MACAM MACAM PASAK PADA GIGI ANTERIOR PAS

MACAM-MACAM PASAK PADA GIGI ANTERIOR
PASCA PERAWATAN ENDODONTIK

SKRIPSI
Diajukan sebagai melengkapi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi

OLEH
DWI PRIYASETO SEPTIMAN
J 111 06 017

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Syukur kami yang tidak terhingga kepada Allah SWT , begitu pula
shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammmad

SAWW. Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran
gigi pada fakultas kedokteran gigi universitas hasanuddin.
Penulis menyadari bahwa dalam perjalanan pengerjaan yang cukup
panjang dalam penulisan ini terdapat banyak hambatan dan rintangan yang telah
dihadapi, namun semuanya dapat dilalui berkat dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Pada skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada drg.
Ny. Vero Harsinen, M.Kes. yang telah sabar meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. drg. Mansyur , Ph.D Selaku dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin.
2. Drg. Angela Thomas Koyama selaku Penasehat Akademik yang telah
banyak membaantu dalam hal akademik penulis.
3. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin, terima kasih atas bantuan yang diberikan kepada penulis.

4. Kepada dr. Septiman Sp.B, Sp.Onk(K), terima kasih atas doa, dorongan
moril dan materiil yang selalu ada untuk penulis.
5. Kepada saudara-saudara penulis Aan, Kaka Ika, Rida dan Keisa.

6. Terimakasih juga buat senior-senior dan teman-teman EKSTRAKSI 2006
7. Serta kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam
penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberi manfaat bagi pembacanya
khususnya bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
dalam menambah pengetahuan dan wawasannya. Meskipun demikian sebagai
manusia biasa, jika terdapat kesalahan ataupun kekeliruan dalam penulisan skripsi
ini, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 24 Agustus 2011

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………….…………………….i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………...ii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..vi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….vii
BAB I

PENDAHULUAN ………………………………………………1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………...
II.1 Pengertian Pasak
II.1.1 Indikasi Pasak ………………………………..
II.1.2 Jenis Pasak ……………………………………
II.1.3 Retensi dan Resistensi ………………………..
II.1.4

BAB III PEMBAHASAN …………………………………………….
III.1 Perkembangan Pasak dalam bidang Endodontik
III.2
BAB IV RINGKASAN ………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Preparasi ruang pasak sangat beresiko. ……………………………………
Gambar 2
Mahkota/pasak sementara tidak efektif untuk mencegah kontaminasi pada
gutta-percha apikal. ………………………………
Gambar 3
Custom-cast post dan core. ………………
Gambar 4
Pasak aloi titanium (kiri) dan pasak stainless-steel.……………………
Gambar 5
Diakibatkan oleh ketebalan yang berlebihan, pasak aloi titanium pada
Insisivus sentralis kanan rahang atas mengalami fraktur ………………
Gambar 6
Gambaran preoperatif dari premolar pertama kiri rahang bawah sebelum
pelepasan pasak dan perawatan ulang.………………………………
Gambar 7
Jaringan lunak disekitar gigi mengalami nekrosis ……………………

Gambar 8
Radiografi yang diambil sesaat sebelum ekstraksi memperlihatkan
nekrosis tulang alveolar.………………………

Gambar 9
Contoh pasak nonlogam. ………………………………………

Gambar 10
Gambaran radiografi dari pasak pada gambar ………………………...
Gambar 11
Gambaran radiografi dari glass fiber post pada insisivus sentralis kiri
rahang atas ……………………………………
Gambar 12
Desain pasak prefabricated. …………………………………………...
Gambar 13
Pasak Kurer. A, Penjangkaran standar. B, Crown saver.………………
Gambar 14
Flexi-post. ………………………………
Gambar 15
Model pasak dan inti dengan panjang yang adekuat untuk retensi …


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Pada umumnya gigi yang memerlukan perawatan saluran akar sudah
memiliki restorasi yang besar, karies luas, dan email yang tidak didukung dentin.
Pengangkatan jaringan karies, preparasi kavitas, dan juga pembentukan saluran
akar merupakan tindakan pengambilan dentin yang dapat melemahkan sisa
jaringan gigi. Para peneliti menemukan bahwa restorasi untuk gigi yang sudah
dirawat endodontik harus dapat meningkatkan fungsi gigi dalam jangka waktu
yang lama,untuk itu perencanaan restorasi harus dilakukan dengan teliti.1
Pertimbangan untuk mempertahankan gigi sebagai unit fungsional dalam
jangka panjang adalah; jaringan gigi yang tersisa , posisi gigi, fungsi gigi, dan
estetika. Selain itu kondisi jaringan periodonsium harus masih baik agar dapat
menentukan jenis restorasi akhir yang akan dibuat. Pada gigi anterior pasca
perawatan endodontik apabila masih mempunyai marginal ridge, cingulum, dan
insisal edges yang baik, maka cukup menggunakan komposit resin untuk
restorasinya. Hal ini disebabkan karena gigi anterior tekanan fungsionalnya kecil. 1
Pada beberapa kasus gigi anterior pasca perawatan endodontik


membutuhkan penggunaan pasak karena pertimbangan resistensi sisa jaringan
gigi,estetis dan ekonomis. Bertitik tolak dari hal tersebut maka penulis berusaha
melakukan penelusuran ilmiah tentang “Pasak Endodontik pada Gigi Anterior
dan Penatalaksanaannya”

I.2 Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah :
1. Mengetahui definisi dan jenis-jenis pasak
2. Mengetahui perawatan endodontik pada gigi anterior
3. Mengetahui penatalaksanaan pasak endodontik pada gigi anterior pasca
perawatan endodontik
I.3 Metode penulisan
Penulisan skripsi ini menggunakan metode penulisan penelusuran pustaka
(library research) yaitu mempelajari sebuah buku, literatur, jurnal, dan lain-lain
yang dapat member gambaran dan penjelasan tentang pasak endodontik pada gigi
anterior dan penatalaksanaannya.

BAB II
Tinjauan Pustaka

II.1. Pasak Profilaktik
Pasak adalah bangunan yang terbuat dari logam atau bahan restoratif kaku
yang dimasukkan dalam saluran akar gigi.2 Profilaktik berasal dari sebuah istilah
Yunani yang artinya suatu tindakan yang diambil untuk mencegah penyakit atau
konsekuensi yang tidak dikehendaki.3 Jadi pasak profilaktik adalah alat yang
diaplikasikan untuk memperkuat struktur gigi dan mempertahankan restorasi gigi
yang telah dilakukan perawatan endodontik. Pasak profilaktik ditempatkan dalam
saluran akar. Pasak profilaktik dapat berbentuk custom cast ataupun prefabricated
dan terbuat dari bahan logam atau nonlogam.
Fungsi pasak untuk menambah retensi restorasi dan meneruskan tekanan
yang diterima gigi merata ke sepanjang akar. Daya retensi pasak dipengaruhi oleh
panjang, diameter, bentuk dan konfigurasi permukaan pasak.2
Beberapa panduan untuk menentukan panjang pasak yaitu : panjang pasak
sama dengan panjang mahkota klinis, panjang pasak sama dengan setengah atau
duapertiga panjang akar yang ada, dan panjang pasak lebih dari setengah panjang
akar dan didukung tulang alveolar.2

Pasak yang bersifat aktif dapat memberikan retensi intraradikuler yang
lebih baik, karena pada permukaan terdapat ulir atau galur yang dapat membentuk
ikatan mekanik dengan struktur gigi. Namun, hal ini dapat menimbulkan tekanan

pada daerah lateral maupun apikal sehingga dapat menyebabkan terjadinya fraktur
akar. 4

Gambar 1. Komponen pasak dan inti tuang. a. pasak, b. inti, c. koping, d. mahkota
Pasak digunakan pada gigi yang telah dirawat endodontik, dimana struktur
mahkota gigi yang tersisa kurang dari setengah atau hanya struktur akarnya saja
yang tersisa, dan diperkirakan akan menerima beban yang besar. 4
Tujuan penggunaan pasak yaitu :4
1.

Mempertahankan restorasi gigi (retensi)

2. Melindungi struktur gigi yang tersisa (proteksi)

Pasak yang ideal harus memenuhi hal-hal berikut ini : 4
 Distribusi tekanan yang minimal pada gigi

 Menyediakan retensi yang adekuat bagi core
 Mudah dikeluarkan bila akan dilakukan perawatan ulang.
 Tahan terhadap keretakan.

 Desain pasak yang mendekati bentuk saluran akar.
 Derajat translusensi yang terdapat memenuhi kebutuhan estetik
pasien.
Untuk menjamin keberhasilan klinis, ada beberapa kriteria pemilihan
sistem pasak estetik yaitu. 4
1.

Pasak harus dapat meneruskan cahaya untuk mengurangi
bayangan pasak dam gigi, sehingga memaksimalkan estetik
restorasi akhir.

2.

Pasak dapat diletakkan di dalam saluran akar untuk memperkuat
akar

3. Pasak sebaiknya berbentuk tapered, mengikuti bentuk saluran akar
yang sebenarnya untuk menghindari pembuangan jaringan dentin
dalam akar.
4.


Pasak harus dapat mentyerap dan menyebarkan tekanan jika
terjadi trauma yang mengenai mahkota gigi,

5. Pasak yang patah harus bisa dikeluarkan dengan mudah dengan
teknik atraumatuk.
6. Pasak harus memiliki variasi ukuran agar sesuai dengan diametet
saluran akar yang beragam.

II.2 Klasifikasi Pasak Profilaktik
Pasak dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu :
1. Costum-cast post
Costum-cast post di buat di klinik dan laboratorium dari hasil reproduksi
negatif saluran akar yang telah dipreparasi. Alloy emas (Tipe III dan IV)
merupakan logam pilihan yang digunakan hingga saat ini. 4
2. Pasak Prefabricated
Pasak ready made atau prefabricated dapat terbuat dari metal dan nonmetal. Pasak metal pada umumnya memiliki retensi yang baik (tapi mempunyai
modulus elastis yang berbeda dengan dentin sehingga tekanan yang jatuh pada
gigi terkonsentrasi dan dapat menimbulkan fraktur.4
Pasak metal terbuat dari Platinum Gold Palladium (PGp), Chobalt
chronium (Co-Cr) Nickel chrodium (Ni-Cr), dan titanium alloys. Ni- Cr dan CoCr lebih kuat tapi kaku dan mudah korosi, hal ini merupakan penyebab fraktur.
Titanium alloys lebih lentur dan tahan terhadap korosi.4
Bentuk pasak prefabricated ada beberapa jenis yaitu tapered, paralel,
serrated (tajam) dan threaded (ulir). Pasak threaded merupakan pasak yang retentif
diikuti oleh paralel sided serrated post. 4

Keuntungan menggunakan pasak prefabricated adalah murah, mudah,
cepat, kuat dan retentif akan tetapi penggunaanya sangat selektif, bentuk pasak
dan saluran akar tidak sesuai dan mudah terjadi korosi.1
Beragam

desain

pasak

prefabricated

telah

dikembangkan

dan

keanekaragaman ini merupakan usaha untuk memenuhi tujuan retensi dan proteksi
bagi struktur gigi yang tersisa. Semua desain pasak ini dimasukkan kedalam
kelompok di bawah ini. 4
1. Tapered, smooth-sided, disemen ke dalam saluran akar yang telah
dipreparasi dengan ukuran yang disesuaikan dengan reamer endodontik.
2. Parallel-sided disemen ke dalam saluran akar yang berbentuk silinder.
3. Tappered self-threading screw, dengan ulir yang melibatkan dinding
dentin untuk memperoleh retensi.
4. Parallel-sided threaded diinsersikan kedalam saluran akar yang dibuat
berulir (pretapped)
5. Parallel-sided, tapered apical ends, disemen ke dalam saluran akar yang
sesuai.

Gambar 2. Desain pasak buatan pabrik. A. Tapered, smooth-sided B. Paralelsided C. Tappered self-threading screw D. Parallel-sided threded E. Parallel-sided,
tapered apical ends
Gigi-geligi yang telah diisi seringkali memiliki struktur koronal gigi yang
tidak mencukupi, pemasangan pasak perlu dilakukan untuk memberikan retensi
yang adekuat bagi inti dan restorasi akhirnya. Telah dikembangkan beberapa
alternatif cast post-and-core termasuk pembuatan pasak sediaan dan inti custommade dari bahan komposit yang mempermudah prosedur restoratif di kursi unit.
Pasak fibre-reinforced composite [FRC] yang direkatkan menggunakan bahan
adhesif menjadi lebih populer karena memiliki sifat mekanis dan estetik yang
menguntungkan. Antara lain, modulus elastisitas pasak FRC hampir sama dengan
dentin, sehingga tekanan yang ditransmisikan oleh pasak ke dentin akar lebih
rendah dibandingkan jika menggunakan bahan lain, seperti titanium atau zirconia.
Masih diperdebatkan apakah transmisi tekanan dan rigiditas pasak mempengaruhi
resistensi fraktur dan/atau mode kegagalan akar gigi yang diisi dengan pasak.
Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan pembebanan gigi yang telah diisi
antara lain morfologi gigi, teknik restoratif, dan banyaknya jaringan gigi yang
hilang.5
II.3 Jenis-jenis Bahan Pasak Endodontik
Bahan pasak dibedakan atas dua jenis, yaitu logam dan non logam.
 Bahan pasak jenis logam, antara lain : 4


Alloy emas



Alloy titanium



Stainless steel



Nikel kromium

 Bahan pasak yang termasuk non logam adalah : 4


Keramik



Fiber reinforce



Fiber carbon



Fiber quartz matrix



Fiber glass

Pencetakan saluran akar yang telah dipreparasi sangat sulit dilakukan
karena ukurannnya yang panjang dan sempit. Untunglah sekarang didapat 2
macam bahan yang memungkinkan dilakukannya pencetakan saluran akar dengan
panjang yang maksimum dan tepat.
 Endopost, adalah campuran logam yang bertitik lebur tinggi dan dibuat
sesuai dengan standar alat endodontik dari ukuran 70 sampai dengan 140;
dapat dituang emas dan logam mulia lainnya.6
 Endowel, adalah pin plastik berukuran standar 80- 140. Jika telah pas
dengan preparasi pasak dan dibuat pada malam atau pola resin, akan
menguap keluar dari investment dan meninggalkan cetakan yang dapat
dituang dengan logam.6

II.4 Indikasi dan Kontraindikasi Post

 Indikasi Pasak4
1. Gigi yang telah dirawat endodontik, dengan struktur mahkota gigi yang
tersisa kurang dari setengah.
2. Gigi yang telah dirawat endodontik, diana gigi tersebut menerima
bebanyang besar.
3. Gigi dengan struktur akar saja yang tersisa.

 Kontraindikasi Pasak4
1. Gigi anterior yang telah dirawat endodontik, dengan marginal ridge yang
masih utuh.
2. Gigi posterior yang telah dirawat endodontik, dengan ruang pulpa yang
besar dan jaringan keras yang tersisa masih banyak sehingga masih dapat
memberi resistensi yang cukup untuk bahan restorasi.

II.5. Perawatan Endodontik
II.5.1. Definisi Perawatan Endodontik
Endodontik merupakan suatu cabang ilmu kedokteran gigi yang berkaitan
dengan morfologi. Fisiologi, patologi jaringan pulpa dan jaringan sekitar akar gigi
atau yang disebut dengan jaringan periradikuler. Ilmu endodontik merupakan ilmu
pengetahuan yang bersifat dinamik, selalu mengalami perubahan dari tahun ke
tahun dengan harapan dapat meningkatkan angka keberhasilan penyembuhan

suatu penyakit sehingga pelayanan di bidang kedokteran gigi khususnya
konservasi gigi dapat dilakukan secara optimal. 7

II.5.2. Tahapan perawatan endodontik
Perawatan konservasi gigi adalah perawatan bagian dalam gigi, yang
bertujuan untuk mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rongga mulut.
Beberapa tahapan perawatan endodontik yang harus dilakukan antara lain:
 Penentuan diagnosis suatu penyakit.
Diagnosis dan rencana perawatan yang teliti harus dipertimbangkan dalam
setiap usaha restorasi. Berikut ini adalah pertimbangan yang dapat membantu
dalam menentukan kemungkinan perawatan untuk gigi-geligi yang rusak :
banyaknya sisa mahkota yang tersisa, ada atau tidak karies subgingival, keadaan
jaringan periodontal, kualitas dan kuantitas tulang alveolar yang mendukung,
morfologi akar, hubungan rahang atas dan bawah, kebiasaan oklusal pasien
(bruxism), dan kebutuhan untuk mempertahankan gigi yang bersangkutan.8
 Penentuan rencana perawatan yang harus dilakukan.
 Kemudian masuk ke tahapan perawatan.
Pemeriksaan radiografi harus dapat memberikan petunjuk tambahan
mengenai hasil perawatan. Semua saluran akar harus diisi dan sepenuhnya
tertutup baik oleh bahan pengisi saluran akar. Selain itu, sisa-sisa gambaran

radiolusen (arrested rarefaction) harus hilang setelah 6 bulan sampai dengan 2
tahun. 8
Secara klinis kualitas terapi endodontik bergantung pada tidak adanya
sakit saat perkusi, tidak ada saluran fistel, tidak ada gejala inflamasi akut atau
pembengkakan. Dapat juga dilakukan transiluminasi gigi dengan sinar yang kuat
untuk mendeteksi keretakan yang mungkin terjadi pada akar atau setiap daerah
lain dari struktur akar yang dapat menggagalkan perawatan nantinya. 8

II.5.3 Pertimbangan restorasi setelah perawatan endodontik
Gigi yang telah mengalami perawatan endodontik mungkin lebih getas
(brittle) dan karenanya lebih mudah patah. Hal ini mungkin disebabkan karena
kandungan air yang rendah pada jaringan kerasnya daripada gigi dengan pulpa
vital.9
Sesudah jaringan karies diangkat dan perawatan endodontik, dinding email
tidak mendapat dukungan yang baik karena kariesnya menggantung dan karena
preparasi ruang pulpa. Tumpatan amalgam atau inlay bukan merupakan pilihan
yang baik karena tonjol tetap tidak terlindung dan dapat terjadi fraktur vertikal.
Sedikit atau tidak adanya jaringan gigi di mahkota menyebabkan tidak dipilihnya
perencanaan restorasi tanpa retensi intraradikuler. Dengan demikian perawatan
yang dipilih adalah restorasi pasak. 9

Pasak yang dipasang pada saluran akar setelah perawatan endodontik
adalah pilihan yang baik karena dapat mencegah fraktur akar pada batas gusi.
Sebagian besar fraktur akar pada gigi yang telah dirawat endodontik tanpa diberi
pasak, terjadi pada batas gusi karena akar yang didukung oleh tulang dapat
menahan daya yang mengenai mahkota. Integritas mahkota-akar lebih baik bila
pasak digunakan.8
Semua sistem pasak, baik pasak buatan pabrik (prefabricated) atau pasak yang
dibuat sendiri oleh dokter gigi (pasak individual) harus sedapat mungkin
memenuhi prinsip-prinsip desain sebagai berikut : 8
1. Pasak harus dibuat sepanjang mungkin
Panjang pasak penting karena potensi fraktur juga ada pada gigi yang
sudah diberi pasak. Lengan pengungkit dapat terbentuk dari aspek oklusal gigi
sampai puncak tulang alveolar (fulkrum) dan meluas sampai apeks dari pasak di
dalam akar.8
Panjang pasak yang ideal sudah banyak dibicarakan. Panjang pasak
sebaiknya sama panjang dengan mahkota klinis gigi yang direstorasi. Panjang
pasak maksimal yang ideal sering sukar dicapai. Disarankan bahwa panjang pasak
sebaiknya paling sedikit sama dengan panjang mahkota yang sedang direstorasi,
tapi bila hal ini tidak memungkinkan, maka panjang pasak harus diperpanjang
sampai dengan 5 mm dari ujung apeks. Panjang pasak harus dibuat sedemikian
rupa sehingga meninggalkan minimal 3 mm dari bahan pengisi saluran akar pada
apeks untuk mempertahankan integritas penutupan saluran akar. Pasak harus

cukup panjang untuk mencegah terjadinya stres internal yang berlebihan pada
akar dan panjangnya harus paling sedikit setengah panjang akar yang didukung
oleh tulang alveolar. 8
Panjang pasak bukanlah satu-satunya faktor utama yang dipertimbangkan
dalam mendesain restorasi. Pada suatu studi perbandingan mengenai pengaruh
panjang, diameter, dan bentuk pasak terhadap kekuatan tarik, ditemukan bahwa
pasak dengan dinding sejajar bergurat-gurat mempunyai retensi 4½ kali lebih
besar dibandingkan pasak berbentuk kerucut. Penelitian ini juga menemukan
bahwa penambahan pada panjang atau diameter pasak hanya akan meningkatkan
retensi sebesar 30% sampai 40%.8
2. Dinding-dinding pasak harus se-sejajar mungkin
3. Bentuk pasak mengikuti bentuk saluran akar
4. Pasak harus terletak sesuai dengan sumbu panjang akar meskipun bagian
inti pasak dapat menyimpang ke arah lain untuk kepentingan estetik
5. Pemakaian prinsip ferulle
Ferrule dapat didefinisikan sebagai suatu cincin logam atau topi yang
diletakkan di sekitar ujung suatu alat, kaleng, dan sebagainya, untuk menambah
kekuatan. Efek ini digunakan pada preparasi pasak dalam bentuk kontrabevel
melingkari gigi (circumferential contrabevel). Kontrabevel ini menguatkan aspek
koronal dari preparasi pasak, menghasilkan suatu dudukan oklusal, dan bertindak
sebagai bentuk antirotasi. Efek ini juga digunakan bila tidak ada atau sedikit saja

sisa mahkota klinis dengan jalan membuat kontrabevel yang luas pada permukaan
akar, dengan batas akhir preparasi mahkota lebih apikal daripada unit pasak dan
inti. Suatu analogi menunjukkan aksi dari ferrule.8
6. Penggunaan bentuk-bentuk antirotasi seperti grooves, pins atau bentuk
kunci (keyways).
7. Hindarkan garis sudut tajam yang akan memulai garis fraktur di dalam akar
pada waktu gigi mendapatkan daya
8. Sebaiknya dipisahkan pasak inti dan mahkota
9. Buat dudukan oklusal atau kontrabevel pada bagian inti untuk mencegah
wedging action dan kemungkinan fraktur akar pada waktu gigi terkena daya
oklusal
10. Buat saluran vent pada pasak untuk menyalurkan tekanan hidrostatik yang
terjadi saat penyemenan

Adapun pertimbangan untuk rancangan pasak dan preparasinya, yaitu : 9,10
1. Jika terlalu pendek, kemungkinan patahnya akar akan lebih besar. Tekanan
yang ada akan diterima mahkota dan pasak didesak ke akar yang tidak
ditunjang oleh tulang.

2. Jika preparasi pasak cukup panjang (idealnya 1 – 1 ½ kali panjang
mahkota) tekanan yang diterima mahkota akan tersebar ke seluruh akar
yang berkontak dengan pasak.

Gambar 3. Restorasi pasak dengan panjang yang ideal.

A. Mahkota

pasak, B. Panjang pasak, C. Bahan pengisian saluran akar pada bagian
apeks.

3. Jika preparasi pasak terlalu lebar, akar akan menjadi lemah dan
kemungkinan fraktur lebih besar. Preparasi yang terlalu lebar mungkin
akan mengakibatkan perforasi akar. Pasak yang pendek dan lebar sering
mengakibatkan fraktur akar.
4. Jika preparasi dan pasak terlalu sempit, kesukaran mungkin akan dijumpai
untuk mencetaknya dan karena fleksibilitas pasaknya, gigi tidak akan
menjadi lebih kuat.

5. Penentuan diameter pasak harus dikontrol untuk memelihara radicular
dentin, mengurangi potensial perforasi dan mencegah gigi dari fraktur.
Idealnya diameter pasak adalah 1/3 diameter dari akar gigi. Apabila
diameter pasak kurang dari 1/3 diameter akar maka pasak tersebut akan
mudah fraktur dan retensi yang dihasilkan berkurang. Sebaliknya dengan
bertambahnya diameter pasak lebih dari 1/3 diameter akar gigi maka akan
melemahkan sisa gigi yang disebabkan preparasi saluran akar yang
dilakukan berlebihan untuk mendapatkan ruangan pasak. Menambah
diameter pasak tidak memberikan peningkatan yang signifikan untuk
retensi pasak, tetapi cenderung dapat mengorbankan sisa dentin yang
sehat. Sisa dinding dentin yang tipis tidak dapat menahan tekanan sewaktu
gigi berfungsi sehingga dapat mengakibatkan terjadinya fraktur akar.

Gambar 4. Hubungan antara diameter akar dengan diameter pasak. A. Diameter
akar, B. Dudukan, C. Diameter pasak 1/3 diameter akar, D. Lebar pundak 1/6
diameter akar.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, desain pasak dapat diperoleh
dalam berbagai bentuk seperti buatan pabrik yang sudah jadi, tuang atau
kombinasi dari keduanya. Pasak buatan pabrik mempunyai dua bentuk dasar yaitu
sisi sejajar dan kerucut yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran reamer yang
digunakan dalam preparasi saluran akar. Sedangkan pasak tuang bentuknya
mengikuti bentuk preparasi saluran akar.10
Pasak yang dindingnya sejajar mempunyai retensi yang lebih baik
daripada pasak yang dindingnya mengerucut, sebab pasak yang sisi sejajar
memusatkan tekanan secara merata sepanjang dinding dari pasak, sementara
pasak yang bentuknya kerucut memusatkan tekanan pada bagian koronal dari
dinding pasak tersebut. Preparasi yang menyalahi bentuk saluran akar dengan
bentuk sejajar maka dinding lateral akar akan melemah dan mudah terjadi fraktur
horizontal dari akar. 10
Pasak yang penampangnya bulat panjang (oval) ke arah labio-lingual lebih
kaku dan mencegah terjadinya rotasi dari pasak yang dibuat dari bahan yang sama
tetapi berpenampang bulat. Penampang yang oval dengan sendirinya dapat
mencegah rotasi. 10

Gambar 5. Penampang saluran akar yang oval yang dapat menahan rotasi

II.6 Penatalaksanaan Saluran Akar untuk Restorasi Pasak
Penatalaksanaan salurun akar untuk restorasi pasak dapat dilakukan
setelah perawatan saluran akar dan tidak terdapat kelainan pada saluran akar yang
dapat mempengaruhi retensi dan resistensi dari restorasi pasak. Berdasarkan hal
ini kita perlu merencanakan perawatan prostodonsi dalam pembuatan restorasi
pasak sehingga diperoleh restorasi pasak yang dapat memberikan kekuatan dan
menggatikan jaringan keras gigi yang tersisa serta mampu menghasilkan retensi
dan resistensi. 10
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum penatalaksanaan saluran akar
untuk pembuatan restorasi pasak yaitu : 10
1. Bekerja secara asepsis
Asepsis dapat dikategorikan dalam 2 bagian :
a) Asepsis alat-alat dan bahan

Sterilisasi terhadap alat-alat dan bahan yang digunakan sebelum dan sesudah
perawatan dapat dilakukan dengan panas basah dan panas kering. Sterilisasi
tersebut dilakukan untuk menjaga agar alat-alat dan bahan tidak terkontaminasi
oleh bakteri yang dapat menyebabkan kegagalan dalam perawatan. 10
b) Asepsis daerah kerja
Syarat utama untuk mencapai asepsis dari daerah kerja adalah dengan
melakukan pembersihan gigi yang akan dikerjakan dan gigi tetangganya dari
segala macam kotoran. 10
Penggunaan rubber dam adalah yang paling ideal dalam menjaga
keasepsisan daerah kerja. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan ruber
dam kita dapat mencegah masuknya alat atau bahan yang kita gunakan kedalam
tenggorokan serta dapat memproteksi jaringan lunak dalam mulut dari obat, mata
bur dan jarum. 10
Mempelajari hasil foto roentgen yang terakhir dari perawatan saluran akar
sebelum memutuskan ukuran panjang dan lebar saluran akar yang akan
dipreparasi untuk tempat restorasi pasak.
2. Persiapan saluran akar
Persiapan saluran akar yang baik dapat memberikan retensi dan resistensi
yang baik pada restorasi mahkota pasak. Pasak yang disemenkan kedalam saluran
akar akan memberikan retensi pada inti, tetapi tidak memperkuat bahkan

seringkali memperlemah akar gigi. Karena itu, preparasi saluran akar harus dibuat
seminimal mungkin sesuai dengan keperluan retensinya. 10
Persiapan saluran akar dimulai dari penentuan kedalaman pasak serta
pengangkatan gutta percha dari saluran akar yang sudah dilakukan perawatan
saluran akar pada gigi yang akan menggunakan restorasi pasak. 10
3. Penentuan Kedalaman Pasak
Pengukuran kedalaman saluran akar untuk tempat masuknya pasak dapat
dilakukan dengan memasang isolator karet di atas reamer sejajar tinggi bidang
insisal gigi yang di ukur dari hasil foto roentgen. 10

Gambar 6. Menentukan kedalaman pasak. A. Mengukur panjang pada foto
roentgen. B. Memasang isolator karet diatas reamer sejajar tinggi bidang insisal
gigi
Pasak di tanam dengan kedalaman yang sesuai dengan panjang pasak yang
ideal yaitu mendekati panjang mahkota supra alveolar atau dengan kata lain pasak
harus tertanam kedalam saluran akar sepanjang 2/3 panjang akar, yang tujuannya

untuk mendapatkan retensi yang maksimum serta tahanan terhadap pengaruh dari
tekanan daya gigit. 10
Ada beberapa pertimbangan untuk rancangan pasak terhadap kedalaman
preparasinya yakni jika preparasi untuk pasak terlalu pendek, kemungkinan
patahnya akar akan lebih besar oleh karana tekanan yang diterima mahkota dan
pasak didesak ke akar yang tidak didukung oleh tulang. Jika preparasi untuk pasak
cukup panjang, maka tekanan yang diterima mahkota akan tersebar keseluruh akar
yang berkontak dengan pasak. 10
4.

Pengangkatan Gutta percha
Pada pengisian saluran akar secara penuh maka harus diusahakan

pengangkatan gutta percha sebanyak 2/3

bagian koronal akar saluran akar,

sedangkan gutta percha 1/3 bagian aspek tetap dipertahankan. Pengangkatan gutta
percha harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengganggu keharmonisan
obturasi di apeks. 10
Dalam keadaan panjang pasak

yang tidak cukup maka lebih baik

mempertimbankan pengurangan panjang pasak sehingg panjang sisa akar bagian
apeks yang terisi gutta percha tetap dipertahankan sepanjang minimal 5 mm. Hal
ini dimaksudkan untuk menjaga hermetis seal apeks sedangkan untuk bagian
pasak resistensinya dapat ditingkatkan dengan pemberian retensi tambahan seperti
preparasi saluran akar yang oval, penambahan dudukan maupun kanal tambahan.10
Pengangkatan gutta percha dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: 10

a) Menggunakan pluger panas
Gutta percha diangkat dengan menggunakan pluger yang panas
seperti buah cerry. Guta percha diangkat sebanyak kira-kira 8 mm dan
sisanya 5 mm di apek. Untuk mendapatkan ukuran yang benar,
pemampatan diberi tanda setiap 5 mm. Gutta percha diambil sedikit
demisedikit dengan memasaukkan pluger yang panas tadi ke dalam saluran
akar dan kemudian dibersihkan gutta percha yang menempel pada alat
tersebut sampai isi saluran akar hanya tersisa di apeks sepanjang 5 mm.
Hal ini dilakukan untuk menjaga tereliminasinya kuman dari seluruh akar
serta menjaga kehermetisan obturasi saluran akar.

b) Pesso reamer
Alat ini digunakan untuk mengeluarkan gutta percha dengan cara
menembus gutta percha yang lebih lunak serta tidak menimbulkan
perforasi didinding saluran akar asalkan reamer tidak dipakai pada saluran
akar yang bengkok.

c) Bahan organik.
Gutta percha dilunakkan dengan menggunakan larutan organik
seperti Eucalyptol. Masalah yang menyertai pelarut Eucalyptol adalah
kotor dan sulit menentukan pengambilan sampai panjang yang di
kehendaki.

Sisa gutta percha kemudian dipadatkan dengan kondensasi alat-alat dan
bahan yang akan digunakan untuk melebarkan dan membentuk saluran akar untuk
tempat pasak dengan menjaga kesterilan dari alat dan bahan beban yang akan
digunakan.
5. Melebarkan dan membentuk dinding saluran akar
Untuk mendapatkan ruang yang cukup bagi tempat pasak yang akan
dipasang maka perlu dilakukan peleburan dan pembentukan saluran akar dengan
menggunakan instrumen intra kanal. Diameter pasak pengaruhnya lebih sedikit
dalam menciptakan retensi di bandingkan kedalaman pasak yang tertanam, oleh
sebab itu pelebaran saluran akar tidak boleh terlalu besar sampai ke jaringan
dentin sekitarnya, terutama pada bagian apikal. Sebagai patokan diameter pasak
adalah tidak melebihi 1/3 dari akar mesio distal pada 3-5 mm dari apeks. 9

Gambar 7. Preparasi gigi untuk pasak tuang dan mahkota jaket porselen dengan
inti yang sudah dirawat endodontic.

a dan b. permukaan mesio – distal, c.

permukaan buko-lingual
Prosedur penatalaksanaan preparasi saluran akar untuk tempat restorasi
pasak adalah sebagai berikut : 10

 Sediakan bur tangan dengan diameter 1,15 sampai dengan 1,15 mm
dan 4-5 mm lebih pendek dari saluran yang telah dipreparasi.
 Masukkan bur tangan yang berdiameter 1,15 mm dengan gerakan
memutar searah jarum jam yang digunakan untuk melebarkan
saluran akar. Preparasi dikerjakan sampai sejauh 10 mm dari tepi
gingiva aproksimal dari mahkotanya dan bisa dibuat lebih panjang
asalkan masih tersisa gutta percha pengisian saluran akar sepanjang
5 mm. Setelah itu dilanjutkan oleh bur yang ukurannya lebih besar
yaitu 1,25 mm yang dipakai sampai mencapai panjang saluran akar
yang sama tersebut. Jika instrumen telah terasa seesak di apek
berarti saluran akar tidak perlu dilebarkan lagi. Jika bur terasa
longgar, pakailah bur dengan ukuran yang lebih besar yaitu 1,35
mm atau bahkan 1,55.
 Ukuran preparasi bergantung dari ukuran asli saluran akar dari
akarnya. Dalam tindakan preparasi diharapkan saluran akar dapat
menjadi bentuk kerucut sehingga diperoleh retensi yang maksimal.
Untuk penggunaan pasak buatan pabrik maka penyelesaiaan pelebaran
saluran akar dilakukan menggunakan bur khusus yang disediakan oleh pabrik
bersama-sama dengan pasak buatan pabrik sehingga ukuran dan bentuk saluran
akar yang dihasilkan sama dengan ukuran dan besar pasak yang akan
dipasangkan. 10
6.

Menghilangkan daerah gerong

Pada pasak buatan sendiri sebelum melakukan pencetakan maka pada
saluran akar perlu dilakukan tindakan menghilangkan daerah gerong agar bahan
cetak dapat masuk dengan baik dengan baik dan juga mudah dikeluarkan. 10
Gerong pada dinding preparasi sering tidak terlihat, sehingga
pemeriksaan dengan menggunakan sonde periodontal amatlah membantu dalam
menilai kontur internal. Ujung saluran akar harus kecil dan reamer harus
dioperasikam dengan lambat dan di kontrol kuat. 10
Gerong yang terdapat pada dinding saluran dapat dihilangkan dan saluran
dikembangkan ke bentuk kerucut yang diinginkan dengan menggunakan teknik
berikut. 10
1. Pilih gutta percha yang besar.
2. Bentuk ujungnya sehungga pas kelubang saluran.
3. Oleskan vaselin ke permukaannya.
4. Dengan menggunakan spiral lentulo ulaskan semen zinc fosfat
(ZoP) ke dalam saluran, mengisinya hampir penuh tanpa
gelembung.
5. Masukkan poin gutta percha biarkan sampai semen mengeras.
6. Tarik kembali gutta percha ( vaselin berfungsi sebagai media
separasi)
7. Preparasi lagi saluran seperti yang diinginkan. Reamer pesso yang
baru atau sangat tajam dapat digunakan untuk mencukur dentin dan

mengeluarkan fragmen semen tanpa mengganggu kontur yang
halus.

7. Pencetakan Saluran Akar
Pada pasak buatan pabrik tidak dilakukan pencetakan saluran akar. Hal
ini disebabkan karena pada pasak buatan pabrik dibentuk dengan pasak siap pakai
yang disesuaikan dengan ukuran saluran akar yang telah dipreparasi dan tersedia
dalam bentuk dan ukuran yang bervariasi. 10
Pada pasak buatan sendiri dilakukan pencetakan saluran akar yang dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. 10
 Metode Langsung
Pencetakan saluran akar dapat dilakukan dengan menggunakan pola lilin
dengan menggunakan batang malam inlai lunak yang berbentuk kawat.
 Pilih sprue runcing dan harus longgar bila dimasukkan pada
saluran akar yang telah dipreparasi.
 Saluran akar dibasahi kemudian ujung batang dari malam inlay
dilunakkan dan dibentuk menjadi kerucut dan memasukkan ke
dalam saluran akar. Sempai seluruh saluran akar terisi penuh.
 Tekan ujung malam dengan jari pada batas tepi insisal

 Panaskan ujung sprue runcing pada bunsen, tahan dengan ujung
jari. Hal ini menjaga agar tidak terlalu panas, sehingga tidak
melukai mulut pasien.
 Masukkan sprue yang telah dipanaskan kedalammalam dan
dengan hati-hati dengan dorongan ke dalam saluran sampai di
ujung preparasi.
 Apabila telah mendingin, potong kelebihan malam dari inti yang
diinginkan. Keluarkan sprue dan malam yang telah melekat.
 Periksa kerapatan permukaannya, tambahkan sedikit malam
apabila ada kekurangan dan memasukkan kembali supaya
terbentuk sesuai dengan dinding-dinding preparasi.

 Metode Tidak Langsung
Pada metode tidak langsung pembuatan pola pasak inti dilakukan dengan
memodelir bahan pola diluar mulut melalui model kerja, yang sebelumnya pada
pasien dilakukan pencetakan dengan mengguankan bahan elestomer.
Pencetak

gigi

yang telah

dipreparasi

dapat

dilakukan

dengan

memasukkan bahan cetak elestomer kedalam saluran akar dengan menggunakan
semprotan. Sebatang kaawat yang dilumuri bahan perekat (tray adhesif) dan juga
bahan cetak dimasukkan kedalam saluran akar dengan gerakan memompa
(pumping action) agar semua bahan cetak yang telah masuk kedalam saluran akar
dapat mengalir dengan baik kedalam saluran akar. Batang kawat ini berfungsi

sebagai pemegang bahan cetak yang ada pada saluran akar dan juga memudahkan
pengeluaran bahan cetak dari saluran akar agar bahan cetak terssebut tidak patah
pada saat dikeluarkan. 10
Pada ujung kawat yang berbeda bagian koronal saluran akar dibuat
retensi dengan membengkokkan kawat kemudian dilakukan pencetakan biasa
dengan menggunakan bahan cetak elastomer. 10
Setelah prosedur pencetakan dilakukan, pasak siap untuk dituang.
Saluran akar dipersiapkan untuk pemasangan restorasi pasak. Pasak dimasukkan
ke dalam saluran akar setelah seluruh permukaan dibersihkan dari sisa-sisa bahan
pendam. Untuk melekatkan pasak di dalam saluran akar, digunakan semen dengan
adukan yang agak encer. Pasak yang terlumuri adukan semen ini dimasukkan
kedalam saluran akar dan dipertahankan dalam kedudukan yang baik sampai
semen mengeras dan restorasi pasak siap untuk dilakukan. 10
Dalam pemasangan pasak yang sesuai dengan protokol klinis standar,
digunakan pilot drill untuk membuat kongruensi-bentuk saluran akar sampai ke
sepertiga apikal akar untuk memperoleh kesesuaian dan retensi pasak primer.
Kesesuaian pasak yang dioptimalkan ini dinamakan form-congruence/kecocokanbentuk dan ditujukan untuk memaksimalkan adaptasi pasak pada dinding saluran
akar di sekitarnya dengan interfase semen dentin-pasak yang tipis dan merata.
Diduga bahwa kongruensi-bentuk memungkinkan terjadinya distribusi tekanan
pada dinding saluran akar selama fungsi klinis. Kongruensi-bentuk lima pasak
titanium sediaan yang direkatkan menggunakan semen zinc fosfat dan

menemukan bahwa celah semen rata-rata bervariasi antara 33 sampai 62 µm,
tergantung pada sistem pasak yang digunakan. 10
Pada gigi yang diisi menggunakan cast post-and-core dan mahkota yang
direkatkan dengan semen zinc fosfat, ditemukan peningkatan resistensi fraktur
yang signifikaan jika terjadi adaptasi maksimum pasak taper pada struktur akar
yang tersisa. Efek tersebut tidak ditemukan jika menggunakan pasak paralel.
Namun, preparasi ruang pasak memiliki beberapa resiko. Kurvatura dan
potongan-melintang setiap saluran akar dapat mempengaruhi preparasi tersebut
dan melemahkan akar atau bahkan mengakibatkan perforasi akar. 10
Pengaruh prosedur endodontik terhadap deformasi gigi-geligi anterior
dan menemukan bahwa stabilitasnya semakin berkurang seiring dengan
dilakukannya setiap tahap preparasi saluran akar. Penurunan stabilitas yang
signifikan terjadi jika ruang pasak dipreparasi, terutama setelah transformasi
preparasi pasak konis/kerucut menjadi bentuk silindris/bulat. Disimpulkan bahwa
jika struktur gigi yang dihilangkan cukup banyak dan geometri alami saluran akar
berubah, maka akan timbul efek de-stabilitas pada akar gigi yang diisi. Salah satu
penelitian terbaru menggunakan analisis komputasional, eksperimental, dan
fraciographic menguraikan pengaruh inner dentine [dentin bagian dalam], yang
terletak di sekitar saluran akar, terhadap resistensi fraktur gigi. Jelas, bukan hanya
ketebalan dinding dentin yang menstabilkan akar tapi juga keberadaan inner
dentine yang memiliki modulus elastisitas lebih rendah dibandingkan dengan
dentin bagian luar yang lebih termineralisasi. Pada saluran akar ireguler yang
memiliki potongan-melintang oval, dibutuhkan diameter drill yang besar untuk

memastikan kesesuaian pasak sirkumferensial, jadi banyak struktur inner dentine
yang dibuang. Namun, pemilihan pasak yang sesuai dengan diameter alami
slauran akar tanpa preparasi, yang ditujukan untuk mempertahankan substansi
inner dentine, menyebabkan longgarnya pasak dalam saluran ireguler [tidak ada
kongruensi-bentuk].6
Segera setelah pasak direkatkan menggunakan bahan adhesif pada
dinding saluran akar, kesesuaian pasak yang ideal dalam saluran akar [kongurensibentuk] tidak terlalu penting, seperti jika ruang diisi menggunakan luting
komposit. Namun, penyusutan lapisan semen resin yang lebih tebal akibat pasak
yang tidak sesuai, akan mengganggu kinerja klinis jangka panjang. Sebaliknya,
setelah dilakukan preparasi ruang pasak terstandardisasi [menggunakan post hole
drill yang disuplai oleh pabrik] dan prosedur bonding optimal., faktor konfigurasi
kavitas yang tinggi akan mengakibatkan pembentukan celah pada interfase semendentin ataupun pada interfase semen-pasak. Untuk mengurangi ketebalan semen
resin dalam ruang pasak ireguler, Dianjurkan dilakukannya relining pasak prasementasi menggunakan komposit flowable [pasak anatomis] untuk sementasi
pasak fiber guna meningkatkan kesesuaiannya dalam ruang pasak. Dengan latar
belakang tersebut, penggunaan teknik adhesif untuk sementasi pasak dan
preparasi ruang pasak minimal untuk mengurangi pembuangan jaringan keras
lebih banyak dipilih dalam praktek klinis. 6

Gambar 8. Penempatan parallel para-post dan composite resin core pada gigi
anterior

II.7 Kegagalan Penatalaksanaan Saluran Akar
Masalah klinis yang sering terjadi pada perawatan saluran akar dengan
restorasi pasak adalah kegagalan restorasi dalam mendapatkan retensi dan
resistensi pasak serta kegagalan akibat sisa akar yang telah dipreparasi sehingga
pada pemakaian restorasi pasak pasien yang sering merasa tidak nyaman. 10

Seperti halnya seluruh perawatan gigi, penggabungan beberapa faktor
mempengaruhi

hasil

suatu

perawatan

endodontik.

Faktor-faktor

yang

mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan perawatan saluran akar adalah faktor
patologi, faktor penderita, faktor anatomi, faktor perawatan dan kecelakaan
prosedur perawatan11
II.7.1 Faktor Patologis
Keberadaan lesi di jaringan pulpa dan lesi di periapikal mempengaruhi
tingkat keberhasilan perawatan saluran akar. Beberapa penelitian menunjukan
bahwa tidak mungkin menentukan secara klinis besarnya jaringan vital yang
tersisa dalam saluran akar dan derajat keterlibatan jaringan peripikal. Faktor
patologi yang dapat mempengaruhi hasil perawatan saluran akar adalah : 11
1. Keadaan patologis jaringan pulpa.
Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam
keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringan
pulpa vital dengan pulpa nekrosis. Peneliti lain menemukan bahwa kasus dengan
pulpa nekrosis memiliki prognosis yang lebih baik bila tidak terdapat lesi
periapikal.
2. Keadaan patologis periapikal
Hanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil
perawatan saluran akar. Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis
menghasilkan

prognosis

yang

lebih

buruk

dibandingkan

dengan

lesi

granulomatosa. Teori ini belum dapat dibuktikan karena secara radiografis belum

dapat dibedakan dengan jelas ke dua lesi ini dan pemeriksaan histologi kista
periapikal sulit dilakukan.
3. Keadaan periodontal
Kerusakan

jaringan

periodontal

merupakan

faktor

yang

dapat

mempengaruhi prognosis perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara
rongga mulut dengan daerah periapikal melalui suatu poket periodontal, akan
mencegah terjadinya proses penyembuhan jaringan lunak di periapikal. Toksin
yang dihasilkan oleh plak dentobakterial dapat menambah bertahannya reaksi
inflamasi.
4. Resorpsi internal dan eksternal
Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan
menghentikan perkembangan resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar
prognosisnya buruk karena sulit menentukan gambaran radiografis, apakah
resorpsi internal telah menyebabkan perforasi. Bermacam-macam cara pengisian
saluran akar yang teresorpsi agar mendapatkan pengisian yang hermetis.
II.7.2 Faktor Penderita
Faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
suatu perawatan saluran akar adalah sebagai berikut : 11

1. Motivasi Penderita

Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan
melalaikannya, mempunyai risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan yang
mungkin timbul selama perawatan akan menyebabkan mereka memilih untuk
diekstraksi
2. Usia Penderita
Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan
keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya
mengalami penyembuhan yang sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi
penting diketahui bahwa perawatan lebih sulit dilakukan pada orang tua karena
giginya telah banyak mengalami kalsifikasi. Hali ini mengakibatkan prognosis
yang buruk, tingkat perawatan bergantung pada kasusnya.
3. Keadaan kesehatan umum
Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki
risiko yang buruk terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di
bawah normal. Oleh karena itu keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit
jantung, diabetes atau hepatitis, dapat menjelaskan kegagalan perawatan saluran
akar di luar kontrol ahli endodontis.

II.7.3 Faktor Perawatan

Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
suatu perawatan saluran akar bergantung kepada : 11
1. Perbedaan operator
Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu
biologi serta pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan
menggunakan instrumen-instrumen yang dirancang khusus. Prosedur-prosedur
khusus dalam perawatan saluran akar digunakan untuk memperoleh keberhasilan
perawatan. Menjadi kewajiban bagi dokter gigi untuk menganalisa pengetahuan
serta kemampuan dalam merawat gigi secara benar dan efektif .
2. Teknik-teknik perawatan
Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia
bagi dokter gigi, namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing
ukuran keberhasilan secara umum belum dapat ditetapkan. Suatu penelitian
menunjukan bahwa teknik yang menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan
menghasilkan prognosis yang buruk pula.
3. Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar.
Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar
yang ideal dan pasti. Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm
lebih pendek dari akar radiografis dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat
keberhasilan yang rendah biasanya berhubungan dengan pengisian yang berlebih,

mungkin disebabkan iritasi oleh bahan-bahan dan penutupan apikal yang buruk.
Dengan tetap melakukan pengisian saluran akar yang lebih pendek dari apeks
radiografis, akan mengurangi kemungkinan kerusakan jaringan periapikal yang
lebih jauh
II.7.4 Faktor Anatomi Gigi
Faktor anatomi gigi dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan
suatu perawatan saluran akar dengan mempertimbangkan :
1. Bentuk saluran akar
Adanya pengbengkokan, penyumbatan,saluran akar yang sempit, atau
bentuk abnormal lainnya akan berpengaruh terhadap derajat kesulitan perawatan
saluran akar yang dilakukan yang memberi efek langsung terhadap prognosis.
2. Kelompok gigi
Ada yang berpendapat bahwa perawatan saluran akar pada gigi tunggal
mempunyai hasil yang lebih baik dari pada yang berakar jamak. Hal ini
disebabkan karena ada hubungannya dengan interpretasi dan visualisasi daerah
apikal pada gambaran radiografi. Tulang kortikal gigi-gigi anterior lebih tipis
dibandingkan dengan gigi-gigi posterior sehingga lesi resorpsi pada apeks gigi
anterior terlihat lebih jelas. Selain itu, superimposisi struktur radioopak daerah
periapikal untuk gigi-gigi anterior terjadi lebih sedikit, sehingga interpretasi
radiografinya mudah dilakukan. Radiografi standar lebih mudah didapat pada gigi
anterior, sehingga perubahan

periapikal lebih mudah diobservasi dibandingkan dengan gambaran radiologi gigi
posterior.
3. Saluran lateral atau saluran tambahan
Hubungan pulpa dengan ligamen periodontal tidak terbatas melalui
bagian apikal saja, tetapi juga melalui saluran tambahan yang dapat ditemukan
pada setiap permukaan akar. Sebagian besar ditemukan pada setengah apikal akar
dan daerah percabangan akar gigi molar yang umumnya berjalan langsung dari
saluran akar ke ligamen periodontal
Preparasi dan pengisian saluran akar tanpa memperhitungkan adanya
saluran tambahan, sering menimbulkan rasa sakit yang hebat sesudah perawatan
dan menjurus ke arah kegagalan perawatan akhir.
II.7.5 Kecelakaan Prosedural
Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada
hasil akhir perawatan saluran akar, misalnya :
1. Terbentuknya ledge (birai) atau perforasi lateral.
Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada permukaan
dinding saluran akar yang merintangi penempatan instrumen untuk mencapai
ujung saluran. Birai terbentuk karena penggunaan instrumen yang terlalu besar,
tidak sesuai dengan urutan; penempatan instrument yang kurang dari panjang
kerja atau penggunaan instrumen yang lurus serta tidak fleksibel di dalam saluran

akar yang bengkok. Birai dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang
merugikan pada prognosis selama kejadian ini menghalangi pembersihan,
pembentukan dan pengisian saluran akar yang memadai.
2. Instrumen patah
Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan
saluran akar akan mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan
perawatan. Prognosisnya bergantung pada seberapa banyak saluran sebelah apikal
patahan yang masih belum dibersihkan dan belum diobturasi serta seberapa
banyak patahannya. Prognosis yang baik jika patahan instrumen yang besar dan
terjadi ditahap akhir preparasi serta mendekati panjang kerja. Prognosis yang lebih
buruk jika saluran akar belum dibersihkan dan patahannya terjadi dekat apeks atau
diluar foramen apikalis pada tahap awal preparasi.
4. Fraktur akar vertikal
Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi
yang berlebihan pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan
pasak. Adanya fraktur akar vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil
perawatan karena menyebabkan iritasi terhadap ligamen periodontal.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124