikan di AS telah dapat menurunkan
angka putus sekolah (DO), meskipun secara langsung tidak
mempunyai dampak dalam kenaikan nilai hasil belajar. 17
Selain manfaat dalam penerapan MBS juga memiliki keuntungan
yaitu sebagai berikut:
a.

Membuat para individu yang kompeten di sekolah untuk membuat
keputusan yang dapat meningkatkan pembelajaran.

b.

Memberikan hal bersuara kepada seluruh komunitas sekolah dalam
pengambilan keputusan kunci.

c.

Menekankan akuntabilitas untuk pengambilan keputusan.

d.

Mendorong kreativitas yang lebih besar dalam perancangan program.

16 Umaedi, dkk, Op. Cit., hlm. 4.8-4.9
17 Suparlan, Op. Cit., hlm. 53

8

e.

Mengarahkan kembali sumber daya untuk mendukung pencapaian
tujuan yang telah di kemangkan di masing-masing sekolah.

f.

Mendorong anggaran yang realistik.18
Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) akan menghasilkan

nilai positif bagi sekolah antara lain:
1.

Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
bagi sekolah yang bersangkutan sehingga sekolah dapat lebih
mengoptimalkan pemanfaatan semberdaya yang ada.

2.

Sekolah lebih mengetahui skala prioritas.

3.

Pengambilan keputusan lebih pastisipatif terutama dalam hal :
menetapkan

sasaran

peningkatan

mutu,

.menyusun

rencana

peningkatan mutu, melaksanakan rencana peningkat mutu, melakukan
evaluasi pelaksanaan peningkatan mutu.
4.

Penggunaan lebih efektif dan efesien sesuai dengan skala prioritasnya.

5.

Keputusan bersama lebih menciptakan transparasi dan demokrasi.

6.

Dapat meningkat rasa tanggung jawab.

7.

Menumbuhkan persaingan sehat sehingga diharapkan adanya upaya
inovatif.19

KESIMPULAN

18 Ibid., hlm. 60
19 Fitri Oviyanti, dkk, Manajemen berbasis sekolah (MBS), (Palembang:- 2011), hlm. 15

9

Manajemen berbasis sekolah

merupakan paradigma baru pendidikan,

yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (perlibatan masyarakat)
dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. MBS merupakan salah satu wujud
dari reformasi pendidikan, yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan
pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para peserta didik.
Manfaat manajemen berbasis sekolah dapat di jabarkan sebagai berikut:
a. Sekolah dapat lebih meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih
berkonsentrasi pada tugas.
b. Mengelola sumber daya dan dalam menyertakan masyarakat untuk
berpartisipasi.
c. Mendorong profesionalisme guru dan kepala sekolah.
d. Kesempatan kepada sekolah untuk menyusun kurikulum.
e. Prestasi peserta didik dapat dimaksimalkan melalui peningkatan partisipasi
orang tua.

DAFTAR PUSTAKA
10

Nurkolis;. (2006). Manajemen Berbasis Sekolah , Teori, Model , dan Aplikasi.
Jakarta: Grasindo.
Danim, Sudarwan;. (2007). Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Birokrasi ke
Lembaga Akademik. Jakarta: Bumi Aksara.
Engkoswara; Komariah, Aan;. (2011). Administasi Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Komariah, Aan; Triatna, Cepi;. (2006). Visionary Leadership Menuju Sekolah
Efektif. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Mulyasa, E. (2004). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Oviyanti, F., & dkk. (2011). Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Palembang: -.
Suparlan. (2015). Manajemen Berbasis Sekolah (MBS): dari teori sampai dengan
praktik. Jakarta: Bumi Aksara.
Umaedi; , Hadiyanto; , Siswantari;. (2009). Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta:
Universitas Terbuka.

11