HAMA PADA TANAMAN CABAI. doc
TUGAS PERLINDUNGAN TANAMAN
“HAMA PADA TANAMAN CABAI”
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
Pungki Faradila F
Faisal Fachrur
Yudani Alamsyah Harahap
Verlita Cahya Adani
Unggun Herninda Satiti
(20150220155)
(20150220184)
(20150220148)
(20150220162)
(20150220165)
Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2016
PENDAHULUAN
Cabai (Capsicum Annuum) tergolong Kingdom Plantae dengan, Divisi: Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga), Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Ordo: Solanales, Famili :
Solanaceae (suku terung-terungan), Genus: Capsicum, Spesies: Capsicum annum L. Cabai
merupakan komuditas sayuran yang dapat dipasarkan dalam bentuk olahan dan memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi serta prospek pasar yang menarik.
Oleh Karena itu pada umumnya usaha tani tanaman cabai dikelola petani secara intensif
dengan harapan memperoleh hasil dengan jumlah yang sangat banyak serta harga yang memadai.
Namun untuk menghasilkan cabai berkualitas bagus tidak terlepas dari perawatan rutin yang
harus dilakukan. Hal tersebut dilakukan agar tanaman cabai terhindar dari organisme
pengganggu tanaman ( OPT ), salah satunya hama.
PEMBAHASAN
1. Hama Tungau
A. Klasifikasi:
Nama Lokal
Nama Latin
Kingdom
Kelas
Ordo
Famili
Panjang Badan
Jumlah kaki
Terlihat pada
: Tungau Kuning
: Polyphagotarsonemus latus
: Animalia
: Arachnida
: Acarina: Trombidiformes
: Tarsonemidae
: 0,25 mm
: 8 (delapan)
: Pucuk muda dan juga tunas
B. Cara menyerang, bagian yang diserang dan gejala yang diserang
Tungau menyerang dengan cara menghisap cairan daun menggunakan mulut yang bertipe
pencucuk dan penghisap. Tungau menghisap cairan sel yang ada didalam jaringan mesofil
pada daun. Kehilangan cairan sel ini menyebabkan klorofil pada daun menjadi rusak dan
menghambat proses fotosintesis tanaman cabai.
Serangan ditandai dengan munculnya bintik kuning di permukaan daun cabai. Bintik
tersebut lama-kelamaan melebar lalu berubah menjadi kecokelatan dan akhirnya menghitam.
Serangan parah terjadi pada musim kemarau. Hal ini disebabkan karena hama tungau lebih
cepat berkembang biak pada kondisi kering.
C. Metamorfosis
Disaat musim kemarau dan cuaca panas dengan suhu optimal 27° C telur-telur tungau
dapat menetas dalam waktu 3 hari. Menjadi tungau dewasa secara seksual dalam waktu 5
hari setelah menetas.Seekor hama tungau betina mampu bertelur sebanyak 20 butir telur/hari,
dan dapat hidup antara 2 sampai 4 minggu. Tungau-tungau tersebut dapat bertelur hingga
ratusan telur. Seekor tungau betina tunggal mampu berkembang biak hingga satu juta ekor
tungau dalam jangka waktu satu bulan.
Tungau betina bersifat diploid, sedangkan tungau jantan bersifat haploid. Artinya, tungau
betina merupakan keturunan dari telur yang dibuahi oleh tungau jantan, sendangkan tungau
jantan merupakan keturunan dari telur yang tidak dibuahi. Ketika melakukan perkawinan,
tungau betina akan menghindari terjadinya pembuahan pada beberapa butir telur untuk
menghasilkan tungau jantan. Telur yang dibuahi akan menghasilkan betina diploid.
Sementara telur yang tidak dibuahi akan menghasilkan tungau jantan haploid.
D. Kerugian yang timbul
Kerugian yang ditimbulakan terlihat pada biologi tanaman yaitu daun menjadi keriting
dan menggulung kearah bawah, menebal, berbentuk seperti sendok terbalik. Bagian bawah
daun berwarna seperti tembaga dan terdapat benang-benang putih halus.
E. Pengendalian
1. Pengendalian teknis. Tanaman yang terserang parah dicabut sedangkan yang belum parah
dipotong pucuk-pucuknya. Sisa tanaman yang terserang dibakar agar tidak menjangkiti
yang lain. Untuk mencegahnya, usahakan areal penanaman cabe tidak berdekatan dengan
tanaman singkong. Menjaga kebersihan kebun efektif mengurangi serangan tungau.
2. Pengendalian kimiawi. Tungau hanya bisa diberantas dengan racun tungau seperti
akarisida, bukan dengan insektisida. Dilihat dari fisiknya, tungau berkaki delapan
berbeda dengan serangga (insek) yang berkaki empat.
2. Lalat Buah
Lalat buah termasuk hama yang poliphagous atau mempunyai banyak tanaman inang
alternatif, jika tanaman utamanya sedang tidak berbuah. Tanaman inang hama lalat buah
selain cabai ialah nangka, belimbing, mangga, tomat, melon, pepaya, mentimun, paria dll.
Lalat buah dapat menyebabkan kerusakan langsung terhadap 150 spesies tanaman buah dan
sayur-sayuran baik di daerah tropis maupun daerah subtropis.
Secara ekonomis beberapa spesies lalat buah merupakan hama penting yang berasosiasi
dengan berbagai buah-buahan dan sayuran tropika.
A. Klasifikasi:
Nama Lokal
Nama Latin
Kingdom
Phylum
Kelas
Ordo
Famili
: Lalat Buah
: Bactrocera sp.
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Diptera
: Tephritidae
B. Cara menyerang, bagian yang diserang dan gejala serangan
Lalat buah betina menyerang buah cabai rawit dengan cara menusukkan ovipositornya ke
dalam buah cabai rawit. Gejala serangan pada buah yang terserang lalat buah, ditandai
dengan adanya noda-noda kecil bekas tusukan ovipositor. Buah yang baru ditusuk akan sulit
dikenali karena hanya ditandai dengan titik hitam yang kecil sekali. Telur menetas menjadi
belatung dan memakan bagian dalam buah cabai.
C. Metamorfosis
Siklus hidup hama lalat buah dimulai dari stadia telur, larva, pupa, dan dewasa
(Holometabola) . Lalat buah betina mempunyai ovipositor yang runcing pada ujung tubuhnya
yang berfungsi untuk memasukkan telurnya ke dalam buah. Jumlah telur yang diletakkan
perhari bervariasi antara 2–40 butir.
Telur yang diletakkan di dalam buah cabai, kemudian menetas menjadi larva (belatung).
Larva selama hidupnya akan hidup, makan, dan berkembang di dalam buah cabai. Larva lalat
buah mempunyai tiga tingkat instar. Larva berwarna putih kekuningan dan sering diikuti
dengan masuknya bakteri dan jamur, sehingga buah cabai dengan cepat mengalami
pembusukan dan kemudian akan berjatuhan di tanah. Apabila buah cabai dibelah, pada
daging buah terdapat larva kecil dengan ukuran 4–10 mm dan biasanya bila larva disentuh,
akan meloncat-loncat (tidak berjalan). Larva instar akhir akan menjatuhkan dirinya ke tanah
untuk membentuk pupa di dalam tanah. Selanjutnya pupa akan berkembang menjadi imago
lalat buah yang keluar dari dalam tanah.
Lalat buah dewasa biasanya berukuran 1–6 mm. Warnanya sangat bervariasi mulai dari
warna kuning cerah, oranye kehitaman, cokelat, atau kombinasinya. Pada sayap B. cucurbitae
biasanya terdapat dua garis membujur dan sepasang sayap transparan. Bactrocera cucurbitae
mudah dikenali dari bentuk garis pita atau spot cokelat atau hitam yang ada dibagian
sayapnya (Gambar 4). Pada abdomen umumnya terdapat dua pita melintang dan satu pita
yang membagi dua abdomen terakhir. Lalat buah dewasa akan aktif terbang pada jam 06:00–
09:00 pagi atau sore hari jam 15:00–18:00.
D. Kerugian yang timbul
Kerusakan yang diakibatkan hama ini akan menyebabkan gugurnya buah sebelum
mencapai kematangan yang diinginkan, sehingga produksi baik kualitas maupun
kuantitasnya menurun. Kerugian akibat serangan hama lalat buah berkisar antara 20–60%
tergantung pada jenis buah/sayuran, intensitas serangan dan kondisi iklim/musim.
Kerusakan pada daging buah bagian dalam tidak dapat dilihat, karena permukaan buah
tetap mulus. Namun, apabila buah cabai di belah, maka akan terlihat biji-biji berwarna hitam,
daging buah busuk, lunak, dan ada belatung yang merupakan larva lalat buah. Luka tusukan
lalat buah dapat menyebabkan masuknya infeksi sekunder berupa penyakit busuk buah, baik
dari cendawan maupun bakteri. Pada tingkat serangan parah, buah cabai banyak yang busuk
dan rontok.
E. Pengendalian
1. Secara Kultur Teknis
a. Sanitasi lahan. Sanitasi lahan bertujuan untuk memutuskan daur hidup lalat buah,
sehingga perkembangan lalat buah dapat ditekan. Sanitasi dilakukan dengan cara
mengumpulkan buah yang jatuh atau busuk kemudian dimusnahkan dan dibakar atau
dibenamkan di dalam tanah dengan cara membuat lobang berukuran 1 x 0,5 m atau 1
x 1 m sampah/serasah di sekitar tanaman juga harus dikumpulkan dan dibakar atau
dipendam dalam tanah. Pastikan ke dalam tanah tidak memungkinkan larva dapat
berkembang menjadi pupa. Pupa yang ada dalam tanah dapat dimusnahkan dengan
cara membalikkan tanah di sekitar tanaman.
b. Gunakan perangkap lem kuning atau lem tikus bening yang dicampur dengan sedikit
metyl eugenol untuk menangkap lalat buah dewasa.
c. Pengasapan dengan membakar sampah kering, dan dibagian atasnya ditutupi sampah
basah, agar dapat dihasilkan asap dan tidak sampai terbakar. Kepulan asap yang
menyebar ke seluruh bagian tanaman akan mengusir keberadaan hama lalat buah.
d. Pemasangan mulsa plastik dapat menekan larva berubah menjadi pupa dan akhirnya
mengurangi populasi serangga dewasa
2. Pengendalian secara fisik atau mekanik
a. Gunakan perangkap atraktan metyl eugenol/cue lure yang dipasang atau digantung di
dalam perangkap yang terbuat dari bekas air mineral untuk menangkap lalat jantan.
Bagian dasar botol diberi sedikit air lalat buah mati terendam air. Sebaiknya
perangkap dipasang dibagian luar lahan atau di bagian pinggir pertanaman, hal ini
bertujuan agar lalat tidak terkumpul di tengah pertanaman.
3. Pengendalian secara biologi
a. Pengendalian lalat buah secara biologi dapat dilakukan dengan cara menghasilkan
lalat buah jantan mandul. Teknik pengendalian jantan mandul berhasil mengendalikan
hama lalat buah di Jepang. Dengan melepaskan serangga jantan yang sudah mandul,
maka telur yang dihasilkan dari perkawinan dengan lalat betina menjadi steril atau
tidak bisa menghasilkan keturunan, dan akhirnya populasi akan turun dan musnah.
b. Memanfaatkan musuh alami baik parasitoid, predator atau patogen namun di
Indonesia belum banyak diterapkan. Jenis parasitoid yang banyak ditemukan adalah
Biosteres sp. dan Opius sp (Braconidae). Predator lalat buah yang umum adalah
semut, laba-laba, kumbang stafilinid dan cocopet (Dermaptera). Jenis patogen yang
banyak menyerang pupa lalat buah adalah Beauveria sp.
4. Pengendalian secara kimiawi
a. Dapat dilakukan dengan cara pengabutan/pengasapan (fogging). Caranya
menggunakan alat pengabutan panas (fogger) dan pestisida yang keluar berbentuk
kabut/asap karena ukuran dropletnya sangat kecil.
b. Pencampuran insektisida dengan zat penarik (atraktan) maupun food attraktan
(tertarik dengan makanan). Food attraktan yang biasanya digunakan adalah berupa
protein hidrolisa yang berasal dari limbah bir dan diberi insektisida spinosad
kemudian disemprotkan pada tanaman. Umpan beracun akan dimakan oleh lalat buah
jantan atau betina yang akhirnya dapat membunuh lalat buah
3. Kutu daun
Kutu daun (Aphis) merupakan serangga hama yang merusak perkembangan tanaman
cabe
A. Klasifikasi:
Nama Lokal
Nama Latin
Kingdom
Phylum
Kelas
Famili
Genus
Panjang
: Kutu Daun
: Aphis gossypii
: Animalia
: Arthopoda
: Insecta
: Aphididae
: Aphis
: 1-6 mm
B. Cara menyerang, bagian yang diserang, dan gejala serangan
Kutu daun ini menyerang tunas dan daun muda dengan cara menghisap cairan
tanaman. Serangannya hampir sama dengan tungau namun akibat cairan dari daun yang
dihisapnya menyebabkan daun melengkung ke atas, keriting dan belang-belang hingga
akhirnya dapat menyebabkan kerontokan
C. Metamorfosis
Kutu Aphis ini memiliki kemampuan berkembang biak dengan cepat karena selain bisa
memperbanyak dari perkawinan biasa, dia juga mampu bertelur tanpa pembuahan.
D. Kerugian yang timbul
Menurut Balfas (2005), kerugian akibat serangan hama kutu daun Aphis berkisar antara
10-30% dan saat musim kemarau, kerugian yang ditimbulkan dapat lebih besar lagi yaitu
mencapai 40%.
E. Cara pengendalian
a. Penggunaan varietas tahan
Resistensi tanaman adalah semua ciri dan sifat tanaman yang 4 memungkinkan
tanaman terhindar, mempunyai daya tahan atau daya sembuh dari serangga hama
dalam kondisi yang akan menyebabkan kerusakan yang lebih besar. Dalam
penggunaan varietas tahan ternyata biayanya relatif murah, tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan dan mudah diaplikasikan oleh petani di lapangan( Sodiq
2009).
Setiap tanaman cabai memiliki ketahanan yang berbeda dengan tanaman cabai
varietas lainnya terhadap serangan hama. Ketahanan tanaman mempunyai beberapa
macam ketahanan terhadap serangan hama, salah satunya adalah ketahanan mekanis.
Ketahanan mekanis merupakan ketahanan yang dimiliki oleh tanaman karena
memiliki suatu struktur morfologis yang sukar diserang oleh hama, misalnya tanaman
yang memiliki epidermis yang tebal, adanya lapisan lilin, mempunyai mulut kulit
yang sempit dan adanya bulu-bulu halus di permukaan daun. Menurut Sodiq (2009)
Ketahanan/resistensi tanaman terhadap hama hakekatnya telah 7 terkandung dalam
tanaman dan diperoleh secara alamiah, sedang sifatnya adalah menolak, mencegah
atau mentolerir serangan hama.
Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa:
1. Terdapat perbedaan intensitas serangan hama kutu daun Aphis pada kedua
varietas, puncak tertinggi serangan pada varietass Malita FM adalah 61,13% dan
Varietas Samia adalah 70,14%.
2. Terdapat perbedaan populasi hama kutu daun aphis pada kedua variatas dimana
populsi tertinggi hama Aphis pada varietas Malita FM adalah varietas Malita FM
adalah 180 ekor per tanaman, dan pada tanaman cabai varietas Samia
pertumbuhan populasi hama Aphis mencapai 158 per tanaman.
3. Terdapat perbedaan hasil rata-rata dari kedua varietas tanaman cabai, dimana hasil
tanaman cabai varietas Malita FM adalah 11,34g dan tanaman cabai varietas
Samia 9,27g.
b. Pengendalian kultur teknis
Pengendalian kultur teknis dilakukan dengan memetic daun-daun cabai yang
terserang kemudian musnahkan. Hindari juga penanaman cabe berdekatan dengan
semangka, melon dan kacang panjang. Menjaga kebersihan kebun dan penggunaan
plastik mulsa perak efektif menekan perkembangan kutu daun.
c. Pengendalian kimiawi
Pengendalian kimiawi dilakukan dengan cara menggunakan jenis insektisida yang
mengandung fipronil atau diafenthiuron. Penyempotan paling efektif dilakukan pada
sore hari.
KESIMPULAN
Hama adalah binatang-binatang pengganggu tanaman, merusak tanaman, dan
mampu menimbulkan kergian ekonomi. Hama mampu membuat produksi suatu tanaman
berkurang bahkan mampu membunuh tanaman budidaya. Hama yang menyerang tanman
cabai yaitu tungau, lalat buah dan kutu daun.
Kerugian yang ditimbulkan berupa daun menjadi kriting, gugurnya buah sebelum
mencapai kematangan yang menyebabkan kualitas produksi menjadi menurun serta
berdampak pada menurunnya ekonomi petani. Pengendalian yang biasa digunakan berupa
secara kultur teknis, fisik atau mekanik, biologi, kimiawi.
Daftar Pustaka:
Dahlia Simanjuntak, F.X Wagiman, Laksminiwati Prabaningrum. (2011). Pengendalian Hayati
AFID Pada Tanaman Cabai Merah. Pengendalian Hayati AFID Pada Tanaman Cabai
Merah, 5.
Dama, Y. (2013). Serangan Hama Kutu Daun APHIS Pada Dua Varietas Tanaman Cabai. Dahlia
Simanjuntak, F.X Wagiman, Laksminiwati Prabaningrum. (2011). Pengendalian Hayati
AFID Pada Tanaman Cabai Merah. Pengendalian Hayati AFID Pada Tanaman Cabai
Merah, 5., 16.
Siti Maysaroh, R. Y. (2014). Identifikasi Lalat Buah pada perkebunan Cabai Merah di Jalur 03
Desa Kepenuhan Sejati Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu. Identifikasi
Lalat Buah pada perkebunan Cabai Merah di Jalur 03 Desa Kepenuhan Sejati
Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, 4.
Hasyim, A. S. (2014). Teknologi Pengendalian Hama Buah Pada Tanaman Cabai. Bandung:
Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Bayu Aji Nugroho, S. (2015). Mengenal Tungau Polyphagotarsonemus latus (Acarina:
Tarsonematidae) Pada Tanaman Teh, Gejala, dan Pengendaliannya. Mengenal Tungau
Polyphagotarsonemus latus (Acarina: Tarsonematidae) Pada Tanaman Teh, Gejala, dan
Pengendaliannya, 6.
“HAMA PADA TANAMAN CABAI”
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
Pungki Faradila F
Faisal Fachrur
Yudani Alamsyah Harahap
Verlita Cahya Adani
Unggun Herninda Satiti
(20150220155)
(20150220184)
(20150220148)
(20150220162)
(20150220165)
Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2016
PENDAHULUAN
Cabai (Capsicum Annuum) tergolong Kingdom Plantae dengan, Divisi: Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga), Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Ordo: Solanales, Famili :
Solanaceae (suku terung-terungan), Genus: Capsicum, Spesies: Capsicum annum L. Cabai
merupakan komuditas sayuran yang dapat dipasarkan dalam bentuk olahan dan memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi serta prospek pasar yang menarik.
Oleh Karena itu pada umumnya usaha tani tanaman cabai dikelola petani secara intensif
dengan harapan memperoleh hasil dengan jumlah yang sangat banyak serta harga yang memadai.
Namun untuk menghasilkan cabai berkualitas bagus tidak terlepas dari perawatan rutin yang
harus dilakukan. Hal tersebut dilakukan agar tanaman cabai terhindar dari organisme
pengganggu tanaman ( OPT ), salah satunya hama.
PEMBAHASAN
1. Hama Tungau
A. Klasifikasi:
Nama Lokal
Nama Latin
Kingdom
Kelas
Ordo
Famili
Panjang Badan
Jumlah kaki
Terlihat pada
: Tungau Kuning
: Polyphagotarsonemus latus
: Animalia
: Arachnida
: Acarina: Trombidiformes
: Tarsonemidae
: 0,25 mm
: 8 (delapan)
: Pucuk muda dan juga tunas
B. Cara menyerang, bagian yang diserang dan gejala yang diserang
Tungau menyerang dengan cara menghisap cairan daun menggunakan mulut yang bertipe
pencucuk dan penghisap. Tungau menghisap cairan sel yang ada didalam jaringan mesofil
pada daun. Kehilangan cairan sel ini menyebabkan klorofil pada daun menjadi rusak dan
menghambat proses fotosintesis tanaman cabai.
Serangan ditandai dengan munculnya bintik kuning di permukaan daun cabai. Bintik
tersebut lama-kelamaan melebar lalu berubah menjadi kecokelatan dan akhirnya menghitam.
Serangan parah terjadi pada musim kemarau. Hal ini disebabkan karena hama tungau lebih
cepat berkembang biak pada kondisi kering.
C. Metamorfosis
Disaat musim kemarau dan cuaca panas dengan suhu optimal 27° C telur-telur tungau
dapat menetas dalam waktu 3 hari. Menjadi tungau dewasa secara seksual dalam waktu 5
hari setelah menetas.Seekor hama tungau betina mampu bertelur sebanyak 20 butir telur/hari,
dan dapat hidup antara 2 sampai 4 minggu. Tungau-tungau tersebut dapat bertelur hingga
ratusan telur. Seekor tungau betina tunggal mampu berkembang biak hingga satu juta ekor
tungau dalam jangka waktu satu bulan.
Tungau betina bersifat diploid, sedangkan tungau jantan bersifat haploid. Artinya, tungau
betina merupakan keturunan dari telur yang dibuahi oleh tungau jantan, sendangkan tungau
jantan merupakan keturunan dari telur yang tidak dibuahi. Ketika melakukan perkawinan,
tungau betina akan menghindari terjadinya pembuahan pada beberapa butir telur untuk
menghasilkan tungau jantan. Telur yang dibuahi akan menghasilkan betina diploid.
Sementara telur yang tidak dibuahi akan menghasilkan tungau jantan haploid.
D. Kerugian yang timbul
Kerugian yang ditimbulakan terlihat pada biologi tanaman yaitu daun menjadi keriting
dan menggulung kearah bawah, menebal, berbentuk seperti sendok terbalik. Bagian bawah
daun berwarna seperti tembaga dan terdapat benang-benang putih halus.
E. Pengendalian
1. Pengendalian teknis. Tanaman yang terserang parah dicabut sedangkan yang belum parah
dipotong pucuk-pucuknya. Sisa tanaman yang terserang dibakar agar tidak menjangkiti
yang lain. Untuk mencegahnya, usahakan areal penanaman cabe tidak berdekatan dengan
tanaman singkong. Menjaga kebersihan kebun efektif mengurangi serangan tungau.
2. Pengendalian kimiawi. Tungau hanya bisa diberantas dengan racun tungau seperti
akarisida, bukan dengan insektisida. Dilihat dari fisiknya, tungau berkaki delapan
berbeda dengan serangga (insek) yang berkaki empat.
2. Lalat Buah
Lalat buah termasuk hama yang poliphagous atau mempunyai banyak tanaman inang
alternatif, jika tanaman utamanya sedang tidak berbuah. Tanaman inang hama lalat buah
selain cabai ialah nangka, belimbing, mangga, tomat, melon, pepaya, mentimun, paria dll.
Lalat buah dapat menyebabkan kerusakan langsung terhadap 150 spesies tanaman buah dan
sayur-sayuran baik di daerah tropis maupun daerah subtropis.
Secara ekonomis beberapa spesies lalat buah merupakan hama penting yang berasosiasi
dengan berbagai buah-buahan dan sayuran tropika.
A. Klasifikasi:
Nama Lokal
Nama Latin
Kingdom
Phylum
Kelas
Ordo
Famili
: Lalat Buah
: Bactrocera sp.
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Diptera
: Tephritidae
B. Cara menyerang, bagian yang diserang dan gejala serangan
Lalat buah betina menyerang buah cabai rawit dengan cara menusukkan ovipositornya ke
dalam buah cabai rawit. Gejala serangan pada buah yang terserang lalat buah, ditandai
dengan adanya noda-noda kecil bekas tusukan ovipositor. Buah yang baru ditusuk akan sulit
dikenali karena hanya ditandai dengan titik hitam yang kecil sekali. Telur menetas menjadi
belatung dan memakan bagian dalam buah cabai.
C. Metamorfosis
Siklus hidup hama lalat buah dimulai dari stadia telur, larva, pupa, dan dewasa
(Holometabola) . Lalat buah betina mempunyai ovipositor yang runcing pada ujung tubuhnya
yang berfungsi untuk memasukkan telurnya ke dalam buah. Jumlah telur yang diletakkan
perhari bervariasi antara 2–40 butir.
Telur yang diletakkan di dalam buah cabai, kemudian menetas menjadi larva (belatung).
Larva selama hidupnya akan hidup, makan, dan berkembang di dalam buah cabai. Larva lalat
buah mempunyai tiga tingkat instar. Larva berwarna putih kekuningan dan sering diikuti
dengan masuknya bakteri dan jamur, sehingga buah cabai dengan cepat mengalami
pembusukan dan kemudian akan berjatuhan di tanah. Apabila buah cabai dibelah, pada
daging buah terdapat larva kecil dengan ukuran 4–10 mm dan biasanya bila larva disentuh,
akan meloncat-loncat (tidak berjalan). Larva instar akhir akan menjatuhkan dirinya ke tanah
untuk membentuk pupa di dalam tanah. Selanjutnya pupa akan berkembang menjadi imago
lalat buah yang keluar dari dalam tanah.
Lalat buah dewasa biasanya berukuran 1–6 mm. Warnanya sangat bervariasi mulai dari
warna kuning cerah, oranye kehitaman, cokelat, atau kombinasinya. Pada sayap B. cucurbitae
biasanya terdapat dua garis membujur dan sepasang sayap transparan. Bactrocera cucurbitae
mudah dikenali dari bentuk garis pita atau spot cokelat atau hitam yang ada dibagian
sayapnya (Gambar 4). Pada abdomen umumnya terdapat dua pita melintang dan satu pita
yang membagi dua abdomen terakhir. Lalat buah dewasa akan aktif terbang pada jam 06:00–
09:00 pagi atau sore hari jam 15:00–18:00.
D. Kerugian yang timbul
Kerusakan yang diakibatkan hama ini akan menyebabkan gugurnya buah sebelum
mencapai kematangan yang diinginkan, sehingga produksi baik kualitas maupun
kuantitasnya menurun. Kerugian akibat serangan hama lalat buah berkisar antara 20–60%
tergantung pada jenis buah/sayuran, intensitas serangan dan kondisi iklim/musim.
Kerusakan pada daging buah bagian dalam tidak dapat dilihat, karena permukaan buah
tetap mulus. Namun, apabila buah cabai di belah, maka akan terlihat biji-biji berwarna hitam,
daging buah busuk, lunak, dan ada belatung yang merupakan larva lalat buah. Luka tusukan
lalat buah dapat menyebabkan masuknya infeksi sekunder berupa penyakit busuk buah, baik
dari cendawan maupun bakteri. Pada tingkat serangan parah, buah cabai banyak yang busuk
dan rontok.
E. Pengendalian
1. Secara Kultur Teknis
a. Sanitasi lahan. Sanitasi lahan bertujuan untuk memutuskan daur hidup lalat buah,
sehingga perkembangan lalat buah dapat ditekan. Sanitasi dilakukan dengan cara
mengumpulkan buah yang jatuh atau busuk kemudian dimusnahkan dan dibakar atau
dibenamkan di dalam tanah dengan cara membuat lobang berukuran 1 x 0,5 m atau 1
x 1 m sampah/serasah di sekitar tanaman juga harus dikumpulkan dan dibakar atau
dipendam dalam tanah. Pastikan ke dalam tanah tidak memungkinkan larva dapat
berkembang menjadi pupa. Pupa yang ada dalam tanah dapat dimusnahkan dengan
cara membalikkan tanah di sekitar tanaman.
b. Gunakan perangkap lem kuning atau lem tikus bening yang dicampur dengan sedikit
metyl eugenol untuk menangkap lalat buah dewasa.
c. Pengasapan dengan membakar sampah kering, dan dibagian atasnya ditutupi sampah
basah, agar dapat dihasilkan asap dan tidak sampai terbakar. Kepulan asap yang
menyebar ke seluruh bagian tanaman akan mengusir keberadaan hama lalat buah.
d. Pemasangan mulsa plastik dapat menekan larva berubah menjadi pupa dan akhirnya
mengurangi populasi serangga dewasa
2. Pengendalian secara fisik atau mekanik
a. Gunakan perangkap atraktan metyl eugenol/cue lure yang dipasang atau digantung di
dalam perangkap yang terbuat dari bekas air mineral untuk menangkap lalat jantan.
Bagian dasar botol diberi sedikit air lalat buah mati terendam air. Sebaiknya
perangkap dipasang dibagian luar lahan atau di bagian pinggir pertanaman, hal ini
bertujuan agar lalat tidak terkumpul di tengah pertanaman.
3. Pengendalian secara biologi
a. Pengendalian lalat buah secara biologi dapat dilakukan dengan cara menghasilkan
lalat buah jantan mandul. Teknik pengendalian jantan mandul berhasil mengendalikan
hama lalat buah di Jepang. Dengan melepaskan serangga jantan yang sudah mandul,
maka telur yang dihasilkan dari perkawinan dengan lalat betina menjadi steril atau
tidak bisa menghasilkan keturunan, dan akhirnya populasi akan turun dan musnah.
b. Memanfaatkan musuh alami baik parasitoid, predator atau patogen namun di
Indonesia belum banyak diterapkan. Jenis parasitoid yang banyak ditemukan adalah
Biosteres sp. dan Opius sp (Braconidae). Predator lalat buah yang umum adalah
semut, laba-laba, kumbang stafilinid dan cocopet (Dermaptera). Jenis patogen yang
banyak menyerang pupa lalat buah adalah Beauveria sp.
4. Pengendalian secara kimiawi
a. Dapat dilakukan dengan cara pengabutan/pengasapan (fogging). Caranya
menggunakan alat pengabutan panas (fogger) dan pestisida yang keluar berbentuk
kabut/asap karena ukuran dropletnya sangat kecil.
b. Pencampuran insektisida dengan zat penarik (atraktan) maupun food attraktan
(tertarik dengan makanan). Food attraktan yang biasanya digunakan adalah berupa
protein hidrolisa yang berasal dari limbah bir dan diberi insektisida spinosad
kemudian disemprotkan pada tanaman. Umpan beracun akan dimakan oleh lalat buah
jantan atau betina yang akhirnya dapat membunuh lalat buah
3. Kutu daun
Kutu daun (Aphis) merupakan serangga hama yang merusak perkembangan tanaman
cabe
A. Klasifikasi:
Nama Lokal
Nama Latin
Kingdom
Phylum
Kelas
Famili
Genus
Panjang
: Kutu Daun
: Aphis gossypii
: Animalia
: Arthopoda
: Insecta
: Aphididae
: Aphis
: 1-6 mm
B. Cara menyerang, bagian yang diserang, dan gejala serangan
Kutu daun ini menyerang tunas dan daun muda dengan cara menghisap cairan
tanaman. Serangannya hampir sama dengan tungau namun akibat cairan dari daun yang
dihisapnya menyebabkan daun melengkung ke atas, keriting dan belang-belang hingga
akhirnya dapat menyebabkan kerontokan
C. Metamorfosis
Kutu Aphis ini memiliki kemampuan berkembang biak dengan cepat karena selain bisa
memperbanyak dari perkawinan biasa, dia juga mampu bertelur tanpa pembuahan.
D. Kerugian yang timbul
Menurut Balfas (2005), kerugian akibat serangan hama kutu daun Aphis berkisar antara
10-30% dan saat musim kemarau, kerugian yang ditimbulkan dapat lebih besar lagi yaitu
mencapai 40%.
E. Cara pengendalian
a. Penggunaan varietas tahan
Resistensi tanaman adalah semua ciri dan sifat tanaman yang 4 memungkinkan
tanaman terhindar, mempunyai daya tahan atau daya sembuh dari serangga hama
dalam kondisi yang akan menyebabkan kerusakan yang lebih besar. Dalam
penggunaan varietas tahan ternyata biayanya relatif murah, tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan dan mudah diaplikasikan oleh petani di lapangan( Sodiq
2009).
Setiap tanaman cabai memiliki ketahanan yang berbeda dengan tanaman cabai
varietas lainnya terhadap serangan hama. Ketahanan tanaman mempunyai beberapa
macam ketahanan terhadap serangan hama, salah satunya adalah ketahanan mekanis.
Ketahanan mekanis merupakan ketahanan yang dimiliki oleh tanaman karena
memiliki suatu struktur morfologis yang sukar diserang oleh hama, misalnya tanaman
yang memiliki epidermis yang tebal, adanya lapisan lilin, mempunyai mulut kulit
yang sempit dan adanya bulu-bulu halus di permukaan daun. Menurut Sodiq (2009)
Ketahanan/resistensi tanaman terhadap hama hakekatnya telah 7 terkandung dalam
tanaman dan diperoleh secara alamiah, sedang sifatnya adalah menolak, mencegah
atau mentolerir serangan hama.
Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa:
1. Terdapat perbedaan intensitas serangan hama kutu daun Aphis pada kedua
varietas, puncak tertinggi serangan pada varietass Malita FM adalah 61,13% dan
Varietas Samia adalah 70,14%.
2. Terdapat perbedaan populasi hama kutu daun aphis pada kedua variatas dimana
populsi tertinggi hama Aphis pada varietas Malita FM adalah varietas Malita FM
adalah 180 ekor per tanaman, dan pada tanaman cabai varietas Samia
pertumbuhan populasi hama Aphis mencapai 158 per tanaman.
3. Terdapat perbedaan hasil rata-rata dari kedua varietas tanaman cabai, dimana hasil
tanaman cabai varietas Malita FM adalah 11,34g dan tanaman cabai varietas
Samia 9,27g.
b. Pengendalian kultur teknis
Pengendalian kultur teknis dilakukan dengan memetic daun-daun cabai yang
terserang kemudian musnahkan. Hindari juga penanaman cabe berdekatan dengan
semangka, melon dan kacang panjang. Menjaga kebersihan kebun dan penggunaan
plastik mulsa perak efektif menekan perkembangan kutu daun.
c. Pengendalian kimiawi
Pengendalian kimiawi dilakukan dengan cara menggunakan jenis insektisida yang
mengandung fipronil atau diafenthiuron. Penyempotan paling efektif dilakukan pada
sore hari.
KESIMPULAN
Hama adalah binatang-binatang pengganggu tanaman, merusak tanaman, dan
mampu menimbulkan kergian ekonomi. Hama mampu membuat produksi suatu tanaman
berkurang bahkan mampu membunuh tanaman budidaya. Hama yang menyerang tanman
cabai yaitu tungau, lalat buah dan kutu daun.
Kerugian yang ditimbulkan berupa daun menjadi kriting, gugurnya buah sebelum
mencapai kematangan yang menyebabkan kualitas produksi menjadi menurun serta
berdampak pada menurunnya ekonomi petani. Pengendalian yang biasa digunakan berupa
secara kultur teknis, fisik atau mekanik, biologi, kimiawi.
Daftar Pustaka:
Dahlia Simanjuntak, F.X Wagiman, Laksminiwati Prabaningrum. (2011). Pengendalian Hayati
AFID Pada Tanaman Cabai Merah. Pengendalian Hayati AFID Pada Tanaman Cabai
Merah, 5.
Dama, Y. (2013). Serangan Hama Kutu Daun APHIS Pada Dua Varietas Tanaman Cabai. Dahlia
Simanjuntak, F.X Wagiman, Laksminiwati Prabaningrum. (2011). Pengendalian Hayati
AFID Pada Tanaman Cabai Merah. Pengendalian Hayati AFID Pada Tanaman Cabai
Merah, 5., 16.
Siti Maysaroh, R. Y. (2014). Identifikasi Lalat Buah pada perkebunan Cabai Merah di Jalur 03
Desa Kepenuhan Sejati Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu. Identifikasi
Lalat Buah pada perkebunan Cabai Merah di Jalur 03 Desa Kepenuhan Sejati
Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, 4.
Hasyim, A. S. (2014). Teknologi Pengendalian Hama Buah Pada Tanaman Cabai. Bandung:
Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Bayu Aji Nugroho, S. (2015). Mengenal Tungau Polyphagotarsonemus latus (Acarina:
Tarsonematidae) Pada Tanaman Teh, Gejala, dan Pengendaliannya. Mengenal Tungau
Polyphagotarsonemus latus (Acarina: Tarsonematidae) Pada Tanaman Teh, Gejala, dan
Pengendaliannya, 6.