APLIKASI MANAJEMEN DALAM PENGEMBANGAN EV

APLIKASI MANAJEMEN DALAM PENGEMBANGAN EVALUASI
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
oleh: Mochamad Abdul Azis Amir

BAB I
PENDAHULUAN

Di zaman modern yang mengglobal saat ini, kehidupan sosial budaya suatu
masyarakat semakin terbuka, sehingga mendorong pertumbuhan, pergeseran, dan
perubahan nilai dalam suatu masyarakat. Nilai menjadi suatu hal yang penting dalam
perkembangan individu, karena nilai menjadi dasar bagi individu dalam proses
memilih dan mengambil keputusan. Sehingga Bimbingan dan konseling sangat
diperlukan dalam membantu individu memelihara, menginternalisasi, memperhalus,
dan memaknai nilai sebagai landasan dan arah pengembangan diri.
Namun Bimbingan dan Konseling harus diselenggarakan dengan bentuk
manajemen yang baik. Dan salah satu indikator Bimbingan dan Konseling baik adalah
adanya. Suatu evaluasi program dari Bimbingan konseling itu sendiri. Berdasarkan
konsep dasar manajemen Bimbingan dan Konseling sebagai layanan untuk membantu
individu yang dilakukan oleh seorang profesional dipandang perlu mengatur dan
menata pelaksanaan layanan agar terencana, sistematis, dan terstruktur. Program
Bimbingan dan Konseling dapat berjalan efektif salah satu faktornya adalah dengan

melakukan evaluasi. Evaluasi dapat mendorong siswa unuk lebih giat belajar secara
terus menerus dan juga mendorong guru Bimbingan dan Konseling untuk lebih
meningkatkan kualitas program Bimbingan dan Konseling.
Proses evaluasi harus berjalan, dengan siklus yang jelas, karena akan
menjadi pertimbangan pengambilan keputusan di saat mendatang.
Seharusnyalah konselor atau guru Bimbingan dan Konseling memiliki
kemampuan yang mumpuni serta menjadi orang paling utama dalam
melaksanakan Jika seorang konselor mengabaikan temuan-temuan dari hasil
evaluasi, maka akan menyebabkan ketimpangan dalam menjalankan
program bimbingan dan konseling. Kegiatan evaluasi untuk program, yang
sudah berlangsung ataupun yang sedang berjalan. Evaluasi tidak hanya
bertumpu pada penilaian hasil belajar, tetapi juga perlu penilaian
terhadap input, output, maupun kualitas proses program Bimbingan dan
Konseling. Optimalisasi sistem evaluasi menurut Mardapi (2003 : 12)
memiliki dua makna, pertama adalah memberikan informasi yang optimal.

Kedua adalah manfaat yang dicapai dari evaluasi. Manfaat utama dari
evaluasi adalah meningkatkan kualitas program Bimbingan dan Konseling
sehingga apa yang menjadi tujuan dari program tersebut tercapai sesuai
dengan tugas perkembangan siswa. Evaluasi dalam jenis dan tahap

manapun semua memiliki kedudukan yang penting dan saling berkaitan satu
dengan yang lain, model evaluasi program bimbingan dan konseling
merupakan metode yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada
di sekolah dan lingkungan pendidiakan yang melingkupinya. Serta mampu
meningkatan pelayanan bimbingan dan konseling tentunya.

BAB II

APLIKASI MANAJEMEN DALAM PENGEMBANGAN EVALUASI LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Konsep Dasar Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement,
yang memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur. (Robin, 2007:
12). Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif
berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara
efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. (Griffin, 2006:22). Sedangkan

menurut Uman Suherman, (2013:29) menjelaskan manajemen sebagai
proses pengadaan, mengatur, dan memanfaatkan berbagai sumber daya
yang dianggap penting guna mencapai suatu tujuan. Manajemen mencakup
kegiatan
perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating),
koordinasi (coordinating) dan pengawasan (controling). Cushway dan Lodge
(2002:151) mendefinisikan manajemen sebagai penyelesaian melalui orang
lain, dan kinerja manajer akan tergantung pada kemampuannya sebagai
seorang pemimpin. Manajemen dengan demikian dapat diartikan sebagai
proses mengadakan, mengatur, dan memanfaatkan berbagai sumber daya
yang dianggap penting guna mencapai suatu tujuan.
Maka setelah mengetahui pendapat beberapa ahli diatas, manajemen
dapat diartikan sebagai aktivitas-aktivitas yang di dalamnya mencakup
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan
dalam pengadminitrasian dan digunakan sebagai penyelesaian pada
kemampuan seseorang yang melakukan manajemen tersebut sehingga
program atau layanan sesuai dengan tujuannya.
2.


Tujuan dan Kegiatan Manajemen
Secara rinci tujuan manajemen adalah a). menciptakan suatu
koordinasi dan komunikasi tugas setiap personel dan antar personel
organisasi, b). mendorong setiap personel melaksanakan tugasnya secara
efektif dan efisien, c). memudahkan pelaksanaan analisis tugas dan

tanggung jawab setiap personel organisasi secara efektif. (dalam Suherman
Uman, 2013)
Departemen Pendidikan Nasional (2008) menjelaskan bahwa kegiatan
manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara,
dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui kegiatankegiatan:
a)
Pengembangan Profesionalitas. Konselor secara terus menerus
berusaha untuk memutahirkan pengetahuan dan keterampilannya melalui
(a) in-service training, (b) aktif dalam organisasi profesi, (c) aktif dalam
dalam kegiatan-kegiatan ilmiah; seperti seminar dan workshop (lokakarya),
atau (d) melanjutkan studi ke program lebih tinggi (Pascasarjana).
b)
Konsultasi dan Berkolaborasi. Konselor perlu melakukan
konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua, staf Sekolah/Madrasah

lainnya, dan pihak institusi di luar sekolah/madrasah (pemerintah, dan
swasta) untuk memperoleh informasi, dan umpan balik tentang pelayanan
bantuan yang telah diberikannya kepada para konseli, menciptakan
lingkungan sekolah/madrasah yang kondusif bagi perkembangan konseli,
melakukan reveral, serta meningkatkan kualitas program bimbingan dan
konseling. Jalinan kerja sama ini seperti dengan pihak-pihak (1) instansi
pemerintah, (2) instansi swasta, (3) organisasi profesi, seperti ABKIN
(Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), (4) para ahli dalam bidang
tertentu yang terkait, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan orang tua
konseli, (5) MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling), dan (6)
Depnaker (dalam rangka analisis bursa kerja/lapangan pekerjaan)
c) Manajemen Program. Rogram pelayanan bimbingan dan konseling
tidak mungkin akan terselenggara dan tercapai bila tidak memiliki suatu
sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu, dalam arti yang dilakukan
secara jelas, sistematis, dan terarah. Fungsi manajemen yang
diimplementasikan dalam bimbingan dan konseling terlihat dan dapat
diwujudkan dalam perencanaan program, pengorganisasian aktivitas, dan
semua unsur pendukung bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling
perlu dilakukan sebagai aktivitas layanan bermutu, yaitu yang mampu
mengintegrasikan, mendistribusikan, mengelola dan mendayagunakan

semua sumber daya secara optimal agar dapat mengembangkan seluruh
potensi individu.

3.

Sistem Manajemen dan Akuntabilitas Program
a) Sistem Manajemen. merupakan usaha-usaha melalui pemberdayaan
program bimbingan dan konseling di sekolah. Mengandung makna,
pemanfaatan data sebagai awal pengembangan program bimbingan dan
konseling, data dapat di kumpulkan pada tiga bagian yaitu segera/jangka
pendek, pertengahan, jangka panjang. Data pun memiliki tiga tipe: data
prestasi siswa, data standar yang dihubungkan dengan kompetensi dan
prestasi. Konselor mengunakan data dalam menunjukan hasil bimbingan
yang dilaksanakan disekolah.
Sasaran akhir program bimbingan dan
konseling sekolah adalah untuk menunjang visi misi akademik sekolah.
b)
Sistem Akuntabilitas program. Sebagaimana di ungkapkan
oleh Subino Hadisubroto dalam Uman Suherman (1984;2013: p. 78) layak
tidaknya suatu program dapat dievaluasi dengan dua cara, yaitu secara

rasional ( sebelum program dilaksanakan) dan secara empiris ( setelah
program dilaksanakan).Sistem akuntabilitas program merupakan salah satu
tahap evaluasi adalah kegiatan manajeman berupa pelaporan hasil akhir
program, dampak program bimbingan dan konseling dari waktu ke waktu,
evaluasi pelaksanaan konselor dan program pemeriksaan. Instrumen
evaluasi pelaksanaan untuk konselor sekolah merefleksikan secara akurat
keunikan pelatihan mereka dan tanggung jawab sebagai konselor sekolah
yang profesional dalm suatu ruang lingkup sekolah.

B.

Konsep Dasar Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi. Menurut Uman Suherman (2013, 79),
evaluasi merupakan suatu proses dalam mengumpulkan data, informasi
untuk menentukan nilai dari suatu program dalam membantu pengelolaan,
perencanaan, dan peningkatan efektivitas juga efisien program BK dalam
membantu para siswa agar mereka dapat mengetahui dan memahami
kebutuhan siswa untuk pengembangan.
Menurut Gysberg dan Mitchell (2011 : 579), evaluasi bagi konselor di
berbagai lingkup adalah proses vital bagi penyempurnaan profesionalitas,

sebuah proses mengumpulkan data performa yang objektif berdasarkan
analisis yang sistematis dan tidak bias. Maka berdasarkan penjelasan ahli
diatas maka evaluasi adalah proses yang memiliki tujuan untuk menentukan
atau membuat keputusan serta mencari, menganalisis, interpretasikan
informasi yang di dapatkan secara objektif, sisematis dan tidak bias.

a)
b)

a)
b)
c)

a)
b)
c)
d)
e)
f)


2.
Tujuan Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling.
tujuan yang menjadi latar belakang diadakannya evaluasi tersebut. Pada
satu sisi evaluasi program Bimbingan dan Konseling bertujuan untuk
memperbaiki praktik penyelenggaraan program bimbingan dan konseling itu
sendiri, dan di sisi lain evaluasi merupakan alat untuk meningkatkan
akuntabilitas program bimbigan dan konseling di mata stakeholder, seperti
guru, kepala sekolah, orang tua, dan terutama siswa (Badrujaman, 2011 :
19). Adapun menurut Uman Suherman (2013: p.80) tujuan utama dari
evaluasi adalah:
Taraf kemajuan program bimbingan dan konseling, atau perkembangan
orang-orang yang telah dilayani melalui program bimbingan dan konseling.
Tingkat efektivitas dan efisiensi strategi pelaksanaan program bimbingan
dan konseling yang telah dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.
Evaluasi beruaha mengidentifikasikan mengenai apa yang sebenarnya
yang terjadi pada pelaksanaan dan penerapan program. Dalam Repository
USU dijelaskan bahwa evaluasi bertujuan untuk:
Mengidentifikasikan tingkat pencapaian tujuan
Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran
Mengetahui dan menganalisa konsekuensi-konsekuensi lain yang mungkin

terjadi diluar sosial

3.
Fungsi Evaluasi. Evaluasi adalah salah satu alat mengetahui
suatu proses mendapatkan data data atau informasi yang berguna untuk
membuat suatu keputusan. Atas dasar hal tersebut maka, evaluasi sangat
diperlukan. Berikut beberapa fungsi dari evaluasi (Gysberg dan Mitchell,
2011 : 581), yaitu :
Memverifikasi atau menolak praktik-praktik dengan menyediakan bukti
mengenai apakah itu berfungsi, berguna atau derajat efektivitasnya
Mengukur penyempurnaan agar mengetahui tingkat kemajuannya
Mengembangkan probabilitas pertumbuhan
Membangun kredibilitas
Menyediakan pemahaman yang semakin baik
Meningkatkan dan menyempurnakan partisipasi di dalam pengambilan
keputusan

g)
h)


a)
b)

c)
d)
e)
f)

Menempatkan tanggung jawab yang benar ke pihak yang tepat
Menyediakan rasionalitas yang benar bagi upaya yang dibuat
4.
Prinsip Melakukan Evaluasi Program Bimbingan dan
Konseling. Evaluasi ditujukan untuk mengetahui apakah strategi yang
digunakan cukup efektif ataukah harus di ubah dan apaka isue ini dapat
diteruskan atau tidak. Untuk melakukan monev (monitoring dan evalusi), ada
sejumlah prinsip yang harus dipegang teguh yaitu (Mashudi, 2013: 39):
Objektif. Artinya, pelaksanaan monev harus dilakukan atas dasar indikatorindikator yang sudah disepakati tanpa tendensi apriori
Transparan. Artinya pelaksanaan evaluasi harus dilakukan secara terbuka
dan diinformasikan kepada seluruh pihak yang terkait dengan pelaksanaan
evaluasi.
Partisipatip. Artinya pelaksanaan evalusia harus melibatkan secara ktif dan
interaktif para pelakunya.
Akuntabilitas. Artinya pelaksanaan evaluasi dapat dipertanggung jawabkan
secara internal maupun eksternal.
Tepat Waktu. Artinya pelaksanaan evaluasi harus sesuai jadwal.
Berkesinambungan. Artinya hasil evaluasi harus dapat digunakan sebagai
umpan balik penyempurnaan pada kebijakan.
5.
Kriteria Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling.
Sebuah program dikatakan berhasil dan sukses apabila memnuhi kriteria
yang terkait pada program tersebut sehingga dapat berjalan secara efektif.
Menurut Winkel dan Hastuti (2006) menjelaskan bahwa kriteria dapat
ditentukan berdasarkan ciri yang melekat dalam program bimbingan
tersebut, baik eksternal maupun internal

6.

Ruang Lingkup dan Aspek Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling snagt
membutuhkan data sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Data yang dijadikan rujukan memiliki sifat objektif, sahih, keterandalan,
prkatis dan tepat guna. Ada beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan
dalam mengumpulkan data antara lain:
1) Data atau informasi apa yang harus dihimpun?
2) Dari mana/siapa informasi itu dapat diperoleh secara objektif?

3)

a.

b.

c.

d.

1)

2)

Serta alat dan metode apa yang tepat digunakan?
Bertitik tolak pada permasalahan di atas, dapat dikemukan mengenai
ruang lingkup, dan aspek-aspek yang dievaluasi, alat pengumpulan data,
sumber data yang dapat di gunakan. Menurut Stufflebean (1971) dalam
Uman Suherman (2013, 86-87) mengemukakan bahwa evaluasi terhadap
suatu program hendaknya diarahkan pada konteks, input, proses dan produk
dengan masing-masing maksud sebagai berikut:
Pendekatan konteks
Pendekatan konteks menekankan penilaian terhadap pengumpulan
informasi atau data yang berhubungan dengan suatu program secara
keseluruhan, seperti gambaran mengenai lingkungan serta komponenkomponen lain suatu program, termaksud tujuan program, hasil yang
diharapkan, kriteria keberhasilan, dan masukan-masukan lain yang
direncanakan dalam mencapai tujuannya.
Pendekatan input
Pendekatan input diarahkan pada masukan-masukan yang direncanakan
dalam mencapai tujuan dan keberhasilan suatu program, biaya yang
diperlukan, kuantitas dan kualitas tenaga personil, fasilitas yang dibutuhkan
dan waktu yang disediakan untuk mencapai tujuan yang sebelumnya telah di
tetapkan, serta bagaimana interaksi berbagai masukan/komponen dalam
meningkatkan efektivitas dan efisiensi programnya.
Pendekatan proses
Pendekatan penilaian proses diarahkan pada pengumpulan data atau
informasi mengenai interaksi komponen-komponen masukan dalam suatu
program.
Pendekatan produk
Efektivitas suatu program dapat diketahui apabila pengawas atau penilai
dapat menghimpun/ mengumpulkan data atau informasi mengenai pengaruh
suatu program.
Adapun secara operasional aspek-aspek program bimbingan dan
konseling adalah sebagai berikut ( Uman Suherman, 2013 :89-90)
Tujuan dan keberhasilan yang diharapkan
Tujuan program bimbingan dan konseling hendaknya jelas, singkat,
operasional dan terukur.
Program bimbingan dan konseling

Aspek-aspek yang perlu dinilai dalam program bimbingan dan konseling
adalah sebagai berikut:
a.
Dasar atau acuan penyusunan program, seperti produk hukum dalam
bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan dan kebijakan
baik berasal dari pemerintahan maupun sekolah, seperti visi dan misi
pendidikannya.
b.
Proses penyusunan program, bagaimana program bimbingan dan
konseling itu diwujudkan, apakah melalui penelaahan kebutuhan dan kondisi
sekolah dengan melibatkan tim pengembangan atau hasil pekerjaan
perseorangan;
c.
Kurikulum Layanan
Kurikulum layanan terdiri dari layanan dasar, perencanaan individual,
layanan responsif, dan dukungan sistem.
d. Pengorganisasian yang berkaitan dengan: Personel, Fasilitas, Biaya, dan
Waktu
3)
Proses Layanan Bimbingan
Penilaian pada proses ditekankan pada pengumpulan data atau
informasi mengenai interaksi komponen-komponen aspek yang terdapat
dalam suatu program.
4) Hasil yang dicapai
Penilaian terhadap hasil menekankan pada pengumpulan data atau
informasi mengenai keberhasilan dan pengaruh kegiata layanan bimbingan
dan konseling yang telah dilakukan.
7.

Metode-metode Evaluasi
Ada beberapa metode evaluasi menurut Gibson dan Mitchell (2011 :
584-586) sebagai berikut:
a) Metode sebelum -dan- sesudah
Metode evaluasi sebelum-dan-sesudah berusaha mengidentifikasikan
kemajuan yang terjadi dalam sebuah pengembangan program sebagai hasil
dari aktivitas program tertentu selama periode tertentu.
b) Metode bagaimana-cara-membandingkan
Metode
bagaimana-cara-membandingkan
membuat
evaluasi
berdasarkan pembandingan suatu kelompok dengan kelompok lain atau
salah satu norma kelompok dengan norma kelompok lain. Teknik-teknik

yang berbeda bagi pencapaian tujuan yang sama juga dpaat dievaluasi lewat
metode ini.
c) Metode bagaimana-cara-meraih
Metode bagaimana-cara-meraih didasarkan kepada pengidentifikasian
hasil-hasil program yang diinginkan dan pengidentifikasian karakteristik dan
kriteria yang terkait. Skala perantingan, checklist dan kuesioner dapat
dikembangkan dari kriteria ini dna digunakan untuk mengindikasikan taraf di
mana program terukur.
Adapun menurut Roeber, Smith and Erikson (1981) serta Mortensen
dan Schemuller (1976) dalam Uman Suherman (2013) mengemukan dua
macam metode penilaian sebagai berikut:
1) Metode survey, metode ini digunakan untuk mengidentifikasi informasi
mengenai pengetahuan, sikap, dan pendapat tentang keadaan dan kualitas
bimbingan. Teknik ini contonya seperti angket, wawancara ceklis dan
sejenisnya
2) Metode eksperimen, metode ini digunakan untuk mengontrol variabelvariabel yang diketahui lebih tertutup daripada metode survey. Metode ini
sama seperti teknik komparasi, yaitu memilih dua kelompok yang
berpasangan, salah satu kelompok diberikan bimbingan yang satu lagi tidak.
Hasil dari tes yang diberikan pada kelompok tersebut untuk mengukur
keefektifan layanan bimbingan dan konsleing yang digunakan dalam
eksperiman.
Data atau informasi merupakan elemen penting dalam pelaksanaan
eveluasi program bimbingan dan konseling. Tanpa informasi itu, tidak
mungkin kita dapat mengetahui keberhasilan program bimbingan dan
konseling dapat mengadakan perbaikan perkembangan selanjutnya.
8.

Prosedur-prosedur Evaluasi
Evaluasi program bimbingan dan konseling bukan merupakan
kegiatan akhir, sehingga di perlukan data atau informasi yang digunakan
sebagai dasar kebijakan dalam menentukan program bimbingan dan
konseling. Karena itu kegiatan evaluasi program bimbingan dan konseling
hendaknya memperhatikan prosedur dan langkah-alngkah serta metode atau
strategi yang harus digunakan.
Menurut Uman Suherman (2013:83) prosedur evaluasi meliputi
serangkaian kegitan sebagai berikut:

1)

2)

Indentifikasi tujuan yang akan dicapai
Artinya selama melakukan evaluasi tetap mengacu pada tujuan yang
telah ditetapkan.
Pengembangan rencana evaluasi
Komponen-komponen rencana evaluasi program bimbingan dan
konseling yang perlu dikembangkan antara lain:
a. Data atau informasi yang dibutuhkan;
b. Alat pengumpulan data yang digunakan;
c. Sumber data atau informasi yang dapat dihubungi;
d. Personel pelaksanaan;
e. Waktu pelaksanaan;
f. Kriteria penilaian; dan
g. Bagaimana pelaporan dan pada siapa laporan itu disampaikan.
3)
Pelaksanaan Evaluasi
Prinsip pelaksanaan evaluasi perlu memperhatikan faktor-faktor yang
telah direncanakan sehingga terjadi interaksi antara faktor yang satu dengan
lainnya dna dapat membantu pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
4)
Pelaporan dan pemanfaatan hasil evaluasi
Hasil kegiatan evaluasi yang baik adalah yang dapat memberikan
sumbangan pertimbangan dalam membuat kebijakan dan keputusan
selanjutnya. Program bimbingan dna konsleing itu diganti, diubah atau
dikembangkan semata-mata berdasarakan hasil evaluasi.
Adapun menurut menurut Gibson dan Mitchell (2011 : 585-586)
langkah-langkah proses evaluasi, langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi tujuan yang dinilai. Langkah pertama adalah menetapkan
variabel, atau batasan-batasan, bagi evaluasi. Evaluasi dapat difokuskan
kepada program konseling secara total atau hanya salah satu atau beberapa
tujuan saja.
b. Mengembangkan rencana evaluatif. Ketika tujuan evaluasi sudah
ditetapakan, langkah kedua adalah pengidentifikasian dan pensahihan
kriteria yang tepat bagi pengukuran kemajuan program.
c. Mengaplikasikan rencana evaluasi. Setelah evaluasi yang diterima sudah
dirancang, validitasnya kemudian bergantung kepada caranya dilakukan.
d. Mengunakan temuan-temuan. Pengaplikasian temuan-temuan itulah yang
merupakan nilai sesungguhnya sebuah evaluasi. Melalui proses evaluasi,
kekuatan dna kelemahan program dapat dipastikan.

Harus ada sebuah perencanaan, dengan tanggung jawab spesifik bagi
penggunaan temuan, dan follow-up selanjutnya untuk memastikan apakah
evaluasi dan rekomendasinya sudah dipenuhi atau tidak.
9.

Faktor yang Mempengaruhi Evaluasi Program Bimbingan dan
Konseling
Evaluasi program Bimbingan dan Konseling didasarkan pada dua
layanan besar yaitu Bimbingan dan Konseling. Menurut Suparto (1986, dalam
Badrujaman 2011 : 21) bahwa faktor yang mempengaruhi bimbingan adalah
kedudukan layanan bimbingan dan fasilitas yang ada, serta sikap anggota
staf sekolah terhadap layanan bimbingan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil guna konseling adalah tafsiran tentang konseling sebagai kegiatan
profesional, keadaan para konselor yang ditugaskan di sekolah dalam hal
orientasi profesional pengalaman, dan mutu kerjanya, serta bantuan dan
kerjasama di antara semua anggota staf sekolah, terutama guru.
Menurut Myrick (2003, dalam Badrujaman 2011:22) ada lima alasan
mengapa Guru BK tidak melakukan evaluasi pada program Bimbingan dan
Konseling yang telah dibuat 1) guru BK tidak memiliki waktu, 2) guru BK
tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan, 3) adanya ketakutan guru BK
terhadap akuntabilitas, 4) perasaan nyaman guru BK apa yang ada, 5)
persepsi guru BK bahwa hasil sulit untuk diukur.
Faktor yang mempengaruhi evaluasi program Bimbingan dan
Konseling menurut pendapat beberapa ahli adalah kedudukan layanan,
fasilitas, sikap terhadap pandangan konseling sebagai kegiatan profesional,
pengetahuan dan keterampilan konselor, keadaan konselor seperti persepsi
serta perasaan nyaman konselor dalam melakukan evaluasi program
Bimbingan dan Konseling.

C.

Aplikasi Manajemen Dalam Pengembangan Evaluasi Layanan
Bimbingan dan Konseling
Aplikasi program Bimbingan dan Konseling di sekolah seringkali guru
Bimbingan dan Konseling merasa program yang dilakukannya masih kurang
tepat bahkan terkadang apa yang mereka rasakan itu tidak dilakukan
perbaikan. Dalam melaksanakan perbaikan program tersebut guru
Bimbingan dan Konseling menyebutnya dengan “evaluasi”. Evaluasi yang

dapat dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling untuk memperbaiki
program mereka, yaitu:
1. Model Evaluasi Goal Attainment
Model evaluasi ini merupakan model evaluasi yang menekankan pada
aspek hasil saja membuat evaluasi mudah dipahami, diikuti dan
diimplementasikan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan guru Bimbingan
dan Konseling untuk evaluasi ini, sebagai berikut:
Ø Menentukan tujuan
Ø Mengklarifikasikan tujuan-tujuan
Ø Menegaskan sasaran dalam bentuk perilaku
Ø Menemukan situasi-situasi dalam pencapaian tujuan
Ø Mengembangkan atau memilih teknik pengukuran
Ø Mengumpulkan hasil data
Ø Membandingkan hasil data dengan perilaku berdasarkan tujuan
Namun, model ini juga memiliki kekurangan (Badrujaman, 2011 : 42
-43), yaitu:
Ø Mengabaikan aspek perencanaan dan proses
Ø Banyak kekurangan standar penilaian yang penting untuk diobservasi
Ø Ketidaksesuaian antara tingkat tujuan dan pelaksanaannya.
Ø Pengabaian nilai tujuan pendekatan evaluasi itu sendiri
Ø Mengabaikan akternatif-alternatif penting yang harus dipertimbangkan dalam
perencanaan program
Ø Melalaikan konteks yang memiliki wewenang evaluasi
Ø Mengabaikan hasil penting lainnya yang ditutupi oleh tujuan
Ø Mengabaikan fakta-fakta dari nilai program yang tidak dapat digambarkan.
Sehingga dapat dikatakan model evaluasi ini dilakukan pada hasil
program saja dengan melihat pencapaian tujuan-tujuan dan mengabaikan
bagaimana perencanaan serta proses yang dilakukan pada program
Bimbingan dan Konseling.
2.

Model Evaluasi Formative dan Summative
Menurut Scriven (1991, dalam Badrujaman 2011:43), evaluasi formatif
sebagai suatu evaluasi yang biasanya dilakukan ketika suatu produk atau
program tertentu sedang dikembangkan dan biasanya dilakukan lebih dari
sekali dengan tujuan untuk melakukan perbaikan. Evaluasi formatif terdiri

dari beberapa bentuk yang dapat dilakukan menurut Martin Tessmer (1996,
dalam Badrujaman 2011:44) yaitu:
Ø Review ahli, seorang ahli mengevaluasi mengkaji ulang program layanan
tanpa kehadiran evaluator.
Ø Evaluasi orang per orang, evaluator melakukan wawancara stu per satu siswa
untuk dimintai komentarnya
Ø Evaluasi Kelompok kecil, evaluator mencatat performance dan komentar
terhadap uji coba evaluasi
Ø Uji lapangan, evaluator mengobservasi program layanan yang diujicobakan
pada siswa pada situasi nyata
Sedangkan evaluasi sumatif merupakan evaluasi yang menilai hasil
program atau akibatnya dan dilakukan setelah berakhirnya kegiatan belajarmengajar. Beberapa keuntungan yang didapat dari evaluasi sumatif ini
adalah bisa dirancang dengan tepat (sebab-akibat), menilai efek jangka
panjang, dan menyediakan data mengenai dampak program.
3.

Ø
Ø
Ø
Ø
Ø
Ø
Ø
Ø
Ø
Ø

Model Evaluasi Responsif
Evaluasi responsif lebih berorientasi pada aktivitas, keunikan dan
keragaman sosial dari program. Keistimewaan evaluasi ini adalah
kemampuan reaksi terhadap isu kunci atau masalah yang dikenal
masyarakat di lapangan. Fokus utama pada evaluasi responsif ini adalah
menunjukkan
perhatian
dan
isu
peserta/steakholder. Evaluasi
ini
melibatkan steakholder secara penuh seperti perumusan masalah, seleksi
peserta, dan interpretasi penemuan sehingga evaluator harus melakukan
berdasarkan fase-fase yang telah ditentukan oleh Stake (dalam Badrujaman,
2011 : 52), meliputi:
Pendahuluan, transaksi, hasil
Penamaan “tema”
Pengesahan/Konfirmasi
Memisahkan format yang digunakan untuk audience
Memasang laporan formal
Bicara dengan konseli, staf program, audience
Identifikasi bidang program
Meninjau aktivitas program
Menemukan tujuan dan fokus tujuan
Mengonsep persoalan dan masalah

Ø Identifikasi kebutuhan dan mengulang persoalan pokok
Ø Memilih observasi, memutuskan dan pemberian instrumen (jika ada)
Model evaluasi ini juga memiliki kekurangan dan kelebihan. Kelebihan
pendekatan ini adalah kepekaannya terhadap berbagai titik pandangan, dan
kemampuannya mengakomodasi peendapat yang ambigu. Sedangkan
keterbatasan pada pendekatan ini adalah tidak ada prioritas atau
penyerdehanaan informasi untuk pemegang keputusan dan kenyataan yang
tidak mungkin menampung sudut pandang setiap kelompok.
4.

Model Evaluasi CIPP

Badrujaman (2011 : 53) menekankan definisi dari evaluasi ini, hal pertama
bahwa evaluasi meupakan proses sistematis yang terus-menerus. Kedua, proses ini
terdiri atas tiga langkah: 1) pertanyaan yang menuntut jawaban serta informasi, 2)
membangun data relevan, 3) informasi akhir yang menjadi bahan pertimbangan
keputusan. Ketiga, evaluasi mendukung proses pengambilan keputusan dengan
memilih satu alternatif pilihan dan tindak lanjut. Implementasi evaluasi model CIPP
menuut Kaufman & Thomas (1980:115-116) adalah sebagai berikut:
a) Evaluasi Konteks (Context Evaluation to Serve Planning Decision)
Evaluasi konteks adalah jenis evaluasi yang paling mendasar. Tujuannya adalah
menyediakan alasan yang logis terhadap penentuan sasaran. Dignosa masalah
memberikan dasar untuk mengembangkan sasaran yang pencapaiaanya akan
mengakibatkan perbaikan perbaikan program. Metode evaluasi konteks diawali
dengan analisis konseptual untuk mengidentivikasi batasan-batasan wilayah (domain).
Kemudian, study empiric dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
yang tidak dijumpai dan kesempatan-kesematan yang tidak digunakan. Evaluasi
konteks membantu merencanakan keputusan bertujuan untuk mengetahui kekuatan
dan kelemahan program yang berkaitan dengan pendidikan, menentukan kebutuhan
yang ingin dicapai, menentukan kelayakan program, menggambarkan keinginan dan
kondisi faktual lingkungan, mengidentifikasi kesenjangan kebutuhan yang ditemui.
b) Evaluasi Input (Input Evaluation to Structuring Decision)
Evaluasi input ditunjukan untuk memberikan informasi untuk menentukan
bagaimana menggunakan sumberdaya untuk mencapai sasaran program atau meliputi
menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan
setrategi untuk mencapai kebutuhan, dan bagaimana prosedur kerja untuk
mencapainya. Tekanan evaluasi input adalah pengumpulan informasi yang digunakan
untuk membuat keputusan program. Keputusan tersebut mencakup masalah-masalah

cara menyusun program instruksional untuk embuat kegunaan sumber dalam
mencapai sasaran program yang telah ditentukan.
c) Evaluasi Proses (Process Evaluation to Serve Implementation Decision)
Evaluasi proses untuk membantu mengimplementasikan keputusan, sampai sejauh
mana rencana telah diterapkan dan apa yang harus direvisi?. Hal ini merupakan
kegiatan penilaian selama berlangsungnya pelaksanaan pembelajaran. Evaluasi proses
memiliki kesamaan dengan evaluasi formatif. Keduanya digunakan pada saat program
sedang dilaksanakan, sesuai atau tidak dengan rencana. Evaluasi proses diperlukan
untuk memberikan umpan balik secara periodik kepada orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap penerapan prosedur.
d) Evaluasi Produk (Product Evaluation to Serve Recycling Decision)
Evaluasi produk bertujuan mengukur dan menginterpretasikan pencapaian tidak
hanya pada akhir pelaksanaan program, tetapi juga selama program berlangsung.
Evaluasi produk bisa juga berkaitan dengan hasil dari pelaksanaan program, untuk
membantu keputusan selanjutnya dan terjadi selama ada atau setelah program selesai
dengan menekankan pada pengumpulan informasi yang diperlukan untuk membantu
keputusan sehubungan dengan pogram diklat. Evaluasi produk digunakan sebagai
penilaian-penilaian sampai seberapa jauh pelaksanaan telah mencapai tujuan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, serta untuk mengetahui sejauh mana hasil
yang diperolah memberikan kompetensi pada peserta didik.
D.

Analisis Aplikasi Manajemen dalam Pengembangan Evaluasi layanan
bimbingan dan konseling
Dalam mengevaluasi program bimbingan dan konseling seorang konselor
harus mengumpulkan data dari berbagai kegiatan layananyang telah dilakukan
berdasarkan program yang telah disusun. Oleh karena itu agar pelaksanaan bimbingan
konseling dapat di pertanggung jawabkan, perlu adanya data, yang kemudian di
analisis.
Agar pelaksanaannya dapat dilakukan dengan tepat, perlu memperhatikan
prosedur atau langkah-langkah yang ditempuh yaitu ( Depdiknas, 2007): 1)
Merumuskan maslah dan instrumen;2) Mengembangkan dan menyusun pengumpul
data, 3)menganalisis data; 4) adanya tindak lanjut. Dengan cara seperti ini aplikasi
manajemen dalam pengembangan evaluasi akan lebih efisien lagi.
Namun setiap model dari evaluasi ini memiliki kelebihan masing-masing,
pengunaannya dapat digunakan sesuai kebutuhan di sekolah. Evaluasi program
bimbingan dan konseling membutuhkan model yang tepat serta memudahkan sasaran

dari tujuan evaluasi, kondisi di lapangan menunjukan kurangnya evaluasi dikarena
kan banyak faktor, baik secara internal guru bimbingan dan konsleing berserta tim
kerjanya, personel, kepala sekolah yang belum paham betul subtansi darin sebuah
evaluasi serta sedikitnya bahkan jarang guru bimbingan dan konseling melakukan
riset kecil untuk kepentingan program bimbingan dan konseling, atau berkerja sama
secara benar dengan kampus-kampus yang telah melakukan penelitian dalam hal
pengembangan evaluasi layanan bimbingan dan konseling.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tiga jenis evaluasi yang diperlukan oleh konselor sekolah untuk
menunjukkan bahwa pekerjaan mereka berada dalam kerangka program
bimbingan dan konseling yang komprehensif serta memberikan kontribusi
terhadap keberhasilan siswa secara keseluruhan. Jenis pertama, evaluasi
personil, menggambarkan cara konselor sekolah diawasi dan dievaluasi. Jenis
kedua evaluasi program, meninjau kembali status program distrik terhadap
program standar untuk memastikan sejauh mana program telah
dilaksanakan. Jenis ketiga hasil evaluasi, berfokus pada dampak dari
kegiatan dan pelayanan dari sebuah program, memiliki pengaruh pada
siswa, sekolah, dan masyarakat.
Dalam pengembangan evaluasi layanan bimbingan dan konseling
merupakan suatu aplikasi yang secara sistematis bertujuan untuk mencapai
kemajuan perkembangan peserta didik. Dengan melakukan evalusi maka
seorang konselor mengetahui apa, dan semestinya bagaimana pembuatan
program dalam kaitannya dengan layanan yang akan dilakukan itu efektif
dan efesien.

Cakupan dari manajemen dalam melakukan evaluasi sangat kompekls
sehingga di perlukan ilmu, pemahaman, pelatihan, serta penelitian yang
menunjang peningkatan aktivitas evaluasi program bimbingan dan
konseling. Peran utama berada pada pundak konselor atau guru bimbingan
dan konseling, untuk merumuskan bagian mana dari program bimbingan
dan konseling yang perlu dan akan di evaluasi.
Dalam hal ini konselor atau guru bimbingan dan konseling harus di
miliki adalah data atau informasi tingkat objektivitas, validitas, keterandalan
serta tepat gunanya jelas.
Data akan ada bila ada perencanan program, serta aplikasi nyata yang
menyeluruh untuk pelaksanaan program bimbingan dna konseling di
sekolah. Dari layanan yang di berikan baik yang bersifat konseling atau pun
di luar konseling, akan di peroleh sebuah arahan yang jelas untuk mengambil
keputusan untuk perbaikan layanan selanjutnya.
Model-model evaluasi yang telah ada sebaiknya seorang guru
bimbingan dan konseling memanfaatkan dengan baik, dengan berkerja sama
dengan pihak yang memang paham dalam hal ini, misalnya piahk kampus
atau lembaga yang berkaitan dengannya. Model evaluasi ini bervariatif
sesuai dengan tingkat kebutuhan yang ada di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Badrujaman, Aip. 2011. Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan dan
Konseling. Jakarta: Indeks.
C, Gysbers, N and Patricia Henderson. Comprehensive Guidance and Counseling
Program Evaluation:Program + Personnel = Results. Tersedia
di: http://www.dese.mo.gov/divteachqual/profdev/counselorscorrected2.pdf

Cushway, Barry dan Lodge, Derek. (2002). Organisational Behaviour and Design. Jakarta :
PT Elex Media Komputindo
Gibson, Robert L dan Marianne H. Mitchell. 2011. Bimbingan dan Konseling. Yudi
Santoso Trans. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Griffin, R. 2006. Business, 8th Edition. NJ: Prentice Hall.
Nurihsan, Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.
Mashudi, Farid. (2013). Panduan Evaluasi dan Suvervisi Bimbingan dan
Konseling. Yogyakarta: Diva Press.
Suherman , Uman. (2007). Manajemen Bimbingan & Konseling. Bekasi : Madani
Production
Robbins, Stephen dan Mary coulter. 2007. Management, 8th Edition. NJ: Prentice
Hall.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Winkel W S & Sri Hastuti. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi.