PDF ini PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN KEPALA DESA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 19 TAHUN 2011 DI DESA KOTO RENAH KOTA SUNGAI PENUH PROPINSI JAMBI. | Gulo | 1 PB

PENYELESAIAN SENGKETA
PEMILIHAN KEPALA DESA BERDASARKAN
PERATURAN DAERAH NOMOR 19 TAHUN 2011
DI DESA KOTO RENAH KOTA SUNGAI PENUH
PROVINSI JAMBI.

ARTIKEL

Oleh :

VIKTORIANUS GULO
NPM. 1310018412016

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS BUNG HATTA.

2015

1

PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN KEPALA DESA BERDASARKAN

PERATURAN DAERAH NOMOR 19 TAHUN 2011 DI DESA KOTO RENAH
KOTA SUNGAI PENUH PROPINSI JAMBI.
Viktorianus Gulo¹, Sjofjan Thalib¹, Lis Febrianda¹
Program Studi Magister Ilmu Hukum, Pascasarjana Universitas Bung Hatta
e-mail viktor_gulo@rocketamil.com
ABSTRAK
Penyelesaian sengketa pemilihan kepala desa tidak diselesaikan melalui pengadilan, tetapi
diberi kewenangan kepada bupati atau walikota untuk menyelesaikannya berdasarkan
peraturan daerah. pada pemilihan kepala desa di Desa Koto Renah terjadi sengketa yang
diduga terjadi pengelembungan suara. Rumusan masalah : (1) Bagaimanakah mekanisme
pelaksanaan penyelesaian sengketa pemilihan kepala desa di Desa Koto Renah Kota Sungai
Penuh.? (2) Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya sengketa pemilihan
kepala desa di Desa Koto Renah Kota Sungai Penuh.? (3) Bagaimanakah implikasi yang
ditimbulkan dari penyelesaian sengketa pemilihan kepala desa di Desa Koto Renah Kota
Sungai Penuh.? Metode penelitian melalui pendekatan yuridis sosiologis dengan melalui
pengumpulan data studi dokumen dan wawancara mendalam dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian : penyelesaian sengketa dilakukan secara berjenjang dari tingkat badan
permusyawaratan desa (BPD), tingkat kecamatan, tingkat pemerintahan kota. Faktor yang
terjadi adanya intervensi dari wakil walikota, walikota mengulur-ngulur waktu pelantikan
kepala desa, panitia tidak netral, adanya kecurigaan terhadap domisili warga. Implikasi yang

terjadi tidak adanya kepastian hukum, adanya ancaman kepada pejabat pemerintah, terjadinya
perdebatan ditengah masyarakat atas keputusan walikota. dari hasil penelitian tersebut
diharapkan dalam peraturan daerah tersebut diatur mekanisme pengaduan dan diberikan hak
untuk melakukan upaya hukum apabila tidak menerima hasil penyelesaian sengketa tersebut,
panitia harus dari lembaga yang indenpenden, selain itu dapat mengajukan upaya hukum baik
di Pengadilan tatausaha negara maupun di pengadilan negeri.
Kata kunci : Penyelesaian, Sengketa, Peraturan Daerah.
THE RESOLUTION OF QUARREL OF THE VILLAGE CHIEF ELECTION
ACCORDING TO THE REGIONAL REGULATION NUMBER 19 TAHUN 2011 IN
DESA KOTO RENAH KOTA SUNGAI SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI.
Viktorianus Gulo¹, Sjofjan Thalib¹, Lis Febrianda¹
Program Studi Magister Ilmu Hukum, Pascasarjana Universitas Bung Hatta
e-mail viktor_gulo@rocketamil.com

ABSTRACTION
The resolution of quarrel during the election process of village chief is not achieved trough
the legal system but by the authority of regents and mayors according to the regional
regulation. The quarrel during the election process of village chief in Desa Koto Renah
presumed by the exaggeration of the total votes. Formulating the problems (1) How is the
mechanism to achieve the resolution of quarrel done during the election process of village

chief in Desa Koto Renah Kota Sungai Penuh? (2) What are the factors trigger the quarrel
2

during the election process of village chief in Desa Koto Renah Kota Sungai Penuh? Haw is
the implication of the resolution of quarrel during the election process of village chief in
Desa Koto Renah Kota Sungai Penuh? The method of research is using sociological
jurisdiction approach by collecting the data through study document and profound interview
analyzed descriptively. The result of the research : the resolution of the quarrel achieved
gradually from the Village Consultative Body (BPD) level, district level, city government
level. The factors are intervention from the vice-mayor, the mayor lengthen the time to state
the village chief publicly, the unfairness of the committee, the suspiciousness of people
domicile. The implications are the uncertainty of the law, the threat toward government
officers, the quarrel among people in the community concerining the mayor decision.
According to the result of the research what to be expected from the regional regulation are
the regulation concerning the accusation mechanism and the right to seek justice through the
legal system if there is no resolution of the quarrel, the committee should come from the
independent party, in addition the right to seek justice either at Administrative Court or
District Court.
Key words : Resolution, Quarrel, Regional Regulation.
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan


1. Pendahuluan.
Dalam Pasal 18 Ayat (1) Undang-

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23

Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Tahun 1945 dijelaskan bahwa negara

menjelaskan

mengakui dan menghormati satuan-satuan

Republik Indonesia dibagi atas daerah

pemerintahan


provinsi, dan daerah provinsi itu dibagi

daerah

yang

bersifat

bahwa

Negara

Kesatuan

istimewa yang diatur dengan undang-

atas

undang. Selain itu negara mengakui dan


Selanjutnya pada Ayat (2) menjelaskan

menghormati

kesatuan-kesatuan

bahwa daerah kabupaten/kota dibagi atas

masyarakat hukum adat beserta hak-hak

kecamatan dan kecamatan dibagi atas

tradisionalnya sepanjang masih hidup dan

kelurahan dan/atau desa.

daerah

kabupaten


dan

kota.

sesuai dengan perkembangan masyarakat

Selanjutnya dalam Pasal 59 Ayat

dan prinsip Negara Kesatuan Republik

(1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015

Indonesia yang diatur dalam undang-

tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

undang.

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Sehubungan dengan hal di atas

Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa

dalam Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang

setiap
3

daerah

dipimpin

oleh

kepala

pemerintahan daerah yang disebut kepala

tetap menganut asas dalam pelaksanaanya


daerah. Pada Ayat (2) dijelaskan pula

yaitu langsung, umum, rahasia, jujur dan

bahwa

adil.

kepala

daerah

sebagaimana

dimaksud pada Ayat (1) untuk daerah

Dalam

pelaksanaan


pemilihan

provinsi disebut gubernur, untuk daerah

umum (pemilu) di Indonesia tak sedikit

kabupaten disebut bupati, dan untuk

menimbulkan

daerah kota disebut walikota.

Untuk

Lebih lanjut dalam Pasal 1 Angka

berbagai

dapat


permasalahan

permasalahan.

mengatasi
atau

berbagai

sengketa

dalam

2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

pemilihan umum, baik pemilihan legislatif,

tentang Desa dijelaskan bahwa pemerintah

presiden,

desa

pemilihan

adalah

penyelenggara

urusan

kepala

daerah,

maupun

desa

sebagai

kepala

pemerintahan dan kepentingan masyarakat

pemerintahan yang terendah

setempat

pemerintahan

yang terkecil dalam Negara Kesatuan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Republik Indonesia, telah ada mekanisme

Kemudian pada Ayat (3) dijelaskan pula

yang ditentukan terhadap sengketa yang

bahwa pemerintah desa adalah kepala desa

timbul pada pemilihan umum tersebut,

atau yang disebut dengan nama lain

seperti

dibantu perangkat desa sebagai unsur

presiden,

penyelenggara pemerintahan desa.

diselesaikan melalui lembaga Mahkamah

dalam

sistem

Berkaitan dengan itu baik kepala
daerah

yaitu

gubernur,

bupati

sengketa
dan

pemilihan
kepala

di wilayah

legislatif,

daerah

yang

Konstitusi (MK).

atau

Penyelesaian sengketa pemilihan

walikota dipilih melalui pemilihan umum,

kepala desa sendiri berdasarkan Pasal 37

dan hal yang sama juga berlaku pada

Ayat (6) Undang-Undang Nomor 6 Tahun

pemilihan kepala desa. pada pelaksanaan

2014 tentang Desa menjelaskan bahwa dalam

pemilihan kepala daerah tersebut di atas

hal terjadi perselisihan hasil pemilihan kepala
desa, bupati/walikota wajib menyelesaikan
4

perselisihan dalam jangka waktu 30 (tiga

pelaksanaan

pemilihan

puluh) hari.

diselesaikan

secara

Sehubungan dengan hal tersebut,

Penyelesaian

maka penyelesaian sengketa pemilihan

kepala

sebagaimana

desa

berjenjang.
dimaksud

dalam Pasal 43 dilaksanakan mulai dari:

kepala desa di Kota Sungai Penuh, telah

a. Desa oleh BPD;

ada

b. Kecamatan oleh Camat; dan

mekanismenya

dalam

Pasal

30

Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2011

c. Daerah oleh Tim Pemerintah

tentang Tata Cara Pemilihan, Pencalonan,

Daerah.

Pengangkatan,

dan

Pelaksanaan pemilihan kepala desa

Pemberhentian Kepala Desa dan Perangkat

di Desa Koto Renah diselenggarakan pada

Desa, yang menjelaskan bahwa penetapan

Bulan September Tahun 2013. Di Kota

calon terpilih kepala desa oleh Badan

Sungai Penuh ada sekitar 44 Desa pada

Permusyawaratan

(BPD)

Bulan Agustus Tahun 2013 yang habis

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29

masa jabatannya. Dari ke 44 Desa tersebut,

paling lama 7 (tujuh) hari terhitung tanggal

pelaksanaannya sebagian besar terjadi

diterimanya laporan hasil pemilihan dari

masalah antara lain adanya kecurangan

panitia

yang

pemilihan.

Pelantikan

Desa

Dalam

Pasal

31

salah

satunya

terjadi

dijelaskan pula bahwa jangka waktu

penggelembungan suara salah satu pihak

penetapan calon terpilih oleh Badan

calon kepala desa. 1

Permusyawaratan

Desa

(BPD)

Terhadap

permasalahan

yang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30

terjadi pada pemilihan kepala desa di Desa

dapat ditunda, apabila hasil pemilihan

Koto Renah telah ada pengaduan baik di

kepala desa bermasalah.

pihak calon kepala desa terpilih maupun

Selanjutnya Pasal 43 menjelaskan
1

Jambiupdate, Pilkades Sejumlah Desa
Bermasalah,
http/jambi
update.com/artikelpilkades-sejumlah- desa- bermasalah. html. diakses
tanggal 14 Januari 2014.

bahwa pelanggaran yang terjadi dalam

5

calon kepala desa yang kalah yaitu dari

Berdasarkan uraian di atas, penulis

pihak kepala desa yang kalah menuntut

tertarik untuk mengetahui bagaiamana

untuk

ulang.

sebenarnya penyelesaian sengketa di Desa

Sedangkan di pihak kepala desa terpilih

Koto Renah tersebut, maka permasalahan

menuntut

yang perlu dibahas dan diteliti adalah

dilakukannya

untuk

pemilihan

segera

dilakukan

pelantikan, tetapi masyarakat Desa Koto

sebagai berikut ;

Renah sendiri tidak mengetahui bagaimana

1. Bagaimanakah mekanisme pelaksanaan

penyelesaian terhadap adanya beberapa

penyelesaian

sengketa

keberatan yang mengakibatkan pelantikan

kepala desa di Desa Koto Renah Kota

kepala desa terpilih tertunda, dimana

Sungai Penuh.?

seharusnya pelantikan Kepala Desa Koto

2. Faktor-faktor

Renah terpilih dilakukan pelantikannya

menyebabkan

pada

pemilihan kepala desa di Desa Koto

Bulan November Tahun 2013.

apa

pemilihan

sajakah

terjadinya

yang

sengketa

Renah Kota Sungai Penuh.?

Namun pelantikan baru terlaksana pada

3. Bagaimanakah

Bulan Juni Tahun 2014, hal ini tentu tidak

implikasi

yang

sesuai dengan ketentuan yang telah diatur

ditimbulkan dari penyelesaian sengketa

dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun

pemilihan kepala desa di Desa Koto

2014 tentang Desa yang menjelaskan

Renah Kota Sungai Penuh.

bahwa walikota dalam jangka waktu 30

Pemilihan kepala desa dilakukan secara

(tiga puluh) hari sudah menyelesaikan

demokratis langsung oleh rakyat melalui

permasalahan yang terjadi pada pemilihan

pemilihan umum, dimana pemilihan umum

kepala desa terhitung pada saat adanya

merupakan

pengaduan.

mengaplikasikan

2. Permasalahan

Pemilihan umum yang diselenggarakan

instrumen

penting

kedaulatan

untuk
rakyat.

dalam pemilihan kepala desa merupakan

6

wujud suatu negara yang demokrasi, dan

perselisihan hasil pemilihan umum, juga

rakyat

sangat penting keberadaannya.2

berhak

pilihannya

untuk

guna

menentukan

memilih

Menurut

sesorang

Rescoue

terdiri

dari

Pound

pemimpin yang diyakininya bisa merubah

masyarakat

kelompok-

kesejahteraan ke arah yang lebih baik.

kelompok dimana di dalamnya sering
di

terjadi konflik antara kepentingan yang

sejak

satu dengan kepentingan yang lainnya,

bergulirnya Reformasi Tahun 1998, namun

tetapi ada suatu kesatuan mendasar di

pelaksanaannya sampai saat ini

belakang konflik itu. Fungsi

Pelaksanaan
Indonesia

demokrasi

telah

terlaksana

tidak

hukum

terlepas dari berbagai sengketa di berbagai

menurut Pound adalah untuk memenuhi

daerah. Menurut Wahyono kemungkinan

peran rekonsiliasi dan untuk menciptakan

terjadinya perselisihan pemilihan umum

keharmonisan

sangat terbuka dalam setiap pelaksanaan

kebutuhan

pemilihan umum di suatu negara, terlebih

Hukum

lagi bagi Bangsa Indonesia yang baru

sosial” yang diarahkan pada tercapainya

menapaki babak baru dalam kehidupan

keharmonisan sosial. 3

berbagai

yang

saling

merupakan

tuntutan

dan

bertentangan.

bentuk

“rekayasa

Adapun Lawrence M. Friedman

berdemokrasi. Oleh karenanya, pada setiap
lembaga

yang menyatakan ada tiga elemen sistem

pengawas dan pemantau pemilihan umum

hukum yang menentukan berfungsinya

guna memperkecil terjadinya kecurangan

atau memfungsikan suatu hukum, yaitu

atau

structure, substance, dan legal culture4.

negara

demokrasi

pelanggaran

terdapat

dalam

pelaksanaan

pemilihan umum. Di samping itu lembaga
2

peradilan

yang

berwenang

Satya Arianto & Ninuk Triyanti, 2011,
Memahami Hukum Dari Konstruksi sampai
Implementasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
hlm 265-266.
3
Achmad Ali & Wiwie Heryani, 2012,
Menjelajah Kajian Empiris Terhadap Hukum,
Kencana Prenanda Media Group, Jakarta, hlm 108.
4
Lawrence M. Freidman, 1975, The Legal
System (A Social Science Perspectiva), Russel Sage

memutus

7

Struktur adalah menyangkut lembaga-

peran sesuai dengan fungsinya, sehingga

lembaga yang berwenang membuat dan

hukum dapat berjalan secara serasi dan

melaksanakan undang-undang (lembaga

seimbang, sesuai dengan fungsinya. 6

pengadilan dan lembaga legislatif). Aspek

3 Pembahasan

kedua, adalah substansi, materi atau

A. Mekanisme Penyelesaian Sengketa

bentuk

dari

peraturan

perundang-

Pemilihan Kepala Desa Di Desa Koto

undangan.

Renah Kota Sungai Penuh.

Aspek ketiga dari sistem hukum

Pada pemilihan Kepala Desa Koto

adalah apa yang disebut sebagai sikap

Renah sendiri dilaksanakan pada tanggal 25

orang terhadap hukum, yaitu menyangkut

Agustus 2013 diikuti oleh dua orang calon
kepala desa atas nama Eva Hariadi dan

kepercayaan akan nilai, pikiran atau ide

Asmardi. Pada pelaksanaan pemilihan kepala

dan harapan mereka. Struktur hukum yang

desa tersebut berdasarkan laporan panitia

baik kalau tidak ditunjang oleh adanya
pelaksana pemilihan kepala desa di Desa Koto

substansi hukum yang baik pula, demikian
Renah, bahwa jumlah pemilih sesuai dengan

pula susbtansi hukum yang baik tidak akan
dirasakan

manfaatnya

kalau

daftar pemilih tetap (DPT) berjumlah 1.250

tidak

(seribu dua ratus lima puluh) orang. Jumlah

ditunjang oleh struktur hukum yang baik.5

pemilih yang menggunakan hak suaranya

Selanjutnya struktur dan susbstansi

berjumlah 932 (sembilan ratus tiga puluh dua)

hukum yang baik tidak akan dapat

orang, sedangkan jumlah suara yang tidak sah

dirasakan

berjumlah 28 (dua puluh delapan) orang.

eksistensinya

kalau

tidak

didukung oleh budaya hukum masyarakat

Atas hasil pemilihan kepala Desa

yang baik pula. Hukum akan berperan

Koto Renah tersebut calon kepala desa

dengan baik manakala ketiga aspek hukum

atas nama Eva Hariadi memperoleh suara

itu saling

sebanyak 455 (empat ratus lima puluh

berinteraksi dan memainkan

lima)

Fundation, New York, Terjemahan M.Khozim,
2013, Nusa Media, Bandung, hlm 6-12
5
Ibid.

suara,
6

8

sedangkan

Asmardi

Sabian Utsman, Op. Cit., hlm. 356-357.

3. Tidak

memperoleh suara sebanyak 449 (empat
ratus

empat

puluh

sembilan)

transparan

panitia

dalam

menetapkan surat suara tidak sah.

suara.

Sehingga dengan hasil tersebut maka oleh

4. Oknum panitia memperlambat masa

badan permusyawaratan desa (BPD) pada

pendukung nomor urut 2 (dua) untuk

tanggal 27 Agustus 2013 mengeluarkan

memilih, atau tidak sesuai prinsip

Surat Keputusan Nomor 06 Tahun 2013

antrian, seharusnya calon pemilih yang

yang isinya menetapkan EVA HARYADI

lebih

RIO sebagai Kepala Desa Koto Renah

undangan

terpilih periode 2014-2019.

dahulu untuk menggunakan hak suara

dahulu

menyerahkan

merekalah

yang

surat
terlebih

(hak pilih) nya.

Terpilihnya Eva Haryadi sebagai
mendapat

5. Panitia tidak netral karena memihak

keberatan dari pihak calon kepala desa atas

kepada nomor urut 1 (satu), dimana

nama Asmardi dengan mengajukan surat

anggota

keberatan terhadap pelaksanaan pemilihan

menyosialisasikan dan menganjurkan

Kepala Desa Koto Renah pada tanggal 31

masyarakat untuk memilih nomor urut

Agustus 2013. Keberatan pihak calon

1 (satu).

Kepala

Desa

Koto

Renah

panitia

secara

aktif

ikut

Sebagaimana ketentuan di atas

kepala desa atas nama Asmardi tersebut
antara lain adalah :7

bahwa penyelesaian sengketa pemilihan

1. Ditemukan beberapa orang pemilih di

kepala

desa

berjenjang

bawah umur

diselesaiakan
mulai

dari

secara
badan

2. Ditemukan pemilih yang berdomisili

permusyawaratan desa, camat ditingkat

dan terdaftar sebagai pemilih di desa

kecamatan dan tingkat pemerintah kota.

lain, tetapi pada hari yang sama ikut

Menanggapi keberatan tersebut oleh Pada

memilih di Desa Koto Renah.

pelaksanaanya

badan

permusyawaratan

desa (BPD) menerima laporan kemudian
7

Ibid.

9

laporan

tersebut

melakukakan

diproses

pemeriksaan

dengan

bahwa penyelesaian sengketa tersebut

terhadap

tidak berhasil dan melimpahkannya ke

beberapa orang yang namanya tertulis
dalam

surat

meliputi

Menindaklanjuti hasil penyelesaian

memeriksa

sengketa ditingkat kecamatan tersebut

kelengakapan administrasi berupa kartu

tingkat pemerintah kota membentuk tim

tanda penduduk, kartu keluarga, kemudian

yang terdiri dari wali kota, wakil walikota,

memanggil

untuk

asisten I, asisten II, badan pemberdayaan

menyampaikan hasil pemeriksaan. Setelah

masyarakat, inspektorat, bagian hukum

tidak berhasil menyelesaikan sengketa

pemerintah kota sungai penuh, kepala

tersebut kemudian melimpahkannya ke

bidang

tingkat Kecamatan Pesisir Bukit.

dilakukan investigasi oleh inspektorat

mengambil

laporan,

yang

tingkat pemerintahan kota.

keterangan,

para

Berkaitan

pihak

dengan

itui

Camat

pemerintahan

dengan

desa.

berpedoman

kemudian

dari

hasil

Pesisir Bukit menindak lanjutinya dengan

pemeriksaan badan permusyawaratan desa

melakukan investigasi dengan memanggil

(BPD) dan hasil pemeriksaan dari camat

kembali beberapa orang yang tertera dalam

pada

surat laporan dan memeriksa kelengkapan

investigasi tersebut kemudian diserahkan

administrasi seperti kertu tanda penduduk

kepada tim yang telah dibentuk untuk

dan kartu keluarga, selain itu memastikan

dibahas

dengan mengecek langsung kelapangan.

keputusan.

Selanjutnya memanggil para pihak, tokoh

B. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan

tingkat

dan

Terjadinya

adat, tokoh agama, tokoh pemuda di Desa

kecamatan.

untuk

Sengketa

Dari

hasil

mendapatkan

Pemilihan

Kepala Desa Di Desa Koto Renah.
Koto Renah dan menyampaikan hasil dari
pemeriksaan

tersebut.

Kemudian

Terjadinya

dari

sengketa

pemilihan

kepala desa di Desa Koto Renah tentunya

proses di tingkat kecamatan disimpulkan

tidak terlepas dari berbagai faktor yaitu
10

adanya intervensi

dari wakil Walikota

Kepala Desa Di Desa Koto Renah
Kota Sungai Penuh.

Sungai Penuh yang memihak kepada salah

Sengketa dalam pemilihan kepala
satu calon kepala desa yang tidak lain
desa di Desa Koto Renah berimplikasi
adalah ajudannya sendiri, kemudian juga
pada
Walikota

Sungai

Penuh

tidak

adanya

kepastian

hukum

mengulurditengah-tengah

masyarakat,

sehingga

mengulur waktu pelantikan kepala desa
sengketa pemilihan kepala Desa Kota
dengan tujuan supaya kepala desa terpilih
Sungai

Penuh

hampir

mengakibatkan

tidak mengarahkan warga untuk tidak
bentrok antara pendukung calon kepala
memilih

calon

legilatif

dari

partai
desa karena penyelesaiannya berlarut-larut

demokrat karena pelaksanaan pemilihan
bahkan sampai berbulan-bulan belum ada
kepala

desa

di

Desa

Koto

Renah
hasil dari penyelesaian sengketa tersebut,

bertepatan pada pemilihan legislatif. Selain
dan yang membuat ketegangan di desa
itu Panitia penyelenggara pemilihan kepala
cukup lama, sampai sekarang. Juga adanya
desa di Desa Koto Renah berpihak kepada
ancaman kepada pejabat di pemerintahan
salah satu calon kepala desa. ini terlihat
Kota Sungai Penuh dari pihak-pihak yang
pada saat warga memberikan suaranya
tidak puas atas hasil penyelesaian sengketa
panitia lebih mendahulukan warga yang
pemilihan

kepala

desa

tersebut.

Ini

menurut mereka memilih calon yang
diakibatkan karena ada saling curiga
mereka inginkan sehingga pemilih dalam
terhadap pemerintah Kota Sungai Penuh
memberikan

suaranya

tidak

lagi
yang dituduh ikut berpihak kepada salah

memberikan

suaranya

sesuai

dengan
satu calon. Selain itu terjadi perdebatan

urutan antrian. Dan faktor terakhir adalah
ditengah-tengah masyarakat Desa Koto
adanya

kecurigaan

terhadap

domisili
Renah yang saling menuduh Pemerintah

warga pemilih.
Kota Sungai Penuh berpihak kepada calon
C. Implikasi Yang Ditimbulkan Dari
Penyelesaian

Sengketa

kepala desa terpilih, dan ada juga yang

Pemilihan
11

mengatakan bahwa justru Pemerintah Kota

kecamatan tidak dapat menyelesaikan

Sungai Penuh yang berpihak kepada calon

sengketa

kepala desa yang tidak terpilih.

tersebut,

4. Penutup.

kecamatan melimpahkannya ke tingkat

Simpulan.

pemerintahan

Dari hasil dan pembahasan di atas,

pemilihan
maka

camat

menyelesaikannya

1. Mekanisme

jenjang yang terakhir.

pemilihan kepala desa di Desa Koto

untuk

2. Faktor-faktor

tingkat

untuk

dan

kewenangan

sengketa

di

desa

kota

maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
penyelesaian

kepala

diberi

memutus

yang

pada

menyebabkan

Renah Kota Sungai Penuh berdasarkan

terjadinya sengketa pemilihan kepala

Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh

desa di Desa Koto Renah adalah :

Nomor

a. Adanya

19

Tahun

2011

tentang

Pemilihan, Pencalonan, Pengangkatan,

intervensi

dari

wakil

Walikota Sungai Penuh.

Pelantikan, Pemberhentian Kepala Desa

b. Walikota Sungai Penuh mengulur-

dan Perangkat Desa dilakukan secara

mengulur waktu pelantikan kepala

berjenjang mulai dari tingkat bawah

desa.

oleh

badan

permusyawaratan

desa

c. Panitia

penyelenggara

pemilihan

(BPD) dan apabila kemudian di tingkat

kepala desa di Desa Koto Renah

badan permusyawaratan desa (BPD)

berpihak kepada salah satu calon

tidak dapat menyelesaikan sengketa

kepala desa.

pemilihan kepala desa tersebut, maka

d. Adanya

badan permusyawaratan desa (BPD)

kecurigaan

terhadap

domisili warga pemilih

melimpahkannya ke tingkat kecamatan

3. Implikasi

yang diselesaikan oleh camat dan

yang

ditimbulkan

dari

penyelesaian sengketa pemilihan kepala

begitu seterusnya apabila pada tingkat

12

desa di Desa Koto Renah Kota Sungai

kepala desa terpilih, dan ada juga yang

Penuh adalah :

mengatakan bahwa justru Pemerintah

a.

Tidak adanya kepastian hukum

Kota Sungai Penuh yang berpihak

ditengah-tengah masyarakat, sehingga

kepada calon kepala desa yang tidak

sengketa pemilihan kepala Desa Di

terpilih.

Desa Koto Renah Kota Sungai Penuh

Saran

hampir mengakibatkan bentrok antara

1.

Sebaiknya

dalam

penyusunan

pendukung calon kepala desa karena

peraturan

penyelesaiannya berlarut-larut bahkan

penyelesaian

sampai berbulan-bulan belum ada hasil

kepala

dari penyelesaian sengketa tersebut, dan

pengaduan dan penyelesaian masalah

yang membuat ketegangan di desa

dan diberikan kewajiban kepada pihak

cukup lama, sampai sekarang.

yang keberatan untuk membuktikan

b. Adanya ancaman kepada pejabat di

daerah

desa

dalam

hal

sengketa

pemilihan

diatur

mekanisme

keberatannya. Selain itu diberikan hak

pemerintahan Kota Sungai Penuh dari

untuk

pihak-pihak yang tidak puas atas hasil

apabila

penyelesaian sengketa pemilihan kepala

penyelesaian sengketa tersebut dengan

desa tersebut. Ini diakibatkan karena

tujuan

ada saling curiga terhadap pemerintah

sengketa secara sepihak.
2. Supaya

Kota Sungai Penuh yang dituduh ikut
berpihak kepada salah satu calon.
c. Terjadi

perdebatan

melakukan

upaya

tidak

menerima

menghindari

tidak

terjadi

hukum
hasil

penyelesaian

kecurigaan

terhadap panitia pemilihan kepala desa

ditengah-tengah

dan

untuk

menghindari

adanya

masyarakat Desa Koto Renah yang

hubungan kekerabatan atau hubungan

saling

Kota

keluarga dengan calon kepala desa,

Sungai Penuh berpihak kepada calon

seharusnya panitia pelaksana pemilihan

menuduh

Pemerintah

13

kepala desa dilaksanakan oleh komisi

upaya hukum baik di pengadilan tata

pemilihan

usaha negara maupun di pengadilan

umum

daerah

(KPUD),

karena pemilihan kepala desa memiliki
kesamaan
daerah

dalam
yaitu

pemilihan

negeri.

kepala

dilakukan

DAFTAR PUSTAKA.
A. Buku-Buku.

dengan

langsung, umum, bebas, jujur, dan

Ali, A. & Heryani, W. 2012, Menjelajah

rahasia sehingga sangat membutuhkan

Kajian Empiris Terhadap Hukum,

lembaga

Kencana Prenanda Media Group,

independen

pada

pelaksanaanya.

Jakarta.

3. Untuk dapat terwujudnya kepastian
hukum

seyogyanya

Azed, AB & Amir, M. 2005, Pemilu dan

dalam

Partai Politik di Indonesia, Pusat

penyusunan peraturan daerah khusus

Studi Hukum Tata Negara Fakultas

dalam

sengketa

Hukum

harus

Jakarta.

penyelesaian

pemilihan

kepala

desa,

dicantumkan

ketentuan

apabila

hasil

dari

bahwa

Arianto,

penyelesaian

S.

Universitas

&

Indonesia,

Triyanti,

Memahami

N.

Hukum

2011,
Dari

sengketa yang telah dilakukan secara

Konstruksi sampai Implementasi,

berjenjang

tersebut

dari

badan

PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

(BPD),

camat

Asshiddiqie, J. 2006, Pengantar Ilmu

ditingkat kecamatan dan ditingkat

Hukum Tata Negara, Sekretaris

Pemerintah Kota Sungai Penuh,

Jenderal

dan

apabila

Mahkamah

Konstitusi

permusyawaratan

salah

satu

pihak

tidak

menerima hasil dari penyelesaian
sengketa

pemilihan

kepala

Indonesia, Jakarta.

desa

tersebut, maka dapat menempuh

14

Kepaniteraan
Republik

Budiarjo,

M. 2000, Dasar-dasar Ilmu

Harahap, MY. 2003, Arbitrase Ditinjau

Politik, Gramedia Pustaka Utama,

Dari Regelemen Acara Perdata (Rv),

Jakarta, hlm 53.

Peraturan

Prosedur

Internasional

Centre

Stlement

Of

Investment

(ICSID),

UNCITRAL

Diantha, MP. 1990, Tiga Tipe Pokok
Sistem

Pemerintahan

Dalam

Demokrasi, Abadin, Bandung.
Ekatjahjana, W. 2002, Bunga Rampai
Masalah

Hukum

Pemilu

di

Arbitration

Sinar Grafika, Jakarta,hlm 65-66.
Harahap,

Jakarta.

MY.

2005,

Perdata,

Freidman, Lawrence M 1975, The Legal

Hukum

Tentang

Persidangan,

Science

Acara

Gugatan,
Penyitaan,

Pembuktian,

Dan

Putusan

Sage

Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta.

Fundation, New York, Terjemahan

Joeniarto, 1984, Demokrasi dan Sistem

Perspectiva),

Russel

Dispute

Award, PERMA No. 1 Tahun 1990,

Demokrasi, PT Refika Aditama,

Social

The

and Enforcement Of Foreing Arbital

Fuady Munir, 2010, Konsep Negara

(A

For

Rules, Convestion On The Recognition

Indonesia, Universitas Jember.

System

BANI,

M.Khozim, 2013, Nusa Media,

Pemerintahan

Bandung.

Aksara, Jakarta.

Fahmi, K. 2012, Pemilihan Umum &
Kedaulatan

Rakyat,

Juliantara,

PT.

D.

2000,

Demokrasi

RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Pemberdayaan

Hakim, AB. 2011, Negara Hukum Dan

Negara,

Bina

Arus

Bawah

Otonomi

dan

Desa,

Lapera

Pustaka Utama Jogjakarta.
J.S. Badudu & Sutan Moh. Zain, 1994,

Demokrasi Di Indonesia,Pustaka
Pelajar, Yogjakarta.

Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

15

Kansil, C.S.T

1984, Desa Kita dalam

Peraturan

Tata

Martosoewignjo, SS. 1968, Sistem Dua
Partai, Binacipta, Bandung.

Pemerintahan

Desa, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Mawardi, I. 2014, Dinamika Sengketa

Kartohadikoesoemo, S. 1984, Desa, Balai

Hukum

Pustaka, Jakarta.

Administrasi

Di

Pemilukada, Rangkang Education,

Kusnadir, M, & Ibrahim, H. 1983,

yogyakarta.
Ninik, W. & Sunindhia, Y.W, 1988,

Pengantar Hukum Tata Negara
Indonesia, Pusat Studi Hukum Tata

Manajemen

Negara FH UI, Jakarta.

dalam Pembagunan, Bina Aksara,

Kamisa, 1997, Kamus Lengkap Bahasa

dan

Kepemimpinan

Jakarta.

Indonesia, Kartika, Surabaya.

Pusat

Mawardi, I. 2014, Dinamika Sengketa

Pembinaan
Bahasa

dan

Pengembangan

Departemen Pendidikan

Hukum Administrasi di Pemilukda,

dan

Rangkang Education.

Besar Bahasa Indonesia, Jakarta

Marsudi AL.S, 2001, Pancasila dan
UUD’45
Reformasi,

dalam
PT.

kebudayaan,1989,

Kamus

Balai Pustaka.
Prodjodikoro, W. 1975, Hukum Acara

Paradigma
RajaGrafindo

Perdata

Persada, Jakarta, hlm. 65-66

Sumur

Indonesia,

Bandung.

Mufti, M. & Hj. Didah, DN. 2013, Teori-

Rudini,

2000,

Atas

Nama

Teori Demokrasi, Pustaka Setia

Demokrasi Indonesia, Bina Cipta,

Bandung.

Bandung.

Marijan, K. 2010, Sistem Politk Indonesia
Konsolidasi

Demokrasi

Rahmadi, T. 2010, Mediasi Penyelesaian

Pasca

Sengketa

Melalui

Orde Baru, Prenada Media Group,

Mufakat,

PT.

Jakarta.

Persada.

16

Raja

Pendekatan
Grafindo

Sukriono, D. 2013, Hukum, Konstitusi,
dan

Konsep

Otonomi,

Penelitian Tesis dan Disertasi, Pt.
RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Kajian

Politik Hukum Tentang Konstitusi,

Salim, 2001. Perkembangan Teori dalam

Otonomi Daerah dan Desa Pasca

Ilmu Hukum, PT. RajaGrafindo

Perubahan

Setara

Konstitusi,

Persada, Jakarta.

Press, Malang,
Sorensen,

G.

2003,

Demokratisasi

Sadu, W. dan Tahir, I, 2006 , Prospek
Fokus

Wingnjosoebroto,

2007,

dan

Pengembangan

:

dan

Media, Bandung.

Proses

Soetandyo

Prosepek dalam Sebuah Dunia
yang Sedang Berubah, Penerjemah

Hukum,

I. Made Krisna, Tadjuddin Noer

Penelitian dan Dinamika Masalah,

Effendi,

Elsam & Huma, Jakarta.

Pustaka

Pelajar,

Yogyakarta.
Sutaryo, 1992.
Dalam

S.

Penelitian, Suatu Pendekatan dan

Perspektif

Praktek, Rineka Cipta, Jakarta.

Konflik,

Sutoro, E. Dkk 2005, Manifesto

2013,

Pembaharuan Desa. APMD Press,
Pokok-pokok

Yogyakarta.

Sosiologi Hukum, Rajawali Pers,

Sutoro, E. 2003, Meletakan Desa dalam

Jakarta.

Desentralisasi

1987, Sosiologi Suatu Pengantar,

&

Nurbani,

dan

Demokrasi,

APMD Press, Yogyakarta.

Rajawali Pers, Jakarta.
HS.

Metode

Dinamika Masyarakat

Mada, Yogyakarta.
Soekanto,

Paradigma,

Suharsini Arikunto, 2006, Prosedur

FISIPOL – Universitas Gadjah

Salim,

Desa,

Demokrasi

Sodikin, 2014, Hukum Pemilu, Pemilu
ES.

2013,

Sebagai Praktek Ketatanegaraan,

Penerapan Teori Hukum Pada

Gramata Publising, Jawa Barat.

17

Sitepu, A.

Wirawan, IB. 2013, Teori-teori Sosial &

2012, Teori-Teori Politik,

Graha Ilmu, Yogyakarta.

Perilaku Sosial,

Sudiarto, 2013, Negosiasi, Mediasi &

Paradigma,

Prenanda

Wasistiono, S. 1993, Kepala Desa dan

Alternatif di Indonesia, Pustaka
Reka Cipta, Bandung.

Dinamikan

Cv.

Pemilihannya,

Mekar Rahayu, Bandung.

Soeroso, R. 2001, Praktek Hukum Acara

Witanto,

Perdata, Tata Cara Dan Proses
Sinar

Kencana

Media Group, Jakarta..

Arbitrase, Penyelesaian Sengketa

Persidangan,

Dalam Tiga

Grafika,

DY.

2012,

Hukum

Acara

Mediasi, Dalam Perkara Perdata

Jakarta.

Di Lingkungan Peradilan Umum
dan Peradilan Agama, Alfabeta,

Tjiptoherijanto, S & Prijono, YM. 1983,

Bandung.

Demokrasi di Pedesaan Jawa,

Muljono, W. 2012, Teori & Praktek

Sinar Harapan dan LPFE UI.
Jakarta.

Peradilan Perdata Di Indonesia,
Pustaka Yustisia, Yogyakarta.

Tanjung, SH. 2003, Sistem Pemerintahan
Desa, Alqaprint, Jatinangor.

B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik

Utsman, S. 2013, Dasar-Dasar Sosiologi

Indonesia Tahun 1945.

Hukum, Makna Dialog antara

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015

Hukum & Masyarakat, Pustaka

tentang perubahan atas Undang-

Pelajar, Yogyakarta

Undang Nomor 1 Tahun 2015
Widjaja, HAW, 2010, Otonomi Desa

tentang

Merupakan otonomi Asli, bulat dan

Pemerintah

Utuh, PT Rajagrafindo Persada,

Penetapan
Pengganti

Peraturan
Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2014

Jakarta.

18

tentang

Pemilihan

Gubernur,

sejumlah- desa- bermasalah. html.

Bupati, dan Walikota.

di akses 14 Januari 2014.

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
Tentang perubahan kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Undang Undang Nomor 5 tahun 1979
Tentang Desa.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014.

Tentang

Pelaksanaan

Peraturan

Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Desa.
Peraturan Daerah (Perda) Kota Sungai
Penuh Nomor 19 Tahun 2011
Tentang

Tata

Pencalonan,
Pelantikan

cara

Pemilihan,

Pengangkatan,
dan

Pemberhentian

Kepala Desa dan Perangkat Desa.
C. Website.
Jambiupdate, 2013. Pilkades Sejumlah
Desa

Bermasalah,.

http/

jambiupdate.com/artikel-pilkades-

19