OPERASI DAN PEMELIHARAAN UNIT IPLT 1. UM

OPERASI DAN PEMELIHARAAN UNIT IPLT

1. UMUM
Pengoperasian instalasi pengolahan air lumpur tinja (IPLT) mengacu pada Petunjuk Teknis No.
CT/AL/Op-TC/003/98 tentang Tata Cara Pengoperasian IPLT Sistem Kolam. Ruang lingkup
dalam petunjuk teknis ini memuat ketentuan teknis dan cara persiapan pengoperasian,
pelaksanaan pengoperasian, pelaksanaan pemeliharaan dan pelaksanaan pengendalian IPLT.
Ketentuan umum yang harus dipenuhi untuk pengoperasian dan pemeliharaan IPLT adalah
sebagai berikut:
a. di instalasi dilengkapi dengan gambar bangunan
b. setiap peralatan harus dilengkapi katalog dan daftar operasi dan pemeliharaan
c. air Iimbah yang diolah adalah lumpur tinja
d. tersedia influen air Iimbah
e. tersedia fasilitas penyediaan air bersih yang memadai
f. telah diuji coba terhadap pengaliran air (profil hidrolis) dan kebocoran
g. ada penanggunjawab pengolah air Iimbah yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
h. tersedia biaya pengolahan yang dialokasikan pada institusi pengelola
i. kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan IPLT harus dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan perundangan pengolahan air Iimbah dan ketentuan kesehatan dan
keselamatan kerja
j. masyarakat sudah diberi informasi

2. PERSYARATAN TEKNIS UNTUK UNIT-UNIT DALAM IPLT
Persyaratan teknis dalam operasional IPLT memuat ketentuan tentang kriteria dan persyaratan
yang harus diikuti untuk mendapatkan efisiensi pengolahan sesuai dengan yang telah
direncanakan. Persyaratan teknis ini meliputi kualitas dan kuantitas influent lumpur tinja (air
limbah) yang akan masuk ke tiap unit pengolahan di dalam IPLT, waktu retensi (waktu tinggal)
lumpur tinja di dalam tiap unit, serta kriteria disain lainnya.
Persyaratan teknis untuk kualitas lumpur tinja yang masuk ke dalam IPLT harus memenuhi:
• Laju/kapasitas lumpur tinja (cairan dan endapan) sebesar 0,5 L/org/hari
• KOB (BOD5) = 5.000 mg/L
• TS = 40.000 mg/L
• TVS = 2.500 mg/L
• TSS = 15.000 mg/L
1

Bila parameter-parameter influent lumpur tinja yang masuk ke IPLT melebihi konsentrasi
tersebut, maka diperlukan pengenceran dengan persyaratan:
• Bahan yang digunakan sebagai pengencer tinja dapat menggunakan air sungai atau air
pengencer lain dengan konsentrasi KOB (BOD5) maksimal 10 mg/L
• Unit pengolahan yang memerlukan pengenceran adalah influent pada tangki imhoff
dengan kadar minyak dan lemak tinggi dan influent pada kolam stabilisasi fakultatif

dengan KOB yang melebihi 400 mg/L

Pengolahan lumpur tinja yang digunakan pada IPLT menggunakan pengolahan secara
biologis dengan memanfaatkan mikroba untuk menguraikan material organik yang berada
didalamnya. Mikroba sebagai makhluk hidup menggunakan lumpur tinja sebagai sumber
nutrien untuk hidup dan berkembang biak. Oleh karena sifatnya sebagai makhluk hidup,
maka pengolahan limbah dengan mikroba memerlukan kehati-hatian terkait dengan
kualitas influent yang masuk karena akan mempengaruhi kinerja mikroba.

Persyaratan teknis untuk pengoperasian tangki imhoff












Zona sedimentasi:
o Kecepatan aliran horizontal I cm/det
o Beban permukaan ≤ 30 m3/m2.hari
o Waktudetensi ≥ 1,5 jam
o Efisiensi pemisahan TSS = (40-60)% dan konsentrasi KOB berkisar (30-40)%
pH antara 7-8
Ketinggian zona netral 0,5 m
Slot tidak boleh tersumbat
Permukaan zona sedimentasi harus bersih dari buih dan kotoran mengambang
Lumpur matang mempunyai karakteristik:
o Kadar air (88-92)%
o Asam volatil < 2.000 mg/l
o Lumpur berwarna hitam, berbau ter, kental dan mudah meresap
Laju endapan lumpur 0,06 l/orang/hari dengan waktu retensi satu bulan
Setiap pembuangan lumpur matang, pipa inlet dan distribusi harus digelontor atau
dibersihkan

2


Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi anaerobik






Permukaan kolam harus tertutup buih
Beban KOB volumetrik berkisar antara (60-100) g KOB/m3. hari
Efisiensi pemisahan KOB ≥ 50%
ph influen (8-9)
Lumpur harus dikuras secara berkala dengan pompa

Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi fakultatif







Permukaan air harus berwarna hijau yang menandakan adanya algae
Beban KOB volumetrik (60-100) g KOB/m3.hari
KOB influen ≤ 400 mg/l
Efisiensi pemisahan KOB ≥ 70%
pH antara 7-8

Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi maturasi




Beban BOD volumetrik (40-60) g KOB/m3.hari
Efisiensi pemisahan KOB 70%
Efisiensi pemisahan E. Coli sebesar 95% (berdasarkan penurunan konsentrasi E. Coli
dari kolam-kolam sebelumnya

Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi aerasi





Beban KOB volumetrik (400-600) g KOB/m3.hari
Efisiensi pemisahan KOB 70%
Tenaga pengadukan:
o 6 Watt/m3 untuk kolam aerasi aerobik
o (2-3) Watt/m untuk kolam aerasi fakultatif

Persyaratan teknis untuk pengoperasian bak pengering lumpur





Kadar air lumpur kering optimal (70-80)%
Tebal lumpur kering di atas pasir (20-30) cm
Tebal lumpur basah di atas pasir (30-45) cm
Media pasir yang harus diganti secara berkala dan dipasang pada lapisan teratas
mempunyai kriteria seperti berikut:
o Ukuran efektif = (0,30 — 0,50) mm
o Koefisien keseragaman 5


3



o Tebal pasir (15-22,5) cm
o Kandungan kotoran ≤ 1 % terhadap volume pasir
Waktu pengeringan lumpur (7-10) hari

3. PERSYARATAN TEKNIS UNTUK KEGIATAN PENDUKUNG
Ketentuan teknis lainnya yang dilakukan pada IPLT adalah sebagai berikut:
• Tenaga operator dibagi tiga shift dalam sehari dan setiap shift minimal terdiri dari dua
orang yaitu masing-masing operator proses/lab dan operator mekanik/listrik
• Tenaga operator mekanik/listrik dengan kualifikasi minimal STM/SMU
• Tenaga operator proses/Lab dengan kualifikasi minimal analisis/SMU
• Setiap tenaga operator harus sudah mengikuti pelatihan sesuai bidangnya.
Peralatan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan IPLT diantaranya adalah sebagai berikut
yaitu peralatan pengoperasian, pemeliharaan, pemantauan dan peralatan keselamatan dan
kesehatan. Peralatan yang dibutuhkan untuk lebih detilnya dapat dilihat pada Petunjuk Teknis
No. CT/AL/Op-TC/003/98 tentang Tata Cara Pengoperasian IPLT Sistem Kolam.


4. PERSIAPAN PENGOPERASIAN UNIT-UNIT IPLT
4.1 Persiapan Pembangkit Tenaga Listrik Generator




Periksa tegangan listrik yang tersedia dan PLN
Periksa semua saklar ada pada posisi “off”
Pindahkan saklar utama pada posisi “on”

4.2 Persiapan Pompa










Pastikan semua skrup dan baut dalam keadaan kencang/ketat
Periksa jumlah bahan bakar yang tersedia
Periksa permukaan minyak pelumas mesin setiap kali akan menjalankan mesin atau
minimal seminggu sekali tambahkan bila ketinggiannya berkurang.
Periksa air radiator harus penuh, tambahkan bila kurang
Pastikan tidak ada benda yang menghalangi aliran udara untuk mesin pendingin
Pastikan baterai dalam kondisi baik
Periksa tegangan V-belt.

4.3 Pengujian Kolam Ekualisasi


Pastikan unit pompa berada pada kondisi yang stabil dan kokoh

4





Pastikan kabel tenaga tersambung pada sumber daya dengan baik
Pastikan setiap komponen pompa dalam kondisi kering

4.4 Pengujian Tangki Imhoff dan/atau Kolam Stabilisasi Anaerobik




Masukkan air kedalam unit ekualisasi melalui bagian inlet sampai air keluar pada
bagian peluap.
Ukur kedalaman air pada titik outlet, atur ketinggian sesuai ketentuan rancangan

4.5 Pengujian Kolam Stabilisasi Fakultatif











Masukkan lumpur tinja hingga penuh. Selama pengisian perlu diperhatikan agar tidak
terjadi pergolakan aliran.
Jaga derajat keasaman lumpur sesuai ketentuan teknis
Tambahkan bibit mikrooganisme (dapat berupa buangan resapan tangki septik atau
lumpur stabil dan unit digeser dan sistem pengolahan air Iimbah konvensional)
Biarkan selama seminggu agar bakteri pembentuk asam dapat tumbuh dan berkembang,
atau sebulan bila tidak dilakukan penambahan bibit. Selama waktu tersebut tidak boleh
ada aliran yang keluar (efluen). Untuk sementara aliran air Iimbah masuk dapat di
bypass ke saluran terdekat yang direncanakan. Setelah waktu tersebut pengoperasian
rutin dapat dilaksanakan dimana air Iimbah dapat dialirkan secara kontinyu dan effluent
dapat dibuka.
Amati perkembangan edapan lumpur yang terjadi dengan mencatat kenaikan endapan
lumpur untuk setiap penambahan lumpur tinja (rn/rn3)
Arnbil sarnpel endapan lumpur terbawah setelah ketebalan Iurnpur rnencapai zona
netral
Lakukan analisis kandungan KOB (Kebutuhan Oksigen Biologis) dan Suspended Solid
(SS) dalam sampel endapan lumpur

4.6 Pengujian Kolam Stabilisasi Fakultatif
Uji coba kolarn fakultatif dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a) Metode kultur
• Isikan air tawar biasa kedalarn kolam sesuai ketinggian yang ditetapkan
• Tarnbahkan kultur algae sebagai bibit
• Jaga ketinggian perrnukaan air setiap hari dengan rnenambah air lirnbah baku
secukupnya ke dalam kolam
• Setelah pertumbuhan algae cukup banyak ( beberapa han kernudian ), sejurnlah air
limbah baku perlu ditarnbahkan ke dalarn kolam hingga kedalaman operasi yang
direncanakan
5

• Biarkan selarna 2-3 han tanpa adanya pengaliran effluent
• Kolarn siap dioperasikan secara kontinyu dengan rnengalirkan air lirnbah baku secara
terus rnenerus dan rnernbuka aliran pada pipa outlet
b) Metode alami:
• Isikan air limbah baku ke dalam kolam hingga mencapai kedalaman operasi penuh
• Biarkan selama 15 hari agar terjadi pembibitan secara alamiah
• Biarkan selama 15 hari lagi atau hingga jumlah algae yang terdapat di dalam kolam
sesuai dengan ketentuan.
• Kolam siap dioperasikan secara kontinyu
4.7 Pengujian Kolam Aerasi





Isi reaktor aerasi dengan air secara perlahan
Hidupkan aerator bila air di reaktor aerasi sudah penuh
Tes semua pipa pembuang, katup, pintu air dan pompa
Reaktor aerasi diisi dengan air Iimbah, sehingga aerator dapat mentransfer udara ke air
Iimbah

4.8 Pengujian Kolam Maturasi






Isikan air tawar biasa kedalam kolam maturasi yang dipasang seri
Unit kolam maturasi pertama dapat menerima Iangsung effluent kolam fakultatif
primer/sekunder yang telah diuji coba. Dalam hal ini lokasi outlet kolam fakultatif agar
dibuat sedemikian rupa sehingga banyak algae yang lolos ke kolam maturasi
Unit kolam maturasi kedua juga dapat menerima langsung buangan dan kolam maturasi
pertama. Demikian seterusnya hingga pengaliran sampai pada unit kolam maturasi yang
terakhir
Kolam maturasi siap dioperasikan secara kontinyu dengan beban pengolahan sesuai
perancangan yang disusun

5. OPERASI DAN PEMELIHARAAN UNIT-UNIT IPLT
5.1 Operasi dan Pemeliharaan Truk Tinja
Truk penguras lumpur tinja ini umumnya terdiri dari tangki tertutup dengan bahan
baja dengan kapasitas antara (4-6) m3 yang dilengkapi atau dihubungan dengan satu unit
pompa penguras baik berupa pompa vakum ataupun pompa sentrifugal. Secara umum
model truk penguras tinja ini mirip dengan truk pembawa air bersih, namun untuk

6

membedakannya maka truk penguras Lumpur tinja harus diberi warna yang berbeda,
untuk truk tinja tangki maupun truk umumnya dicat dengan warna kuning.
Pengoperasian Truk Tinja
Untuk mengoperasikan vacuum truk yang tepat dan benar adalah penting untuk memperoleh hasil
kerja secara efektif dan efisien. Operasi dan pemeliharaan truk tinja mengacu pada
Petunjuk Teknis Tata Cara Operasi Dan Pemeliharaan Truk Tinja. Operator (pengemudi
dan mekanik) harus benar-benar mengerti dan memahami petunjuk yang diberikan sebelum
memulai operasi.
Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam pengoperasian truk tangki antara lain:
a) Hentikan kendaraan pada tempat yang rata dan keras.
b) Hidupkan mesin kendaraan pada putaran yang rendah/idle.
c) Hidupkan pompa vakum.
Pada saat penyedotan langkah prinsip yang dilakukan terdiri dari:
a. Lakukan langkah 1,2 dan 3 dalam Persiapan Untuk Operasi.
b. Siapkan lubang manhole tangki septik yang akan disedot.
c. Masukan selang penyedot/penghisap ke dalam tangki septik.
d. Tutuplah katup (valve) penyedot dan pembuangan/discharge. Buatlah pompa dalam
keadaan vakum dengan bantuan pompa.
e. Pastikan hubungan antar tangki dan pompa vakum dalam kondisi normal.
f. Tunggu sesaat, apabila manometer (pressure gauge) menunjukkan angka vakum (0 bar),
atau minus (-40 psi s/d 0 psi), maka buka valve penyedot/suction valve.
g. Perhatikan tanda masuk lumpur ke tangki melalui sight glass, apabila ketinggian sudah
mencapai maksimum, tutup kembali valve penyedot, kemudian matikan pompa vakum.
h. Periksa kelengkapan kendaraan untuk persiapan dalam perjalanan dan gulung selang
penyedot pada posisinya semula, untuk kemudian kendaraan dapat dijalankan.
Pada saat pembuangan, sistem sirkulasi pada peralatan vakum dapat dikemukakan sebagai berikut:
• Lakukan langkah persiapan untuk operasi seperti diterangkan di atas
• Siapkan selang pembuangan ke dalam unit pengumpul.
• Normalkan tekanan dalam tangki sesuai dengan tekanan sekitar 1 bar.
• Pastikan hubungan antar pompa vakum dan tangki dalam keadaan normal.
• Buka valve pembuangan, pastikan tekanan pada pressure gauge tidak lebih dari 20 psi di
atas nol pada saat pembuangan.
• Apabila langkah pembuangan sudah selesai, maka tutup kembali valve pembuangan.
• Matikan pompa vacuum.

7




Periksa kelengkapan kendaraan untuk persiapan datam perjalanan dan gulung selang
pembuangan pada posisi semula, untuk kemudian kendaraan dapat dijalankan
Dalam proses penyedotan maka diperlukan waktu cukup untuk dapat ke kondisi vakum,
sedangkan pada proses pembuangan aliran akan terjadi secara gravitasi

Gambar 1. Proses Penyedotan Lumpur Tinja Dari Tangki Septik
(Sumber: Indah Water, 2011)
Pemeliharaan truk tinja
Setelah pengoperasian bila diperlukan untuk peralatan dan bagian-bagian kendaraan serta ujung
dari selang yang kotor, maka dapat mengunakan air pada tangki air pembersih yang dapat diisi melalui
lubang pengisian dengan air bersih. Langkah-langkah pencucian truk tangki adalah sebagai berikut:
1. Lakukan langkah 1, 2 dan 3 dalam Persiapan Untuk Operasi.
2. Putar valve mesin vakum pada posisi pressure.
3. Putar valve yang menghubungkan sistem sirkulasi pressure ke tangki air/water tank, ke arah
on.
4. Buka drain dan bersihkan dengan semprotan air.
5. Apabila proses pencucian sudah selesai, injak pedal kopling dan matikan vakum.
Proses pengisian tangki air bersih dapat dilakukan dengan menggunakan sistem vakum seperti cara
pengoperasian dalam langkah penyedotan seperti di atas, hanya pada langkah ke-6, three way

8

valve di putar ke arah water tank, kemudian drain dibuka dan melalui selang penyemprotan
dapat difungsikan sebagai selang penyemprot air bersih. Dalam mengunakan air untuk mengisi
maupun pembersihan, tidak dianjurkan mengunakan sistem pompa vakum karena kapasitas pompa
yang besar tekanannya.
Beberapa petunjuk teknis mengatasi kemungkinan adanya gangguan saat operasi dan cara
penggulangannya.
1. Pompa Vakum Tidak Berputar
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kondisi ini antara lain:
• Buka drain dan bersihkan dengan semprotan air.
• Posisi switch belum on sehingga pompa vakum belum bekerja.
• Kabel mesin vakum putus dan tidak bekerja.
• Sirkulasi oli pelumas pompa tidak bekerja. Oli habis tidak ada sama sekali, juga
kemungkinan oli sudah kotor dan perlu penggantian dengan membuka plug.
• Pompa vakum terlalu panas, karena terlalu lama beroperasi.
2. Sirkulasi sistem penyedot dan pembuangan tidak bekerja
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kondisi ini antara lain:
• Pompa vakum terlalu panas, karena terlalu lama beroperasi.
• Pompa vakum tidak berputar (penyebabnya seperti item 1 di atas).
• Jumlah aliran oil pelumas terlalu banyak, atur penyetel valve pompa.
• Ada kebocoran pada sistem pipa, flens atau klem selang, diatasi dengan mengencangkan
pada baut-bautnya.
• Terdapatnya jebakan air pada mesin vakum, diatasi dengan membuang air rembesan
tersebut melalui plug.
3. Suction filter kotor, diatasi dengan membuka flens penutup untuk membersihkannya.
4. Ujung selang pada saat menyedot dalam tangki septik mampat oleh kotoran.
5. Penggantian Suku Cadang, hal ini dilakukan jika terjadi kerusakan bagian-bagian tertentu dari
truk tinja dan tidak dapat diperbaiki lagi, maka perlu dilakukan penggantian suku cadang.
Pada saat kita membeli truk tinja untuk investasi, maka perlu dipertimbangkan kemudahan
memperoleh suku cadang truk tersebut dan di mana saja suku cadang tersebut dapat diperoleh.
Ada baiknya memiliki persediaan beberapa suku cadang truk tinja yang diketahui mudah rusak
untuk mengantisipasi berhentinya pengoperasian truk tinja. Selain suku cadang tinja perlu pula
diadakan persediaan suku cadang pompa yang digunakan untuk menghisap lumpur tinja.

9

5.2 Operasi dan Pemeliharaan Bak Pengumpul
Operasional pemasukan lumpur tinja dari truk ke dalam bak pengumpul
Bak pengumpul atau tangki ekualisasi berupa bak penampung sementara yang langsung
menerima influen lumpur tinja, berbentuk persegi panjang dengan kedalaman 2-3 meter. Bak
pengumpul berfungsi untuk:
• Menyederhanakan debit dan konsentrasi akibat adanya variasi dan fluktuasi kedatangan
mobil tinja
• Meningkatkan kemampuan dan menghemat biaya pengolahan unit berikutnya
• Mengurangi ukuran dan biaya investasi pembangunan fasilitas pengolahan
Lokasi fasilitas akan bervariasi dan tergantung dari sistem yang digunakan, berupa tipe
pengolahan, karakteristik sistem pengumpulan dan jenis lumpur tinja.
Operasional pemasukan (unloading) lumpur tinja dari truk ke dalam bak pengumpul dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
• Masukkan limbah cair ke dalam bak penyaring
• Amati aliran air yang mengalir ke dalam Sump Well, dimana apabila tidak lancar maka
harus segera bersihkan screen/penyaring dari kotoran yang menyumbat
• Hasil buangan kotoran dan pasir dari bak penampung awal tidak diperkenankan
dibuang ke dalam Sump Well dan ditempatkan ke dalam bak khusus
• Air dapat ditambah untuk memperlancar aliran dan membersihkan permukaan
penyaring

Pemeliharaan bak pengumpul (Platform)
Letak bak pengumpul berada di hulu proses pengolahan sehingga unit ini memerlukan
pemeliharaan yang seksama mengingat berpotensi terjadinya akumulasi lumpur didalamnya.
Hal yang harus diperhatikan adalah pengaliran effluent dari bak pengumpul ke dalam kolam
anaerobik agar jangan sampai merusak lapisan kerak buih yang menutupi kolam. Buih tersebut
berfungsi untuk mencegah keluarnya bau ke sekitar lingkungan kolam.
5.3 Operasi dan Pemeliharaan Pompa, Alat Ukur Debit dan Sump Well

Pemompaan limbah dari sump well
Prosedurnya adalah sebagai berikut:
• Amati level/kedalaman limbah dalam Sump Well, dan jika sudah penuh maka nyalakan
pompa submersible dan perhatikan apakah aliran ke Imhoff Tank telah masuk

10




Pompa secara otomatis berhenti jika level air telah mencapai titik tertentu, dan apabila
pompa masih tetap menyala maka lakukan pengecekan pada switch otomatisnya
Hidupkan pompa I dan II (back up) secara bergantian dari waktu ke waktu

Pemeliharaan pompa & sump pit
a. Harus diperhatikan jangan sampai ada gangguan/halangan terhadap sistem dan
peralatannya akibat masuknya benda-benda besar/tak terolah oleh Bangunan Pengolahan.
Benda-benda padat tersebut umumnya masuk dalam unit sump pit melalui tutup manhole
yang rusak/bocor
b. Bila waktu tinggal air limbah di sump pit terlalu lama akan berakibat timbulnya bau yang
berlebihan
c. Waktu kerja pompa efluen dari sump pit dilakukan secara bergiliran dan bekerja bersamasama pada saat beban puncak. Waktu detensi dapat diatur melalui level pada sensor
d. Pada pompa sump pit secara periodk harus dilakukan perawatan karena air limbah yang
dipompa dapat mengandung senyawa-senyawa asam yang dapat mempersingkat umur
pompa yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi pompa.
Pemeliharaan alat ukur debit aliran
a. Upayakan dilakukan pembersihan dari akumulasi kotoran, busa (slum), ganggang/alga
yang mungkin terbentuk karena adanya proses fotosintesa sel, maksudnya agar kebocoran
dan tumbuhan tersebut tidak mengganggu kecepatan aliran dan sistem pembaca alat ukur
b. Upayakan menghindari adanya kerusakan akibat faktor lingkungan, karena alat ukur
umumnya dibangun secara terbuka
c. Untuk pemeriksaan rutin setiap hari kalibrasi (menentukan ukuran sesuatu) dan
pemeriksanaan kebenaran pengukuran alat ini
5.4 Operasi dan Pemeliharaan Unit Penyaring
Unit penyaringan merupakan proses pertama dalam pengolahan limbah tinja, yang berfungsi
untuk menahan padatan yang ada pada lumpur tinja. Penyaring terdiri dari batangan-batangan
paralel atau kawat, kawat jala, kisi-kisi atau piringan yang berlubang-lubang. Penyaring ini pada
umumnya berbentuk lingkaran atau persegi panjang. Beberapa tipe saringan yang sering
digunakan pada pengolahan limbah dapat dilihat pada Tabel 1. Saringan batang juga digunakan
untuk melindungi pompa, katup, perpipaan dan perlengkapan lainnya dari kerusakan akibat
penyumbatan kotoran.

11

Tabel 1. Tipe-Tipe Saringan (Screen)
Pembagian Tipe
Penyaring

Permukaan Penyaring
Klasifikasi

Saringan Batang
Lengkungan (tetap)

Kasar
Sedang

Lengkungan
(berputar)
Drum (berputar)

Kasar

Rentang
(inci)
0,6 – 1,5
0,01 – 0,1

Aplikasi
Materi

Besi, stainless steel
Stainless steel, kawat besi
berlubang piringan
Tembaga atau gilingan
perunggu
Stainless steel, kawat besi
berlubang

Pra pengolahan
Pengolahan primer

Kasar

0,03 x 0,09 x
2
0,1 x 0,2

Sedang

0,1 – 0,2

Stainless steel, kawat besi
berlubang

Pengolahan primer

Halus

0,01 – 0,1

Stainless steel, kawat besi
berlubang

Pengendapan residu
materi padatan dari
pengolahan sekunder
Pengolahan primer

6- 35 ηm
Sedang

Stainles steel dan kain
penyaring polyester

Pra pengolahan
Pra pengolahan

Cakram berputar

Sedang

0,01 – 0,4

Stainless steel

Pengolahan primer

Sentrifugal

Halus
Halus

0,001 – 0,02
0,002 – 0,02

Stainless steel
Stainless steel dan variasi
penyaring polyester

Pengolahan primer
Pengolahan primer,
pengolahan sekunder
dengan pengendapan
materi padat

Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000

Pembersihan saringan dilakukan setiap kali selesai pemasukan limbah dari mobil tinja, terutama
untuk sampah non-tinja yang kemungkinan ditemukan seperti plastik, kondom dan pembalut.
Pembersihan pada unit bar screen/mechanical screen dilakukan dengan cara:
a. Untuk bar screen (manual) secara periodik dibersihkan dari benda-benda yang tertahan di
kisi-kisinya
b. Untuk mechanical screensecara periodik dilakukan perawatan pada motor kerja
c. Dilakukan pengencangan pada rantai dan memberikan tambahan pelumas secara teratur
d. Melakukan pengaturan tekanan pada rantai kerja dan mengatur lengan kerja mechanical
screen

12

5.5 Operasi dan Pemeliharaan Tangki Imhoff
Persiapan pengoperasian (start up)
a) Isi TangkiImhoff dengan air hingga penuh dan melimpah keluar melalui pipa outlet dan
biarkan selama 2 (dua) hari
b) Masukkan lumpur tinja melalui ruang penerima lumpur tinja sebanyak duat atau tiga
truk dan biarkan selama (2-5) hari
c) Buka kran pipa pembuang lumpur untuk mengalirkan lumpur ke bak pengering
d) Biarkan lumpur tersebar di bak pengering selama 10 hari dan buat catatan harian
kondisi proses pengeringan lumpur
Tata cara pengoperasian tangki imhoff
Proses yang berlangsung adalah proses sedimentasi, dimana adanya pemisahan lumpur tinja
menjadi bagian padat dan bagian cair yang terjadi dalam ruang sedimentasi. Bagian padat
membentuk endapan lumpur di dasar tangki dan sedangkan bagian cair di lapisan atasnya
disebut supernatan. Supernatan akan mengalir keluar melalui penyekat (baffle) dari pipa outlet
menuju kolam stabilisasi. Endapan secara periodik dikeluarkan melaui pipa pembuang lumpur
dan mengalir menuju bak pengering lumpur. Upayakan aliran lumpur didistribusikan secara
merata dan hindari gejolak dalam tangki.
Pelaksanaan pemeliharaan tangki imhoff
Lumpur tinja dari truk dipompakan ke dalam TangkiImhoff melalui pipa ke ruang lumpur
dengan hati-hati. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan Tangki
Imhoffantara lain:
• Ruang penerima lumpur harus selalu dibersihkan sebelum dan sesudah pelaksanaan
pemompaan lumpur ke tangki
• Pembersihan lemak dan zat-zat padat yang mengapung pada permukaan air di ruang
sedimentasi harus dilakukan setiap hari
• Pengikisan/pengerukan zat pada yang menempel pada dinding dan pada bagian dasar yang
landai dari ruang sedimentas dengan sikat atau sapu karet dan harus dilakukan setiap minggu
• Pembersihan celah (slot) pada dasar ruang sedimentasi dengan menggunakan keruk rantai
harus dilakukan setiap minggu
• Pengendalian busa/buih yang terdapat pada ruang busa dengan menggunakan air bertekanan
dan busa akan keluar setelah ketebalan 0,5m
• Pengendapan lumpur dari tangki dilakukan sebelum permukaan lapisan endapan lumpur di
ruang pengendapan mendekati 0,5m ke celah (slot) dasar ruang sedimentasi. Estimasi

13

volume lumpur yang dikeluarkan dari tangki kira-kira 20-25% volume lumpur tinja yang
masuk
• Setelah pelaksanaan pengeluaran lumpur, pipa pembuang dibersihkan dengan
penggelontaran menggunakan air bersih. Hal ini berguna untuk mencegah pengerasan dalam
pipa
• Apabila terdapat endapan pasir maka pipa berpotensi tersumbat
• Saluran inlet dan outlet Tangki Imhoffharus dibersihkan secara berkala dari timbunan zat
padat
5.6 Operasi dan Pemeliharaan Kolam-Kolam Stabilisasi
Sebuah IPLT pada umumnya akan terdiri dari beberapa kolam, yaitu:
1. Kolam/Bak Pengumpul
2. Kolam Anaerobik/Kolam Fakultatif
3. Kolam Maturasi
4. Kolam Pengeringan Lumpur
Adapun operasi dan pemeliharaan masing-masing adalah sebagai berikut:
Operasional Kolam/Bak Pengumpul
Bak pengumpul telah dijelaskan pada bagian segingga sehingga tidak akan diuraikan lagi.
Namun, perlu diingatkan agar pengaliran effluent dari bak pengumpul ke dalam kolam
anaerobik jangan sampai merusak lapisan kerak buih yang berfungsi untuk mencegah keluarnya
bau ke lingkungan di sekitar kolam.
Operasional Kolam Anaerobik /Kolam Fakultatif
Kolam anaerobik dapat diletakkan setelah bak pengumpul, atau juga dapat berfungsi sebagai
penerima apabila bak pengumpul tidak ditemukan. Hal yang harus diperhatikan pada kolam ini
adalah:
• Kolam ini beroperasi tanpa adanya oksiden terlarut DO (dissolved oxygen)
• Pembersihan terhadap screen harus dilakukan secara regular agar tidak mengganggu
pengisian kolam
• Apabila pengoperasian bar screen secara otomatis maka perlu diberikan oli/pelumas
pada alat-alat mekanik
• Tanaman disekitar tanggul kolam diusahakan pendek (tanaman perdu) dan jangan
sampai meluas ke dalam kolam
• Buih (scum) dan alga dari kolam fakultatif dikurangi dan dibersihkan
• Inlet dan outlet dari kolam untuk pengaliran air harus bebas dari akumulasi lumpur

14




Pemeriksaan rutin terhadap kerusakan tanggul akibat gangguan binatang, dan apabila
perluditambah dengan racun atau perangkap binatang
Pemagaran untuk menghindari hal-hal yang mungkin terjatuh ke dalam kolam

Operasional Kolam Maturasi
Penempatannya adalah setelah Kolam Fakultatif dengan proses aerobik penuh sehingga kolam
ini relatif dangkal (< 1 m) dan mempunyai waktu tinggal (retention time) selama 5-7 hari.
Operasi dan pemeliharaannya adalah sebagai berikut:
a. Inlet dan outlet harus dijaga kelancaran pengolahannya, dimana inlet harus bebas dari
lumpur
b. Alga yang terbentuk tidak boleh tinggal dan harus dibuang dari permukaan karena
berpotensi menimbulkan bau
c. Tidak boleh adanya tumbuhan/tanaman keras disektiar tanggul kolam, namun rumput
boleh asalkan disekeliling tanggung
d. Pencatatan debit, kualitas efluen, inlet dan outlet dilakukan agar proses dapat dikontrol
dari segi kualitas (efluen, beban aliran hidrolik dan organik) maupun kuantitas
(kebocoran, dsb)
e. Pemeriksaan rutin terhadap kerusakan tanggul akibat gangguan binatang, dan apabila
perluditambah dengan racun atau perangkap binatang
f. Pemagaran untuk menghindari hal-hal yang mungkin terjatuh ke dalam kolam
Adapun estimasi keperluan tenaga kerja untuk kolam ini akan tergantung dari jumlah populasi
yang dilayani. Estimasi kebutuhan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Estimasi Kebutuhan Tenaga Kerja
Jumlah Penduduk
Kebutuhan Tenaga

10.000
25.000
50.000
100.000
Tenaga Supervisi
1
1
Tenaga Mekanik (*)
1
Tenaga Laboratorium (**)
1
1
1
Asisten Supervisi
1
2
2
Tenaga Penunjang
1
2
4
6
(***)
Driver
1
1
1
Pengawas (***)
1
1
1
3
JUMLAH
2
6
10
15
Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000
Catatan:
(*)
: tergantung jumlah peralatan yang dipakai
(**)
: tergantung ada tidaknya laboratorium di lokasi
(***) : tergantung ada tidaknya fasilitas kendaraan atau mesin pemotong rumput

15

250.000
1
1
2
2
10
2
5
23

Pada saat pengoperasian, beberapa masalah dapat dihindari dengan adanya perencanaan yang
baik dan waktu istirahat yang memadai. Masalah yang mungkin terjadi beserta
penanggulangannya adalah sebagai berikut:
Operasional Aerator Dan Tangki Aerasi
• Proses aerasi/penguraian zat organik harus berfungsi secara baik sehingga
menghasilkan efluen yang dapat diendapkan dengan baik pada unit clarifier
• Sistem mekanis aeratornya harus berfungsi dengan baik serta pengamatan terusmenerus terhadap zat/bahan pengganggu proses biologis yang ada pada influent air
limbah domestik
Tabel 4. Permasalahan dalam Pengoperasian Kolam Maturasi
No.

Masalah/Gangguan

Penanggulangan/Solusi

1.

Bau pada kolam fakultatif

Biasanya terjadi apabila akumulasi busa (scum) dan
peningkatan alga biru karena proses anaerobik mendominasi
proses pada sistem. Agar segera dibersihkan scum dari
permukaan air/pinggiran kolam. Bila pH < 7 maka tambahkan
kapur pada inletnya

2.

Rembesan
kolam

Kondisi ini sering terjadi pada dasar kolam, yang nantinya akan
tertutup dengan sendirinya. Kolam memerlukan bahan proteksi
air misalnya plastik, semen, dsb. Alternatif lain adalah
memakai penutup/sealing secara menyeluruh dengan tanah liat

3.

Tanaman yang tumbuh

Semua jenis tanaman harus dijauhkan dari dasar kolam
sebelum kolam diisi

4.

Lapisan alga tumbuh pada
kolam
fakultatif
dan
maturasi

Semprotkan air dengan tekanan tinggi secara teliti pada
permukaan, atau tambahkan CuSO4 dengan konsentrasi 1
mg/liter

5

Ketinggian
kolam

di

Pemotongan dilakukan secara periodik untuk menjaga agar
tanaman tersebut dikendali dan tidak tumbuh liar

6.

Tumbuhan
berkembang
sampai permukaan kolam

7.

Lubang
serangga
kolam

Kedalaman kolam ditambah atau ditingkatkan beban untuk
menutup cahaya dari dasar kolam. Rumput liar harus
dihilangkan secara hati-hati dari dasar kolam dengan alat
(perahu) agar lapisan kedap air tidak rusak
Lubang yang ada harus ditutup, hindarkan keberadaan
makanan hewan yang mungkin tumbuh di sekitar fasilitas
pengolahan air limbah. Perangkap atau racun bila diperlukan

tinggi

tanaman

pada

hewan
dan
pada tanggul

16

Tabel 4. Permasalahan dalam Pengoperasian Kolam Maturasi (lanjutan)
No.

Masalah/Gangguan

Penanggulangan/Solusi

Gangguan hewan terbang

Usahakan agar bagian pinggir kolam dalam keadaan bersih dari
tumbuhan liar
Konsentrasi alga yang tinggi Hentikan aliran dari bawah ke permukaan dimana populasi alga
9.
pada efluen aliran penerima
rendah, pakai aliran horisontal dengan filter dari batu kerikil
10. Terjadinya aliran pendek yang Perbaiki sistem aliran (sirkulasi) dengan menambahkan inlet
mengakibatkan
efisiensi atau outlet dengan penyekat (baffle), perbaiki sistem sirkulasi
treatment rendah
arah air bila mungkin dan bersihkan lumpur serta daur ulang
Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000
8.






Pengukuran Biomasa
Untuk mengetahui beban lumpur yang mengendap digunakan pengukuran secara
manual dengan melihat ketinggian yang ada. Konsentrais lumpur sebaiknya diukur di
laboratorium sebagai MLVSS (Mixed Liquor Volatile Suspended Solid), tingkat
keterendapan lumpur sebaiknya diukur sebagai SVI (Sludge Volume Index).
Pengolahan lumpur
‐ Lumpur berlebihan yang dihasilkan setiap hari harus dibuang untuk menjaga F/M
ratio (rasio makanan dengan jumlah mikroba) atau waktu tinggal sel yang sudah
ditetapkan
‐ Kelebihan lumpur dialirkan ke tangki primer/tangki pengentalan
‐ Kelebihan lumpur juga dapat dikeluarkan dengan cara membuang mixed liquor
langsung dari pipa effluent ke tangki aerasi

Gambar 2. Pengolahan Biologis Pada IPLT
(Sumber: Dirjen Tata Perkotaan Dan Tata Perdesaan, 2003)

17

5.7 Operasi dan Pemeliharaan Kolam Pengering Lumpur
Untuk mengoperasikan kolam ini dengan efisien perlu diketahui sumber, karakteristik dan
kuantitas dari lumpur yang akan diolah. Permasalahan yang terkait dengan penanganan lumpur
sangat kompleks karena:
• Komposisi lumpur sebagian besar memiliki karakter buangan yang tidak terolah
• Lumpur yang berasal dari pengolahan biologi memerlukan pembuangan terdiri dari
materi organik yang berasal dari lumpur tinja atau air limbah tetapi dalam bentuk yang
berbeda, dimana lumpur tersebut dapat terdekomposisi dan menjadi tidak stabil
• Hanya sedikit bagian dari lumpur yang berupa materi padat
Perbedaan karakteristik lumpur tergantung dari sumber lumpur, tipe pengolahan yang
menghasilkan lumpur tersebut, penambahan zat-zat kimia dalam proses pengolahan, kandungan
pH, alkanitas serta asam organik. Adapun karakteristik lumpur dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Sumber dan Karakteristik Lumpur di IPLT
No.

Lumpur/Padatan

1.

Penyaring/screening

2.

Buih dan lemak

3.

Lumpur pada pengolahan
primer
Lumpur
aktif/activated
sludge

4.

5.

Lumpur yang
secara aerobik

terurai

6.

Lumpur yang
secara anaerob

terurai

Karakteristik
Menyangkut semua tipe materi organik and anorganik yang
banyak tersaring pada jaring-jaring
Buih mengandung materi-materi terapung yang tersaring
dipermukaan pada proses pengendapan. Buih mengandung lemak
dan minyak yang berasal dari hewan dan tumbuhan
Biasanya tipis, berwarna abu-abu, dan sering berbau menusuk.
Lumpur ini mudah terurai
Umumnya berwarna coklat dan berupa gumpalan-gumpalan. Jika
berwarna hitam maka lumpur tersebut dalam kondisi septik (tidak
mengandung oksigen). Jika berwarna lebih terang maka lumpur
tersebut telah diaerasi. Lumpur aktif akan terurai dengan
sendirinya atau ketika bercampur dengan lumpur primer
Umumnya berwarna hitam kecoklatan dan berupa gumpalan.
Baunya tidak terlalu menusuk dan lumpur yang terurai dengan
baik secara biologi akan mudah dikeringkan pada bak pengering
lumpur
Umumnya berwarna kehitaman dan banyak mengandung gas
ketika terjadi proses penguraian sehingga menimbulkan bau
menusuk

18

Tabel 5. Sumber dan Karakteristik Lumpur di IPLT (lanjutan)
No.

Lumpur/Padatan

Umumnya berwarna coklat kehitaman, namun juga bervariasi jika
terdapat zat-zat lain dalam proses pengomposan seperti golongangolongan kayu tidak akan menimbulkan bau busuk
Lumpur tangki septik
Umumnya berwarna hitam walaupun lumpur tersebut terurai
8.
dengan baik melalui proses penyimpanan yang lama, berbau
menusuk karena mengandung gas H2S
Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000
7.

Lumpur
pengomposan

Karakteristik
hasil

Volume Lumpur
Volume lumpur bergantung pada kandungan airnya. Sebagai contoh lumpur yang terdiri dari
90% air dan 10% materi padatan akan disebut lumpur 10%. Kuantitas lumpur yang memasuki
suatu sistem pengolahan akan berfluktuatif sehingga faktor-faktor seperti rata-rata aliran lumpur
maksimum dan kapasitas penyimpanan dari unit pengolahan harus diperhatikan saat mendesain
sebuah IPLT.
Operasional Pengolahan Lumpur
Secara umum, pengolahan lumpur terbagi atas 2 jenis yaitu pengolahan secara biologi dan
bukan biologi dengan tahapan mulai dari stabilisasi, pengkondisian dan akhirnya pengeringan.
a) Stabilisasi Lumpur
Tujuannya adalah:
• Mereduksi bakteri patogen
• Mengurangi bau
• Mencegah, mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor pembusukan
Keberhasilan dari stabilisasi lumpur tergantung dari pengaruh proses stabilisasi terhapat
materi-materi organik yang dikandung oleh lumpur tersebut. Kemampuan hidup bakteri
patogen, pembebasan bau dan pembusukan yang terjadi selama mikroorganisme
menghancurkan materi organik di dalam lumpur, yang meliputi:
• Pengurugan meteri organik secara biologi
• Oksidasi secara kimia materi organik
• Penambahan zat-zat kimia ke dalam lumpur
• Pengolahan dengan proses untuk mendefinisikan atau menstrerilkan lumpur

19

b) Pengkondisian
Bertujuan untuk mempermudah pengeringan, yang dapat dilakukan dengan metode kimia
maupun metode panas.
c) Pengeringan
Bertujuan untuk menurunkan kadar air yang terkandung dalam lumpur. Hal yang harus
dipertimbangkan dalam tahap pengeringan antara lain:
• Biaya yang diperlukan untuk mengangkut lumpur kering akan lebih murah apabila
telah dikeringkan
• Penguraian kadar air dilakukan untuk mencegah bau dan pembusukan
• Lahan yang tersedia
Pengeringan dapat di lalukan pada bak pengering lumpur, dimana keuntungannya antara lain
biaya operasi yang murah, tidak dibutuhkan operator yang banyak, tidak dibutuhkan keahlian
khusus untuk mengoperasikannya, keperluan energi yang kecil, serta tidak terlalu sensitif
terhadap variasi perubahan lumpur. Lumpur dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu dari unit
pengolahan awal (preliminary treatment) dan dari unit pengolahan sekunder (kolam fakultatif
dan kolam maturasi). Lama waktu yang diperlukan untuk mengeringkan lumpur adalah sekitar
(1-2) minggu (tergantung pada ketebalan lumpur yang ditampung).

Hal yang harus diperhatikan dalam pengoperasian dan pemeliharaan bak pengering lumpur
adalah:
• Ketebalan lumpur di dalam setiap sel bak pengering harus selalu dijaga setebal 0,1-0,3 m
• Pengisian bak pengering lumpur dilakukan secara bertahap (satu per satu atau sel demi sel)
• Pengambilan lumpur kering dari setiap sel kolam pengering dilakukan setelah lumpur
menetap selama 10 hari setelah waktu pengisiannya
• Apabila setelah hujan lebat, di atas permukaan pasir yang masih kosong biasanya akan
terdapat kotoran-kotoran yang menggumpal dan akan mengganggu proses perembesan
sehingga perlu dibersihkan atau dikeruk
• Pada saat pengerukan, perhatikan apakah ada lapisan pasir yang terangkat. Apabila ada
maka perlu penambahan pasir agar ketebalan media di dalam bak pengering lumpur tetap
terjaga
Hasil buangan endapan lumpur dari Tangki Imhoff akan mengalami pengeringan dengan panas
matahari yang berlangsung selama 14 hari (saat kemarau). Tanah/hasil dari proses pengeringan
dapat dibuang ke TPA atau digunakan sebagai pupuk alam.

20

5.8 Operasi dan Pemeliharaan Unit Pengolahan Kimia






6

Sebagian besar klorin digunakan di pengolahan air limbah domestik untuk desinfeksi
dan mengontrol bau busuk
Klorin juga digunakan pada pembersih nitrogen, melalui sebuah proses yang
menghubungkan titik patah klorinasi (break point chlorination). Untuk pembersihan
nitrogen cukup ditambahkan klorin ke air limbah untuk mengkonversi mengubah semua
amonium nitrogen ke gas nitrogen. Kira-kira 10 mg/liter klorin harus ditambahkan
setiap 1 mg/liter amonium nitrogen air limbah
Untuk desinfeksi dengan klorin, waktu kontak antara klorin dengan aliran air limbah
selama direncanakan selama 30 menit sehingga dapat mematikan organisme penyebab
penyakit yang ditemukan di pengolahan air limbah domestik.

PEDOMAN PEMELIHARAAN SISTEM DAN PROSES/TEKNOLOGI
PENGOLAHAN AIR LIMBAH

6.1 Program Pemeliharaan
Tujuan utama program pemeliharaan adalah untuk memanfaatkan modal investasi yang telah
ditanam dalam pembangunan sistem pengolahan air limbah domestik, agar dapat dioperasikan
dengan efisien dan kinerja yang optimum. Jenis-jenis program pemeliharaan diantaranya yang
penting adalah sebagai berikut:
• Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance): jadwal operasi pemeliharaan harus
direncanakan dengan sistematis dan ketat, agar dapat memperkecil gangguan (misal:
pelapis/coating tidak cepat keropos akibat korosi) dan memperbaiki kemacetan (misal:
pelumasan peralatan) serta memperlancar operasi setempat (misal: pengetesan alat-alat
seperti ada mur baut yang akan lepas) sehingga umur efektifnya panjang
• Pemeliharaan Perbaikan (Corrective Maintenance): Pemerliharaan perbaikan meliputi
normalisasi jaringan pipa, perbaikan atau mengganti peralatan atau perlengkapan yang telah
rusak. Kerusakan pada saluran diklasifikasikan ke dalam 2 tipe yaitu kerusakan struktur dan
kerusakan fungsi
• Pemeliharaan Urusan Rumah Tangga (House Keeping Maintenance): menjaga kebersihan
dan keindahan semua unit fasilitas yang ada
• Pendataan dan Pelaporan (Records and Report): Pendataan dan pelaporan ada dua
kelompok, yaitu data intern dan ekstern. Data internal yaitu data sistem organisasi dan
sumber daya manusia, desain dan pelaksanaan pembangunan, investasi pelaksanaan dan
pembiayaan operasi dan pemeliharaan. Sedangkan data eksternal adalah dampaknya
terhadap lingkungan sekitar

21

6.2 Permasalahan Operasi yang Sering Terjadi dan Penanganannya
Permasalah hidrolis
Ketersediaan air penggelontor sangat kecil, sehingga transportasi tinja tidak selalu dapat berang
hanyut, melainkan sebagian kandas, tertinggal dan lengket pada dasar saluran. Hal ini dapat
mengakibatkan kekerasan pipa menjadi besar dan mengecilnya ruang dalam pipa, di samping
itu emisi gas H2S tidak dapat dihindari. Alternatif penanganan:
• Sistem penggelontor di setiap WC distandarisasi, misal 15 liter
• Mejaga agar kotoran pada dari luar tidak masuk ke dalam pipa dengan membuat
saringan pada setiap inlet pemasukan, misal inlet pengenceran air hujan dan pada bak
kontrol pada tanah persil
• Pembersihan saluran diintensifkan, terutama pembilasan air dari terminal clean out
sering dilakukan, serta sistem penggelontor yang ada diefektifkan
• Elevasi setiap bak kontrol dibuat lebih tinggi dari elevasi permukaan tanah disektiarnya,
agar tidak terbenan oleh limpasan air hujan yang mungkin dapat masuk dan membawa
kotoran yang hanyut
• Sistem drainase jalan yang dilalui jalur perpipaan diperbaiki, agar air infiltrasi yang
masuk celah-celah lubang tutup manhole tidak membawa hanyutan benda-benda padat
kasar yang berpotensi menyebabkan penyumbatan
Program kerja pemeliharaan pencegahan meliputi pekerjaan rutin terjadwal pengawasan dan
pembersihan saluran. Dimulai dengan pengawasan pendahuluan diperoleh metoda dan jenis
pemeliharaan dan pencegahan berikutnya sehingga dapat diketahui peralatan yang
diperlukan.
Permasalah Endapan dan Sampah
Sistem drainasei yang buruk menyebabkan infiltrasi air hujan yang membawa hanyutan
suspensi diskrit padat dan sampah. Hal ini berpotensi untuk membuat sumbatan-sumbatan aliran
sehingga menghasilkan gas H2S, CO2 dan methan.
Permasalahannya adalah operasi pembersihan endapan tidak dapat dilakukan karena adanya gas
CO2 yang bisa meracuni operator. Agar dihindari pengujian dengan nyala lampu lilin atau
lantera, karena bisa menimbulkan ledakan bila konsentrasi gas methan tinggi. Disarankan untuk
perbaikan di dalam pipa menggunakan tabung udara. Alternatif penanganan:
• Perbaikan sistem drainase
• Kebersihan jalan masuk dan jalan akses dijaga
• Tutup manhole(lubang kontrol) dikunci sehingga tidak dapat diisi sampah

22



Inspeksi rutin sistem penyaluran air limbah baik kinerja maupun peralatan dan
perlengkapan

Permasalah Akar Pohon
Akar pepohonan disekitar jalur perpipaan berpotensi untuk:
• Merubah dudukan peletakan pipa, yang dapat mengangkat, menurunkan, menggeser,
dan mungkin mengakitbatkan sambungan pipa lepas atau patah
• Akar serabut yang halus dapat masuk ke dalam celah-celah sambungan pipa sehingga
mengakibatkan kebocoran dan mengganggu jalannya aliran yang akhirnya dapat
menyebabkan penyumbatan
Alternatif Penanganan:
• Dilarang menanam pohon terlalu dekat dengan jalur perpipaan, terutama jenis pohon
berakar panjang dan serabut
• Pemeliharaan rutin dan bila telah diperlukan harus dilakukan pembersihan dengan alat
(root cutting saw)

7. PEMELIHARAAN SISTEM PERPIPAAN
Beberapa masalah teknis yang sering terjadi dalam pemeliharaan suatu sistem perpipaan air
limbah adalah:
Masalah Hidrolis
• Belum seluruh saluran kakus (water closet) memakai tangki penggelontor, sehingga air
untuk menggelontor saluran tidak mencukupi dan ini akan dapat mengakibatkan
terjadinya pengendapan partikel-partikel padat sepanjang saluran
• Perlu dilakukan upaya penggelontoran yang cukup keras, sehingga adanya kedalaman
berenang yang cukup untuk menghanyutkan benda-benda keras yang ada di dalamnya
Masalah Endapan
• Sistem drainase sepanjang jalur air limbah domestik harus diperbaiki
• Tutup manhole air limbah harus jauh dari bahaya limpasan air hujan, yakni harus dijaga
jangan sampai terbuka
• Perlu membangun kesadaran masyarakat melalui penyuluhan dan penetapan peraturan
agar tidak membuang sampah ke dalam manhole
• Perlu program inspeksi yang terjadwal terhadap setiapmanhole jaringan penyaluran air
limbah yang ada untuk dapat mengatasi masalah yang timbul sedini mungkin

23



Untuk sistem setempat perlu dilakukan penggelontoran secara periodik dan pembuatan
bak kontrol untuk mengawasi timbul endapan yang berlebihan

Metoda Pembersihan Endapan
• Pembersihan manual menggunakan pipa bambu dengan sikat kawat
• Alat angkat dengan gulungan tangan harus digunakan dalam satu set yang terdiri dari 2
unit. Alat gulung mempunyai tali kawat yang akan dimasukkan ke dalam saluran pipa
yang akan dibersihkan melalui manhole. Sebelum dimasukkan, pasang ember pada
ujung kawat. Dengan alat angkat ini, tanah dan pasir dapat diangkat dari dasar lautan

Gambar 3. Metoda Pembersihan Endapan Dalam Pipa






Mesin pengangkat dengan ember penjepit (bucket machine), yaitu mesin yang
dilengkapi dengan alat angkat dengan gulungan mesin dilengkapi dengan suatu rangka
dengan alat penarik dipasang pada kendaraan atau traktor trailer
Mesin pemberih khusus, yang terdiri dari 2 tipe yaitu tipe manual dan tipe tenaga
penggerak. Pembersih dipasang pada tongkat (rod) yang dapat diputar dengan handle
dan bergerak maju mundur untuk membuang tanah, pasir dan sampah
Kendaraan pembersih berkecepatan tinggi dilengkapi dengan pompa dan tangki air.
Dengan mengoperasikan pompa bertekanan tinggi, mesin menekan air dalam tangki air
sehinigga terbentuk pancaran air (water jet) sebesar 70-100 kg/cm2 yang keluar dari
nozzle khusus yang dipasang pada kepala/ujung pipa dan mendorong pasir dan tanah
yang berada dalam pipa saluran keluar melalui manhole
Mesin pembersih berkecepatan tinggi ukuran kecil, yaitu sebuah mesin yang dilengkapi
dengan pompa dan tangki air. Pipa mensuplai air dari tangki dan pompa bertekanan
tinggi memompa air tersebut dan disemprotkan melalui nozzle khusus yang dipasang
pada kepala pipa, semprotan air dapat membersihkan tanah dan pasir

24



Mobil penghisap (vaccum vehicle/vaccum truck), yang dapat diklasifikasikan dalam 2
tipe yaitu tipe mobil penghisap dengan tenaga reguler dan mobilpenghisap dengan
tenaga tinggi

Sistem pemeliharaan tutup manhole, yang diterapkan sebagai berikut:





Konstruksi tutup manhole harus diberi lubang penghawaan (vent) dan dikunci
Harus dihindarkan jalur saluran air limbah domestik, khususnya yang memiliki banyak
manhole, berada pada jalur jalan lalu lintas kelas berat
Perlu dilalukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap urgensi
pemeliharaan sistem penyaluran air limbah domestik melalui program penyuluhan

8. PEMELIHARAAN BANGUNAN PADA IPLT
Pemeliharaan bangunan pengolahan air limbah sistem terpusat maupun setempat merupakan
upaya menjamin operasional bangunan berjalan optimal sesuai dengan tujuan dari pengelolaan
yang dilakukan. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan operasi dan pemeliharaan, antara
lain:
a. Pemeriksaan peralatan dan memastikan bahwa semua peralatan yang ada sesuai dengan
petunjuk pelaksanaan (juklak) atau manual operasi yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuatnya
b. Seluruh operator yang bertugas harus melewati penataran/training agar dapat
melakukan operasisesuai denganjuklak yang ada
c. Seluruh operator dan pengawas yang bertugas pada bangunan pengolahan air limbah
domestik tersebut mengerti fungsi dan letak dari masing-masing peralatan yang ada
dalam bangunan tersebut
d. Program pemeliharaan harus sesuai dengan instruksi yang ada pada manual operasi dan
pemeliharaan
e. Semua buku juklak harus siap dibaca sesuai dengan kepentingan/keperluan serta harus
diletakkan pada tempat yang mudah untuk ditemukan secara cepat
f. Buku catatan/laporan harian harus dipergunakan setiap hari/dibuat untuk memudahkan
pengawasan keadaan sehari-hari
9. PEMANTAUAN (MONITORING)
Pemantauan perlu dilakukan tidak hanya untuk melihat efisiensi pengolahan yang ada juga
untuk melihat bagaimana kualitas effluent limbah (baik lumpur maupun airnya) sebelum
dibuang ke badan air ataupun ke lingkungan lainnya. Kualitas effluent diperiksa di laboratorium
dan selanjutnya dibandingkan dengan standar baku mutu yang ada. Jika konsentrasi (beberapa
paramater seperti KOB, TSS dan mikrobiologi masih tinggi, maka kondisi ini menunjukkan

25

bahwa IPLT bermasalah dan tidak berjalan dengan baik. Parameter yang rutin dipantau dapat
dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Lembar Pemantauan Pengujian Kuantitas Dan Kualitas Air Limbah Pada IPLT

26

Tabel 6. Lembar Pemantauan Pengujian Kuantitas Dan Kualitas Air Limbah Pada IPLT
(Lanjutan)

Sumber: Petunjuk Teknis No. CT/AL/Op-TC/003/98

27