MEMOTIVASI PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJA

MEMOTIVASI PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen : Dr. H. Dudi Gunawan, M.Pd.

Disusun Oleh :
1.

Aldera Margianti Sukawaputri

(1705130)

2.

Nela Andani

(1701362)

3.

Rd. Aggesty Zatnica Nursabina


(1700986)

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Psikologi

Pendidikan

dengan judul “Memotivasi Peserta Didik dalam

Pembelajaran”.

Penulis berharap makalah yang singkat dan sederhana ini dapat
memberikan tambahan wawasan pengetahuan,

dan perlengkapan dalam

mempelajari serta mendalami psikologi pendidikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini terutama kepada dosen psikologi dan rekanrekan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan, seperti kata pribahasa “Tak Ada Gading yang
Tak Retak” Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif agar di masa yang akan datang dapat lebih baik.

Bandung, November 2017

Penulis

DAFTAR ISI
Cover .........................................................................................................................
1

Kata pengantar...........................................................................................................
2
DAFTAR ISI..............................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
4
A. Latar Belakang......................................................................................................
4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
4
C. Tujuan....................................................................................................................
4
BAB II DESKRIPSI ISI JURNAL............................................................................
6
BAB III PEMBAHASAN DAN KOMENTAR.........................................................
19
A. Konsep Motivasi Belajar.......................................................................................
19
B. Indikator Motivasi Belajar.....................................................................................
24

C. Pengukuran Motif dan Motivasi Belajar...............................................................
25
D. Konsep Strategi Pembelajaran yang Memotivasi Peserta Didik...........................
25
E. Contoh Strategi Pembelajaran yang Memotivasi Peserta Didik............................
31

F. Pertanyaan Diskusi.................................................................................................
32
BAB IV PENUTUP...................................................................................................
34
A. Kesimpulan............................................................................................................
34
B. Saran......................................................................................................................
34
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
35
Lampiran ...................................................................................................................
36


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Motivasi belajar memiliki peranan yang sangat penting dalam
upaya

peningkatan

mutu

pendidikan,

yaitu

apabila

dikehendaki

peningkatan mutu pendidikan maka dibutuhkan motivasi yang lebih besar

dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Hal ini menempatkan motivasi
belajar pada posisi yang penting di dalam proses pembelajaran, akan tetapi
realita di lapangan menunjukan bahwa banyak siswa yang tidak memiliki
kemauan belajar yang tinggi pada mata pelajaran tertentu. Kurangnya
motivasi belajar siswa ini, disebabkan karena terlalu monotonya suasana
dalam pembelajaran sehingga siswa kurang tertarik dalam mengikuti
materi yang disampaikan oleh guru. Disamping itu juga faktor lingkungan
belajar yang kurang mendukung dalam merangsang motivasi siswa. Jika
hal ini berlangsung secara terus-menerus dan tidak ada tindakan untuk
menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan nyaman serta
membantu mempermudah memahami bagi siswa, maka hal ini akan sangat
mempengaruhi motivasi belajar siswa.

Permasalahan di atas pada

dasarnya berhubungan erat dengan metode dan cara penyampaian materi
yang digunakan oleh guru. Untuk itu guru dituntut harus mampu
disamping menciptakan suasana kelas yang nyaman dan kondusif, yang
lebih penting adalah menciptakan atau menggunakan metode pembelajaran
yang menarik dan mudah untuk memahami setiap materi yang

disampaikan. Melalui berbagai strategi pembelajaran, diharapkan guru
dapat memotivasi peserta didiknnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep, indikator, serta pengukuran motif dan motivasi
belajar?
2. Bagaimana konsep dan contoh straegi pembelajaran yang memotivasi
peserta didik?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep, indikator, serta pengukuran motif dan
motivasi belajar.
2. Untuk mengetahui konsep dan contoh straegi pembelajaran yang
memotivasi peserta didik?

BAB II
DESKRIPSI ISI JURNAL

UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
SISWA
Siti Suprihatin

Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro
[email protected]
Abstrak
Guru bagi masyarakat awan selama ini dipahami sebagai orang yang
pekerjaannya

mengajar.+Pergeseran

pengertian

guru

dari

orang

yang

pekerjaannya mengajar menjadi pendidik profesional, tetapi bagi sebagian orang
mungkin tidak begitu dimasalahkan. Guru memiliki pengaruh yang luar biasa bagi

arah pengembangan pendidikan di Indonesia pergeseran pemahaman terhadap
guru dari mengajar menjadi pendidik sudah menjadi keputusan hukum di
Indonesia yang telah disahkan baik aturan tentang Guru dan Dosen.
Hukum memberikan penjelasan guru sebagai pendidik profesional
ketimbang sebagai orang yang pekerjaannya mengajar dengan kemampuan tenaga
professional. Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki
motivasi untuk belajar. 1) Kuatnya kemauan untuk berbuat, 2) Jumlah waktu yang
disediakan untuk belajar, 3) Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang
lain, 4) Ketekunan dalam mengerjakan tugas.
Menumbuhkan motivasi belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam
mengembangkan kemampuan dan kemauan belajar. Salah satu cara yang logis
untuk momotivasi siswa dalam pembelajaran adalah mengaitkan pengalaman
belajar dengan motivasi siswa. Guru sebagai orang yang membelajarkan siswa
sangat berkepentingan dengan masalah ini. Sehingga sebagai guru atau calon guru
sebisa mungkin kita harus selalu berupaya untuk dapat meningkatkan motivasi
belajar terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dengan
menggunakan berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh guru yaitu 1)

Memperjelas tujuan yang ingin dicapai. 2) Membangkitkan motivasi siswa. 3)
Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar. 4) Mengguanakan variasi

metode penyajian yang menarik. 5) Berilah pujian yang wajar setiap keberhasilan
siswa. 6) Berikan penilaian. 7) Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.
8) Ciptakan persaingan dan kerjasama.
Kata Kunci: Motivasi Belajar dan Upaya Guru.

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatu bentuk investasi jangka panjang yang penting bagi
seorang manusia. Pendidikan yang berhasil akan menciptakan manusia yang pantas
dan berkelayakan di masyarakat serta tidak menyusahkan orang lain. Masyarakat dari
yang paling terbelakang sampai yang paling maju mengakui bahwa pendidikan atau
guru merupakan satu diantara sekian banyak unsur pembentuk utama calon anggota
utama masyarakat. Pendidkan yang berhasil akan menciptakan manusia yang pantas
dan berkelayakan di masyarakat sehingga menjadi penting pendidikan untuk
mencetak manusia yang memiliki berkualitas dan berdaya saing.
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan peserta
didik dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran peserta didik tentunya
adanya beberapa hal yang mempengaruhi seperti motivasi, kematangan, hubungan
peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, rasa aman dan keterampilan guru
dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan siswa menjadi faktor penting guru

dalam proses pembelajaran. Dimana dalam proses belajar pada manusia dapat
dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.
Sehingga guru mendai penting dalam proses pembelajaran peserta didik dalam
berupaya mewujudkan perubahan sikap dan tingkah laku.
PEMBAHASAN
Seperti diketahui, motivasi belajar pada siswa tidak sama kuatnya, ada siswa
yang motivasinya bersifat intrinsik dimana kemauan belajarnya lebih kuat dan tidak
tergantung pada faktor di luar dirinya. Sebaliknya dengan siswa yang motivasi
belajarnya bersifat ekstrinsik, kemauan untuk belajar sangat tergantung pada kondisi
di luar dirinya. Namun demikian, di dalam kenyataan motivasi ekstrinsik inilah yang
banyak terjadi, terutama pada anakanak dan remaja dalam proses belajar.

9

Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi
dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan
motivasi belajar siswa.
Sebelum masuk kepada bagimana upaya seorang guru dalam memotivasi
belajar siswa penulis terlebih dahulu akan membahas tentang apa itu motivasi, yang
akan dilanjutkan dengan hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam memotivasi
belajar siswa, ciri-ciri siswa termotivasi dan fugsi motivasi bagi siswa.
1. Motivasi Belajar
Sudarwan

(2002:2)

motivasi

diartikan

sebagai

kekuatan,

dorongan,

kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong
seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa
yang dikehendakinya. Hakim (2007:26) mengemukakan pengertian motivasi adalah
suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan
untuk mencapai tujuan tertentu.
Huitt,W. (2001) mengatakan motivasi adalah suatu kondisi atau status internal
(kadang-kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang
mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai suatu
tujuan. Ditambahkan Gray (Winardi, 2002) mengemukakan bahwa motivasi
merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang
individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal
melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.
Menurut Handoko (1992: 59), untuk mengetahui kekuatan motivasi belajar
siswa, dapat dilihat dari beberapa indicator sebagai berikut :
a. Kuatnya kemauan untuk berbuat
b. Jumlah waktu yang disediakan untuk
c. belajar
d. Kerelaan meninggalkan kewajiban atau
e. tugas yang lain
f. Ketekunan dalam mengerjakan tugas.

10

Sedangkan menurut Sardiman (2001:81) motivasi belajar memiliki indikator
sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas.
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas
c. putus asa)
d. Menunjukan minat terhadap
e. bermacam-macam masalah orang
f. dewasa.
g. Lebih senag bekerja mandiri
h. Cepat bosan pada tugas rutin
i. Dapat mempertahankan pendapatnya
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan
(energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat kemauan dalam melaksanakan
suatu kegiatan. Kemauan baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri
(motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat
motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan kualitas perilaku yang
ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan
lainnya.
2. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Upaya meningkatkan motivasi belajar anak dalam kegiatan belajar di sekolah, ada
beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh guru diungkapkan Sardiman (2005:92),
yaitu:
a. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak
siswa yang justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga yang
dikejar hanyalah nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka-angka yang
baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Yang perlu
diingat oleh guru, bahwa pencapaian angka-angka tersebut belum merupakan
hasil belajar yang sejati dan bermakna. Harapannya angka-angka tersebut
dikaitkan dengan nilai afeksinya bukan sekedar kognitifnya saja.

11

b. Hadiah dapat menjadi motivasi yang kuat, dimana siswa tertarik pada bidang
tertentu yang akan diberikan hadiah. Tidak demikian jika hadiah diberikan
untuk suatu pekerjaan yang tidak menarik menurut siswa.
c. Kompetisi Persaingan, baik yang individu atau kelompok, dapat menjadi
sarana untuk meningkatkan motivasi belajar. Karena terkadang jika ada
saingan, siswa akan menjadi lebih bersemangat dalam mencapai hasil yang
terbaik.
d. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan
menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah sebagai salah
satu bentuk motivasi yang cukup penting. Bentuk kerja keras siswa dapat
terlibat secara kognitif yaitu dengan mencari cara untuk dapat meningkatkan
motivasi.
e. Memberi Ulangan
Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan diadakan ulangan. Tetapi
ulangan jangan terlalu sering dilakukan karena akan membosankan dan akan
jadi rutinitas belaka.
f. Mengetahui Hasil
Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan
mengetahui hasil belajarnya, siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat.
Apalagi jika hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa pasti akan berusaha
mempertahankannya atau bahkan termotivasi untuk dapat meningkatkannya.
g. Pujian
Apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka
perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan
memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Pemberiannya juga harus pada
waktu yang tepat, sehingga akan memupuk suasana yang menyenangkan dan
mempertinggi motivasi belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga
diri.
h. Hukuman

12

Hukuman adalah bentuk reinforcement yang negatif, tetapi jika diberikan
secara tepat dan bijaksana, bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru
harus memahami prinsipprinsip pemberian hukuman tersebut.
Dalam rangka mengupayakan agar motivasi belajar siswa tinggi, seorang guru
menurut Winkel (1991) hendaknya selalu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Seorang guru hendaknya mampu mengoptimalisasikan penerapan prinsip
belajar, pada prinsipnya harus memandang bahwa dengan kehadiran siswa di
kelas merupakan suatu motivasi belajar yang datang dari siswa.
b. Guru hendaknya mampu mengoptimalisasikan unsur-unsur dinamis dalam
pembelajaran, karena dalam proses belajar, seorang siswa terkadang dapat
terhambat oleh adanya berbagai permasalahan. Hal ini dapat disebabkan oleh
karena kelelahan jasmani ataupun mental siswa, sehingga seorang guru harus
berupaya untuk membangkitkan kembali kinginan siswa dalam belajar. Upaya
yang dapat dilakukan oleh seorang guru menurut Dimyati (2002:95) yaitu
dengan cara :
1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan
belajar yang di alaminya ;
2. Meminta kesempatan kepada orang tua siswa agar memberikan
kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar.
3. Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar.
4. Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat
pada perilaku belajar.
5. Merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri bahwa ia
dapat mengatasi segala hambatan dan pasti berhasil.
6. Guru mengoptimalisasikan pemanfataan pengalaman dan kemampuan
siswa. Perilaku belajar yang ditunjukkan siswa merupakan suatu rangkaian
perilaku yang ditunjukkan pada kesehariannya. Untuk itu, maka
pengalaman yang diberikan oleh guru terhadap siswa dalam meningkatkan
motivasi belajar menurut Dimyati (2002) adalah dengan cara :

13

i.

siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya, tiap membaca halhal penting dari bahan tersebut dicatat.

ii.

guru memecahkan hal yang sukar bagi siswa dengan cara
memecahkannya.

iii.

guru mengajarkan cara memecahkan dan mendidik keberanian kepada
siswa dalam mengatasi kesukaran.

iv.

guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran.

v.

guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mampu memecahkan
masalah dan mungkin akan membantu rekannya yang mengalami
kesulitan.

vi.

guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi
kesulitan belajarnya sendiri.

vii.

guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar
secara mandiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi (Sukadi,2006)
mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi,
yaitu sebagai berikut:
a. Pengalaman pada tahun-tahun pertama kehidupan
Adanya perbedaan pengalaman masa lalu pada setiap orang menyebabkan
terjadinya variasi terhadap tinggi rendahnya kecenderungan untuk berprestasi
pada diri seseorang.
b. Latar belakang budaya tempat seseorang dibesarkan
Bila dibesarkan dalam budaya yang menekankan pada pentingnya keuletan,
kerja keras, sikap inisiatif dan kompetitif, serta suasana yang selalu
mendorong individu untuk memecahkan masalah secara mandiri tanpa
dihantui perasaan takut gagal, maka dalam diri seseorang akan berkembang
hasrat berprestasi yang tinggi.
c. Peniruan tingkah laku (Modelling)

14

Melalui modelling, anak mengambil atau meniru banyak karakteristik dari
model, termasuk dalam kebutuhan untuk berprestasi jika model tersebut
memiliki motivasi tersebut dalam derajat tertentu.
d. Lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung
Iklim belajar yang menyenangkan, tidak mengancam, memberi semangat dan
sikap optimisme bagi siswa dalam belajar, cenderung akan mendorong
seseorang untuk tertarik belajar, memiliki toleransi terhadap suasana
kompetisi dan tidak khawatir akan kegagalan.
e. Harapan orangtua terhadap anaknya Orangtua yang mengharapkan anaknya
bekerja keras dan berjuang untuk mencapai sukses akan mendorong anak
tersebut untuk bertingkahlaku yang mengarah kepada pencapaian prestasi.
Selain beberapa pendapat di atas menurut Sanjaya, (2009) ada beberapa hal yang
perlu dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, yaitu
sebagai berikut:
a. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham kearah mana ia ingin dibawa.
Pemahaman siswa terhadap tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat
siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar
mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat
motivasi nbelajar siswa (Sanjaya, 2009:29).
b. Membangkitkan motivasi siswa
Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk
belajar. Oleh karena itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan
salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar (Sanjaya, 2009:29).
Salah satu cara yang logis untuk momotivasi siswa dalam pembelajaran
adalah mengaitkan pengalaman belajar dengan minat siswa (Djiwandono,
2006:365).
c. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
Siswa hanya mungkin dapat belajar baik manakala ada dalam suasana yang
menyenangkan, merasa aman, bebas dari takut. Usahakan agar kelas

15

selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang. Untuk
itu guru sekali-kali dapat melakukan hal-hal yang lucu.
d. Mengguanakan variasi metode penyajian yang menarik
Guru harus mampu menyajikan informasi dengan menarik, dan asing bagi
siswa-siswa. Sesuatu informasi yang disampaikan dengan teknik yang baru,
dengan kemasan yang bagus didukung oleh alat-alat berupa sarana atau media
yang belum pernah dikenal oleh siswa sebelumnya sehingga menarik
perhatian bagi mereka untuk belajar (Yamin,2009:174). Dengan pembelajaran
yang menarik, maka akan membangitkan rasa uingin tahu siswa di dalam
kegiatan pembelajaran yang selanjutnya siswa akan termotivasi dalam
pembelajaran.
e. Berilah pujian yang wajar setiap keberhasilan siswa
Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Dalam pembelajaran,
pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat motivasi. Karena anak didik juga
manusia, maka dia juga senang dipuji. Karena pujian menimbulkan rasa puas
dan senang (Sanjaya, 2009:30) Namun begitu, pujian harus sesuai dengan
hasil kerja siswa. Jangan memuji secara berlebihan karena akan terkesan
dibuatbuat. Pujian yang baik adalah pujian yang keluar dari hati seoarang guru
secara wajar dengan maksud untuk memberikan penghargaan kepada siswa
atas jerih payahnya dalam belajar (Djamarah, 2002:152).
f. Berikan penilaian
Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu
mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi
yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan
segera agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus
dilakukan secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing
(Sanjaya, 2009:31). Penilaian secara terus menerus akan mendorong siswa
belajar, oleh karena setiap anak memilki kecenderungan untuk memmperoleh
hasil yang baik. Disamping itu, para siswa selalu mendapat tantangan dan

16

masalah yang harus dihadapi dan dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar
lebih teliti dan seksama (Hamalik, 2009:168).
g. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa
Penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar yang positif.
Setelah siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan komentar
secepatnya, misalnya dengan memberikan tulisan “ bagus” atau “teruskan
pekerjaanmu”

dan

lain

sebagainya.

Komentar

yang

positif

dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa (Sanjaya, 2009:21).
h. Ciptakan persaingan dan kerjasama
Persaingan yang sehat dapat menumbuhkan pengaruh yang baik untuk
keberhasilan proses pemebelajaran siswa. Melalui persaingan siswa
dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil
yang terbaik (Sanjaya, 2009:31). Oleh sebab itu, guru harus mendesain
pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik antar kelompok
maupun antar individu.
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi
dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan
motivasi belajar siswa. Berikut ini dikemukakan beberapa petunjuk untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Ciri Siswa Bermotivasi Tinggi
Menurut Sardiman (1996) siswa yang memiliki motivasi tinggi memiliki
beberapa ciri-ciri, antara lain sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas
b. Ulet menghadapi kesulitan /tidak cepat putus asa.
c. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik
mungkin.
d. Lebih senang kerja mandiri.
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin.
f. Dapat memperthanankan pendapatnya .

17

g. Tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakininya.
4. Fungsi Motivasi
Motivasi mempunyai fungsi yang penting dalam belajar, karena motivasi akan
menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan siswa. Sardiman (1996:84)
mengemukakan ada tiga fungsi motivasi, yaitu:
a.

Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b.

Menuntun arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dengan
demikian motivasi dapat memberi arah, dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya.

c.

Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.

Menurut Djamarah (2002:123) ada tiga fungsi motivasi, yakni :
a.

Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai pendorong
untuk mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka
belajar.

b.

Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan sikap
terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung,yang
kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik.

c.

Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai motivasi
dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan perbuatan yang
perlu diabaikan.

KESIMPULAN
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan seseorang yang dapat menimbulkan
tingkat kemauan dalam melaksanakan suatu kegiatan. Kemauan baik yang bersumber
dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu
(motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak

18

menentukan kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar,
bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi
dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan
motivasi belajar siswa. karena dengan guru kratif menjadikan siswa tergugah dalam
pembelajaran yang akan dialami siswa atau siswa yang sedang mengikuti proses
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Damin, Sudarman. (2004). Inovasi Pedididkan. Bandung: Pustaka Setia
Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Hamalik. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara.
H. Martinis, Yamin. 2009. Srategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta :
Gaung Persada
Handoko, T. Hani, 1992. Manajemen personal dan sumber daya manusia, edisi
kedua, cetak

ke empat. Penerbit yogyakarta: UGM

Sukadi, (2006).Guru Powerful Guru Masa Depan. Bandung
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan.

Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Sardiman, AM.1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman bagi Guru
dan

Calon Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sardiman,A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo.
Sardirman, A.M. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo.
Oemar, Hamalik (2007). Proses Belajar. Jakarta: Buki Aksara.
Winkel, W.S, 1991. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah: PT. Grasindo.
Jakarta.
Wuitt,W.(2001). Motivation To Learn. An Overview. Educational Psychology
Interactive.

Valdosta: Saldosta State University.

19

BAB III
PEMBAHASAN DAN KOMENTAR
A. Konsep Motivasi Belajar
1. Pengertian Motif dan Motivasi
Motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk
bertindak melakukan sesuatu. Pengertian motif tidak dapat dipisahkan
daripada kebutuhan. Seseorang atau suatu organisme yang berbuat atau
melakukan sesuatu, sedikit-banyaknya ada kebutuhan di dalam dirinya
atau ada sesuatu yang hendak dicapainya.
Motivasi adalah sesuatu yang menghidupkan (energize), mengarahkan
dan mempertahankan perilaku; motivasi membuat siswa bergerak,
menempatkan mereka dalam suatu arah tertentu, dan menjaga mereka agar
terus bergerak. Kita sering melihat motivasi tercermin dalam investasi
pribadi dan dalam keterlibatan kognitif, emosional, dan perilaku di
berbagai aktivitas sekolah (Fredricks, Blumenfeld & Paris 2004; Maehr
2004; Reeve 2006).
2. Pengaruh Motivasi terhadap Pembelajaran dan Perilaku Siswa
a. Motivasi mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu
Ahli teori kognitif sosial menyatakan bahwa orang-orang
menetapkan tujuan untuk diri mereka sendiri dan mengarahkan
perilaku mereka. Motivasi menentukan tujuan-tujuan spesifik yang
menjadi arah usaha siswa (Maehr & Meyer 1997; Pintrich at. al.,
1993). Jadi, motivasi memngaruhi pilihan yang dibuat siswa misalnya,
apakah akan mendaftar di kelas fisika atau studio seni, apakah akan
menghabiskan malam hari untuk menyelesaikan tugas PR yang sulit
atau bermain videogame dengan teman-teman.
b. Motivasi meningkatkan usaha dan energi
Motivasi meningkatkan jumlah usaha dan energi yang
dikeluarkan siswa di berbagai aktivitas yang secara langsung berkaitan
20

dengan kebutuhan dan tujuan mereka. (Csikszentmihalyi & Nakamura,
1989; Maehr; Pintrich at. al., 1993). Motivasi menentukan apakah
mereka mengejar suatu tugas secara antusis dan sepenuh hati atau
secara apatis dan maas-malasan.
c. Motivasi meningkatkan prakarsa (inisiasi) dan kegigihan terhadap
berbagai aktivitas
Siswa lebih cenderung memulai suatu tugas yang benr-benar
mereka inginkan. Mereka juga lebih cenderung melanjutkan pekerjaan
yang

diinginkan

sampai

mereka

menyelesaikannya

meskipun

terkadang diganggu atau meresaa frustasi selama mengerjakannya
(Larson 2000, Maehr 1989, Wigfield 1994). Secara umum, motivasi
meningkatkan waktu mengerjakan tugas (time on task), suatu faktor
penting yang memengaruhi pembelajaran dan prestasi mereka
(Brophy, 1998; Larson 2000; wigfield 1994).
d. Motivasi memengaruhi proses-proses kognitif
Motivasi memengaruhi apa yang diperhatikan oleh siswa dan
seberpa efektif mereka memprosesnya (Eccles & Wigfield 1985;
Pintrich & Schunk 2002; Pugh Bergin 2006). Misalnya, para siswa
yang termotivasi sering berusaha seara bersama-sama untuk benarbenar memahami materi di kelas, mempelajarinya secara bermakna
dan mempertimbangkan bagaimana mereka dapat menggunkan materi
yang telah mereka pelajari itu dalam kehidupan sehari-hari.
e. Motivasi menentukan konsekuensi mana yang memberi penguatan dan
menghukum
Semakin besar motivasi siswa mencapai kesuksesan akademik,
semakin besar kecenderungan mereka untuk bangga terhadap nilai A
atau kecewa dengan nilai rendah. Semakin besar keinginan siswa
untuk diterima dan dihargai oleh teman-temannya, semakin mereka
menghargai keanggotaan di kelompok “dalam” dan sedih dengan
ejekan teman sekelasnya. Bagi seorang siswa yang tidak tertarik

21

dengan atletik, masuk atau tidak di tim sepakbola sekolah bukan
masalah besar, namun bagi seorang remaja yang kehidupanya berputar
di sekitar sepakbola, masuk tim atu tidak mungkin

merupakan

konsekuensi yang sangat penting baginya.
f. Motivasi sering meningkatkan performa
Karena pengaruh-pengaruh lain yang baru saja diidentifikasi,
perilaku yang terarah pada tujuan, usaha dan energi, prakarsa dan
kegigihan, pemrosesan kognitif, dan dampak kosekuensi motivasi
sering menghasilkan peningkatan performa. Seperti yang mungkin
telah anda duga, siswa yang paling termotivasi untuk belajar dan
unggul di berbagai aktivitas kelas cenderung menjadi siswaa yang
paling suskses (A. E. Gottfried, 1990; Schiefele, Krapp & Winteler,
1992; Wahlberg & Uguroglu, 1980). Sebaliknya, siswa yang tidak
begitu tertarik dalam prestasi akademik paling berisiko putus sekolah
sebelum mereka lulus SMA (Hadree & Reeve, 2003; Hymel at. al.,
1996; Vallerand, fortier & Guay 1997).
3. Teori Motivasi
a. Teori Hedonisme
Hedon adalah

bahasa

Yunani

yang berarti

kesukaan,

kesenangan, atau kenikmatan. Hedonisme adlah suatu aliran di dalam
filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada
manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi.
Menurut pandanygan hedonisme, manusia pada hakikatnya adalah
makhluk yang mementingkan kehidupan yamg penuh kesenangan dan
kenikmatan. Oleh karena itu, setiap menghadapi persoalan yang perlu
pemecahan, manusia cenderung memilih alternatif pemecahan yang
dapat mendatangkan kesenanangan daripada yang mengakibatkan
kesukaran, kesulitan, penderitaan, dan sebagainya.

22

b. Teori Naluri
Pada dasarya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang
dalam hal ini disebut juga nalui yaitu:
1) dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri
2) dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri, dan
3) dorongan nafsu (naluri) mengembangkan atau mempertahan
jenis.
Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu, maka kebiasaan-kebiasaan
ataupun tinakan-tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya
sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri
tersebut. Oleh karena itu, menurut teori ini, untuk memotivasi
seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu
dikembangkan.
c. Teori Reaksi yang Dipelajari
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia
tidak berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah
laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang
belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup
dan dibesarkan. Oleh karena itu, teori inni disebut juga teori
lingkungan kebudaan. Menurut teori ini, apabila seorang pemimpin
ataupun seorang pedidik akan memotivasi anak buah atau anak
didiknya, pemimpin ataupun pendidik itu hendaknya mengetahui
benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang
yang dipimpinnya
d. Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara “teori naluri” dengan
“teori reaksi yang dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri,
tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah
yang umum. Misalnya, suatu daya pendorong pada jenis kelamin yang

23

lain. Semua orang dalam semua kebudayaan mempuya daya
pendorong pada jenis kelamin yang lain. Namun cara-cara yang
digunakan dlam mengejar kepuasan terhadap daya pendorong tersebut
berlain-lainan bagi tiap individu menurut latar belakang kebudaan
masing-masing. Oleh karena itu, menurut teori ini bila seorang
pemimpin ataupun pendidik ingin memotivasi anak buahnya, ia harus
mendasarkannya atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi
yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya.
e. Teori Kebutuhan
Teori ini beranggapan bahwa tindakan yangdilakukan oleh
manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik
kebutuhan fisik maupun kebutua psikis. Oleh karena itu, menuru teori
ini,

apabila

seorang

pemimpin

ataupun

pendidik

bermaksud

memberikan motivasi kepada seseorang, ia harus berusaha mengetahui
terlebih

dahulu

apa

kebutuhan-kebutuhan

orang

yang

akan

dimotivasinya.
f. Teori Abraham Maslow
Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok
manusia. Kelima tingkatan kebutuhan pokok inilah yang kemuadian
dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia.
Adapun keliama tingkatan kebutuhan pokok yaitu:
1) Kebutuhan fisiologis: kebutuhan ini merupakan kebutuhan
dasar, yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsifungsi biologis dasar dari organise manusia seerti kebutuhan
akan pangan sandang dan papan, kesehatang fisik, kebutuhsn
seks, dan sebagainya.
2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (sefety and security)
seperti terjamin keamannya, terlindung dari bahaya dan
ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan
tidak adil, dan sebagainya.

24

3) Kebutuhan sosial (social needs) yang meliputi antara lain
kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebgai pribadi, diakui
sebagi anggota kelompok, rasa setia kawan, kerjasama.
4) Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), termasuk
kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan
atau status, pangkat, dan sebagainya.
5) Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization) seperti
antara lain kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang
dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreativitas, dan
ekspresi diri.
4. Tujuan Motifasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk
menggerakkan atau meggugah seseorang agar timbul keinginan dan
kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil
atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah
untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan
dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga
tercaapi tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan
di dalam kurikulim sekolah.
B. Indikator Motivasi Belajar
Sardiman A.M (2011: 83) mengemukakan ciri-ciri motivasi yang ada pada
siswa di antaranya adalah:
1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang
lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) tidak memerlukan
dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas
dengan prestasi yang telah dicapainya).

25

3.

Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.

4. Lebih senang bekerja mandiri.
5. Cepat bosan pada tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang efektif.
6. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti seseorang itu
memiliki motivasi belajar yang cukup tinggi. Ciri-ciri motivasi belajar seperti
di atas akan sangat penting dalam menunjang proses pembelajaran.
C. Pengukuran Motif dan Motivasi Belajar
Motif bukan merupakan benda yang secara langsung dapat diamati,
tetapi merupakan suatu kekuatan dalam diri individu yang bersifat abstrak.
Oleh karena itu, dalam mengukurnya, yang dapat dilakukan adalah dengan
mengidentifikasi beberapa indikator yang telah disebutkan di atas.
Motif sendiri merupakan dorongan untuk melakukan suatu tindakan.
Jadi pengukuran motif dan motivasi dapat dilihat dari hasil dorongan itu
sendiri.
Selain itu, pengukuran pada motivasi bisa dilakukan dengan
menggunakan sebuah instrumen yang memiliki rentangan. Rentangan tersebut
kemudian diberi nilai secara kontinum dari yang tertinggi sampai yang
terendah, berbentuk kode yaitu secara berturut-turut kode, misalnya:
1. Kode SS (sangat setuju) bernilai 5
2. Kode S (setuju) bernilai 4
3. Kode R (ragu-ragu) bernilai 3
4. Kode TS (tidak setuju) bernilai 2
5. Kode STS (sangat tidak setuju) bernilai 1
Misalkan didalam instrumen tersebut terdapat “Apakah pekerjaan yang
anda lakukan merasa nyaman bagi anda? Nah itu akan menjadi ukuran
motivasi seseorang.

26

D. Konsep Strategi Pembelajaran yang Memotivasi Peserta Didik
1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebgai berikut.
a. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian
kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai
sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan
suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja
belum sampai pada tindakan.
b. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari
semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.
Dengan

demikian,

penyusunan

langkah-langkah

pembelajaran,

pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan
dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan
strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur
keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi
suatu strategi
2. Komponen Strategi Pembelajaran
a. Guru
Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini
guru merupakan faktor yang terpenting. Di tangan gurulah
sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran. Komponen guru tidak
dapat dimanipulasi atau direkayasa oleh komponen lain. Tujuan
rekayasa pembelajaran oleh guru adalah membentuk lingkungan
peserta didik supaya sesuai dengan lingkungan yang diharapkan dari
proses belajar peserta didik, yang pada akhirnya peserta didik
memperoleh suatu hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.
Untuk itu, dalam merekayasa pembelajaran, guru harus berdasarkan
kurikulum yang berlaku.

27

b. Peserta Didik
Peserta didik merupakan komponen yang melakukan
kegiatan belajar untuk mengembangkan potensi kemampuan
menjadi nyata untuk mencapai tujuan belajar.
c. Tujuan
Tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasan untuk
menentukan strategi, materi, media dan evaluasi pembelajaran.
Untuk

itu,

dalam

strategi

pembelajaran,

penentuan

tujuan

merupakan komponen yang pertama kali harus dipilih oleh seorang
guru, karena tujuan pembelajaran merupakan target yang ingin
dicapai dalam kegiatan pembelajaran.
d. Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang berupa materi yang tersusun secara sistematis
dan dinamis sesuai dengan arah tujuan dan perkembangan kemajuan
ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat. Menurut Suharsimi
(1990) bahan ajar merupakan komponen inti yang terdapat dalam
kegiatan pembelajaran.
e. Kegiatan Pembelajaran
Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal,
maka dalam menentukan strategi pembelajaran perlu dirumuskan
komponen kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan standar proses
pembelajaran.
f. Metode
Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Penentuan metode yang akan
digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran akan sangat
menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang berlangsung.

28

g. Alat
Alat yang dipergunakan dalam pembelajran merupakan
segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Alat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu alat verbal
dan alat bantu nonverbal. Alat verbal dapat berupa suruhan,
perintah, larangan dan lain-lain, sedangkan yang nonverbal dapat
berupa globe, peta, papan tulis slide dan lain-lain.
h. Sumber Pembelajaran
Sumber pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai tempat atau rujukan di mana bahan
pembelajaran bisa diperoleh. Sehingga sumber belajar dapat berasal
dari masyarakat, lingkungan, dan kebudayaannya, misalnya,
manusia, buku, media masa, lingkungan, museum, dan lain-lain.
i. Situasi dan Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi guru dalam menentukan
strategi pembelajaran. Lingkungan yang dimaksud adalah situasi
dan keadaan fisik (misalnya iklim, tempat, dan lain sebagainya), dan
hubungan antar insani, misalnya dengan teman, dan peserta didik
dengan orang lain.
j. Evaluasi
Komponen evaluasi merupakan komponen yang berfungsi
untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai
atau belum, juga bisa berfungsi sebagai sebagai umpan balik untuk
perbaikan strategi yang telah ditetapkan.
3. Prinsip-Prinsip Strategi Pembelajaran Efektif
Pengertian strategi pembelajaran efektif adalah prinsip memilih halhal yang harus diperhatikan dalam menggunakan strategi pembelajaran.
Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak
semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua
tujuan dan semua keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan masing-

29

masing. Berikut adalah prinsip-prinsip yang harus dipahami dalam
merencanakan strategi pembelajaran yang efektif.
a. Berorientasi pada Tujuan
Segala aktivitas guru dan peserta didik, mestinya diupayakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ini sangat penting,
sebab mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh karena
keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari
keberhasilan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
b. Aktivitas
Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi.
Belajar adalah berbuat; memperoleh pengalaman tertentu sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran
harus dapat mendorong aktivitas peserta didik.
c. Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu
peserta didik. Walaupun kita mengajar pada sekelompok peserta
didik, namun pada hakikatnya yang ingin kita capai adalah
perubahan perilaku setiap peserta didik.
d. Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan
seluruh

pribadi

peserta

didik.

Mengajar

bukan

hanya

mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga meliputi
aspek afektif, dan psikomotorik.
e. Interaktif
Prinsip interaktif mengandung makna bahwa mengajar
bukan hanya sekadar menyampaikan pengetahuan dari guru ke
peserta didik; akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses
mengatur lingkungan yang dapat merangsang peserta didik untuk
belajar. Dengan demikian, proses pembelajaran adalah proses
interaksi baik antara guru dan peserta didik, antara peserta didik dan

30

peserta didik, maupun antara peserta didik dengan lingkungannya.
Melalui proses interaksi, memungkinkan kemampuan peserta didik
akan berkembang, baik mental maupun intelektualnya.
f. Inspiratif
Proses pembelajaran adalah proses yang inspiratif, yang
memungkinkan peserta didik untuk mencoba dan melakukan
sesuatu. Berbagai informasi dan proses pemecahan masalah dalam
pembelajaran bukan harga mati, yang bersifat mutlak, akan tetapi
merupakan hipotesis yang merangsang peserta didik untuk mau
mencoba dan mengujinya. Oleh karena itu, guru mesti membuka
berbagai kemungkinan yang dapat dikerjakan peserta didik. Biarkan
peserta didik berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya
sendiri..
g. Menyenangkan
Proses

pembelajaran

adalah

proses

yang

dapat

mengembangkan seluruh potensi peserta didik. Seluruh potensi itu
hanya mungkin dapat berkembang manakala mereka terbebas dari
rasa takut dan menegangkan. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar
proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan (joyfull
learning). Proses pembelajaran yang menyenangkan bisa dilakukan,
pertama, dengan menata ruangan yang apik dan menarik, kedua,
melalui pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi.
h. Menantang
Proses pembelajaran adalah proses yang menantang peserta
didik

untuk

mengembangkan

kemampuan

berpikir,

yakni

merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan tersebut dapat
ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu peserta
didik melalui kegiatan mencoba-coba, berpikir secara intuitif atau
bereksplorasi. Untuk itu, dalam hal-hal tertentu, sebaiknya guru

31

memberikan informasi yang “meragukan”, kemudian karena
keraguan itulah peserta terangsang untuk membuktikannya.
E. Contoh Strategi Pembelajaran yang Memotivasi Peserta Didik
1. Memberikan pujian dan hadiah (reward)
Memberikan pujian dan hadiah kepada peserta didik yang berprestasi.
Hal ini akan memacu semangat peserta didik untuk bisa belajar lebih giat
lagi. Di samping itu, peserta didik yang belum berprestasi akan
termotivasi untuk bisa mengejar peserta didik yang berprestasi.
2. Memunculkan saingan atau kompetensi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara peserta didik untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, dan berusaha memperbaiki hasil
prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
3. Memberikan hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses
belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar peserta
didik tersebut mau mengubah diri dan beruaha memacu motivasi
belajarnya.
4. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
Guru menanamkan pembiasaan belajar yang baik dengan disiplin yang
terarah sehingga peserta didik dapat belajar dengan suasana yang
kondusif.
5. Membantu kesulitan belajar peserta didik
Ketika ada peserta didik yang kesulitan, guru harus mampu membantu,
baik dilakukan secara individu maupun kelompok.
6. Menggunakan metode yang bervariasi
Dalam

pembelajaran,

metode

konvensional

harus

sudah

ditinggalkan guru karena peserta didik memiliki karakteristik yang
berbeda sehingga dibutuhkan metode yang tepat/bervariasi dalam
memberdayakan kompetensi peserta didik.
7. Menggunakan media yang baik

32

Penggunaan media yang tepat sangat membantu dan memotivasi
peserta didik dalam memaknai pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai. Adanya media yang tepat akan mampu memediasi
peserta didik yang memiliki kemampuan indera yang tidak sama, baik
pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan
berbicaranya. Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indera yang
dimiliki tiap peserta didik dapat dikurangi dan dapat memberikan stimulus
terhadap indera peserta didik.
F. Pertanyaan Diskusi
1. Bagaimana pendapatmu mengenai seseorang yang terlalu berambisi dalam
belajar?
Jawab

: Berambisi dalam belajar itu merupakan hal yang bagus,

tetapi terlalu berambisi sampai melupakan hal penting lainnya dalam
kehidupan bukanlah hal yang bagus. Karena dalam hidup ini tidak hanya
kemampuan akademik saja yang perlu diperhatikan atau ditingkatkan,
tetapi juga kemampuan lain seperti akektif, dan psikomotorik juga perlu
ditingkatkan, tentunya dengan cara bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar atau yang lainnya.
2. Bagaimana cara memotivasi seseorang yang tidak memiliki motivasi?
Jawab

: Cara memotivasi seseorang yang tidak memiliki motivasi

yaitu dengan mengingat kembali apa tujuan hidup kita, apa tujuan kita
kuliah, jika di awal saja niatnya sudah main-main, maka tidak aneh jika
dalam hidup kita tidak memiliki motivasi. Seperti yang sudah dibahas,
tujuan merupakan hal utama yang harus ada, karena apapun yang kita
lakukan pada dasarnya dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Misalnya, kita berkuliah untuk membanggakan kedua orang tua, maka
dengan meningat kedua orang tua, membuat kita lebih semangat lagi dan
lebih termotivasi dalam belajar.

33

3. Apa maksud dari perbedaan cara memotivasi siswa yang berasal dari
daerah pedesaan dan perkotaan? Mengapa bisa berbeda?
Jawab

: Dalam hal ini yang berbeda adalah cara penyampaian

motivasinya.

Hal ini dapat terjadi karena siswa yang berasal dari

pedesaan dengan siswa yang berasal dari perkotaan memiliki latar
belakang kebudayaan, fasilitas, dan lingkungan yang berbeda.
4. Kebiasaan belajar sudah baik, tetapi saat ujian hasilnya tidak baik atau
dengan kata lain tidak sesuai harapan, apa yang salah?
Jawab

: Mungkin kesalahannya terletak pada kebiasaan belajar itu

sendiri, boleh jadi metode belajar yang selama ini diterapkan tidak sesuai
dengan individu tersebut. Misalnya ada seorang A yang mengikuti metode
belajar temannya, yaitu dengan b