Korupsi dari Paradigma Sosiologi Emile D

Proposal Penelitian

Tindak Korupsi para Aktor Politisi dari sisi Sosiologi
Dani Andrismoro
12720008
Sosiologi
Metode Penelitian
Dosen : Ahmad – Norma permata

Pendahuluan
A. Latar belakang masalah
Pemahaman tentang korupsi memang sangat di batasi oleh pengakuan lembaga
hukum ataupun dalam undang-undang dasar, seharusnya pemahaman tentang korupsi
janganlah di batasi apa lagi hanya kepada sebuah anggota dan kelompok saja yang ada di
pemerintahan, padahal jika kita perhatikan secara langsung ataupun tidak langgsung
pemahaman tetang korupsi itu terbatas dari golongan pemerintahan atau pegawai sipil,
lalu apa dari sisi dan segi yang bukan para pegawai pemerintahan dan para pegawai sipil
yang melakukan tindak korupsi, apa itu bukan korupsi. ?
Seharusnya secara meluas dalam mendefinisikan korupsi di segala aspek kehidupan baik
dari para Begawan(pemuka agama dan kaum intelektual), ksatria(bagsawan,
pemimpin/raja dan prajurit), waisya (pedagang dan petani) dan maupun golongan sudra

(pekerja kasar) karena pengertian yang memilki standarisasi akan menjadikan akan
terperangkap dalam sebuah pagar-pagar dalam makna yang telah ada dan pemberlakuan
makna dan sifat baru sulit di terima atau bersifat kaku dalam kajian hal tersebut, tentang
hal yang terkait, dan menjadikan sebuah keterbatasan seperti halnya hukum, pendidikan,
makanan dan lain sebagainya.
Fenomena korupsi sudah sangat biasa di Indonesia, hal ini sudah menjerat dan mengikat
seluruh sisi kehidupan masyarakat dari mulai tingkat para Begawan(pemuka agama dan
kaum intelektual), ksatria(bagsawan, pemimpin/raja dan prajurit), waisya (pedagang dan
petani) dan maupun golongan sudra (pekerja kasar), semua tindakan korupsi sudah tidak
lagi menjadi tabu dan menjadi kegiataan yang lazim dalam kehidupan masyarakat,
seolah-olah kebenaran Agama dan nilai fitrah manusia sudah menjadai buta dengan cara
berpikir struktural yang bersifat ke kolektifan kebenaran bersama golongan yang memilki

sebuah kekuataan untuk menahan dan menghentikan pergerakan kebenaran, dulu
mungkin apa yang di sebut dengan Aturan adalah sebuah tata cara melakukan garis pagar
tindakan manusia agar apa yang di lakukan tidak menganggu kehidupan masyarakat
umum dan aturan memberikan gambaran umum dari, untuk dan oleh kepentingan umum
supaya mencapai tujuan keharmonisan dan keselarasan masyarakat dalam kegiatan dan
tindakan sosial untuk maysayarak itu sendiri. Namun apa yang terjadi saat ini dengan
Aturan mereka para pelaku tindak korupsi mempermainkan kepentingan umum menjadi

kepentingan individu, dan kepentingan instansi/korporasi.
Korupsi adalah kegiatan yang di lakukan, baik secara terstuktur atau secara terorganisir
maupun secara tidak terstruktur oleh individu ataupun kelompok untuk memperkaya
kehidupan diri, memperkaya kehidupan orang lain dan memperkaya kehidupan kelompok
atau instansinya.
Namun dalam arti hukum adalah kegiatan yang di lakukan untuk menguntungkan diri dan
merugikan orang lain, yang di lakukan oleh pejabat pemerintahan yang melanggar batasbatas hukum. Dalam pengertian Undang-Undang nomor 31 tahun 1999 yang di ubah
menjadi Undang-Undang nomor 20 tahun 2001, korupsi merupakan tindakan melawan
hukum untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain (perseorangan atau sebuah
instansi/korporasi) yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan keuangan
atau perekonomian Negara dari segi materiil perbuatan itu di pandang sebagai perbuatan
yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan masyarakat. Dan dalam pengertian lain
oleh KPK korupsi merupakan kegiatan yang di lakukan seseorang individu atau
kelompok yang ,melakukan tindakan memperkaya diri, korporasi dan melanggar hukum
sehingga merugikan Negara.

Pemahaman akan penegetahuan tindak korupsi saat ini hanya menyentuh sisi dan segi
dalam saja dari para pelaku tindakan korupsi, sedangkan sebab-akibat (causality) dari
pengaruh luar tindakan individu sangatlah minim dan kali ini saya akan mencoba keluar dari
pemahaman tentang tindakan korupsi yang bersifat dari dalam diri individu , yang mana sifat

individu saya jadikan sebagai tempat kedua dari pengaruh luar tindakan individu yang
melakukan tindak korupsi, pertanyaan mungkin akan di ajukan dengan penelitian ini adalah
kenapa harus dari luar individu dan kenapa hal tersebut di lakukan ?
1. Seperti dalam penelitian tentang cahaya atau Quantum ( ilmu alam ) bahwasanya cahaya
memilki 2 sifat yang berbeda jika kita teliti dengan cara berbeda pula, cahaya akan
terlihat seperti atom jika kita gunakan alat untuk melihat cahaya adalah detector atom,
namun kita akan dapati cahaya sebagai gelombang ketika cahaya yang kita amati dengan
menggunakan detector gelombang, dan hal ini pun sepertinya akan sama dengan sebuah
tindakan korupsi yang akan saya teliti nanti, dan sifat dulitas ini adalah sifat dan hukum
alam yang tidak bisa kita rubah dan kita halangi dari segi apapun, dan yang demikaian
juga merupakan sebuah dan petunjuk bahwasanya yang Maha Ahad adalah Allah itu
sendiri dan yang lainya merupakan sebuah sisi yang dulitas.
Oleh karena itu tindakan korupsi yang mungkin bukan hanya tindakan yang bersumber
dari dalam individu (psikologi) namun juga pasti ada sifat dari luar juga yang menjadikan
orang melakukan tindakan korupsi.
2. Jika ada ilmu yang mempelajari tetang seluk-beluk perilaku manusia yang berasal dari
dalam diri manusia yang disebut sebagai psikologi maka ilmu yang mempelajari tindakan
individu yang merupakan dorongan dari luar kehidupannya yaitu ilmu sosiologi, jika kita
kaji penelitian dengan menggunakan cara psikologi maka hasil yang terjadi dari


Pergolakan cara berpikir pada tokoh para politisi, lembaga hukum, KPK, tokoh agama,
dan para Intelektual yang serius menggeluti permasalahan korupsi yang terjadi di bangsa
indonesia sepertinya selalu terhenti semua pada kosa kata “individu” atau manusia itu
sendiri atau sering di sebut dalam ke-ilmuan adalah Phsycology, sehingga pemahaman
tentang korupsi tersebut itu dari para politisi ada yang berkata; itu partai-nya aja yang
bodoh memilih para anggotanya sehingga partai tidak mampu membuat para actor di
politisi tidak melakukan korupsi, lembaga hukum berkata; tindak korupsi harus di hukum
mati dan harus ada undang-undang yaang sangat keras dalam membahas tentang tindak
pidana korupsi, KPK berkata bahwa korupsi itu tindakan kejahatan yang merugikan
negara dan laporkan dan fokuskan kasus korupsi yang terkait orang level tinggi,
menyagkut orang banyak, dan menyangkut uang besar, para tokoh agama berkata;
korupsi ini terlihat sepertinya masyarakat kaya-nya itu kekurangannya iman dari para
koruptor ataupun masyarakat sehingga terjadinya korupsi, sedangkan di kalangan para
intelektual ada berkata; ini kayanya kasus korupsi harus perlu ada pemahaman
pendidikan manusia secara psikologi untuk mencegah manusia agar tidak korupsi dan hal
tersebut pun di mulai sejak dina ataupun saat masuk taman kanak-kanak (play group).
Apa yang telah di bicara di atas juga hal yang sangat benar dan baik namun masalah yang
terjadi di tempat malah berlainan dengan apa yang dianggap sebab para koruptor juga ada
dari tokoh agamawan atau orang yang berpengaruh di masarakat sekitar sebagai orang
baik, ada yang banyak juga koruptor yang mengerti hukum dan hukum di buat permainan

sehingga kekurangan pasal hukum di jadikan pedoman tindak korupsi tersebut, dan juga
para politisi juga semuanya kayaknya memiliki kriteria orang-orang intelektual yang
tinggi dan mempunyai psiklogi yang sangat baik dan berwibawa, mari coba kita
perhatikan dengan jelas hal tersebut dari semua tindak korupsi ataukah ada kesalahan lain

yang lebih mendasar dari apa yang telah di uraikan di atas semua itu, ataukah masih perlu
bangsa kita menggunakan ilmu sihir untuk mengungkap fenomena yang terjadi atas
korupsi tersebut namun jika hal tersebut di gunakan sepertinya sudah tidak wajar dan
pantas lagi di zaman modern seperti ini yang penuh rasionalistik dalam menjalani hidup.
Coba kita tengok ke arah kehidupan seorang pelacur, mereka bekerja dari sesuatu yang
tidak baik dan merupakan perbuatan zina yang sangat tidak di senangi bagi banyakan
para masyarkat, namun hal tersebut (pelacur) mau tidak mau kehidupan keluarga harus
terpenuhi dan tercukupi untuk bisa mendidik para anak-anaknya maka pekerjaan apapun
asalkan itu mendapakan uang yang cukup, itu pun di lakukannya, namun ketika ketika
seorang pelacur tersebut di tanya tentang pekerjaannya sebagai pelacur oleh orang-orang
di sekitarnya dan lingkungan tempat dia hidup, maka sebuah jawaban rigan dan santai
yang di keluarkan oleh mulut mulut dan bibirnya yaitu tersenyum dan dengan nada
lembut “ saya lakukan ini itu karena saya sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi,
sedangkan kehidupan ini haruslah cepat dan tanggap sedangkan kebutuhan hidup saya
dan anak-anak saya pun juga harus terpenuhi setiap harinya apalagi saya sendiri kalau

anak saya sendiri melakukan hal yang demikian, makanya pekerjaan seperti ini saya
lakukan demi mendidik anak saya dan tidak mau kalau masa depan anak terbengkalai dan
hal yang demikian terjadi oleh anak saya sendiri.
Jika seorang pelacur bertindak ternyata bukan atas dirinya melaikan untuk masa depan
anaknya yang tidak ingin seperti dia dan hal yang demikian juga merupakan tuntutan
sosial, namun apakah hal yang demikian apakah juga terjadi di tndak korupsi yang
sebenarnya para koruptor itu bukan atas dasar dari dalam dirinya sendiri ataukah memang
orang-orang poltis, orang-orang intelektual tinggi dan seorang tokoh masyarakat
(agamawan) pasti seorang koruptor.

Terus pertanyaannya kenapa hal itu bisa terjadi di pemerintahan bangsa indonesia? Perlu
kita sadari mereka para DPR, para Menteri, para penegak hukum dan pegawai pajak
mereka melakukan kegiatan tersebut pun di luar dari kontrol mereka sendiri dan
sebenarnya para koroptor tersebut juga tau kalau yang di lakukannya salah dan
merugikan negara, lantas kenap mereka korupsi juga? kemungkinan meraka mereka
melakukan hal tersebut di luar kontrol atau ada tekanan dari luar diri mereka sendiri yang
mengharuskan korupsi,
Maka sosiologi lah yang akan di jadikan sebagai kajian dalam penelitian ini yang
menyangkut tentang tindakan korupsi yang terjadi di kalangan para actor koruptor yang ada
di pemerintahan atau para politikus yang telah menjabat sebagai para wakil rakyat, baik

Presiden, DPR, Menteri-Menteri dan lain sebagainya.

B. Identifikasi masalah
Masalah tindakan korupsi yang terjadi d Negara indoesia sudah meliputi seluruh lapisan
masyarakat, namun tidak di temukan adanaya pemahaman tentang korupsi yang terjadi di
para orang-orang yang berada di lembaga pemerintahan, sehingga penangkapan korupsi

ini sepertinya tidak membuahkan hasil maksimal malah mati satu tumbuh seribu, hal
yang demikian lah yang melatarbelakangi masalah ini.

C. Batasan Masalah
Melihat masalah tetang korupsi yang banyak di lakukan oleh para orang-orang yang
berada di lembaga pemerintahan : Legislative, Yudikatif dan Eksekutif menjadikan
penelitian ini akan lebih kepada mereka sehingga penelitian ini tidak terlalu melebar dan
luas.

D. Rumusan Masalah
Dari bab pendahuluan telah di kita telah mendapatkan pokok masalah :
1. Bagaimana kasus Korupsi para actor politik yang telah menduduki jabatan di lembaga
pemerintahan baik dari lembaga Legislative, Yudikatif dan Eksekutif dari sisi

Sosiologi Emile Durkheim ?
2. Menjelaskan korupsi bukan secara psikologi akan tetapi dengan melihat pengaruh
luar yang menyebabkan tindak korupsi ( sosiologi klasik Emile Durkheim) ?
3. Apakah Korupsi bersfat seperti Quantum ?

E. Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan bagaimana korupsi secara sosiologis dengan penggunaan teori Emile
2.
3.
4.
5.

Durkheim.
Melakukan interpretasi tindak korupsi dari sisi luar seseorang pelaku tindak korupsi.
Menjelakan apa yang mempengaruhi tindak korupsi.
Melakukam kritik atas apa yang menyebabkan korupsi.
Menggurai sebab - akibat (causal ) tindak korupsi dari sisi luar kehidupan seorang
koruptor.

F. Kerangka Teoritik

Sebagaimana telah di paparkan dalam latar belakang masalah di atas kita mendapatkan
rumusan masalah, inti dari penelitian ilmiah ini adalah upaya menganalisis secara kritis
bagaimana tindakan korupsi bisa terjadi dari sisi luar dengan konsep pemikiran Sosiologis
Emile Durkheim, serta melihat apa dan bagaimana korupsi ternyata di pengaruhi dari sisi luar
kehidupannya, sehingga sebagai batasan analisis struktur pengetahuan akan penelitian ini,
untuk menjawab sebagaimana pokok-pokok masalah dan pemecahan masalah melalui teori.

Fakta sosial
Penegasan paling awal dari Durkheim adalah fakta sosial' harus dianggap oleh sosiolog
sebagai realitas, yaitu, memiliki karakteristik tersendiri yang terkonsep dan akan terlihat melalui
pengamatan eksternal. Fakta sosial adalah semua fenomena (cara bertindak) yang terjadi di
dalam masayarakat dan hal tersaebut di pengaruhi oleh sisi luar (eksaternal) kehidupan individu,
di mana hal tersebut merupakan kepercayaan, kecenderungan dan praktik kelompok diambil
secara kolektif. Mau tidak mau maka individu harus mengikut hal tersebut agar bisa terjalin

hubungan yang terstruktur atas suprastuktur yang telah mengatur kolektifitas social di kehidupan
masyarakat. Jadi ada cara bertindak, berpikir dan merasa yang dimiliki oleh seluruh kelompok
ada di luar kesadaran individu, pemaksaan ini tidak dirasakan atau hampir tidak dirasakan sama
sekali, yakni ketika banyak sesuatu yang di kerjakan tanpa tahu dari hakikat yang sebenarnya
dari tindakan apa yang di lakukan.

pada hakekatnya merupakan karakteristik fakta-fakta social , yang hanya bisa dipastikan melalui
investigasi empiris atas realitas masyarakat Dengan alat indikator, seperti aturan moral, hukum,
agama, dll. 1
dari fakta social pun menjadi mengkrisatal di masyarakat dari mulai skala besar menjadi skala
kecil. seperti hukum Negara yang menjadi aturan kolektif sebagai kesadaran kolektif individu di
dalam masyarakat, bahwa mereka cukup terasa di batasi kekuasaan koersif berdasarkan mana
mereka melakukan kontrol atas dirinya.
kesadaran kolektif individu yang berhubungan dengan agama. masalah politik, sastra dan seni,
Dan lain- lainnya yang konstan diproduksi terus-menerus untuk memaksakan pada anak cara
melihat, berpikir dan bertindak melalui dari upaya pendidikan dan tekanan yang sama dari
lingkungan sosial yang berusaha untuk membentuk gambar kolektifitas social di mana orang tua
dan guru hanya perwakilan dan perantara (makhluk sosial telah dibentuk secara historis). Jadi
fakta bahwa mereka bersifat umum yang dapat berfungsi untuk mencirikan fenomena social.2

1.

Emile Durkheim, The Rules of Sociological Method (Introduction By Steven Lukes Translated -by W. D. Halls) The Free

2.


Press New York London Toronto Sydney 1982. Hal. 50-51
Ibid. Hal 52-55

Solidaritas Sosial

solidaritas social adalah kesadaran kolektif yang di lakukan di dalam masyarakat dalam
mengintergrasikan fungsi-fungsi social agar bisa terjadi keadaan harmonis yang stabil, sehingga
pencegahan akan terjadinya tindak penyimpangan social di lingkungan masyarakat di lakukan
dengan cara menggunakan suau yang besifat kesadaran kolektif bersama di seluruh apisan
masyarakat yaitu dengan cara :
1. Pembentukan hukum ; pembentuka tersebut merupakan cara kerja yang di gunakan
menjaga stabilnya mobilitas social di dalam masyarakt sehingga bisa kebebasan setiap
individu bisa berjalan dengan baik namun ada keadaan yang juga harus di penuhi sebagai
2.

idetitas sosianya di dalam masyarakat, karena individu yang tidak
Dengan adanya kesadaran kolektif yang di bentuk secara hukum ataupun ada secara
historis dari masyarakat artinya aturan moral sudah ada saat kita ada dalam eksistensi
masyarakat dan aturan tetap ada saat eksistenskita tidak i sudah ada di masyarakat, yang
jelas dalam hal kesadaran kolektif ini merupakan sebuah upaya yang di lakukan untuk
menurunkan tingkat kriminalitas di masyarakat, dengan cara masyarakat di ajak bermain
dalam kesadran kolektif (kesadaran social) secara tidak sadar agar selurruh bagian
anggota masyarakat bisa bergerak secara spontan dan bersama-sama menuju arah yang

sama menuju kesadaran kolektif kerena satu sama lain saling membutuhkan untuuk
menjaga harmonisasi social dalam seluruh eksistensi elemen di masyarakat .
di manapun solidaritas sosial ada, ini tidak memilki hubungan dasar personal secara independen
atau tersendiri (kualitas immaterial) bisa berjalan di masyarakat membentuk keadaan harmonis
masyarakat akan tetapi solidaritas terjadi di luar dari kesadaran individu yang sebenarnya di
bentuk oleh masyarakat baik individu secara sadar memahami hal tersebut ataupun individu tidak
menyadari akan pembentukanuntuk membentuk keharmonisan social tersebut.1
Keharmonisan social dalam masyarakat merupakan penagaruh eksternal yang memilki cara dan
variasi yang berbeda di dalam bentuk solidaritas social yang terbagi menjadi :
1. Solidaritas mekanik.
Solidaritas yang terjadi di dalam masyarakat dengan bentuk Totalitas keyakinan dan sentimen
umum untuk anggota rata-rata masyarakat yang sama membentuk sistem kehidupannya
sendiri, kesadaran kolektif atau kesadaran umum tertentu dengan
didirikan otoritas hukum untuk seluruh masyarakat.
fungsi utamanya adalah untuk menciptakan rasa hormat untuk kolektif keyakinan, tradisi dan
praktek, yaitu, untuk mempertahankan kesadaran umum terhadap semua vitalitas umum dari
keharmonisan dan ketertiban sosial, baik internal maupun eksternal yang bisa menyebabkan
kriminalitas social di dalam masyarakat. Dengan demikian kesadaran kolektif menjadi
simbol, ekspresi hidup di mata semua orang. ditransmisikan ke otoritas
pemerintahan,sehingga kesadaran kolektif itu memiliki sifat dan reaksi yang sama di seluruh
anggota masyarakat tanpa terkecuali, karena tidak ada kekuatan moral individu yang unggul,
kecuali kekuatan moral kolektif.

Di dalam solidaritas mekanik terdapat hukum agar bisa membentuk kembalinya ke
hharmonisan social setelah terjadinya kriminalitas social ataupun penyimpangan social,
individu di kenakan atau di berikan hukum yang bersifat merugikan individu, dari hukum
tersebut dengan maksud agar bisa untuk menjaga ketertiban social.
Contoh : jika individu melakukan penyimpangan social maka individuu akan mendapatkan
hukum atau ganti rugi.2

2. solidaritas organik
solidaritas yang terjadi di maasyarakat dengan bentuk kesadaran kolektik individu dalam
eksistensi kehidupan masyarakat,solidaritas ini merupakan bagian yang kedua dari solidaritas
social, artinya solidaritas organic cangkupannya lebih kecil dari pada solidaritas mekanik yang
mampu mencakup seluruh anggota masyarakat sedangkan organic lebih sederhana seperti
solidaritas yang terjadi di lingkup agama, adat-istiadat, dan lain sebagainaya. di mana dalam hal
ini masyarakat tidak mempunyai kewenagan untuk menghukum dan memberikan sangki kepada
individu, melainkan masyarakat hanya bisa melakukan perintah saja agar bisa mematuhi tata
aturan agar bisa terjadi kesadaran kolektif bersama di dalam masyarakat, sehingga kelompok
masyarakat adalah sebuah totalitas lebih akan tetapi kurang terorganisir, hal tersebut di
karenakan semuaaa kesadaran kolektif ini hanya bersumber atas dasar keyakinan dan sentimen
untuk anggota kelompok di satu titik keadaan social.
Jika terjadi pelanggaran ataupun penyimpangan social di dalam solidaritas ini tidak menghukum
individu yang telah melakukan penyimpangan akan tetapi hukuman ini akan berjatuh hukuman
secara pribadi antaar individu, atau sering kita sebut sebagai hukum perdata antara individu
dengan individu.3

1.
2.
3.

Thomson Kenneth, Readings From Emile Durkheim. USA and Canada, Routledge 2005. Hal 21-27
Ibid. 24- 28
Ibid. 29-32

Suicide

Bunuh Diri Egoistik
Bunuh diri egoistik ini merupakan bunh diri yang di lakukan karena hasil dari 'egoisme
individualis yang berlebihan, dalam hal inibisa di sebabkan melemahnya kepercayaan tradisional
dan keadaan moral individu., sehingga yang terjadi pada seseorang merasa kepentingan dirinya
lebih kecil dari kepentingan sosialnya, dan peranan yang di berikan tidak lah berarti,
tiga proposisi hal ini bahwa bunuh diri ini di sebut dengan Bunuh Diri Egoistik berikut :
1. Sifat individu-individu yang membentuk masyarakat Bunuh diri berbanding terbalik
dengan tingkat integrasi masyarakat religius.
2. Bunuh diri berbanding terbalik dengan tingkat integrasi masyarakat dalam negeri.
3. Bunuh diri berbanding terbalik dengan tingkat integrasi masyarakat politik.1
Contoh: rusaknya ikatan pribadi antar individu.
Bunuh Diri Altruistic
Bunuh diri altruistic merupakan bunuh diri yan di lakukan atas dasar moralitas dirinya terhadap
yang Eksistensi hidup cara di mana mereka terkait bersama-sama, yaitu sifat organisasi sosial
yang bersifat kolektif dan sui generis.

Bunuh diri altruistic meiliki dua sifat ;
1. Wajib :

- militer lebih baik mati dari pada terhina oleh musuh.
- Mati lebih baik karena akan lebih malu jika terhina oleh keluargannya

2. Tidak wajib :-

orang jepang melakukan hara-kiri (kerelaan atas dirinya)
Orang Hindustan rela melakukan bunuh diri kerena untuk mencapai
nirwana yang mana di akan mencapai puncak kehidupan .2

Bunuh Diri Anomi
Bunuh diri anomi adalah bunuh diri dari peraturan yang berlebihan, bahwa orang-orang
dengan diblokir masa depan tanpa ampun dan nafsu keras tersedak oleh disiplin yang menindas
peristiwa melewati yang mengganggu fungsi kolektif hidup dan regulasi yang terjadi di
masyarakat mengalami penurunan dari cara berpikir, cara bertindak dan cara merasa yang
dilakukan pemerintahan dalam menjaga sebuah aquilibirium dan keharmonisan sosial (tidak
adanya control sosial).
Contoh : bunuh diri kerena efek ekonomi yang memberatkan kehidupan dan terjadinya
krisis hidup dalam Kemiskinan (gangguan dari tatanan kolektif). 3
Bunuh Diri Fatalistic
Bunuh diri fatalistic adalah bunuh diri berasal yang di lakukan karena kekecewaaan
terhadap dunia yang memandang kehidupan sangat buruk dan tidak adil.
Contoh: seorang wanita di poligami yang menyebabkan atas kematian ini, hal ini menganggap
dirinya tak lebih berarti dalam kehidupannya, sehingga melakukan bunuh diri.

KLASIFIKASI AETIOLOGIS DAN MORFOLOGIS TERHADAP JENIS-JENIS BUNUH
DIRI SOSIAL. 4
.
Asumsi individual

jenis

Karakter Fundamental

Varietas kedua

Melankoli, malas, kepuasan diri
Egoistic suicide

Lesu, apati

Basic types

Kecewa, tenang, skeptis
Ketenangan dalam menghadapi

Anomic suicide

Mixed types

Energi

tugas/kewajiban

kehendak atau

Dengan antusiasme mistik.

nafsu

Dengan keberanian dan kedamaian
Tekanan kekerasan hidup secara umum.

Kejengkelan,

Tekanan kekerasan terhadap satu orang

Muak

(pembuhuhan diri sendiri)
Campuran antara hasutan, gejolak, dan

Altruistic suicide

Ego–anomic suicide

apati, Campuran antara tindakan dan
angan-angan.

Anomic–altruistic suicide

Buih Kejengkelan
Melankoli antara kemarahan dan

Ego–altruistic suicide
kesabaran
4

dari berbagai kasus yang telah di lakukan Emile Durkheim , bahwa ada 3 hal yang perlu di
cermati dari dalam bunuh diri yaitu
1. Agama
Biasanya keagamaan akan mengatur dan melakukan sebuh integrasi sosial yang mewujudkan
terjadinya keharmonisan di dalam masyarakat, namun jika tidak demikin ada kemungkinan
terjadinya ketidak stabialan sosial, maka memungkinkan adanya bunuh diri
2. Politik
Kehidupan yang terjadi di para orang yang berada di dalam politik biasanya akan lebih
terintgrasi dan mengalami kesenjangan intergrasi sosial jika keadaan politik mulai
mengalami konflik ( politik : tata Negara)
3. Keluarga
Keluarga merupakan aktivitas sosial yang terkecil sehingga memungkin mudahnya
kehidupan tertata dalam keluarga namun jika keluarga tidak memberikan integritas yang baik
maka memngkinkan kehidupan tidak menjadi tak beraturan, dan merupakan sebuah factor
pendorong dari bunuh diri.
4.

Emile Durkheim, Suicide: A Study in Sociology, A. Spaulding (trans.), George Simpson (ed.), Routledge, London and New

5.
6.
7.
1.
2.
3.

York, 2005. Hal. 123-125
Ibid. 198-200
Ibid.232-239
Ibid. 257
Thomson Kenneth, Readings From Emile Durkheim. USA and Canada, Routledge 2005. Hal. 71-76.
Ibid. 77-78
Ibid 78-83

Cara kerja Teori Emile Durkheim
Melihat dari berbagai cara pandang tulisan durkheim di berbagai karyanya saya menemukan
unsur-unur penting yang bisa menjadiakan terintergrasikannya pemikiran durkheim :
1. Fakta social : aktivitas sosial yang bersiafat tetap
2. solidaritas social ; Solidaritas mekanik dan solidaritas organik
3. Suicide ; Egoistic suicide, Altruistic suicide, Anomic suicide, dan fatalistic suicide

Dari tiga teori tersebut saya akan mencoba merumuskan karya durkheim sehingga kita tidak
terpaku dan terperangkap dalam suatu kerangka yang terpisaah dan tidak berkatan, namun di sini
saya akan mencoba meng-Intergrasikan pola dan struktur cara kerja teori durkheim secara
singkat dan padat.
Gambar 1.1
2
.
1.
masyaraka
t

3. solidaritas
sosial

5
.

4.

Seorang durkheim melihat keterkaitan tindakan yang dilkukan oleh masyarakat adalah sesuatu
yang timbul dari masyarakat bukan dari suatu yang bersiafat psycology akan tetapi dengan ilmu
sociological-nya durkheim mampu melumpuhkan sesuatu yang bersifat psycology.
Dari data gambar dia atas bisa kita lihat fenomena yang terjadi dalam masyarakat adalah
melingkar
1. Masyarakat

Masyarakat (society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah system dimana
sebagian besar interaksi yang di lakukan adalah antara individu-individu yang berada
dalam kelompok tersebut.
Artinya dari kegiatan manusia sebagai indivudu di dalam masyarakat harus
menyesuaikan diri dari apa yang telah ada dan mengikuti apa yang telah ada di dalam
masyarakat, yang mana tindakan dan perilaku yang ada di dalam diri kita harus mengikuti
apa yang ada di masyarakat, dan tindakan berarti bukan sifat individu tetapi tindakan
tersebut merupakan dorongan dari luar dirinya, seperti yang di katakana Durkheim dalam
karya The Rules of Sociological Method,
2. Fakta Sosial
Durkheim membaca dalam masyarakat terdapat adanya suatu fakta sosal yang bersifat
tetap atau memiliki kadar waktu yan lama dan turun-temurun, seperti sebuah acara
upacara keagamaan, aturan-aturan hukum, pendidikan dan lain sebagainya.
3. solidaritas sosial
solidaritas adalah sebuah tindakan yang muncul di dalam sebuah kelompok atau
masyarakat dimana individu sadar ataupun tidak sadar dalam melakukan sebuah tindakan
yang di lakukan bersama untuk mencapai sebuah tindakan kolektif untuk enuju
keharmonisan sosial.
4. Transformation of social activity

Dari berbagai aktivitas sosial yang ada di masyarakat akan di transformasikan oleh
individu, untuk melihat tindakan-tindakan dan hubungan-hubungan di masyarakat karena
sifat memksa dan merupakan sebuah tekanan dari luar akan di ikuti atau tidak di ikuti.

5. Individu
Individu adalah bagian dari masyarakat yang harus mengikuti pola dan sifat masyarakat
yang ada ataupun yang di diami, karena harus mengikuti dan menaati yang ada di
masyarakat adalah kerena untuk dan sebagai keharmonisan sosial.

Jadi yang pertama adalah tindakan atau aktivitas sosial di dalam masyarakat mulai di
jadikan sebagai sebagai cara dari kolektifitas kehidupan di dalam masyarakat untuk mencapai
sebuah tindakan dan perilaku bersama, sehingga memunculkan fakta sosial yang mana fakta
tersebut adalah sebuah tindakan yang terukur dan terkonsep lalu bersifat tetap atau memilki
waktu yang lama di dalam sebuah aktivitas sosial di dalam masyarakat, ketika fakta sosial sudah
di lakukan standarisasi tindakan maka mulailah muncul solidaritas sosial baik berupa solidaritas
mekanik ataupun solidaritas organic, dari sebuah solidaritas maka muncul berbagai sikap dan
pola standarisasi tindakan sosial di dalam melakukan hubungan dan interaksi di masyarakat,
ketika standarisasi telah di lakukan dalam oleh seluruh masyarakat maka dengan sadar ataupun
tidak sadar seorang sebagai individu yang tunggal maka akan melakukan sebuah transformasi of
social activity, dari apa yang telah dan akan di lakukan di dalam masyarakat yang di diami,
mengalami proses transformasi dari aktivitas sosial maka individu bisa mengalami 2 probabilitas
tindakan tersebut, yaitu mungkin akan melakukan tindakan yang sama seperti yang terjadi di
dalam masyarakat, atau mungkin akan keluar dari sebuah tindakan yang telah di standarisasi oleh
masyarakat (sentiment), sehingga menimbulkan ketidakstabilan sosial.
Atau ;
Jika :

A : masyarakat
B : fakta sosial
C.: solidaritas sosial
D : Transformation of social activity
E : individu

Maka : A = B masyarakat menimbulkan fakta sosial
B = C fakta sosial menimbulkan solidaritas sosial

C = D solidaritas sosial menimbulkan Transformation of social activity
D = E Transformation of social activity menimbulkan individu
E = A individu menimbulkan masyarakat
A merupakan pembentuk dari B - C – D – E
Dan kempat hal tersebut tidak dapat di pisahkan dari kehidupan masyarakat modern.

G. Hipotesis

Penelitian ini di lakukan berangkat dari keyakinan penulis setelah melakukan
penegenalan secara meluas dan pengangkatan masalah tersebut yakni ;
1. Semua masalah yang terjadi baik di wilayah social ataupun sains memiliki
keunikannya tersendiri, di mana masalah yang di kaji dengan rumusan masalah yang
di amabil , akan menemukan sudut pandang baru dari apa yang di amati dan dengan
apa di amati, yakani psikologi akan memunculkan masalah psikologi, jika sosiologi
maka akan di temukan sebagai sosiologi
2. Tindakan korupsi merupakan sebuah tindakan penyimpangan sosial yang tumbuh dari
dari luar kemauan akan seorang individu yang melakukan,akan tetapi ada pengaruh
luar, dimana pengaruh luar tersebut mempunyai daya kuasa dan mengatur seorang
individu untuk melakukan tindakan korupsi.
3. Tindakan korupsi bukanlah sebuah tindakan yang terjadi karena sifat individu, Jika di
lihat secara kemampuan dan intelektual para koruptor ternyata banyak yang memilki
kemampuan untuk mengetahui bahwa apa yang di lakukan adalah sebuah tindakan
penyimpangan sosial dan pengetahuan akan nilai juga sangat memungkinkan untuk
tidak melakukan tindakan tersebut.

H. Metode Penelitian
Jenis penelitian
Library Research
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan informasi data dengan mengunkan cara mencari sumber
primer dan skunder, sumber primer sebagai bahan rujuka dan data untuk di lakukan sebuah
pengembangan teori yang akan mengubah dan menghasilkan analisis tentang tema yang telah di
paparkan di dalam Bab pendahuluan dan sumber yang skunder di jadikan sebagai bahan dan
pijakan masalah yang akan di kaji dan di analisis untuk membuat sebuah penemuan baru dari
masalah dan penemuan baru dari apa yang menyebabkan masalah itu terjadi.

I. Telaah Pustaka .

Berikut ini karya tulsayais pemikiran atau pustaka yang saya jadikan acuan dan telaah kritis
atas tema yang di angkat dalam penelitian ilmiah ini, telaah pustaka ini di maksudkan untuk
menunjukan kekhususan karya ilmiah penulis dan menunjukan orisinalitas penulisan :

Anne Warfield Rawls, Epistemology and Practice ; Durkheim’s The Elementary Forms of
Religious Life Cambridge University Press, New York 2004.

Durkheim’s Philosophy Lectures ; Notes from the Lyc´ee de Sens Course,1883–1884.( Edited
and translated. Neil goss n’ Robert alun jones) Cambridge University Press, New York 2004.
Emile Durkheim, Sociology and Philosophy (Trans D.F.Pocock Introduction.J.G.Peristiany).
USA and Canada Routledge 2010.
Emile Durkheim, Suicide: A Study in Sociology, A. Spaulding (trans.), George Simpson (ed.),
Routledge, London and New York, 2005.
Emile Durkheim, The Rules of Sociological Method (Introduction By Steven Lukes Translated
-by W. D. Halls) The Free Press New York London Toronto Sydney 1982.
Emile Durkheim, contributions to L'Annee sociologique ( Edited with an Introduction by Yash
Nandan and Translated by John French, Andrew P. Lyons,Yash Nandan, John Sweeney, Kennedy
Woody) The Free Press New York London 1980

Emile Durkheim, Sociologist and moralist (Edited by Stephen P. Turner ) London by Routledge
1993
Emile Durkheim. Socialism (Le Socialisme),(Translated by Charlotte Sattler) The Antioch Press
United States of America 1958

J. Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian ini di lakukan di Yogyakarta dalam jangka waktu Empat (4) bulan , dari mulai
pengambilan teori, pengambilan data, dan analisis data yang di dapatkan.

K. Sistematika penulisan
System penulisanini akan terbagi menjadi 3 bab :
Bab I
Bab ini adalah bab awal dimana merupakan awal dan dasar dari penelitian pada karya
ilmiah. Yang akan di jelaskan hasil penelitian di mulai dengan ;
Pendahuluan, bab ini meliputi ; latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, kerangka teori, hipotesis,
waktu dan lokasi, dan sistematika penulisan.
Bab II
Bab ini merpakan bagian dari isi tentang penelitian ilmiah yang akan di lakaukan, dimana
bab ini yang akan membahas secara keseluruhan tentang masalah yang di angkat dari tema
yaitu korupsi dari sisi sosiologi Emile Durkheim.
Dan bab III.
Bab ini adalah bab yang akan menjadikan sebagai bab penutup dari hasil penelitian karya
ilmiah yang merangkum tentang kesimpulan dari bab isi, yang telah di samapikan pada bab
2, sehingga penulis akan memberikan saran dan juga tentang baiknya memahami korupsi
yang terjadi di lembaga pemerintahan Indonesia.