PERAN PROFESIONALITAS GURU DALAM PROSES (1)

PERAN PROFESIONALITAS GURU DALAM PROSES
PEMBELAJARAN
Makalah Ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pengembangan Profesi Guru (PPG)
Dosen Pengampu:
Reksiana, MA. Pd

Disusun Oleh:
Kelas VB Tarbiyah
Kelompok 7
Andi Rabiatul Adawiah

15311531

Fatimah

15311506

Nadhifa Mizana Al-Azwi

15311548


Keukeu Mutmainnah

15311512

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
TA 2017/2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Peran Profesionalitas Guru dalam Proses Pembelajaran”
sebagai pelajaran dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan
juga kami berterima kasih kepada Ibu Reksiana, MA. Pd. selaku Dosen mata
kuliah Pengembangan Profesi Guru (PPG) yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai apa itu Profesionalisme

Guru, seberapa pentingnya, syarat-syaratnya, indikatornya serta penilaian
seorang guru. Mudah-mudahan dengan makalah ini kami dapat membantu bagi
siapa saja yang membutuhkannya, baik dalam pemahaman teori ataupun
pengamalan langsung.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam

makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Ciputat, 8 November 2017

Kelompok 7


i

DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Guru Profesional ................................................................... 3
B. Pentingnya Profesionalisme Guru dalam Pendidikan ......................... 6
C. Syarat-syarat menjadi Guru Profesional ............................................. 9
D. Indikator Kinerja Guru ........................................................................ 13
E. Penilaian Kinerja Guru ........................................................................ 19
BAB III PENUTUP
A. Simpulan............................................................................................. 21
DAFTARPUSTAKA ............................................................................................ 22


ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam upaya memajukan dan mengembangkan jabatan guru sebagai
jabatan profesional yang dituntut untuk berkinerja seoptimal mungkin
berdasarkan kompetensi dan profesionalisme bidangnya, kepala sekolah sangat
berperan di dalamnya, dengan memberikan kesempatan dan peluang serta
mengarahkan dan membimbing yang maksimal dan berkesinambungan, terhadap
guru sebagai stafnya, maka kinerja guru yang optimal dapat terwujud.
Kinerja guru merupakan konsep yang sangat penting untuk diperhatikan
oleh kepala sekolah, karena dengan kinerja yang tinggi dapat mendorong kinerja
individu dan kelompok yang akan meningkatkan efektifitas organisasi. Setiap
individu mempunyai kinerja yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai
yang berlaku pada dirinya.
Orientasi kepala sekolah sebagai pemimpin sangatlah cocok dengan misi
dari pada sekolah sebagai organisasi terbuka dan Agent of Change, yang mana
sekolah dituntut inovatif, aspiratif dan tanggap terhadap perkembangan zaman.
Kesempatan ini lebih didukung dengan adanya otonomi pendidikan dengan

program Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management). Dengan
program tersebut kepala sekolah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam
rangka mengelola sekolah, sehingga dituntut memahami secara komprehensif
manajemen sekolah. Kemampuan manajerial yang tinggi menjadikan sekolah
efisien.
Peran kepala sekolah pada hakikatnya adalah kepala sekolah yang
memahami dan menguasai kemampuan manajerial dan kepemimpinan yang
efektif seperti yang diakronimkan bahwa kepala sekolah sebagai EMASLIM
(educator,

manajer,

administrator,

supervisor,

leader,

innovator,


motivator).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian profesionalisme guru?
2. Bagaimana pentingnya profesionalisme guru dalam pendidikan?
3. Bagaimana syarat-syarat guru professional?

1

dan

4. Bagaimana indikator kinerja guru?
5. Bagaimana Penilaian kinerja guru?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian profesionalisme guru.
2. Untuk mengetahui pentingnya profesionalisme guru dalam pendidikan.
3. Untuk mengetahui syarat-syarat guru professional.
4. Untuk mengetahui indikator kinerja guru.
5. Untuk mengetahui penilaian kinerja guru.


2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Guru Profesional
Peranan guru sangat penting dalam dunia pendidikan karena selain
berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik, guru juga dituntut
memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter yang baik bagi
anak didiknya.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003,
kata guru dimasukkan ke dalam genus pendidik. Sesungguhnya guru dan
pendidik merupakan dua hal yang berbeda. Kata pendidik (Bahasa Indonesia)
merupakan padanan dari kata educator (Bahasa Inggris). Di dalam kamus
Webster kata educator berarti educationist atau educationalist yang padanannya

dalam Bahasa Indonesia adalah pendidik, spesialis di bidang pendidikan, atau
ahli pendidikan. Sedangkan kata Guru merupakan padanan dari kata teacher
(Bahasa Inggris). Di dalam kamus Webster, kata teacher bermakna sebagai “The
person whotea ch, especially in school” atau guru adalah seseorang yang


mengajar, khususnya di sekolah.1
Guru adalah tenaga kependidikan yang berasal dari anggota masyarakat
yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan. Dalam mendefinisikan kata guru ataupun pendidik, setiap orang
pasti memiliki prespektifnya masing-masing.
Guru adalah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian
tertentu kepada seorang atau kelompok orang, sedangkan guru sebagai pendidik
adalah seseorang yang berjasa terhadap masyarakat dan negara. Guru adalah
petugas lapangan dalam pendidikan yang selalu berhubungan dengan murid
sebagai obyek pokok dalam pendidikan.
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus
sebagai guru, pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang tanpa
memiliki keahlian sebagai guru. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 tahun
2008 tentang Guru. Sebutan Guru mencakup: (1) guru itu sendiri, baik guru
kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan dan konseling atau guru
1

Latifah Husien, Profesi Keguruan Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: PT.
Pustaka Baru Press, Cet. 1, 2017), hlm. 11


3

bimbingan karir, (2) guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah; dan
(3) guru dalam jabatan pengawas.
Dalam ajaran agama Islam guru adalah orang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya,
baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik. Guru yang
berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada
anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat
kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai
hamba Allah. Selain itu guru mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk
individu yang mandiri. 2
Untuk menjadi guru yang professional diperlukan syarat-syarat khusus,
dan harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan
berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui
masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan. Jadi guru professional
mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan tentang orang yang
menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam
mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya. Guru professional adalah
guru yang mampu menerapkan hubungan yang berbentuk multidimensional

dengan muridnya. Guru yang demikian adalah guru yang secara internal
memenuhi kriteria adminisratif, akademis, dan kepribadian.3
Dalam Undang-Undang Sisdiknas Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang No.
20 Tahun 2003: Guru/Pendidik professional merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan. Guru professional
merupakan orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki
pengalaman yang kaya di bidangnya. Guru yang profesional akan tercermin
dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik

2

Latifah Husien, Profesi Keguruan Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: PT.
Pustaka Baru Press, Cet. 1, 2017), hlm. 13
3
Latifah Husien, Profesi Keguruan Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: PT.
Pustaka Baru Press, Cet. 1, 2017), hlm. 13

4


dalam materi maupun metode. Selain itu juga ditunjukkan melalui tanggung
jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. 4
Guru/pendidik yang profesional tidak berpikir hanya mengajar saja
melainkan ia akan berbuat yang lebih terbaik untuk siswanya, masyarakat, dan
dirinya sendiri sebagai bekal kehidupannya di masa depan. Ia tidak akan
mengabaikan tugas pokok dan akan melaksanakan tugas yang diembankan
kepadanya. Guru yang professional juga bertindak sebagai motivator dan
fasilitator dalam membimbing anak didik kearah pencapaian kedewasaan, serta
terbentuknya moral siswa yang dialami, sehingga terjalin keseimbangan,
kebahagiaan dunia dan akhirat. Guru tersebut mobilitasnya tinggi, akftifitas di
bidang pendidikannya banyak sehingga secara tidak langsung wawasan, pola
pikir, ilmu pengetahuan dan keterampilan guru akan bertambah.5
Guru profesional dalam pendidikan agama Islam mempunyai sebutan dan
fungsi serta tugas-tugas yang berbeda-beda yaitu:
1. Ustadz adalah orang yang berkomitmen terhadap profesionalitas, yang
melekat pada dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu proses
dan hasil kerja serta sikap kontinous, improvement.
2. Mu’allim

adalah orang

yang mempunyai

ilmu

dan mampu

mengembangkan serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan,
menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya atau sekaligus melakukan
transfer ilmu/pengetahuan, internalisasi serta amaliah (implementasi).
3. Murabby adalah orang yang mendidik dan mempersiapkan peserta
didik agar mampu berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara
hasil kreasinya untuk menimbulkan pengaruh yang positif bagi dirinya,
masyarakat dan alam sekitarnya.
4. Mursyid adalah orang yang mampu menjadi model atau sentral
identifikasi diri, menjadi pusat panutan, teladan dan konsultan bagi
anak didiknya.

4

Latifah Husien, Profesi Keguruan Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: PT.
Pustaka Baru Press, Cet. 1, 2017), hlm. 15
5
Latifah Husien, Profesi Keguruan Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: PT.
Pustaka Baru Press, Cet. 1, 2017), hlm. 15

5

5. Mudarris adalah orang yang memiliki kepekaan intelektual dan
informasi, serta memperbarui pengetahuan dan keahliannya secara
berkelanjutan

dan

berusaha

mencerdaskan

peserta

didiknya,

memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan sesuai
dengan bakat, minat dan kemampuannya.
6. Mu’addib adalah orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk
bertanggung jawab dalam membangun peradaban berkualitas di masa
depan.6
Berdasarkan dari beberapa definisi guru/pendidik dan keterangan di atas
dapat diambil sebuah kesimpulan guru yang professional adalah guru yang
mempunyai banyak ilmu dan pengalaman yang mampu merancang, mengelola
pembelajaran, dengan tugas utama adalah mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
B. Pentingnya Profesionalisme Guru dalam Pendidikan
Di dalam dunia pendidikan guru adalah seorang pendidik, pembimbing,
pelatih, dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan
suasana belajar yang kondusif, yaitu suasana belajar menyenangkan, menarik,
memberi rasa aman, memberikan ruang pada siswa untuk berpikir aktif, kreatif,
dan inovatif dalam mengeksplorasi dan mengolaborasikan kemampuannya.
Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang
berkualitas. Untuk dapat menjadi guru profesional mereka harus mampu
menemukan jati diri dan mengaktualisasikan diri sesuai dengan kemampuan dan
kaidah-kaidah guru yang profesional. Keadaan mengenai rendahnya kualitas
pendidikan saat ini, merupakan indikasi perlunya keberadaan guru profesional.
Untuk itu guru diharapkan tidak hanya sebatas menjalankan profesinya. Tetapi
guru harus memiliki interest yang kuat untuk melaksaksanakan tugasnya sesuai
dengan kaidah-kaidah profesionalisme guru yang dipersyaratkan.7
6

Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005), hlm. 50-51
7
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persaja, Cet. 5,
2014) hlm. 19

6

Guru dalam era teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini bukan
hanya sekedar mengajar (transfer of knowledge) melainkan harus menjadi
manajer belajar. Hal tersebut mengandung arti, setiap guru diharapkan mampu
menciptakan kondisi belajar yang menantang kreatifitas dan aktifitas siswa,
memotivasi siswa, menggunakan multimedia, multimetode, dan multisumber
agar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Berkenaan dengan pentingnya profesionalisme guru dalam pendidikan
Sanusi mengutarakan 6 asumsi yang melandasi perlunya profesionalisasi dalam
pendidikan, yaitu:
1. Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan,
pengetahuan, emosi, dan perasaan dan dapat dikembangkan sesuai
dengan potensinya; sementara itu pendidikan dilandasi oleh nilai-nilai
kemanusiaan yang menghargai martabat manusia.
2. Pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara sadar bertujuan,
maka pendidikan menjadi normative yang diikat oleh-oleh norma dan
nilai-nilai yang baik secara universal, nasional, maupun lokal, yang
merupakan acuan para pendidik, peserta didik, dan pengelola
pendidikan.
3. Teori-teori pendidikan merupakan jawaban kerangka hipotesis dalam
menjawab permasalahan pendidikan.
4. Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni
manusia mempunyai potensi yang baik untuk berkembang. Oleh sebab
itu, pendidikan itu adalah usaha untuk mengembangkan potensi
unggul tersebut.
5. Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni situasi dimana terjadi
dialog antara peserta didik dengan pendidik yang memungkinkan
peserta didik tumbuh ke arah yang dikehendaki oleh pendidik agar
selaras dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi masyarakat.
6. Sering terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan, yaitu
menjadikan manusia sebagai manusia yang baik (dimensi intrinsik)

7

dengan misi instrumental, yakni yang merupakan alat untuk
perubahan atau mencapai sesuatu.8
Kalo kita lihat sejenak kondisi real pendidikan yang ada di daerah, kita
masih banyak menemukan guru berada di dalam situasi yang kurang
menguntungkan untuk melaksanakan

tugas yang diamanahkan kepadanya.

Banyak guru yang di tempatkan di dalam ruang yang penuh sesak dengan anak
didik dengan perlengkapan yang kurang memadai, dengan dukungan manajerial
yang kurang mutakhir. Di tempat yang demikian itulah, guru-guru itu
diharapkan mampu melaksanakan tugas yang maha mulia untuk mendidik
generasi penerus anak bangsa. Hal ini akan bertambah lebih berat dan kompleks,
bilamana dihadapkan lagi dengan luapan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, tetapi dengan dukungan fasilitas dan sarana yang minim serta dengan
iklim kerja yang menyenangkan. Selain itu, beban guru ditambah lagi dengan
berbagai tugas luar kegiatan akademik yang banyak menyita waktu dan tenaga
para guru.
Luapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disatu pihak,
serta kemajuan dan perkembangan yang dialami masyarakat serta aspirasi
nasional dalam kemajuan bangsa dan umat manusia di lain pihak, membawa
konsekuensi serta persyaratan yang semakin berat dan kompleks bagi pelaksana
dalam sektor pendidikan pada umumnya dan guru pada khususnya.
Pendidikan yang baik, sebagaimana yang diharapkan oleh masyrakat
modern dewasa ini dan sifatnya yang selalu menantang. Mengharuskan adanya
pendidikan yang professional. Hal ini bahwa di masyarakat diperlukan
pemimpin yang baik, di rumah diperlukan orang tua yang baik dan di sekolah
dibutuhkan guru yang profesional.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikemukakan bahwa dalam
mencari jawaban tentang apa dan siapa itu guru yang profesional memerlukan
suatu tinjauan yang luas serta melingkupi berbagai segi. Sesudah itu barulah
disimpulkan profil guru yang bagaimana yang dikehendaki.9

8

Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persaja, Cet. 5,
2014), hlm. 20
9
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persaja, Cet. 5,
2014), hlm. 21

8

Jawabannya adalah guru profesional memiliki kemampuan professional,
personal dan sosial. Hal ini jelas bahwa “Sebuah profesi, dalam artinya yang
umum, adalah bidang pekerjaan dan pengabdian tertentu. Yang karena hakikat
dan sifatnya membutuhkan persyaratan dasar, keterampilan teknis, dan sikap
kepribadian tertentu”. Dalam bentuknya yang modern, profesi itu ditandai pula
oleh adanya pedoman-pedoman tingkah laku yang khusus mempersatukan
mereka-mereka yang tergolong di dalamnya sebagai satu korps, di tinjau dari
penggunaan etik jabatan. Pelembagaan profesi, serupa itu tidak saja dapat
memperkuat pengaruh teknis, tetapi juga pengaruh-pengaruh sosial dan politik,
ke dalam maupun ke luar. Umumnya dengan mudah orang menyetujui bahwa
tugas seorang guru sebaiknya dipandang sebagai tugas profesional. Tetapi tidak
semua menyadari bahwa profesionalisasi tenaga pelaksana itu bukan hanya
terletak dalam masa-masa persiapan (pendidikan pendahuluan), tetapi juga di
dalam pembinaan dan cara-cara pelaksanaan tugas sehari-hari. Dengan perkataan
lain, profesionalisasi guru ini baru mencakup aspeknya yang formal. Kualifikasi
yang formal ini masih perlu dijiwai dengan kualifikasi real dan ini hanya
mungkin diwujudkan dalam praktik.10
C. Syarat-syarat menjadi Guru Professional
1. Syarat-syarat umum seorang Guru
Secara umum syarat profesionalisme guru sebagai pendidik dalam Islam
adalah:
a. Sehat jasmani dan rohani
Kesehatan jasmani kerap menjadi syarat bagi mereka yang akan melamar
menjadi guru. Jika guru mengidap penyakit menular umpamanya, maka akan
membahayakan kesehatan anak didiknya. Di samping itu, tentu saja guru yang
berpenyakitan tidak akan bergairah dalam mengajar. Dengan demikian,
kesehatan badan setidaknya akan sangat mempengaruhi semangat dalam bekerja
(mengajar).
Di samping kesehatan jasmani, seorang guru harus sehat rohaninya.
Orang yang rohaninya tidak sehat, peluang untuk menderita stress akan terbuka
10

Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persaja, Cet. 5,
2014) hlm. 22

9

lebar. Apalagi pada zaman sekarang ini yang serba materalistis, semuanya dapat
diukur dengan kekayaan atau materi. Oleh karena itu, Islam memberikan solusi
tepat, antara lain dengan berdzikir dan melakukan puasa. Dengan berpuasa,
orang akan sehat secara fisik dan mental (jasmani dan rohani). Orang yang
melakukan puasa dengan ikhlas akan mampu menekan emosi yang bersifat
duniawi, selalu berdzikir kepada Allah, dan tumbuh rasa kemanusiaan yang
tinggi.
b. Taqwa terhadap Allah SWT
Seorang guru sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin
mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa
kepada-Nya. Takwa adalah iman kepada Allah yang menumbuhkan karakter
rendah hati dan optimistik. Bertakwa adalah cinta kepada Allah, sedangkan cinta
akan menumbuhkan motivasi positif dan berkreativitas tinggi. Sebab guru adalah
teladan bagi anak didiknya sebagaimana Rasulullah Saw. Menjadi teladan bagi
umatnya. Sejauh mana seseorang guru mampu memberi teladan yang baik
kepada semua anak didiknya. Sejauh ini pulalah ia diperkirakan akan berhasil
mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia. 11
c. Berilmu pengetahuan yang luas
Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa
pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang
diperlukannya untuk suatu jabatan. Ijazah sarjana bukan semata-mata selembar
kertas, akan tetapi merupakan bukti bahwa dirinya telah menyelesaikannya
pendidikan tingkat tinggi. Itu dapat diperoleh dengan belajar (menuntut ilmu),
karena syarat seorang guru secara administrative harus dibuktikan dengan ijazah
sarjana. Sangatlah penting arti ilmu bagi manusia, namun yang paling penting
adalah sosok guru sebagai pembawa ilmu pengetahuan yang disampaikan
kepada anak didiknya. Karena itu Allah sangat senang kepada orang yang suka
mencari ilmu. Oleh karena itu, seseorang guru harus menambah perbendaharaan
ilmunya.

11

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, Cet. 2, 2005), hlm. 32

10

d. Berlaku adil
Secara harfiah, adil berarti lurus dan tegak, bergerak dari posisi yang
salah menuju posisi yang diinginkan. Adil juga berarti seimbang (balance).
Sedangkan adil dalam Islam memiliki suatu basis hilaiah, berakal dalam
moralitas, sehingga prinsip pertama adil adalah persamaan manusia di hadapan
Tuhan serta dalam kehidupan sosial. Adil adalah meletakan sesuatu pada
tempatnya. Maksudnya adalah tidak memihak antara yang satu dengan yang
lainnya. Dengan kata lain, bertindak atas dasar kebenaran, bukan mengikuti
kehendak hawa nafsunya.
e. Berwibawa
Kewibawaan berarti hak memerintah dan kekuasaan untuk membuat kita
patuh dan ditaati. Ada juga orang mengartikan kewibawaan dengan sikap dan
penampilan yang dapat menimbulkan rasa segan dan rasa hormat. Sehingga
dengan kewibawaan seperti itu, anak didik merasa memperoleh pengayoman dan
perlindungan. Betapa nikmat menjadi orang yang berwibawa. Dia tidak akan
takut dicerca orang, dan orang akan selalu tunduk dan malu untuk
melecehkannya dan akan selalu menghormatinya. Implikasinya juga terhadap
anak didik, sehingga mereka akan selalu bahagia dan selalu merasa diarahkan
oleh seorang guru yang mempunyai kewibawaan. 12
f. Ikhlas
Ikhlas artinya bersih, murni dan tidak bercampur dengan yang lain.
Sedangkan ikhlas menurut istilah adalah ketulusan hati dalam melaksanakan
suatu amal yang baik, yang semata-mata karena Allah. Seorang guru yang ikhlas
bukan berarti tidak menerima upah atau amplop setelah berdakwah. Dalam AlQu’an, orang yang menyebarkan agama Islam “fi sabiillah” dan berhak
mendapatkan bagian dari zakat. Ketika mubaligh atau guru menerima upah, ia
tidak akan kehilangan ikhlasnya. Ikhlas tidak ada hubungannya dengan
menerima atau menolak upah.13

12

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, Cet. 2, 2005), hlm. 35
13
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, Cet. 2, 2005), hlm. 36

11

g. Mempunyai tujuan yang Rabbani
Hendaknya guru mempunyai tujuan yang Rabbani, di mana segala
sesuatu bersandar kepada Allah dan selalu menaati-Nya, mengabdi kepada-Nya,
mengikuti syariat-Nya dan mengenal sifat-sifat-Nya.
Rabbani ialah orang yang sempurna ilmu dan takwanya kepada Allah
SWT. Jika guru telah mempunyai sifat Rabbani, maka dalam segala kegiatan
pendidikan anak didiknya akan menjadi Rabbani juga, yaitu orang yang hatinya
selalu bergetar ketika disebut nama Allah SWT, dan merasakan keagungan-Nya
pada rentetan peristiwa sejarah kehidupan melintas dihadapannya.

14

h. Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan
Perencanaan adalah suatu pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran,
imajinasi dan kesanggupan melihat kedepan. Dengan demikian, seorang guru
harus mampu merencanakan proses belajar mengajar dengan baik. Guru yang
dapat membuat perencanaan adalah sama pentingnya dengan orang yang
melaksanakan rencana tersebut.
Sedangkan evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan
nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya. Evaluasi
adalah suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan dan
perkembangan anak didik untuk tujuan pendidikan. Karena program evaluasi ini
diterapkan dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan seorang guru dalam
menyampaikan materi pelajaran, menemukan kelemahan-kelemahan yang
dilakukan, baik yang berkaitan dengan materi, metode, fasilitas, maupun dengan
berbagai hal lainnya. Karena, kalau pelajaran tidak dievaluasikan, hasilnya tidak
akan kelihatan dan juga terencana.15
i. Menguasai bidang yang ditekuni
Guru harus cakap dalam mengajarkan ilmunya, karena seorang guru
hidup dengan ilmunya, guru tanpa ilmu yang dikuasainya bukanlah guru lagi.
Oleh karena itu, kewajiban guru adalah selalu menekuni dan menambah ilmunya
lagi. Yang dimaksud dengan menguasai bidang yang ditekuni adalah seorang

14

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, Cet. 2, 2005), hlm. 37
15
Anas Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2008),
hlm. 2

12

guru yang ahli dalam mata pelajaran tertentu. Tidak menutup kemungkinan
seorang guru mampu mengajar anak didiknya sampai dua mata pelajaran, yang
penting dia professional dan menguasai, yang tidak termasuk professional adalah
seorang guru yang mengajar mata pelajaran tertentu hanya karena pelajaran
lainnya sudah penuh oleh guru yang lain, sehingga dia terpaksa memegang
pelajaran tersebut.
Dari beberapa syarat di atas dapatlah disimpulkan bahwa kalau ingin
menjadi seseorang guru terutama guru yang professional maka seorang guru
haruslah sudah dewasa, bertakwa, dan beriman kepada Allah SWT, memiliki
kepribadian yang baik dan terintegrasi, guru harus sehat baik jasmani maupun
rohani, memiliki kualitas akademik, memiliki pengalaman dan pengetahuan
yang luas, harus memiliki bakat dan keahlian sebagai guru dan guru adalah
manusia berjiwa Pancasila. 16
2. Syarat-syarat dan karakteristik khusus Guru Professional
Secara khusus syarat professional guru adalah; (a) memiliki kualifikasi
akademik sarjana atau diploma empat (S1 atau D-IV), (b) memiliki kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional, (c) sertifikat pendidikan, (d)
sehat jasmani dan rohani, (e) memiliki kemampuan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. (pasal 8 Undang-undang RI No. 14 tahun 2005).17
Menurut Departemen Agama RI (2005) pekerjaan guru adalah pekerjaan
profesional, maka untuk menjadi seorang pendidik atau guru harus pula
memenuhi persyaratan yang berat. Beberapa diantaranya:
a. Harus memiliki bakat sebagai guru
b. Harus memiliki keahlian sebagai guru
c. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi
d. Memiliki mental yang sehat
e. Berbadan sehat
f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas
g. Guru adalah manusia berjiwa Pancasila
16

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, Cet. 2, 2005), hlm. 40
17
Zainal Aqib dan Elham Rohmanto, Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas
Sekolah (Bandung: CV Yrama Widya, 2006), hlm. 151

13

h. Guru adalah seorang warga Negara yang baik.18
D. Indikator Kinerja Guru
Berkenaan dengan kepentingan terhadap penilaian kinerja guru,
Georgian

Department

Of

telah

Education,

mengembangkan

Teacher

Performance Asusment Instrument yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas

menjadi alat penilaian kemampuan guru (APKG). Penilaian ini menyoroti tiga
aspek kemampuan guru, yaitu : (1) Rencana Pembelajaran atau sekarang disebut
dengan renpen atau RPP, (2) Prosedur pembelajaran, dan hubungan antar
pribadi, (3) penilaian pembelajaran.19
Indikator penilainan terhadap kinerja guru dalam hal ini pun dilakukan
terhadap tiga kegiatan pembelajaran dikelas :
1. Perencanaan Guru dalam Program Kegiatan Pembelajaran
Tahap perencanaan guru dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang
akan berhubungan dengan kemampuan menguasai bahan ajar. Kemampuan guru
dalam hal ini dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan
pembelajaran

yang

dilakukan

oleh

guru.

Dalam

buku

Model-model

Pembelajaran dalam mengembangkan Profesionalisme Guru menyatakan

bahwa : “Umumnya guru –guru hanya dituntut menyusun dua macam program
pembelajaran, program pembelajaran untuk jangka waktu yang cukup panjang
seperti program semesteran (untuk SMP dan SMA), atau program catur wulan
(untuk SD), dan program untuk jangka waktu singkat, yaitu untuk setiap satu
pokok bahasan.”
Unsur/komponen yang dimiliki oleh program semesteran adalah terdiri
atas :
a. tujuan/kompetensi sesuai dengan kurikulum
b. pokok materi sesuai dengan materi yang akan diajarkan
c. alternatif metode yang akan digunakan
d. alternatif media dan sumber belajar yang akan digunakan
e. evaluasi pembelajaran
18

Departemen Agama RI. Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Pendidikan (Jakarta:
2005), hlm. 66
19
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru ,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), Cet. Ke 5, hlm. 75

14

f. alokasi waktu yang tersedia
g. satuan pendidikan, kelas, semester/cawu/semesteran, topik bahasan.
Sedangakan untuk program pembelajaran jangka waktu singkat yang
sering dikenal dengan istilah program pokok/satuan pembelajaran, merupakan
penjabaran lebih rinci dan spesifik dari program cawu/semesteran, ditandai oleh
adanya unsur-unsur ;
a. tujuan pembelajaran khusus/indikator
b. pokok materi yang akan disajikan
c. kegiatan pembelajaran
d. alternatif penggunaan media dan sumber belajar
e. alat evaluasi yang digunakan.20
2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan
yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan
sumber belajar, dan penggunaan metode dan strategi pembelajaran. Semua tugas
tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang secara optimal dalam
pelaksanaannya menuntut kemampuan guru.
a. Pengelolaan Kelas
Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna menwujudkan
proses pembelajaran yang menyenangkan adalah tuntutan bagi seorang guru
dalam pengelolaan kelas. Kemampuan guru dalam menanamkan kerja sama dan
disiplin siswa dapat diketahui melalui pelaksanaan piket kebersihan, ketepatan
waktu masuk dan keluar kelas, melakukan absensi setiap memulai proses
pembelajaran, dan melakukan pengaturan tempat duduk siswa.
Kemampuan lainnya dalam pengelolaan kelas adalah pengaturan ruang
atau setting tempat duduk siswa yang dilakukan bergantian, tujuannya adalah
memberikan kesempatan belajar secara merata kepada siswa.21

20

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru ,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. Ke 5, 2014), hlm. 76
21
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru ,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. Ke 5, 2014), hlm. 77

15

b. Penggunaan Media dan Sumber Belajar
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan (materi pembelajaran), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses pembelajaran.
Sumber belajar adalah buku pedoman. Kemampuan menguasai sumber
belajar disamping mengerti dan memahami buku teks, seorang guru juga harus
berusaha mencari dan membaca buku-buku atau sumber-sumber lain yang
relavan guna meningkatkan kemampuan terutama untuk keperluan perluasan dan
pendalaman materi, dan pengayaan dalam proses pembelajaran.
Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya
menggunakan media yang sudah tersedia seperti media cetak, media audio dan
media audio visual. Tetapi kemampuan guru disini lebih ditekankan pada
penggunaaan objek nyata yang ada disekitar sekolahannya.
Dalam kenyataannya di lapangan guru dapat memanfaatkan media yang
sudah ada, seperti globe, peta, gambar dan sebagainya, atau guru dapat
mendesain media untuk kepentingan pembelajaran seperti membuat media foto,
film, pembelajaran berbasis komputer, dan sebagainya.22
c. Penggunaan Metode Pembelajaran
Guru

diharapkan

mampu

memilih

dan

menggunakan

metode

pembelajaran sesuai dengan materi yang disampaikan. R. Ibrahim dan Nana S.
Sukmadinata menjelaskan bahwa: “Setiap metode pembelajaran memiliki
kelebihan dan kelemahan dilihat dari berbagai sudut, namun yang penting bagi
guru metode manapun yang digunakan harus jelas tujuan yang akan dicapai”.
Karena siswa memiliki interest yang sangat heterogen, idealnya seorang
guru harus menggunakan multimode, yaitu memvariasikan penggunaan metode
pembelajaran di dalam kelas seperti metode ceramah dipadukan dengan tanya
jawab dan penugasan atau metode diskusi dengan pemberian tugas dan
seterusnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjembatani kebutuhan siswa dan
menghindari terjadinya kejenuhan yang dialami siswa.23

22

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru ,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), Cet. Ke 5, hlm. 78
23
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru ,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), Cet. Ke 5, hlm. 78

16

3. Evaluasi dalam Kegiatan
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang dituju untuk
mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses
pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut
memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi,
penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan dan penggunaan hasil evaluasi.
Pendekatan atau cara yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi/ penilaian
hasil belajar adalah melalui Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan
Patokan (PAP).
Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah cara penilaian yang tidak selalu
tergantung pada jumlah soal yang diberikan atau penilaian dimaksudkan untuk
mengetahui kedudukan hasil belajar yang dicapai berdasarkan norma kelas.
Siswa yang paling besar skor yang di dapat di kelasnya, maka ia adalah siswa
yang memiliki kedudukan tertinggi di kelasnya. 24
Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah cara penilaian, di mana nilai yang
diperoleh siswa tergantung pada seberapa jauh tujuan yang tercermin dalam
soal-soal tes yang dapat dikuasai siswa. Nilai tertinggi adalah nilai sebenarnya
berdasarkan jumlah soal test yang dijawab dengan benar. Dalam Penilaian
Acuan Patokan (PAP) adanya passing grade atau batas lulus siswa dapat
dikatakan lulus atau tidaknya berdasarkan batas lulus yang sudah ditetapkan.
Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP)
dapat dijadikan acuan untuk memberikan penilaian dan memperbaiki sistem
pembelajaran.
Kemampuan lainnya yang harus dikuasai guru pada kegiatan
evaluasi/penilaian hasil belajar adalah menyusun alat evaluasi. Alat evaluasi
yang dapat digunakan adalah test tulis, test lisan, dan test perbuatan. Seorang
guru dapat menentukan alat test tersebut sesuai dengan materi yang
disampaikan. Bentuk test tulis yang banyak dipergunakan oleh guru adalah:
benar/salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan melengkapi dengan jawaban
singkat.

24

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru ,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), Cet. Ke 5, hlm. 78

17

Test lisan adalah soal test yang diajukan dalam bentuk pertanyaan lisan
dan langsung dijawab oleh siswa. Test ini umumnya ditujukan untuk mengulang
atau mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah
disampaikan sebelumnya. Sedangkan test perbuatan adalah test yang dilakukan
guru kepada siswa, dimana siswa diminta melakukan atau memperagakan
sesuatu perbuatan sesuai dengan materi yang telah diajarkan seperti pada mata
pelajaran kesenian, keterampilan, olahraga, komputer dan sebagainya.25
Indikasi kemampuan guru dalam penyusunan alat-alat test ini dapat
digambarkan dari frekuensi penggunaan bentuk alat-alat test secara variatif,
karena alat-alat test yang sudah disusun pada dasarnya akan digunakan sebagai
alat penilaian hasil belajar. Selain itu hal-hal yang diperhatikan guru adalah
pengolahan dan penggunaan hasil belajar. Pengolahan dan penggunaan hasil
belajar dalam pelaksanaanya merupakan bagian yang berkaitan sangat erat
dimana pengolahan hasil belajar yang baik akan tercermin pada penggunaan
hasil belajar yang diaplikasikan ke dalam kegiatan pengembangan pelajaran.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan hasil belajar: (1)
Jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran yanng tidak dipahami oleh
sebagian kecil siswa, guru tidak perlu memperbaiki program pembelajaran,
melainkan cukup memberikan kegiatan remedial bagi siswa-siswa yang
bersangkutan, (2) Jika bagian tertentu dari materi pelajaran tidak dipahami
sebagian siswa, maka diperlukan perbaikan terhadap program pembelajaran,
khususnya berkaitan dengan bagian-bagian yang sulit dipahami.
Mengacu

pada

kedua

hal

tersebut,

maka

frekuensi

kegiatan

pengemabangan pembelajaran dapat dijadikan indikasi kemampuan guru dalam
pengolahan dan penggunaan hasil belajar. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi :
a. Kegiatan remedial yaitu penambahan jam pelajaran, mengadakan test,
dan menyediakan waktu khusus untuk bimbingan siswa
b. Kegiatan perbaikan program pembelajaran baik dalam program
semesteran/cawu maupun program satuan pelajaran atau rencana atau
rencana pelaksanaan pembelajaran, yaitu menyangkut perbaikan
berbagai aspek yang perlu diganti atau disempurnakan.
25

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru ,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), Cet. Ke 5, hlm. 79

18

Kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas,
kemampuannya akan terwujud bila memiliki keterampilan dan motivasi yang
memadai. Untuk itu unsur yang harus dipahami dalam mengkaji kinerja guru
adalah kemampuan dasar mengajar dan kecakapan guru dalam melakukan
kegiatan pembelajaran.26
E. Penilaian Kinerja Guru
Penilaian

merupakan

serangkaian

kegiatan

untuk

memperoleh,

menganalisis, serta menafsirkan data tentang proses dan hasil yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan.
Indikator jabatan fungsional kinerja guru sesuai dengan rincian kegiatan
yang terdapat pada SK Menpan No. 84/1993, Dilakukan dengan memfokuskan
pada unsur kegiatan berikut:
1. Pendidikan
Pendidikan adalah keahlian dasar yang akan mendukung kemampuan
seorang guru dalam menjalankan tugasnya, artinya tinggi rendahnya motivasi
seorang guru akan terlihat dari upaya yang dilakukan dalam mengembangkan
pendidikannya.27
Mengenai pengembangan pendidikan ini selanjutnya dapat digambarkan
pada hal-hal berikut : (a) pendidikan terakhir adalah tingkat pendidikan atau
ijazah terakhir yang dimiliki guru saat peringkat pertama diangkat, (b)
pendidikan terakhir saat ini, (c) upaya yang pernah dilakukan guru untuk
meneruskan/mengembangkan pendidikannya, (4) pendidikan dan pelatihan
kedinasan yang pernah diikuti.
2. Pengembangan Profesi
Seorang guru yang memliki loyalitas terhadap pekerjaannya senantiasa
akan berusaha meningkatkan atau mengembangkan kebutuhan akan kemampuan
profesionalnya guna mengimbangi tuntutan pendidikan yang terus berkembang.
Upaya-upaya yang dilakukan guru dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang
26

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru ,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), Cet. Ke 5, hlm. 80
27
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru ,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), Cet. Ke 5, hlm. 93

19

diikutinya, seperti kegiatan karya tulis/karya ilmiah dalam bidang pendidikan,
membuat alat-alat peraga sederhana untuk proses pembelajaraan, dan mengikuti
kegiatan pengembangan kurikulum.
Semakin seorang guru membuat karya ilmiah, menemukan teknologi
tepat guna dalam bidang pendidikan, dan membuat media pembelajaran sebagai
hasil karyanya, maka semakin tinggi motivasinya dalam mengembangkan
profesi.
3. Kegiatan Penunjang Proses Pembelajaran dan Bimbingan
Kegiatan penunjang disini adalah kegiatan yang menggambarkan upaya
guru dalam menambah wawasan dan pengalaman sebagai kebutuhan yang akan
menunjang kemampuan guru dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dapat
dilihat pada keikut sertaan atau keaktifan guru dalam mengikuti kegiatan : (a)
Organisasi profesi seperti PAGI, PGRI, HIPKIN, (b) Gugus Sekolah, (c)
Seminar, (d) Lokakarya, (e) Penataran. Semakin seorang guru mengikuti
kegiatan penunjang, semakin tinggi motivasi guru dalam mengembangkan
wawasannya.28
Hasil penilaian kinerja guru diharapkan dapat bermanfaat untuk
menentukan berbagai kebijakan yang terkait dengan peningkatan kompetensi
dan profesionalisme guru sebagai ujung tombak pelaksanaan proses pendidikan
dalam menciptakan manusia yang cerdas, komprehensif, dan berdaya saing
tinggi. Penilaian kinerja guru merupakan acuan bagi sekolah/madrasah untuk
menetapkan pengembangan karir dan promosi guru. Bagi guru, penilaian kinerja
guru merupakan pedoman untuk mengetahui unsur-unsur kinerja yang dinilai
dan sebagai sarana untuk mengkaji kekuatan dan kelemahan individu dalam
rangka memperbaiki kualitas kinerjanya. Penilaian mempunyai banyak manfaat
karena dapat dipergunakan sebagai alat dalam pengambilan keputusan.

28

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru ,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), Cet. Ke 5, hlm. 94

20

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Guru profesional adalah kemampuan seorang guru untuk melaksanakan
tugas pokoknya sebagai seorang pendidik dan pengajar yang meliputi
kemampuan dalam merencanakan, menjalankan, dan mengevaluasi hasil
pembelajaran. Ada empat kompetensi yang harus dimilki seorang guru yakni
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional. Profesionalisme guru sangat diperlukan dalam
peningkatan mutu pendidikan, karena guru salah satu kompenen yang sangat
penting dalam belajar mengajar untuk meningkatkan kualitas anak didik.
Peningkatan profesionalisme guru sangat penting demi terwujudnya sumber
daya berkualitas yang dapat diandalkan. Profesionalisme guru dapat ditingkatkan
melalui kegiatan seminar, pelatihan, adanya sertifikasi pendidik melalui uji
sertifikasi guru.
Aspek yang penting untuk menunjang kemampuan seorang guru yaitu
adanya penilaian kinerja guru yang menjamin ketercapaiannya pembelajaran dan
pendidikan dengan konsep guru profesional, karena penilaian kinerja untuk
mengetahui tingkat kemampuan seorang guru dalam memberikan materi
pembelajaran kepadaanak didik.

21

DAFTAR PUSTAKA
Akib, Zainal dan Elham Rohamto. Membangun Profesionalisme Guru dan
Pengawas Sekolah. Bandung: CV Yrama Widya. 2006

Departeman Agama RI. Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Pendidikan. Jakarta.
2005
Husein, Latifah. Profesi Keguruan Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: PT
Pustaka Baru Pre. Cet. 1. 2017
Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo. 2005
Rusman. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persaja. Cet. 5.
2014
Sudjono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Grafindo Persada.
2008
Syaiful Bahri Djamarah. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologi. Jakarta: PT. Asdi Mahayatsa. Cet. 2. 2005

22