PDF ini PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN KEPALA DESA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 19 TAHUN 2011 DI DESA KOTO RENAH KOTA SUNGAI PENUH PROPINSI JAMBI. | Gulo | 1 PB
PENYELESAIAN SENGKETA
PEMILIHAN KEPALA DESA BERDASARKAN
PERATURAN DAERAH NOMOR 19 TAHUN 2011
DI DESA KOTO RENAH KOTA SUNGAI PENUH
PROVINSI JAMBI.
ARTIKEL
Oleh :
VIKTORIANUS GULO
NPM. 1310018412016
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS BUNG HATTA.
2015
1
PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN KEPALA DESA BERDASARKAN
PERATURAN DAERAH NOMOR 19 TAHUN 2011 DI DESA KOTO RENAH
KOTA SUNGAI PENUH PROPINSI JAMBI.
Viktorianus Gulo¹, Sjofjan Thalib¹, Lis Febrianda¹
Program Studi Magister Ilmu Hukum, Pascasarjana Universitas Bung Hatta
e-mail viktor_gulo@rocketamil.com
ABSTRAK
Penyelesaian sengketa pemilihan kepala desa tidak diselesaikan melalui pengadilan, tetapi
diberi kewenangan kepada bupati atau walikota untuk menyelesaikannya berdasarkan
peraturan daerah. pada pemilihan kepala desa di Desa Koto Renah terjadi sengketa yang
diduga terjadi pengelembungan suara. Rumusan masalah : (1) Bagaimanakah mekanisme
pelaksanaan penyelesaian sengketa pemilihan kepala desa di Desa Koto Renah Kota Sungai
Penuh.? (2) Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya sengketa pemilihan
kepala desa di Desa Koto Renah Kota Sungai Penuh.? (3) Bagaimanakah implikasi yang
ditimbulkan dari penyelesaian sengketa pemilihan kepala desa di Desa Koto Renah Kota
Sungai Penuh.? Metode penelitian melalui pendekatan yuridis sosiologis dengan melalui
pengumpulan data studi dokumen dan wawancara mendalam dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian : penyelesaian sengketa dilakukan secara berjenjang dari tingkat badan
permusyawaratan desa (BPD), tingkat kecamatan, tingkat pemerintahan kota. Faktor yang
terjadi adanya intervensi dari wakil walikota, walikota mengulur-ngulur waktu pelantikan
kepala desa, panitia tidak netral, adanya kecurigaan terhadap domisili warga. Implikasi yang
terjadi tidak adanya kepastian hukum, adanya ancaman kepada pejabat pemerintah, terjadinya
perdebatan ditengah masyarakat atas keputusan walikota. dari hasil penelitian tersebut
diharapkan dalam peraturan daerah tersebut diatur mekanisme pengaduan dan diberikan hak
untuk melakukan upaya hukum apabila tidak menerima hasil penyelesaian sengketa tersebut,
panitia harus dari lembaga yang indenpenden, selain itu dapat mengajukan upaya hukum baik
di Pengadilan tatausaha negara maupun di pengadilan negeri.
Kata kunci : Penyelesaian, Sengketa, Peraturan Daerah.
THE RESOLUTION OF QUARREL OF THE VILLAGE CHIEF ELECTION
ACCORDING TO THE REGIONAL REGULATION NUMBER 19 TAHUN 2011 IN
DESA KOTO RENAH KOTA SUNGAI SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI.
Viktorianus Gulo¹, Sjofjan Thalib¹, Lis Febrianda¹
Program Studi Magister Ilmu Hukum, Pascasarjana Universitas Bung Hatta
e-mail viktor_gulo@rocketamil.com
ABSTRACTION
The resolution of quarrel during the election process of village chief is not achieved trough
the legal system but by the authority of regents and mayors according to the regional
regulation. The quarrel during the election process of village chief in Desa Koto Renah
presumed by the exaggeration of the total votes. Formulating the problems (1) How is the
mechanism to achieve the resolution of quarrel done during the election process of village
chief in Desa Koto Renah Kota Sungai Penuh? (2) What are the factors trigger the quarrel
2
during the election process of village chief in Desa Koto Renah Kota Sungai Penuh? Haw is
the implication of the resolution of quarrel during the election process of village chief in
Desa Koto Renah Kota Sungai Penuh? The method of research is using sociological
jurisdiction approach by collecting the data through study document and profound interview
analyzed descriptively. The result of the research : the resolution of the quarrel achieved
gradually from the Village Consultative Body (BPD) level, district level, city government
level. The factors are intervention from the vice-mayor, the mayor lengthen the time to state
the village chief publicly, the unfairness of the committee, the suspiciousness of people
domicile. The implications are the uncertainty of the law, the threat toward government
officers, the quarrel among people in the community concerining the mayor decision.
According to the result of the research what to be expected from the regional regulation are
the regulation concerning the accusation mechanism and the right to seek justice through the
legal system if there is no resolution of the quarrel, the committee should come from the
independent party, in addition the right to seek justice either at Administrative Court or
District Court.
Key words : Resolution, Quarrel, Regional Regulation.
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
1. Pendahuluan.
Dalam Pasal 18 Ayat (1) Undang-
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Tahun 1945 dijelaskan bahwa negara
menjelaskan
mengakui dan menghormati satuan-satuan
Republik Indonesia dibagi atas daerah
pemerintahan
provinsi, dan daerah provinsi itu dibagi
daerah
yang
bersifat
bahwa
Negara
Kesatuan
istimewa yang diatur dengan undang-
atas
undang. Selain itu negara mengakui dan
Selanjutnya pada Ayat (2) menjelaskan
menghormati
kesatuan-kesatuan
bahwa daerah kabupaten/kota dibagi atas
masyarakat hukum adat beserta hak-hak
kecamatan dan kecamatan dibagi atas
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
kelurahan dan/atau desa.
daerah
kabupaten
dan
kota.
sesuai dengan perkembangan masyarakat
Selanjutnya dalam Pasal 59 Ayat
dan prinsip Negara Kesatuan Republik
(1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
Indonesia yang diatur dalam undang-
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
undang.
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Sehubungan dengan hal di atas
Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa
dalam Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang
setiap
3
daerah
dipimpin
oleh
kepala
pemerintahan daerah yang disebut kepala
tetap menganut asas dalam pelaksanaanya
daerah. Pada Ayat (2) dijelaskan pula
yaitu langsung, umum, rahasia, jujur dan
bahwa
adil.
kepala
daerah
sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1) untuk daerah
Dalam
pelaksanaan
pemilihan
provinsi disebut gubernur, untuk daerah
umum (pemilu) di Indonesia tak sedikit
kabupaten disebut bupati, dan untuk
menimbulkan
daerah kota disebut walikota.
Untuk
Lebih lanjut dalam Pasal 1 Angka
berbagai
dapat
permasalahan
permasalahan.
mengatasi
atau
berbagai
sengketa
dalam
2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
pemilihan umum, baik pemilihan legislatif,
tentang Desa dijelaskan bahwa pemerintah
presiden,
desa
pemilihan
adalah
penyelenggara
urusan
kepala
daerah,
maupun
desa
sebagai
kepala
pemerintahan dan kepentingan masyarakat
pemerintahan yang terendah
setempat
pemerintahan
yang terkecil dalam Negara Kesatuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Republik Indonesia, telah ada mekanisme
Kemudian pada Ayat (3) dijelaskan pula
yang ditentukan terhadap sengketa yang
bahwa pemerintah desa adalah kepala desa
timbul pada pemilihan umum tersebut,
atau yang disebut dengan nama lain
seperti
dibantu perangkat desa sebagai unsur
presiden,
penyelenggara pemerintahan desa.
diselesaikan melalui lembaga Mahkamah
dalam
sistem
Berkaitan dengan itu baik kepala
daerah
yaitu
gubernur,
bupati
sengketa
dan
pemilihan
kepala
di wilayah
legislatif,
daerah
yang
Konstitusi (MK).
atau
Penyelesaian sengketa pemilihan
walikota dipilih melalui pemilihan umum,
kepala desa sendiri berdasarkan Pasal 37
dan hal yang sama juga berlaku pada
Ayat (6) Undang-Undang Nomor 6 Tahun
pemilihan kepala desa. pada pelaksanaan
2014 tentang Desa menjelaskan bahwa dalam
pemilihan kepala daerah tersebut di atas
hal terjadi perselisihan hasil pemilihan kepala
desa, bupati/walikota wajib menyelesaikan
4
perselisihan dalam jangka waktu 30 (tiga
pelaksanaan
pemilihan
puluh) hari.
diselesaikan
secara
Sehubungan dengan hal tersebut,
Penyelesaian
maka penyelesaian sengketa pemilihan
kepala
sebagaimana
desa
berjenjang.
dimaksud
dalam Pasal 43 dilaksanakan mulai dari:
kepala desa di Kota Sungai Penuh, telah
a. Desa oleh BPD;
ada
b. Kecamatan oleh Camat; dan
mekanismenya
dalam
Pasal
30
Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2011
c. Daerah oleh Tim Pemerintah
tentang Tata Cara Pemilihan, Pencalonan,
Daerah.
Pengangkatan,
dan
Pelaksanaan pemilihan kepala desa
Pemberhentian Kepala Desa dan Perangkat
di Desa Koto Renah diselenggarakan pada
Desa, yang menjelaskan bahwa penetapan
Bulan September Tahun 2013. Di Kota
calon terpilih kepala desa oleh Badan
Sungai Penuh ada sekitar 44 Desa pada
Permusyawaratan
(BPD)
Bulan Agustus Tahun 2013 yang habis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
masa jabatannya. Dari ke 44 Desa tersebut,
paling lama 7 (tujuh) hari terhitung tanggal
pelaksanaannya sebagian besar terjadi
diterimanya laporan hasil pemilihan dari
masalah antara lain adanya kecurangan
panitia
yang
pemilihan.
Pelantikan
Desa
Dalam
Pasal
31
salah
satunya
terjadi
dijelaskan pula bahwa jangka waktu
penggelembungan suara salah satu pihak
penetapan calon terpilih oleh Badan
calon kepala desa. 1
Permusyawaratan
Desa
(BPD)
Terhadap
permasalahan
yang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
terjadi pada pemilihan kepala desa di Desa
dapat ditunda, apabila hasil pemilihan
Koto Renah telah ada pengaduan baik di
kepala desa bermasalah.
pihak calon kepala desa terpilih maupun
Selanjutnya Pasal 43 menjelaskan
1
Jambiupdate, Pilkades Sejumlah Desa
Bermasalah,
http/jambi
update.com/artikelpilkades-sejumlah- desa- bermasalah. html. diakses
tanggal 14 Januari 2014.
bahwa pelanggaran yang terjadi dalam
5
calon kepala desa yang kalah yaitu dari
Berdasarkan uraian di atas, penulis
pihak kepala desa yang kalah menuntut
tertarik untuk mengetahui bagaiamana
untuk
ulang.
sebenarnya penyelesaian sengketa di Desa
Sedangkan di pihak kepala desa terpilih
Koto Renah tersebut, maka permasalahan
menuntut
yang perlu dibahas dan diteliti adalah
dilakukannya
untuk
pemilihan
segera
dilakukan
pelantikan, tetapi masyarakat Desa Koto
sebagai berikut ;
Renah sendiri tidak mengetahui bagaimana
1. Bagaimanakah mekanisme pelaksanaan
penyelesaian terhadap adanya beberapa
penyelesaian
sengketa
keberatan yang mengakibatkan pelantikan
kepala desa di Desa Koto Renah Kota
kepala desa terpilih tertunda, dimana
Sungai Penuh.?
seharusnya pelantikan Kepala Desa Koto
2. Faktor-faktor
Renah terpilih dilakukan pelantikannya
menyebabkan
pada
pemilihan kepala desa di Desa Koto
Bulan November Tahun 2013.
apa
pemilihan
sajakah
terjadinya
yang
sengketa
Renah Kota Sungai Penuh.?
Namun pelantikan baru terlaksana pada
3. Bagaimanakah
Bulan Juni Tahun 2014, hal ini tentu tidak
implikasi
yang
sesuai dengan ketentuan yang telah diatur
ditimbulkan dari penyelesaian sengketa
dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun
pemilihan kepala desa di Desa Koto
2014 tentang Desa yang menjelaskan
Renah Kota Sungai Penuh.
bahwa walikota dalam jangka waktu 30
Pemilihan kepala desa dilakukan secara
(tiga puluh) hari sudah menyelesaikan
demokratis langsung oleh rakyat melalui
permasalahan yang terjadi pada pemilihan
pemilihan umum, dimana pemilihan umum
kepala desa terhitung pada saat adanya
merupakan
pengaduan.
mengaplikasikan
2. Permasalahan
Pemilihan umum yang diselenggarakan
instrumen
penting
kedaulatan
untuk
rakyat.
dalam pemilihan kepala desa merupakan
6
wujud suatu negara yang demokrasi, dan
perselisihan hasil pemilihan umum, juga
rakyat
sangat penting keberadaannya.2
berhak
pilihannya
untuk
guna
menentukan
memilih
Menurut
sesorang
Rescoue
terdiri
dari
Pound
pemimpin yang diyakininya bisa merubah
masyarakat
kelompok-
kesejahteraan ke arah yang lebih baik.
kelompok dimana di dalamnya sering
di
terjadi konflik antara kepentingan yang
sejak
satu dengan kepentingan yang lainnya,
bergulirnya Reformasi Tahun 1998, namun
tetapi ada suatu kesatuan mendasar di
pelaksanaannya sampai saat ini
belakang konflik itu. Fungsi
Pelaksanaan
Indonesia
demokrasi
telah
terlaksana
tidak
hukum
terlepas dari berbagai sengketa di berbagai
menurut Pound adalah untuk memenuhi
daerah. Menurut Wahyono kemungkinan
peran rekonsiliasi dan untuk menciptakan
terjadinya perselisihan pemilihan umum
keharmonisan
sangat terbuka dalam setiap pelaksanaan
kebutuhan
pemilihan umum di suatu negara, terlebih
Hukum
lagi bagi Bangsa Indonesia yang baru
sosial” yang diarahkan pada tercapainya
menapaki babak baru dalam kehidupan
keharmonisan sosial. 3
berbagai
yang
saling
merupakan
tuntutan
dan
bertentangan.
bentuk
“rekayasa
Adapun Lawrence M. Friedman
berdemokrasi. Oleh karenanya, pada setiap
lembaga
yang menyatakan ada tiga elemen sistem
pengawas dan pemantau pemilihan umum
hukum yang menentukan berfungsinya
guna memperkecil terjadinya kecurangan
atau memfungsikan suatu hukum, yaitu
atau
structure, substance, dan legal culture4.
negara
demokrasi
pelanggaran
terdapat
dalam
pelaksanaan
pemilihan umum. Di samping itu lembaga
2
peradilan
yang
berwenang
Satya Arianto & Ninuk Triyanti, 2011,
Memahami Hukum Dari Konstruksi sampai
Implementasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
hlm 265-266.
3
Achmad Ali & Wiwie Heryani, 2012,
Menjelajah Kajian Empiris Terhadap Hukum,
Kencana Prenanda Media Group, Jakarta, hlm 108.
4
Lawrence M. Freidman, 1975, The Legal
System (A Social Science Perspectiva), Russel Sage
memutus
7
Struktur adalah menyangkut lembaga-
peran sesuai dengan fungsinya, sehingga
lembaga yang berwenang membuat dan
hukum dapat berjalan secara serasi dan
melaksanakan undang-undang (lembaga
seimbang, sesuai dengan fungsinya. 6
pengadilan dan lembaga legislatif). Aspek
3 Pembahasan
kedua, adalah substansi, materi atau
A. Mekanisme Penyelesaian Sengketa
bentuk
dari
peraturan
perundang-
Pemilihan Kepala Desa Di Desa Koto
undangan.
Renah Kota Sungai Penuh.
Aspek ketiga dari sistem hukum
Pada pemilihan Kepala Desa Koto
adalah apa yang disebut sebagai sikap
Renah sendiri dilaksanakan pada tanggal 25
orang terhadap hukum, yaitu menyangkut
Agustus 2013 diikuti oleh dua orang calon
kepala desa atas nama Eva Hariadi dan
kepercayaan akan nilai, pikiran atau ide
Asmardi. Pada pelaksanaan pemilihan kepala
dan harapan mereka. Struktur hukum yang
desa tersebut berdasarkan laporan panitia
baik kalau tidak ditunjang oleh adanya
pelaksana pemilihan kepala desa di Desa Koto
substansi hukum yang baik pula, demikian
Renah, bahwa jumlah pemilih sesuai dengan
pula susbtansi hukum yang baik tidak akan
dirasakan
manfaatnya
kalau
daftar pemilih tetap (DPT) berjumlah 1.250
tidak
(seribu dua ratus lima puluh) orang. Jumlah
ditunjang oleh struktur hukum yang baik.5
pemilih yang menggunakan hak suaranya
Selanjutnya struktur dan susbstansi
berjumlah 932 (sembilan ratus tiga puluh dua)
hukum yang baik tidak akan dapat
orang, sedangkan jumlah suara yang tidak sah
dirasakan
berjumlah 28 (dua puluh delapan) orang.
eksistensinya
kalau
tidak
didukung oleh budaya hukum masyarakat
Atas hasil pemilihan kepala Desa
yang baik pula. Hukum akan berperan
Koto Renah tersebut calon kepala desa
dengan baik manakala ketiga aspek hukum
atas nama Eva Hariadi memperoleh suara
itu saling
sebanyak 455 (empat ratus lima puluh
berinteraksi dan memainkan
lima)
Fundation, New York, Terjemahan M.Khozim,
2013, Nusa Media, Bandung, hlm 6-12
5
Ibid.
suara,
6
8
sedangkan
Asmardi
Sabian Utsman, Op. Cit., hlm. 356-357.
3. Tidak
memperoleh suara sebanyak 449 (empat
ratus
empat
puluh
sembilan)
transparan
panitia
dalam
menetapkan surat suara tidak sah.
suara.
Sehingga dengan hasil tersebut maka oleh
4. Oknum panitia memperlambat masa
badan permusyawaratan desa (BPD) pada
pendukung nomor urut 2 (dua) untuk
tanggal 27 Agustus 2013 mengeluarkan
memilih, atau tidak sesuai prinsip
Surat Keputusan Nomor 06 Tahun 2013
antrian, seharusnya calon pemilih yang
yang isinya menetapkan EVA HARYADI
lebih
RIO sebagai Kepala Desa Koto Renah
undangan
terpilih periode 2014-2019.
dahulu untuk menggunakan hak suara
dahulu
menyerahkan
merekalah
yang
surat
terlebih
(hak pilih) nya.
Terpilihnya Eva Haryadi sebagai
mendapat
5. Panitia tidak netral karena memihak
keberatan dari pihak calon kepala desa atas
kepada nomor urut 1 (satu), dimana
nama Asmardi dengan mengajukan surat
anggota
keberatan terhadap pelaksanaan pemilihan
menyosialisasikan dan menganjurkan
Kepala Desa Koto Renah pada tanggal 31
masyarakat untuk memilih nomor urut
Agustus 2013. Keberatan pihak calon
1 (satu).
Kepala
Desa
Koto
Renah
panitia
secara
aktif
ikut
Sebagaimana ketentuan di atas
kepala desa atas nama Asmardi tersebut
antara lain adalah :7
bahwa penyelesaian sengketa pemilihan
1. Ditemukan beberapa orang pemilih di
kepala
desa
berjenjang
bawah umur
diselesaiakan
mulai
dari
secara
badan
2. Ditemukan pemilih yang berdomisili
permusyawaratan desa, camat ditingkat
dan terdaftar sebagai pemilih di desa
kecamatan dan tingkat pemerintah kota.
lain, tetapi pada hari yang sama ikut
Menanggapi keberatan tersebut oleh Pada
memilih di Desa Koto Renah.
pelaksanaanya
badan
permusyawaratan
desa (BPD) menerima laporan kemudian
7
Ibid.
9
laporan
tersebut
melakukakan
diproses
pemeriksaan
dengan
bahwa penyelesaian sengketa tersebut
terhadap
tidak berhasil dan melimpahkannya ke
beberapa orang yang namanya tertulis
dalam
surat
meliputi
Menindaklanjuti hasil penyelesaian
memeriksa
sengketa ditingkat kecamatan tersebut
kelengakapan administrasi berupa kartu
tingkat pemerintah kota membentuk tim
tanda penduduk, kartu keluarga, kemudian
yang terdiri dari wali kota, wakil walikota,
memanggil
untuk
asisten I, asisten II, badan pemberdayaan
menyampaikan hasil pemeriksaan. Setelah
masyarakat, inspektorat, bagian hukum
tidak berhasil menyelesaikan sengketa
pemerintah kota sungai penuh, kepala
tersebut kemudian melimpahkannya ke
bidang
tingkat Kecamatan Pesisir Bukit.
dilakukan investigasi oleh inspektorat
mengambil
laporan,
yang
tingkat pemerintahan kota.
keterangan,
para
Berkaitan
pihak
dengan
itui
Camat
pemerintahan
dengan
desa.
berpedoman
kemudian
dari
hasil
Pesisir Bukit menindak lanjutinya dengan
pemeriksaan badan permusyawaratan desa
melakukan investigasi dengan memanggil
(BPD) dan hasil pemeriksaan dari camat
kembali beberapa orang yang tertera dalam
pada
surat laporan dan memeriksa kelengkapan
investigasi tersebut kemudian diserahkan
administrasi seperti kertu tanda penduduk
kepada tim yang telah dibentuk untuk
dan kartu keluarga, selain itu memastikan
dibahas
dengan mengecek langsung kelapangan.
keputusan.
Selanjutnya memanggil para pihak, tokoh
B. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan
tingkat
dan
Terjadinya
adat, tokoh agama, tokoh pemuda di Desa
kecamatan.
untuk
Sengketa
Dari
hasil
mendapatkan
Pemilihan
Kepala Desa Di Desa Koto Renah.
Koto Renah dan menyampaikan hasil dari
pemeriksaan
tersebut.
Kemudian
Terjadinya
dari
sengketa
pemilihan
kepala desa di Desa Koto Renah tentunya
proses di tingkat kecamatan disimpulkan
tidak terlepas dari berbagai faktor yaitu
10
adanya intervensi
dari wakil Walikota
Kepala Desa Di Desa Koto Renah
Kota Sungai Penuh.
Sungai Penuh yang memihak kepada salah
Sengketa dalam pemilihan kepala
satu calon kepala desa yang tidak lain
desa di Desa Koto Renah berimplikasi
adalah ajudannya sendiri, kemudian juga
pada
Walikota
Sungai
Penuh
tidak
adanya
kepastian
hukum
mengulurditengah-tengah
masyarakat,
sehingga
mengulur waktu pelantikan kepala desa
sengketa pemilihan kepala Desa Kota
dengan tujuan supaya kepala desa terpilih
Sungai
Penuh
hampir
mengakibatkan
tidak mengarahkan warga untuk tidak
bentrok antara pendukung calon kepala
memilih
calon
legilatif
dari
partai
desa karena penyelesaiannya berlarut-larut
demokrat karena pelaksanaan pemilihan
bahkan sampai berbulan-bulan belum ada
kepala
desa
di
Desa
Koto
Renah
hasil dari penyelesaian sengketa tersebut,
bertepatan pada pemilihan legislatif. Selain
dan yang membuat ketegangan di desa
itu Panitia penyelenggara pemilihan kepala
cukup lama, sampai sekarang. Juga adanya
desa di Desa Koto Renah berpihak kepada
ancaman kepada pejabat di pemerintahan
salah satu calon kepala desa. ini terlihat
Kota Sungai Penuh dari pihak-pihak yang
pada saat warga memberikan suaranya
tidak puas atas hasil penyelesaian sengketa
panitia lebih mendahulukan warga yang
pemilihan
kepala
desa
tersebut.
Ini
menurut mereka memilih calon yang
diakibatkan karena ada saling curiga
mereka inginkan sehingga pemilih dalam
terhadap pemerintah Kota Sungai Penuh
memberikan
suaranya
tidak
lagi
yang dituduh ikut berpihak kepada salah
memberikan
suaranya
sesuai
dengan
satu calon. Selain itu terjadi perdebatan
urutan antrian. Dan faktor terakhir adalah
ditengah-tengah masyarakat Desa Koto
adanya
kecurigaan
terhadap
domisili
Renah yang saling menuduh Pemerintah
warga pemilih.
Kota Sungai Penuh berpihak kepada calon
C. Implikasi Yang Ditimbulkan Dari
Penyelesaian
Sengketa
kepala desa terpilih, dan ada juga yang
Pemilihan
11
mengatakan bahwa justru Pemerintah Kota
kecamatan tidak dapat menyelesaikan
Sungai Penuh yang berpihak kepada calon
sengketa
kepala desa yang tidak terpilih.
tersebut,
4. Penutup.
kecamatan melimpahkannya ke tingkat
Simpulan.
pemerintahan
Dari hasil dan pembahasan di atas,
pemilihan
maka
camat
menyelesaikannya
1. Mekanisme
jenjang yang terakhir.
pemilihan kepala desa di Desa Koto
untuk
2. Faktor-faktor
tingkat
untuk
dan
kewenangan
sengketa
di
desa
kota
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
penyelesaian
kepala
diberi
memutus
yang
pada
menyebabkan
Renah Kota Sungai Penuh berdasarkan
terjadinya sengketa pemilihan kepala
Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh
desa di Desa Koto Renah adalah :
Nomor
a. Adanya
19
Tahun
2011
tentang
Pemilihan, Pencalonan, Pengangkatan,
intervensi
dari
wakil
Walikota Sungai Penuh.
Pelantikan, Pemberhentian Kepala Desa
b. Walikota Sungai Penuh mengulur-
dan Perangkat Desa dilakukan secara
mengulur waktu pelantikan kepala
berjenjang mulai dari tingkat bawah
desa.
oleh
badan
permusyawaratan
desa
c. Panitia
penyelenggara
pemilihan
(BPD) dan apabila kemudian di tingkat
kepala desa di Desa Koto Renah
badan permusyawaratan desa (BPD)
berpihak kepada salah satu calon
tidak dapat menyelesaikan sengketa
kepala desa.
pemilihan kepala desa tersebut, maka
d. Adanya
badan permusyawaratan desa (BPD)
kecurigaan
terhadap
domisili warga pemilih
melimpahkannya ke tingkat kecamatan
3. Implikasi
yang diselesaikan oleh camat dan
yang
ditimbulkan
dari
penyelesaian sengketa pemilihan kepala
begitu seterusnya apabila pada tingkat
12
desa di Desa Koto Renah Kota Sungai
kepala desa terpilih, dan ada juga yang
Penuh adalah :
mengatakan bahwa justru Pemerintah
a.
Tidak adanya kepastian hukum
Kota Sungai Penuh yang berpihak
ditengah-tengah masyarakat, sehingga
kepada calon kepala desa yang tidak
sengketa pemilihan kepala Desa Di
terpilih.
Desa Koto Renah Kota Sungai Penuh
Saran
hampir mengakibatkan bentrok antara
1.
Sebaiknya
dalam
penyusunan
pendukung calon kepala desa karena
peraturan
penyelesaiannya berlarut-larut bahkan
penyelesaian
sampai berbulan-bulan belum ada hasil
kepala
dari penyelesaian sengketa tersebut, dan
pengaduan dan penyelesaian masalah
yang membuat ketegangan di desa
dan diberikan kewajiban kepada pihak
cukup lama, sampai sekarang.
yang keberatan untuk membuktikan
b. Adanya ancaman kepada pejabat di
daerah
desa
dalam
hal
sengketa
pemilihan
diatur
mekanisme
keberatannya. Selain itu diberikan hak
pemerintahan Kota Sungai Penuh dari
untuk
pihak-pihak yang tidak puas atas hasil
apabila
penyelesaian sengketa pemilihan kepala
penyelesaian sengketa tersebut dengan
desa tersebut. Ini diakibatkan karena
tujuan
ada saling curiga terhadap pemerintah
sengketa secara sepihak.
2. Supaya
Kota Sungai Penuh yang dituduh ikut
berpihak kepada salah satu calon.
c. Terjadi
perdebatan
melakukan
upaya
tidak
menerima
menghindari
tidak
terjadi
hukum
hasil
penyelesaian
kecurigaan
terhadap panitia pemilihan kepala desa
ditengah-tengah
dan
untuk
menghindari
adanya
masyarakat Desa Koto Renah yang
hubungan kekerabatan atau hubungan
saling
Kota
keluarga dengan calon kepala desa,
Sungai Penuh berpihak kepada calon
seharusnya panitia pelaksana pemilihan
menuduh
Pemerintah
13
kepala desa dilaksanakan oleh komisi
upaya hukum baik di pengadilan tata
pemilihan
usaha negara maupun di pengadilan
umum
daerah
(KPUD),
karena pemilihan kepala desa memiliki
kesamaan
daerah
dalam
yaitu
pemilihan
negeri.
kepala
dilakukan
DAFTAR PUSTAKA.
A. Buku-Buku.
dengan
langsung, umum, bebas, jujur, dan
Ali, A. & Heryani, W. 2012, Menjelajah
rahasia sehingga sangat membutuhkan
Kajian Empiris Terhadap Hukum,
lembaga
Kencana Prenanda Media Group,
independen
pada
pelaksanaanya.
Jakarta.
3. Untuk dapat terwujudnya kepastian
hukum
seyogyanya
Azed, AB & Amir, M. 2005, Pemilu dan
dalam
Partai Politik di Indonesia, Pusat
penyusunan peraturan daerah khusus
Studi Hukum Tata Negara Fakultas
dalam
sengketa
Hukum
harus
Jakarta.
penyelesaian
pemilihan
kepala
desa,
dicantumkan
ketentuan
apabila
hasil
dari
bahwa
Arianto,
penyelesaian
S.
Universitas
&
Indonesia,
Triyanti,
Memahami
N.
Hukum
2011,
Dari
sengketa yang telah dilakukan secara
Konstruksi sampai Implementasi,
berjenjang
tersebut
dari
badan
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
(BPD),
camat
Asshiddiqie, J. 2006, Pengantar Ilmu
ditingkat kecamatan dan ditingkat
Hukum Tata Negara, Sekretaris
Pemerintah Kota Sungai Penuh,
Jenderal
dan
apabila
Mahkamah
Konstitusi
permusyawaratan
salah
satu
pihak
tidak
menerima hasil dari penyelesaian
sengketa
pemilihan
kepala
Indonesia, Jakarta.
desa
tersebut, maka dapat menempuh
14
Kepaniteraan
Republik
Budiarjo,
M. 2000, Dasar-dasar Ilmu
Harahap, MY. 2003, Arbitrase Ditinjau
Politik, Gramedia Pustaka Utama,
Dari Regelemen Acara Perdata (Rv),
Jakarta, hlm 53.
Peraturan
Prosedur
Internasional
Centre
Stlement
Of
Investment
(ICSID),
UNCITRAL
Diantha, MP. 1990, Tiga Tipe Pokok
Sistem
Pemerintahan
Dalam
Demokrasi, Abadin, Bandung.
Ekatjahjana, W. 2002, Bunga Rampai
Masalah
Hukum
Pemilu
di
Arbitration
Sinar Grafika, Jakarta,hlm 65-66.
Harahap,
Jakarta.
MY.
2005,
Perdata,
Freidman, Lawrence M 1975, The Legal
Hukum
Tentang
Persidangan,
Science
Acara
Gugatan,
Penyitaan,
Pembuktian,
Dan
Putusan
Sage
Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta.
Fundation, New York, Terjemahan
Joeniarto, 1984, Demokrasi dan Sistem
Perspectiva),
Russel
Dispute
Award, PERMA No. 1 Tahun 1990,
Demokrasi, PT Refika Aditama,
Social
The
and Enforcement Of Foreing Arbital
Fuady Munir, 2010, Konsep Negara
(A
For
Rules, Convestion On The Recognition
Indonesia, Universitas Jember.
System
BANI,
M.Khozim, 2013, Nusa Media,
Pemerintahan
Bandung.
Aksara, Jakarta.
Fahmi, K. 2012, Pemilihan Umum &
Kedaulatan
Rakyat,
Juliantara,
PT.
D.
2000,
Demokrasi
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Pemberdayaan
Hakim, AB. 2011, Negara Hukum Dan
Negara,
Bina
Arus
Bawah
Otonomi
dan
Desa,
Lapera
Pustaka Utama Jogjakarta.
J.S. Badudu & Sutan Moh. Zain, 1994,
Demokrasi Di Indonesia,Pustaka
Pelajar, Yogjakarta.
Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
15
Kansil, C.S.T
1984, Desa Kita dalam
Peraturan
Tata
Martosoewignjo, SS. 1968, Sistem Dua
Partai, Binacipta, Bandung.
Pemerintahan
Desa, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Mawardi, I. 2014, Dinamika Sengketa
Kartohadikoesoemo, S. 1984, Desa, Balai
Hukum
Pustaka, Jakarta.
Administrasi
Di
Pemilukada, Rangkang Education,
Kusnadir, M, & Ibrahim, H. 1983,
yogyakarta.
Ninik, W. & Sunindhia, Y.W, 1988,
Pengantar Hukum Tata Negara
Indonesia, Pusat Studi Hukum Tata
Manajemen
Negara FH UI, Jakarta.
dalam Pembagunan, Bina Aksara,
Kamisa, 1997, Kamus Lengkap Bahasa
dan
Kepemimpinan
Jakarta.
Indonesia, Kartika, Surabaya.
Pusat
Mawardi, I. 2014, Dinamika Sengketa
Pembinaan
Bahasa
dan
Pengembangan
Departemen Pendidikan
Hukum Administrasi di Pemilukda,
dan
Rangkang Education.
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta
Marsudi AL.S, 2001, Pancasila dan
UUD’45
Reformasi,
dalam
PT.
kebudayaan,1989,
Kamus
Balai Pustaka.
Prodjodikoro, W. 1975, Hukum Acara
Paradigma
RajaGrafindo
Perdata
Persada, Jakarta, hlm. 65-66
Sumur
Indonesia,
Bandung.
Mufti, M. & Hj. Didah, DN. 2013, Teori-
Rudini,
2000,
Atas
Nama
Teori Demokrasi, Pustaka Setia
Demokrasi Indonesia, Bina Cipta,
Bandung.
Bandung.
Marijan, K. 2010, Sistem Politk Indonesia
Konsolidasi
Demokrasi
Rahmadi, T. 2010, Mediasi Penyelesaian
Pasca
Sengketa
Melalui
Orde Baru, Prenada Media Group,
Mufakat,
PT.
Jakarta.
Persada.
16
Raja
Pendekatan
Grafindo
Sukriono, D. 2013, Hukum, Konstitusi,
dan
Konsep
Otonomi,
Penelitian Tesis dan Disertasi, Pt.
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Kajian
Politik Hukum Tentang Konstitusi,
Salim, 2001. Perkembangan Teori dalam
Otonomi Daerah dan Desa Pasca
Ilmu Hukum, PT. RajaGrafindo
Perubahan
Setara
Konstitusi,
Persada, Jakarta.
Press, Malang,
Sorensen,
G.
2003,
Demokratisasi
Sadu, W. dan Tahir, I, 2006 , Prospek
Fokus
Wingnjosoebroto,
2007,
dan
Pengembangan
:
dan
Media, Bandung.
Proses
Soetandyo
Prosepek dalam Sebuah Dunia
yang Sedang Berubah, Penerjemah
Hukum,
I. Made Krisna, Tadjuddin Noer
Penelitian dan Dinamika Masalah,
Effendi,
Elsam & Huma, Jakarta.
Pustaka
Pelajar,
Yogyakarta.
Sutaryo, 1992.
Dalam
S.
Penelitian, Suatu Pendekatan dan
Perspektif
Praktek, Rineka Cipta, Jakarta.
Konflik,
Sutoro, E. Dkk 2005, Manifesto
2013,
Pembaharuan Desa. APMD Press,
Pokok-pokok
Yogyakarta.
Sosiologi Hukum, Rajawali Pers,
Sutoro, E. 2003, Meletakan Desa dalam
Jakarta.
Desentralisasi
1987, Sosiologi Suatu Pengantar,
&
Nurbani,
dan
Demokrasi,
APMD Press, Yogyakarta.
Rajawali Pers, Jakarta.
HS.
Metode
Dinamika Masyarakat
Mada, Yogyakarta.
Soekanto,
Paradigma,
Suharsini Arikunto, 2006, Prosedur
FISIPOL – Universitas Gadjah
Salim,
Desa,
Demokrasi
Sodikin, 2014, Hukum Pemilu, Pemilu
ES.
2013,
Sebagai Praktek Ketatanegaraan,
Penerapan Teori Hukum Pada
Gramata Publising, Jawa Barat.
17
Sitepu, A.
Wirawan, IB. 2013, Teori-teori Sosial &
2012, Teori-Teori Politik,
Graha Ilmu, Yogyakarta.
Perilaku Sosial,
Sudiarto, 2013, Negosiasi, Mediasi &
Paradigma,
Prenanda
Wasistiono, S. 1993, Kepala Desa dan
Alternatif di Indonesia, Pustaka
Reka Cipta, Bandung.
Dinamikan
Cv.
Pemilihannya,
Mekar Rahayu, Bandung.
Soeroso, R. 2001, Praktek Hukum Acara
Witanto,
Perdata, Tata Cara Dan Proses
Sinar
Kencana
Media Group, Jakarta..
Arbitrase, Penyelesaian Sengketa
Persidangan,
Dalam Tiga
Grafika,
DY.
2012,
Hukum
Acara
Mediasi, Dalam Perkara Perdata
Jakarta.
Di Lingkungan Peradilan Umum
dan Peradilan Agama, Alfabeta,
Tjiptoherijanto, S & Prijono, YM. 1983,
Bandung.
Demokrasi di Pedesaan Jawa,
Muljono, W. 2012, Teori & Praktek
Sinar Harapan dan LPFE UI.
Jakarta.
Peradilan Perdata Di Indonesia,
Pustaka Yustisia, Yogyakarta.
Tanjung, SH. 2003, Sistem Pemerintahan
Desa, Alqaprint, Jatinangor.
B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Utsman, S. 2013, Dasar-Dasar Sosiologi
Indonesia Tahun 1945.
Hukum, Makna Dialog antara
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015
Hukum & Masyarakat, Pustaka
tentang perubahan atas Undang-
Pelajar, Yogyakarta
Undang Nomor 1 Tahun 2015
Widjaja, HAW, 2010, Otonomi Desa
tentang
Merupakan otonomi Asli, bulat dan
Pemerintah
Utuh, PT Rajagrafindo Persada,
Penetapan
Pengganti
Peraturan
Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2014
Jakarta.
18
tentang
Pemilihan
Gubernur,
sejumlah- desa- bermasalah. html.
Bupati, dan Walikota.
di akses 14 Januari 2014.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
Tentang perubahan kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Undang Undang Nomor 5 tahun 1979
Tentang Desa.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014.
Tentang
Pelaksanaan
Peraturan
Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Desa.
Peraturan Daerah (Perda) Kota Sungai
Penuh Nomor 19 Tahun 2011
Tentang
Tata
Pencalonan,
Pelantikan
cara
Pemilihan,
Pengangkatan,
dan
Pemberhentian
Kepala Desa dan Perangkat Desa.
C. Website.
Jambiupdate, 2013. Pilkades Sejumlah
Desa
Bermasalah,.
http/
jambiupdate.com/artikel-pilkades-
19
PEMILIHAN KEPALA DESA BERDASARKAN
PERATURAN DAERAH NOMOR 19 TAHUN 2011
DI DESA KOTO RENAH KOTA SUNGAI PENUH
PROVINSI JAMBI.
ARTIKEL
Oleh :
VIKTORIANUS GULO
NPM. 1310018412016
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS BUNG HATTA.
2015
1
PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN KEPALA DESA BERDASARKAN
PERATURAN DAERAH NOMOR 19 TAHUN 2011 DI DESA KOTO RENAH
KOTA SUNGAI PENUH PROPINSI JAMBI.
Viktorianus Gulo¹, Sjofjan Thalib¹, Lis Febrianda¹
Program Studi Magister Ilmu Hukum, Pascasarjana Universitas Bung Hatta
e-mail viktor_gulo@rocketamil.com
ABSTRAK
Penyelesaian sengketa pemilihan kepala desa tidak diselesaikan melalui pengadilan, tetapi
diberi kewenangan kepada bupati atau walikota untuk menyelesaikannya berdasarkan
peraturan daerah. pada pemilihan kepala desa di Desa Koto Renah terjadi sengketa yang
diduga terjadi pengelembungan suara. Rumusan masalah : (1) Bagaimanakah mekanisme
pelaksanaan penyelesaian sengketa pemilihan kepala desa di Desa Koto Renah Kota Sungai
Penuh.? (2) Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya sengketa pemilihan
kepala desa di Desa Koto Renah Kota Sungai Penuh.? (3) Bagaimanakah implikasi yang
ditimbulkan dari penyelesaian sengketa pemilihan kepala desa di Desa Koto Renah Kota
Sungai Penuh.? Metode penelitian melalui pendekatan yuridis sosiologis dengan melalui
pengumpulan data studi dokumen dan wawancara mendalam dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian : penyelesaian sengketa dilakukan secara berjenjang dari tingkat badan
permusyawaratan desa (BPD), tingkat kecamatan, tingkat pemerintahan kota. Faktor yang
terjadi adanya intervensi dari wakil walikota, walikota mengulur-ngulur waktu pelantikan
kepala desa, panitia tidak netral, adanya kecurigaan terhadap domisili warga. Implikasi yang
terjadi tidak adanya kepastian hukum, adanya ancaman kepada pejabat pemerintah, terjadinya
perdebatan ditengah masyarakat atas keputusan walikota. dari hasil penelitian tersebut
diharapkan dalam peraturan daerah tersebut diatur mekanisme pengaduan dan diberikan hak
untuk melakukan upaya hukum apabila tidak menerima hasil penyelesaian sengketa tersebut,
panitia harus dari lembaga yang indenpenden, selain itu dapat mengajukan upaya hukum baik
di Pengadilan tatausaha negara maupun di pengadilan negeri.
Kata kunci : Penyelesaian, Sengketa, Peraturan Daerah.
THE RESOLUTION OF QUARREL OF THE VILLAGE CHIEF ELECTION
ACCORDING TO THE REGIONAL REGULATION NUMBER 19 TAHUN 2011 IN
DESA KOTO RENAH KOTA SUNGAI SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI.
Viktorianus Gulo¹, Sjofjan Thalib¹, Lis Febrianda¹
Program Studi Magister Ilmu Hukum, Pascasarjana Universitas Bung Hatta
e-mail viktor_gulo@rocketamil.com
ABSTRACTION
The resolution of quarrel during the election process of village chief is not achieved trough
the legal system but by the authority of regents and mayors according to the regional
regulation. The quarrel during the election process of village chief in Desa Koto Renah
presumed by the exaggeration of the total votes. Formulating the problems (1) How is the
mechanism to achieve the resolution of quarrel done during the election process of village
chief in Desa Koto Renah Kota Sungai Penuh? (2) What are the factors trigger the quarrel
2
during the election process of village chief in Desa Koto Renah Kota Sungai Penuh? Haw is
the implication of the resolution of quarrel during the election process of village chief in
Desa Koto Renah Kota Sungai Penuh? The method of research is using sociological
jurisdiction approach by collecting the data through study document and profound interview
analyzed descriptively. The result of the research : the resolution of the quarrel achieved
gradually from the Village Consultative Body (BPD) level, district level, city government
level. The factors are intervention from the vice-mayor, the mayor lengthen the time to state
the village chief publicly, the unfairness of the committee, the suspiciousness of people
domicile. The implications are the uncertainty of the law, the threat toward government
officers, the quarrel among people in the community concerining the mayor decision.
According to the result of the research what to be expected from the regional regulation are
the regulation concerning the accusation mechanism and the right to seek justice through the
legal system if there is no resolution of the quarrel, the committee should come from the
independent party, in addition the right to seek justice either at Administrative Court or
District Court.
Key words : Resolution, Quarrel, Regional Regulation.
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
1. Pendahuluan.
Dalam Pasal 18 Ayat (1) Undang-
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Tahun 1945 dijelaskan bahwa negara
menjelaskan
mengakui dan menghormati satuan-satuan
Republik Indonesia dibagi atas daerah
pemerintahan
provinsi, dan daerah provinsi itu dibagi
daerah
yang
bersifat
bahwa
Negara
Kesatuan
istimewa yang diatur dengan undang-
atas
undang. Selain itu negara mengakui dan
Selanjutnya pada Ayat (2) menjelaskan
menghormati
kesatuan-kesatuan
bahwa daerah kabupaten/kota dibagi atas
masyarakat hukum adat beserta hak-hak
kecamatan dan kecamatan dibagi atas
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
kelurahan dan/atau desa.
daerah
kabupaten
dan
kota.
sesuai dengan perkembangan masyarakat
Selanjutnya dalam Pasal 59 Ayat
dan prinsip Negara Kesatuan Republik
(1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
Indonesia yang diatur dalam undang-
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
undang.
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Sehubungan dengan hal di atas
Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa
dalam Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang
setiap
3
daerah
dipimpin
oleh
kepala
pemerintahan daerah yang disebut kepala
tetap menganut asas dalam pelaksanaanya
daerah. Pada Ayat (2) dijelaskan pula
yaitu langsung, umum, rahasia, jujur dan
bahwa
adil.
kepala
daerah
sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1) untuk daerah
Dalam
pelaksanaan
pemilihan
provinsi disebut gubernur, untuk daerah
umum (pemilu) di Indonesia tak sedikit
kabupaten disebut bupati, dan untuk
menimbulkan
daerah kota disebut walikota.
Untuk
Lebih lanjut dalam Pasal 1 Angka
berbagai
dapat
permasalahan
permasalahan.
mengatasi
atau
berbagai
sengketa
dalam
2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
pemilihan umum, baik pemilihan legislatif,
tentang Desa dijelaskan bahwa pemerintah
presiden,
desa
pemilihan
adalah
penyelenggara
urusan
kepala
daerah,
maupun
desa
sebagai
kepala
pemerintahan dan kepentingan masyarakat
pemerintahan yang terendah
setempat
pemerintahan
yang terkecil dalam Negara Kesatuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Republik Indonesia, telah ada mekanisme
Kemudian pada Ayat (3) dijelaskan pula
yang ditentukan terhadap sengketa yang
bahwa pemerintah desa adalah kepala desa
timbul pada pemilihan umum tersebut,
atau yang disebut dengan nama lain
seperti
dibantu perangkat desa sebagai unsur
presiden,
penyelenggara pemerintahan desa.
diselesaikan melalui lembaga Mahkamah
dalam
sistem
Berkaitan dengan itu baik kepala
daerah
yaitu
gubernur,
bupati
sengketa
dan
pemilihan
kepala
di wilayah
legislatif,
daerah
yang
Konstitusi (MK).
atau
Penyelesaian sengketa pemilihan
walikota dipilih melalui pemilihan umum,
kepala desa sendiri berdasarkan Pasal 37
dan hal yang sama juga berlaku pada
Ayat (6) Undang-Undang Nomor 6 Tahun
pemilihan kepala desa. pada pelaksanaan
2014 tentang Desa menjelaskan bahwa dalam
pemilihan kepala daerah tersebut di atas
hal terjadi perselisihan hasil pemilihan kepala
desa, bupati/walikota wajib menyelesaikan
4
perselisihan dalam jangka waktu 30 (tiga
pelaksanaan
pemilihan
puluh) hari.
diselesaikan
secara
Sehubungan dengan hal tersebut,
Penyelesaian
maka penyelesaian sengketa pemilihan
kepala
sebagaimana
desa
berjenjang.
dimaksud
dalam Pasal 43 dilaksanakan mulai dari:
kepala desa di Kota Sungai Penuh, telah
a. Desa oleh BPD;
ada
b. Kecamatan oleh Camat; dan
mekanismenya
dalam
Pasal
30
Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2011
c. Daerah oleh Tim Pemerintah
tentang Tata Cara Pemilihan, Pencalonan,
Daerah.
Pengangkatan,
dan
Pelaksanaan pemilihan kepala desa
Pemberhentian Kepala Desa dan Perangkat
di Desa Koto Renah diselenggarakan pada
Desa, yang menjelaskan bahwa penetapan
Bulan September Tahun 2013. Di Kota
calon terpilih kepala desa oleh Badan
Sungai Penuh ada sekitar 44 Desa pada
Permusyawaratan
(BPD)
Bulan Agustus Tahun 2013 yang habis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
masa jabatannya. Dari ke 44 Desa tersebut,
paling lama 7 (tujuh) hari terhitung tanggal
pelaksanaannya sebagian besar terjadi
diterimanya laporan hasil pemilihan dari
masalah antara lain adanya kecurangan
panitia
yang
pemilihan.
Pelantikan
Desa
Dalam
Pasal
31
salah
satunya
terjadi
dijelaskan pula bahwa jangka waktu
penggelembungan suara salah satu pihak
penetapan calon terpilih oleh Badan
calon kepala desa. 1
Permusyawaratan
Desa
(BPD)
Terhadap
permasalahan
yang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
terjadi pada pemilihan kepala desa di Desa
dapat ditunda, apabila hasil pemilihan
Koto Renah telah ada pengaduan baik di
kepala desa bermasalah.
pihak calon kepala desa terpilih maupun
Selanjutnya Pasal 43 menjelaskan
1
Jambiupdate, Pilkades Sejumlah Desa
Bermasalah,
http/jambi
update.com/artikelpilkades-sejumlah- desa- bermasalah. html. diakses
tanggal 14 Januari 2014.
bahwa pelanggaran yang terjadi dalam
5
calon kepala desa yang kalah yaitu dari
Berdasarkan uraian di atas, penulis
pihak kepala desa yang kalah menuntut
tertarik untuk mengetahui bagaiamana
untuk
ulang.
sebenarnya penyelesaian sengketa di Desa
Sedangkan di pihak kepala desa terpilih
Koto Renah tersebut, maka permasalahan
menuntut
yang perlu dibahas dan diteliti adalah
dilakukannya
untuk
pemilihan
segera
dilakukan
pelantikan, tetapi masyarakat Desa Koto
sebagai berikut ;
Renah sendiri tidak mengetahui bagaimana
1. Bagaimanakah mekanisme pelaksanaan
penyelesaian terhadap adanya beberapa
penyelesaian
sengketa
keberatan yang mengakibatkan pelantikan
kepala desa di Desa Koto Renah Kota
kepala desa terpilih tertunda, dimana
Sungai Penuh.?
seharusnya pelantikan Kepala Desa Koto
2. Faktor-faktor
Renah terpilih dilakukan pelantikannya
menyebabkan
pada
pemilihan kepala desa di Desa Koto
Bulan November Tahun 2013.
apa
pemilihan
sajakah
terjadinya
yang
sengketa
Renah Kota Sungai Penuh.?
Namun pelantikan baru terlaksana pada
3. Bagaimanakah
Bulan Juni Tahun 2014, hal ini tentu tidak
implikasi
yang
sesuai dengan ketentuan yang telah diatur
ditimbulkan dari penyelesaian sengketa
dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun
pemilihan kepala desa di Desa Koto
2014 tentang Desa yang menjelaskan
Renah Kota Sungai Penuh.
bahwa walikota dalam jangka waktu 30
Pemilihan kepala desa dilakukan secara
(tiga puluh) hari sudah menyelesaikan
demokratis langsung oleh rakyat melalui
permasalahan yang terjadi pada pemilihan
pemilihan umum, dimana pemilihan umum
kepala desa terhitung pada saat adanya
merupakan
pengaduan.
mengaplikasikan
2. Permasalahan
Pemilihan umum yang diselenggarakan
instrumen
penting
kedaulatan
untuk
rakyat.
dalam pemilihan kepala desa merupakan
6
wujud suatu negara yang demokrasi, dan
perselisihan hasil pemilihan umum, juga
rakyat
sangat penting keberadaannya.2
berhak
pilihannya
untuk
guna
menentukan
memilih
Menurut
sesorang
Rescoue
terdiri
dari
Pound
pemimpin yang diyakininya bisa merubah
masyarakat
kelompok-
kesejahteraan ke arah yang lebih baik.
kelompok dimana di dalamnya sering
di
terjadi konflik antara kepentingan yang
sejak
satu dengan kepentingan yang lainnya,
bergulirnya Reformasi Tahun 1998, namun
tetapi ada suatu kesatuan mendasar di
pelaksanaannya sampai saat ini
belakang konflik itu. Fungsi
Pelaksanaan
Indonesia
demokrasi
telah
terlaksana
tidak
hukum
terlepas dari berbagai sengketa di berbagai
menurut Pound adalah untuk memenuhi
daerah. Menurut Wahyono kemungkinan
peran rekonsiliasi dan untuk menciptakan
terjadinya perselisihan pemilihan umum
keharmonisan
sangat terbuka dalam setiap pelaksanaan
kebutuhan
pemilihan umum di suatu negara, terlebih
Hukum
lagi bagi Bangsa Indonesia yang baru
sosial” yang diarahkan pada tercapainya
menapaki babak baru dalam kehidupan
keharmonisan sosial. 3
berbagai
yang
saling
merupakan
tuntutan
dan
bertentangan.
bentuk
“rekayasa
Adapun Lawrence M. Friedman
berdemokrasi. Oleh karenanya, pada setiap
lembaga
yang menyatakan ada tiga elemen sistem
pengawas dan pemantau pemilihan umum
hukum yang menentukan berfungsinya
guna memperkecil terjadinya kecurangan
atau memfungsikan suatu hukum, yaitu
atau
structure, substance, dan legal culture4.
negara
demokrasi
pelanggaran
terdapat
dalam
pelaksanaan
pemilihan umum. Di samping itu lembaga
2
peradilan
yang
berwenang
Satya Arianto & Ninuk Triyanti, 2011,
Memahami Hukum Dari Konstruksi sampai
Implementasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
hlm 265-266.
3
Achmad Ali & Wiwie Heryani, 2012,
Menjelajah Kajian Empiris Terhadap Hukum,
Kencana Prenanda Media Group, Jakarta, hlm 108.
4
Lawrence M. Freidman, 1975, The Legal
System (A Social Science Perspectiva), Russel Sage
memutus
7
Struktur adalah menyangkut lembaga-
peran sesuai dengan fungsinya, sehingga
lembaga yang berwenang membuat dan
hukum dapat berjalan secara serasi dan
melaksanakan undang-undang (lembaga
seimbang, sesuai dengan fungsinya. 6
pengadilan dan lembaga legislatif). Aspek
3 Pembahasan
kedua, adalah substansi, materi atau
A. Mekanisme Penyelesaian Sengketa
bentuk
dari
peraturan
perundang-
Pemilihan Kepala Desa Di Desa Koto
undangan.
Renah Kota Sungai Penuh.
Aspek ketiga dari sistem hukum
Pada pemilihan Kepala Desa Koto
adalah apa yang disebut sebagai sikap
Renah sendiri dilaksanakan pada tanggal 25
orang terhadap hukum, yaitu menyangkut
Agustus 2013 diikuti oleh dua orang calon
kepala desa atas nama Eva Hariadi dan
kepercayaan akan nilai, pikiran atau ide
Asmardi. Pada pelaksanaan pemilihan kepala
dan harapan mereka. Struktur hukum yang
desa tersebut berdasarkan laporan panitia
baik kalau tidak ditunjang oleh adanya
pelaksana pemilihan kepala desa di Desa Koto
substansi hukum yang baik pula, demikian
Renah, bahwa jumlah pemilih sesuai dengan
pula susbtansi hukum yang baik tidak akan
dirasakan
manfaatnya
kalau
daftar pemilih tetap (DPT) berjumlah 1.250
tidak
(seribu dua ratus lima puluh) orang. Jumlah
ditunjang oleh struktur hukum yang baik.5
pemilih yang menggunakan hak suaranya
Selanjutnya struktur dan susbstansi
berjumlah 932 (sembilan ratus tiga puluh dua)
hukum yang baik tidak akan dapat
orang, sedangkan jumlah suara yang tidak sah
dirasakan
berjumlah 28 (dua puluh delapan) orang.
eksistensinya
kalau
tidak
didukung oleh budaya hukum masyarakat
Atas hasil pemilihan kepala Desa
yang baik pula. Hukum akan berperan
Koto Renah tersebut calon kepala desa
dengan baik manakala ketiga aspek hukum
atas nama Eva Hariadi memperoleh suara
itu saling
sebanyak 455 (empat ratus lima puluh
berinteraksi dan memainkan
lima)
Fundation, New York, Terjemahan M.Khozim,
2013, Nusa Media, Bandung, hlm 6-12
5
Ibid.
suara,
6
8
sedangkan
Asmardi
Sabian Utsman, Op. Cit., hlm. 356-357.
3. Tidak
memperoleh suara sebanyak 449 (empat
ratus
empat
puluh
sembilan)
transparan
panitia
dalam
menetapkan surat suara tidak sah.
suara.
Sehingga dengan hasil tersebut maka oleh
4. Oknum panitia memperlambat masa
badan permusyawaratan desa (BPD) pada
pendukung nomor urut 2 (dua) untuk
tanggal 27 Agustus 2013 mengeluarkan
memilih, atau tidak sesuai prinsip
Surat Keputusan Nomor 06 Tahun 2013
antrian, seharusnya calon pemilih yang
yang isinya menetapkan EVA HARYADI
lebih
RIO sebagai Kepala Desa Koto Renah
undangan
terpilih periode 2014-2019.
dahulu untuk menggunakan hak suara
dahulu
menyerahkan
merekalah
yang
surat
terlebih
(hak pilih) nya.
Terpilihnya Eva Haryadi sebagai
mendapat
5. Panitia tidak netral karena memihak
keberatan dari pihak calon kepala desa atas
kepada nomor urut 1 (satu), dimana
nama Asmardi dengan mengajukan surat
anggota
keberatan terhadap pelaksanaan pemilihan
menyosialisasikan dan menganjurkan
Kepala Desa Koto Renah pada tanggal 31
masyarakat untuk memilih nomor urut
Agustus 2013. Keberatan pihak calon
1 (satu).
Kepala
Desa
Koto
Renah
panitia
secara
aktif
ikut
Sebagaimana ketentuan di atas
kepala desa atas nama Asmardi tersebut
antara lain adalah :7
bahwa penyelesaian sengketa pemilihan
1. Ditemukan beberapa orang pemilih di
kepala
desa
berjenjang
bawah umur
diselesaiakan
mulai
dari
secara
badan
2. Ditemukan pemilih yang berdomisili
permusyawaratan desa, camat ditingkat
dan terdaftar sebagai pemilih di desa
kecamatan dan tingkat pemerintah kota.
lain, tetapi pada hari yang sama ikut
Menanggapi keberatan tersebut oleh Pada
memilih di Desa Koto Renah.
pelaksanaanya
badan
permusyawaratan
desa (BPD) menerima laporan kemudian
7
Ibid.
9
laporan
tersebut
melakukakan
diproses
pemeriksaan
dengan
bahwa penyelesaian sengketa tersebut
terhadap
tidak berhasil dan melimpahkannya ke
beberapa orang yang namanya tertulis
dalam
surat
meliputi
Menindaklanjuti hasil penyelesaian
memeriksa
sengketa ditingkat kecamatan tersebut
kelengakapan administrasi berupa kartu
tingkat pemerintah kota membentuk tim
tanda penduduk, kartu keluarga, kemudian
yang terdiri dari wali kota, wakil walikota,
memanggil
untuk
asisten I, asisten II, badan pemberdayaan
menyampaikan hasil pemeriksaan. Setelah
masyarakat, inspektorat, bagian hukum
tidak berhasil menyelesaikan sengketa
pemerintah kota sungai penuh, kepala
tersebut kemudian melimpahkannya ke
bidang
tingkat Kecamatan Pesisir Bukit.
dilakukan investigasi oleh inspektorat
mengambil
laporan,
yang
tingkat pemerintahan kota.
keterangan,
para
Berkaitan
pihak
dengan
itui
Camat
pemerintahan
dengan
desa.
berpedoman
kemudian
dari
hasil
Pesisir Bukit menindak lanjutinya dengan
pemeriksaan badan permusyawaratan desa
melakukan investigasi dengan memanggil
(BPD) dan hasil pemeriksaan dari camat
kembali beberapa orang yang tertera dalam
pada
surat laporan dan memeriksa kelengkapan
investigasi tersebut kemudian diserahkan
administrasi seperti kertu tanda penduduk
kepada tim yang telah dibentuk untuk
dan kartu keluarga, selain itu memastikan
dibahas
dengan mengecek langsung kelapangan.
keputusan.
Selanjutnya memanggil para pihak, tokoh
B. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan
tingkat
dan
Terjadinya
adat, tokoh agama, tokoh pemuda di Desa
kecamatan.
untuk
Sengketa
Dari
hasil
mendapatkan
Pemilihan
Kepala Desa Di Desa Koto Renah.
Koto Renah dan menyampaikan hasil dari
pemeriksaan
tersebut.
Kemudian
Terjadinya
dari
sengketa
pemilihan
kepala desa di Desa Koto Renah tentunya
proses di tingkat kecamatan disimpulkan
tidak terlepas dari berbagai faktor yaitu
10
adanya intervensi
dari wakil Walikota
Kepala Desa Di Desa Koto Renah
Kota Sungai Penuh.
Sungai Penuh yang memihak kepada salah
Sengketa dalam pemilihan kepala
satu calon kepala desa yang tidak lain
desa di Desa Koto Renah berimplikasi
adalah ajudannya sendiri, kemudian juga
pada
Walikota
Sungai
Penuh
tidak
adanya
kepastian
hukum
mengulurditengah-tengah
masyarakat,
sehingga
mengulur waktu pelantikan kepala desa
sengketa pemilihan kepala Desa Kota
dengan tujuan supaya kepala desa terpilih
Sungai
Penuh
hampir
mengakibatkan
tidak mengarahkan warga untuk tidak
bentrok antara pendukung calon kepala
memilih
calon
legilatif
dari
partai
desa karena penyelesaiannya berlarut-larut
demokrat karena pelaksanaan pemilihan
bahkan sampai berbulan-bulan belum ada
kepala
desa
di
Desa
Koto
Renah
hasil dari penyelesaian sengketa tersebut,
bertepatan pada pemilihan legislatif. Selain
dan yang membuat ketegangan di desa
itu Panitia penyelenggara pemilihan kepala
cukup lama, sampai sekarang. Juga adanya
desa di Desa Koto Renah berpihak kepada
ancaman kepada pejabat di pemerintahan
salah satu calon kepala desa. ini terlihat
Kota Sungai Penuh dari pihak-pihak yang
pada saat warga memberikan suaranya
tidak puas atas hasil penyelesaian sengketa
panitia lebih mendahulukan warga yang
pemilihan
kepala
desa
tersebut.
Ini
menurut mereka memilih calon yang
diakibatkan karena ada saling curiga
mereka inginkan sehingga pemilih dalam
terhadap pemerintah Kota Sungai Penuh
memberikan
suaranya
tidak
lagi
yang dituduh ikut berpihak kepada salah
memberikan
suaranya
sesuai
dengan
satu calon. Selain itu terjadi perdebatan
urutan antrian. Dan faktor terakhir adalah
ditengah-tengah masyarakat Desa Koto
adanya
kecurigaan
terhadap
domisili
Renah yang saling menuduh Pemerintah
warga pemilih.
Kota Sungai Penuh berpihak kepada calon
C. Implikasi Yang Ditimbulkan Dari
Penyelesaian
Sengketa
kepala desa terpilih, dan ada juga yang
Pemilihan
11
mengatakan bahwa justru Pemerintah Kota
kecamatan tidak dapat menyelesaikan
Sungai Penuh yang berpihak kepada calon
sengketa
kepala desa yang tidak terpilih.
tersebut,
4. Penutup.
kecamatan melimpahkannya ke tingkat
Simpulan.
pemerintahan
Dari hasil dan pembahasan di atas,
pemilihan
maka
camat
menyelesaikannya
1. Mekanisme
jenjang yang terakhir.
pemilihan kepala desa di Desa Koto
untuk
2. Faktor-faktor
tingkat
untuk
dan
kewenangan
sengketa
di
desa
kota
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
penyelesaian
kepala
diberi
memutus
yang
pada
menyebabkan
Renah Kota Sungai Penuh berdasarkan
terjadinya sengketa pemilihan kepala
Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh
desa di Desa Koto Renah adalah :
Nomor
a. Adanya
19
Tahun
2011
tentang
Pemilihan, Pencalonan, Pengangkatan,
intervensi
dari
wakil
Walikota Sungai Penuh.
Pelantikan, Pemberhentian Kepala Desa
b. Walikota Sungai Penuh mengulur-
dan Perangkat Desa dilakukan secara
mengulur waktu pelantikan kepala
berjenjang mulai dari tingkat bawah
desa.
oleh
badan
permusyawaratan
desa
c. Panitia
penyelenggara
pemilihan
(BPD) dan apabila kemudian di tingkat
kepala desa di Desa Koto Renah
badan permusyawaratan desa (BPD)
berpihak kepada salah satu calon
tidak dapat menyelesaikan sengketa
kepala desa.
pemilihan kepala desa tersebut, maka
d. Adanya
badan permusyawaratan desa (BPD)
kecurigaan
terhadap
domisili warga pemilih
melimpahkannya ke tingkat kecamatan
3. Implikasi
yang diselesaikan oleh camat dan
yang
ditimbulkan
dari
penyelesaian sengketa pemilihan kepala
begitu seterusnya apabila pada tingkat
12
desa di Desa Koto Renah Kota Sungai
kepala desa terpilih, dan ada juga yang
Penuh adalah :
mengatakan bahwa justru Pemerintah
a.
Tidak adanya kepastian hukum
Kota Sungai Penuh yang berpihak
ditengah-tengah masyarakat, sehingga
kepada calon kepala desa yang tidak
sengketa pemilihan kepala Desa Di
terpilih.
Desa Koto Renah Kota Sungai Penuh
Saran
hampir mengakibatkan bentrok antara
1.
Sebaiknya
dalam
penyusunan
pendukung calon kepala desa karena
peraturan
penyelesaiannya berlarut-larut bahkan
penyelesaian
sampai berbulan-bulan belum ada hasil
kepala
dari penyelesaian sengketa tersebut, dan
pengaduan dan penyelesaian masalah
yang membuat ketegangan di desa
dan diberikan kewajiban kepada pihak
cukup lama, sampai sekarang.
yang keberatan untuk membuktikan
b. Adanya ancaman kepada pejabat di
daerah
desa
dalam
hal
sengketa
pemilihan
diatur
mekanisme
keberatannya. Selain itu diberikan hak
pemerintahan Kota Sungai Penuh dari
untuk
pihak-pihak yang tidak puas atas hasil
apabila
penyelesaian sengketa pemilihan kepala
penyelesaian sengketa tersebut dengan
desa tersebut. Ini diakibatkan karena
tujuan
ada saling curiga terhadap pemerintah
sengketa secara sepihak.
2. Supaya
Kota Sungai Penuh yang dituduh ikut
berpihak kepada salah satu calon.
c. Terjadi
perdebatan
melakukan
upaya
tidak
menerima
menghindari
tidak
terjadi
hukum
hasil
penyelesaian
kecurigaan
terhadap panitia pemilihan kepala desa
ditengah-tengah
dan
untuk
menghindari
adanya
masyarakat Desa Koto Renah yang
hubungan kekerabatan atau hubungan
saling
Kota
keluarga dengan calon kepala desa,
Sungai Penuh berpihak kepada calon
seharusnya panitia pelaksana pemilihan
menuduh
Pemerintah
13
kepala desa dilaksanakan oleh komisi
upaya hukum baik di pengadilan tata
pemilihan
usaha negara maupun di pengadilan
umum
daerah
(KPUD),
karena pemilihan kepala desa memiliki
kesamaan
daerah
dalam
yaitu
pemilihan
negeri.
kepala
dilakukan
DAFTAR PUSTAKA.
A. Buku-Buku.
dengan
langsung, umum, bebas, jujur, dan
Ali, A. & Heryani, W. 2012, Menjelajah
rahasia sehingga sangat membutuhkan
Kajian Empiris Terhadap Hukum,
lembaga
Kencana Prenanda Media Group,
independen
pada
pelaksanaanya.
Jakarta.
3. Untuk dapat terwujudnya kepastian
hukum
seyogyanya
Azed, AB & Amir, M. 2005, Pemilu dan
dalam
Partai Politik di Indonesia, Pusat
penyusunan peraturan daerah khusus
Studi Hukum Tata Negara Fakultas
dalam
sengketa
Hukum
harus
Jakarta.
penyelesaian
pemilihan
kepala
desa,
dicantumkan
ketentuan
apabila
hasil
dari
bahwa
Arianto,
penyelesaian
S.
Universitas
&
Indonesia,
Triyanti,
Memahami
N.
Hukum
2011,
Dari
sengketa yang telah dilakukan secara
Konstruksi sampai Implementasi,
berjenjang
tersebut
dari
badan
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
(BPD),
camat
Asshiddiqie, J. 2006, Pengantar Ilmu
ditingkat kecamatan dan ditingkat
Hukum Tata Negara, Sekretaris
Pemerintah Kota Sungai Penuh,
Jenderal
dan
apabila
Mahkamah
Konstitusi
permusyawaratan
salah
satu
pihak
tidak
menerima hasil dari penyelesaian
sengketa
pemilihan
kepala
Indonesia, Jakarta.
desa
tersebut, maka dapat menempuh
14
Kepaniteraan
Republik
Budiarjo,
M. 2000, Dasar-dasar Ilmu
Harahap, MY. 2003, Arbitrase Ditinjau
Politik, Gramedia Pustaka Utama,
Dari Regelemen Acara Perdata (Rv),
Jakarta, hlm 53.
Peraturan
Prosedur
Internasional
Centre
Stlement
Of
Investment
(ICSID),
UNCITRAL
Diantha, MP. 1990, Tiga Tipe Pokok
Sistem
Pemerintahan
Dalam
Demokrasi, Abadin, Bandung.
Ekatjahjana, W. 2002, Bunga Rampai
Masalah
Hukum
Pemilu
di
Arbitration
Sinar Grafika, Jakarta,hlm 65-66.
Harahap,
Jakarta.
MY.
2005,
Perdata,
Freidman, Lawrence M 1975, The Legal
Hukum
Tentang
Persidangan,
Science
Acara
Gugatan,
Penyitaan,
Pembuktian,
Dan
Putusan
Sage
Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta.
Fundation, New York, Terjemahan
Joeniarto, 1984, Demokrasi dan Sistem
Perspectiva),
Russel
Dispute
Award, PERMA No. 1 Tahun 1990,
Demokrasi, PT Refika Aditama,
Social
The
and Enforcement Of Foreing Arbital
Fuady Munir, 2010, Konsep Negara
(A
For
Rules, Convestion On The Recognition
Indonesia, Universitas Jember.
System
BANI,
M.Khozim, 2013, Nusa Media,
Pemerintahan
Bandung.
Aksara, Jakarta.
Fahmi, K. 2012, Pemilihan Umum &
Kedaulatan
Rakyat,
Juliantara,
PT.
D.
2000,
Demokrasi
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Pemberdayaan
Hakim, AB. 2011, Negara Hukum Dan
Negara,
Bina
Arus
Bawah
Otonomi
dan
Desa,
Lapera
Pustaka Utama Jogjakarta.
J.S. Badudu & Sutan Moh. Zain, 1994,
Demokrasi Di Indonesia,Pustaka
Pelajar, Yogjakarta.
Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
15
Kansil, C.S.T
1984, Desa Kita dalam
Peraturan
Tata
Martosoewignjo, SS. 1968, Sistem Dua
Partai, Binacipta, Bandung.
Pemerintahan
Desa, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Mawardi, I. 2014, Dinamika Sengketa
Kartohadikoesoemo, S. 1984, Desa, Balai
Hukum
Pustaka, Jakarta.
Administrasi
Di
Pemilukada, Rangkang Education,
Kusnadir, M, & Ibrahim, H. 1983,
yogyakarta.
Ninik, W. & Sunindhia, Y.W, 1988,
Pengantar Hukum Tata Negara
Indonesia, Pusat Studi Hukum Tata
Manajemen
Negara FH UI, Jakarta.
dalam Pembagunan, Bina Aksara,
Kamisa, 1997, Kamus Lengkap Bahasa
dan
Kepemimpinan
Jakarta.
Indonesia, Kartika, Surabaya.
Pusat
Mawardi, I. 2014, Dinamika Sengketa
Pembinaan
Bahasa
dan
Pengembangan
Departemen Pendidikan
Hukum Administrasi di Pemilukda,
dan
Rangkang Education.
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta
Marsudi AL.S, 2001, Pancasila dan
UUD’45
Reformasi,
dalam
PT.
kebudayaan,1989,
Kamus
Balai Pustaka.
Prodjodikoro, W. 1975, Hukum Acara
Paradigma
RajaGrafindo
Perdata
Persada, Jakarta, hlm. 65-66
Sumur
Indonesia,
Bandung.
Mufti, M. & Hj. Didah, DN. 2013, Teori-
Rudini,
2000,
Atas
Nama
Teori Demokrasi, Pustaka Setia
Demokrasi Indonesia, Bina Cipta,
Bandung.
Bandung.
Marijan, K. 2010, Sistem Politk Indonesia
Konsolidasi
Demokrasi
Rahmadi, T. 2010, Mediasi Penyelesaian
Pasca
Sengketa
Melalui
Orde Baru, Prenada Media Group,
Mufakat,
PT.
Jakarta.
Persada.
16
Raja
Pendekatan
Grafindo
Sukriono, D. 2013, Hukum, Konstitusi,
dan
Konsep
Otonomi,
Penelitian Tesis dan Disertasi, Pt.
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Kajian
Politik Hukum Tentang Konstitusi,
Salim, 2001. Perkembangan Teori dalam
Otonomi Daerah dan Desa Pasca
Ilmu Hukum, PT. RajaGrafindo
Perubahan
Setara
Konstitusi,
Persada, Jakarta.
Press, Malang,
Sorensen,
G.
2003,
Demokratisasi
Sadu, W. dan Tahir, I, 2006 , Prospek
Fokus
Wingnjosoebroto,
2007,
dan
Pengembangan
:
dan
Media, Bandung.
Proses
Soetandyo
Prosepek dalam Sebuah Dunia
yang Sedang Berubah, Penerjemah
Hukum,
I. Made Krisna, Tadjuddin Noer
Penelitian dan Dinamika Masalah,
Effendi,
Elsam & Huma, Jakarta.
Pustaka
Pelajar,
Yogyakarta.
Sutaryo, 1992.
Dalam
S.
Penelitian, Suatu Pendekatan dan
Perspektif
Praktek, Rineka Cipta, Jakarta.
Konflik,
Sutoro, E. Dkk 2005, Manifesto
2013,
Pembaharuan Desa. APMD Press,
Pokok-pokok
Yogyakarta.
Sosiologi Hukum, Rajawali Pers,
Sutoro, E. 2003, Meletakan Desa dalam
Jakarta.
Desentralisasi
1987, Sosiologi Suatu Pengantar,
&
Nurbani,
dan
Demokrasi,
APMD Press, Yogyakarta.
Rajawali Pers, Jakarta.
HS.
Metode
Dinamika Masyarakat
Mada, Yogyakarta.
Soekanto,
Paradigma,
Suharsini Arikunto, 2006, Prosedur
FISIPOL – Universitas Gadjah
Salim,
Desa,
Demokrasi
Sodikin, 2014, Hukum Pemilu, Pemilu
ES.
2013,
Sebagai Praktek Ketatanegaraan,
Penerapan Teori Hukum Pada
Gramata Publising, Jawa Barat.
17
Sitepu, A.
Wirawan, IB. 2013, Teori-teori Sosial &
2012, Teori-Teori Politik,
Graha Ilmu, Yogyakarta.
Perilaku Sosial,
Sudiarto, 2013, Negosiasi, Mediasi &
Paradigma,
Prenanda
Wasistiono, S. 1993, Kepala Desa dan
Alternatif di Indonesia, Pustaka
Reka Cipta, Bandung.
Dinamikan
Cv.
Pemilihannya,
Mekar Rahayu, Bandung.
Soeroso, R. 2001, Praktek Hukum Acara
Witanto,
Perdata, Tata Cara Dan Proses
Sinar
Kencana
Media Group, Jakarta..
Arbitrase, Penyelesaian Sengketa
Persidangan,
Dalam Tiga
Grafika,
DY.
2012,
Hukum
Acara
Mediasi, Dalam Perkara Perdata
Jakarta.
Di Lingkungan Peradilan Umum
dan Peradilan Agama, Alfabeta,
Tjiptoherijanto, S & Prijono, YM. 1983,
Bandung.
Demokrasi di Pedesaan Jawa,
Muljono, W. 2012, Teori & Praktek
Sinar Harapan dan LPFE UI.
Jakarta.
Peradilan Perdata Di Indonesia,
Pustaka Yustisia, Yogyakarta.
Tanjung, SH. 2003, Sistem Pemerintahan
Desa, Alqaprint, Jatinangor.
B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Utsman, S. 2013, Dasar-Dasar Sosiologi
Indonesia Tahun 1945.
Hukum, Makna Dialog antara
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015
Hukum & Masyarakat, Pustaka
tentang perubahan atas Undang-
Pelajar, Yogyakarta
Undang Nomor 1 Tahun 2015
Widjaja, HAW, 2010, Otonomi Desa
tentang
Merupakan otonomi Asli, bulat dan
Pemerintah
Utuh, PT Rajagrafindo Persada,
Penetapan
Pengganti
Peraturan
Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2014
Jakarta.
18
tentang
Pemilihan
Gubernur,
sejumlah- desa- bermasalah. html.
Bupati, dan Walikota.
di akses 14 Januari 2014.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
Tentang perubahan kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Undang Undang Nomor 5 tahun 1979
Tentang Desa.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014.
Tentang
Pelaksanaan
Peraturan
Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Desa.
Peraturan Daerah (Perda) Kota Sungai
Penuh Nomor 19 Tahun 2011
Tentang
Tata
Pencalonan,
Pelantikan
cara
Pemilihan,
Pengangkatan,
dan
Pemberhentian
Kepala Desa dan Perangkat Desa.
C. Website.
Jambiupdate, 2013. Pilkades Sejumlah
Desa
Bermasalah,.
http/
jambiupdate.com/artikel-pilkades-
19