TESIS IDEOLOGI MEDIA DI BALIK WACANA KOR

TESIS

IDEOLOGI MEDIA
DI BALIK WACANA KORUPSI ANGGOTA PARLEMEN
Analisis Wacana Kritis terhadap Produksi dan Konsumsi Teks/Berita
tentang Korupsi Anggota DPR RI dalam kasus Aliran Dana BI di DPR RI
pada Suratkabar Media Indonesia dan Republika
Hasyim Ali Imran
Latar Belakang, Masalah Pokok dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kecurigaan terhadap fenomena pemberitaan
korupsi anggota parlemen dalam kasus Aliran Dana Bank Indonesia (BI) di DPR pada
dua media, yaitu Media Indonesia dan Republika.
Permasalahan : (1) Bagaimana media mengkonstruksi (memproduksi makna)
teks/berita korupsi Anggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RI?; (2)
Mengapa media mengkonstruksi realitas tersebut dengan cara demikian? Ideologi
siapakah yang mempengaruhi pewacanaan tersebut? Apakah terdapat pengaruh
ideologi pemilik media?; (3) Bagaimana efek pemaknaan korupsi aliran dana BI oleh
media terhadap pemaknaan pembaca?
Tujuan penelitian: (1) Ingin mengetahui cara Suratkabar Media Indonesia dan Harian
Republika dalam mengkonstruksi teks/berita tentang korupsi Anggota DPR RI dalam
kasus aliran dana BI di DPR RI.; (2) Ingin mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi media melakukan cara-cara tertentu dalam mengkonstruksi teks/berita
tentang korupsi Anggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RI, serta
ideologi dominan yang berada di balik pewacanaan teks dimaksud; dan (3) Ingin
mengetahui cara pembaca (efek) dalam memaknai pemaknaan korupsi aliran dana BI
yang dilakukan oleh media.
Konsep-Konsep Teoritik
1. Teks ; 2. Wacana Media; 3. Ideologi ; 4. Ideologi dan Media
Methodologi Penelitian
Model analisis wacana Fairclough dalam tesis ini dapat digambarkan melalui
pemaparannya dalam tabel berikut ini :
Tabel 1 :
Level Analisis dan Metode Penelitian Analisis Wacana Kritis Fairclough
Tahapan Analisis

Level Masalah

1. Communicative
events

a. Teks


b. Discourse
Practise

Level
Analisis
Mikro

Metode Penelitian

Sumber data

Analisis teks Fairclough*)

Meso

1) Level proses pembuatan
teks (processing analysis) :

Berita korupsi terkait

keterlibatan anggota DPRI
dalam kasus aliran dana BI
di DPR RI di Harian
Republika dan Media
Indonesia. (tabel 4 & 5)
1) Pada level proses
pembuatan teks sumbernys

1

c. Sociocultural
Practise

2. Order of discourse

Teks

Makro

Mikro :


Melalui depth interview
dengan
awak
Redaksi
Republika
dan
Media
Indonesia terkait data tentang
:
1)
sisi
individu
wartawan,2)
hubungan
antara
wartawan
dan
struktur organisasi media
serta

3)
praktik
kerja/rutinitas kerja
2) Level praktik konsumsi
teks terkait data tentang :
terpaan
teks
media
dikonsumsi pada tataran
khalayak dan bagaimana
terpaan
teks
media
mempengaruhi
persepsi
audiensnya akan dilakukan
melalui depth interview.
1) Dilaksanakan melalui
depth interview terhadap
redaksi media yang diteliti

(Republika dan MI) terkait
data tentang level situasional
ketika teks korupsi ‘DPR RI’
diproduksi
menjadi
pemberitaan.
2) a. melalui studi literatur,
guna menggali data level
sosial menyangkut persepsi,
image pihak-pihak di luar
anggota DPR RI thd anggota
DPR RI menyangkut korupsi
sebelum munculnya teks
korupsi ‘DPR RI’.;
b. Melalui depth interview
thd informan guna menggali
data level sosial terkait
sistem budaya, ekonomi dan
politik
yang

mempengaruhinya
dalam
memproduksi teks
3) depth interview dengan
awak Redaksi Republika
dan Media Indonesia terkait
penggalian data tentang level
institusional
yang
berpengaruh
terhadap
produksi teks.
1. genre

2. intertekstual :
Analisis teks Fairclough thd
pengutipan sumber dalam
pemberitaan melalui kategori
:


adalah wartawan dan
jajaran dalam struktur
organisasi
media.
Termasuk juga observasi
situasi newsroom.

2) Pada level praktik
konsumsi teks adalah
khalayak
pembaca
Republika dan Media
Indonesia terkait teks
korupsi ‘DPR RI’.
1) redaksi media yang
diteliti (Republika dan MI)

2) a. Dokumentasi
b. --


3)
awak
Redaksi
Republika
dan Media
Indonesia

1. teks komunikasi pada
genre berita ‘korupsi DPR
RI’ dalam Republika dan
MI dengan tipe aktifitas
beritanya yang bersifat
hardnews.
2. Berita korupsi terkait
keterlibatan anggota DPR
dalam kasus aliran dana BI
di DPR RI di Harian
Republika dan Media

2


a. secara langsung
(direct discourse)
b. tidak langsung
(indirect discourse)

Indonesia.

Tabel 2 :
*) Analisis Teks Norman Fairclough
Dimodifikasi menjadi tabel dari (Fairclough, 2005, Analysing Discourse-Textual Analysis for Sosial Research,

London and

New York, Routledge, p. 191-195 )
Elemen Analisis Teks
1. Social Event

2. Genre


3. Difference

4. Intertextuality

5. Assumptions

6. Semantic/Gramatical
relations between
Sentences and
clauses

7. Exchanges, Speech
function and
grammatical mood

Terjemahan
Teks berita itu menjadi bagian dari rangkaian peristiwa
sosial apa?
1. Apakah teks bagian dari peristiwa social tertentu?
2. Apakah text sebagai bagian dari suatu jeringan teks
tertentu?
3. Peristiwa social itu mengacu pada apa ?
Apakah tersebut berada pada rangkaian genre berita tertentu.
Atau merupakan mix genre?
Genre Chaín :
1. Straigh news
2. interview
3. hard news
4. opini
5. feature, dll
Mix genre : genre baru campuran: misalnya berita news
feature.
1. Skenario seperti apa ?
2. Dialog seperti apa ? Protagonis atau antagonis
3. Aksentuasi ?: apakah bersifat konflik, polemik, struggle
over meaning, norma, dominasi/power
4. Memecahkan masalah dalam dialog atau membiarkan
difference ?
Kutipan-kutipan yang dimasukkan dan yang tidak
dimasukkan atau yang beratribut secara langsung atau tidak
langsung. Apakah menyangkut pada pengarang atau sumber
tertentu atau ada sangkutan dengan sumber lain atau
sangkutan atas keduanya.
Kutipan, text, data, ”suara lain” yang relevan :
1. included :
2. excluded :
Asumsi ekstensial, proporsional dan nilai yang dibuat dalam
teks. Apakah ada sesuatu yang dilihat atau diasumsikan
sebagai sesuatu yang bersifat ideologi ?
Asumsi eksistensial :
Asumsi proporsional:
Asumsi Nilai :
Relasi semantic predominan apa yang ada di antara kalimatkalimat dan klausa (kata majemuk). (kausalitas, alasan,
tujuan, konsekuensi, kondisional, temporal, aditif, elaboratif,
kontrastif – konsesive. Apakah ada hubungan semantic yang
levelnya ditinggikan melalui penekanan yang sangat besar
pada satu teks. Misalnya: Problem X Solusi . Apakah ada
relasi gramatikal pada klausa-klausa yang secara predominan
berbentuk para taktik (terpisah), hipotaktik (samar-samar),
atau menempel (embedded). Adakah relasi khusus yang
secara signifikan mengenai ekuivalen dan diffren yang
dibangun di dalam teks?
Bentuk-bentuk perubahan . Fungsi2 ujaran (pernyataan,
pertanyaan, penawaran, permintaan) ? Tipe2 pernyataan apa
saja yang ada di sana. Ada yang bersifat fakta, prediksi,

Keterangan/Penjelasan

3

8. Discourses

9. Representation of
social events

hipotesis, evaluasi ? Adakah
relasi metaforik antara
pertukaran fungsi ujaran atau tipe2 pernyatan. Apakah Mood
gramatika yang predominan yang terdapat dalam teks
(deklaratif, interogatif, imperative) ?
Diskursus : Wacana apa yang digambarkan di dalam teks.
Bagaimana wacana2 itu terbentuk secara bersama. Adakah
percampuran yang signican dari wacana2 tersebut ?
Karakeristik apa yang ada dalam fitur wacana (semantik
dalam relasi kata2, kolokasi, metafora, asumsi, fitur
gramatika)
Menyangkut elemen2 dari representasi suatu peristiwa,
apakah dimasukkan dalam teks atau tidak, atau
kencenderungan untuk ditonjolkan. Bagaimana suatu
peristiwa
social
secara
abstrak
atau
konkrit
direpresentasikan?. Bagaimana proses perepresentasiannya,
tipe proses apa yang predominan, apakah material, mental,
verbal, relasional dan eksistensial?. Adakah dalam proses
representasi tersebut bentuk2 gramatikal yang bersifat
metaphor?. Bagaimana aktor-aktor sosial direpresentasikan ?
Bagaimana ruang waktu dan relasi ruang waktu
direpresentasikan ? Secara rinci komponen yang perlu
dijawab adalah , sbb. :
1. waktu dan tempat :
2. Orang-orang (person) : kepercayaan, hasrat, nilai, sejarah.
3. bentuk aktifitas :
4. Relasi sosial, ben tuk institusional :
5. Bahasa/tanda :
6. Objects :
7. Alat :
B. Social event direpresentasikan secara :
a. abstrak
b. konkrit
C. Bagaimana proses Representasinya ?
a. material :
-aktor
-affected
(korban)
b. kalimat yg
dinyatakan
aktor (verbal)
c. mental :
-experience
-fenomena
d. Relational :
-atribut
(pengatributan-memperlambangkan)
-Relational :
value/token
f. eksistensional
D. Adakah metafor gramatika dalam representasi dari proses
sosial (sosial event):
E. Sosial aktor :
1. inklusi/eksklusi
2. noun/pronoun
3. aktif/pasif
4. personal/impersonal
5. name/classified
(mis. Oknum,dll)
6. Spesifik/generik

4

10. Styles

Style seperti apa yg tergambar dalam teks. Bagaimana gaya2
tersebut dibentuk bersama. Adakah campuran yang
signifikan antara gaya2 tersebut? Karakteristik seperti apa yg
dimiliki oleh fitur gaya2 yang digambarkan ?
Bagaimana si penulis/pengarang berkomitmen terhadap diri
mereka dalam kerangka mengungkapkan kebenaran atau
dalam terma kewajiban dan kebutuhan. Apakah mereka
mengungkapkan eksistensi yg menyangkut kategori
modalitas tertentu, seperti persetujuan atau penyangkalan.
Apakah penanda eksplisit dari modalitas itu? Bagaimana
komitmen
yg
dibangun
pada
modalitas
yg
dimodalisasikannya ? Apa penanda dari modalisasi itu ?
Nilai2 apa yg diarahkan (dibawa) oleh si penulis itu ?
Dengan cara apa direalisasikannya dalam teks ?

11. Modality

12. Evaluation

Tabel 3
Model Analisis Teks Fairclough (modifikasi penulis)
Elemen Analisis Teks
1. Social Event

Temuan
............................................................................................................

2. Genre
3. Difference

…………………………………………………………………………
1. Skenario seperti apa ?
2. Dialog seperti apa ?
- Protagonis : -- antagonis : -3. Aksentuasi ?: apakah bersifat :
-konflik : --polemik : --struggle over meaning :
-norma : --dominasi/power : -4. Memecahkan masalah dalam dialog atau membiarkan difference ?

4. Intertextuality

Kutipan-kutipan yang dimasukkan dan yang tidak dimasukkan atau
yang beratribut secara langsung atau tidak langsung. Apakah
menyangkut pada pengarang atau sumber tertentu atau ada sangkutan
dengan sumber lain atau sangkutan atas keduanya.
Kutipan, text, data, ”suara lain” yang relevan :
1. included :………….
2. excluded : …………

5. Assumptions

Asumsi ekstensial, proporsional dan nilai yang dibuat dalam teks.
Apakah ada sesuatu yang dilihat atau diasumsikan sebagai sesuatu
yang bersifat ideologi ?
Asumsi eksistensial : -Asumsi proporsional : -Asumsi Ideologis : -Relasi dalam teks, sbb.:
A. Relasi semantik :
Relasi berbentuk kausalitas :
Relasi berbentuk alasan :
Relasi berbentuk konsekuensi :

6. Semantic/Gramatical
relations between
Sentences and clauses

5

Relasi berbentuk kondisional : -Relasi berbentuk temporal: -Relasi berbentuk elaboratif : -Relasi berbentuk kontrastif :
Relasi berbentuk Aditif:
B. Level hubungan semantik dalam teks ditinggikan melalui
penekanan pada
-Problem : --Solusi : -C. Bentuk Relasi gramatikal :
Para taktik : -Hipotaktik : -Embedded : -D. Relasi khusus apa yang secara signifikan dibangun di dalam
teks? Apakah bersifat :
-Ekuivalen (sama) :
-Diffrence:
7. Pertukaran, fungsi
ujaran dan gramatikal
mood

8. Discourses

Bentuk pertukaran dan ujaran dalam teks sbb.:
A. Bentuk-bentuk pertukaran?
Tipe pertukaran :
a. aktifitas –dimensi pada aktifitas non tekstual (tindakan) : -b. knowledge –pertukaran pengetahuan : -B. Tipe-tipe fungsi ujaran apa saja yang ada di sana.?
fungsi ujaran :
a. statement :
1. fakta :
2. prediksi : -3. hipotetical : -4. evaluasi :
b. demand/permintaan : -c.questions: -d.offer/penawaran :
C. Adakah relasi metaforik antara pertukaran fungsi ujaran atau
tipe-tipe pernyatan?
D. Apakah Mood gramatika yang predominan yang terdapat
dalam teks ?
Predominant grammatical mood :
a . deklaratif :
b. interrogative :
c. imperative/perintah :
A. Wacana Apa yang muncul dalam teks ?
B. Bagaimana wacana ini dibangun, adakah wacana yang
signifikan ?
C. Bagaimana fitur karakteristik wacananya dari sisi relasi
semantik kata ?
Fitur karakteristik wacana dari sisi relasi semantic di antara kata-kata
ditemukan pada teks melalui :
1)colocation:
2) metafora :

6

3) asumsi :
-asumsi eksistensi: --asumsi proporcional : --asumsi nilai : -4) gramatical : fitur gramatical cenderung mengarah ……..
9. Representation of
social events

A. Peristiwa Sosial yang direpresentasikan :
1. waktu dan tempat :
2. Orang-orang (person), kepercayaan, hasrat, nilai, sejarah :
3. bentuk aktifitas : -4.Relasi sosial, bentuk institusional :
5. Bahasa/tanda :
6. Objects :
7. Alat :-B. Social event direpresentasikan secara :
a. abstrak :
b. konkrit:
c. proses material :
-aktor :
-affected (korban) :
d. kalimat yang dinyatakan aktor (proses verbal): -e. proses mental : -f. Relational :
1. atribut (pengatributan-memperlambangkan )
2. relational : value/token : .
g. eksistensional : -C. Adakah metafor gramatika dalam representasi dari peristiwa
sosial (sosial event):

10. Styles
11. Modality
12. Evaluation

D. Sosial aktor :
1. inklusi :
2. eksklusi :
3. -noun : --.
-pronoun:
4. aktif/pasif :
-diaktifasi :
-dipasifasi :
5.Impersonal :
6. -name: --classified :
7. Spesifik : -8. generik : ---Nilai2 apa yang diarahkan (dibawa) oleh si penulis itu ?
......................
Dengan cara apa direalisasikannya dalam teks ?
+ Dibangun dengan cara .......................

Terkait obyek penelitian, maka yang dijadikan obyek adalah pemberitaan Harian
Republika dan Media Indonesia yang berhubungan dengan masalah keterlibatan Anggota

7

DPR RI dalam kasus aliran dana BI sejumlah Rp 31,5 milyar di institusi DPR RI. (lihat
tabel 4 dan 5 dalam laporan tesis halaman 61-65).
Menyangkut tehnik analisis, maka tesis ini akan mengikuti pola kerangka analisis
Fairclough dengan cara mendudukkannya pada konteks situasi tertentu dari munculnya
semangat pemberitaan atau pewacanaan korupsi anggota parlemen. Untuk kepentingan
ini maka teks yang dijadikan bahan analisis adalah berita-berita korupsi (hard news) yang
melibatkan anggota parlemen (DPR) dalam masa-masa menurut : fase proses hukum
penyelesaian kasus Aliran Dana BI ke DPR. Fase dimaksud meliputi : Fase Penyelidikan;
Fase Penyidikan, Fase Penetapan Tersangka dan Fase Persidangan/Peradilan.
Menurutnya, sebagaimana dijelaskan Eriyanto1, analisis wacana kritis mencakup tiga
tahap. Tahap pertama, deskripsi, yakni menguraikan isi dan analisis secara deskriptif
atas teks. Pada tahap ini teks dijelaskan tanpa dihubungkan dengan aspek lain. Dengan
kata lain, kegiatan dalam tahap ini hanya menganalisis isi dan bahasa yang dipakai dalam
pemberitaan korupsi terkait keterlibatan anggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di
DPR RI di Harian Republika dan Media Indonesia. Tahap kedua yaitu interpretasi. Dalam
tahap ini maka kegiatannya adalah menafsirkan teks yang dihubungkan dengan praktik
wacana yang dilakukan. Dengan kata lain, pada tahap ini teks tidak dianalisis secara
deskriptif, tetapi ditafsirkan dengan menghubungkannya dengan bagaimana proses
produksi teks dibuat. Analisis atas isi dan bahasa yang dipakai dalam berita tersebut
dihubungkan dengan proses produksi berita korupsi ‘DPR RI’di Harian Republika dan
Media Indonesia. Tahap ketiga, yaitu eksplanasi. Tahap ini sendiri bertujuan untuk
mencari penjelasan atas hasil penafsiran yang diperoleh pada tahap kedua. Penjelasan
dimaksud akan didapat dengan cara menghubungkan produksi teks ‘tahap kedua’ tadi
dengan praksis sosiokultural di lingkungan domisili media beroperasi, yakni Kota Jakarta
sebagai domisili operasional Harian Republika dan Media Indonesia.
Contoh Hasil Analisis Teks dengan Menggunakan
Model Analisis Teks Fairclough (modifikasi penulis)
Teks 18 :
Uang BI di Balik Dagang Pasal
(MI, 26/11/2007)
Elemen Analisis Teks
1. Social Event
2. Genre
3. Difference

1

Temuan
Laporan Koalisi Penegak Citra DPR kepada BK DPR mengenai
anggota dewan penerima aliran dana Bank Indonesia (BI).
Hard News, konstruksi wartawan mengenai Laporan Koalisi Penegak
Citra DPR kepada BK DPR mengenai anggota dewan penerima aliran
dana Bank Indonesia (BI).
1. Skenario seperti apa ?
Skenariao diarahkan ke dalam situasi yang menunjukkan 16 anggota
Komisi IX DPR periode 1999-2004 memang menerima uang sogokan
pihak BI terkait proses pembahasan sejumlah RUU dan anggaran BI di
DPR. Ini tampak dalam judul: “Uang BI di Balik Dagang Pasal; p. 1,
“….Para anggota dewan itu diduga telah menerima uang dari Bank
Indonesia (BI) terkait dengan pembahasan sejumlah rancangan
undang-undang (RUU) dan anggaran BI pada 2004. Totalnya Rp 4,5
miliar.”
2. Dialog seperti apa ?
- Protagonis : --

Eriyanto, 2001, Analisis Wacana, Pengantara Analisis Teks Media, Yogyakarta, LKiS, hlm. 327.

8

4. Intertextuality

- antagonis :
dialog diarahkan ke arah antagonis, yakni pada penguatan situasi
yang menunjukkan bahwa pihak DPR memang terlibat suap-menyuap
dalam urusan pembahasan RUU menyangkut BI. Ini tampak dari
teksasi dalam : p.2, ”..... terlepas dari keengganan BK untuk
mengusut , dari dokumen yang beredar, praktik jual beli pasal dalam
pembahasan sejumlah RUU terkait BI memang terjadi pada 2004.”;
p.5, ”Setelah berkordinasi dengan para mantan anggota Panja RUU
LPS yang akan menjabat kembali, telah disepakati untuk mengajukan
RUU Likuidasi Bank sebagai RUU yang berdiri sendiri,” begitu bunyi
surat itu. Kesepakatan itu dibanderol Rp 500 juta.”
3. Aksentuasi ?: apakah bersifat :
-konflik :
-polemik :
-struggle over meaning :
aksentuasi cenderung bersifat pertarungan merebut makna, bahwa
anggota dewan itu adalah pihak yang biasa meminta imbalan kepada
BI agar pembahasan RUU terkait BI sesuai yg diinginkan BI. Ini
tampak dari judul: “Uang BI di Balik Dagang Pasal”; p. 1, “Koalisi
Penegak Citra DPR pada 20 Agustus 2007 melaporkan 16 anggota
Komisi IX DPR periode 1999-2004 kepada Badan Kehormatan (BK)
DPR. Para anggota dewan itu diduga telah menerima uang dari Bank
Indonesia (BI) terkait dengan pembahasan sejumlah rancangan
undang-undang (RUU) dan anggaran BI pada 2004. Totalnya Rp 4,5
miliar.”; p.8, “Pembahasan RUU Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN) dan RUU Kepailitan juga tak lupus dari transaksi
senilai Rp 2,6 miliar. Uang BI itu dikucurkan …..karena seluruh high
call pada dua RUU itu telah berhasil diakomodasi.”; p. 10, “Penundaan
pembahasan amandemen UU BI pada 2004 pun tak lupus dari transaksi
dana sebesar Rp 650 juta.”
-norma : --dominasi/power : -4. Memecahkan masalah dalam dialog atau membiarkan difference ?
Sifatnya cenderung bersifat memecahkan karena media menunjukkan
bahwa perbuatan suap-menyuap itu termasuk tindak pidana korupsi. Ini
tampak dalam p. 11, ”Transaksi pasal itu jelas melanggar Pasal 5 dan
Pasal 11 UU 31/1999 jo UU 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Pemberi dan penerima uang yang terkait jabatan
diancam minimal satu tahun dan maksimal lima tahun.”
Kutipan-kutipan yang dimasukkan dan yang tidak dimasukkan atau
yang beratribut secara langsung atau tidak langsung. Apakah
menyangkut pada pengarang atau sumber tertentu atau ada sangkutan
dengan sumber lain atau sangkutan atas keduanya.
Kutipan, text, data, ”suara lain” yang relevan :
1. included :
Kutipan-kutipan yang diambil berdasarkan data Koalisi Penegak
Citra DPR. Kutipan ini diteksasi dalam : p.5, ”Setelah berkordinasi
dengan para mantan anggota Panja RUU LPS yang akan menjabat
kembali, telah disepakati untuk mengajukan RUU Likuidasi Bank
sebagai RUU yang berdiri sendiri,” begitu bunyi surat itu. Kesepakatan
itu dibanderol Rp 500 juta.”; p. 7, “ ….Pertemuan itu membutuhkan
dana Rp 540 juta”; p. 8, ”….juga tak luput dari transaksi senilai Rp 2,6
miliar…..”; dan p. 10. “….. pun tak luput dari transaksi dana sebesar
Rp 650 juta.”
2. excluded :

9

5. Assumptions

-“….Sembilan dari 16 anggota Komisi IX DPR periode 1999–2004
yang diduga menerima aliran dana BI ternyata masih aktif sebagai
anggota legislatif. Untuk memastikan nama-nama itu, rencananya hari
ini Badan Kehormatan (BK) DPR akan kembali memanggil Koalisi
Penegak Citra DPR sebagai pihak pelapor. ……………Wakil Ketua
BK DPR Gayus Lumbuun “Kalau tidak salah, sekitar sembilan orang.
Besok (hari ini) kita akan minta penjelasan lagi,” tegas Gayus
kemarin........” (http://web.pab-indonesia.com/content/view/3941/9/) ;
-“Aliran dana dari Bank Indonesia (BI) yang disinyalir sebagai
gratifikasi kepada sejumlah anggota DPR RI harus menjadi prioritas
utama pemeriksaan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Jika
ini tidak dilakukan, fenomena calo anggaran akan tetap merajalela
tanpa tersentuh hukum sama sekali. Demikian disampaikan Wakil
Koordinator Indonesian Corruption Watch (ICW) Danang Widiyoko
saat dihubungi SH, Senin (12/11). “DPR harus menjadi domain utama.
KPK harus punya target utama ke DPR karena DPR itu merupakan
ujung dari serangkaian korupsi,” katanya. Dia menilai, sejak KPK
berdiri, banyak dugaan korupsi yang melibatkan anggota DPR tidak
pernah tersentuh. Selama ini, KPK hanya melakukan tindakan hukum
kepada birokrasi dan pimpinan proyek (pimpro). Kegiatan mereka
padahal juga melibatkan anggota Dewan. Akibat dari pemeriksaan
“tebang pilih” tersebut, kasus pemberian dana kepada anggota Dewan
maupun percaloan terus muncul. ……..Dengan menggunakan dana
yayasan itu pula, kerugian negara dapat diminimalkan. “Selama ini
KPK belum berhasil mendorong DPR, padahal banyak contohnya,
seperti dana DKP, dana ……..dan sekarang dana BI. Makanya, BI ini
harus menjadi pintu masuk KPK supaya penyelesaian kasus ini tuntas,”
(Sinar
Harapan,
12
November
2007,
dalam
http://antikorupsi.org/indo/content/view/11642/6/.
Asumsi ekstensial, proporsional dan nilai yang dibuat dalam teks.
Apakah ada sesuatu yang dilihat atau diasumsikan sebagai sesuatu
yang bersifat ideologi ?
Asumsi eksistensial : Anggota dewan terlibat suap-menyuap dengan BI
Asumsi proporsional : Anggota dewan terlibat suap-menyuap dengan
BI terkait urusan pembahasan RUU menyangkut BI di parlemen.
Asumsi Ideologis : Wartawan anti parlemen yang korup. Ini terlihat dari
unsur difference, di mana dari sisi skenario, diarahkan ke dalam situasi
yang menunjukkan 16 anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004 itu
memang menerima uang sogokan pihak BI terkait proses pembahasan
sejumlah RUU dan anggaran BI di DPR. Ini tampak dalam judul:
“Uang BI di Balik Dagang Pasal; p. 1, “….Para anggota dewan itu
diduga telah menerima uang dari Bank Indonesia (BI) terkait dengan
pembahasan sejumlah rancangan undang-undang (RUU) dan anggaran
BI pada 2004. Totalnya Rp 4,5 miliar.” Termasuk juga dari sisi dialog,
dialog diarahkan ke arah antagonis, yakni pada penguatan situasi yang
menunjukkan bahwa pihak DPR memang terlibat suap-menyuap dalam
urusan pembahasan RUU menyangkut BI. Ini tampak dari teksasi
dalam : p.2, ”..... terlepas dari keengganan BK untuk mengusut, dari
dokumen yang beredar, praktik jual beli pasal dalam pembahasan
sejumlah RUU terkait BI memang terjadi pada 2004.”; p.5, ”Setelah
berkordinasi dengan para mantan anggota Panja RUU LPS yang akan
menjabat kembali, telah disepakati untuk mengajukan RUU Likuidasi
Bank sebagai RUU yang berdiri sendiri,” begitu bunyi surat itu.
Kesepakatan itu dibanderol Rp 500 juta.”. Begitu juga dari aksentuasi
yg sifatnya cenderung terkait upaya memenangkan pertarungan

10

6. Semantic/Gramatical
relations between
Sentences and clauses

merebut makna, bahwa anggota dewan itu adalah pihak yang biasa
meminta imbalan kepada BI agar pembahasan RUU terkait BI sesuai
dgn yg diinginkan BI. Ini tampak dari judul: “Uang BI di Balik
Dagang Pasal”; p. 1, “Koalisi Penegak Citra DPR pada 20 Agustus
2007 melaporkan 16 anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004
kepada Badan Kehormatan (BK) DPR. Para anggota dewan itu diduga
telah menerima uang dari Bank Indonesia (BI) terkait dengan
pembahasan sejumlah rancangan undang-undang (RUU) dan anggaran
BI pada 2004. Totalnya Rp 4,5 miliar.”; p.8, “Pembahasan RUU
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan RUU
Kepailitan juga tak lupus dari transaksi senilai Rp 2,6 miliar. Uang BI
itu dikucurkan …..karena seluruh high call pada dua RUU itu telah
berhasil diakomodasi.”; p. 10, “Penundaan pembahasan amandemen
UU BI pada 2004 pun tak lupus dari transaksi dana sebesar Rp 650
juta.”
Relasi dalam teks, sbb.:
A. Relasi semantik :
Relasi berbentuk kausalitas :
p.2,”....BK DPR belum menindaklanjuti pengaduan koalisi karena
nama yang diadukan tidak lengkap.......”
Relasi berbentuk alasan :
p.2, ”.......nama yang diadukan tidak lengkap.......”
Relasi berbentuk konsekuensi :
p.13, ”.....Apakah uang itu benar-benar mengalir ke Senayan, tentu
menjadi tugas BK DPR untuk membuktikannya.”
Relasi berbentuk kondisional : -Relasi berbentuk temporal: -Relasi berbentuk elaboratif : -Relasi berbentuk kontrastif :-p.2, ”.....Terlepas dari keengganan BK untuk mengusut, dari dokumen
yang beredar, praktik jual beli pasal dalam pembahasan sejumlah RUU
terkait BI memang terjadi pada 2004.”
Relasi berbentuk Aditif:
B. Level hubungan semantik dalam teks ditinggikan melalui
penekanan pada
-Problem :
Level hubungan semantik cenderung ditinggikan melalui penekanan
pada problem dalam proses pengusutan aliran dana BI, yakni yang
dilakukan BK DPR terhadap anggota yang diduga menerima aliran
dana BI.
-Solusi :
C. Bentuk Relasi gramatikal :
Para taktik : -Hipotaktik : -Embedded :
Secara gramatika berita ini cenderung menggambarkan relasi yang
bersifat embedded, di mana untaian paragraf dan kalimat masih
merupakan lanjutan sebelumnya menyangkut isi laporan Koalisi
Penegak Citra DPR.
D. Relasi khusus apa yang secara signifikan dibangun di dalam
teks? Apakah bersifat :
-Ekuivalen (sama) :
-Diffrence:
cenderung bersifat difference yang sifatnya mengarah pada
pembenaran terjadinya aliran dana lewat transaksi jual beli pasal antara

11

7. Pertukaran, fungsi ujaran dan
gramatikal mood

8. Discourses

BI dan anggota Komisi IX periode 1999-2004 dalam proses
pembahasan sejumlah RUU dan anggaran BI.
Bentuk pertukaran dan ujaran dalam teks sbb.:
A. Bentuk-bentuk pertukaran?
Tipe pertukaran :
a. aktifitas –dimensi pada aktifitas non tekstual (tindakan) : -b. knowledge –pertukaran pengetahuan :
lebih banyak pertukaran pengetahuan karena cenderung
menggambarkan data transaksi jual beli pasal.
B. Tipe-tipe fungsi ujaran apa saja yang ada di sana.?
fungsi ujaran :
a. statement :
1. fakta : -2. prediksi : -3. hipotetical : -4. evaluasi :
p.2, ”.....Terlepas dari keengganan BK untuk mengusut, dari
dokumen yang beredar, praktik jual beli pasal dalam pembahasan
sejumlah RUU terkait BI memang terjadi pada 2004.”; p.11, Transaksi
pasal itu jelas melanggar Pasal 5 dan Pasal 11 UU 31/1999 jo UU
20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pemberi dan
penerima uang yang terkait jabatan diancam penjara minimal satu
tahun dan maksimal lima tahun.
b. demand/permintaan : -c.questions: -d.offer/penawaran : -C. Adakah relasi metaforik antara pertukaran fungsi ujaran atau
tipe-tipe pernyatan?
Judul : Uang BI di Balik Dagang Pasal;
p.2, ”.....praktik jual beli pasal....”;
p,5, Kesepakatan itu dibanderol Rp.500 juta.;
p.7, ”.....perlunya pertemuan informal dengan 18 orang anggota
Komisi IX di Hotel Mulya.........Pertemuan itu membutuhkan dana Rp
540 juta.”; p.8, ”.......Uang BI itu dikucurkan , .........karena seluruh
high call pada dua RUU itu telah berhasil diakomodasi; p.13,
”.....Apakah uang itu benar-benar mengalir ke Senayan, tentu menjadi
tugas BK DPR untuk membuktikannya.”
p.10, Penundaan pembahasan amandemen UU BI pada 2004 pun tak
luput dari transaksi dana sebesar Rp 650 juta.
D. Apakah Mood gramatika yang predominan yang terdapat
dalam teks ?
Predominant grammatical mood :
a . deklaratif :
b. interrogative :
Mood gramatika yang predominan dalam teks cenderung interrogative
yang mempertanyakan mengapa para anggota dewan yang diduga
menerima aliran dana masih belum juga diperiksa.
c. imperative/perintah : -A. Wacana Apa yang muncul dalam teks ?
+ Anggota DPR Pendukung kasus Suap BI.
B. Bagaimana wacana ini dibangun, adakah wacana yang
signifikan ?
+Dibangun melalui sejumlah relasi metaforik antara pertukaran fungsi
ujaran atau tipe-tipe pernyataan yang sifatnya menggambarkan
memang terjadi transaksi jual beli pasal dalam roses pembahasan RUU

12

9. Representation of
social events

antara Komisi IX DPR periode 1999-2004 dan BI, sebagaimana
tampak dalam sejumlah paragraf dan judul, yakni : Judul : Uang BI di
Balik Dagang Pasal; p.2, ”.....praktik jual beli pasal....”; p,5,
Kesepakatan itu dibanderol Rp.500 juta.; p.7, ”.....perlunya pertemuan
informal dengan 18 orang anggota Komisi IX di Hotel
Mulya.........Pertemuan itu membutuhkan dana Rp 540 juta.”; p.8,
”.......Uang BI itu dikucurkan , .........karena seluruh high call pada dua
RUU itu telah berhasil diakomodasi; p.13, ”.....Apakah uang itu benarbenar mengalir ke Senayan, tentu menjadi tugas BK DPR untuk
membuktikannya.”; p.10, Penundaan pembahasan amandemen UU BI
pada 2004 pun tak luput dari transaksi dana sebesar Rp 650 juta.
.
C. Bagaimana fitur karakteristik wacananya dari sisi relasi
semantik kata ?
Fitur karakteristik wacana dari sisi relasi semantic di antara kata-kata
ditemukan pada teks melalui :
1)colocation:
p.2, “Terlepas dari keengganan BK....”; p.6, Komisi IX dan
BI......Komisi IX pada 15 September 2004.....”
2) metafora :
Judul : Uang BI di Balik Dagang Pasal;
p.2, ”.....praktik jual beli pasal....”;p,5, Kesepakatan itu dibanderol
Rp.500 juta.; p.7, ”.....perlunya pertemuan informal dengan 18 orang
anggota Komisi IX di Hotel Mulya.........Pertemuan itu membutuhkan
dana Rp 540 juta.”; p.8, ”.......Uang BI itu dikucurkan , .........karena
seluruh high call pada dua RUU itu telah berhasil diakomodasi; p.10,
Penundaan pembahasan amandemen UU BI pada 2004 pun tak luput
dari transaksi dana sebesar Rp 650 juta.; p.13, “…….mengalir ke
Senayan,…….”
3) asumsi :
-asumsi eksistensi: BI suap anggota Dewan Komisi IX periode
1999-2004.
-asumsi proporcional : BI suap anggota Dewan Komisi IX periode
1999-2004
terkait kepentingan pembahasan RUU dan anggaran BI.
-asumsi nilai : BI suap anggota Dewan Komisi IX periode 1999-2004
terkait kepentingan pembahasan RUU dan anggaran BI adalah
melanggar UU TIPIKOR dan Kode Etik DPR.
4) gramatical : fitur gramatical cenderung mengarah pada predominan
mood bersifat interrogative yang mempertanyakan mengapa para
anggota dewan yang diduga menerima aliran masih belum juga
diperiksa
A. Peristiwa Sosial yang direpresentasikan :
Laporan Koalisi Penegak Citra DPR kepada BK DPR mengenai
anggota dewan penerima aliran dana Bank Indonesia (BI).
1. waktu dan tempat :
20 Agustus 2007 di Gedung MPR/DPR Jakarta
2. Orang-orang (person), kepercayaan, hasrat, nilai, sejarah : Koalisi
Penegak Citra DPR
3. bentuk aktifitas : -4.Relasi sosial, bentuk institusional : Koalisi Penegak Citra DPR; BK
DPR; BI
5. Bahasa/tanda : p.5, berkoordinasi; p.7, pertemuan informal.
6. Objects : BI dan 16 anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004
7. Alat :--

13

B. Social event direpresentasikan secara :
a. abstrak : -b. konkrit:
Digambarkan secara konkrit mengenai pelaporan koalisi atas 16
anggota penerima aliran dana BI kepada BK pada 20 Agustus 2007.
c. proses material :
-aktor :
aktor protagonis disebut secara konkrit : Koalisi Penegak Citra
DPR. Sedang aktor antagonis secara abstrak : 16 anggota Komisi IX
DPR periode 1999-2004 yang diduga menerima aliran dana BI sebesar
Rp 4,5 miliar.
-affected (korban) : 16 anggota Komisi IX DPR periode 19992004 yang diduga menerima aliran dana BI sebesar Rp 4,5 miliar.
d. kalimat yang dinyatakan aktor (proses verbal): -e. proses mental : -f. Relational :
1. atribut (pengatributan-memperlambangkan )
Temuan: : metapora-metapora pada sejumlah paragraf mengatribusikan
pandangan wartawan bahwa memang terjadi kasus penyuapan BI
terhadap 16 anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004 berkaitan
dengan upaya memperlancar pembahasan sejumlah RUU dan anggaran
BI.
2. relational : value/token : Koalisi Penegak Citra DPR
Penempatan Koalisi Penegak Citra DPR sebagai aktor pelapor secara
relasional mengandung nilai bahwa posisi pelapor adalah sebagai
institusi yang berkomitmen tinggi terhadap pemberantasan korupsi.
g. eksistensional : -C. Adakah metafor gramatika dalam representasi dari peristiwa
sosial (sosial event):
Tampak dari teksasi dalam : Judul : Uang BI di Balik Dagang Pasal;
p.2, ”.....praktik jual beli pasal....”; p,5, Kesepakatan itu dibanderol
Rp.500 juta.; p.7, ”.....perlunya pertemuan informal dengan 18 orang
anggota Komisi IX di Hotel Mulya.........Pertemuan itu membutuhkan
dana Rp 540 juta.”; p.8, ”.......Uang BI itu dikucurkan , .........karena
seluruh high call pada dua RUU itu telah berhasil diakomodasi; p.10,
Penundaan pembahasan amandemen UU BI pada 2004 pun tak luput
dari transaksi dana sebesar Rp 650 juta; dan p.13, “…….mengalir ke
Senayan,…….”
D. Sosial aktor :
1. inklusi : Koalisi Penegak Citra DPR
2. eksklusi : 16 anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004; Kepala
Biro Gubernur; Deputi Gubernur BI;BK DPR.
3. -noun : --.
-pronoun: 16 anggota dewan yang menerima dana; Kepala Biro
Gubernur; Deputi Gubernur BI
4. aktif/pasif :
-diaktifasi : Koalisi Penegak Citra DPR
-dipasifasi : 16 anggota dewan yang menerima dana; Kepala
Biro Gubernur; Deputi Gubernur BI; BK DPR.
-Impersonal : 16 anggota dewan yang menerima dana; Kepala Biro
Gubernur; Deputi Gubernur BI
6. name: --classified : yang menerima dana .
7. Spesifik : -8. generik : --

14

10. Styles

11. Modality
12. Evaluation

Wartawan/media tampak mengambil posisi ”bersatu” dengan sumber
tunggal (Koalisi Penegak Citra DPR) sebagai penekan pihak yang
terlibat dalam peroses pengusutan aliran dana BI, yaitu BK DPR dan
KPK.
-Nilai2 apa yang diarahkan (dibawa) oleh si penulis itu ?
+Nilai-nilai tekanan yang diskursif terhadap BK DPR agar memeriksa
anggota dewan yang diduga menerima suap BI.
Dengan cara apa direalisasikannya dalam teks ?
+ Dibangun dengan cara merepresentasikan peristiwa sosial melalui
metafor gramatika dalam judul dan sejumlah paragraf yang secara
relasional mengatribusikan pandangan wartawan bahwa memang
terjadi kasus penyuapan BI terhadap 16 anggota Komisi IX DPR
periode 1999-2004 berkaitan dengan upaya memperlancar pembahasan
sejumlah RUU dan anggaran BI. Metafor dimaksud yaitu : Judul :
Uang BI di Balik Dagang Pasal; p.2, ”.....praktik jual beli pasal....”;
p,5, Kesepakatan itu dibanderol Rp.500 juta.; p.7, ”.....perlunya
pertemuan informal dengan 18 orang anggota Komisi IX di Hotel
Mulya.........Pertemuan itu membutuhkan dana Rp 540 juta.”; p.8,
”.......Uang BI itu dikucurkan , .........karena seluruh high call pada dua
RUU itu telah berhasil diakomodasi; p.10, Penundaan pembahasan
amandemen UU BI pada 2004 pun tak luput dari transaksi dana
sebesar Rp 650 juta; dan p.13, “…….mengalir ke Senayan,…….”

PEWACANAAN KORUPSI ANGGOTA DPR
DALAM SURATKABAR
A. Deskripsi Perbedaan Wacana keterlibatan Anggota DPR dalam Kasus
Korupsi Aliran Dana BI di DPR antara di Media Indonesia dan Republika
Dalam pandangan konstruksionis, berita itu juga dapat dimetaforakan sebagai
sebuah drama, atau sejenisnya semisal permainan bola dan lain-lain. Terkait dengan
ini, temuan penelitian ini juga memperlihatkan konstruksi Media Indonesia dan
Harian Republika mengenai kasus korupsi anggota DPR melalui aliran dana BI itu
juga dapat dimetaforakan sebagai sebuah permainan bola, di mana di situ ada, pelatih,
pemain, wasit, dan penonton. Jadi, pewacanaan yang muncul dalam konstruksi media
terhadap realitas korupsi anggota dewan terkait kasus aliran dana BI itu bisa dipilahpilah juga ke dalam suatu metaforik berupa tema-tema minor dari sebuah tema mayor
permainan bola.
Untuk kepentingan penelitian ini sendiri, yang dimaksud dengan pelatih yaitu
: suatu mediasi media mengenai teksasi wartawan menyangkut peristiwa sosial yang
berhubungan dengan keterlibatan anggota DPR dalam kasus korupsi aliran dana Bank
Indonesia (BI) di DPR yang sifatnya merepresentasikan anggota DPR memainkan
semacam peran fungsi pelatih dalam permainan sepak bola yang dalam kaitan kasus
ini ciri-cirinya berupa : membentuk skenario (misalnya : judul berita : Uang BI di
Balik Dagang Pasal, melakukan tindakan pengarahan (misal : p,5, Kesepakatan itu
dibanderol Rp.500 juta), mengkoordinasi dan menyusun strategi.(misal : p.2,
”.....praktik jual beli pasal....”). Pemain yaitu : suatu mediasi media mengenai teksasi
wartawan menyangkut peristiwa sosial yang berhubungan dengan keterlibatan
anggota DPR dalam kasus korupsi aliran dana Bank Indonesia (BI) di DPR yang
sifatnya merepresentasikan anggota DPR memainkan semacam peran fungsi pemain

15

dalam permainan sepak bola yang dalam kaitan kasus ini ciri-cirinya berupa : adanya
bukti partisipasi anggota DPR dalam kasus korupsi aliran dana BI; partisipasi itu
misalnya berupa turut menerima; atau diduga ikut menerima aliran dana dari BI
(contoh : p.5, KPK sedang menyelidiki kasus dugaan suap BI kepada sejumlah
anggota Komisi IX DPR pada 2004.........”; p.8, ”....BPK menemukan adanya aliran
dana Rp 31,5 miliar untuk sejumlah anggota DPR. .....BPK juga mengungkapkan
dana tersebut dicairkan Rusli dan diserahkan kepada anggota DPR Antony Zeidra
Abidin....”). Wasit yaitu : suatu mediasi media mengenai teksasi wartawan
menyangkut peristiwa sosial yang berhubungan dengan keterlibatan anggota DPR
dalam kasus korupsi aliran dana Bank Indonesia (BI) di DPR yang sifatnya
merepresentasikan anggota DPR memainkan semacam peran fungsi wasit dalam
suatu permainan sepak bola, yakni melakukan aktifitas penilaian, evaluasi, dan
punishment, terhadap kasus dugaan korupsi aliran dana BI di DPR. (contoh : p.1
Badan Kehormatan (BK) DPR akan meminta keterangan dari koalisi LSM termasuk
Indonesia Corruption Watch (ICW), besok ........”; p.2, ”Pelibatan koalisi LSM dan
ICW tersebut adalah sebagai pihak pelapor dan pemberi keterangan tambahan.....”; p.
4, “ …Agung Laksono meminta penyelesaian kasus aliran dana BI tidak dipolitisasi,
tapi harus mengedepankan prinsip-prinsip etika, moral dan hukum.”; p.5, ”Gayus
Lumbuun menilai, KPK tidak serius dalam masalah Aulia Pohan. ”Ini apakah ada
tebang pilih berkaitan dengan keluarga istana, hingga...”. Sedang penonton yaitu :
suatu mediasi media mengenai teksasi wartawan menyangkut peristiwa sosial yang
berhubungan dengan keterlibatan anggota DPR dalam kasus korupsi aliran dana Bank
Indonesia (BI) di DPR yang sifatnya merepresentasikan anggota DPR memainkan
semacam peran fungsi penonton dalam suatu permainan sepak bola yang dalam
kaitan kasus ini ciri-cirinya berupa indikasi ketidakikutsertaan anggota DPR dalam
‘permainan bola’ dimaksud, yang diantaranya ditandai oleh kata-kata yang bersifat
bantahan, penolakan dan sejenisnya. (misalnya: p.1, ”....Saya tidak pernah menerima
dana seperti yang dituduhkan. ...Saya tengah berada di luar negeri.... Bagaimana saya
menerima dana jika sedang di luar negeri. ... ”. Terkait dengan posisi penonton ini,
ada yang sifatnya positip bagi pihak anggota DPR dan ada yang sifat negatif. Posisi
penonton yang bersifat positip yaitu posisi anggota DPR direpresentasikan sebagai
pihak yang benar-benar tidak terlibat dalam kasus dugaan korupsi tersebut, atau
meskipun direpresentasikan sebagai pihak yang terlibat, namun keterlibatan mereka
itu semata-mata karena kecerobohan manajemen pihak BI, bukan karena kemauan
pihak DPR. Sedang Posisi penonton yang bersifat negatif yaitu posisi anggota DPR
direpresentasikan sebagai pihak yang tidak terlibat atau tidak menerima aliran dana
BI dalam kasus dugaan korupsi tersebut, namun demikian dalam perepresentasian itu
secara tekstual dijumpai juga hal-hal yang menguatkan keterlibatan anggota dewan.
Temuan penelitian ini sendiri, terkait pewacanaan posisi-posisi anggota DPR
tadi, hasilnya dapat dilihat dalam tabel 6 (lihat dalam tesis halaman 68-96 ):
Mengacu pada data tabel 6 dimaksud, terlihat bahwa pewacanaan posisi-posisi
anggota DPR dalam beragam premis minor itu muncul pada setiap fase proses
pengusutan kasus aliran dana BI ke DPR RI. Hanya saja, antara premis minor yang
satu dengan yang lainnya itu, pemunculannya terlihat berbeda dalam satu fase dengan
fase lainnya.

16

Selanjutnya, terkait dengan pewacanaan posisi-posisi anggota DPR melalui
beragam premis minor tadi, maka untuk kepentingan penelitian ini, dilakukan proses
reduksi guna pengkategorisasian pewacanaan posisi-posisi anggota DPR itu dalam
konteks tema mayor ‘permainan sepak bola’. Proses reduksi ini dilakukan dengan
cara mengidentifikasi setiap wacana ‘premis minor’ yang diorientasikan pada lahirnya
kategori wacana yang bersifat positip, netral dan negatif.
Wacana yang bersifat positif adalah : wacana yang merepresentasikan posisi
anggota DPR dalam kaitan kasus dugaan korupsi aliran dana BI sebagai pihak yang
bersih, misalnya sebagai pihak yang tidak terlibat suap, pihak yang tidak menerima
aliran dana, pihak yang menjadi korban pihak BI belaka; pihak yang tidak ada
kaitannya dengan kasus aliran dana BI dan sejenisnya. Wacana yang bersifat
negatif adalah : wacana yang merepresentasikan posisi anggota DPR dalam kaitan
kasus dugaan korupsi aliran dana BI sebagai pihak yang kotor, misalnya digambarkan
sebagai pihak pengatur skenario kasus aliran dana BI; pengarah permainan korupsi
aliran dana BI; pelaksana strategi kasus aliran dana BI, dan negosiator dalam kasus
aliran dana BI. Sementara wacana yang sifatnya netral adalah wacana yang
merepresentasikan posisi anggota DPR dalam kaitan kasus dugaan korupsi aliran
dana BI sebagai pihak yang memainkan peran fungsi perwasitan terhadap kasus aliran
dana BI di DPR yang diantaranya berupa tindakan-tindakan evaluatif, vonis, atau
reward.
Dengan menggunakan kategori dimaksud, maka teridentifikasi bahwa tematema minor yang menunjukkan posisi-posisi anggota dewan dalam tema mayor
‘permainan bola’ berupa pewacanaan korupsi aliran dana BI tadi, lebih didominasi
oleh Wacana yang bersifat negatif, yakni DPR ditempatkan dalam posisi negatif
dalam kasus korupsi aliran dana BI di DPR, baik di Media Indonesia (56) maupun di
Republika (52). Sementara wacana yang bersifat positif (Media Indonesia 7;
Republika 4) dan wacana yang sifatnya netral (Media Indonesia 10; Republika 11)
tampaknya menjadi wacana yang tidak dominan diwacanakan oleh kedua media.
B. Ideologi Media dalam Pewacanaan Keterlibatan Anggota DPR dalam Kasus
Korupsi Aliran Dana BI di DPR antara di Media Indonesia dan Republika
Wacana-wacana yang muncul dalam penelitian ini sendiri, temuannya
memperlihatkan terbungkus ke dalam empat tema minor dari suatu tema mayor
‘permainan sepak bola’ aliran dana BI di DPR, yaitu : anggota DPR sebagai ‘pelatih’;
anggota DPR sebagai ‘pemain’; anggota DPR sebagai ‘wasit’; dan anggota DPR
sebagai ‘penonton’. Tema-tema minor ini, sesuai dengan hasil pengkategorisasiannya
menjadi Wacana yang bersifat positif; negatif dan netral, menunjukkan posisiposisi anggota dewan dalam tema mayor ‘permainan bola’ berupa pewacanaan
korupsi aliran dana BI tadi, lebih didominasi oleh Wacana yang bersifat negatif.
Dengan demikian, arah komposisi pengkategorian pewacanaan dimaksud, cenderung
memperlihatkan wacana yang bersifat negatif terhadap penempatan posisi anggota
dewan dalam pewacanaan kasus aliran dana BI di DPR itu. Meskipun demikian,
terkadang kedua media terlihat juga saling berupaya mengangkat pewacanaan yang
sifatnya positip maupun netral dalam menempatkan posisi anggota dewan dalam
pewacanaan korupsi anggota DPR terkait kasus saliran dana BI di DPR.

17

Terkait dengan kecenderungan wacana di atas, itu berarti anggota dewan di
sini direpresentasikan sebagai pihak yang menjadi ‘pelaku atau koruptor’ dalam kasus
dugaan korupsi aliran dana BI di DPR. Dengan kata lain, wacana yang bersifat
negatif berarti wacana yang merepresentasikan posisi anggota DPR dalam kaitan
kasus dugaan korupsi aliran dana BI sebagai pihak yang kotor, misalnya digambarkan
sebagai pihak pengatur skenario kasus aliran dana BI; pengarah permainan korupsi
aliran dana BI; pelaksana strategi kasus aliran dana BI, dan negosiator dalam kasus
aliran dana BI.
Dengan penempatan posisi anggota DPR yang dominan diletakkan dalam
posisi negatif tersebut, maka ini dapat diartikan bahwa kedua media berdasarkan
representasinya dapat dikatakan cenderung memiliki sikap yang bersifat ‘anti
parlemen’ atau ‘kontra legislatif’. Jadi, dengan mengacu pada pendapat Shoemaker
dan Reese bahwa mediasi itu sangat dipengaruhi oleh ideologi serta menurut
Fairclough bahwa lokasi ideologi itu salah satunya memang terletak dalam teks, maka
teks-teks yang dimediasi oleh Media Indonesia dan Republika menyangkut kasus
dugaan korupsi anggota DPR dalam aliran dana BI di DPR tadi, berarti pewacanaan
mereka yang cenderung negative itu kelihatannya lebih didominasi oleh karena
adanya ideologi ‘kontra legislatif’ di kalangan wartawan atau media. Ideologi di sini
diartikan sebagai kerangka berpikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai
individu untuk melihat realita dan bagaimana mereka menghadapinya. 2 Dalam kaitan
ini, dengan demikian ideologi ‘kontra legislatif’ di sini berarti berfungsi sebagai
kerangka berpikir atau kerangka referensi yang dominan bagi wartawan/media dalam
melihat dan menghadapi realitas dugaan korupsi anggota parlemen dalam kasus aliran
dana BI di DPR.
PENUTUP

Permasalahan yang diangkat dalam tesis ini adalah : 1) Bagaimana media
mengkonstruksi (memproduksi makna) teks/berita korupsi Anggota DPR RI dalam kasus
aliran dana BI di DPR RI?; 2) Mengapa media mengkonstruksi realitas tersebut dengan
cara demikian? Ideologi siapakah yang mempengaruhi pewacanaan tersebut? Apakah
terdapat pengaruh ideologi pemilik media?; dan 3) Bagaimana efek pemaknaan korupsi
aliran dana BI oleh media terhadap pemaknaan pembaca?
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi terhadap temuan-temuan penelitian
ini, maka dapat disimpulkan bahwa :
1) Terkait dengan cara Suratkabar Media Indonesia dan Harian Republika dalam
mengkonstruksi (memproduksi makna) teks/berita tentang korupsi Anggota DPR
RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RI, maka menyangkut :
a. Media Indonesia
Dalam mengkonstruksi (memproduksi makna) teks/berita tentang korupsi
Anggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RI, Media Indonesia
melakukannya dengan cara lebih dominan yang bersifat negatif, dengan mana
2

Terkait dengan ini, Raymond Williams mendefinisikan ideologi sebagai sebuah bentuk relatif formal dan mengartikulasikan sistem
makna, nilai-nilai dan kepercayaan, ataupun semacamnya yang diabstraksikan sebagai sebuah “pandangan dunia” atau “pandangan
kelas” (Williams, 1977, p 109). Menurut Samuel becker (1984; p 69), ideologi merupakan “cara kita mempersepsi dunia kita dan diri
kita; ideologi mengontrol apa yang kita lihat sebagai sesuatu yang “natural” atau “obvious. “Sebuah ideologi merupakan suatu bentuk
setting, diintegrasikan dalam bingkai referensi, di mana di dalamnya melewati masing-masing dari kita untuk melihat dunia dan yang
mengatur tindakan kita semua” Beckers, 1984, p 69) (lihat, Reese dan Shoemaker, 1996: 222).

18

berarti anggota dewan di sini direpresentasikan sebagai pihak yang menjadi
‘pelaku atau koruptor’ dalam kasus dugaan korupsi aliran dana BI di DPR.
Dengan kata lain, wacana yang bersifat negatif ini berarti wacana yang
merepresentasikan posisi anggota DPR dalam kaitan kasus dugaan korupsi
aliran dana BI sebagai pihak yang kotor, misalnya digambarkan sebagai pihak
pengatur skenario kasus aliran dana BI; pengarah permainan korupsi aliran dana
BI; pelaksana strategis kasus aliran dana BI, dan negosiator dalam kasus aliran
dana BI.
b. Republika
Dalam mengkonstruksi (memproduksi makna) teks/berita tentang korupsi
Anggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RI, Republika
melakukannya dengan cara lebih dominan yang bersifat negatif, dengan mana
berarti anggota dewan di sini direpresentasikan sebagai pihak yang menjadi
‘pelaku atau koruptor’ dalam kasus dugaan korupsi aliran dana BI di DPR. Itu.
Wacana yang bersifat negatif ini dengan kata lain berarti wacana yang
merepresentasikan posisi anggota DPR dalam kaitan kasus dugaan korupsi
aliran dana BI itu sebagai pihak yang kotor, yang digambarkan sebagai pihak
pengatur skenario kasus aliran dana BI; pengarah permainan korupsi aliran dana
BI; pelaksana strategis kasus aliran dana BI, dan negosiator dalam kasus aliran
dana BI.
2) Terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi media melakukan cara-cara
tertentu dalam mengkonstruksi (memproduksi makna) teks/berita tentang korupsi
Anggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RI, serta ideologi dominan
yang berada di balik pewacanaan teks dimaksud, maka menyangkut :
a. Media Indonesia
Faktor-faktor yang mempengaruhi Media Indonesia melakukan cara-cara
tertentu dalam mengkonstruksi (memproduksi makna) teks/berita tentang
korupsi Anggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RI adalah : 1.a.
berkaitan dengan perspektif negatif terhadap korupsi, perspektif negatif
terhadap parlemen; b. rutinitas media; c. Heteroglossia menyangkut fenomena
korupsi dan parlemen; 2. ideologi pemilik media (ideologi media); 3. Sedang
Ideologi dominan yang berada di balik pewacanaan yang bersifat negatif
terhadap parlemen itu adalah berupa ideologi ‘kontra legislatif/parlemen’.
b. Republika
Faktor-faktor yang mempengaruhi Republika melakukan cara-cara tertentu
dalam mengkonstruksi (memproduksi makna) teks/berita tentang korupsi
Anggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RI adalah : 1.a. berkaitan
dengan perspektif negatif terhadap korupsi; b. perspektif negatif terhadap
parlemen; c. rutinitas media; d. Komodifikasi; e. Heteroglossia menyangkut
fenomena korupsi d