LAPORAN PRAKTIKUM DAN SEDIMEN INDONESIA

LAPORAN PRAKTIKUM

SEDIMENTOLOGI

Dilaksanakan dan disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti responsi praktikum
mata kuliah Sedimentologi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Jenderal Soedirman

Oleh :
Nama
NIM
Kelompok
Asisten

: Haji Mustakin
: H1K013006
: 8 (Delapan)
: Sopyan Winarya

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SEDIRMAN

PURWOKERTO
2016
i

DAFTAR ISI
halaman
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................................vi
I.

PENDAHULUAN...........................................................................................................1

1.1.

Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2.


Tujuan.......................................................................................................................2

II.

TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................3

2.1.

Sedimentasi..................................................................................................................3

2.2.

Parameter Geologi Laut...............................................................................................4

2.3.

Batuan Metamorf.........................................................................................................6

2.4.


Segara Anakan.............................................................................................................7

III.

MATERI METODE.....................................................................................................9

3.1.

Materi...........................................................................................................................9

3.1.1.

Alat...........................................................................................................................9

3.1.2.

Bahan........................................................................................................................9

3.2.


Metode.......................................................................................................................10

3.2.1.

Analisis besar butir sedimen...................................................................................10

3.2.2.

Identifikasi Batuan.................................................................................................10

3.3.

Waktu dan Tempat.....................................................................................................10

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................11

4.1.


Hasil...........................................................................................................................11

4.2.

Pembahasan................................................................................................................12

V. KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................18
5.1.

Kesimpulan................................................................................................................18

5.2.

Saran...........................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................19
ii

LAMPIRAN..........................................................................................................................21


DAFTAR TABEL
Tabel 1. Alat dan kegunaannya ..........................................................................................9
Tabel 2. Bahan dan Kegunaanya ........................................................................................9
Tabel 3. Data Analisa Besar Butir Sedimen Kelompok 8 .................................................11
Tabel 4. Jenis Batuan Metamorf ........................................................................................11

iii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Presentasi analisis besar butir sedimen stasun 8 ..........................................12
Gambar 2. Presentasi analisis besar butir sedimen stasiun 7 .........................................12
Gambar 2. Presentasi analisis besar butir sedimen stasiun 6 .........................................13
Gambar 2. Presentasi analisis besar butir sedimen stasiun 5 ..........................................13
Gambar 2. Presentasi analisis besar butir sedimen stasiun 4 ..........................................14
Gambar 2. Presentasi analisis besar butir sedimen stasiun 2 ..........................................14

iv

DAFTAR LAMPIRAN


v

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Sedimentologi sebagai salah satu
komponen penilaian dalam mata kuliah yang bersangkutan. Dalam kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tim Dosen pengajar mata kuliah Sedimentologi yang telah memberikan
petunjuk dalam kegiatan praktikum.
2. Seluruh asisiten praktikum Sedimentologi yang telah memberikan arahan dan
petunjuk selama berlangsungnya kegiatan praktikum.
3. Semua pihak yang telah membantu penulis sehingga laporan ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan
ini bermanfaat bagi kita semua.

Purwokerto, 18 Mei 2016


Penulis

vi

I.
I.1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari sedimen atau endapan (Wadell, 1932)

dalam Santosa, 2013). Sedangkan sedimen atau endapan pada umumnya diartikan sebagai
hasil dari proses pelapukan terhadap suatu tubuh batuan, yang kemudian mengalami erosi,
tertansportasi oleh air, angin, dll, dan pada akhirnya terendapkan atau tersedimentasikan.
Sedimentasi

adalah


suatu

proses

pengendapan

material

yang

ditransport

oleh

media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Sedangkan batuan sedimen adalah
suatu batuan yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi, baik secara mekanik maupun
secara kimia dan organik.
Secara mekanik Terbentuk dari akumulasi mineral-mineral dan fragmen-fragmen
batuan. Faktor-faktor yang penting antara lain, Sumber material batuan sedimen. Sifat dan
komposisi batuan sedimen sangat dipengaruhi oleh material-material asalnya. Komposisi

mineral-mineral batuan sedimen dapat menentukan waktu dan jarak transportasi, tergantung
dari prosentasi mineral-mineral stabil dan nonstabil.
Lingkungan pengendapan secara umum lingkungan pengendapan dibedakan dalam
tiga bagian yaitu, lingkungan pengendapan darat, transisi dan laut. Ketiga lingkungan
pengendapan ini, dimana batuan yang dibedakannya masing-masing mempunyai sifat dan
ciri-ciri tertentu. Pengangkutan (transportasi), media transportasi dapat berupa air, angin
maupun es, namun yang memiliki peranan yang paling besar dalam sedimentasi adalah
media air. Selama transportasi berlangsung, terjadi perubahan terutama sifat fisik materialmaterial sedimen seperti ukuran bentuk dan roundness.

1

Dengan adanya pemilahan dan pengikisan terhadap butir-butir sedimen akan
memberi berbagai macam bentuk dan sifat terhadap batuam sedimen. Pengendapan terjadi
bilamana arus/gaya mulai menurun hingga berada di bawah titik daya angkutnya. Ini biasa
terjadi pada cekungan-cekungan, laut, muara sungai, dan lain lain.
I.2.

Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :


1.

Mahasiswa mampu mengetahui cara penentuan ukuran butir sedimen

2.

Mahasiswa dapat mengenali dan mengelompokan ukuran butir sedimen

3.

Mahasiswa dapat mengidentifikasi batuan metamorf.

2

II.
II.1.

TINJAUAN PUSTAKA

Sedimentasi
Sedimentologi merupakan istilah yang diusulkan pada tahun 1932 oleh

Wadel, dan memilki arti sebagai suatu ilmu yang mempelajari sedimen.

H.A.

Istilah ini

ditujukan pada lapisan kerak bumi yang telah mengalami proses transportasi. Kata sedimen
berasal dari bahasa latin, yaitu Sedimentum yang artinya pengendapan. Sebagaimana yang
digunakan oleh banyak orang, sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari hanya sedimen
(endapan) modern. Jika didefinisikan dalam arti lebih sempit, sedimentologi meliputi
proses sedimentasi, suatu ilmu yang mempelajari proses sedimentari (Friedman dan Sander,
1978 dalam Rifardi, 2012).
Kemudian, sedimentologi tergolong ke dalam cabang geologi baru dan dapat
disebut sebagai bidang untuk kelahirannya adalah mengeksplorasi dan mengorganisir
tingkatan lingkungan pengendapan yang menyusun masalah-masalah geologi. Selanjutnya
dijelaskan, sejalan dengan pertambahan umur lapisan bumi, sedimen dapat mengungkapkan
masalah-masalah dan gambaran umum tentang kondisi lingkungan yang berlaku saat
terjadinya proses pengendapan tersebut. Hasil penelitian tentang sedimen modern telah
membuktikan banyak manfaat dalam pengungkapan fenomena yang telah terjadi pada
periode pengendapan dan pengaruh aktivitas manusia dan alam terhadap fenomena ini
Rifardi, 2012).
Sedimen merupakan hasil dari proses pengendapan bahan-bahan di alam yang
biasanya dipengaruhi oleh agen transportasi dan lingkungannya, sedangkan sedimentasi
adalah proses pengendapan sedimen di alam yang dipengaruhi oleh agen transportasi
seperti angin, gelombang, arus, dan lingkungan pengendapannya. Sedimentasi akan
3

dominan terjadi apabila kekuatan arus atau gaya dari agen transportasi mulai menurun
sehingga berada di bawah titik daya angkutnya, maka bahan-bahan yang berada dalam
suspensi akan mulai terendapkan. Kecepatan pengendapan suatu bahan tergantung dari
ukuran dan beratnya, sehingga umumnya bahan-bahan yang kasar terlebih dahulu
terendapkan menyusul bahan yang halus

(Suhendar, 1979 dalam Anwar, 2005).

Sedangkan menurut Pipkin (1977) dalam Kalay (2009) sedimen merupakan susunan
pecahan, mineral, atau material organik yang ditransforkan dari berbagai sumber dan
terendapkan.
Laut menerima bermacam-macam materi yang larut dan padat dari sumber–sumber
yang berbeda. Sedimen laut dalam didominasi oleh tiga komponen: kalsium karbonat,
silika, dan mineral lempung. Jumlah komponen pada partikel sedimen yang tenggelam
berbeda jika dibandingkan pada partikel sedimen pada permukaan. Komponen sedimen ini
didominasi oleh bahan organik yang menjadi jaringan tubuh tumbuhan dan hewan laut,
hanya sedikit yang membentuk tulang dari kalsium karbonat dan silika (Epimadya, 2002).
Ditinjau dari segi asal usulnya, sedimen laut berasal dari pasokan air sungai yang
membawa material anorganik (mineral) maupun senyawa organik.

Aliran air dari

perkotaan juga membawa jenis material yang berasal dari limbah rumah tangga, industri,
dan transportasi. Material-material tersebut akan menuju kelaut dan pada akhirnya suatu
saat akan mengendap sebagai sedimen (Rustiah, 2002).
II.2.

Parameter Geologi Laut
Sedimen pantai berasal dari sumber yang bervariasi, termasuk erosi tebing, sungai,

gunung berapi, terumbu karang, kerang laut, kenaikan muka laut pada periode Holosen, dan
kanibalisasi deposit pantai purba. Sifat dari sumber dan jenis serta intensitas erosi, proses
transportasional dan proses deposisional di daerah pesisir menentukan jenis bahan yang
4

membentuk pantai. Pada gilirannya, karakteristik sedimen sangat mempengaruhi morfologi
dan proses-proses yang ada di pantai ( Schwartz, 2005).
Partikel-partikel individual dari sedimen dapat dipindahkan dalam tiga cara yang
berbeda: (a) traction (menggelinding / meluncur, misalnya secara konstan mengadakan
kontak dengan dasar perairan); (b) saltation (melompat, misalnya kontak yang hanya
sebentar); dan (c) dalam suspensi (tidak ada kontak dengan dasar perairan; klasifikasi
berdasarkan beban sedimen antara lain bedload, saltation load dan suspension load.
Pergerakan massa subaquaeous sedimen, contohnya aliran gravitasi-sedimen, kekeruhan,
runtuhnya bebatuan dan longsor (slump). Pergerakkan massa sedimen dipengaruhi oleh
gravitasi. Terdapat emat tipe yang dibedakan berdasarkan dukungan internal sedimen
dalam arus; (a) aliran debris: butiran sedimen didukung oleh campuran pekat antara air dan
tanah liat dengan kohesi yang terbatas; (b) aliran sedimen yang difluidisasi (pasir yang
lembek): butiran didukung oleh pori cairan dalam sedimen (sebagai hasil dari aliran ke atas
cairan), menyebabkan sedimen bergerak ke bawah lereng sebagai daya tarik dasar; (c)
aliran butiran : sedimen didukung oleh interaksi antar butiran yang lansung; (d) kekeruhan:
sedimen didukung oleh arus yang bergolak (turbulent) (Baretta-Bekker et al., 1998).
Tekstur sedimen adalah mikrogeometri dari sedimen, ditentukan oleh ukuran butir
dan bentuk serta susunan butir. Ukuran butir partikel sedimen merupakan ciri utama yang
diunakan dalam mengklasifikasikan sedimen lithogenous. Liat berukuran lebih kecil dari
2µm; silt berukuran antara 2-64 µm; pasir berukuran antara 64 µm – 2 mm; granula
berukuran antara 2 – 4 mm; kerikil gravel berukuran antara 4 mm – 6 cm; cobble berukuran
antara 6 – 25 cm; dan boulder berukuran lebih dari 25 cm. Distribusi ukuran butir adalah
persentase (dengan bobot atau menghitung) partikel dari setiap fraksi ukuran butir.
Distribusi ukuran butir adalah ukuran dari energi media pengendapan dan energi cekungan
5

pengendapan. Secara umum, sedimen kasar yang ditemukan di lingkungan memiliki energi
tinggi dan sesimen yang lebih halus ditemukan di lingkungan yang memiliki energi rendah.
Ketersediaan butiran dari berbagai ukuran sangat menentukuan validitas ukuran (BarettaBekker et al., 1998).
Daerah beriklim tropis, pantai biasanya terdiri dari butiran kuarsa dan feldspar yang
berasal dari pelapukan batuan terestria;. Umumnya, mineral yang padat (mineral berat)
yang spesifik juga ditemukan dalam persentase kecil. Banyak panati yang memiliki fraksi
kalsium karbonat dari pecahnya cangkang, konsentrasi foraminifera, dan terumbu karang
terdekat. Contohnya di Pulau Hawaii, pasir pantai dapat berwarna hitam, hijau atau putih.
Pasir hitam berasal dari erosi lava yang memadat dan dekomposisi dari lava panas yang
mengalir ke laut; pasir hijau berasal dari mineral olivin, yang terkristalisasi ketika magma
mendingin; dan pasir putih berasal dari kalsium karbonat. Walaupun pantai kalsium
karbonat biasanya berhunungan dengan daerah tropis, pantai-pantai di iklim yang berbeda
pun juga memiliki fraksi cangkang yang banyak (Schwartz, 2005).
II.3.

Batuan Metamorf
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat proses

perubahan temperatur dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat
bertambahnya temperatur dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tektur dan
strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula.
Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu
lempung. Batu marmer yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang
merupakan perubahan dari batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya

6

terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses
pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi (Endarto, 2005).
Menurut H. G. F. Winkler (1967) dalam Firdaus (2011) , metamorfisme adalah
proses yang mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap
kondisi fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda dengan
sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa. Proses metamorfosa
terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair, dengan temperatur 200oC – 6500C.
Menurut Grovi (1931) dalam Firdaus (2011) perubahan dalam batuan metamorf adalah
hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk kristal-kristal baru,
begitupula pada teksturnya.
Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan
berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf) Mereka
terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya
serta tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut
magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma dan
batuan yang bersuhu tinggi.Penelitian batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan
bumi akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga
mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.Tekstur merupakan
kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan orientasi butir mineral
individual penyusun batuan metamorf (Jackson, 1970).
II.4.

Segara Anakan
Segara Anakan merupakan sebuah teluk dibagian selatan Pulau Jawa. Didepannya

membentang sepanjang kurang lebih 30 kilometer arah timur-barat adalah Pulau
Nusakambangan yang membentengi teluk tersebut dari gelombang Samudera Hindia.
7

Kondisi pasang surut dan kadar garamnya masih mencirikan sifat-sifat laut, tetapi
gelombang dan arusnya sudah teredam sehingga menjadi perairan yang tenang. Dengan
kondisi yang demikian, banyak yang menyebut segara anakan sebagai lagoon atau laguna.
Laguna adalah sekumpulan air asin yang terpisah dari laut oleh penghalang yang berupa
pasir, batu karang, atau sejenisnya (Mulyadi, 2009)
Laguna Segara Anakan berhubungan dengan samudera hindia melalui dua
plawangan (kanal) yaitu plawangan timur dan plawangan barat. Plawangan timur lebih
panjang dan dangkal, sedangkan plawangan barat lebih pendek tetapi relatif lebih dalam
sehingga plawangan barat lebih berperan dalam hal interaksi pasang surut air laut (Mulyadi,
2009).
Laguna segara anakan merupakan muara dari tiga sungai yang cukup besar, yaitu
Sungai Citanduy, Sungai Cimeneng, dan Sungai Cibeureum. Laguna tersebut merupakan
suatu kawasan air payau. Dengan keadaan yang seperti di atas memungkinkan vegetasi
mangrove tumbuh dengan subur pada daerah tersebut yang menyebabkan terbentuknya
hutan mangrove di sekeliling pantai laguna yang masih terpengaruh pasang-surut (Mulyadi,
2009)

8

III.

MATERI METODE

III.1. Materi
III.1.1.Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut :
Tabel 1. Alat dan kegunaannya
No
.
1.
2.

Alat
Satu set ayakan
Kuas

3.

GPS

4.

Nampan

5.

Oven

6.

Timbangan analitik

7.

Plastik zip

8.
9.
10.

Ember
Alat tulis
Alumunium foil

11.
12.

Tissue
Gelas ukur

13.

Eckman grab

Kegunaan
Untuk menyaring sampel sedimen
Untuk meratakan sedimen ketika proses
pengayakan
Untuk menentukan titik koordinat tempat
praktikum
Untuk menaruh cawan petri dalam proses
pengeringan
Untuk mengeringkan sampel sedimen basah
setelah diayak
Untuk menimbang sampel setelah melalui
proses pengayakan dan pengeringan
Untuk membungkus sampel sedimen setelah
dikeringkan
Untuk menampung air hasil ayakan
Untuk mencatat data
Untuk membungkus sampel sedimen ketika
dioven
Untuk membersihkan alat
Untuk tempat pengendapan sampel sedimen
yang tercampur air
Untuk mengambil sampel sedimen

III.1.2.Bahan
Tabel 2. Bahan dan Kegunaanya
No
.
1.
2.

Bahan

Kegunaan

Sampel sedimen
Sampel batuan

Bahan yang akan dianalisis
Bahan yang akan diteliti
9

III.2. Metode
III.2.1.Analisis besar butir sedimen
Sedimen

-

Dioven sampai kering
Ditibanng
Dimasukan kedalam saringan bertingkat
Dibilas dengan air dan di ratakan dengan kuas
hingga tersisa sedimen ukuran ≥3.35
Diambil sampel dimasukan kedalam aluminum
foil hingga tidak tersisa
Dioven sampai kering
Dilakukan hal yang sama pada mes size 0.85,
0.425 dan 0.35
Ditimbang kembali dan dibuat persentase berat
dan klasifikasi

Hasil

III.2.2.Identifikasi Batuan
Batuan Metamorf

-

Hasil

-

Diamati warna, tekstur dn struktur
Diukur ukuran dari bagian batu yang terpanjang
dengan penggaris
Identifikasi dengan batuan buku identfikasi
sesuai dengan cirinya
Tentukan nama batuan

III.3. Waktu dan Tempat
Praktikum lapang Sedimentologi Laut dilaksanakan pada tanggal 3-4 Mei 2016 di
perairan sepanjang Laguna Segara Anakan salah satunya Pelawangan Barat, Cilacap. Untuk
identifikasi batuan metamorf dilaksanakan pada tanggal 4-5 Mei 2016 dan analisa besar
butir pada 6 Mei 2016 di Laboratorium Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal Soedirman.
10

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil
Berdasarkan hasil pengambilan sampel lapang diketahui data sebagai berikut yang
disajikan dalam bentuk tabel.
Tabel 3. Data Analisa Besar Butir Sedimen Kelompok 8
Ukuran mesh
sieve shaker
0,850mm (no 20)
0,425 mm (no 40)
0,150 µm (no 100)