CONTOH PERDA KOTA DI SURABAYA (4)

PEMERINTAH KOTA SURABAYA
PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA
NOMOR 17 TAHUN 2014
TENTANG
PROSENTASE DAN PENGGUNAAN KEUANGAN DAN ASET KELURAHAN
DI KOTA SURABAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA SURABAYA
Menimbang

:

a.

b.

c.

Mengingat


:

a.
b.

c.

bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah sebagai wujud dari pengelolaan keuangan
negara dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat;
bahwa kelurahan dalam susunan dan tata cara penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan perlu diatur tersendiri dengan peraturan
daerah;
bahwa untuk melaksanakan pasal 71 sampai dengan pasal 77 UndangUndang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, perlu membentuk Peraturan
Daerah tentang Prosentase dan Penggunaan Keuangan dan Aset Kelurahan
yang menjadi otoritas Kota Surabaya;
Pasal 229 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244).
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2014 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2013 Nomor 182).
Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2005 Nomor 159).
Dengan persetujuan bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURABAYA
dan
WALIKOTA SURABAYA

MEMUTUSKAN:
Menetapkan:

PERATURAN DAERAH TENTANG PROSENTASE DAN PENGGUNAAN KEUANGAN DAN
ASET KELURAHAN DI KOTA SURABAYA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1.


2.

3.
4.
5.
6.

7.

8.

Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan Pemerintah Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan
DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Daerah adalah Kota Surabaya;

Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Surabaya;
Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten/kota dalam wilayah
kerja kecamatan;
Keuangan Kelurahan adalah semua hak dan kewajiban kelurahan yang dapat dinilai dengan uang
serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban kelurahan;
Aset kelurahan adalah barang milik kelurahan yang berasal dari kekayaan asli kelurahan, dibeli
atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau perolehan hak lainnya
yang sah;
Menteri adalah Menteri Dalam Negeri

BAB II

KEUANGAN
Pasal 2
Keuangan Kelurahan bersumber dari:
(1)
(2)
(3)


APBD Kabupaten/Kota yang dialokasikan sebagaimana perangkat daerah lainnya;
Bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan bantuan pihak
ketiga
Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat
Pasal 3

Alokasi anggaran Kelurahan yang berasal dari APBD Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada pasal
2 ayat (1) memperhatikan faktor-faktor, sekurang-kurangnya:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Jumlah penduduk;
Kepadatan penduduk;
Luas wilayah;
Kondisi geografis/karakteristik wilayah;
Jenis dan volume pelayanan;

Besaran pelimpahan tugas yang diberikan.
BAB III
PROSENTASE PENDAPATAN
Pasal 4

Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diberikan kepada kelurahan sebesar 10%
(sepuluh perseratus) dari dana perimbangan sebagai bentuk pengembangan serta pembangunan bagi
sektor lain di daerah.
Pasal 5
Selain alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, setiap kelurahan mendapatkan alokasi
dana dari bagian hasil pajak dan retribusi daerah Kota Surabaya sebesar 15% (lima belas perseratus),
mengingat daerah Kota Surabaya masih dipenuhi ketidakmerataan pemasukan.
BAB III
PENGGUNAAN KEUANGAN KELURAHAN
Pasal 6
(1) Belanja kelurahan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang disepakati
dalam musyawarah kelurahan dan sesuai dengan prioritas Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah.

(2) Kebutuhan pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi, tetapi tidak terbatas

pada kebutuhan primer, pelayanan dasar, lingkungan dan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Pasal 7
(1) Lurah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan kelurahan.
(2) Dalam melaksanakan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), lurah menguasakan
sebagian kekuasaannya kepada perangkat kelurahan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai keuangan kelurahan diatur dalam peraturan walikota.
Pasal 8
Penggunaan anggaran pendapatan dan belanja di kelurahan menjadi tanggung jawab lurah dan
perangkat kelurahan yang diberikan kuasa atasnya. Lurah memberikan laporan pertanggungjawaban
langsung kepada walikota melalui camat wilayahnya.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 9
Semua peraturan pelaksanaan yang mengatur mengenai keuangan kelurahan dan prosentase
pendapatan kelurahan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 10
Peraturan Daerah ini harus ditetapkan dalam waktu paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak
berlakunya Peraturan Daerah ini.
Pasal 11

Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur wajib memfasilitasi pelaksanaan Peraturan Daerah ini.

Pasal 12
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan daerah ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kota Surabaya.

Ditetapkan di Surabaya
pada tanggal 10 November 2014
WALIKOTA SURABAYA
ttd
BOCUT AMARINA M.

Diundangkan di Surabaya
pada tanggal 15 Desember 2014
SEKRETARIS DAERAH KOTA SURABAYA
ttd
VERYAN HILMAN F.
LEMBARAN DAERAH KOTA SURABAYA TAHUN 2014 NOMOR 8

Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BAGIAN HUKUM,
ttd.
AULIA HERTI NOVIANA, S.IP
Pembina Tingkat I
NIP. 19910908 201006 2 001

PELATIHAN LEGISLASI

PERATURAN DAERAH SESUAI DENGAN
UU NOMOR 6/2014 TENTANG DESA ATAU KELURAHAN

BOCUT AMARINA M.
H-2 / 24.0945
KEBIJAKAN PEMERINTAH

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JATINANGOR 2014