APLIKASI KONSELING BERPUSAT PADA PERSON

APLIKASI KONSELING BERPUSAT PADA PERSON UNTUK MENGATASI
MASALAH KINERJA KARYAWAN AKIBAT STRES KERJA
OLEH :
Aziz Andhika P

1207010013

Fathir Iradatul K.B

1207010060

ABSTRAK
Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengkaji penerapan konseling menggunakan
pendekatan yang berpusat pada person untuk mengatasi masalah kinerja karyawan akibat
stres. Masalah Stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting
diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk lebih efisiensi di dalam pekerjaan. Akibat
adanya stres kerja, karyawan menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis,
peningkatan ketegangan pada emosi, proses berifikir dan kondisi fisik individu. Stres
merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami ketegangan karena adanya kondisikondisi yang mempengaruhi dirinya. upaya untuk mengatasi stres kerja yang dialami
karyawan menjadi sangat penting. Upaya itu dapat dilakukan dengan konseling yang berbasis
pendekatan yang berpusat pada person atau client centered. Kinerja seorang karyawan

merupakan hal yang bersifat individual, karena setiap karyawan mempunyai tingkat
kemampuan yang berbeda - beda dalam mengerjakan tugasnya. Pihak manajemen dapat
mengukur karyawan atas unjuk kerjanya berdasarkan kinerja dari masing - masing karyawan.
Konseling berpusat pada person difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien
untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan lebih sempurna.
Kata kunci : Konseling berpusat pada person, stres kerja, kinerja karyawan
The writing of this article aims to study the application of counseling using an approach
centered on the person to address employee performance problems due to stress. Work Stress
problems in the organisation of the company became an importan tsymptom is observed since
the start of the demands for more efficiency in the work. Due to the stress of work,
employees became nervous, feel the chronic anxiety, increased strain on the emotions,
physical conditions and thinking processes of the individual. Stress is a situation where
1

Artikel Ilmiah aplikasi konseling bersumber pada person untuk
mengatasi masalah kinerja karyawan akibat stres kerja
Aziz Andhika & Fathir iradatul Khalik Bopeng

someone is experiencing tension because of the conditions affecting the itself. Efforts to
overcome work stress experienced employees becomes very important. That effort can be

done with counseling based approach centered on the person or client centered. The
performance of an employee is ofpurely individual, because each employee has a different
ability levels-the difference in doing its job. The management can measure employees over
his performance based on the performance of each employee. Person – centered counseling
focused on the responsibility and the ability of clients to find ways to face the reality of more
perfect.
Key words : Counseling using an approach centered on the person, Work Stress,
employee performance
PENDAHULUAN
Peran sumber daya manusia (SDM) dalam organisasi adalah sangat dominan, karena
merupakan motor penggerak paling utama di dalam suatu organisasi. Dengan demikian
perhatian serius terhadap pengelolaan SDM adalah salah satu faktor penentu keberhasilan
organisasi yang mutlak diperlukan. Pandangan terhadap SDM tidak hanya dapat dilihat
secara individu saja, melainkan juga secara kelompok dalam lingkungan organisasi, hal
tersebut dikarenakan sikap dan perilaku manusia mempunyai sifat dan karakteristik yang
berbeda, baik secara individu maupun antar kelompok dalam unit organisasi.
Stres merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami ketegangan karena
adanya kondisi-kondisi yang mempengaruhi dirinya. Kondisi-kondisi tersebut dapat
diperoleh dari dalam diri seseorang maupun dari lingkungan di luar diri seseorang. Stres
pekerjaan dapat di artikan sebagai tekanan yang dirasakan karyawan karena tugas-tugas

pekerjaannya tidak dapat mereka penuhi. Artinya, stres muncul saat karyawan tidak mampu
memenuhi apa yang menjadi tuntutan pekerjaan. Sebagai contoh, beberapa faktor pemicu
stres kerja adalah (a) ketidakjelasan apa yang menjadi tanggung jawab pekerjaan; (b)
kekurangan waktu untuk menyelesaikan tugas; (c) tidak adanya dukungan fasilitas untuk
menjalankan pekerjaan; (d) tugas-tugas pekerjaan yang saling bertentangan. Suatu kondisi
yang membuat stres seseorang karyawan belum tentu akan dapat membuat stres karyawan
lainnya. Konflik yang terjadi di antara karyawan mungkin akan menimbulkan stres pada
salah seorang karyawan sedangkan karyawan lainnya tidak mengalaminya.

2

Artikel Ilmiah aplikasi konseling bersumber pada person untuk
mengatasi masalah kinerja karyawan akibat stres kerja
Aziz Andhika & Fathir iradatul Khalik Bopeng

Dengan demikian upaya untuk mengatasi stres kerja yang dialami karyawan menjadi
sangat penting. Upaya itu dapat dilakukan dengan konseling yang berbasis pendekatan yang
berpusat pada person atau client centered. Kinerja seorang karyawan merupakan hal yang
bersifat individual, karena setiap karyawan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda beda dalam mengerjakan tugasnya. Pihak manajemen dapat mengukur karyawan atas unjuk
kerjanya berdasarkan kinerja dari masing - masing karyawan. Pada dasarnya kinerja

merupakan sesuatu hal yang bersifat individual, karena setiap karyawan memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda dalam mengerjakan tugasnya. Kinerja tergantung pada kombinasi
antara kemampuan, usaha, dan kesempatan yang diperoleh. Hal ini berarti bahwa kinerja
merupakan hasil kerja karyawan dalam bekerja untuk periode waktu tertentu dan
penekanannya pada hasil kerja yang diselesaikan karyawan dalam periode waktu tertentu.
(Timpe, 1993, p. 3).
Konseling berpusat pada person merupakan salah satu bentuk pemecahan masalah
bagi karyawan dalam mengatasi masalah stres kerja. Oleh karena itu dalam artikel ini akan
dikaji bagaimana aplikasi konseling berpusat pada person untuk mengatasi masalah kinerja
karyawan akibat stres kerja.
PENGERTIAN KONSELING BERPUSAT PADA PERSON
Terapi person centered merupakan model terapi berpusat pribadi yang dipelopori dan
dikembangkan oleh psikolog humanistis Carl R. Rogers. Ia memiliki pandangan dasar
tentang manusia, yaitu bahwa pada dasarnya manusia itu bersifat positif, makhluk yang
optimis, penuh harapan, aktif, bertanggung jawab, memiliki potensi kreatif, bebas (tidak
terikat oleh belenggu masa lalu), dan berorientasi ke masa yang akan datang dan selalu
berusaha untuk melakukan self fullfillment (memenuhi kebutuhan dirinya sendiri untuk bisa
beraktualisasi diri). Filosofi tentang manusia ini berimplikasi dan menjadi dasar pemikiran
dalam praktek terapi person centered. Menurut Roger konsep inti terapi person
centered adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan

diri.
Berdasarkan sejarahnya, terapi yang dikembangkan Rogers ini mengalami beberapa
perkembangan. Pada mulanya dia mengembangkan pendekatan konseling yang disebut nondirective counseling (1940). Pendekatan ini sebagai reaksi terhadap teori-teori konseling yang
berkembang saat itu yang terlalu berorientasi pada konselor atau directive counseling dan
terlalu

tradisional. Pada

1951

Rogers

mengubah

namanya

menjadi client-centered

3


Artikel Ilmiah aplikasi konseling bersumber pada person untuk
mengatasi masalah kinerja karyawan akibat stres kerja
Aziz Andhika & Fathir iradatul Khalik Bopeng

therapy sehubungan dengan perubahan pandangan tentang konseling yang menekankan pada
upaya reflektif terhadap perasaan klien. Kemudian pada 1957 Rogers mengubah sekali lagi
pendekatannya menjadi konseling yang berpusat pada person (person centred therapy), yang
memandang klien sebagai partner dan perlu adanya keserasian pengalaman baik pada klien
maupun terapis.
Prinsip – Prinsip Konseling
Berdasarkan pandangan Rogers Tentang hakikat manusia, konseling berpusat pada
person dilaksanakan berdasarkan prinsip – prinsip sebagai berikut.
1. Konseling berpusat pada person difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien
untuk menemukan cara – cara menghadapi kenyataan secara lebih sempurna.
2. Menekankan pada dunia fenomenal klien, dengan jalan member empati dan perhatian
terutama pada persepsi klien dan persepsinya terhadap dunia.
3. Konseling ini dapat diterapkan pada individu yang dalam kategori normal maupun yang
mengalami derajat penyimpangan psikologis yang lebih berat.
4. Konseling merupakan slah satu contoh hubungan pribadi yang konstruktif.
5. Konselor perlu menunjukkan sikap – sikap tertentu untuk menciptakan hubungan terapeutik

yang efektif kepada klien (Corey, 1988).
Tujuan Konseling
Berangkat dari pandangan Rogers tentang kepribadian sebagaimana telah diuraikan
pada bagian diatas jelas bahwa Rogers menaruh perhatian pada keadaan psikologis yang
sehat, yang dapat menyesuaikan secara psikologis. Dari pandangan itu dapat dikemukakan
bahwa keadaan yang kongruensi pada seseorang merupakan titik perhatian dalam pendekatan
konseling berpusat pada person ini. Artinya bahwa proses konseling diharapkan dapat
membantu klien dalam menemukan konsep dirinya sesuai dengan medan fenomenalnya, dia
tidak lagi menolak atau mendistorsi pengalaman – pengalaman sebagaimana adanya.
Secara ideal tujuan konseling berpusat pada person tidak terbatas oleh tercapainya
pribadi yang kongruen saja. Bagi Rogers tujuan konseling pada dasarnya sama dengan tujuan
kehidupan ini, yaitu apa yang disebut dengan fully functioning person, yaitu pribadi yang
berfungsi sepenuhnya. Rogers beranggapan bahwa fully functioning person itu kurang lebih
memiliki kesamaan dengan self-actualization, meskipun memiliki sedikit perbedaan. Fully
fungctioning person merupakan hasil dari proses dan karena itu lebih bersifat becoming,

4

Artikel Ilmiah aplikasi konseling bersumber pada person untuk
mengatasi masalah kinerja karyawan akibat stres kerja

Aziz Andhika & Fathir iradatul Khalik Bopeng

sedangkan aktualisasi diri sebagaimana yang dikemukakan maslow lebih merupakan keadaan
akhir dari kematangan mental dan emosional, karena itu lebih merupakan self – being
(cottone,1991).
Tujuan dasar terapi ini kemudian diklasifikasikan kedalam 4 konsep inti tujuan terapi, yaitu;
a. Keterbukaan pada pengalaman
Klien diharapkan dapat lebih terbuka dan lebih sadar dengan kenyataan pengalaman
mereka. Hal ini juga berarti bahwa klien diharapkan dapat lebih terbuka terhadap
pengetahuan lebih lanjut dan pertumbuhan mereka serta bisa menoleransi
keberagaman makna dirinya.
b. Kepercayaan pada organisme sendiri
Dalam hal ini tujuan terapi adalah membantu klien dalam membangun rasa percaya
terhadap diri sendiri. Biasanya pada tahap-tahap permulaan terapi, kepercayaan klien
terhadap diri sendiri dan putusan-putusannya sendiri sangat kecil. Mereka secara khas
mencari saran dan jawaban-jawaban dari luar karena pada dasarnya mereka tidak
mempercayai kemampuan-kemampuan dirinya untuk mengarahkan hidupnya sendiri.
Namun

dengan


meningkatnya

keterbukaan

klien

terhadap

pengalaman-

pengalamannya sendiri, kepercayaan kilen kepada dirinya sendiri pun mulai timbul.
c. Tempat evaluasi internal
Tujuan ini berkaitan dengan kemampuan klien untuk instropeksi diri, yang berarti
lebih banyak mencari jawaban-jawaban pada diri sendiri bagi masalah-masalah
keberadaannya. Klien juga diharapkan untuk dapat menetapkan standar-standar
tingkah laku dan melihat ke dalam dirinya sendiri dalam membuat putusan-putusan
dan pilihan-pilihan bagi hidupnya.
d. Kesediaan untuk menjadi satu proses.
Dalam hal ini terapi bertujuan untuk membuat klien sadar bahwa pertumbuhan adalah

suatu proses yang berkesinambungan. Para klien dalam terapi berada dalam proses
pengujian persepsi-persepsi dan kepercayaan-kepercayaannya serta membuka diri
bagi pengalaman-pengalaman baru, bahkan beberapa revisi.
Sahakian (1976) merinci secara detail fully functioning person sebagai berikut.
1.

Dia akan terbuka terhadap pengalamannya dan keluar dari kebiasaan untuk defensif

2.

Karena itu seluruh pengalamannya akan dapat disadari sebagai sebuah kenyataan.

3.

Seluruh yang sidimbolisasi atau yag dinyatakan secara verbal maupun dalam tindakan
adalah akurat yang sebenarnya yang sebagaimana pengalaman itu terjadi.
5

Artikel Ilmiah aplikasi konseling bersumber pada person untuk
mengatasi masalah kinerja karyawan akibat stres kerja

Aziz Andhika & Fathir iradatul Khalik Bopeng
4.

Struktur selfnya akan kongruensi dengan pengalamannnya.

5.

Struktur selfnya akan mampu berubah secara fleksibel sejalan dengan pengalaman baru.

6.

Pengalaman selfnya akan dijadikan sebagai pusat evaluasi

7.

Dia akan memiliki pengalama self – regard.

8. Dia akan berperilaku secara kreatif untuk beradaptasi terhadap peristiwa–peristiwa yang
baru
9. Dia akan menemukan nilai organismenya terpecaya mengarah pada perilaku yag sangat
memuaskan, karena :

10.

a.

Seluruh pengalamannya akan dapat disadari;

b.

Tidak ada pengalaman yang didistorsi atau ditolak; dan

c.

Akibat perilakunya juga akan disadari.

Dia akan dapat hidup dengan orang lain dalam keadaan sangat memungkinkan untuk
harmonis, sebab dia tetap menghargai secara positif karakter secara timbal balik.

Secara singkat tujuan konseling ini mencakup: terbuka terhadap pengalaman, adanya
kepercayaan terhadap organismenya sendiri, kehidupan eksistensial yaitu sepenuhnya dalam
setiap momen kehidupan, perasaan bebas, dan kreatif.
Kondisi Konseling dan Peran Konselor
Dalam pandangan Rogers, konselor lebih banyak berperan sebagai partner klien
dalam memecahkan masalahnya. Dalam hubungan konseling, konselor ini lebih banyak
memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan segala permasalahan, perasaan
dan persepsinya, dan konselor merefleksikan segala yang diungkapkan oleh klien.
Agar peran ini dapat dipertahankan dan tujuan konseling dapat dicapai, maka konselor
perlu menciptakan iklim atau kondis yang mampu menumbuhkan hubungan konseling.
Kondisi konseling ini menurut Rogers (1961) satu keharusan dan cukup memadai untuk
pertumbuhan, sehingga dia menyebutnya sebagai necessary dan sufficient conditions for
therapiutic change. Kondisi- kondisi yang perlu diciptakan itu adalah sebagai berikut.
1. Konselor dan klien berada dalam hubungan psikologis.
2. Klien adalah orang yang mengalami kecemasan, penderitaan dan ketidakseimbangan.
3. Konselor adalah benar – benar dirinya sejati dalam berhubungan dengan klien.
4. Konselor merasa atau menunjukkan unconditional positive regard untuk klien.
5. Konselor menunjukkan adanya rasa empati dan memahami tentang kerangka acuan klien dan
memberitahukan pemahamannya kepada klien.

6

Artikel Ilmiah aplikasi konseling bersumber pada person untuk
mengatasi masalah kinerja karyawan akibat stres kerja
Aziz Andhika & Fathir iradatul Khalik Bopeng

6. Klien menyadari (setidaknya pada tingkat minimal)usaha konselor yang menunjukkan sikap
empatik berkomunikasi dan unconditioning positive regard kepada klien.
Kontak psikologis sebagaimana yang dimaksudkan oleh Rogers terjadi ketika dua
orang berinteraksi. Setiap orang mencapai kesadaran yang berbeda dalam lapangan
pengalaman dari yang lain.
Berdasarkan keenam kondisi konseling itu, empat kondisi yang harus diciptakan oleh
konselor, yaitu :
1)

The degree of empatithetic understanding of the client manifested by counselor;

2)

The degree of positive affective attitude (unconditional pisitive regard)manifested by
counselor toward the client;

3)

The extent to which the counselor is genunine, his word matching his own internal
feeling;and

4)

The extent to wich the counselor response matces the client expression in the intensity of
the affective expression (Rogers, 1961;449) dalam kaitannya dengan ini pula, dalam
memahami perilaku klien konselor menggunakan pendekatan internal frame of reference
klien sendiri. Untuk menciptakan kondisi seperti diatas teknik yang dapat dikembangkan
adalah verbalisasi, teknik nonverbal, membuka diri, dan ekspresi emosi.

KESIMPULAN
1. Stres merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami ketegangan karena
adanya kondisi-kondisi yang mempengaruhi dirinya.
2. Faktor pemicu stres kerja adalah (a) ketidakjelasan apa yang menjadi tanggung jawab
pekerjaan; (b) kekurangan waktu untuk menyelesaikan tugas; (c) tidak adanya
dukungan fasilitas untuk menjalankan pekerjaan; (d) tugas-tugas pekerjaan yang
saling bertentangan.
3. konseling yang berpusat pada person (person centred therapy), yang memandang
klien sebagai partner dan perlu adanya keserasian pengalaman baik pada klien
maupun terapis.
4. Konseling berpusat pada person difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan
klien untuk menemukan cara – cara menghadapi kenyataan secara lebih sempurna.
5. Fully fungctioning person merupakan hasil dari proses dan karena itu lebih bersifat
becoming.

7

Artikel Ilmiah aplikasi konseling bersumber pada person untuk
mengatasi masalah kinerja karyawan akibat stres kerja
Aziz Andhika & Fathir iradatul Khalik Bopeng

DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika
Aditama.
Latipun. 2011. Psikologi Konseling Edisi Tiga. Malang. UMM Press.
Rosjidan. 1998. Pengantar Teori-teori Konseling. Jakarta.
Skripsi. Analisis pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan PT.POS INDONESIA.
(diakses pada tanggal 6 April 2015)

8

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124