KUALITAS DAN PENDIDIKAN KONSELOR Makalah

KUALITAS DAN PENDIDIKAN KONSELOR
(Makalah Disajikan dalam Seminar Kelas)
Oleh: M. Khuzaifah, Aidya Husna, Devi Silvia Klara, Muhibbah
Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam IAIN Langsa
ABSTRAK
Kualitas kepribadian dan kualifikasi pendidikan, pengetahuan, serta penguasaan atas
berbagai teori dan teknik konseling, merupakan modal utama yang harus dimiliki oleh
seorang konselor. Dua modal tersebut sangat menentukan efektifitas dan keberhasilan
aktifitas konseling. Kualitas konselor adalah semua kriteria keunggulan termasuk pribadi,
pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan nilai-nilai yang dimiliki konselor, yang akan
menentukan keberhasilan (efektivitas) proses bimbingan dan konseling.
PENDAHULUAN
Aktivitas bimbingan dan konseling, pada dasarnya merupakan interaksi timbal-balik,
yang di dalamnya terjadi hubungan saling mempengaruhi antara konselor sebagai pihak yang
membantu dan klien sebagai pihak yang dibantu. Konselor diasumsikan sebagai pribadi yang
akan membimbing konseli dalam mencapai tujuan tertentu, maka dalam relasi ini sangat
dibutuhkan adanya kapasitas tertentu yang harus dimiliki oleh seorang konselor. Kapasitas
tertentu inilah yang menentukan kualitas konselor.
Masih banyak orang yang memandang bahwa pekerjaan bimbingan dan konseling
dapat dilakukan oleh siapa juga, asalkan mampu berkomunikasi dan berwawancara.
Pelayanan bimbingan dan konseling tidak semata-mata diarahkan kepada pemecahan masalah

saja, tetapi mencakup berbagai jenis layanan dan kegiatan yang mengacu kepada terwujudnya
fungsi-fungsi yang luas. Berbagai jenis bantuan dan kegiatan itu menuntut adanya unjuk kerja
profesional tertentu, yang mana rumusan unjuk kerja profesional itu mengacu kepada
wawasan dan keterampilan yang hendaknya dapat ditampilkan oleh para lulusan program
studi bimbingan konseling.
PEMBAHASAN
A.

Kualitas Konselor
Willis Sofyan S (2007:79) menjelaskan kualitas konselor adalah semua kriteria

keunggulan termasuk pribadi, pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan nilai nilai yang
dimiliki konselor, yang akan menentukan keberhasilan (efektivitas) proses bimbingan dan
konseling. Salah satu kualitas yang kurang dibicarakan adalah kualitas pribadi konselor, yang
1

2

menyangkut segala aspek kepribadian yang amat penting dan menentukan efektivitas
konseling.

Efektivitas proses konseling akan sangat dipengaruhi oleh besar modal yang dimiliki
oleh kon selor. Modal ini meliputi dua aspek, yaitu aspek personal dan profesional. Modal
personal adalah hal- hal yang menyangkut kualitas kepribadian yang dimiliki oleh konselor,
sementara modal profesional lebih mengarah pada persoalan kualifikasi pendidikan,
pengetahuan, serta penguasaan konselor atas berbagai teori dan teknik konseling. modal
personal dapat dimaknai sebagai kecerdasan emosional dan spiritual, sementara modal
profesional lebih berorientasi pada intelektualitas (kecerdasan intelektual).
Samsul Munir Amin (2010:269) menjelaskan bahwasannya kriteria atau ciri
kepribadian konselor secara islami meliputi:
1. Konselor harus menjadi cermin bagi klien, keberhasilan (efektivitas) bimbingan dan
konseling terletak pada sejauh mana seorang konselor dapat menanamkan nilai
(sikap dan perilaku) pada klien. Persoalannya adalah bagaimana hal itu bisa
dilakukan? Prinsipnya adalah keteladanan.
2. Konselor islami hendaklah orang yang menguasai materi khususnya dalam masalah
keilmuan agama Islam, sehingga pengetahuannya mencakupi dalam hal-hal yang
berkaitan dengan masalah keagamaan.
3. Konselor islami hendaklah orang yang mengamalkan nilai-nilai agama Islam
dengan baik dan konsekuen.
4. Konselor islami hendaknya menguasai metode dan strategi yang tepat dalam
menyampaikan bimbingan dan konseling kepada klien, sehingga klien dengan tulus

akan menerima nasehat konselor.
5. Konselor islami memiliki pribadi yang terpuji sebagai teladan dalam perilaku baik
di tempatnya bekerja maupun di luar tempat bekerja.
6. Konselor islami hendaknya menguasai bidang psikologi secara integral, sehingga
dalam tugasnya melaksanakan bimbingan dan konseling akan dengan mudah
menyampaikan nasihat dengan pendekatan psikologi.
Sementara itu, ABKIN (Asosiasi Profesi Bimbingan dan Konseling Indonesia)
merumuskan bahwa salah satu komponen standar kompetensi yang harus dijiwai dan dimiliki

3

oleh konselor adalah mengembangkan pribadi dan profesionalitas secara berkelanjutan, yang
di dalamnya meliputi:
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat.
3. Memiliki kesadaran diri dan komitmen terhadap etika profesional.
4. Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat tugas dan secara eksternal
antarprofesi.
5. Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling.
Dalam konteks bimbingan dan konseling kualitas pribadi konselor dalam hal sikap dan

perilaku sehari-hari akan menjadi modal utama dan pertama dalam menjalankan bimbingan
dan konseling yang efektif. Hal itu terjadi karena hanya dengan kualitas pribadi yang
tinggilah setengah tujuan konseling akan tercapai, setengah yang lainnya ditentukan oleh
teknik yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya kualitas pribadi yang
harus dimiliki oleh konselor.
B.

Pendidikan Konselor
Untuk bisa memenuhi standar kompetensi konselor yang telah dipaparkan di atas,

diperlukan model pendidikan profesional konselor yang terintegrasi, artinya penyelenggaraan
program pendidikan S-1 Bimbingan dan Konseling terintegrasi dengan program pendidikan
profesi konselor (PPK). LPTK yang diberikan izin menyelenggarakan pendidikan S-1
Bimbingan dan Konseling dan memiliki peringkat Akreditasi minimal B dilakukan evaluasi,
bila layak dari aspek ketenagaan, infrastruktur, dan manajemen pengelolaan secara langsung
diberikan wewenang

untuk

menyelenggarakan PPK. Dengan demikian, para guru


pembimbing (guru BK) di sekolah-sekolah yang memiliki kualifikasi akademik S-1
Bimbingan dan Konseling dapat mengikuti PPK di LPTK terdekat, sehingga harapan
sebagaimana yang diatur di dalam pasal 2 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Konselor, segera bisa diwujudkan.
Pendidikan S-1 Bimbingan dan Konseling di tanah air saat ini diselenggarakan secara
terpisah dengan Pendidikan Profesi Konselor (PPK) oleh beberapa LPTK atas izin dari
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional, dan dilakukan

4

akreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). Kurikulum
pendidikan S-1 Bimbingan dan Konseling yang dikembangkan berdasarkan Kepmendiknas
Nomor 232/U/2000 dan Nomor 045/U/2002 yang mengacu kepada konsep pendidikan tinggi
abad XXI UNESCO, yang semula disusun dan ditetapkan oleh pemerintah lewat sebuah
Konsorsium (Kurikulum Nasional), diubah menjadi kurikulum inti yang disusun oleh
perguruan tinggi bersama dengan pemangku kepentingan dan kalangan profesi, dan
ditetapkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan.
Pendidikan Profesional Konselor menerima mahasiswa dari lulusan SMA dan atau

sederajat. Pendidikan ini diselenggarakan dengan beban minimal 144 SKS, dan maksimal
160 SKS berdasarkan Kepmendiknas Nomor 232/U/2000 dan Nomor 045/U/2002, dengan
masa studi antara 4-4,5 tahun. Kurikulum ditetapkan oleh LPTK masing-masing yang
pengembangannya dilakukan dengan melibatkan Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Indonesia (ABKIN) dan pemangku kepentingan, dengan menggunakan paradigma KBK
(Kurikulum Berbasis Kompetensi). Pendekatan pembelajaran menggunakan Students
Centered Learning (SCL) yang ditunjang dengan metode:
1. Small Group Discussion.
2. Role-Play & Simulation.
3. Case Study.
4. Discovery Learning.
5. Self-Directed Learning.
6. Cooperative Learning.
7. Collaborative Learning.
8. Contextual Instruction.
9. Project Based Learning.
10. Problem Based Learning and Inquiry.
Dosen pengampu mata kuliah adalah para dosen profesional yang memenuhi tuntutan
pasal 1 ayat (2) dan pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen. Para dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan yang bertugas

melakukan

transformasi,

mengembangkan,

dan

menyebarluaskan

IPTEKS

melalui

pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, yang memiliki kompetensi

5

pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial, serta mampu mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.

Lulusan Program S-1 Bimbingan dan Konseling dapat langsung mengikuti PPK selama
2 (dua) semester. Kurikulum PPK ditetapkan oleh LPTK, yang pengembangannya melibatkan
ABKIN dan pemangku kepentingan. PPK memberikan pengalaman belajar bagi para
mahasiswa berupa kemampuan dalam menerapkan kompetensi akademik yang diperolehnya
pada program S-1 Bimbingan dan Konseling. Lulusan PPK dianugrahi Sertifikat keahlian
Bimbingan dan Konseling sebagai Konselor profesional, dengan sebutan Konselor (Kons).
Konselor adalah sosok

profesional dalam bidang bimbingan dan konseling yang ahli

memberikan pelayanan bimbingan dan konseling baik pada lembaga pendidikan formal
maupun di masyarakat. Konselor yang praktik di masyarakat harus mendapatkan izin praktik
dari ABKIN sebagai organisasi profesi Bimbingan dan Konseling.
Prayitno (2004:340) mengemukakan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling adalah
suatu profesi yang dapat memenuhi ciri-ciri dan persyaratan sebagai profesi. Pengembangan
profesi bimbingan dan konseling antara lain melalui; standardisasi unjuk kerja profesional
konselor, standarisasi penyiapan konselor, akreditasi, stratifikasi dan lisensi, serta
pengembangan organisasi profesi.
KESIMPULAN
Kualitas konselor menyangkut dua hal, yaitu; personal yang merupakan hal-hal yang

menyangkut kualitas kepribadian yang dimiliki oleh konselor, yang dapat dimaknai sebagai
kecerdasan emosional dan spiritual, dan profesional yang merupakan hal yang lebih
mengarah pada persoalan kualifikasi pendidikan, pengetahuan, serta penguasaan konselor
atas berbagai teori dan teknik konseling, yang lebih berorientasi pada intelektualitas
(kecerdasan intelektual).
Penyelenggaraan program pendidikan S-1 Bimbingan dan Konseling terintegrasi
dengan program pendidikan profesi konselor (PPK). LPTK yang diberikan izin
menyelenggarakan pendidikan S-1 Bimbingan dan Konseling dan memiliki peringkat
Akreditasi minimal B, dilakukan evaluasi, bila layak dari aspek ketenagaan, infrastruktur,
dan manajemen pengelolaan secara langsung diberikan wewenang untuk menyelenggarakan
PPK.

6

DAFTAR RUJUKAN
Hartono. 2011. Program Pendidikan Profesional Konselor masa Depan dan Tantangan di Era
Globalisasi, Jurnal PPB. Vol. 12. No. 2. Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Mukhsinul Fuad. 2009. Kualitas Pribadi Konselor: Urgensi dan Pengembangannya, Jurnal
Dakwah dan Komunikasi, Vol.3 No.2. Jurusan Dakwah STAIN Purwokerto.
Prayitno, Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka

Cipta
Samsul Munir Amin. 2010. Bimbingan Konseling Islam, Jakarta: Amzah
Willis Sofyan S. 2007. Konseling Individual Teori dan Praktek, Bandung: Alfabeta