Undang undang bahasa indonesia. doc
Undang-Undang Kebahasaan (UU 24/2009)
1. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009
TENTANG BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU
KEBANGSAAN
2.KOMPOSISI BAB I KETENTUAN UMUM 3 Pasal BAB II BENDERA
NEGARA 20 Pasal BAB III BAHASA NEGARA 21 Pasal BAB IV LAMBANG
NEGARA 22 Pasal BAB V LAGU KEBANGSAAN 6 Pasal BAB VI HAK DAN
KEWAJIBAN WN 1 Pasal BAB VII KETENTUAN PIDANA 6 Pasal BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN 1 Pasal BAB IX KETENTUAN PENUTUP 2 Pasal
3.UU 24 2009 BBLNLK
4. BAB I KETENTUAN UMUM PASAL 1 Dalam Undang-Undang ini yang
dimaksud dengan: … 2. Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
selanjutnya disebut Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang
digunakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. … 6. Bahasa
daerah adalah bahasa yang digunakan secara turun-temurun oleh warga negara
Indonesia di daerah-daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7.
Bahasa asing adalah bahasa selain Bahasa Indonesia dan bahasa daerah. ….
5. PASAL 2 Pengaturan bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu
kebangsaan sebagai simbol identitas wujud eksistensi bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dilaksanakan berdasarkan asas: a. persatuan; b. kedaulatan; c.
kehormatan; d. kebangsaan; e. kebhinnekatunggalikaan; f. ketertiban; g. kepastian
hukum; h. keseimbangan; i. keserasian; dan j. keselarasan.
6. PASAL 3 Pengaturan bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu
kebangsaan bertujuan untuk: a. memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan
Negara Kesatu-an Republik Indonesia; b. menjaga kehormatan yang menunjukkan
kedaulatan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan c. menciptakan
ketertiban, kepastian, dan standardisasi penggunaan bendera, bahasa, dan lambang
negara, serta lagu kebangsaan.
7.BAB III BAHASA NEGARA BAGIAN KESATU UMUM
8. PASAL 25 (1) Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara
dalam Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tahun 1945 bersumber dari bahasa yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal
28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang dikembangkan sesuai dengan
dinamika peradaban bangsa. (2) Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berfungsi sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu
berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya
daerah. (3) Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan,
komunikasi tingkat nasional, pengembangan kebudayaan nasional, transaksi dan
dokumentasi niaga, serta sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media massa.
9. BAGIAN KEDUA PENGGUNAAN BAHASA
10. PASAL 26 Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam peraturan perundangundangan.
11. PASAL 27 Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam dokumen resmi negara.
Penjelasan: Yang dimaksud “dokumen resmi negara” adalah antara lain surat
keputusan, surat berharga, ijazah, surat keterangan, surat identitas diri, akta jual
beli, surat perjanjian, putusan pengadilan.
12. PASAL 28 Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pidato resmi Presiden,
Wakil Presiden, dan pejabat negara yang lain yang disampaikan di dalam atau di
luar negeri. Penjelasan: Yang dimaksud dengan “pidato resmi” adalah pidato yang
disampaikan dalam forum resmi oleh pejabat negara atau pemerintahan, kecuali
forum resmi internasional di luar negeri yang menetapkan penggunaan bahasa
tertentu.
13. PASAL 29 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar
dalam pendidikan nasional. (2) Bahasa pengantar sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat menggunakan bahasa asing untuk tujuan yang mendukung kemampuan
berbahasa asing peserta didik. (3) Penggunaan Bahasa Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk satuan pendidikan asing atau satuan
pendidikan khusus yang mendidik warga negara asing.
14. PASAL 30 Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pelayanan administrasi
publik di instansi pemerintahan.
15. PASAL 31 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nota kesepahaman
atau perjanjian yang melibatkan lembaga negara, instansi pemerintah Republik
Indonesia, lembaga swasta Indonesia atau perseorangan warga negara Indonesia.
Penjelasan: Yang dimaksud dengan “perjanjian” adalah termasuk perjanjian
internasional, yaitu setiap perjanjian di bidang hukum publik yang diatur oleh
hukum internasional, dan dibuat oleh pemerintah dan negara, organisasi
internasional, atau subjek hukum internasional lain. Perjanjian internasional ditulis
dalam bahasa Indonesia, bahasa negara lain, dan/atau bahasa Inggris. Khusus
dalam perjanjian dengan organisasi internasional yang digunakan adalah bahasabahasa organisasi internasional.
16. PASAL 31 … (2) Nota kesepahaman atau perjanjian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yang melibatkan pihak asing ditulis juga dalam bahasa nasional pihak
asing tersebut dan/atau bahasa Inggris. Penjelasan: Dalam perjanjian bilateral,
naskah perjanjian ditulis dalam bahasa Indonesia, bahasa nasional negara lain
tersebut, dan/atau bahasa Inggris, dan semua naskah itu sama aslinya.
17. PASAL 32 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam forum yang bersifat
nasional atau forum yang bersifat internasional di Indonesia. (2) Bahasa Indonesia
dapat digunakan dalam forum yang bersifat internasional di luar negeri.
Penjelasan: Ayat (1) Yang dimaksud “bersifat nasional” adalah berskala
antardaerah dan berdampak nasional. Ayat (2) Yang dimaksud “bersifat
internasional” adalah berskala antar-bangsa dan berdampak internasional.
18. PASAL 33 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam komunikasi resmi di
lingkungan kerja pemerintah dan swasta. (2) Pegawai di lingkungan kerja lembaga
pemerintah dan swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang belum mampu
berbahasa Indonesia wajib mengikuti atau diikutsertakan dalam pembelajaran
untuk meraih kemampuan berbahasa Indonesia. Penjelasan: Yang dimaksud
dengan “lingkungan kerja swasta” adalah mencakup perusahaan yang berbadan
hukum Indonesia dan perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia.
19. PASAL 34 Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam laporan setiap lembaga
atau perseorangan kepada instansi pemerintahan.
20. PASAL 35 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam penulisan karya ilmiah
dan publikasi karya ilmiah di Indonesia. (2) Penulisan dan publikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk tujuan atau bidang kajian khusus dapat
menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing.
21. PASAL 36 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nama geografi di
Indonesia. (2) Nama geografi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya memiliki
1 (satu) nama resmi. (3) Bahasa Indonesia wajib digunakan untuk nama bangunan
atau gedung, jalan, apartemen atau permukiman, perkantoran, kompleks
perdagangan, merek dagang, lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi yang
didirikan atau dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia.
(4) Penamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dapat
menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing apabila memiliki nilai sejarah,
budaya, adat istiadat, dan/atau keagamaan.
22. PASAL 37 (1)Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam informasi tentang
produk barang atau jasa produksi dalam negeri atau luar negeri yang beredar di
Indonesia. (2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilengkapi
dengan bahasa daerah atau bahasa asing sesuai dengan keperluan.
23. PASAL 38 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam rambu umum,
penunjuk jalan, fasilitas umum, spanduk, dan alat informasi lain yang merupakan
pelayanan umum. (2) Penggunaan Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat disertai bahasa daerah dan/atau bahasa asing.
24. PASAL 39 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam informasi melalui
media massa. (2) Media massa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing yang mempunyai tujuan khusus
atau sasaran khusus.
25. PASAL 40 Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan Bahasa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 sampai dengan Pasal 39 diatur dalam
Peraturan Presiden.
26. BAGIAN KETIGA PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN
PELINDUNGAN BAHASA INDONESIA
27. PASAL 41 (1) Pemerintah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi
bahasa dan sastra Indonesia agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sesuai dengan perkembangan
zaman. (2) Pengembangan, pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan oleh
lembaga kebahasaan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan,
pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Pemerintah. Penjelasan: Ayat (2) Yang dimaksud dengan
“pengembangan bahasa” adalah upaya memodernkan bahasa melalui pemerkayaan
kosakata, pemantapan dan pembakuan sistem bahasa, pengembangan laras bahasa,
serta mengupayakan peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa
internasional. Yang dimaksud dengan “pembinaan bahasa” adalah upaya
meningkatkan mutu penggunaan bahasa melalui pembelajaran bahasa di semua
jenis dan jenjang pendidikan serta pemasyarakatan bahasa ke berbagai lapisan
masyarakat. Selain itu, pembinaan bahasa juga dimaksudkan untuk meningkatkan
kedisiplinan, keteladanan, dan sikap positif masyarakat terhadap bahasa Indonesia.
Yang dimaksud dengan “pelindungan bahasa” adalah upaya menjaga dan
memelihara kelestarian bahasa melalui penelitian, pengembangan, pembinaan, dan
pengajarannya.
28. PASAL 42 (1) Pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan
melindungi bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan
fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman
dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia. (2) Pengembangan,
pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan oleh pemerintah daerah di bawah
koordinasi lembaga kebahasaan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
pengembangan, pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
29. PASAL 43 (1) Pemerintah dapat memfasilitasi warga negara Indonesia yang
ingin memiliki kompetensi berbahasa asing dalam rangka peningkatan daya saing
bangsa. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai fasilitasi untuk meningkatkan
kompetensi berbahasa asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
30. BAGIAN KEEMPAT PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
MENJADI BAHASA INTERNASIONAL
31. PASAL 44 (1) Pemerintah meningkatkan fungsi Bahasa Indonesia menjadi
bahasa internasional secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan. (2)
Peningkatan fungsi Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikoordinasi oleh lembaga kebahasaan. (3) Ketentuan lebih
lanjut mengenai peningkatan fungsi Bahasa Indonesia menjadi bahasa
internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah. Penjelasan: Yang dimaksud “bahasa internasional” adalah bahasa yang
digunakan sebagai sarana komunikasi antarbangsa.
32. BAGIAN KELIMA LEMBAGA KEBAHASAAN
33. PASAL 45 Lembaga kebahasaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat
(2), Pasal 42 ayat (2), dan Pasal 44 ayat (2) dibentuk sesuai ketentuan peraturan
perun-dang-undangan dan bertanggung jawab kepada Menteri.
34. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN
35. PASAL 72 Pada saat Undang-Undang ini berlaku, semua peraturan perundangundangan yang mengatur bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu
kebangsaan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum
diganti dengan peraturan baru berdasarkan Undang-Undang ini.
36. BAB IX KETENTUAN PENUTUP
37. PASAL 73 Peraturan pelaksana yang diperlukan untuk melaksanakan UndangUndang ini diselesaikan paling lama 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang ini
diundangkan.
http://pusatbahasa.depdiknas.go.id/lamanv42/?q=node/1322
PENGERTIAN MORFOLOGI
Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa
Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan logos berarti ilmu.
Bunyi yang terdapat diantara morphed dan logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua
kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata
morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
Morfologi menurut Wikipedia adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuansatuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata
serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi
perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata.
Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang
disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi.
Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada
tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.
Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk
kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan
kelas kata.
B. MORFEM
Morfem adalah satuan bahasa yang turut serta dalam pembentukan kata dan dapat
dibedakan artinya. Morfem dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan
disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk
imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/.
Kata dugamerupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada
kataduga.
1. Morfem Bebas
Morfem bebas adalah bentuk kata yang bisa berdiri sendiri dengan artinya, misalnya kata dasar.
Contoh: buku, besar, jual. Kata dasar tersebut apabila tidak mendapat imbuhan tetap memiliki
arti.
2. Morfem Terikat
Morfem terikat adalah bentuk kata yang selalu bergabung dengan morfem lain.
Morfem terikat terbagi menjadi dua yaitu:
a. Morfem Terikat Morfologis
Morfem terikat morfologis yaitu morfem yang terikat oleh bentuk kata, terikat pada struktur kata,
misalnya imbuhan. Contoh:ber- pada kata beranak berarti menghasilkan anak. Jika ber- berdiri
sendiri tidak memiliki arti.
b. Morfem Terikat Sintaksis
Morfem terikat sintaksis yaitu morfem yang mempunyai arti pada tataran kalimat, misalnya kata
sambung atau kata depan. Contoh: aku dan kamu pergi bersama. Katadan pada kalimat tersebut
apabila berdiri sendiri tidak memiliki arti.
C. ALOMORF
Alomorf adalah anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi yang mempunyai
fungsi dan makna yang sama yaitu merupakan unsur yang membentuk verba aktif (Hasan Alwi,
dkk, 2003: 28). Setiap morfem mempunyai alomorf satu, dua, atau juga enam. Beberapa bentuk
alomorf dari beberapa morfem yaitu:
1. Morfem ber-, mempunyai alomorf ber-, be-, dan bel-.
a. BerContohnya : bertamasya
b. BeContohnya : bepergian
c. BelContohnya : belajar
2. Morfem me-, mempunyai alomorf me-, mem-, men-, meng-, menge-, dan meny-.
a. MeContohnya : mewajibkan, merajut
b. MemContohnya : membawa, mempunyai
c. MenContohnya : mencangkul, menulis, menndapatkan
d. MengContohnya : menggulung, mengkaji
e. MengeContohnya : mengecat
f. MenyContohnya : menyapu, menyiram, menyingkir
D. AFIKSASI
Afiksasi sering pula disinonimkan dengan proses pembubuhan afiks (imbuhan). Afiksasi
atau proses pembubuhan imbuhan ialah pembentukan kata dengan cara melekatkan afiks pada
bentuk dasar. Hasil afiksasi disebut kata berafiks atau kata berimbuhan. Afiksasi dalam bahasa
Indonesia sangat memegang peranan penting. Hal itu didasarkan pada suatu kenyataan, bahwa
bahasa Indonesia termasuk rumpun bahasa aglutinatif. Afiks dapat diklasifikasikan menjadi
bermacam-macam. Hal itu akan sangat bergantung pada segi tinjauannya. Menurut Suryadi
Abdillah H. (2011), macam afiks dapat ditinjau dari posisi atau letaknya, asalnya, serta
produktifnya, yaitu:
1. Afiks Ditinjau dari Letaknya.
Dari letak atau posisi melekatnya, afiks dapat dibagi menjadi empat macam yaitu prefiks atau
awalan, infiks atau sisipan, sufiks atau akhiran, dan konfiks atau imbuhan gabungan.
a. Prefiks
Prefiks ialah afiks (imbuhan) yang ditempatkan di bagian muka dasar (mungkin kata dasar atau
kata kompleks/ jadian).
Contoh:
ber - +
jalan =
berjalan, nosi dari imbuhan ber- pada kata berjalan adalah
melakukan
tindakan
jalan.
pe+
malas =
pemalas, nosi dari imbuhan pe- pada kata pemalas adalah bersifat
malas.
ter+
pandai =
terpandai, nosi dari imbuhan ter- pada kata terpandai adalah paling
pandai.
se+
kantor =
sekantor, nosi dari imbuhan se- pada kata sekantor adalah samasama dalam satu kantor.
b. Infiks
Infiks ialah afiks yang diselipkan atau dilekatkan di tengah kata dasar.
Contoh:
-el+
getar
=
geletar
-em+
getar
=
gemetar
-er+
gigi
=
gerigi
-in+
kerja =
kinerja
c. Sufiks
Sufiks ialah morfem terikat yang digunakan di bagian belakang kata atau dilekatkan pada akhir
dasar.
Contoh:
-an
+
hukum
=
hukuman, nosi dari imbuhan -an pada kata hukuman
adalah
cara
menghukum.
-nya +
buku
=
bukunya, nosi dari imbuhan -nya pada kata bukunya
adalah
menunjukkan
kepemilikan.
-man +
seni
=
seniman, nosi dari imbuhan
-man pada kata seniman adalah orang yang ahli dalam bidang seni.
d. Konfiks
Konfiks ialah gabungan prefiks dan sufiks yang dilekatkan sekaligus pada awal dan akhir dasar.
Contoh:
ber-an
+
datang
=
berdatangan, nosi dari imbuhan ber-an pada kata
berdatangan
adalah
menyatakan
banyak
pelaku.
ke-an
+
camat
=
kecamatan, nosi dari imbuhan ke-an pada kata
kecamatan
adalah
menyatakan
tempat.
ber-kan
+
senjata
=
bersenjatakan, nosi dari imbuhan ber-kan pada kata
bersenjatakan adalah memiliki atau memakai senjata.
meng-kan
+
kerja
=
mengerjakan, nosi dari imbuhan meng-kan pada
kata mengerjakan adalah melakukan perbuatan.
2. Afiks Ditinjau dari Asalnya
Ditinjau dari asalnya, afiks bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
afiks asli dan afiks dari bahasa asing.
a. Afiks Asli
Afiks asli ialah afiks-afiks yang memang merupakan bentukan atau afiks dari bahasa Indonesia
itu sendiri.
Contoh:
ke-an +
adil
=
keadilan
ter+
jatuh
=
terjatuh
b. Afiks Asing
Afiks asing ialah afiks yang berasal atau hasil pungutan dari bahasa asing yang kini telah
menjadi bagian sistem bahasa Indonesia. Untuk menyatakan suatu afiks bahasa asing telah
diterima menjadi afiks bahasa Indonesia, apabila afiks tersebut sudah mampu keluar dari
lingkungan bahasa asing dan sanggup melekat pada bentuk dasar bahasa Indonesia.
Contoh:
pra- +
sejarah
=
prasejarah
-ik
+
patriot
=
patriotik
3. Afiks Ditinjau dari Produktifitasnya
Ditinjau dari produktifitasnya, afiks bahasa Indonesia dapat
dibedakan menjadi dua
macam yaitu afiks improduktif dan afiks produktif.
a. Afiks improduktif
Afiks improduktif ialah afiks yang distribusinya terbatas pada kata-kata atau morfem-morfem
tertentu saja, tidak dapat digunakan lagi untuk membentuk kata-kata baru.
Contoh:
-is
+
nasional
=
nasionalis
-wi
+
manusia
=
manusiawi
b. Afiks produktif
Afiks produktif ialah afiks yang memilki kesanggupan yang besar untuk melekat pada kata-kata
atau morfem-morfem lain, sebagaimana tampak dalam distribusinya.
Jenis-jenis kata ulang bahasa indonesia
E. JENIS - JENIS KATA ULANG
a) Dwipurwa (kata ulang sebagian): Reduplikasi atas suku kata awal. Vokal dari suku kata awal
mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi tengah menjadi e pepet. Contoh: tetangga, leluhur,
leluasa.
b) Dwilingga (kata ulang utuh atau penuh): Reduplikasi atas seluruh bentuk dasar (bisa kata dasar
maupun kata berimbuhan). Contoh: rumah-rumah, kejadian-kejadian.
c) Dwilingga salin suara (berubah bunyi): Reduplikasi atas seluruh bentuk dasar yang salah satunya
mengalami perubahan suara pada suatu fonem atau lebih. Contoh: gerak-gerik, sayur-mayur.
d) Kata ulang berimbuhan: Reduplikasi dengan mendapat imbuhan, baik pada lingga pertama
maupun pada lingga kedua. Contoh: bermain-main, tarik-menarik.
e) Kata ulang semu: Kata yang sebenarnya merupakan kata dasar dan bukan hasil pengulangan atau
reduplikasi. Contoh: laba-laba, ubur-ubur, undur-undur, kupu-kupu, empek-empek.
f) Kata ulang utuh. Contoh: anak-anak, jalan-jalan, makan-makan.
g) Kata ulang sebagian atau kata ulang dwipurwa merupakan perulangan kata yang dialami oleh
sebagian dari kata dasar, dengan kata lain perulangan kata hanya terjadi pada suku awal kata
dasar, seperti: lelaki, tetua, seseorang. Di dalam kata ulang sebagian juga sering ditemukan kata
ulang yang mendapat akhiran, seperti: pepohonan, rerumputan.
h) Kata ulang berubah bunyi adalah kata ulang yang mengalami perubahan bunyi pada
akhir kata perulangan. contoh: sayur-mayur, bolak-balik.
F. MAKNA KATA ULANG BAHASA INDONESIA
1. Jamak (tak tentu). Contoh: Buku-buku itu telah kusimpan dalam lemari.
2. Bermacam-macam. Contoh: pohon-pohonan, buah-buahan.
3. Menyerupai. Contoh: kuda-kuda, anak-anakan, langit-langit, mobil-mobilan, rumah-
rumahan, kayu-kayuan.
4. Melemahkan (agak). Contoh: kekanak-kanakan, kebarat-baratan, sakit-sakitan.
5. Intensitas (kualitas, kuantitas, atau frekuensi). Contoh: kuat-kuat, kuda-kuda, mondar-
mandir.
6. Saling (berbalasan). Contoh: bersalam-salaman, tikam-menikam.
7. Kolektif (pada kata bilangan). Contoh: dua-dua, tiga-tiga, lima-lima.
8. Dalam keadaan. Contoh: mentah-mentah, hidup-hidup.
9. Walaupun (meskipun). Contoh: kecil-kecil.
10. Perihal. Contoh: masak-memasak, jahit menjahit.
11. Tindakan untuk bersenang-senang. Contoh: makan-makan, duduk-duduk, tidur-tiduran,
membaca-baca, berjalan-jalan.
12. Agak. Contoh: kehijau-hijauan, kemerah-merahan.
13. Tindakan yang dilakukan berkali-kali. Contoh: berkali-kali.
14. himpunan. Contoh: berjam-jam.
15. Perbalasan
menolong.
(pekerjaan).
Contoh:
kunjung-mengunjungi,
tuduh-menuduh,
tolong-
1. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009
TENTANG BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU
KEBANGSAAN
2.KOMPOSISI BAB I KETENTUAN UMUM 3 Pasal BAB II BENDERA
NEGARA 20 Pasal BAB III BAHASA NEGARA 21 Pasal BAB IV LAMBANG
NEGARA 22 Pasal BAB V LAGU KEBANGSAAN 6 Pasal BAB VI HAK DAN
KEWAJIBAN WN 1 Pasal BAB VII KETENTUAN PIDANA 6 Pasal BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN 1 Pasal BAB IX KETENTUAN PENUTUP 2 Pasal
3.UU 24 2009 BBLNLK
4. BAB I KETENTUAN UMUM PASAL 1 Dalam Undang-Undang ini yang
dimaksud dengan: … 2. Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
selanjutnya disebut Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang
digunakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. … 6. Bahasa
daerah adalah bahasa yang digunakan secara turun-temurun oleh warga negara
Indonesia di daerah-daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7.
Bahasa asing adalah bahasa selain Bahasa Indonesia dan bahasa daerah. ….
5. PASAL 2 Pengaturan bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu
kebangsaan sebagai simbol identitas wujud eksistensi bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dilaksanakan berdasarkan asas: a. persatuan; b. kedaulatan; c.
kehormatan; d. kebangsaan; e. kebhinnekatunggalikaan; f. ketertiban; g. kepastian
hukum; h. keseimbangan; i. keserasian; dan j. keselarasan.
6. PASAL 3 Pengaturan bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu
kebangsaan bertujuan untuk: a. memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan
Negara Kesatu-an Republik Indonesia; b. menjaga kehormatan yang menunjukkan
kedaulatan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan c. menciptakan
ketertiban, kepastian, dan standardisasi penggunaan bendera, bahasa, dan lambang
negara, serta lagu kebangsaan.
7.BAB III BAHASA NEGARA BAGIAN KESATU UMUM
8. PASAL 25 (1) Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara
dalam Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tahun 1945 bersumber dari bahasa yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal
28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang dikembangkan sesuai dengan
dinamika peradaban bangsa. (2) Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berfungsi sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu
berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya
daerah. (3) Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan,
komunikasi tingkat nasional, pengembangan kebudayaan nasional, transaksi dan
dokumentasi niaga, serta sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media massa.
9. BAGIAN KEDUA PENGGUNAAN BAHASA
10. PASAL 26 Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam peraturan perundangundangan.
11. PASAL 27 Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam dokumen resmi negara.
Penjelasan: Yang dimaksud “dokumen resmi negara” adalah antara lain surat
keputusan, surat berharga, ijazah, surat keterangan, surat identitas diri, akta jual
beli, surat perjanjian, putusan pengadilan.
12. PASAL 28 Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pidato resmi Presiden,
Wakil Presiden, dan pejabat negara yang lain yang disampaikan di dalam atau di
luar negeri. Penjelasan: Yang dimaksud dengan “pidato resmi” adalah pidato yang
disampaikan dalam forum resmi oleh pejabat negara atau pemerintahan, kecuali
forum resmi internasional di luar negeri yang menetapkan penggunaan bahasa
tertentu.
13. PASAL 29 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar
dalam pendidikan nasional. (2) Bahasa pengantar sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat menggunakan bahasa asing untuk tujuan yang mendukung kemampuan
berbahasa asing peserta didik. (3) Penggunaan Bahasa Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk satuan pendidikan asing atau satuan
pendidikan khusus yang mendidik warga negara asing.
14. PASAL 30 Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pelayanan administrasi
publik di instansi pemerintahan.
15. PASAL 31 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nota kesepahaman
atau perjanjian yang melibatkan lembaga negara, instansi pemerintah Republik
Indonesia, lembaga swasta Indonesia atau perseorangan warga negara Indonesia.
Penjelasan: Yang dimaksud dengan “perjanjian” adalah termasuk perjanjian
internasional, yaitu setiap perjanjian di bidang hukum publik yang diatur oleh
hukum internasional, dan dibuat oleh pemerintah dan negara, organisasi
internasional, atau subjek hukum internasional lain. Perjanjian internasional ditulis
dalam bahasa Indonesia, bahasa negara lain, dan/atau bahasa Inggris. Khusus
dalam perjanjian dengan organisasi internasional yang digunakan adalah bahasabahasa organisasi internasional.
16. PASAL 31 … (2) Nota kesepahaman atau perjanjian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yang melibatkan pihak asing ditulis juga dalam bahasa nasional pihak
asing tersebut dan/atau bahasa Inggris. Penjelasan: Dalam perjanjian bilateral,
naskah perjanjian ditulis dalam bahasa Indonesia, bahasa nasional negara lain
tersebut, dan/atau bahasa Inggris, dan semua naskah itu sama aslinya.
17. PASAL 32 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam forum yang bersifat
nasional atau forum yang bersifat internasional di Indonesia. (2) Bahasa Indonesia
dapat digunakan dalam forum yang bersifat internasional di luar negeri.
Penjelasan: Ayat (1) Yang dimaksud “bersifat nasional” adalah berskala
antardaerah dan berdampak nasional. Ayat (2) Yang dimaksud “bersifat
internasional” adalah berskala antar-bangsa dan berdampak internasional.
18. PASAL 33 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam komunikasi resmi di
lingkungan kerja pemerintah dan swasta. (2) Pegawai di lingkungan kerja lembaga
pemerintah dan swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang belum mampu
berbahasa Indonesia wajib mengikuti atau diikutsertakan dalam pembelajaran
untuk meraih kemampuan berbahasa Indonesia. Penjelasan: Yang dimaksud
dengan “lingkungan kerja swasta” adalah mencakup perusahaan yang berbadan
hukum Indonesia dan perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia.
19. PASAL 34 Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam laporan setiap lembaga
atau perseorangan kepada instansi pemerintahan.
20. PASAL 35 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam penulisan karya ilmiah
dan publikasi karya ilmiah di Indonesia. (2) Penulisan dan publikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk tujuan atau bidang kajian khusus dapat
menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing.
21. PASAL 36 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nama geografi di
Indonesia. (2) Nama geografi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya memiliki
1 (satu) nama resmi. (3) Bahasa Indonesia wajib digunakan untuk nama bangunan
atau gedung, jalan, apartemen atau permukiman, perkantoran, kompleks
perdagangan, merek dagang, lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi yang
didirikan atau dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia.
(4) Penamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dapat
menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing apabila memiliki nilai sejarah,
budaya, adat istiadat, dan/atau keagamaan.
22. PASAL 37 (1)Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam informasi tentang
produk barang atau jasa produksi dalam negeri atau luar negeri yang beredar di
Indonesia. (2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilengkapi
dengan bahasa daerah atau bahasa asing sesuai dengan keperluan.
23. PASAL 38 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam rambu umum,
penunjuk jalan, fasilitas umum, spanduk, dan alat informasi lain yang merupakan
pelayanan umum. (2) Penggunaan Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat disertai bahasa daerah dan/atau bahasa asing.
24. PASAL 39 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam informasi melalui
media massa. (2) Media massa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing yang mempunyai tujuan khusus
atau sasaran khusus.
25. PASAL 40 Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan Bahasa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 sampai dengan Pasal 39 diatur dalam
Peraturan Presiden.
26. BAGIAN KETIGA PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN
PELINDUNGAN BAHASA INDONESIA
27. PASAL 41 (1) Pemerintah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi
bahasa dan sastra Indonesia agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sesuai dengan perkembangan
zaman. (2) Pengembangan, pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan oleh
lembaga kebahasaan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan,
pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Pemerintah. Penjelasan: Ayat (2) Yang dimaksud dengan
“pengembangan bahasa” adalah upaya memodernkan bahasa melalui pemerkayaan
kosakata, pemantapan dan pembakuan sistem bahasa, pengembangan laras bahasa,
serta mengupayakan peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa
internasional. Yang dimaksud dengan “pembinaan bahasa” adalah upaya
meningkatkan mutu penggunaan bahasa melalui pembelajaran bahasa di semua
jenis dan jenjang pendidikan serta pemasyarakatan bahasa ke berbagai lapisan
masyarakat. Selain itu, pembinaan bahasa juga dimaksudkan untuk meningkatkan
kedisiplinan, keteladanan, dan sikap positif masyarakat terhadap bahasa Indonesia.
Yang dimaksud dengan “pelindungan bahasa” adalah upaya menjaga dan
memelihara kelestarian bahasa melalui penelitian, pengembangan, pembinaan, dan
pengajarannya.
28. PASAL 42 (1) Pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan
melindungi bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan
fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman
dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia. (2) Pengembangan,
pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan oleh pemerintah daerah di bawah
koordinasi lembaga kebahasaan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
pengembangan, pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
29. PASAL 43 (1) Pemerintah dapat memfasilitasi warga negara Indonesia yang
ingin memiliki kompetensi berbahasa asing dalam rangka peningkatan daya saing
bangsa. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai fasilitasi untuk meningkatkan
kompetensi berbahasa asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
30. BAGIAN KEEMPAT PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
MENJADI BAHASA INTERNASIONAL
31. PASAL 44 (1) Pemerintah meningkatkan fungsi Bahasa Indonesia menjadi
bahasa internasional secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan. (2)
Peningkatan fungsi Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikoordinasi oleh lembaga kebahasaan. (3) Ketentuan lebih
lanjut mengenai peningkatan fungsi Bahasa Indonesia menjadi bahasa
internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah. Penjelasan: Yang dimaksud “bahasa internasional” adalah bahasa yang
digunakan sebagai sarana komunikasi antarbangsa.
32. BAGIAN KELIMA LEMBAGA KEBAHASAAN
33. PASAL 45 Lembaga kebahasaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat
(2), Pasal 42 ayat (2), dan Pasal 44 ayat (2) dibentuk sesuai ketentuan peraturan
perun-dang-undangan dan bertanggung jawab kepada Menteri.
34. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN
35. PASAL 72 Pada saat Undang-Undang ini berlaku, semua peraturan perundangundangan yang mengatur bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu
kebangsaan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum
diganti dengan peraturan baru berdasarkan Undang-Undang ini.
36. BAB IX KETENTUAN PENUTUP
37. PASAL 73 Peraturan pelaksana yang diperlukan untuk melaksanakan UndangUndang ini diselesaikan paling lama 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang ini
diundangkan.
http://pusatbahasa.depdiknas.go.id/lamanv42/?q=node/1322
PENGERTIAN MORFOLOGI
Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa
Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan logos berarti ilmu.
Bunyi yang terdapat diantara morphed dan logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua
kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata
morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
Morfologi menurut Wikipedia adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuansatuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata
serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi
perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata.
Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang
disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi.
Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada
tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.
Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk
kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan
kelas kata.
B. MORFEM
Morfem adalah satuan bahasa yang turut serta dalam pembentukan kata dan dapat
dibedakan artinya. Morfem dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan
disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk
imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/.
Kata dugamerupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada
kataduga.
1. Morfem Bebas
Morfem bebas adalah bentuk kata yang bisa berdiri sendiri dengan artinya, misalnya kata dasar.
Contoh: buku, besar, jual. Kata dasar tersebut apabila tidak mendapat imbuhan tetap memiliki
arti.
2. Morfem Terikat
Morfem terikat adalah bentuk kata yang selalu bergabung dengan morfem lain.
Morfem terikat terbagi menjadi dua yaitu:
a. Morfem Terikat Morfologis
Morfem terikat morfologis yaitu morfem yang terikat oleh bentuk kata, terikat pada struktur kata,
misalnya imbuhan. Contoh:ber- pada kata beranak berarti menghasilkan anak. Jika ber- berdiri
sendiri tidak memiliki arti.
b. Morfem Terikat Sintaksis
Morfem terikat sintaksis yaitu morfem yang mempunyai arti pada tataran kalimat, misalnya kata
sambung atau kata depan. Contoh: aku dan kamu pergi bersama. Katadan pada kalimat tersebut
apabila berdiri sendiri tidak memiliki arti.
C. ALOMORF
Alomorf adalah anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi yang mempunyai
fungsi dan makna yang sama yaitu merupakan unsur yang membentuk verba aktif (Hasan Alwi,
dkk, 2003: 28). Setiap morfem mempunyai alomorf satu, dua, atau juga enam. Beberapa bentuk
alomorf dari beberapa morfem yaitu:
1. Morfem ber-, mempunyai alomorf ber-, be-, dan bel-.
a. BerContohnya : bertamasya
b. BeContohnya : bepergian
c. BelContohnya : belajar
2. Morfem me-, mempunyai alomorf me-, mem-, men-, meng-, menge-, dan meny-.
a. MeContohnya : mewajibkan, merajut
b. MemContohnya : membawa, mempunyai
c. MenContohnya : mencangkul, menulis, menndapatkan
d. MengContohnya : menggulung, mengkaji
e. MengeContohnya : mengecat
f. MenyContohnya : menyapu, menyiram, menyingkir
D. AFIKSASI
Afiksasi sering pula disinonimkan dengan proses pembubuhan afiks (imbuhan). Afiksasi
atau proses pembubuhan imbuhan ialah pembentukan kata dengan cara melekatkan afiks pada
bentuk dasar. Hasil afiksasi disebut kata berafiks atau kata berimbuhan. Afiksasi dalam bahasa
Indonesia sangat memegang peranan penting. Hal itu didasarkan pada suatu kenyataan, bahwa
bahasa Indonesia termasuk rumpun bahasa aglutinatif. Afiks dapat diklasifikasikan menjadi
bermacam-macam. Hal itu akan sangat bergantung pada segi tinjauannya. Menurut Suryadi
Abdillah H. (2011), macam afiks dapat ditinjau dari posisi atau letaknya, asalnya, serta
produktifnya, yaitu:
1. Afiks Ditinjau dari Letaknya.
Dari letak atau posisi melekatnya, afiks dapat dibagi menjadi empat macam yaitu prefiks atau
awalan, infiks atau sisipan, sufiks atau akhiran, dan konfiks atau imbuhan gabungan.
a. Prefiks
Prefiks ialah afiks (imbuhan) yang ditempatkan di bagian muka dasar (mungkin kata dasar atau
kata kompleks/ jadian).
Contoh:
ber - +
jalan =
berjalan, nosi dari imbuhan ber- pada kata berjalan adalah
melakukan
tindakan
jalan.
pe+
malas =
pemalas, nosi dari imbuhan pe- pada kata pemalas adalah bersifat
malas.
ter+
pandai =
terpandai, nosi dari imbuhan ter- pada kata terpandai adalah paling
pandai.
se+
kantor =
sekantor, nosi dari imbuhan se- pada kata sekantor adalah samasama dalam satu kantor.
b. Infiks
Infiks ialah afiks yang diselipkan atau dilekatkan di tengah kata dasar.
Contoh:
-el+
getar
=
geletar
-em+
getar
=
gemetar
-er+
gigi
=
gerigi
-in+
kerja =
kinerja
c. Sufiks
Sufiks ialah morfem terikat yang digunakan di bagian belakang kata atau dilekatkan pada akhir
dasar.
Contoh:
-an
+
hukum
=
hukuman, nosi dari imbuhan -an pada kata hukuman
adalah
cara
menghukum.
-nya +
buku
=
bukunya, nosi dari imbuhan -nya pada kata bukunya
adalah
menunjukkan
kepemilikan.
-man +
seni
=
seniman, nosi dari imbuhan
-man pada kata seniman adalah orang yang ahli dalam bidang seni.
d. Konfiks
Konfiks ialah gabungan prefiks dan sufiks yang dilekatkan sekaligus pada awal dan akhir dasar.
Contoh:
ber-an
+
datang
=
berdatangan, nosi dari imbuhan ber-an pada kata
berdatangan
adalah
menyatakan
banyak
pelaku.
ke-an
+
camat
=
kecamatan, nosi dari imbuhan ke-an pada kata
kecamatan
adalah
menyatakan
tempat.
ber-kan
+
senjata
=
bersenjatakan, nosi dari imbuhan ber-kan pada kata
bersenjatakan adalah memiliki atau memakai senjata.
meng-kan
+
kerja
=
mengerjakan, nosi dari imbuhan meng-kan pada
kata mengerjakan adalah melakukan perbuatan.
2. Afiks Ditinjau dari Asalnya
Ditinjau dari asalnya, afiks bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
afiks asli dan afiks dari bahasa asing.
a. Afiks Asli
Afiks asli ialah afiks-afiks yang memang merupakan bentukan atau afiks dari bahasa Indonesia
itu sendiri.
Contoh:
ke-an +
adil
=
keadilan
ter+
jatuh
=
terjatuh
b. Afiks Asing
Afiks asing ialah afiks yang berasal atau hasil pungutan dari bahasa asing yang kini telah
menjadi bagian sistem bahasa Indonesia. Untuk menyatakan suatu afiks bahasa asing telah
diterima menjadi afiks bahasa Indonesia, apabila afiks tersebut sudah mampu keluar dari
lingkungan bahasa asing dan sanggup melekat pada bentuk dasar bahasa Indonesia.
Contoh:
pra- +
sejarah
=
prasejarah
-ik
+
patriot
=
patriotik
3. Afiks Ditinjau dari Produktifitasnya
Ditinjau dari produktifitasnya, afiks bahasa Indonesia dapat
dibedakan menjadi dua
macam yaitu afiks improduktif dan afiks produktif.
a. Afiks improduktif
Afiks improduktif ialah afiks yang distribusinya terbatas pada kata-kata atau morfem-morfem
tertentu saja, tidak dapat digunakan lagi untuk membentuk kata-kata baru.
Contoh:
-is
+
nasional
=
nasionalis
-wi
+
manusia
=
manusiawi
b. Afiks produktif
Afiks produktif ialah afiks yang memilki kesanggupan yang besar untuk melekat pada kata-kata
atau morfem-morfem lain, sebagaimana tampak dalam distribusinya.
Jenis-jenis kata ulang bahasa indonesia
E. JENIS - JENIS KATA ULANG
a) Dwipurwa (kata ulang sebagian): Reduplikasi atas suku kata awal. Vokal dari suku kata awal
mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi tengah menjadi e pepet. Contoh: tetangga, leluhur,
leluasa.
b) Dwilingga (kata ulang utuh atau penuh): Reduplikasi atas seluruh bentuk dasar (bisa kata dasar
maupun kata berimbuhan). Contoh: rumah-rumah, kejadian-kejadian.
c) Dwilingga salin suara (berubah bunyi): Reduplikasi atas seluruh bentuk dasar yang salah satunya
mengalami perubahan suara pada suatu fonem atau lebih. Contoh: gerak-gerik, sayur-mayur.
d) Kata ulang berimbuhan: Reduplikasi dengan mendapat imbuhan, baik pada lingga pertama
maupun pada lingga kedua. Contoh: bermain-main, tarik-menarik.
e) Kata ulang semu: Kata yang sebenarnya merupakan kata dasar dan bukan hasil pengulangan atau
reduplikasi. Contoh: laba-laba, ubur-ubur, undur-undur, kupu-kupu, empek-empek.
f) Kata ulang utuh. Contoh: anak-anak, jalan-jalan, makan-makan.
g) Kata ulang sebagian atau kata ulang dwipurwa merupakan perulangan kata yang dialami oleh
sebagian dari kata dasar, dengan kata lain perulangan kata hanya terjadi pada suku awal kata
dasar, seperti: lelaki, tetua, seseorang. Di dalam kata ulang sebagian juga sering ditemukan kata
ulang yang mendapat akhiran, seperti: pepohonan, rerumputan.
h) Kata ulang berubah bunyi adalah kata ulang yang mengalami perubahan bunyi pada
akhir kata perulangan. contoh: sayur-mayur, bolak-balik.
F. MAKNA KATA ULANG BAHASA INDONESIA
1. Jamak (tak tentu). Contoh: Buku-buku itu telah kusimpan dalam lemari.
2. Bermacam-macam. Contoh: pohon-pohonan, buah-buahan.
3. Menyerupai. Contoh: kuda-kuda, anak-anakan, langit-langit, mobil-mobilan, rumah-
rumahan, kayu-kayuan.
4. Melemahkan (agak). Contoh: kekanak-kanakan, kebarat-baratan, sakit-sakitan.
5. Intensitas (kualitas, kuantitas, atau frekuensi). Contoh: kuat-kuat, kuda-kuda, mondar-
mandir.
6. Saling (berbalasan). Contoh: bersalam-salaman, tikam-menikam.
7. Kolektif (pada kata bilangan). Contoh: dua-dua, tiga-tiga, lima-lima.
8. Dalam keadaan. Contoh: mentah-mentah, hidup-hidup.
9. Walaupun (meskipun). Contoh: kecil-kecil.
10. Perihal. Contoh: masak-memasak, jahit menjahit.
11. Tindakan untuk bersenang-senang. Contoh: makan-makan, duduk-duduk, tidur-tiduran,
membaca-baca, berjalan-jalan.
12. Agak. Contoh: kehijau-hijauan, kemerah-merahan.
13. Tindakan yang dilakukan berkali-kali. Contoh: berkali-kali.
14. himpunan. Contoh: berjam-jam.
15. Perbalasan
menolong.
(pekerjaan).
Contoh:
kunjung-mengunjungi,
tuduh-menuduh,
tolong-