ANALISIS KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK MAHASISWA SEMESTER III PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

ANALISIS KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK MAHASISWA
SEMESTER III PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
Hilda Weny Jayanti*, Rody Putra Sartika dan Rizmahardian Azhari Kurniawan
Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak
Jalan Ahmad Yani No. 111 Pontianak Kalimantan Barat
*Email: hildaweny@gmail.com

ABSTRAK
Penilaian pembelajaran mencakup tiga aspek kemampuan peserta didik, yakni kemampuan kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Kemampuan kognitif cenderung
disoroti dibandingkan kemampuan afektif dan psikomotorik. Penilaian kemampuan psikomotorik
mahasiswa UM Pontianak perlu dilakukan sejak awal. Berdasarkan uraian tersebut maka
diperlukan penelitian tentang analisis kemampuan psikomotorik mahasiswa semester III Program
Studi Pendidikan Kimia UM Pontianak. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dengan

pendekatan kualitatif, terhadap 16 orang mahasiswa menggunakan lembar observasi yang telah
divalidasi dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata kemampuan
psikomotorik mahasiswa adalah 73.24%. Sebanyak 1 mahasiswa dengan kategori kemampuan
sangat baik dan 15 mahasiswa dengan kategori kemampuan baik. Walaupun demikian, ada
beberapa aspek kemampuan psikomotorik mahasiswa dengan kategori kemampuan kurang dan
kategori kemampuan sangat kurang.
Kata Kunci: analisis, kemampuan psikomotorik, mahasiswa prodi kimia

ABSTRACT
Learning assessment includes three aspects of learners abilities which are the cognitive ablilities
(knowledge), affective abilities(attitude), and psychomotoric abilities(skills). Cognitive abilities
tend to be highlighted than affective and psychomotoric abilities. The psychomotoric abilities of
student chemistry education department in Muhammadiyah Pontianak University, should be
evaluated since the beginning. Therefore, it is necessary to conduct a research about of
psychomotoric abilities of the third semester students of Chemistry Education Muhammadiyah
Pontianak University. This study was conducted using descriptive qualitative approach on 16
students using validated observation shet and interview. The results showed that students average
psychomotoric abilities was 73.24%. About 1 student has an excellent categories and 15 students
with good categories. However, there some aspect of students psychomotoric abilities which were
categorized as poor and very poor.

Keywords: analysis, psychomotor ability, students of chemical education

62

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

PENDAHULUAN
kimia yang dapat mengajarkan ketentuan
paling dasar di laboratorium kepada
siswa-siswanya. Kedua, kemampuan
psikomotorik merupakan keterampilan
yang dapat meningkatkan kemampuan
kognitif
dan
kemampuan
afektif

(Juparyatna,
2014:
44).
Ketiga,
kemampuan
psikomotorik
di
laboratorium penting agar mahasiswa
terhindar dari kecelakaan kerja saat
pelaksanaan praktikum (Khamidinal,
2009: 3).
Kemampuan
psikomotorik
mahasiswa di laboratorium diperoleh
melalui berbagai praktikum. Mahasiswa
mempelajari mata kuliah tersebut tahun
pertama hingga tahun ketiga. Praktikum
Kimia Dasar I, Praktikum Fisika Dasar I,
Praktikum Biologi Umum, Praktikum
Kimia Dasar II dan Praktikum Fisika

Dasar II pada tahun pertama. Mahasiswa
mempelajari Praktikum Kimia Organik I,
Praktikum Kimia Anorganik I, Praktikum
Kimia Fisik I, Praktikum Kimia Analitik
I, Praktikum Kimia Organik II,
Praktikum
Kimia
Anorganik
II,
Praktikum Kimia Fisik II, dan Praktikum
Kimia Analitik II pada tahun kedua.
Mahasiswa
mempelajari Praktikum
Biokimia pada tahun ketiga.
Evaluasi terhadap kemampuan
psikomotorik
mahasiswa
belum
dilakukan, meskipun mata kuliah
praktikum sudah diberikan sejak tahun

pertama. Informasi ini diperoleh dari
wawancara terhadap dosen pengampu
mata kuliah Praktikum Kimia Dasar I dan
Praktikum Kimia Dasar II pada tanggal
10 September 2015. Berdasarkan
wawancara tersebut diketahui bahwa
komponen penilaian terhadap mata kuliah

Proses pembelajaran mencakup tiga
aspek kemampuan peserta didik, yakni
kemampuan kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap), dan psikomotorik
(keterampilan). Kemampuan kognitif
cenderung
disoroti,
dibandingkan
kemampuan afektif dan psikomotorik.
Kemampuan
psikomotorik
merupakan keterampilan yang lebih

berorientasi pada gerak dan menekankan
pada reaksi-reaksi fisik dan keterampilan
tangan,
keterampilan
itu
sendiri
menunjukan tingkat keahlian seseorang
dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas
tertentu (Djajari dan Endra, 2012: 19).
Keterampilan psikomotorik merupakan
salah satu kemampuan yang perlu
dikuasai mahasiswa, karena mereka
dituntut tidak hanya belajar rumus-rumus
atau menghapal fakta saja, tetapi juga
harus
mampu
mengembangkan
keterampilan
individu.
Hal

ini
menjadikan kemampuan psikomotorik
mutlak
untuk
diberikan
kepada
mahasiswa agar tidak menimbulkan
kesenjangan antara pemahaman konsep
teoritis dengan gejala nyata yang terkait
dengan konsep tersebut. Kemampuan
psikomotorik dapat diamati melalui
penggunaan alat-alat laboratorium dalam
percobaan,
mengamati,
dan
mengkomunikasikan hasil percobaan
(Dahniar, 2006: 1).
Salah satu kemampuan yang perlu
dimiliki
oleh

mahasiswa
prodi
pendidikan kimia adalah kemampuan
psikomotorik
di
laboratorium.
Kemampuan
psikomotorik
di
laboratorium perlu dimiliki kerena
beberapa faktor. Pertama, mahasiswa
prodi pendidikan kimia adalah calon guru
63

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448


Universitas Muhammadiyah Pontianak
dengan menggunakan lembar observasi
dalam praktikum biokimia percobaan
lipid, bahwa dari 27 mahasiswa masih
terdapat 2 mahasiswa yang memiliki
kemampuan kurang (Atrisman, 2015).
Berdasarkan uraian diatas, perlu
dilakukan
analisis
kemampuan
psikomotorik mahasiswa semester III
Program Studi Pendidikan Kimia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP) Universitas Muhammadiyah
Pontianak. Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan gambaran secara jelas
mengenai kemampuan psikomotorik
mahasiswa prodi kimia yang nantinya
akan menjadi calon-calon guru.


Praktikum Kimia Dasar I dan kimia dasar
II terbagi menjadi 4 aspek, yaitu pretest
10%, jurnal 20%, laporan 30%, dan UAS
40%. Aspek kemampuan psikomotrik di
laboratorium tergambar melalui UAS
yang juga memuat aspek kognitif dan
afektif.
Evaluasi terhadap kemampuan
psikomotorik mahasiswa perlu dilakukan
sejak awal. Evaluasi ini perlu dilakukan
agar dapat diberikan tindakan perbaikan
apabila
diketahui
kemampuan
psikomotorik mahasiswa tersebut rendah.
Hasil wawancara yang dilakukan pada
tanggal 8 Agustus 2015 terhadap tiga
mahasiswa
masing-masing
dengan

kemampuan akademik tinggi, sedang, dan
rendah,
mengindikasikan
bahwa
kemampuan psikomotorik mahasiswa
pada saat praktikum rendah. Hal tersebut
menyebabkan hasil praktikum yang
diperoleh tidak sesuai dengan teori yang
ada.
Penelitian
sebelumnya
telah
menunjukkan bahwa dari 27 mahasiswa
angkatan 2012 Prodi Pendidikan Kimia
UM Pontianak, hanya terdapat 11 orang
yang memiliki kemampuan baik pada
percobaan titrasi asam basa (Mujari,
2013: 54). Hal ini semakin memperkuat
hasil wawancara yang mengindikasikan
bahwa
kemampuan
psikomotorik
mahasiswa rendah. Evaluasi kemampuan
psikomotorik juga telah dilakukan
terhadap siswa kelas 1 SMAN 7
Pontianak pada penelitian sebelumnya.
Hasil yang diperoleh dari 39 siswa, hanya
2 siswa yang memiliki kemampuan
sangat baik dan 14 siswa memiliki
kategori kemampuan baik (Syahbani,
2008). Hasil serupa juga ditunjukkan dari
hasil penelitian tentang penilaian
kemampuan psikomotorik mahasiswa

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif.
Metode penelitian deskriptif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk
menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal
lain yang sudah disebutkan, yang
hasilnya dipaparkan dalam bentuk
laporan penelitian (Arikunto, 2013: 3).
Bentuknya
berupa
studi
kasus,
pengolahan data penelitian ini dengan
menganalisis kemampuan psikomotorik
Mahasiswa Semester III Program Studi
Pendidikan Kimia FKIP UM Pontianak.
Pendekatan pada penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif merupakan suatu pendekatan
dalam melakukan penelitian yang
berorientasi pada fenomena atau gejala
yang bersifat alami (Sugiyono, 2012: 14).
Pendekatan kualitatif pada penelitian ini
untuk
menganalisis
kemampuan
psikomotorik Mahasiswa Semester III
Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Muhammadiyah Pontianak.
64

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

4) Memanaskan dengan tabung
reaksi
5) Melakukan titrasi
6) Membersihkan
alat-alat
praktikum

Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah
mahasiswa semester III Prodi Pendidikan
Kimia FKIP UM Pontianak yang telah
mengambil mata kuliah praktikum mata
kuliah Kimia Dasar I dan Kimia Dasar II.
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 16
orang.

Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Sebelum dilakukan penelitian,
lembar observasi psikomotorik harus
valid agar tes tersebut mempunyai taraf
kepercayaan yang tinggi. Arifin, (2010:
247) mengatakan jika suatu tes dapat
memberikan informasi yang sesuai dan
dapat digunakan untuk mencapai tujuan
tertentu, maka tes itu dikatakan valid.
Pengujian validitas yang digunakan
didalam penelitian ini adalah validitas isi.
Menurut Sudijono, (2009: 164) validitas
isi adalah validitas yang dilihat dari segi
tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil
belajar, yaitu sejauh mana tes hasil
belajar tersebut isinya telah dapat
mewakili secara representatif terhadap
keseluruhan materi atau bahan pelajaran
yang seharusnya diujikan. Tinggi
rendahnya
validasi
instrument
menunjukkan sejauh mana data yang
terkumpul tidak menyimpang dari
gambaran
tentang
validitas
yang
dimaksud (Arikunto, 2006: 166).
Instrument yang divalidasi dalam
penelitian ini adalah lembar observasi
kemampuan psikomotorik. Instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa yang diinginkan dan dapat
mengungkapkan data dari subjek yang
diteliti
secara
tepat.
Validator
memberikan kesimpulan berupa LD
(layak digunakan), LDP (layak digunakan
dengan perbaikan), TLD (tidak layak
digunakan) terhadap lembar observasi
tersebut. Instrumen dikatakan valid jika
ketiga validator memberikan berupa LD

Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data yang digunakan
didalam penelitian ini adalah :
a. Lembar observasi
Menurut Arifin, (2010: 153)
observasi adalah suatu proses
pengamatan dan pencatatan secara
sistematis, logis, objektif, dan
rasional
mengenai
berbagai
fenomena, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi
buatan untuk mencapai tujuan
tertentu.
Lembar observasi digunakan
untuk mencari informasi mengenai
kemampuan
psikomotorik
mahasiswa.
Kemampuan
psikomotorik
mahasiswa
yakni
kemampuan dalam menggunakan
alat-alat
praktikum,
membaca
meniskus,
membuat
larutan,
memanaskan dengan tabung reaksi,
melakukan titrasi, dan membersihkan
alat praktikum.
b. Pedoman Wawancara
Pedoman
wawancara
berisi
pokok
pertanyaan
mengenai
pemahaman,
pengetahuan,
pengamatan, dan cara penggunaan
setiap indikator yang meliputi:
1) Menggunakan
alat-alat
praktikum
2) Membaca miniskus
3) Membuat larutan
65

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini merupakan
gambaran
mengenai
kemampuan
psikomotorik terhadap mahasiswa semester
III Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Muhammadiyah Pontianak yang
telah mengambil mata kuliah praktikum
Kimia Dasar I dan Kimia Dasar II.
Mahasiswa yang menjadi subjek penelitian
ini berjumlah 16 orang. Kemampuan
psikomotorik mahasiswa dapat dilihat dalam
Tabel 2, sedangkan hasil perhitungan data
observasi
kemampuan
psikomotorik
mahasiswa secara lengkap terdapat dalam
tabel
rekapitulasi
hasil
perhitungan
kemampuan psikomotorik mahasiswa.
Tabel 2. Hasil Persentase Tiap-tiap
Aspek Kemampuan Psikomotorik
Mahasiswa Berdasarkan Kategori

(layak digunakan). Hasil validasi
menunjukkan bahwa instrumen layak
untuk digunakan dalam penelitian
(Lampiran B-2).
Analisis Data
Kemampuan
psikomotorik
mahasiswa diperoleh dari lembar
observasi yang dianalisis lebih lanjut.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam
analisis yaitu:
a. Menghitung skor atau nilai mentah
terhadap setiap sub kemampuan
psikomotorik mahasiswa.
b. Mengubah skor atau nilai mentah
menjadi
bentuk
persentase
kemampuan berdasarkan rumus:


Dimana:
Σp = skor mentah (jumlah sub
kemampuan yang telah
dilakukan)
Σq =
skor maksimum ideal setiap
sub kemampuan
c. Menentukan nilai rata-rata yang
diperoleh mahasiswa untuk setiap sub
kemampuan
psikomotorik
yang
dilakukan.
d. Menentukan kategori kemampuan
untuk masing-masing mahasiswa
berdasarkan
skala
kategori
kemampuan dilihat berdasarkan Tabel
1 skala kategori kemampuan berikut
(Arikunto, 2011: 245):
Tabel 1. Skala Kategori
Kemampuan
Nilai

Kategori Kemampuan

81 –100
61 – 80
41 – 60
21 – 40
< 20

Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang

ISSN. 2503-4448

N
o

1

2.

66

Aspe
k
Kem
amp
uan
psiko
moto
rik

Meng
guna
kan
Alatalat
Prakti
kum

Mem
baca
Minis
kus

Kateg
ori
Kema
mpua
n

Ju
mla
h
Juml Per
ah
sen
Maha tase
siswa Ma
has
isw
a

Sangat
Baik

0

Baik

8

Cukup

8

Kuran
g
Sangat
Kuran
g
Sangat
Baik
Baik

0%
50
%
50
%

0

0%

0

0%

6
7

Nilai
Ratarata
Perse
ntase
Kem
ampu
an
Psiko
moto
rik

37.
5%
43.
75

63.88
%

70.83
%

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

3.

4.

5.

6.

Mem
buat
Larut
an

Mem
anask
an
denga
n
Tabu
ng
Reak
si

Mela
kuka
n
Titras
i

Mem
bersi

0
2

1

%
0%
12.
5%
6.2
5%

Baik

6

Cukup
Kuran
g
Sangat
Kuran
g
Sangat
Baik

0

62.
5%
37.
5%
0%

0

0%

0

0%

Baik

11

Cukup

0

Kuran
g

3

Sangat
Kuran
g
Sangat
Baik

10

2

0

4

Baik

9

Cukup

3

Kuran
g
Sangat
Kuran
g
Sangat
Baik

hkan
Alatalat
Prakti
kum

12.
5%
68.
75
%
0%
18.
75
%

85.42
%

64.58
%

0%
25
%
56.
25
%
18.
75
%

0

0%

0

0%

16

100
%

ISSN. 2503-4448

Baik
Cukup
Kuran
g
Sangat
Kuran
g

0
0

0%
0%

0

0%

0

0%

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan
kemampuan psikomotorik mahasiswa di
laboratorium,
kemampuan
dengan
persentase tertinggi terdapat pada aspek
membersihkan alat-alat praktikum. Aspek
tersebut mendapat persentase tertinggi
karena mahasiswa sudah memahami
dengan baik cara membersihkan alat-alat
praktikum yang mana selalu dilakukan
pada
praktikum
sebelumnya.
Kemampuan dengan persentase terendah
yaitu pada aspek menggunakan alat-alat
praktikum dan memanaskan dengan
tabung reaksi. Hal ini dikarenakan
kurangnya
pengetahuan
dalam
menggunakan alat-alat tersebut sehingga
tidak memahami dalam pemakaiannya.

Persentase Kemampuan

Cukup
Kuran
g
Sangat
Kuran
g
Sangat
Baik

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

97.91%
95.83%
100
91.67%
90
81.25%
81.25%
80
75.00%
70
60
50
41.67%
40
30
20
6.25%
4.17%
10
0

Alat-alat Ukur
Alat-alat Non Gelas
Alat-alat Gelas

77.08
%

Gambar 1. Kemampuan
Psikomotorik Mahasiswa Dalam
Menggunakan Alat-alat Praktikum
Gambar
1
menunjukkan
kemampuan psikomotorik mahasiswa
dalam menggunakan alat-alat praktikum.

100%

67

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

Kemampuan psikomotorik pada
aspek membaca miniskus berdasarkan
analisis
kemampuan
psikomotrik
mahasiswa pada saat penelitian dengan
memberikan penilaian pada lembar
observasi oleh observer. Rata-rata aspek
kemampuan membaca miniskus yaitu
70.83% dengan kategori baik. Namun
masih ada 2 orang mahasiswa dengan
kategori kemampuan kurang dan 1 orang
mahasiswa dengan kategori kemampuan
sangat kurang. Cara membaca miniskus
mahasiswa
masih
rendah
karena
mahasiswa yang masuk kategori kurang
dan sangat kurang melihat batas
permukaan air pada tepi lengkunganya.
Mahasiswa seharusnya melihat batas
permukaan air pada lengkungan yang
berada di bagian batas skala. Hal ini
terbukti dari hasil wawancara terhadap
beberapa mahasiswa tersebut yang
menyatakan tidak begitu memahami
dengan cara membaca miniskus dan
hanya memahami bahwa membaca
miniskus dengan melihatnya hingga
tanda batas yang ditentukan saja.
Kemampuan
psikomotorik
mahasiswa Program Studi Pendidikan
Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah
Pontianak dalam membuat larutan sudah
terampil, hal ini dibuktikan dari hasil
persentase rata-rata mahasiswa seperti
pada Tabel 2. Aspek kemampuan dalam
membuat larutan yaitu zat murni
ditimbang terlebih dahulu menggunakan
neraca analitis digital, selanjutnya
dilarutkan menggunakan akuades. Tidak
semua zat atau kristal segera melarut,
sebaiknya pelarutan tidak langsung dalam
labu takar tetapi di wadah lain seperti
gelas kimia. Zat yang telah larut tersebut
dipindahkan secara kuantitatif ke dalam
labu takar. Saat pengenceran volume

Kemampuan psikomotorik mahasiswa
dalam menggunakan alat-alat seperti
pipet tetes, gelas ukur, lumpang dan alu,
pembakar spiritus, dan thermometer
sudah sangat baik. Hal ini disebabkan
alat-alat tersebut mudah untuk digunakan.
Kemampuan
psikomotorik
mahasiswa dalam penggunaan alat-alat
seperti, pipet ukur dan tabung reaksi
masing-masing sudah cukup dan baik,
karena hampir semua mahasiswa
memahami cara penggunaan alat-alat
tersebut. Namun masih terdapat beberapa
mahasiswa yang kurang tepat dalam
penggunan pipet ukur dikarenakan
kurangnya pemahaman dalam mengenal
katup A (balon karet), katup C (untuk
menyedot cairan kedalam pipet ukur),
dan katup E (untuk mengeluarkan cairan).
Beberapa mahasiswa juga ada yang
kurang tepat dalam menggunakan tabung
reaksi dikarenakan cara penggunaan
tabung reaksi yang masih belum tepat,
seperti memasukkan tidak menggunakan
corong
dan
tidak
mereaksikan
larutan/cairan secara konstan.
Aspek penggunaan alat seperti oven
dan pH-meter terlihat bahwa saat
penelitian berlangsung ada 13 mahasiswa
tidak bisa dalam alat ukur seperti pHmeter. Hal ini terbukti dari hasil
wawancara terhadap beberapa mahasiswa
yang menyatakan tidak mengetahui cara
penggunaan alat tersebut karena belum
pernah menggunakannya. Akan tetapi,
masih ada 3 mahasiswa lainnya
mengetahui
cara
penggunaannya
walaupun hanya mengetahui cara
membuka pintu oven dan memasukkan
bahan yang akan dikeringkan, kemudian
pintu oven di tutup kembali seperti pada
rubrik
penilaian
psikomotorik
mahasiswa.
68

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

merangkai alat titrasi, melakukan titrasi,
dan mengamati titik akhir titrasi.
Berdasarkan
analisis
kemampuan
psikomotrik mahasiswa pada saat
penelitian
berlangsung
dengan
memberikan penilaian pada lembar
observasi oleh observer. Selanjutnya
diolah ke dalam bentuk persen oleh
peneliti yang terlihat pada Tabel 2 dengan
kategori kemampuan baik (77.08%).
Aspek melakukan titrasi secara
keseluruhan sudah masuk dalam kategori
kemampuan
baik,
namun
dalam
merangkai alat titrasi terdapat satu orang
mahasiswa dengan skor terendah yaitu 1,
karena tidak begitu memahami cara
memasang buret pada klem dan tidak
meletakkan erlenmeyer di bawah buret.
Sedangkan dalam melakukan titrasi
terdapat satu orang mahasiswa dengan
skor
1,
mahasiswa
ini
hanya
memasukkan larutan standar ke dalam
buret dan larutan sampel ke dalam
erlenmeyer dengan menggunakan corong
gelas dan hanya melihat proses terjadinya
titrasi, tetapi tidak menambahkan
indikator ke dalam erlenmeyer, tidak
meletakkan kertas putih di bawah
erlenmeyer, dan tidak mengontrol serta
menggoyangkan erlenmeyer dengan
menggunakan tangan kanan atau kiri
hingga terjadi perubahan warna. Aspek
mengamati titik akhir titrasi terdapat dua
orang mahasiswa dengan skor terendah,
hal ini dikarenakan mahasiswa tersebut
tidak mengamati perubahan warna yang
terjadi dan tidak melanjutkan titrasi
sebelum terjadinya perubahan warna.
Membersihkan alat-alat praktikum
merupakan
aspek
kemampuan
psikomotorik
yang dinilai
dalam
keterampilan psikomotorik seperti labu
takar dan corong gelas yang dilakukan

larutan
harus
di
capai
dengan
menambahkan akuades hingga tanda
batas labu takar (Mulyono, HAM, 2009:
203). Akan tetapi, pada aspek
menimbang bahan terdapat 1 mahasiswa
yang memperoleh skor 1 pada penilaian
lembar observasi. Mahasiswa tersebut
tidak menimbang massa gelas arloji
kosong sebelum memasukkan bahan, hal
ini belum sesuai dengan tata cara
penimbangan bahan berdasarkan rubrik
penilaian psikomotorik mahasiswa.
Hasil penelitian dan wawancara
terhadap mahasiswa dapat diketahui
bahwa mahasiswa mengetahui cara
membuat larutan yaitu menimbang bahan
yang akan dilarutkan menggunakan
neraca analitis digital lalu dimasukkan
dalam gelas kimia dan dilarutkan dengan
akuades. Mengencerkan larutan dengan
menggunakan labu takar, masukkan
larutan kedalam labu takar selanjutnya
menambahkan akuades hingga tanda
batas dan di kocok hingga homogen.
Memanaskan dengan tabung reaksi
merupakan
aspek
kemampuan
psikomotorik yang dinilai dengan
menggunakan lembar observasi oleh
observer. Selanjutnya diolah ke dalam
bentuk persen oleh peneliti yang terlihat
pada Tabel 1 dengan nilai rata-rata aspek
kemampuan memanaskan dengan tabung
reaksi yaitu 64.58% dengan kategori
kemampuan baik, namun ada 3
mahasiswa dengan kategori kemampuan
kurang. Hal ini dikarenakan mahasiswa
tersebut melakukan pemanasan dengan
cara posisi tabung reaksi tegak diatas
pembakar spiritus tanpa menggerakkan
tabung reaksi mendekat dan menjauh.
Kemampuan psikomotorik pada
aspek melakukan titrasi dibagi dalam 3
aspek kemampuan yaitu kemampuan
69

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

Universitas Muhammadiyah Pontianak
adalah:
1. Kemampuan
psikomotorik
mahasiswa dalam menggunakan alatalat praktikum, terdapat 8 orang
mahasiswa
yang
memiliki
kemampuan sangat baik, 8 orang
mahasiswa
yang
memiliki
kemampuan baik, dengan persentase
rata-rata keseluruhan 63.88%.
2. Kemampuan
psikomotorik
mahasiswa dalam membaca miniskus,
terdapat 6 orang mahasiswa yang
memiliki kemampuan sangat baik, 7
orang mahasiswa yang memiliki
kemampuan baik, 2 orang mahasiswa
yang memiliki kemampuan kurang,
dan 1 orang mahasiswa yang
memiliki kemampuan sangat kurang,
dengan
persentase
rata-rata
keseluruhan 70.83%.
3. Kemampuan
psikomotorik
mahasiswa dalam membuat larutan,
terdapat 10 orang mahasiswa yang
memiliki kemampuan sangat baik,
dan 6 orang mahasiswa yang
memiliki kemampuan baik, dengan
persentase
rata-rata
keseluruhan
85.41%.
4. Kemampuan
psikomotorik
mahasiswa
dalam
memanaskan
dengan tabung reaksi, terdapat 2
orang mahasiswa yang memiliki
kemampuan sangat baik, 11 orang
mahasiswa
yang
memiliki
kemampuan baik, dan 3 orang
mahasiswa
yang
memiliki
kemampuan
kurang,
dengan
persentase
rata-rata
keseluruhan
86.36%.
5. Kemampuan
psikomotorik
mahasiswa dalam melakukan titrasi,
terdapat 4 orang mahasiswa yang

oleh
setiap
mahasiswa
dihitung.
Kemudian
diubah
dalam
bentuk
persentase dan dikategorikan berdasarkan
kategori
kemampuan
psikomotorik
mahasiswa yang terlihat pada Tabel 2
dengan nilai rata-rata aspek kemampuan
membersihkan alat-alat praktikum yaitu
100%, dengan jumlah 16 orang
mahasiswa dengan kategori kemampuan
sangat baik.
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat
kemampuan psikomotorik mahasiswa
dalam membersihkan alat-alat praktikum
sudah sangat terampil dengan kategori
kemampuan sangat baik. Hal ini terlihat
bahwa cara membersihkan alat-alat
praktikum mahasiswa sudah sesuai
dengan rubrik penilaian psikomotorik
mahasiswa. Seluruh mahasiswa sangat
terampil dalam membersihkan alat-alat
praktikum terbukti dari hasil wawancara
terhadap beberapa mahasiswa yang
menyatakan
paham
dengan
cara
membersihkan alat-alat praktikum yang
dikarenakan sejak semester awal,
mahasiswa sudah mendapat pembelajaran
membersihkan alat, sehingga mahasiswa
dalam setiap pasca praktikum akan selalu
membersihkan alat-alat praktikumnya.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari 6
aspek kemampuan psikomotorik, di
antaranya kemampuan menggunakan
alat-alat
praktikum,
kemampuan
membaca
miniskus,
kemampuan
membuat
larutan,
kemampuan
memanaskan dengan tabung reaksi,
kemampuan melakukan titrasi, dan
kemampuan membersihkan alat-alat
praktikum, terhadap mahasiswa semester
III Program Studi Pendidikan Kimia

70

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

ISSN. 2503-4448

Djazari, M. dan Endra, M. (2012).
Evaluasi
Prestasi
Belajar
Mahasiswa Program Kelanjutan
Studi
Jurusan
Pendidikan
Akuntansi Ditinjau dari IPK D3
dan Asal Perguruan Tinggi. Vol.
IX. No: 2-tahun 2011.

memiliki kemampuan sangat baik, 9
orang mahasiswa yang memiliki
kemampuan baik, dan 3 orang
mahasiswa
yang
memiliki
kemampuan
cukup,
dengan
persentase
rata-rata
keseluruhan
77.08%.
6. Kemampuan
psikomotorik
mahasiswa dalam membersihkan alatalat praktikum, terdapat 16 orang
mahasiswa
yang
memiliki
kemampuan sangat baik, dengan
persentase
rata-rata
keseluruhan
100%.

Juparyatna,
E.
(2014).
Pengaruh
Implementasi Video Pembelajaran
Terhadap Hasil Belajar dalam
Praktikum Percobaan Pembuatan
BaSO4 pada Mahasiswa Program
Studi
Pendidikan
Kimia
Universitas
Muhammadiyah
Pontianak.
Skripsi:
Tidak
Diterbitkan.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin,

Khamidinal.
(2009).
Teknik
Laboratorium Kimia. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Z.
(2010).
Evaluasi
Pembelajaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Mujari, J. (2013). Deskripsi Kemampuan
Psikomotorik pada Percobaan
Titrasi Asam Basa Mahasiswa
Angkatan 2012 Program Studi
Pendidikan Kimia Univeritas
Muhammadiyah
Pontianak.
Skripsi: Tidak Diterbitkan.

Arikunto, S. (2011). Dasar-dasar
Evaluasi
Pendidikan
(Edisi
Revisi). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.

Mulyono, HAM. (2009). Membuat
Reagen Kimia di Laboratorium.
Jakarta: Bumia Aksara.

Atrisman. (2015). Analisis Kemampuan
Psikomotorik Dalam Praktikum
Biokimia Percobaan Lipid Pada
Mahasiswa
Program
Studi
Pendidikan Kimia Universitas
Muhammadiyah
Pontianak.
Skripsi: Tidak Diterbitkan.

Nawawi, H. (2007). Metode Penelitian
Bidang Sosial (Edisi Revisi).
Yogyakarta:
Gadjah
Mada
University Press.
Syahbani. (2008). Deskripsi Kemampuan
Menggunakan Alat pada Siswa
Kelas X SMA Negeri 7 Pontianak
dalam Praktikum Kimia. Skripsi:
Universitas Tanjungpura.

Dahniar, N. (2006). Pertumbuhan Aspek
Psikomotorik
dalam
Pembelajaran Fisika Berbasis
Observasi Gejala Fisis pada
Siswa
SMP.
(Online).(http://jurnalipi.fiks.word
press.com.20070902.nanidahniar.
pdf.

Sudijono,
A.
(2009).
Evaluasi
Pendidikan. Yogyakarta: PT Raja
Grafindo.

71

Vol. 4 No. 2, Februari 2016

Ar-Razi Jurnal Ilmiah

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Pendidikan
(Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R &
D). Bandung: Alfabeta.

72

ISSN. 2503-4448