MAKALAH SEJARAH ISLAM DI TIMOR LESTE (1)

MAKALAH
SEJARAH ISLAM DI TIMOR LESTE
Di Ajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Mata Kuliah Sejarah
islam di Asia Tenggara

DOSEN PENGAMPU
Lisa Aisya Rasyid, M.Hum.
DISUSUN OLEH
Ricky Domili

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO
FAKULTAS USHULUDDIN
JURUSAN SPI
2017

BAB I
PENDAHULUAN

Timor Leste dahulu adalah salah satu Provinsi di Indonesia, Timor Leste secara
resmi merdeka pada tanggal 20 Mei 2002. Sebelumnya, negara ini bernama Timor
Timur dan setelah menjadi anggota PBB, mereka memutuskan untuk memakai

nama Portugis yaitu Timor Leste sebagai nama resmi negara mereka. Meski dari
dulu di daerah ini umat Islam menjadi minoritas, saat masih menjadi bagian
Indonesia, banyak perhatian dan peningkatan aktivitas dakwah di sana. Timor
Leste, yang dahulunya bernama Timor Timur, juga sebagian daerah Nusa
Tenggara Timur lainnya mayoritas penduduknya adalah Nasrani. Hal ini
disebabkan karena daerah ini lama dikuasai Portugis. Padahal, kedatangan Islam di
daerah ini lebih dulu tiba. Namun sayangnya Islam banyak terkikis oleh agama
Nasrani yang dibawa Portugis dengan semboyan Gospelnya, yaitu menyebarkan
agama Nasrani di wilayah kolonialnya. Islam masuk kewilayah Asia Tenggara
melalui berbagai macam cara, terutama melalui jalur perdagangan. Dimana islam
masuk melalui pesisir sebagai basis dari para niagawan untuk singgah dan
melakukan transaksi disana.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Islam di Timur Leste
1. Kondisi Masyarakat Sebelum Masuknya Islam Di Timur Leste
Budaya dan kultur Timor Timur yang brkembang sesuai dengan kondisi alamnya
yang terpisah oleh pegunungan dan dataran tinggi,sehingga masyarakat terpisah dan
terbagi menjadi beberapa suku dan etnis. Setiap etnis dan suku diperintah oleh

seorang raja yang disebut Liurai dan memiliki bahasa dan dialek yang berbeda.Selain
bahasa tetun merupakan Lingua Franca seluruh suku, terdapat 35 bahasa dan dialek
yang

digunakan

secara

local,

bahasa

local

itu

antara

lain


bahasa

Galole,Mambae,Takodade,Bunak,Kemak,Makase,Dagada,Idate,Kairul,Madiki,,dan
Beikenu. Bahasa Tetun sebagai bahasa persatuan yang digunakan seluruh masyarakat
merupakan bahsa yang digunakan bahkan sampai ke Atambua di wilayah Indonesia.
Ternyata sejak lama bahasa Indonesia juga dikenal dan digunakan dalam pergaulan
sahari-hari.
Dari segi sosial politik,diperkirakan daerah Timor Leste pernah menjadi wilayah
pengaruh Kesultanan Malaka. Bukti tentang pengaruh malaka ini dapat kita lihat dari
pantun Malaka yang menerangkan bahwa di timor terdapat kerajaan yang takluk pada
kekuasaan kesultanan malaka. Dikatakan bahwa di Timor ada tiga kerajaan yang
dipimpin oleh 3 orang Liurai(raja), yaitu Liurai Lorosa’e(Raja besar di wilayah Timor
bagian timur) yang berkedudukan di liquisa,Liurai Laromanu(Raja Besar di Timor
Bagian Barat) yang berkedudukan di Molo Fatumenutu, dan Liurai Waihale (raja
besar di Timor Bagian Tengah) yang berkedudukan di Waihale,Kamnasa Betun
(Atambua Sekarang).
Sekitar abad XIV, di Laran Belu tercetus sebuah kesepakatan antara raja-raja Timor
dan kesultanan malaka yang kemudian dikenal dengan “Kesepakatan Malaka
Timor”,yang menyepakati kesetiakawanan antara Malaka dan timor.Kesepakatan
tersebut lenyap bersamaan dengan lenyapnya kesultanan Malaka oleh serbuan

portugis pada 1511.

2. Masuk dan Berkembangnya Islam di Timor Leste
Timor Leste, negara yang berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur itu,
memiliki sejarahnya sendiri dalam mempertahankan Islam. Di negara yang hanya
seluas 15,410 Km2 itu, meski minoritas, Islam tumbuh dan terus berkembang. Dari
hampir satu juta penduduknya, hanya tiga persen yang beragama Islam. Kendati
demikian, di negara itu Muslim terus mempertahankan identitasnya terhindar dari
diskriminasi dan perselisihan.
Masuk dan berkembangnya Islam dan Timor Timur tidak bisa dipisahkan dari
kedatangan pedagang-pedagang dari yaman dan Hadramaut ke Wilayah Nusantara.
Terdapat pemukiman pedagang Arab di banyak kota pelabuhan Nusantara,mulai dari
Aceh sampai ke Ternate dan Tidore. Menurut catatan, kedatangan pedagang Arab
yang pertama di Timor Timur adalah Abdullah Afif,yang diperkirakan menetap di
Dili sebelum 1512.
Menurut keterangan dari H.Abdullah Basyarewan (ketua MUI Timor Timur), Ketika
portugis datang di Dili pada 1512, kedatangannya di pelabuhan di sambut pemuka
masyarakat Dili, antara lain pemuka Arab bernama Abdullah Afif. Artinya, Abdullah
Afif sudah datang sebelum tahun 1512. Kemudian diikuti oleh Habib Umar Muhdlar
yang wafat di Dili dan dikebumikan di Lereng bukit Taibesi. Pada titik inilah

diperkirakan Islam mulai masuk di Timor timur, bersamaan dengan gelombang
perdagangan dari wilayah Nusantara lainnya di sebelah barat dan Utara.
Menurut

beberapa

catatan,

para

pedagang

Arab

datang

melalui

selat


Malaka,Aceh,Pulau Jawa, terus ke kepulawan Maluku,kemudian ke Sorong,Kepala
burung,(Irian Barat),selanjutnya ke Morotai dan akhirnya ke Timor. Di Kawasan
Timor mereka masuk ke pulau Alor,Solor,dan kepulawan Maluku.
Diperkirakan sejak itu penduduk Timor suda ada yang memeluk islam. Hal itu
dibuktikan dengan penemuan benda-benda keramat (lulik) penduduk asli yang berasal
dari benda-benda keagamaan (bahkan ada al-Qur’an yang berukuran mini 2,5 x 2 cm)
atau dapat dilihat dari upacara tradisional yang berasal dari tradisi orang-orang islam.
Artinya sudah sejak lama Islam datang dan dikenal masyarakat Timor, baik melalui
pedagang-pedagang Arab Yaman Hadramaut yang datang lebih awal maupun melalui

pedagang dan para Da’I yang berasal dari Indonesia Bugis Makassar dan Jawa yang
datang belakangan. Dari uraiyan diatas dapat disimpulkan bahwa masuknya Islam di
Timor Leste tidak jauh jarak masanya dengan masuknya islam di Nusantara
lainnya,atau ter jadi sebelum masuk dan berkuasanya penjajah Barat.Namun sebuah
kenyataan yang tidak dapat dibantah adalah bahwa Islamisasi periode awal ini kurang
mendapat perawatan sehingga banyak yang kembali ke agama animism ataupun
masuk Kristen.
3. Keadaan Muslim Pada Massa Indonesia (puncak kejayaan muslim Timor Leste)
a. Sarana Peribadatan
Mesjid adalah sarana peribadatan yang paling penting. Salah satu mesjid tertua

dan terbesar adalah mesjid An-Nur,yang sudah dimulai pembangunannya pada
1955. Sejak kehadiran pemerintah Indonesia di Timor (mulai saat itu dinamai
Timor Timur), pembangunan mesjid An-Nur mengalami peningkatan yang cukup
siknifikan mulai sejak itu mesjid ini kubahnya dibangun dengan cukup megah dan
diperluas menjadi 2 lantai. Pada tahun 1993 terdapat 13 buah masjid (masjid AnNur Kampung Alor, Nurul Huda Mantuto, Al-Amla Baucau, Al-Amin Baguia,
Al-Ikhlas Quelicai, At-Taqwa Lospalos, Al-Ikhlas Luro,Nurul Huda Ainaro, AlIhsan same, Nurusy-Syuhada Liquisa)dan 37 buah mushala yang juga tersebar di
seluruh wilayah Timor Timur.
b. Sarana Pendidikan Keagamaan
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pendidikan islam di Timor Leste
sudah berjalan sejak lama, bermula dari pendidikan di masjid, kemudian
berkembang menjadi pendidikan di sekolah khusus agama. Pada 3 oktober 1977
dimulai pembangunan lembaga pendidikan,yang kemudian berkembang menjadi
Taman

kanak-kanak

(1978),

Madrasah


Diniyah

(1976),

Madrasah

Tsanawiyah,dan Madrasah Aliyah An-Nur(1979).
c. Institusi Dan Lembaga Keagamaan
Pada 1981, didirikan Baitul Mal Dili, dengan ketuanya H. Abdullah Basyarewan,
didirikan Oleh Majelis Ulama Provinsi TimTim,yang pada waktu itu Diketuai
oleh Salim Musallam Syagram(28 februari 1982). Puncak tertinggi pencapaian
syiar Islam di Timor Timur adalah tumbuhnya 22 Lembaga Dakwah,37 Remaja

Mesjid,2 kelompok kasidah/gambus, 1 radio dakwah,6lembaga penerbit bacaan
keagamaan.
d. Kebebasan Menjalankan Ibadah dan Kebanggaan Menjadi Umat Muslim
Sejak 1978 masyarakat Islam mulai mengikuti kegiatan keagamaan secara
Nasional,seperti jmbore pramuka,MTQ. Selain itu juga rajin mendatangkan
guru,da’I dari Jakarta dan Surabaya,baik yang menetap di Timor Timur maupun
yang datang secara berkalamasyarakat merasakan kenikmatan dalam menjalankan

keyakinan dan ritual keagamaan Islam dan bangga menjadi bagian dari umat
islam.
4. Keadaan Muslim Pasca-Kemerdekaan (Kemunduran Islam Di Timor Leste)
Segera setelah menyatakan pelaksanaan

Referendum, yang menyatakan bahwa

rakyat Timor timur memilih merdeka dari Indonesia,dan berakhirnya kekuasaan
Indonesia di Timor Timur, terjadilah kekacawan dan anarkisme yang sangat dasyat.
Kekacauan ini terjadi karena pasukan Fretilin,yang tadinya bersembunyi di hutanhutan, masuk ke kota dan melakukan pembalasan terhadap rakyat yang memihak
Indonesia. Sebagai jawabannya,sisia-sisa pasukan RI, milisi pro-integrasi dan rakyat
yang pro-Indonesia menolak hasil referendum dan mengadakan pembumihangusan
hamper seluruh infra struktur. Akibatnya,diperkirakan lebih satu juta orang mati.
Seluruh rakyat yang pro Indonesia dan umat Islam (baik yang datang sebelum
intregrasi maupun yang datang setelah intregrasi) kebanyakan mengungsi ke wilyah
Indonesia dengan menderita sepanjang perjalanan penjarahan seluruh harta hasil mata
pencaharian mereka oleh frentilin atau pengacau keamanan. Sebagian lainnya
memilih tetap bertahan di pemukiman khususnya di sekitar masjid An-Nur,tetapi
dengan penderitaan yang juga luar biasa. Semua hubungan keluar masjid diputuskan,
suplai bahan makanan di blokir,dan seluruh sarana media, dan pencapaian tertinggi

peradaban umat islam yang dicapainya selama lebih dua puluh tahun dihancurkan
secara bertahap dan pasti.
Dalam berita terkini, jumlah umat muslim,yang pernah ada mencapai 30.389 pada
1995,kini tinggal tidak lebih dari 10.000-an.jumlah masjid yang tdinya mencapai 13
buah kini hanya tersisa 3 buah saja yang masih aktiv,sedangkan,kebanyakan mushala

yang letaknya saling berjauhan tersebar banyak yan sudah beralih fungsi dan pemilik
bahkan,(maaf) di antaranya ada yang beralih fungsi menjadi kandang kambing.
Kebanyakan tokoh-tokoh yang sangat kuat dukungannya pada dakwah islam terbelah
menjadi dua : yang kuat terpaksa mengungsi ke Indonesia sedangkan yang lain
terpaksa menyesuaikan diri dengan perubahan situasi demi keselamatan.
Meski Islam mengalami penurunan drastis di Timor Leste dalam segi jumlah, semangat untuk
tetap beribadah dan berdakwah di Bumi Timor Lorosae tetap terjaga. Kini, umat Islam di
Timor Leste telah membentuk lembaga Islam Timor Leste yang bernama CENCISTIL
(Centro da Comunidade Islamica de Timor Leste) atau Pusat Komunikasi Islam Timor Leste.
CENCISTIL berdiri sejak 10 Desember 2000. Tujuan pendiriannya adalah sebagai wadah
pengayom umat, corong suara Komunitas Islam Timor-Leste, sebagai lembaga yang berusaha
menjawab kesulitan umat pascamelepaskan diri, serta untuk menjawab kebutuhan umat Islam
ketika itu, kini, dan akan datang.
Keberadaan CENCISTIL sampai saat ini sebagai mitra pemerintah dalam pengurusan

mengenai kepentingan umat Islam di Timor Leste. Di samping itu, CENCISTIL berkomitmen
menjadi jembatan untuk membangun kerjasama antarmuslim di negara lain.
Sejak didirikan CENCISTIL mendapat subsidi dari pemerintah, namun sejak tahun 2009
subsidi tersebut tidak lagi cair. Dalam urusan keamanan badan aparatur Negara seperti polisi
dan intel bekerja sama dengan CENCISTIL dalam mencegah gangguan yang datang dari
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
 Budaya dan kultur Timor Timur yang brkembang sesuai dengan kondisi alamnya
yang terpisah oleh pegunungan dan dataran tinggi,sehingga masyarakat terpisah
dan terbagi menjadi beberapa suku dan etnis. Setiap etnis dan suku diperintah
oleh seorang raja yang disebut Liurai dan memiliki bahasa dan dialek yang
berbeda
 Dari segi sosial politik,diperkirakan daerah Timor Leste pernah menjadi wilayah
pengaruh Kesultanan Malaka. Bukti tentang pengaruh malaka ini dapat kita lihat
dari pantun Malaka yang menerangkan bahwa di timor terdapat kerajaan yang
takluk pada kekuasaan kesultanan malaka
 Sekitar abad XIV, di Laran Belu tercetus sebuah kesepakatan antara raja-raja
Timor dan kesultanan malaka yang kemudian dikenal dengan “Kesepakatan
Malaka Timor”,yang menyepakati kesetiakawanan antara Malaka dan
timor.Kesepakatan tersebut lenyap bersamaan dengan lenyapnya kesultanan
Malaka oleh serbuan portugis pada 1511
 Masuk dan berkembangnya Islam dan Timor Timur tidak bisa dipisahkan dari
kedatangan pedagang-pedagang dari yaman dan Hadramaut ke Wilayah
Nusantara. Terdapat pemukiman pedagang Arab di banyak kota pelabuhan
Nusantara,mulai dari Aceh sampai ke Ternate dan Tidore. Menurut catatan,
kedatangan pedagang Arab yang pertama di Timor Timur adalah Abdullah
Afif,yang diperkirakan menetap di Dili sebelum 1512.
 Menurut beberapa catatan, para pedagang Arab datang melalui selat
Malaka,Aceh,Pulau

Jawa,

terus

ke

kepulawan

Maluku,kemudian

ke

Sorong,Kepala burung,(Irian Barat),selanjutnya ke Morotai dan akhirnya ke
Timor. Di Kawasan Timor mereka masuk ke pulau Alor,Solor,dan kepulawan
Maluku. Diperkirakan sejak itu penduduk Timor suda ada yang memeluk islam.
Hal itu dibuktikan dengan penemuan benda-benda keramat (lulik) penduduk asli
yang berasal dari benda-benda keagamaan (bahkan ada al-Qur’an yang berukuran
mini 2,5 x 2 cm) atau dapat dilihat dari upacara tradisional yang berasal dari
tradisi orang-orang islam

b. Daftar Pustaka
 http://www.mirajnews.com/2014/04/cahaya-islam-di-timor-leste.html,
diakses pada tgl 5/12/2017.
 http://wartasejarah.blogspot.co.id/2014/07/sejarah-islam-di-timor-leste.html,
diakses pada tgl 5/12/2017.
 Dr. H. Saifullah,SA.MA. Sejarah dan kebudayaan Islam di Asia Tenggara.