KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN PEMERINTAH RI S

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Sejak reformasi terjadi tahun 1998 yang berakibat berakhirnya masa
pemerintahan orde baru, mulailah terjadi perubahan (Amandemen)
konstitusi Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
sebanyak empat kali. Perubahan tersebut berimplikasi terhadap perubahan
ketatanegaraan sekaligus susunan kelembagaan Negara Indonesia. Salah
satu dampak langsung perubahannya adalah perubahan supremasi MPR
menjadi supremasi Konstitusi. Susunan kelembagaan Negara Indonesia
tidak lagi mengenal istilah “lembaga tertinggi Negara” untuk kedudukan
MPR sehingga terjadi kesejajaran kedudukan dengan lembaga sejenis demi
menciptakan sistem check and balances.
Telah dikenal adanya 3 fungsi kekuasaan klasik yaitu fungsi
legislatif, eksekutif, dan yudikatif oleh Baron de Montesquieu (16891785). Teori tersebut disebut juga teori Trias Politica yang menghendaki
adanya pemisahan kekuasaan antara satu lembaga dengan lembaga Negara
yang lain. Satu lembaga Negara tidak boleh mencampuri kekuasaan
lembaga Negara yang lain.
Konsepsi Trias Politica tersebut dewasa ini sudah tidak relevan lagi

karena tidak mungkin ketiga lembaga tersebut hanya melaksanakan satu
fungsi tanpa boleh mencampuri fungsi lembaga lain. Sistem check and
balances dalam konsep tersebut tidak ditemukan. Padahal idealnya
lembaga-lembaga Negara memiliki kedudukan yang sejajar satu dan lain
dan berhubungan saling mengawasi sesuai dengan prinsip check and
balances.
Seiring perkembangan masyarakat modern yang sedang berkembang
dari segi sosial, ekonomi, politik, dan budaya dengan berbagai pengaruh
globalisme menuntut adanya system kenegaraan yang efisien dan efektif
dalam memenuhi pelayanan publik. Atas faktor tersebut muncullah
berbagai lembaga-lembaga Negara sebagai eksperimentasi kelembagaan

1

yang dapat berupa dewan (council), komite (committee), komisi
(commission), badan (board), atau otorita (authority).
Lahirnya lembaga-lembaga baru tersebut di sebut dengan lembaga
penunjang (auxiliary institution). Lembaga-lembaga ini memiliki fungsi
layaknya lembaga Negara yang utama, ada lembaga yang memiliki fungsi
regulasi, fungsi administratif, dan fungsi penghukuman.

Eksperimentasi terhadap lembaga-lembaga baru juga sedang
dilakukan oleh Negara Indonesia. Dimulai pasca jatuhnya pemerintahan
Soeharto (1998) yang dikenal dengan era reformasi dilakukanlah
perubahan konstitusi UUD 1945 selama 4 tahun (1999-2002). dalam
perubahan tersebutlah terjadi pembentukan dan pembaharuan lembaga
Negara. Dari 34 lembaga Negara, terdapat 28 lembaga Negara yang
kewenangannya dijelaskan secara umum maupun secara rinci dalam UUD
1945. ke-28 lembaga Negara inilah yang disebut memiliki kewenangan
konstitusional yang disebutkan secara eksplisit dalam UUD 1945.
Dari 34 lembaga Negara ini dapat dibedakan menjadi dua segi, segi
hierarki dan segi fungsinya. Kriteria segi hierarkinya dapat di tentukan
dengan 2 kriteria; (i) kriteria bentuk sumber normatif yang menentukan
kewenangannya, (ii) kualitas fungsinya yang bersifat utama atau
penunjang dalam system kekuasaan Negara. Kriteria dari segi fungsinya
ada yang bersifat utama (primer), dan penunjang (auxiliary). Dalam segi
Hierarkisnya ke-34 lembaga Negara tersebut dibagi dalam tiga lapis.
Organ lapis pertama biasa dikenal dengan lembaga tinggi Negara, organ
lapis kedua dikenal dengan lembaga Negara saja, sedangkan organ lapis
ketiga dikenal dengan lembaga daerah. diantara lembaga-lembaga tersebut
ada yang dikategorikan sebagai lembaga primer dan lembaga penunjang.

Keseluruhan dari lembaga Negara tersebut merupakan bagian dari
Negara sebagai suatu organisasi. Konsekuensinya, masing-masing
memiliki fungsi tertentu dan saling berhubungan sehingga memerlukan
pemahaman dan pengaturan yang dapat mengatur agar berjalan dalam satu
sistem yang tepat.
Penulis merasa perlu dilakukannya pengkajian perbandingan antara
lembaga-lembaga Negara sebelum dan sesudah amandemen agar kita
dapat mengetahui secara tepat mengenai tugas dan fungsinya masing-

2

masing. Serta apakah sudah tepat berdirinya lembaga-lembaga Negara saat
ini berkaitan dengan yang diatur dalam Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 sekaligus perubahan-perubahannya. Tentu
berjalannya Lembaga Negara dalam satu sistem yang tepat atau tidaknya
dapat diuji dengan melakukan studi komparatif lembaga Negara sebelum
dan sesudah amandemen. Atas dasar tersebut menjadi pokok pikiran utama
sekaligus judul di tulisnya makalah ini.
B.


Identifikasi Masalah
1.

Bagaimana kedudukan lembaga legislatif , eksekutif, dan yudikatif
sebelum amandemen UUD 1945?

2.

Bagaimana kedudukan lembaga legislatif , eksekutif, dan yudikatif
sesudah amandemen UUD 1945?

3.

Bagaimana perubahan kewenangan lembaga – lembaga legislatif,
eksekutif dan yudikatif sebelum amandemen UUD 1945?

4.

Bagaimana perubahan kewenangan lembaga – lembaga legislatif,
eksekutif dan yudikatif sebelum amandemen UUD 1945?


C.

Tujuan
1.

Mempelajari

kedudukan lembaga legislatif , eksekutif, dan

yudikatif sebelum amandemen UUD 1945.
2.

Mempelajari

kedudukan lembaga legislatif , eksekutif, dan

yudikatif sebelum amandemen UUD 1945.
3.


Mempelajari perubahan kewenangan lembaga-lembaga legislatif,
eksekutif, dan yudikatif sebelum amandemen UUD 1945.

4.

Mempelajari perubahan kewenangan lembaga-lembaga legislatif,
eksekutif, dan yudikatif sebelum amandemen UUD 1945.

BAB II
PEMBAHASAN

3

A.

Lembaga Negara dalam UUD 1945
Lembaga

negara


adalah

lembaga

pemerintahan

(Civilazated

Organisation) yang dibuat oleh, dari, dan untuk negara. Lembaga negara
bertujuan untuk membangun negara itu sendiri. Secara umum tugas
lembaga negara antara lain menjaga stabilitas keamanan, politik, hukum,
HAM, dan budaya, menjadi bahan penghubung antara negara dan
rakyatnya, serta yang paling penting adalah membantu menjalankan roda
pemerintahan. (Wikipedia, akses: 21 November 2014). Dari penjelasan
tersebut dapat dikatakan bahwa kedudukan dan kewenangan lembaga
negara sangat berpengaruh pada sistem pemerintahan dan konstitusi yang
berlaku.
Ada dua unsur yang saling berkaitan mengenai organisasi Negara
yakni organ dan fucntie. organ adalah status bentuknya sedangkan functie
adalah gerakan wadah itu sesuai maksud pembentuknya. Dalam naskah

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 organ-organ
tersebut tidak disebut secara eksplisit namanya, dan ada yang disebut
secara eksplisit fungsinya. dan ada pula lembaga atau organ yang disebut
baik nema maupun fungsinya serta kewenangan yang mengaturnya pada
peraturan-peraturan yang lebih rendah.
Dalam UUD 1945 telah diatur sedikitnya 34 lembaga Negara sesuai
dengan penjelasan diatas. terdiri dari:
1.

MPR yang diatur dalam BAB II UUD 1945 yang berjudul “Lembaga
Perwakilan Rakyat”

2.

Presiden yang diatur dalam BAB III UUD 1945

3.

Wakil presiden juga diatur dalam BAB III UUD 1945.


4.

Menteri dan kementrian Negara yang diatur dalam BAB V

5.

Menteri luar negeri diatur dalam pasal 8 ayat (3) UUD 1945.

6.

Menteri dalam negeri sebagai menteri triumvirat bersama-sama
menteri luar negeri dan menteri pertahanan di atur dalam pasal 8 ayat
(3) UUD 1945.

4

7.

Menteri Pertahanan bersama-sama menteri luar negeri dan menteri
dalam negeri sebagai menteri triumvirat diatur dalam pasal 8 UUD

1945.

8.

Dewan Pertimbangan Agung yang diatur dalam BAB IV UUD 1945.

9.

Duta seperti yang diatur dalam pasal 13 UUD 1945 ayat (1) dan (2)

10. Konsul seperti yang diatur dalam pasal 13 UUD 1945 ayat (3)
11. Pemerintah Daerah Provinsi seperti yang siatur dalam BAB VI
12. Gubernur Kepala Daerah seperti diatur dalam pasal 18 ayat (4).
13. DPRD Provinsi seperti yang diatur dalam Pasal 18 ayat (3)
14. Pemerintah Daerah Kabupaten seperti yang disebut dalam pasal 18
ayat (3)
15. Pemerintah Daerah Kota seperti yang siatur dalam pasal 18 ayat (2),
(3), (5), (6), dan (7) UUD 1945.
16. Bupati kepala daerah kabupaten diatur dalam pasal 18 ayat (4)
17. DPRD kabupaten diatur dalam pasal 18 ayat (3)

18. Walikota Kepala Daerah Kota yang diatur dalam pasal 18 ayat (4)
19. Satuan pemerintah Daerah yang bersifat khusus dalam pasal 18 B
20. DPRD kota yang disebut dalam pasal 18 ayat (3)
21. DPR yang diatur dalam BAB VII UUD 1945.
22. DPD yang diatur dalam BAB VIIA UUD 1945.
23. Komisi Penyelenggaraan pemilu diatur dalam pasal 22 E ayat (5).
24. Bank Sentral yang diatur secara eksplisit dalam pasal 23D
25. BPK diatur dalam BAB VIIIA
26. Mahkamah Agung diatur dalam BAB IX pasal 24 dan 24A
27. Mahkamah Konstitusi diatur dalam BAB IX pasal 24 dan 24C
28. Komisi Yudisial diatur dalam BAB IX pasal 24B
29. TNI yang diatur tersendiri dalam BAB XII
30. Angkatan Darat (TNI AD) diatur dalam pasal 10 UUD 1945
31. Angkatan Laut (TNI AL) diatur dalam pasal 10 UUD 1945
32. Angkatan Udara (TNI AU) diatur dalam pasal 10 UUD 1945
33. Kepolisian Negara RI (POLRI) diatur dalam pasal 30 UUD 1945

5

34. Badan-badan lain yang fungsinya terkait dengan fungsi kehakiman
seperti kejaksaan diatur dalam UU yang diatur dalam pasal 24 ayat (3)
UUD 1945.
Dari ke-34 lembaga Negara yang diatur dalam UUD 1945, penulis
membatasi studi komparatif lembaga Negara yang meliputi fungsi
eksekutif, legislatif, dan yudisial yang akan diuraikan dalam pembahasan
kemudian.
B.

Kedudukan Lembaga Negara Sebelum Amandemen UUD 1945

 MPR
MPR merupakan lembaga tertinggi negara yang diberi kekuasaan
tak terbatas (super power) karena “kekuasaan ada di tangan rakyat
dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR” dan MPR adalah
“penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia” yang berwenang
menetapkan UUD, GBHN, mengangkat presiden dan wakil
presiden. Dengan kata lain MPR merupakan penjelmaan pendapat
dari seluruh warga Indonesia.Susunan keanggotaannya terdiri dari
anggota DPR dan utusan daerah serta utusan golongan yang
diangkat termasuk didalamnya TNI/Polri.
 DPR
DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan
sebagai lembaga negara. Anggota DPR berasal dari anggota partai
politik peserta pemilu yang dipilih berdasarkan hasil pemilu. Oleh
karena itu Presiden tidak dapat membubarkan DPR yang anggotaanggotanya dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum secara
berkala lima tahun sekali. Meskipun demikian, Presiden tidak
bertanggung jawab kepada DPR. DPR berkedudukan di tingkat

6

pusat, sedangkan yang berada di tingkat provinsi disebut DPRD
provinsi dan yang berada di kabupaten/kota disebut DPRD
kabupaten/kota.
 Presiden
Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan
eksekutif. Maksudnya, presiden mempunyai kekuasaan untuk
menjalankan pemerintahan. Presiden mempunyai kedudukan
sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus sebagai kepala negara.
Sebelum adanya amandemen UUD 1945, presiden dan wakil
presiden diangkat dan diberhentikan oleh MPR dan bertanggung
jawab kepada MPR.
 Mahkamah Agung
Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang
kekuasaan

kehakiman.

Kekuasaan

kehakiman

merupakan

kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan. Mahkamah Agung adalah
pengadilan tertinggi di negara kita. Perlu diketahui bahwa
peradilan di Indonesia dapat dibedakan peradilan umum,
peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha
negara (PTUN).
 BPK dan DPA
Disamping lembaga-lembaga tinggi Negara diatas terdapat
lembaga tinggi Negara yang lain yang wewenangnya cukup
minim, yaitu BPK dan DPA. tanggung jawab tentang keuangan
negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang
peraturannya

ditetapkan

dengan

undang-undang.Adapun

wewenang dari Dewan Pertimbangan Agung (DPA), yaitu
berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan Presiden dan
berhak memajukan usul kepada pemerintah.

C.

Kedudukan Lembaga Negara Sesudah Amandemen UUD 1945

7

 MPR
MPR adalah Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan
lembaga tinggi negara lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA,
MK, BPK. Yang mempunyai fungsi legeslasi. pasca perubahan
UUD 1945 Keberadaan MPR telah sangat jauh berbeda dibanding
sebelumnya. Kini MPR tidak lagi melaksanakan sepenuhnya
kedaulatan rakyat dan tidak lagi berkedudukan sebagai Lembaga
Tertinggi Negara dengan kekuasaan yang sangat besar, termasuk
memilih Presiden dan Wakil Presiden.
 Preisden
Berbeda dengan sistem pemilihan Presiden dan Wapres sebelum
adanya amandemen dipilih oleh MPR , sedangkan setelah adanya
amandemen UUD 1945 sekarang menentukan bahwa mereka
dipilih secara langsung oleh rakyat. Pasangan calon Presiden dan
Wapres diusulkan oleh parpol atau gabungan parpol peserta
pemilu. Presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR
melainkan bertanggung jawab langsung kepada Rakyat Indonesia.
Konsekuensinya karena pasangan Presiden dan Wapres dipilih

8

oleh rakyat, mereka mempunyai legitimasi yang sangat kuat.
Presiden dan Wakil Presiden dapat dipilih kembali dalam masa
jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatannya.


DPR
Melalui perubahan UUD 1945, kekuasaan DPR diperkuat dan
dikukuhkan keberadaannya terutama diberikannya kekuasaan
membentuk UU yang memang merupakan karakteristik sebuah
lembaga legislatif. Hal ini membalik rumusan sebelum perubahan
yang menempatan Presiden sebagai pemegang kekuasaan
membentuk UU. Dalam pengaturan ini memperkuat kedudukan
DPR terutama ketika berhubungan dengan Presiden.

 DPD
DPD adalah Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi
bagi keterwakilan kepentingan daerah dalam badan perwakilan
tingkat nasional setelah ditiadakannya utusan daerah dan utusan
golongan yang diangkat sebagai anggota MPR. Keberadaanya
dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan Negara Republik
Indonesia.DPD dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah
melalui pemilu.
 BPK
yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara. menurut UUD 1945, BPK merupakan
lembaga yang bebas dan mandiri. Anggota BPK dipilih oleh
Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Daerah, dan diresmikan oleh Presiden. BPK
Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan
negara (APBN) dan daerah (APBD) serta menyampaikan hasil
pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan ditindaklanjuti oleh
aparat penegak hukum. Berkedudukan di ibukota negara dan
memiliki perwakilan di setiap provinsi. Mengintegrasi peran
BPKP sebagai instansi pengawas internal departemen yang
bersangkutan ke dalam BPK.

9

 Mahkamah Agung
lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu
kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan
hukum dan keadilan. di bawah MA terdapat badan-badan
peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan
Peradilan Agama, lingkungan Peradilan militer dan lingkungan
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN).


Mahkamah Konstitusi
MK Mempunyai kewenangan: Menguji UU terhadap UUD,
Memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara, memutus
pembubaran partai politik, memutus sengketa hasil pemilu dan
memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan
pelanggaran oleh presiden dan atau wakil presiden menurut UUD.

 Komisi Yudisial
berdasarkan UU no 22 tahun 2004 Komisi Yudisial adalah
lembaga negara yang bersifat mandiri dan berfungsi mengawasi
perilaku hakim dan mengusulkan nama calon Hakim Agung.
D.

Kewenangan Lembaga Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif Sebelum
Amandemen UUD 1945
a.

Lembaga Eksekutif
Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif.
Maksudnya, presiden mempunyai kekuasaan untuk menjalankan
pemerintahan. Presiden mempunyai kedudukan sebagai kepala
pemerintahan dan sekaligus sebagai kepala negara. Sebelum adanya
amandemen UUD 1945, presiden dan wakil presiden diangkat dan
diberhentikan oleh MPR.

Wewenang Presiden antara lain :

10



Presiden memegang posisi sentral dan dominan sebagai
mandataris MPR, meskipun kedudukannya tidak “neben” akan
tetapi “untergeordnet“.



Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan negara tertinggi
(consentration of power and responsiblity upon the president).



Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif (executive
power), juga memegang kekuasaan legislative (legislative power)
dan kekuasaan yudikatif (judicative power).



Presiden mempunyai hak prerogatif yang sangat besar.



Tidak ada aturan mengenai batasan periode seseorang dapat
menjabat sebagai presiden serta mekanisme pemberhentian
presiden dalam masa jabatannya.



Mengangkat dan memberhentikan anggota BPK.



Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
(dalam kegentingan yang memaksa).



Menetapkan Peraturan Pemerintah.



Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri pemilihan.

b. Lembaga Legislatif
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
MPR merupakan lembaga tertinggi negara yang diberi
kekuasaan tak terbatas (super power) karena “kekuasaan ada di
tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR” dan MPR
adalah “penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia” yang
berwenang menetapkan UUD, GBHN, mengangkat presiden dan
wakil presiden.
Anggota MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD
yang dipilih melalui pemilihan umum. Keanggotaan MPR
diresmikan dengan keputusan presiden. Masa jabatan anggota
MPR lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat anggota MPR
yang baru mengucapkan sumpah/janji. Sebelum memangku
jabatannya, anggota MPR mengucapkan sumpah/janji bersama11

sama yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang
paripurna MPR.
Dalam praktek ketatanegaraan MPR pernah menetapkan,
antara lain :


Presiden sebagai presiden seumur hidup.



Presiden yang dipilih secara terus menerus sampai 7 kali
berturut-turut.



Memberhentikan sebagai pejabat presiden.



Meminta presiden untuk mundur dari jabatannya.



Tidak memperpanjang masa jabatan sebagai presiden.



Lembaga Negara yang paling mungkin menandingi MPR
adalah Presiden, yaitu dengan memanfaatkan kekuatan partai
politik yang paling banyak menduduki kursi di MPR.

Wewenang MPR antara lain :


Membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh
lembaganegara yang lain, termasuk penetapan Garis-Garis
Besar Haluan Negara yang pelaksanaannya ditugaskan
kepada Presiden/Mandataris.



Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap
putusan-putusan Majelis.



Menyelesaikan pemilihan dan selanjutnya mengangkat
Presiden Wakil Presiden.



Meminta pertanggungjawaban dari Presiden/ Mandataris
mengenai pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan
menilai pertanggungjawaban tersebut.



Mencabut mandat dan memberhentikan Presiden dan
memberhentikan Presiden dalam masa jabatannya apabila
Presiden/mandataris sungguh-sungguh melanggar Haluan
Negara dan/atau Undang-Undang Dasar.



Mengubah Undang-Undang Dasar 1945.

12



Menetapkan Peraturan Tata Tertib Majelis.



Menetapkan Pimpinan Majelis yang dipilih dari dan oleh
anggota.



Mengambil/memberi keputusan terhadap anggota yang
melanggar sumpah/janji anggota.

2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
DPR

merupakan

lembaga

perwakilan

rakyat

yang

berkedudukan sebagai lembaga negara. Anggota DPR berasal dari
anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih berdasarkan
hasil pemilu. Oleh karena itu Presiden tidak dapat membubarkan
DPR yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat melalui
pemilihan umum secara berkala lima tahun sekali. Meskipun
demikian, Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR. DPR
berkedudukan di tingkat pusat, sedangkan yang berada di tingkat
provinsi

disebut

DPRD

provinsi

dan

yang

berada

di

kabupaten/kota disebut DPRD kabupaten/kota.
Wewenang DPR antara lain :


Memberikan persetujuan atas RUU yang diusulkan presiden.



Memberikan persetujuan atas PERPU.



Memberikan persetujuan atas Anggaran.



Meminta MPR untuk mengadakan sidang istimewa guna
meminta pertanggungjawaban presiden.



Tidak disebutkan bahwa DPR berwenang memilih anggotaanggota BPK dan tiga hakim pada Mahkamah Konstitusi.

c.

Lembaga Yudikatif
Mahkamah Agung
Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang
kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan. Mahkamah Agung adalah pengadilan tertinggi di
13

negara kita. Perlu diketahui bahwa peradilan di Indonesia dapat
dibedakan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan
peradilan tata usaha negara (PTUN).
Wewenang MA antara lain :


Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundangundangan di bawah undang-undang terhadap undangundang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh
undang-undang.



Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi.



Memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan
rehabilitasi

d. BPK dan DPA
Tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) yang peraturannya ditetapkan dengan
undang-undang.

Anggota

BPK

dipilih

oleh

DPR

dengan

memperhatikan pertimbangan dari DPD.
Wewenang BPK antara lain :


Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan
negara (APBN) dan daerah (APBD) serta menyampaikan hasil
pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan ditindaklanjuti oleh
aparat penegak hukum.Berkedudukan di ibukota negara dan
memiliki perwakilan di setiap provinsi.



Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal
departemen yang bersangkutan ke dalam BPK.



Adapun wewenang dari Dewan Pertimbangan Agung (DPA),
yaitu berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan Presiden dan
berhak memajukan usul kepada pemerintah

14

E.

Kewenangan Lembaga Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif Sesudah
Amandemen UUD 1945
a.

Lembaga Eksekutif
Berbeda dengan sistem pemilihan Presiden dan Wapres sebelum
adanya amandemen dipilih oleh MPR , sedangkan setelah adanya
amandemen UUD 1945 sekarang menentukan bahwa mereka dipilih
secara langsung oleh rakyat. Pasangan calon Presiden dan Wapres
diusulkan oleh parpol atau gabungan parpol peserta pemilu.
Konsekuensinya karena pasangan Presiden dan Wapres dipilih oleh
rakyat, mereka mempunyai legitimasi yang sangat kuat.
Wewenang Presiden antara lain :


Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan memperbaiki
tata cara pemilihan dan pemberhentian presiden dalam masa
jabatannya serta memperkuat sistem pemerintahan presidensial.



Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan kepada DPR.



Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua
periode saja.



Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta harus
memperhatikan pertimbangan DPR.



Kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus
memperhatikan pertimbangan DPR.



Memperbaiki syarat dan mekanisme pengangkatan calon presiden
dan wakil presiden menjadi dipilih secara langsung oleh rakyat
melui pemilu, juga mengenai pemberhentian jabatan presiden
dalam masa jabatannya.

b. Lembaga Legislatif
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Keberadaan MPR pasca perubahan UUD 1945 telah sangat
jauh berbeda dibanding sebelumnya. Kini MPR tidak lagi
melaksanakan sepenuhnya kedaulatan rakyat dan tidak lagi
berkedudukan

sebagai

Lembaga

15

Tertinggi

Negara

dengan

kekuasaan yang sangat besar, termasuk memilih Presiden dan
Wakil Presiden.
Wewenang MPR antara lain :


Melantik Presiden dan/atau Wapres



Memberhentikan Presiden dan/atau Wapres dalam masa
jabatannya menurut UUD



Menghilangkan supremasi kewenangannya.



Menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN.



Menghilangkan

kewenangannya

mengangkat

Presiden

(karena presiden dipilih secara langsung melalui pemilu).
 Tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD.
 Susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari anggota
Dewan Perwakilan Rakyat dan angota Dewan Perwakilan
Daerah yang dipilih secara langsung melalui pemilu.
2. Dewan perwakilan Rakyat (DPR)
Melalui perubahan UUD 1945, kekuasaan DPR diperkuat dan
dikukuhkan keberadaannya terutama diberikannya kekuasaan
membentuk UU yang memang merupakan karakteristik sebuah
lembaga legislatif. Hal ini membalik rumusan sebelum perubahan
yang

menempatan

Presiden

sebagai

pemegang

kekuasaan

membentuk UU. Dalam pengaturan ini memperkuat kedudukan
DPR terutama ketika berhubungan dengan Presiden.
Wewenang DPR antara lain :


Membahas

dan

memberikan

persetujuan

Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang.


Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD
yang

berkaitan

dengan

bidang

tertentu

dan

mengikutsertakannya dalam pembahasan.


Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan
pertimbangan DPD.
16



Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN,
serta kebijakan pemerintah.



Mempunyai kekuasan membentuk UU (sebelumnya ada di
tangan presiden, sedangkan DPR hanya memberikan
persetujuan saja) sementara pemerintah berhak mengajukan
RUU.



Proses dan mekanisme membentuk UU antara DPR dan
Pemerintah.



Mempertegas fungsi DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi
anggaran, dan fungsi pengawasan sebagai mekanisme kontrol
antar lembaga Negara.

3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
DPD merupakan lembaga perwakilan yang mencerminkan
perwakilan daerah (territorial reprentation). Keberadaan DPD
terkait erat dengan aspirasi dan kepentingan daerah agar prumusan
dan pengambilan keputusan nasisonal mengenai daerah, dapat
mengakomodir kepentingan daerah selain karena mendorong
percepatan demokrasi, pembangunan, dan kemajuan daerah.
Sebagai lembaga legislatif, DPD mermpunyai kewenangan di
bidang legislasi, anggaran, pengawasan, dan pertimbangan sseperti
halnya DPR. Hanya saja konstitusi menentukan kewenangan itu
terbatas tidak sama dengan yang dimiliki DPR. Di bidang legislasi,
wewenang DPD adalah dapat mengajukan kepada DPR; RUU yang
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat daerah,
pembentukan

dan

pemekaran

serta

penggabungan

daerah,

pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan
daerah.

17

c.

Lembaga Yudikatif
1. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi adalah lembaga baru setelah adanya
perubahan UUD 1945. Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu
lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan. Mahkamah Konstitusi berkedudukan di ibu kota negara.
Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota
hakim kontitusi yang ditetapkan dengan keputusan presiden.
Susunan Mahkamah Konstitusi terdiri atas seorang ketua
merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota dan
tujuh orang anggota hakim konstitusi. Ketua dan wakil ketua
dipilih dari dan oleh hakim konstitusi untuk masa jabatan selama
tiga tahun. Hakim konstitusi adalah pejabat negara. Sesuai dengan
Pasal 24 C UUD 1945 maka wewenang dan kewajiban Mahkamah
Konstitusi, antara lain sebagai berikut:


mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap UUD;



memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD;



memutuskan pembubaran partai politik;



memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum;



wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden dan Wakil Presiden
Republik Indonesia menurut UUD.

2. Mahkamah Agung
Mahkamah
memegang

Agung

merupakan

lembaga

negara

kekuasaan

kehakiman.

Kekuasaan

yang

kehakiman

merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Mahkamah
Agung adalah pengadilan tertinggi di negara kita. Perlu diketahui

18

bahwa peradilan di Indonesia dapat dibedakan peradilan umum,
peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara
(PTUN). Kewajiban dan wewenang Mahkamah Agung, antara lain
sebagai berikut:


berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundangundangan

di

bawah

undang-undang

terhadap

undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang
diberikan oleh undang-undang


mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi



memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi
dan rehabilitasi.

3. Komisi Yudisial
Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang mempunyai
wewenang berikut ini:


mengusulkan pengangkatan hakim agung



menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,
serta perilaku hakim.
Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan

pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan
kepribadian yang tidak tercela. Anggota Komisi Yudisial diangkat
dan diberhentikan oleh presiden dengan persetujuan DPR. Anggota
Komisi Yudisial terdiri atas seorang ketua merangkap anggota,
seorang wakil ketua merangkap anggota, dan tujuh orang anggota.
Masa jabatan anggota Komisi Yudisial lima tahun.
d. BPK
Melalui perubahan konstitusi keberadaan BPK diperkukuh,
antara lain ditegaskan tentang kebebasan dan kemandirian BPK, suatu
hal yang mutlak ada untuk sebuah lembaga negara yang melaksanakan
tugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan

19

negara. Hasil kerja BPK diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD
serta ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan atauu badan sesuai
dengan UU. Untuk memperkuat jangkauan wilayah pemeriksaan,
BPK memiliki perwakilan di setiap Propinsi.
Wewenang BPK antara lain :


Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan
negara (APBN) dan daerah (APBD) serta menyampaikan hasil
pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan ditindaklanjuti oleh
aparat penegak hukum.



Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal
departemen yang bersangkutan ke dalam BPK.

20

BAB III
PENUTUP
A.

Simpulan
Setelah melakukan pembahasan dari BAB II, maka penulis mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
Perbandingan pengaturan antar lembaga Negara sebelum dan sesudah
amandemen


Sebelum Amandemen
1) MPR, sebagai pelaksana kedaulatan rakyat, mempunyai kekuasaan
untuk menetapkan UUD, GBHN, memilih Presiden dan Wakil
Presiden serta mengubah UUD
2) Presiden,

yang

berkedudukan

dibawah

MPR,

mempunyai

kekuasaan yang luas yang dapat digolongkan kedalam beberapa
jenis:
 Kekuasaan penyelenggaran pemerintahan
 Kekuasaan didalam bidang perundang undangan, menetapakn
PP, Perpu
 Kekuasaan dalam bidang yustisial, berkaitan dengan pemberian
grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi
 Kekuasaan

dalam

bidang

hubungan

luar

negeri,

yaitu

menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian
dengan Negara lain, mengangkat duta dan konsul.
3) DPR, sebagai pelaksana kedaulatan rakyat mempunyai kekuasaan
utama, yaitu kekuasaan membentuk undang-undang (bersama-sama
Presiden dan mengawasi tindakan presiden.
4) DPA, yang berkedudukan sebagai badan penasehat Presiden,
berkewajiban memberikan jawaban atas pertanyaan presiden dan
berhak mengajukan usul kepada pemerintah
5) BPK, sebagai “counterpart” terkuat DPR, mempunyai kekuasaan
untuk memeriksa tanggung jawab keuangan Negara dan hasil
pemeriksaannya diberitahukan kepada DPR.

21

6) MA, sebagai badan kehakiman yang tertinggi yang didalam
menjalankan tugasnya tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan
pemerintah.


Setelah Amandemen
1) MPR, Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan
lembaga tinggi negara lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA,
MK, BPK, menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN,
menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden (karena
presiden dipilih secara langsung melalui pemilu), tetap berwenang
menetapkan dan mengubah UUD, susunan keanggotaanya berubah,
yaitu terdiri dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan angota
Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih secara langsung melalui
pemilu.
2) DPR, Posisi dan kewenangannya diperkuat, mempunyai kekuasan
membentuk UU (sebelumnya ada di tangan presiden, sedangkan
DPR hanya memberikan persetujuan saja) sementara pemerintah
berhak mengajukan RUU, Proses dan mekanisme membentuk UU
antara DPR dan Pemerintah, Mempertegas fungsi DPR, yaitu:
fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan sebagai
mekanisme kontrol antar lembaga negara.
3) DPD, Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi
keterwakilan kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat
nasional setelah ditiadakannya utusan daerah dan utusan golongan
yang diangkat sebagai anggota MPR, keberadaanya dimaksudkan
untuk memperkuat kesatuan negara Republik Indonesia, dipilih
secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu,
mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU
yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, RUU lain yang berkait dengan kepentingan daerah.
4) BPK, Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPD, berwenang mengawasi dan memeriksa
pengelolaan keuangan negara (APBN) dan daerah (APBD) serta

22

menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan
ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum, berkedudukan di
ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi,
mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal
departemen yang bersangkutan ke dalam BPK.
5) Presiden, Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan
memperbaiki tata cara pemilihan dan pemberhentian presiden
dalam masa jabatannya serta memperkuat sistem pemerintahan
presidensial, Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan kepada
DPR, Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua
periode saja, Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta
harus memperhatikan pertimbangan DPR, kewenangan pemberian
grasi, amnesti dan abolisi harus memperhatikan pertimbangan
DPR, memperbaiki syarat dan mekanisme pengangkatan calon
presiden dan wakil presiden menjadi dipilih secara langsung oleh
rakyat melui pemilu, juga mengenai pemberhentian jabatan
presiden dalam masa jabatannya.
6) Mahkmah Agung, Lembaga negara yang melakukan kekuasaan
kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan yang menyelenggarakan
peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan [Pasal 24 ayat
(1)], berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peaturan
perundang-undangan di bawah Undang-undang dan wewenang lain
yang diberikan Undang-undang.di bawahnya terdapat badan-badan
peradilan

dalam

lingkungan

Peradilan

Umum,

lingkungan

Peradilan Agama, lingkungan Peradilan militer dan lingkungan
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN), badan-badan lain yang yang
fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam
Undang-undang seperti: Kejaksaan, Kepolisian, Advokat/Pengacara
dan lain-lain.
7) Mahkamah Konstitusi, Keberadaanya dimaksudkan sebagai
penjaga kemurnian konstitusi (the guardian of the constitution),
Mempunyai kewenangan: Menguji UU terhadap UUD, Memutus

23

sengketa kewenangan antar lembaga negara, memutus pembubaran
partai politik, memutus sengketa hasil pemilu dan memberikan
putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh
presiden dan atau wakil presiden menurut UUD, Hakim Konstitusi
terdiri dari 9 orang yang diajukan masing-masing oleh Mahkamah
Agung, DPR dan pemerintah dan ditetapkan oleh Presiden,
sehingga mencerminkan perwakilan dari 3 cabang kekuasaan
negara yaitu yudikatif, legislatif, dan eksekutif.
8) Komisi Yudisial, berdasarkan UU no 22 tahun 2004 Komisi
Yudisial adalah lembaga negara yang bersifat mandiri dan
berfungsi mengawasi perilaku hakim dan mengusulkan nama calon
Hakim Agung.
Atas dasar itu, UUD 1945 meletakan asas dan ketentuan-ketentuan yang
mengatur hubungan-hubungan (kekuasaan) diantara lembaga-lembaga
negara tersebut. Hubungan –hubungan itu adakalanya bersifat timbal balik
dan ada kalanya tidak bersifat timbal balik hanya sepihak atau searah saja.
Sistem pembagian kekuasaan di negara Republik Indonesia jelas
dipengaruhi oleh ajaran Trias Politica yang bertujuan untuk memberantas
tindakan sewenang-wenang penguasa dan untuk menjamin kebebasan
rakyat.
Menurut UUD NKRI 1945 penyelenggaran negara pelaksanaannya
diserahkan kepada suatu alat perlengkapan negara seperti Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK), Mahkmah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK), Komisi
Yudisial (KY).
Lembaga-lembaga negara merupakan lembaga kenegaraan yang berdiri
sendiri yang satu tidak merupakan bagian dari yang lain. Akan tetapi, dalam
menjalankan kekuasaan atau wewenangnya, lembaga Negara tidak terlepas
atau terpisah secara mutlak dengan lembaga negara lain, hal itu menunjukan
bahwa UUD 1945 tidak menganut doktrin pemisahan kekuasaan, dengan

24

perkataan lain, UUD 1945 menganut asas pembagian kekuasaan dengan
menunjuk pada jumlah badan-badan kenegaraan yang diatur didalamnya
serta hubungan kekuasaan diantara badan-badan kenegaraan yang ada.
Sistem pembagian kekuasan yang di anut oleh Republik Indonesia saat
ini tidak tertutup kemungkinan akan berubah sesuai dengan kebutuhan
masyarakat Indonesia, dengan di amandemen UUD 1945 tahun 1999-2004
menunjukan terjadinya perubahan dalam penyelenggaraan negara, namun
semua itu tetap dalam kerangka kedaulatan rakyat diatas segalanya.
B.

Saran
Seiring dengan perkembangan zaman dengan banyaknya tuntutan dan
permasalahan Negara yang semakin kompleks ditambah dengan issue-issue
distrust masyarakat terhadap pemerintah maka sangatlah penting peranan
pemerintah dalam mengatur system kelembagaan Negara secara tegas
mengatur fungsi dan kedudukannya. UUD 1945 sebelum dan sesudah
perubahan telah mengatur lembaga-lembaga Negara tugas, fungsi dan
wewenangnya. akan tetapi, bukan tidak mungkin terjadi perubahan UUD
1945 ke-V mengingat masih ada lembaga Negara yang memiliki
kewenangan dan kedudukan yang kurang kuat. Juga perlu adanya penegasan
bentuk Parlemen di Indonesia agar tidak adanya kekacauan pembagian
kewenangan.
Lembaga-lembaga Negara dewasa ini di Indonesia sedang mengalami
pertumbuhan. Banyak lahir lembaga-lembaga Ad hoc yang notabenenya
memiliki kewenangan dan fungsi yang bersifat sementara dan tidak kuat.
jadi, saran penulis disini adalah pemerintah dapat lebih bijak mengatur
lembag-lembaga Negara agar tidak terjadi pemborosan uang Negara
membiayai lembaga-lembaga Negara yang sedang tumbuh bagai cawan di
musim hujan.

25

DAFTAR PUSTAKA
http://mickeybal.wordpress.com/2013/01/02/makalah-perbedaan-lembaga-negarasebelum-dan-setelah-amandemen/
http://afriansyahyusuf.blogspot.com/2013/10/makalah-lembaga-negara-sebelumdan.html
http://indra3shs.blogspot.com/2012/08/susunan-lembaga-negara-berdasaruud.html
http://gandirifansyah.blogspot.com/2013/05/struktur-kelembagaan-negarasebelum-dan.html

26