TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGARUHNYA TERHA

1
TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROVESIONALISME
GURU DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Muh. Arief Muhsin
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar
arief.m@unismuh.ac.id
Abstrak
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan tekhnik deskriptif statistik
imprensial Lokasi penelitian ini bertempat di MTs Muhammadiyah Syuhada yang berpopulasi
siswa-siswa di MTs Muhammadiyah Syuhada yang berjumlah sebanyak 151 oranng. tehnik
penarikan sample dalam penelitian ini adalah dalam Tehnik Random Sampling dengan berdasar
pada pendapat Arikunto yang mengatakan bahwa dalam pengambilan besaran jumlah sample
maka penrikan tersebut dilakuka 10%- 50 %, maka dalam penelitian ini dilakukan dalam
penentuan jumlah sample sebanyak 10% dari 151sampel = 15 Hasil penelitian ini akan dianalisis
dengan cara kuantitatif dalam tehnik deskriptif statistik Infrensial.
Hasil penelitian ini adalah : Pengaruh tingkat pendidikan terhadap profesionalisme guru
diketahui dengan uji hipotesis. Hasil uji hipotesis dengan dengan nilai hasil regresi, yaitu Fhitung =
52,089 ≥ Ftabel = 6,96 yang berarti semakin ditingkatkan tingkat pendidikan dengan baik maka
profesionalisme guru akan semakin meningkat. Berdasarkan perhitungan tersebut, hipotesis
dapat ditafsirkan H0 yang berbunyi tingkat pendidikan tidak memberi pengaruh secara
siginifikan terhadap profesionalisme guru ditolak dan H1 yang berbunyi tingkat pendidikan

memberi pengaruh secara siginifikan terhadap profesionalisme guru diterima
Sehingga analisis varian untuk mengetahui pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap Y,
terbukti memiliki pengaruh yang sangat signifikan.. Menarik kesimpulan dari penelitian ini
didapatkan : Hiposkripsi 1 : Hasil uji R2, uji-f maupun Uji-t, variabel prediktor (X1) berpengaruh
sangat signifikan terhadap kriterium (Y),Hiposkripsi 2 : Hasil uji R2 , Uji f, maupun uji-t
variabel prediktor (X2) berpengaruh sangat signifikan terhadap kriterium (Y),Hiposkripsi 3 :
Hasil uji R2 , Uji-f, maupun uji-t, seluruh variabel prediktor (X1 dan X2)secara akumulatif
berpengaruh yang sangat signifikan terhadap kriterium (Y).
Kata Kunci : pengaruh, tingkat pendidikan, profesionalisme, guru

1. PENDAHULUAN
Target Pendidikan nasional yang telah termaktub pada pembukaan UUD 1945 pada aline
ke 4 yang tidak terlepas dari konsep tujuan Pendidikan Nasional yang diuraikan di atas adalah
merupakan tugas yang sangat berat dilakukan bagi pelaksanan Pendidikan. Pelaksana Pendidikan

2
yang sangat vital dalam mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional adalah profesi guru yang kini
banyak mengalami berbagai serotan publik mulai dari kesejahteraan sampai pada tuntutan
profesionalisme sebagai guru dalam menjalankan proses Pendidikan.
Untuk melaksanakan proses pendidikan dan pengajaran, guru harus memiliki

seperangkat kompetensi / kemampuan yang harus dikuasai dan dimiliki. Menurut Barlow (dalam
Muhibin Syah, 1995 : 230). kompetensi adalah kemampuan seorang guru untuk menunjukkan
secara bertanggung jawab tugas-tugasnya dengan tepat' Untuk menjelaskan tentang pengertian
tentang kompetensi itulah maka Gronczi (1997) dan Hager (1995) menjelaskan

bahwa

kompetensi guru merupakan kombinasi kompleks dari pengetahuan, sikap, keterampilan, dan
nilai-nilai yang ditunjukkan oleh guru dalam konteks kinerja tugas yang diberikan kepadanya.

Berdasarkan pengertian tersebut, standar kompetensi guru dipilah ke dalam tiga
komponen yang saling kait mengait, yakni: (1) Pengelolaan Pembelajaran, (2) Pengembangan
Profesi, dan (3) Penguasaan akademik. Dengan demikian, ketiga komponen tersebut secara

keseluruhan meliputi 7 (tujuh) kompetensi, yakni: (1) Penyusunan rencana pembelajaran, (2)
Pelaksanaan interaksi belajar mengajar, (3) Penilaian prestasi belajar peserta didik, (4)
Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik, (5) Pengembangan
profesi, (6) Pemahaman wawasan kependidikan, dan (7) Penguasaan bahan kajian akademik
(sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan).(Pannen. P.dkk. 1999 : 121)


Dari uraian tentang Kompotensi Guru di atas, Maka dapatlah dipahami bahwa,
Pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting dalam rangka mengembangkan profesionalisme
dan mewujudkan standar kompetensi profesi guru, sebab Pendidikan yang akan memproses dan
mengembangkan sumber daya manusia dalam memiliki kompetensi guna menciptakan
profesionalisme guru dalam menjalankan proses Pendidikan dalam hal ini mengajar adalah salah
satu tuntutan kompetensi seorang guru. Sebab Profesionalisme guru dibangun melalui
penguasaan kompetensi-kompetensi yang secara nyata diperlukan dalam menyelesaikan
pekerjaan (Dr. Purwanto, 2000: 1)
Melihat realitas guru saat sekarang ini, berbagai macam kasus yang tidak sesuai dengan
kompetensi guru sehingga guru tidak profesional dalam menjalankan tugas. Salah Indicator dari

3
kasus tersebut adalah munculnya program AKTA IV yang memberikan legalitas kepada non
kependidikan untuk menjalankan profesi guru.
Satu hal lagi yang dapat diupayakan untuk peningkatan profesionalisme guru adalah
melalui adopsi inovasi atau pengembangan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi pendidikan
yang mendayagunakan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir. Guru dapat memanfaatkan
media dan ide-ide baru bidang teknologi pendidikan seperti media presentasi, komputer (hard
technologies) dan juga pendekatan-pendekatan baru bidang teknologi pendidikan (soft
technologies) kesemua itu merupakan hasil proses Pendidikan.


Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Guru adalah figur

yang menempati

posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan
masalah dunia Pendidikan. Figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan, terutama yang
menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Hal itu tidak dapat disangkal, karena
lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru. Sebagian besar waktu guru ada di
sekolah, sisanya ada di rumah dan di masyarakat (Syaiful Bahri Djamarah, 2005 : 1)
Di abad sekarang ini, yaitu era globalisasi dimana semuanya serba digital, akses
informasi sangat cepat dan persaingan hidup semakin ketat, semua bangsa berusaha untuk
meningkatkan sumber daya manusia. Hanya manusia yang mempunyai sumber daya unggul
dapat bersaing dan mempertahankan diri dari dampak persaingan global yang ketat. Termasuk
sumber daya pendidikan. Yang termasuk dalam sumber daya pendidikan yaitu ketenagaan, dana
dan sarana dan prasarana. Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya
pada tataran institusional dan eksperiensial, sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan
harus dimulai dari aspek "guru" dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas
keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam satu manajemen pendidikan yang professional.
Ada dua metafora untuk menggambarkan pentingnya pengembangan sumber daya

guru. Pertama, jabatan guru diumpamakan dengan sumber air. Sumber air itu harus terus
menerus bertambah, agar sungai itu dapat mengalirkan air terus-menerus. Bila tidak, maka
sumber air itu akan kering. Demikianlah bila seorang guru tidak pernah membaca informasi yang
baru, tidak menambah ilmu pengetahuan tentang apa yang diajarkan, maka ia tidak mungkin
memberi ilmu dan pengetahuan dengan cara yang lebih menyegarkan kepada peserta didik.
Kedua, jabatan guru diumpamakan dengan sebatang pohon buah-buahan. Pohon itu tidak akan
berbuah lebat, bila akar induk pohon tidak menyerap zat-zat makanan yang berguna bagi
pertumbuhan pohon itu.
Begitu juga dengan jabatan guru yang perlu bertumbuh dan berkembang. Baik itu
pertumbuhan pribadi guru maupun pertumbuhan profesi guru. Setiap guru perlu menyadari

4
bahwa pertumbuhan dan pengembangan profesi merupakan suatu keharusan untuk menghasilkan
output pendidikan berkualitas. Itulah sebabnya guru perlu belajar terus menerus, membaca
informasi terbaru dan mengembangkan ide-ide kreatif dalam pembelajaran agar suasana belajar
mengajar menggairahkan dan menyenangkan baik bagi guru apalagi bagi peserta didik.
Peningkatan sumber daya guru bisa dilaksanakan dengan bantuan supervisor, yaitu
orang ataupun instansi yang melaksanakan kegiatan supervisi terhadap guru. Perlunya bantuan
supervisi terhadap guru berakar mendalam dalam kehidupan masyarakat. Swearingen (2001 :12)
mengungkapkan latar belakang perlunya supervisi berakar mendalam dalam kebutuhan

masyarakat dengan latar belakang sebagai berikut :
1. Latar Belakang KulturalPendidikan berakar dari budaya arif lokal setempat. Sejak dini
pengalaman belajar dan kegiatan belajar-mengajar harus daingkat dari isi kebudayaan yang
hidup di masyarakat itu. Sekolah bertugas untuk mengkoordinasi semua usaha dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang dicita-citakan.
2. Latar Belakang Filosofis Suatu system pendidikan yang berhasil guna dan berdaya guna bila
ia berakar mendalam pada nilai-nilai filosofis pandangan hidup suatu bangsa.
3. Latar Belakang Psikologis Secara psikologis supervisi itu berakar mendalam pada
pengalaman manusia. Tugas supervisi ialah menciptakan suasana sekolah yang penuh
kehangatan sehingga setiap orang dapat menjadi dirinya sendiri.
4. Latar Belakang SosialSeorang supervisor dalam melakukan tanggung jawabnya harus
mampu mengembangkan potensi kreativitas dari orang yang dibina melalui cara
mengikutsertakan orang lain untuk berpartisipasi bersama..
5. Latar Belakang Sosiologis Secara sosiologis perubahan masyarakat punya dampak terhadap
tata nilai.

Profesionalisme guru dibangun melalui penguasaan kompetensi-kompetensi yang secara
nyata diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan. Kompetensi-kompetensi penting jabatan guru
tersebut adalah: kompetensi bidang substansi atau bidang studi, kompetensi bidang
pembelajaran, kompetensi bidang pendidikan nilai dan bimbingan serta kompetensi bidang

hubungan dan pelayanan/pengabdian masyarakat.
Pengembangan profesionalisme guru meliputi peningkatan kompetensi. peningkatan
kinerja (performance) dan kesejahteraannya. Guru sebagai profesional dituntut untuk senatiasa
meningkatkan kemampuan, wawasan dan kreativitasnya. Lebih jauh lagi akibat adanya sinergi
dari perkembangan teknologi komunikasi dan informasi serta perubahan masyarakat yang lebih
demokratis dan terbuka akan menghasilkan suatu tekanan atau pressure serta tuntutan atau
demand terhadap profesionalisme guru dalam mendayagunakan teknologi komunikasi dan

5
informasi tersebut. termasuk dalam hal pertanggungjawaban atau akuntabilitasnya. Sebagaimana
profesi-profesi lain guru adalah profesi yang kompetitif. Oleh karena itu guru harus siap untuk
diuji kompetensinya secara berkala untuk menjamin agar kinerjanya tetap memenuhi syarat
profesional yang terus berkembang. Di masa depan dapat dipastikan bahwa profil kelayakan
guru akan ditekankan kepada aspek-aspek kemampuan membelajarkan siswa, dimulai dari
menganalisis, merencanakan atau merancang, mengembangkan, mengimplementasikan, dan
menilai pembelajaran yang berbasis pada penerapan teknologi pendidikan.
Kemampuan-kemampuan yang selama ini harus dikuasai guru juga akan lebih dituntut
aktualisasinya. misalnya kemampuannya dalam: 1) Merencanakan pembelajaran dan
merumuskan tujuan, 2) Mengelola kegiatan individu, 3) Menggunakan multi metoda, dan
Memanfaatkan media, 4) Berkomunikasi interaktif dengan baik, 5) Memotivasi dan memberikan

respons, 6) Melibatkan siswa dalam aktivitas, 7) Mengadakan penyesuaian dengan kondisi siswa,
8) Melaksanakan dan mengelola pembelajaran, 9) Menguasai materi pelajaran, 10) Memperbaiki
dan mengevaluasi pembelajaran, 11) Memberikan bimbingan, berinteraksi dengan sejawat dan
bertanggungjawab kepada konstituen serta, 12) Mampu melaksanakan penelitian.
Menurut Rosenshine dan Stevens sembilan keterampilan dasar yang penting dikuasai
oleh guru adalah keterampilan; 1) Membuka pembelajaran dengan mereview secara singkat
pelajaran terdahulu yang terkait dengan pelajaran yang akan disajikan, 2) Menyajikan secara
singkat tujuan pembelajaran, 3) Menyajikan materi dalam langkah-langkah kecil dan disertai
latihannya masing-masing, 4) Memberikan penjelasan dan keterangan yang jelas dan detil, 5)
Memberikan latihan yang berkualitas, 6) Mengajukan pertanyaan dan memberi banyak
kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahamannya, 7) Membimbing siswa
menguasai keterampilan atau prosedur baru, 8) Memberikan balikan dan koreksi, dan 9)
Memonitor kemajuan siswa (Rosenshine & Stevens. 1986). Selain itu, tentu saja masih ada
keterampilan lain yang harus dikuasai guru misalnya menutup pelajaran dengan baik dengan
membuat rangkuman dan memberikan petunjuk tentang tindak lanjut yang harus dilakukan
siswa.
Peningkatan profesionalisme guru pada akhirnya terpulang dan ditentukan oleh para
guru. Upaya apa sajakah yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan profesionalismenya?
Guru harus selalu berusaha untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: Pertama,
memahami tuntutan standar profesi yang ada, Kedua mencapai kualifikasi dan kompetensi yang


6
dipersyaratkan, Ketiga, membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat
organisasi profesi. Keempat, mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan
pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen, Kelima, mengadopsi inovasi atau mengembangkan
kreativitas dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa
tidak ketinggalan dalam kemampuannya mengelola pembelajaran
Untuk dapat melaksanakn tugas mengajar dengan baik, guru harus memiliki kemampuan
profesional.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.


Menguasai bahan pengajaran
Mengelolah program belajar mengajar.
Mengelolah kelas.
Penggunaan media atau sumber pelajaran.
Menguasai landasan-landasan pendidikan.
Mengelolah interaksi-interaksi belajar mengajar.
Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran.
Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan disekolah.
Mengenal dan menyelenggarakan admnistrasi sekolah.
Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan
pengajaran (Drs. H. Abu Ahmadi, dkk, 1991 : 4)
Upaya-upaya guru untuk meningkatkan profesionalismenya tersebut pada akhirnya

memerlukan adanya dukungan dari semua pihak yang terkait agar benar-benar terwujud. Pihakpihak yang harus memberikan dukungannya tersebut adalah organisasi profesi seperti PGRI,
pemerintah dan juga masyarakat.

2. METODE PENELITIAN
Jenis peneitian ini merupakan jenis penelitian verifikatif yang akan menganalisis data
secara mendalam lalu kemudian di analisis dalam bentuk kuantitatif dalam tehnik analisis
Regresi linear sederhana yang akan mencari ada tidaknya pengaruh variabel X terhadap variabel

Y
Adapun lokasi penelitian yang penulis lakukan adalah di MTs Muhammadiyah Syuhada
yang berada di Jalan poros dengan pertimbangan antara lain:
1.

MTs Muhammadiyah Syuhada merupakan MTs Muhammadiyah Syuhada yang memiliki
jumlah peserta didik 133 sehingga populasi dan sampel cukup memadai.

2.

Berdasarkan observasi pendahuluan penulis bahwa MTs Muhammadiyah Syuhada cukup
baik berkaitan dengan administrasi maupun pengelolaan proses pembelajaran. Ini

7
merupakan hal yang sangat menarik dan belum ada yang mengadakan penelitian
sebagaimana yang penulis lakukan.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah terdiri dari 151 orang siswa dan 16 orang
guru di Sekolah Menengah pertama. Untuk lebih jeasnya lihat table berikut :
Tabel 1
Daftar populasi Peneitian
No

Obyek Analsis Penelitian

Jumlah Populasi

1

Siswa

151 Orang

2

Guru

16 Orang

Jumah

167Orang

Dengan cara meneliti sebagian yang telah dipilih dan dianggap dapat mewakili semua
populasi yang ada dan selanjutnya merupakan kesimpulan dari hasil penelitian. Adapun tehnik
penarikan sample dalam penelitian ini adalah dalam Tehnik Random Sampling dengan berdasar
pada pendapat Arikunto yang mengatakan bahwa dalam pengambilan besaran jumlah sample
maka penrikan tersebut dilakuka 10%- 50 %, maka dalam penelitian ini dilakukan dalam
penentuan jumlah sample sebanyak 10% dari 151 sampel = 15 sample dilakukan responden
Siswa
Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut:
Tabel 2 : Daftar sampel Peneitian
No
1

Obyek Analsis Penelitian
Siswa

Jumlah Populasi
151 Orang

Teknik sampling
10 % dari Populasi
151x10%=15

3. HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Uji hipotesis tentang Pengaruh tingkat pendidikan Terhadap profesionalisme guru
di MTs Muhammadiyah Syuhadah

8
Pengembangan profesionalisme guru meliputi peningkatan kompetensi. peningkatan
kinerja (performance) dan kesejahteraannya. guru sebagai profesional dituntut untuk senatiasa
meningkatkan kemampuan, wawasan dan kreativitasnya.
Dari hasil penelitian di lokasi penelitian bahwa tingkat pendidikan guru MTs
Muhammadiyah berdedikasi tinggi dan berkualifikate pendidikan S1 (Strata 1). Berikut hasil
penelitian, yang merupakan hasil penilain siswa terhadap profesionalisme guru lalu dianalisis
dengan mencari pengaruh tingkat pendidikan terhadap profesionalisme guru
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini di maksudkan untuk menentukan hubungan
variabel bebas (independent variable), tingkat pendidikan dan variable terikat (dependent
variable), profesionalisme guru . Pengujian hipotesis dilakukan dengan beberapa langkah

sebagai berikut:
Pertama, membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat:

Ha

: ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap profesionalisme guru

Ho

: tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap profesionalisme
guru

Kedua , membuat Ha dan Ho dalam bentuk statistik:

Ha

:r=0

Ho

:r≠0

Ketiga , membuat tabel penolong untuk menghitung korelasi product moment.

Tabel

1. Rekapitulasi Product Moment

tentang Hubungan tingkat pendidikan dengan

profesionalisme guru
No. Responden

X

Y





XY

1 – 15
ΣX
ΣY
ΣX²
ΣY²
ΣXY
Jumlah
5388
6249
357823 477361 410316
Keempat, mencari korelasi (rhitung) dengan cara memasukkan angka statistik dari tabel
penolong dengan rumus yang digunakan untuk mengitung koefisien korelasi product moment.
r xy 

Diketahui:
n
= 15

n   XY

n .  X

2

  

  X

ΣX2



2

X .  Y 

.n .  Y

2

= 357823

  Y 

2



(ΣX)2 = 29030544

9
ΣX
= 5388
ΣY2 = 477361
ΣY
= 6249
ΣXY = 410316
Maka rxy yang diperoleh sebagai berikut:
n   XY     X .  Y 

n .  X

r xy 

r xy 

83

r xy 

  X

 357823



2

.n .  Y

31  410316

2

  Y 

2



  5388 . 6249 

  29030544

.83

 477361

  39050001



386616
668765



2

(ΣY)2 = 39050001

 570962

386616
617931 . 6

= 0.623
Kelima , mencari besarnya sumbangan (kontribusi) variable X terhadap Y dengan rumus:
KD = r2 x 100% = 0,6232 x 100% = 38,81%
KD
: nilai koefisiensi determinan
r
: nilai koefisiensi korelasi
Artinya tingkat pendidikan memberikan kontribusi terhadap profesionalisme guru sebesar
38,81% dan sisanya 61,18% ditentukan oleh variabel lain.
Keenam, setelah diketahui nilai rxy, selanjutnya dicari nilai thitung untuk pengujian
hipotesis yang diajukan, yaitu dengan mengkonsultasikan pada tabel nilai t baik dalam taraf
signifikansi (α) = 0,05 (5%) maupun taraf signifikasi (α) = 0,01 (1%) dengan mencari derajat
kebebasan (d.k) = n – 1, yaitu 83 – 1 = 82. Ada pun nilai ttabel yang diperoleh, taraf 5% adalah
2,000 dan taraf 1% adalah 2,660. Kemudian melakukan uji signifikansi dengan memasukkan
data yang diperoleh melalui korelasi product moment sebesar rxy = 0.62 ke dalam rumus:
n  2

t hitung



r

t hitung



0 , 623

1 r

2

83  2

1  ( 0 , 623 )

2



5 , 607
0 , 782

= 7,17

Dari hasil uji perhitungan thitung di atas diketahui bahwa: thitung = 7,17 sehingga bila
dikonsultaikan baik pada taraf 5% atau 1% diperoleh sebagai berikut:
thitung = 7,17 > ttabel = 2,000 (signifikansi 5%)
thitung = 7,17 > ttabel = 2,660 (signifikansi `1%)
Ternyata thitung lebih besar daripada ttabel baik taraf 5% maupun 1% maka Ho ditolak dan
Ha diterima, artinya ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan
profesionalisme guru .

10
Ketujuh, mencari regresi, yang diperlukan sebagai kelanjutan dari analisis korelasi dua
variabel X-Y. Hasil perhitungan regresi akan menunjukkan adanya pengaruh atau hubungan
fungsional dan sebab akibat.
Persamaan regresi dirumuskan dengan:
Ŷ = a + bX
Keterangan:
Ŷ = (baca Y topi) subjek variabel terikat yang diproyeksikan
X = variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan
a = nilai konstanta harga Y jika X = 0
b = nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan nilai peningkatan
(+) atau nilai penurunan (-) variabel Y.
Dalam menghitung regresi di atas diperlukan langkah-langkah berikut:
Pertama , Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat:
Ha : terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap
profesionalisme guru
Ha : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap
profesionalisme guru
Kedua , Membuat Ha dan Ho dalam bentuk staitistik:
r≠0
r=0
Ketiga , Membuat tabel penolong:

Tabel 2. Rekapitulasi Product Moment tentang
terhadap profesionalisme guru
No. Responden
X
Y

hubungan tingkat pendidikan muarabaha




XY

1 – 15
ΣX
ΣY
ΣX²
ΣY²
ΣXY
Jumlah
5388
6249
357823 477361 410316
Keempat, memasukkan angka-angka statistik dari tabel penolong dengan rumus:
1. Menghitung rumus b
b 
b 

n .  XY   X .  Y
n. X

2

  X

31  410316

83  357823



2

 5388  6249
  5388

2. Menghitung rumus a
a 

 Y  b.  X
n



2



34056228
29699304

 33669612

 29030544



386616
668760

 0 , 578

11
6249  0 , 578  5388

a 

31



6249  3114 , 3
31



3134 , 7
31

 37 , 8

3. Menghitung persamaan regresi
Ŷ = a + bX
Ŷ = 37,8 + 0,578X
Persamaan regresi antara tingkat pendidikan (X) terhadap profesionalisme guru (Y)
adalah Ŷ = 37,8 + 0,578X. Hal tersebut bermakna, karena b positif maka hubungan
fungsionalnya juga menjadi positif. Selanjutnya kita bisa mengatakan bahwa jika tingkat
pendidikan ditingkatkan frekuensi positifnya 100 maka rata-rata nilai hasil belajar (Y) akan
bertambah menjadi Ŷ = 37,8 + 0,578.100 = 95,6. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
semakin ditingkatkan tingkat pendidikan maka akan semakin meningkat pula profesionalisme
guru dalam mengajar.
4. Membuat garis persamaan regresi
a) Menghitung rata-rata X dengan rumus:
X 

 X

=

n



5388
83

 64 , 99

b) Menghitung rata-rata Y dengan rumus:
Y 

Y
n



6249
83

 75 , 3

Menghitung signifikansi dengan langkah-langkah berikut:
1) Mencari jumlah kuadrat regresi (JKReg[a]) dengan rumus:
JK

JK

Re g ( a )



Re g ( a )



 Y 

2

n

 6249 
15

2



 470481

39050001
15

, 939

2) Mencari jumlah kuadrat regresi (JKReg[b|a]) dengan rumus:
  X .  Y  
JK Re g ( b | a )  b . XY 

n

JK

Re g ( b | a )

 0 , 578 .410316





5388  6249 
  0 , 578  4658 , 02  2692 , 337
15


3) Mencari jumlah kuadrat residu (JKRes) dengan rumus:
JKRes = ΣY2 - JKReg(a|b) – JKReg (a)
JKRes = 477361 – 2692,337 – 470481,939
= 4186,724
4) Mencari rata-rata jumlah kuadrat regresi (RJKReg [a]) dengan rumus:
RJKReg [a] = JKReg [a] = 470481,939
5) Mencari rata-rata jumlah kuadrat regresi (RJKReg [a|b])
RJKReg [b|a] = JKReg [b|a] = 2692,337

12
6) Mencari rata-rata jumlah kuadrat residu RJKRes dengan rumus:
RJK



JK

Re s

RJK



4186 , 724

Re s

n  2

Re s

83  2

 51 , 687

7) Menguji signifikansi dengan rumus:
F hitung

F hitung




RJK

Re g ( b | a )

RJK

Re s

2692 , 337
51 , 687

 52 , 089

Kaidah pengujian signifikansi:
Jika Fhitung ≥ Ftabel, maka tolak Ho artinya signifikan dan
Fhitung ≤ Ftabel, maka terima Ho artinya tidak signifikan.
Dengan taraf signifikan (α) = 0.05, dengan mencari Ftabel dengan rumus:
Ftabel = F ((1 – α) (dk Reg [b|a]), (dk Res))
Ftabel = F ((1 – 0,05) (dk Reg [b|a]= 1), (dk Res = 83-2 ))
Ftabel = F ((0,95) (1,81)
Ftabel = 6,96
Ternyata Fhitung = 52,089 ≥ Ftabel = 6,96, maka tolak Ho artinya signifikan
8) Membuat kesimpulan
Karena Fhitung lebih dari Ftabel maka tolak Ho dan terima Ha, dengan demikian terdapat
pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap profesionalisme guru .
2. Tingkat profesionalisme dan Perilaku Mengajar guru di MTs Muhammadiyah
Guru adalah merupakan salah satu komponen manusia dalam proses belajar mengajar, yang
ikut berperan dalam berusaha membentuk sumber daya manusia yang potensial dibidang
pembangunan, khususnya dalam pembangunan agama dan pembangunan manusia seutuhnya,
yakni utuh jasmani dan rohani, manusia yang berguna dalam pembangunan bangsa dan negara.
Dengan demikian guru atau profesi guru bukan pekerjaan ringan, melainkan tanggung jawab
yang berat membangun manusia yang terdidik. Pengarahan dan pengajaran seorang guru
terhadap anak didiknya merupakan tumpuan perhatian dan usaha pembinaan dan pendidkan atau
pengajaran yang diberikan selanjutnya sedikit demi sedikit dalam menjalankan tugasnya sebagai
seorang guru atau guru akan mampu memenuhi tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru dan
pengajar.
Kemampuan profesional dan perilaku seorang guru sangat menentukan keberhasilan
dalam menerapkan pelajaran dan kapasitas intelektualnya serta dapat mencerminkan kemampuan
seorang untuk menerapkan bahan pelajaran, demikian pula sifat edukasi sosial bagi guru , yakni
guru tidak hanya melaksanakan tugas mengajar melainkan bersifat mendidik anak agar dapat

13
menyesuaikan diri dalam lingkungan masyarakat dengan baik dan memiliki penghidupan yang
baik.
Dengan demikian maka seorang guru di MTs Muhammadiyah Syuhadah bukan saja
dituntut hanya untuk mengajar, tetapi harus mampu memberi dorongan atau motivasi belajar
serta membantu mengarahkan anak didik atau siswa kepada pencapaian tujuan pendidkan.
Ukuran guru yang profesional adalah:
1) Tampil di muka kelas dengan prima
2) Berlakulah bijaksana
3) Berusahalah selalu ceria di muka kelas
4) Kendalikan emosi.
5) Berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa.
Dari hasil penelitian menggambarkan bahwa, tingkat profesionalisme guru di lokasi
penelitian telah memberikan motivasi belajar yang tinggi dengan indikator hasil penelitian
berikut:
1) Tampil di muka kelas dengan prima
Tampil prima di depan kelas artinya guru selalu tampil menguasai materi, penguasaan
penggunaan media, dan pengelolaan kelas yang baik, untuk lebih jelasnya lihat tabel hasil
penelitian berikut:
Tabel 3. Daftar Distribusi Frekuensi penguasaan guru terhadap Mater disaat mengajar
Item

Alternatif jawaban
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah

3.

frekuncy
9
4
2
15

Relatif (%)
60%
26.67%
13.33 %

100 %

Sumber data: Olah Data Angket Item 1, 2013
Dari hasil penelitian di atas menggambarkan bahwa guru di Sekolah Menengah Pertama
sangat menguasai materi yang diberikan kepada siswa-siswanya. Ini di buktikan dengan
tingginya persentase kategori penguasaan materi sangat tinggi yakni 9 responden atau 60%
Tabel 4. Daftar Distribusi Frekuensi penguasaan guru dalam pengunaan media disaat mengajar
Item

2

Alternatif jawaban
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah

frekuncy
5
4
2
3
1
15

Relatif (%)
33.33
26.67
13.33
20
6,67
100 %

14
Sumber data: Olah Data Angket Item 2, 2013
Dari uraian di atas menggambarkan bahwa di saat guru sangat dibawah standar
penguasaan medianya disebabkan karena kurangnya media yang digunakan seperti yang di
ungkapkan guru sebagai berikut: Bagaimana caranya kita menggunakan media di saat
pemebelajaran sementara medi dalam pembelajaran masih sangat kurang (Sutuhan, wawancara,
2013)
Tabel 5. Daftar Distribusi Frekuensi pengelolaan kelas yang efektif dan ideal disaat mengajar
Item

3

Alternatif jawaban
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah

frekuncy
10
4
1
15

Relatif (%)
66.67
26.67
6.67
100 %

Sumber data: Olah Data Angket Item 3, 2013
Dari hasil penelitian di atas menggambarkan bahwa guru di MTs Muhammadiyah
Syuhadah sangat menguasai kelas dengan indikator pengelolaan kelas yang efektif. Ini di
buktikan dengan tingginya persentase kategori sangat tinggi yakni 10 responden atau 66.67%
dari 15 responden
2) Berlaku bijaksana
Berlaku bijaksana artinya kemmpuan seorang guru dalam memahami tingkat kemampuan
siswa yang berada pada ketgori hitrogen artinya memiliki kecerdasan yang berbeda, sehingga
guru selayaknya bersabar menghadapi siswa yang lambat memahami pelajaran.
Tabel 6. Daftar Distribusi Frekuensi kebijaksanaan guru dalam mehami tingkat pemahaman
siswa disaat mengajar
Item

4

Alternatif jawaban
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah

frekuncy
10
3
1
1
15

Relatif (%)
66.67%
13.33
6.67
6.67
100 %

Sumber data: Olah Data Angket Item 1, 2013
Dari hasil penelitian di atas menggambarkan bahwa guru di MTS sangat memahami
keberadaan perbedaan tingkat kecerdasan siswa Ini di buktikan dengan tingginya persentase
kategori sangat tinggi yakni 10 responden atau 66.67%

15

3) Berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa.
Tabel 7. Daftar Distribusi Frekuensi guru menguasai pertanyaan siswa disaat mengajar
Item

5

Alternatif jawaban
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah

frekuncy
11
2
2
15

Relatif (%)
73.33
13.33
13.33
100 %

Sumber data: Olah Data Angket Item 1, 2013
Dari hasil penelitian di atas menggambarkan bahwa guru di MTS sangat menguasai
pertanyaan siswa-siswanya. Ini di buktikan dengan tingginya persentase kategori penguasaan
materi sangat tinggi yakni 11 responden atau 73.33%
Dari 3 indikator profesionalisme guru yang di uraikan di atas maka, dapatlah dipahami
bahwa guru berkategori Profesional dalam mengajar, selain dari hasil penelitian rata-rata
berkategori sangat tinggi juga disebabkan karean kualifikasi pendidkan guru sangat ideal sebab
guru di MTs Muhammadiyah berkualifikate pendidikan minimal S1 dan bahkan dikepalai oleh
pendidikan S2.
Adapun realitas perilaku guru merupakan bagian dari cerminan kualitas pendidkan yang
selama ini telah dilaksanakan. Sebab, perilaku keseharian guru memberikan kontribusi, baik
positif maupun negatif, terhadap pembentukan dan pengembangan potensi afektif siswa.
Aktivitas yang dilakukan oleh guru dengan cepat dapat dicontoh siswa, dan pada akhirnya
menjadi suatu kebiasaan yang sulit untuk dihilangkan. Realitas perilaku guru tidak terlepas dari
banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti tingkat pendidkan, ekonomi, sosial budaya,
kedudukan, dan kepribadian.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan, dan analisis terhadap paparan data
penelitian, sebagaimana pada bab IV sebelumnya, maka dapatlah disimpulkan sebagai berikut :
Kemampuan profesional dan perilaku seorang guru sangat menentukan keberhasilan
dalam menerapkan pelajaran dan kapasitas intelektualnya serta dapat mencerminkan kemampuan
seorang untuk menerapkan bahan pelajaran. Sedangkan perilaku guru dalam mengajar sangat
mempengaruhi perkembangan siswa sebab segala aktivitas guru siswa selalu ingin menirunya.
tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap peningkatan profesionalisme guru bahwa tingkat
pendidikan berpengaruh terhadap tingkat profesionalisme guru pendidikan agama Islam dengan
melihat dua indikator Profesional yakni tingkat kemampuan wawasan dan tingkat kreatifitas.
Pengaruh tingkat pendidikan terhadap profesionalisme guru diketahui dengan uji hipotesis. Hasil

16
uji hipotesis dengan dengan nilai hasil regresi, yaitu Fhitung = 52,089 ≥ Ftabel = 6,96 yang berarti
semakin ditingkatkan tingkat pendidikan dengan baik maka profesionalisme guru akan semakin
meningkat. Berdasarkan perhitungan tersebut, hipotesis dapat ditafsirkan H0 yang berbunyi
tingkat pendidikan tidak memberi pengaruh secara siginifikan terhadap profesionalisme guru
ditolak dan H1 yang berbunyi tingkat pendidikan memberi pengaruh secara siginifikan terhadap
profesionalisme guru diterima.
DAFTARPUSTAKA
Ahmadi,. Abu Drs. H dkk, 1991, Psikologi Belajar , Cet. I,; Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi, 1993, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta : PT. Rineka
Cipta
Baedhowi 2000, Mendidik dan Mengajar dengan Cinta , Pustaka Pelajar. Jogjakarta
Bahri Djamarah, Syaiful & Aswan Zain, 2002, Startegi Belajar Mengajar, Cet. II Jakarta:
Rineka Cipta
Bahri Djamarah, Syaiful, 2005, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis, Cet. III, Jakarta: Rineka Cipta
Budiningsih Asri, 2005, Belajar dan Pembelajaran, Cet. I; Jakarta: Rineka Crpta
Darmaningtiyas. 1999. Pendidikan Pada dan Setelah Krisis, Evaluasi Pendidikan Pada Masa
Krisis. Cet ke-1. Pustaka Pelajar. Jogjakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989 Kamus Besar Bahasa Indonesia , Jakarta: Balai
Pustaka,
Departemen PendidikanNasional, 2003 Undang-Undang Sisdiknas.No 20
Direktorat Tenaga Kependidikan, Standar Kompetensi Guru Sekolah Lanjutan
Gordon, Thomas, 1990 Guru Yang Efektif; Cora Mengatasi Kesulitan Dalam Belajar, Cet.
III,; Jakarta: PT Rajawali Pers
Hamdan Ali H. B., FilsafatPendidikan Cet. Ill; Jogyakarta: PT. 1986
Hasan, M.,Iqbal 2002, Pokok-pokok MAteri Statistik 2, Cet. I; Jakarta: PT. Bumi Aksara,

17

Mursell, J.& S Nasution, 2002, Mengajar Dengan Sukses Successful Teaching, Ce. II; Jakarta:
PT. Bumi Aksara
Nasution, S., 1995, Didaktik Asas-AsasMengajar, Jakarta: Bumi Aksara,
Nasution, MA. Prof. Dr. S., 2000, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Cet. II ; Jakarta: Remaja Rosda
Karya.
Nurlaylah, 1998, Skripsi. Tinjauan Pendidikan Islam Tentang Eksistensi Panti Penitipan
Anak Terhadap Perkembangan Anak.,
Pannen. P.dkk.,. 1999 Cakrawala Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Purwanto 2000, Difusi Inovasi. Jakarta: STTA LAN Press
Rahman, Abdul, 1990, Pengelolaan Pengajaran Ujung Pandang: CV. Bintang Selatan
Riduwan (et al), 2007Pengantar Statistika Untuk Penelitian;
Komunikasi,Ekonomi danBisnis (Cet 1; Bandung: Alfabeta,

Pendidikan,

Sosial,

Rostiyah N.K., 1994, Mqs.alah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, Cet. Ill; Jakarta: Rineka Cipta,
Subagyo Joko, 1991, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta
Sudijono,
Anas, 2000,
Persada,

Pengantar Statistik Pendidikan, Cet. X; Jakarta: Raja Grafindo

Sardinian A.M, 1992, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar Jakarta: Rajawali Pers,
Suyanto, Ph.D, dalam Pembukaan Diklat Integrasi Imtaq, 2 Agustus 2005.
Undang-undang RI No: 14 Tahun 2005 2006, Cet I; Jakarta : Sinar Grafindo,
Tilaah H.A.R., 1998 Manajemen Pendidikan Nasional, Cet. HI; Bandung: Remaja