PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN MELALUI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) SEBAGAI EKSISTENSI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) DI SURAKARTA

PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN MELALUI BADAN PENYELESAIAN
SENGKETA KONSUMEN (BPSK) SEBAGAI EKSISTENSI BADAN
PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) DI SURAKARTA
CONSUMER DISPUTE SETTLEMENT BODY ON CONSUMER DISPUTE
SETTLEMENT ( BPSK ) EXISTENCE AS A CONSUMER DISPUTE SETTLEMENT
BODY ( BPSK ) IN SURAKARTA
Josef Purwadi Setiodjati, Bambang Hermoyo
Fakultas Hukum Slamet Riyadi Surakarta
ABSTRAK
Terbentuknya BPSK di daerah Surakarta di harapkan berperan aktif dalam
menyelesaikan sengketa konsumen dengan prinsip sederhana, mudah dan cepat, sehingga
dapat menegakkan hak-hak konsumen dan memberikan kepastian hukum bagi konsumen
yang dirugikan pelaku usaha atas pemanfaatan/pemakaian barang dan /atau jasa. Disisi lain
pelaku usaha dapat bertanggung jawab atas barang dan /atau jasa yang diproduksi atau
diperdagangkannya, yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing.
Agar BPSK dapat eksis dengan optimal, tentunya tidak lepas dari Pemerintah Daerah
itu sendiri, termasuk di dalamnya adalah penyebaran informasi perlindungan konsumen dan
kelembagaannya yaitu BPSK maupun lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
(LPKSM) .
Kata Kunci : Konsumen, Pelaku Usaha, Perlindungan Hukum, Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK).

ABSTRACT
The formation of BPSK in Surakarta expected to play an active role in resolving
consumer disputes with the principle of simple , easy and fast , so that it can enforce the
rights of consumers and provide legal certainty for consumers who are disadvantaged
businesses on the use / consumption of goods and / or services . On the other hand businesses
can be responsible for the goods and / or services produced or merchantability , which in turn
can improve competitiveness
In order for optimal BPSK may exist , certainly not out of the regional government itself ,
including the dissemination of consumer protection information and institutions that BPSK
and Consumer Protection Governmental agencies ( LPKSM ) .
Keywords : Consumer , business communities , Legal Protection , Consumer Dispute
Resolution Body ( BPSK ) .
telah dilakukan, namun belum didukung

PENDAHULUAN
Perlindungan
dasarnya

konsumen


menyangkut

pada
berbagai

dengan suatu sistem yang baik dan efektif.
Mewujudkan

sistem

penyelengaraan

kepentingan, sehingga penyelenggaraannya

perlindungan konsumen yang menjamin

perlu dilakukan secara terkoordinasi dan

diperolehnya hak dan dilaksanakannya


terpadu. Karena itu, meskipun koordinasi
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016

kewajiban konsumen dan pelaku usaha
290

Salah

memang bukan hal yang mudah untuk
dilakukan.

Diperlukan

keseriusan

dan

satu

upaya


menyelenggarakan

perlindungan

itikad yang kuat dari seluruh stake holders

konsumen

sebagaimana

dalam melaksanakan amanat perlindungan

dikehendaki

oleh

konsumen

Nonor


sesuai

dengan

fungsi

dan

8

Di dalam Pasal 29 Undang-Undang

penyelenggaraan

Konsumen, disebutkan bahwa pemerintah

konsumen.

jawab


atas

atas

Pembinaan

perlindungan

pemerintah

atas

tentang

Konsumen

adalah

perlindungan


Pemerintah bertanggung jawab

pembinaan

penyelenggaraan perlindungan konsumen.
oleh

1999

melalui pembinaan dan pengawasan

No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

bertanggung

yang

Undang-undang


Tahan

Perlindungan

kewenangan masing-masing.

untuk

pembinaan

penyelenggaraan
konsumen

yang

penyelengaaraan perlindungan konsumen

menjamin diperolehnya hak konsumen

dilaksanakan oleh Menteri Perdagangan


dan

selaku

penyelenggaraan

dilaksanakannya kewajiban konsumen

perlindungan konsumen dan/atau menteri

dan pelaku usaha. Pembinaan oleh

teknis

pemerintah

koordinator

terkait.


Tanggung

jawab

atas

pelaku

usaha

atas

serta

penyelenggaraan

pembinaan penyelenggaraan perlindungan

perlindungan konsumen dilaksanakan


konsumen kemudian dituangkan dalam

oleh menteri dan/ atau menteri teknis

kebijakan yang harus dilaksanakan dalam

terkait, yang meliputi upaya untuk:

rumusan masalah yang akan penulis bahas

1) terciptanya

Penyelesaian

usaha

dan

hubungan yang sehat antara pelaku

dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana

iklim

eksistensi
Sengketa

Badan
Konsumen

usaha dan konsumen
2) berkembangnya

lembaga

(BPSK) dalam penyelesaian sengketa

perlindungan konsumen swadaya

konsumen?

masyarakat

b. Apa

hambatan-hambatan

Badan

3) meningkatnya kualitas sumber daya

Konsumen

manusia

(BPSK) dalam penyelesaian sengketa

kegiatan

Konsumen?

pengembangan

Penyelesaian

Sengketa

Pembinaan

Penyelenggaraan

meningkatnya

penelitian
di

dan
bidang

perlindungan konsumen

Pengertian Kelembagaan
a. Badan

serta

dan

Perlindungan

Konsumen
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016

b. Badan

Perlindungan

Konsumen

Nasional
291

Badan Perlindungan Konsumen

2) bergerak

di

bidang

Perlindungan

Nasional adalah badan yang dibentuk

Konsumen tercantum dalam anggaran

untuk membantu upaya pengembangan

dasarnya.

perlindungan

konsumen.

Badan

Pengertian Pelaku Usaha

Nasional

Pelaku usaha dapat diartikan sebagai

mempunyai fungsi memberikan saran

penghasil produk, baik berupa barang atau

dan pertimbangan kepada pemerintah

jasa yang akan dijual di pasar atau

dalarn

diperdagangkan kepada para konsumen.

Perlindungan

Konsumen

upaya

mengembangkan

Kewajiban

perlindungan konsumen di Indonesia.
c. Badan

Penyelesaian

Sengketa

hubungan dengan konsumen, yaitu antara

penyelesaian

sengketa

a. Pelaku usaha memberikan yang terbaik
Perusahaan

konsumen adalah badan yang dibentuk
oleh

dalam

lain :

Konsumen
Badan

pengusaha

pemerintah

untuk

penyelesaian

berkewajiban

atau

dalam

pengusaha
menjalankan

usaha dan produksinya menggunakan

sengketa di luar pengadilan.
Penyelesaian sengketa konsumen di

bahan baku yang bermutu menurut

luar pengadilan diselenggarakan untuk

ketentuan perundang-undangan yang

mencapai kesepakatan mengenal bentuk

berlaku,

dan besarnya ganti rugi dan/ atau mengenai

produksi sesuai dengan persyaratan

tindakan tertentu untuk menjamin tidak

keamanan bagi konsumen, juga tidak

akan terjadi kembali atau tidak, akan

menimbulkan pencemaran. Ketentuan-

terulang kembali kerugian yang diderita

ketentuan seperti itu dapat kita lihat

oleh konsumen.

dalam perundang-undangan kesehatan,

d. Lembaga

Perlindugan

Konsumen

UU

Produsen

Swadaya Masyarakat
Lembaga

yaitu

Perlindungan Konsumen

Swadaya Masyarakat adalah Lembaga Non
Pemerintah yang terdapat dan diakui oleh
pemerintah yang mempunyai kegiatan
menangani perlindungan konsumen.
Pemerintah mengakui LPKSM yang

dengan

menjaga

kualitas

No.

23

Tahun

1992.

dan

pengusaha

yang

melakukan distribusi atas suatu barang
harus mempunyai izin edar.
b. Pelaku

usaha

wajib

memberikan

informasi yang benar
Perusahan
berkewajiban

atau
dalam

pengusaha
menjalankan

memenuhi syarat sebagai berikut:

usaha dan pemasaran produksinya,

1) terdaftar

pemerintah

tidak mengelabui konsumen dan tidak

kabupaten/kota
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016

menyesatkan konsumen. Perusahaan
292

pada

atau pengusaha berkewajiban dalam

d. Pelaku usaha wajib memberikan ganti

menjalankan usaha serta pemasaran

rugi atas kesalahannya

produksinya, membuat penjelasan atau

Perusahaan

atau

pengusaha

memasang label pada produk yang

bertanggung jawab terhadap kerugian

dipasarkan,

yang diakibatkan oleh cacat pada

atau

keterangan

yang

diperlukan bagi penggunaan barang itu

orang,

oleh

sebenarnya

konsumen.

Perusahaan

atau

terlepas

ia

mengetahui,

sepatutnyalah

ia

dapat

dalam

menduga. Keadaan cacat pada barang

menjalankan usaha dan pemasaran

sehingga barang tersebut, atau tidak

produksinya, tidak menentukan syarat-

memenuhi

syarat baku sepihak pada perjanjian

atau

dagang atau penyelenggaraan jasanya

ditentukan

yang bertentangan dengan ketentuan-

undangan yang berlaku, atau yang

ketentuan

diharapkan dari barang tersebut.

pengusaha

berkewajiban

peraturan

perundang-

undangan dan atau kepatutan serta

kemujaraban
peraturan

keamanan,
sebagaimana
perundang-

Tanggung jawab perusahaan atas
produk yang dihasilkannya hendaklah

kebiasaan.
c. Pelaku

syarat-syarat

usaha

wajib

memelihara

telah terumuskan secara jelas dalam
peraturan perundang-undangan yang

lingkungan hidup
lingkungan

ada, tetapi kenyataannya masih belum

hidup pada Pasal 7 ayat (1) UU

begitu baik terjabarkan. Kita baru

Pengelolaan

Hidup

melihat sedikit terumuskan dalam UU

ditentukan bahwa setiap orang yang

Kesehatan, yaitu pada Pasal 55 ayat

menjalankan suatu bidang usaha wajib

(1), “setiap orang berhak atas ganti rugi

memelihara kelestarian kemampuan

akibat kesalahan atau kelalian yang

lingkungan hidup yang serasi dan

dilakukan tenaga kesehatan” dan ayat

seimbang

menunjang

(2) “Ganti rugi sebagaimana dimaksud

pembangunan yang berkesinambungan.

dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai

Kewajiban

dengan peraturan perundang-undangan

Dalam

ketentuan

Lingkungan

untuk

ini

memberikan

konsekuensi dengan demikian maka

yang berlaku”.

penyelenggara bidang usaha senantiasa

Pengertian Konsumen

terikat

guna

pelestarian

melakukan

kemampuan

tindakan

Istilah konsumen berasal dan bahasa

lingkungan

Belanda yaitu consument yang artinya

hidup.
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016

pihak pemakai barang dan jasa. Para ahli
hukum dalam hal ini bersepakat bahwa
293

konsumen adalah pemakai terakhir dari

pihak lain untuk melakukan atau tidak

barang dan jasa yang diserahkan kepada

melakukan suatu perbuatan. Setiap hak

mereka oleh produsen.

menurut hukum mempunyai title, yaitu
yang

suatu peristiwa tertentu. Dengan demikian

dirumuskan dalam UU Pangan adalah

hak-hak konsumen ada bila terjadi pada

konsumen akhir. Pada Pasal 1 angka 2

pihak yang bertindak sebagai pemakai

dirumuskan

terakhir

Pengertian

konsumen

vang

dimaksud

dengan

konsumen adalah : “setiap orang pemakai
barang dan atau jasa yang tersedia, dalam

dari

benda,

dan

jasa

yang

diserahkan kepadanya dari pengusaha.
Langkah

untuk

meningkatkan

masyarakat, baik bagi kepentingan diri

martabat dan kesadaran konsumen harus

sendiri, keluarga, orang lain maupun

diawali dengan upaya untuk memahami

makhluk hidup lain dan tidak untuk

hak-hak pokok konsumen yang dapat

diperdagangkan.

dijadikan sebagai landasan perjuangan

Menurut

pengertian

undang-undang tersebut lebih ditegaskan

untuk mewujudkan hak-hak tersebut.

bahwa pemakai atau pengguna barang atau

Sehubungan dengan itu di dalam UU

jasa untuk keperluannya dan tidak untuk

tentang Perlindungan Konsumen bahwa

diperdagangkan.

hak-hak konsumen telah diakomodir yang

Hukum

melindungi

kepentingan

terdapat dalam Pasal 4, menyebutkan

seseorang dengan cara mengalokasikan

sebagai berikut

suatu

a. Hak atas kenyamanan, keamanan dan

kekuasaan

kepadanya

untuk

bertindak dalam rangka kepentingannya

keselamatan dengan

tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini

barang dan/ atau jasa)

mengkonsumsi

arti,

b. Hak untuk memilih barang dan/ atau

ditentukan kekuasaan dan kedalamannya.

jasa serta mendapatkan barang dari/

Kekuasaan yang demikian itulah yang

atau jasa tersebut sesuai dengan nilai

disebut sebagai hak dengan unsurnya

tukar dan kondisi serta jaminan yang

berupa perlindungan, kepentingan dan juga

dijanjikan.

dilakukan

secara

terukur

dalam

c. Hak atas informasi yang benar, jelas

kehendak.
Keberadaan

hak

sangat

erat

hubungannya dengan kewajiban yang satu

dan

jujur

mengenai

kondisi

dan

jaminan barang dan/ atau jasa;

mencerminkan adanya yang lain. Disinilah

d. Hak untuk didengar pendapat dan

pengakuan hak pada pihak-pihak yang

keluhannya atas barang dan/atau jasa

terkait dalam hubungan kewajiban. Hak

yang digunakan;

yang ada pada seseorang ini mewajibkan
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016

294

e. Hak untuk mendapatkan advokasi,

Perlindungan Konsumen
Pengertian perlindungan konsumen

perlindungan dan upaya penyelesaian
sengketa

perlindungan

konsumen

menurut Pasal 1 angka 1 UU tentang
Perlindungan Konsumen menyebutkan :

secara patut
f. Hak untuk mendapatkan pembinaan

“perlindungan konsumen adalah segala
upaya yang menjamin adanya kepastian

dan pendidikan konsumen;
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani
secara benar dan jujur serta tidak

hukum untuk memberikan perlindungan
kepada konsumen”.
Asas perlindungan konsumen yang

diskriminatif,
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi,

diatur

dalam

Pasal

2

UU

ganti rugi dan/ atau penggantian,

Perlindungan

apabila barang dan/atau jasa yang

sebagai berikut : “Perlindungan Konsumen

diterima tidak sesuai dengan perjanjian

berasaskan

atau tidak sebagaimana mestinya;

keseimbangan dan keselamatan konsumen

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan lainnya,
Sehubungan

dengan

hak-hak

Konsumen

tentang

menyebutkan

manfaat,

keadilan,

serta kepastian hukum”.
Tujuan dari adanya perlindungan
konsumen terdapat dalam Pasal 3) UU

tersebut, konsumen juga diberi kewajiban

tentang

yang diatur dalarn Pasal 5 UU tentang

menyebutkan sebagai berikut

Perlindungan

a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan

Konsumen

yang

Perlindungan

menyebutkan sebagai berikut:

dan

a. Membaca atau mengikuti petunjuk

melindungi diri,

informasi dan prosedur pemakaian atau

kemandiran

b. Mengangkat

Konsumen

konsumen

harkat

dan

untuk

martabat

pemanfaatan barang dan/ atau jasa,

konsumen

demi keamanan dan keselamatan;

menghindarkannya dari ekses negatif

b. Beritikad

baik

dalam

melakukan

transaksi pembelian barang dan/ atau

cara

pemakaian barang dan/atau jasa;
c. Meningkatkan

pemberdayaan

konsumen dalam memilih, menentukan

jasa
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum
perlindungan

dan

menuntut

hak-haknya

sebagai

konsumen;

yang disepakati;

sengketa

dengan

konsumen

secara patut.
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016

d. Menciptakan

sistem

perlindungan

konusmen yang mengandung unsur
kepastian hukum

dan

keterbukaan
295

informasi

serta

ekses

untuk

yang

mendapatkan informasi
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha
mengenai

pentingnya

Sedangkan dikatakan analitis, karena data

perlindungan

diperoleh

baik

dari

penelitian

kepustakaan maupun penelitian lapangan,
selanjutnya

konsumen sehingga tumbuh sikap yang

menggunakan

jujur dan bertanggung jawab dalam

kualitatif.

akan

dianalisis

metode

dengan

pendekatan

Dengan mengingat bahwa data yang

berusaha;
f. Meningkatkan kualitas barang dan/

diperlukan dalam penelitian ini adalah data

atau jasa yang menjamin kelangsungan

sekunder dan data primer, maka cara yang

usaha produksi barang dan/ atau jasa,

ditempuh dalam penelitian ini adalah

kesehatan, kenyamanan, keamanan dan

sebagai berikut:

keselamatan konsumen.

Data yang akan diperoleh dalam penelitian
kepustakaan adalah berupa data sekunder,
yang terdiri dari :

METODE PENELITIAN
Penelitian dengan judul Eksistensi
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
(BPSK)

Kota

Surakarta

Bahan hukum primer, yang meliputi


dalam

UU No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan

Konsumen



UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan

merupakan penelitian yuridis normatife,



UU

Penyelesaian

Sengketa

yang disebut juga penelitian kepustakaan
(Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji,

No.

8

tahun

1999

tentang

Perlindungan Konsumen


2001).

UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia

Selanjutnya untuk menunjuang dan



melengkapi data sekunder tersebut, maka
dilakukan pula penelitian di lapangan.
Kemudian hasil dari penelitian ini,

Perlindungan Anak


UU No. 57 tahun 2001 tentang BPKN



PP No. 58 tahun 2011 tentang

akan dirumuskan dalam sebuah laporan

Pembinaan

yang bersifat deskriptif analitis. Dikatakan
deskriptif,

karena

dari

penelitian

UU No. 23 tahun 2000 tentang

dan

Penyelenggaraan

ini

Pengawasan
Perlindungan

Konsumen

diharapkan diperoleh gambaran secara



PP No. 59 tahun 2011 tentang LPKSM

jelas,



Keppres No. 90 tahun 2011 tentang

rinci

dan

sistematis

mengenai

Eksistensi Badan Penyelesaian Sengketa

Pembentukan BPSK

Konsumen (BPSK) Kota Surakarta dalam
Penyelesaian
Sengketa
Konsumen.
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016

296

Sarana penelitian kepustakaan adalah
dengan

menggunakan

sarana

studi

Untuk kelancaran jalannya BPSK telah
seringkali dilakukan rapat koordinasi,

dokumen atau bahan pustaka, yaitu dengan

baik yang bersifat rutin maupun dalam

mempelajari bahan-bahan yang merupakan

waktu-eaktu tertentu.

data sekunder. Dari hasil penyelesaian

Dalam rapat koordinasi, dibahas antara

kasus konsumen dan pelaku usaha melalui

lain :

BPSK di Kota Surakarta yang berupa

 Pemilihan Ketua BPSK

putusan
Data

Telah disepakati bahawa ketua

yang

diperoleh

dari

penelitian

lapangan adalah berupa data primer yang
berhubungan

dengan

perlindungan

BPSK dari unsur pemerintah adalah
Dra. Sri Wahyuni, MM
 Penyusunan Program Kerja tahun

konsumen yakni :

2011

a) Keterangan yang diperoleh dari para

keberadaan BPSK yang masih baru

responden
b) Berbagai

dan belum dikenal masyarakat,
dokumen

yang

erat

sosialisasi

menjadi

prioritas

kaitannya dengan kepedulian untuk

program utama yang diprioritaskan

konsumen

juga adalah penyelesaian sengketa

terhadap

perlindungan

 Pembuatan website

konsumen.
Penelitian hukum normatif akan

telah terwujud website BPSK yaitu

dilakukan dengan cara mempelajari bahan

www.bpsksolo.com

pustaka yang merupakan data sekunder,

bpskkotasolo@gmail.com

yaitu

berupa

dokumen-

literatur-literatur

 Pembahasan kantor BPSK
Berhubung BPSK belum memiliki

dengan

kantor dan hingga sekarang masih

kepedulian untuk konsumen terhadap

numpang di Dinas Perindustrian

perlindungan konsumen.

dan

yang

ada

berbagai

email

karya

ilmiah

dan

dokumen,

dan

kaitannya

Perdagangan,

mengusulkan

maka

kepada

Walikota

HASIL PENELITIAN DAN

Surakarta

PEMBAHASAN

mendapatkankantor sendiri

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahun
2011

telah

untuk

 Pembahasan personil Sekretariat
Sambilmenunggu penetapan dan
Menteri Perdagangan RI, maka

a. Rapat-rapat
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016

telah

ditetapkan

Sekretariat
297

sementara

untuk

membantu

kelancaran tugas anggota BPSK
 Pembahasan

Peraturan

Prosedur

Penyelesaian Sengketa Konsumen
Hal ini dilakukan karena masih
banyak hal yang belum diatur
dalam Keputusan Menteri Perindag

Sejak dilantik BPSK dengan sekretariat
sementara BPSK telah menangani 16
kasus, dengan hasil sebagai berikut:
 Diputus dengan cara mediasi ..........
3 kasus
 Diputus dengan cara arbitrase .........
4 kasus

nomor 350/MPP/Kep/12/2011 dan

 Dalam proses ..................... 3 kasus

berdasarkan pasal 43 keputusan

 Selesai sebelum sidang ...... 2 kasus

tersebut.

 Tidak dapat diselesaikan .... 3 kasus

 Pembahasan kode etik Anggota
BPSK

 Teradu tidak bersedia diselesaikan

 Pembahasan kelengkapan formulir
pengaduan

oleh pengadilan
 Pembahasan

rencana

stakeholder

telah disepakati

apabila

terjadi sengketa akan diselesaikan
di pengadilan negeri

kerjasama
(khususnya

Pengadilan dan Polres)
 Pembahasan

di BPSK karena dalam perjanjian
Kredit

 Pembahasan tentang fiat eksekusi

dengan

- Teradu tidak memenuhi panggilan

penanganan

 Data tidak lengkap
 Dilimpahkan ke polres ....... 1 kasus
Sengketa mengandung unsur pidana

kasus

yang berasal dari luar daerah
 Pembahasan tentang pengawasan
klausal baku

(bukan kewenangan BPSK)
Sementara BPSK kota Surakarta juga
menerima 348 kasus pengaduan dari
masyarakat,

 Pembahasan perubahan anggaran

dilanjutkan

 Pembahasan sosialisasi di wilayah

bukan

kecamatan
 Pembahasan penyusunan Anggaran
2012
 Setiap akhir bulan dilakukan rapat
evaluasi.
b. Penanganan kasus

namun

tidak

penanganannya

kewenangan

dari

dapat
karena
BPSK.

Terbanyak kasus-kasus tersebut adalah
persoalan kredit macet korban letusan
gunung merapi yang berasal dari
kabupaten Klaten dan Boyolali yang
bersifat action.
c. Pengawasan Klausula Baku
Berdasarkan

laporan

masyarakat,

BPSK telah menindaklanjuti kaporan
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016

298

tersebut sebanyak 3 laporan, antara lain

- Pemahaman

Rumah Sakit Kasih Ibu, Golden Money
Changer dan PT. Telkom. Masing-

kepada

pengelola

parkir
9. Hasil konsultasi dengan Kementrian

masing telah diberi peringatan dan

Perdagangan :

teguran sesuai pelanggaran masing-

- Penetapan Sekretariat Sementara

masing.

BPSK

Hasil yang dicapai
1. Pembentukan

Surakarta

sambil

menunggu dikeluarkannya Surat
susunan

keanggotaan

Keputusan

BPSK

Sekretariat

2. Pembentukan Sekretariat Sementara
BPSK
3. Peraturan

Kota

Pengangkatan
Tetap

cara

penyelesaian

sengketa konsumen di BPSK Surakarta
4. Peraturan Kode Etik Anggota BPSK
5. Pembentukan

Majelis

Kehormatan

BPSK

Kota

Surakarta.
- Penanganan

tata

BPSK

dan

penyelesaian

beberapa kasus
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahun
2012
a. Rapat-rapat
Untuk kelancaran jalannya BPSK telah

6. Penanganan 16 kasus

seringkali dilakukan rapat koordinasi,

7. Pemberian sanksi terhadap 3 pelaku

baik yang bersifat rutin maupun dalam

Usaha

waktu-waktu tertentu. Dalam rapat

8. Hasil koordinasi dengan stakeholder
- Dialog

interaktif

dalam

acara

Terang Pagi di TATV
- Kesepakatan
dengan

kasus

Surakarta,

Pengadilan Negeri Surakarta dan
Pengadilan Negeri Sragen
- Pemahaman
Pemerintah

kepada
melalui

dibahas

antara

lain:

persiapan pelaksanaan dan peningkatan
serta perbaikan kegiatan tahun 2012.

penanganan
Polres

koordinasi

Yang antara lain dilakukan beberapa
kegiatan:
- Palayanan

konsultasi

dan

pengaduan;
Aparatur
Rapat

koordinasi SKPD
- Pemahaman kepada masyarakat di

- Sosialisasi

melalui

media

elektronik, cetak dan masyarakat
umum
- Pengawasan Klausal Baku

wilayah kecamatan, Pasar Kliwon,

- Sidang Majelis

Serengandan Laweyan

- Pembahasan

struktur

susunan

keanggotaan BPSK dengan hasil
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016

299

diadakan perubahan kepemimpinan

dan

yang semula di ketuai oleh Dra. Sri

masing-masing.

Wahyuni, MM sepakat diganti oleh

teguran

- Dibahas pula tentang mengenai personil

pelanggaran

d. Menerima kunjungan kerja dari BPSK
Magelang,

P. Bambang Ary Wibowo, SH

sesuai

Sebelas

Fakultas
Maret

Hukum

dan

UNS

Disperindag

sekretariat, kantor dan lain-lain.

Sukoharjo, Rembang, dan Wonosobo

b. Penanganan kasus

yang berencana mendirikan BPSK

Sepanjang

tahun

2012

BPSK

telah

e. Mengikuti kegiatan yang dilaksanakan

menangani penyelesaian kasus sebanyak

oleh

Dinas

Perindustrian

dan

30 kasus, dengan hasil sebagai berikut :

Perdagangan Propinsi Jawa Tengah

 Diputus dengan cara konsiliasi ....... 7

yaitu Forum Dialog Penyelenggaraan
Perlindungan Konsumen

kasus
 Diputus dengan cara mediasi .......... 4

f. Mengikuti kegiatan yang dilaksanakan
oleh Kementrian Perdagangan RI,

kasus
 Diputus dengan cara arbitrase ......... 8

antara lain
g. Mengikuti kegiatan yang dilaksankan

kasus
 Dicabut ................... 5 kasus
 Lain-lain .................. 5 kasus

oleh lembaga lain
h. Melaksanakan

Focus

Group

Dari 30 kasus yang ditangani, diantaranya

Discussion (FGD) tentang perparkiran

2 (dua) kasus Pelaku Usaha mengajukan

dan leasing

keberatan atas Putusan BPSK. Kedua

i. Sosialisasi ke masyarakat di wilayah

kasus yang diajukan keberatannya oleh

kecamatan Jebres dan Banjarsari. Juga

Pelaku Usaha, putusan BPSK dikuatkan

kepada Ibu-ibu PKK dan para pedagang

oleh Pengadilan Negeri dan posisi saat ini

melalui Dinas Pengelolaan Pasar

Pelaku Usaha mengajukan keberatan atas

Hasil yang dicapai

putusan Pengadilan Negeri ke Mahkamah

1. Perubahan Ketua BPSK

Agung

2. Putusan

laporan

BPSK

atas

penyelesaian sengketa konsumen

c. Pengawasan Klausal Baku
Berdasarkan

Majelis

masyarakat,

BPSK telah menindak lanjuti laporan
tersebut sebanyak 2 laporan, antara
lain masalah perparkiran dan PLN.
Masing-masing telah diberi peringatan
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016

3. Penanganan terhadap 30 kasus
4. Teguran terhadap pelaku Usaha yang
melanggar UUPK
5. Peningkatan

kesadaran

masyarakat

terhadap hak dan kewajiban
300

6. Diknalnya BPSK sebagai lembaga baru
oleh masyarakat

dengan

cara

mediasi

........... 4 kasus

7. Konsumen yang bersengketa dengan
Pelaku

- Diputuskan

Usaha

mendapatkan

- Diputuskan dengan arbitrasi ....... 6
kasus

penyelesaian dengan mudah, cepat,

- Dicabut ........ 8 kasus

tepat,murah dan jaminan kepastian

- Dalam proses ................ 2 kasus

hukum

- Gantung ...... 1 kasus

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahun
2013

- Sepakat untuk tidak sepakat ..... 1 kasus
Dari 26 kasus yang ditangani, dintaranya 3

a. Rapat-rapat

(tiga) kasus Pelaku Usaha mengajukan

Tahun 2013 dilaksanakan rapat koordinasi
yang dilakukan secara rutin tiap bulan
sekali

tetapi

koordinasi
penting

juga

untuk

yang

dilakukan
membahas

memerlukan

rapat
hal-hal

keputusan

bersama.

yang diajukan keberatannya oleh Pelaku
Usaha, putusan BPSK dikuatkan oleh
Pengadilan

Negeri.

Oleh

Mahkamah

Agung putusan BPSK dan Pengadilan
Negeri dibatalkan karena BPSK dianggap

Rapat tersebut antara lain membahas:
 Rencana pelaksanaan kegiatan dalam
satu tahun berjalan
 Bedah

keberatan atas Putusan BPSK. Dua kasus

kasus

diputus karena
merupakan

berkaitan

dengan

pengaduan konsumen

termaktub

kasus tersebut

sengketa
dalam

seperti

keputusan

bukan
yang
Menteri

Perindustrian dan Perdagangan RI nomor

 Pergantian ketua BPSK
 Koordinasi

tidak berwenang menangani kasus yang

350/MPP/Kep/12/2001.

dengan instansi

terkait

antara lain dengan Bank Indonesia

c. Pengawasan Klausal Baku
Berdasarkan laporan masyarakat, BPSK

 Rencana rehab gedung BPSK

telah menindak lanjuti laporan tersebut

 Pembahasan anggaran tahun 2014

sebanyak 2 laporan, antara lain masalah

 Evaluasi kinerja BPSK

penjualan barang oleh sebuah Hypermart

b. Penanganan kasus

yang sudah tidak layak dikonsumsi dan

Tahun

2013 BPSK telah

menangani

PLN yang memadamkan lampu tanpa

penyelesaian sengketa sebanyak 26 kasus,

pemberitahuan

dengan hasil sebagai berikut :

masing telah diperiksa.

- Diputuskan dengan cara konsiliasi

d. Menerima kunjungan kerja dari BPSK

........ 4 kasus
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016

sebelumnya.

Masing-

baik dari Jawa maupunluar jawa, juga
301

dari

berbagai

mendirikan
Boyolali,

daerah

yang

akan

diantaranya

Salatiga,

Pemalang,

Evaluasi

Tasikmalaya,

Evaluasi

memberikan

jaminan

dan

program

ke

depan

Selama tahun 2013 masih ditemukan

Banjarnegara, Cilacap.
e. Mengikuti kegiatan yang dilaksanakan
Dinas

dan

kepastian hukum.

BPSK

Purbalingga,

oleh

murah

Perindustrian

dan

beberapa kelemahan dan kekurangan, oleh
karena perlu dilakukan peningkatan dalam

Perdagangan Propinsi Jawa Tengah

beberapa aspek, antara lain

yaitu Lomba Konsumen Cerdas

1. Kualitas dan kuantitas Sumber Daya

f. Mengikuti kegiatan yang dilaksanakan
oleh

Kementrian

Perdagangan

RI,

Manusia
2. Kualitas pelayanan
3. Pengawasan

antara lain

terhadap

pencantuman

- Pelatihan mediasi

klausal baku yang akan memberikan

- Forum Komunikasi Nasional BPSK

kepastian

- Bimbingan

hukum bagi Konsumen dan Pelaku

teknis

penyelesaian

kasus sengketa konsumen lanjutan
g. Mengikuti kegiatan yang dilaksanakan

hukum

Usaha
4. Koordinasi dengan stakeholder

Hasil yang dicapai

Program kedepan

1. Perubahan Ketua BPSK

1. Memperkuat

Majelis

BPSK

atas

penyelesaian sengketa konsumen

4. Teguran terhadap Pelaku Usaha yang

masyarakat.

kesadaran

terhadap hak dan kewajiban konsumen
6. Menjadi pilihan untuk tempat/obyek

7. Memberikan kesempatan magang kerja

pemahaman

tengah

dan

pelaksanaan untuk melakukan etika
berusaha yang jujur, transparan dan
bertanggung jawab bagi semua Pelaku

3. Meningkatkan kualitas Sumber
Daya

bagi mahasiswa
8. Konsumen yang bersengketa dengan
Usaha

di

Usaha.

penelitian mahasiswa

pelaku

konsumen

2. Meningkatkan
masyarakat

dengan

dan memberdayakan pemahaman akan
hak-hak

melanggar UUPK

kerjasama

berbagai pihak dalam meningkatkan

3. Penanganan terhadap 26 kasus

5. Peningkatan

kesetaraan

5. Sosialisasi secara terus menerus.

oleh lembaga lain

2. Putusan

serta

mendapatkan

penyelesaian dengan mudah, cepat,
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016

Manusia

melalui

bimbingan teknis dan pelatihan
teknis.
302

kualitas

Oleh karenanya harus ditempatkan

pelayanan dengan penyediaan

orang yang memiliki komitmen dan

sarana

kemampuan

4. Meningkatkan

dan

prasarana

yang

memadai.

memadai.

Sengketa

Latar

yang

belakang

Sarjana

Badan

Hukum untuk Kepala Sekretariat dan

Konsumen

Panitera sangat diperlukan. Walaupun

Hambatan-hambatan
Penyelesaian

administrasi

(BPSK) dalam Penyelesaian Sengketa

Sekretariat

BPSK

Kota

Konsumen

hanya dilakukan oleh satu orang yang

a. Sumber Daya Manusia

menjabat

Kepala

Surakarta

Sekretariat

Anggota BPSK

merangkap

Komposisi latar belakang pendidikan

kesekretariatan (konsultasi, Pengaduan,

anggota BPSK yang tidak seimbang

Kepaniteraan dan Ketata Usahaan)

antara sarjana Hukum dan bukan

karena

Sarjana Hukum mempengaruhi dalam

membantu

operasional BPSK terutama dalam

mengoperasikan

menjalankan

sebagai

pertanyaan besar disaat BPSK berseru-

majelis. Begitu pula posisi Ketua yang

seru meminta kepada Pemerintah Kota

diwajibkan dari unsur Pemerintah juga

Surakarta personil untuk sekretariat

mempengaruhi

BPSK.

tidak pernah direspon. Bagaimana

Disaat satu Tim Majelis tidak ada

komitmen Pemerintah Kota Surakarta

anggota yang berlatar belakang Sarjana

dengan

permohonannya

Hukum

Presiden

untuk

fungsinya

operasional

disaat

menyusun

putusan

semua

dan

anugrah

jabatan

Tuhan

anggota

mampu

BPSK

BPSK.

dalam
Menjadi

kepada

mendirikan

BPSK

dalam menyusun pertimbangan hukum

karena tanpa sekretariat BPSK akan

akan mengalami kesulitan. Begitu juga

lumpuh.

dalam komposisi ketua majelis harus

Pemerintah Kota Surakarta agar BPSK

dari unsur Pemerintah, disaat unsur

tetap

Pemerintah

sebaliknya

struktural

di

jabat

yang

satu

oleh

pejabat

sisi

harus

menjalankan tugas pokoknya menjadi

Masihkah

eksis

atau

ada

kehendak

mungkin

sebenarnya

justru
tidak

menginginkan adanya BPSK.
b. Keuangan

kendala bagi proses persidangan.

Sebagai lembaga yang belum lama

Anggota Sekretariat

dibentuk danbelum memiliki saran dan
penopang

prasarana yang memadai, dana menjadi

administrasi dalam operasional BPSK

faktor yang sangat penting dalam

memiliki peranan yang sangat penting.
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016

menunjang operasional BPSK. Untuk
303

Sekretariat

sebagai

yang

sehingga

dalam

berkualitas BPSK masih memerlukan

menuntut

hal-hal

dana

untuk

rasional. Dalam situasi seperti ini

peningkatan kualitas SDM, penyediaan

pengadu sulit diberi pengertian

sarana dan prasarana termasuk buku-

tentang kedudukan dan tuntutan

buku perpustakaan.

yang

meningkatkan

pelayanan

tambahan

diantaranya

terpenuhinya

prasarana

kantor

yang

sesuai

tidak

peraturan

perundangan yang berlaku.

c. Sarana dan Prasarana
Belum

rasional

pengaduan

saran

menjadi

dan

4) Pengadu

telah

provokasi

kendala

mendapatkan

dari

pendampingnya

tersendiri dalam menjalankan tugas dan

(misal: LPKSM) sehingga didalam

wewenang BPSK. Dengan pinjaman

pikirannya telah tertanam bahwa

gedung bekas gedung Transito oleh

BPSK dapat membela Pengadu

Pemerintah

tanpa

Kota

Surakarta

sangat

diperlukan

penunjangnya

perlengkapan

berupa

melakukan

kewajiban yang semestinya.

mendukung operasional BPSK, namun
masih

pengadu

5) Pengadu tidak menuturkan kejadian
yang

mebelardan

sebenarnya,

menyembunyikan

perlengkapan kantor yang lain.

bukti

bahkan
yang

melemahkan pengadu. Hal lni akan

d. Penanganan Sengketa
Hambatan dalam menerima pengaduan

menghambat

Dalam menerima pengaduan sering

penyelesaian sehingga apa yang

ditemukan

diharapkan pengadu tidak tercapai.

permasalahan

atau

hambatan-hambatan diantaranya:
1) Kesulitan

Pengadu

dalam

proses

6) Pengadu tidak memiliki bukti yang
cukup sebagai bukti awal.

mengisi

7) Pengadu tidak dapat memberikan

formulir
2) Kesalahan
terhadap

persepsi

Pengadu

alamat Pelaku Usaha yang lengkap

BPSK.

Pengadu

dan jelas sehingga menghambat

sebagai

dalam pemanggilan Pelaku Usaha.

menganggap

BPSK

lembaga perlindungan konsumen

Hambatan dalam pemanggilan Pelaku

yang akan membela Pengadu untuk

Usaha

mengabulkan seluruh tuntutannya.

Pemanggilan kepada Pelaku Usaha tidak

3) Emosi

kemarahan

Pengadu

selamanya lancar. Ada kalanya menemui

terhadap tindakan Pelaku Usaha

hambatan, antara lain:

mengakibatkan

- Alamat Pelaku Usaha tidak jelas

Pengadu

merasa

benardan Pelaku Usaha bersalah
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016

sehingga

panggilan

tidak

sampai
304

tujuan, apalagi kalau domisili Pelaku

panggilan tanpa alasan dan tanpa

Usaha di luar kota.
- Pelaku

Usaha

3) Pelaku Usaha tidak memenuhi

menolak

panggilan

tindakan apapun. Karena BPSK

dengan tidak mau menerima panggilan

tidak memiliki kewenangan untuk

Menurut Undang Undang Perlindungan

memanggil dengan paksa, maka

Konsumen, apabila Pelaku Usah tidak

apabila terjadi masalah semacam

memenuhi panggilan, maka BPSK bisa

ini

meminta

penyelesaian sengketa konsumen.

penyidik

polisi

untuk

tidak

bisa

melanjutkan

memanggil dengan paksa. Akan tetapi
pada kenyataannya hal tersebut tidak

Kesimpulan

dapat

Pembahasan dan penelitian yang telah di

dilaksanakan

karena

dari

kepolisian belum ada prosedur tetapnya

lakukan dapat diambil kesimpulan sebagai

tentang hal itu, sehingga polisi tidak

berikut:

bisa menindaklanjuti.

a. Eksistensi

Badan

Penyelesaian

1) Ada beberapa alasan Pelaku Usaha

Sengketa Konsumen (BPSK) Kota

tidak memenuhi panggilan, antara

Surakarta dalam hal ini adalah sangat

lain

telah

besar karena dengan mengetahui dalam

disepakati bahwa apabila terjadi

penyelesaian kasus dari tahun ke tahun

sengketa

di

meningkat dapat diketahui bahwa sejak

Pengadilan Negeri. Apabila dalam

dilantiknya BPSK dengan sekretariat

perjanjian juga disebutkan adanya

pada 10 Mei 2011 telah menangani 16

penyelesaian dengan musyawarah

kasus. Pada sepanjang tahun 2012

mufakat,

Usaha

BPSK telah menangani penyelesaian

musyawarah

sengketa sebanyak 30 kasus. Tahun

dalam

perjanjian

akan

diselesaikan

Pelaku

menghendaki

dilakukan di kantor Pelaku Usaha

2013

dan bukan di tempat lain (tempat

penyelesaian sengketa sebanyak 26

netral).

kasus. Sebagai badan yang baru dalam

2) Pelaku Usaha tidak memenuhi

BPSK

telah

manangani

penyelesaian sengketa konsumen di

penggilan tetapi langsung bertindak

Kota

menghubungi

menunjukkan kinerja yang eksis dalam

konsumen

untuk

menyelesaikan sengketanya. Pelaku
Usaha jenis ini biasanya meminta
konsumen

untuk

mencabut

pangaduannya.
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016

Surakarta

BPSK

sudah

kegiatannya.
b. Hambatan-hambatan
Penyelesaian

Sengketa

Badan
Konsumen

(BPSK) dalam penyelesaian sengketa
305

Konsumen antara lain sumber daya
manusia dalam anggota BPSK dan
anggota sekretariat, keuangan, sarana
dan prasarana, penanganan sengketa.

DAFTAR PUSTAKA
Brotosusilo, Agus. Instrumen Aspek aspek
Perlindungan daam Sistem Hukum
di Indonesia, Jakarta: Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia,
1997.
Faudy, Munir, Pengantar Hukum Bisnis.
Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002.
Poerwodarminto, WJS, Kamus Umum
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 1984.
Soemitro, Irma Setyowati, Aspek Hukum
Perlindungan Anak. Jakarta: Bumi
Aksara, 2001.
Indonesia,
Undang-undang
Tentang
Kesehatan, UU No. 23 Tahun 1992.
Indonesia,
Undang-undang
Tentang
Pangan, UU No. 7 LN No. 99
Tahun 1996, TLN No. 3636.
Indonesia,
Undang-undang
Tentang
Perlindungan Konsumen, UU No. 8
LN No. 42 Tahun 1999, TLN NO.
3821.

Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang
Badan Perlindungan Konsumen
Nasional, PP No. 57 Tahun 2001,
LN No. 102 Tahun 2001, TLN
4125.
Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang
Pembinaan
dan
Pengawasan
Penyelenggaraan
Perlindungan
Konsumen, PP No. 58 Tahun 2001,
LN No. 103 Tahun 2001, TLN
4126.
Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang
Lembaga Perlindungan KOnsumen
Swadaya Masyarakat, PP No. 59
Tahun 2001, LN No. 104 Tahun
2001, TLN 4127.
Indonesia, Keputusan Presiden tentang
Pembentukan Badan Penyelesaian
Sengekta Konsumen (BPSK) pada
Pemeirntah Kota Medan, Kota
Palembang, Kota Jakarta Pusat,
Kota Jakarta Barat, Kota Bandung,
Kota Semarang, Kota Yogyakarta,
Kota Malang, kota Surabaya dan
Kota Makasar, Keppres No. 90
Tahun 2001, LN No. 105 Taun
2001.
Makalah yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jendral
Standarisasi
dan
Perlindungan
Konsumen
Kementrian
Perdagangan
RI
mengenai Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen (BPSK).

Indonesia,
Undang-undang
Tentang
Perlindungan Anak, UU No. 23 LN
No. 109 Tahun 2002, TLN NO.
4235.

Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016

306