BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1 Paradigma Kajian - Komunikasi Antarpribadi Pasangan Suami Istri Banyak Anak Yang Kurang Mampu Dalam Mem-bentuk Konsep Diri Anak (Studi Deskriptif Di Kecamatan Medan Johor / Kelurahan Kwala Bekala Simalingkar Kota Medan Provinsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1 Paradigma Kajian Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan suatu kebenaran. Usaha untuk mencari kebenaran dilakukan oleh peneliti melalui model tertentu. Model tersebut biasanya dikenal dengan paradigma. Paradigma merupakan pola atau model

  tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubunganannya) atau bagaimana bagian- bagian yang berfungsi (perilaku di dalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu) ( Moleong,2005:49).

  Perspektif atau paradigma yang peneliti gunakan adalah kualitatif dimana pendekatan sistematis dan subjektif dalam menjelaskan pengalaman hidup berdasarkan kenyataan lapangan (empiris). Sementara itu, penelitian kualitatif tidak menggunakan statistik, data hasil penelitian diperoleh secara langsung, misalnya observasi partisipan, wawancara mendalam, dan studi dokumen sehingga peneliti mendapat jawaban apa adanya dari responden (Iskandar,35-37).

  Peneliti menggunakan pendekatan interpretif dimana berangkat dari upaya untuk mencari penjelasan tentang peristiwa-peristiwa sosial atau budaya yang didasarkan pada perspektif dan pengalaman orang yang diteliti. Pendekatan interpretif diadopsi dari orientasi praktis. Secara umum pendekatan interpretif merupakan sebuah sistem sosial yang memaknai perilaku secara detail langsung mengobservasi (Newman,1997:68). Selain itu interpretif juga melihat fakta sebagai esensi dalam memahami makna sosial. Interpretif melihat fakta sebagai hal yang cair ( tidak kaku ) yang melekat pada sistem makna dalam pendekatan interpretatif. Fakta-fakta tidaklah imparsial, objektif dan netral. Fakta merupakan tindakan spesifik dan

  9

  10 kontekstual yang bergantung pada pemaknaan sebagian orang dalam situasi sosial. Interpretif menyatakan situasi sosial mengandung ambiguisitas yang besar. Perilaku dan pernyataan dapat memiliki makna yang banyak dan dapat diinterpretasikan dengan berbagai cara.

  (http:ernams.wordpress.com/2008/01/07/pendekatan-interpretif ) diakses pada tanggal 5 febuary 2014).

  Ada tiga paradigma dalam kajian ilmu komunikasi. Pandangan pertama, paradigma positivisme yaitu melihat bahasa sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya. Ciri dari pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas. Dalam kaitannya dengan analisis wacana, konsekuensi logis dari pemahaman ini adalah orang tidak perlu mengetahui makna-makna subjektif atau nilai yang mendasari pernyataannya, sebab yang penting adalah apakah pernyataan itu dilontarkan secara benar menurut kaidah sintaksis dan simantik. Hal tersebut yang menjadi fokus utama, terkait dengan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama (Eriyanto,2001:4). Hal ini menunjukkan bahwa pandangan positivisme cenderung memandang realitas apa adanya, tanpa memikirkan dasar dari terbentuknya realitas tersebut. Pemikiran ini verasal dari Agust Comte (1798-1857).

  Positivisme mendominasi wacana ilmu pengetahuan pada awal abad 20-an. Paradigma ini mengutamakan objektivitas, validitas, dan reabilitas.

  Paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma konstruktivisme adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Dalam studi komunikasi, paradigma konstrukvisme ini sering sekali disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna. Ia sering dilawankan dengan paradigma positivis yang memandang realitas dengan objektif.

  Paradigma konstruktivisme menolak pandangan positivisme yang memisahkan subjek dengan objek komunikasi.

  11 Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampaian pesan.

  Konstruktivisme justru menganggap subjek ( komunikan / decoder ) sebagai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosial. Pengetahuan manusia adalah kontruksi yang dibangun dari proses kognitif dengan interaksinya dengan dunia objek material. Bahasa bukan cerminan semesta akan tetapi sebaliknya bahasa berperan membentuk semesta. Setiap bahasa mengonstruksi aspek-aspek spesifik dari semesta dengan caranya sendiri (bahasa puisi/ sastra, bahasa sehari-hari, bahasa ilmiah). Bahasa merupakan hasil kesepakatan sosial serta memiliki sifat yang tidak permanen, sehingga terbuka dan mengalami proses evolusi. Masalah kebenaran dalam konteks konstruktivis bukan lagi permasalahan pondasi atau representasi, melainkan masalah kesepakatan pada komunitas tertentu (Ardianto,2007:153). Paradigma konstruktivisme menyatakan bahwa individu menginterpretasikan dan beraksi menurut kategori konseptual dari pikiran. Realitas tidak menggambarkan diri individu namun harus disaring melalui cara pandang orang terhadap realitas tersebut.

  Paradigma kritis lahir sebagai koreksi dari pandangan konstruktivisme yang kurang sensistif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun institusional. Bahasa komunikasi tidak pahami sebagai medium netral yang terletak diluar diri si pembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi didalamnya. Paradigma kritis ( Eriyanto, 2001:5) adalah paradigma yang memandang bahwa bahasa tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak diluar sisi pembicara. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena sangat berhubungan dengan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. Dengan pandangan semacam ini, wacana melihat bahasa selalu terlibat

  12 dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam pembentukan subjek, dan berbagai tindakan representasi yang terdapat dalam masyarakat.

  Dalam kaitannya dengan analisi wacana, ketiga paradigma ini memiliki pandangan masing-masing. Paradigma positivisme memandang bahwa orang tidak perlu mengetahui makna-makna subjektif atau nilai yang mendasari pernyataannya. Oleh sebab itu, tata bahasa dan kebenaran sintaksis yang menjadi cara pandang tentang wacana. Analisis wacana dimaksudkan untuk menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa dan pengertian bersama. Paradigma konstruktivisme memandang wacana sebagai hasil dari kontrol subjek-subjek yang memiliki maksud-maksud tertentu yang menciptakan makna. Jika dibandingkan dengan kedua paradigma diatas, maka paradigma kritis memandang wacana sebagai representasi yang berperan membentuk subjek tertentu, tema-tema, dan strategi-strategi yang dikuasai oleh kelompok dominan. Maka dari yang ketiga paradigma diatas, yang digunakan oleh peneliti adalah paradigma konstruktivisme sebagai pandangan dasar untuk melihat dan mengetahui bagaimana pasangan suami istri banyak anak dalam membentuk konsep diri anak.

II.2 Kajian Pustaka

  Kajian pustaka merupakan acuan atau landasan berpikir peneliti dengan basis pada bahan pustaka yang membahas tentang teori atau hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dijalankan (Prajarto,2010:49). Pencarian dan penelusuran kepustakaan atau literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian sangat diperlukan.

  Penelitian tidak dilakukan di ruang kosong dan tidak pula dapat dikerjakan dengan baik, tanpa basis teoritis yang jelas. Penelitian ini sesungguhnya sesungguhnya menelusuri atau meneruskan peta jalan yang telah dirintis oleh peneliti terdahulu. (Danim Sudarwan,2001:105 dalam Iskandar, 2009:100). Berdasarkan kajian pustaka, maka peneliti akan mempunyai

  13 landasan untuk menemtukan tujuan dan arah penelitian. Adapun teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah :

II.2.1 Komunikasi

  Komunikasi adalah hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak, komunikasi adalah bagian dari kehidupan itu sendiri. Sejak dilahirkan manusia sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Selain itu, komunikasi diartikan pula sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah hubungan. Atau dapat pula diartikan bahwa komunikasi adalah saling bertukar pikiran atau pendapat.

  Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata Latin

  

communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama yang dimaksud

  sama makna (Effendy, 2005:9). Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat, serta perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media. (Effendy, 2005:50).

  Carl I. Hovland (dalam Widjaja 2000:26) mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-kata untuk mengubah tingkah laku orang lain. Adapun pengertian komunikasi yang lain menurut Rogers bersama D. Lawrence Kincaid, 1981 (dalam Cangara, 2006:19) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan yang lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saat saling pengertian yang mendalam. Menurut Onong, komunikasi sebagai proses terbagi dua tahap, yakni :

  14 a. Proses komunikasi Primer adalah penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang ( symbol ) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

  b.

  Proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Proses ini termasuk sambungan dari proses primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, dalam prosesnya komunikasi sekunder ini akan semakin efektif dan efisien, yang ditopang oleh teknologi-teknologi lainnya. ( Effendy , 2003 : 11)

II.2.2 Tujuan Komunikasi

  Dalam berkomunikasi, tidak hanya untuk memahami dan mengerti satu dengan yang lainnya tetapi juga memiliki tujuan dalam berkomunikasi. Pada umumnya komunikasi mempunyai beberapa tujuan antara lain (Effendy,2003:8) : a.

  Untuk mengubah sikap (to change attitude), yakni memberikan berbagai informasi kepada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat akan mengubah sikapnya.

  Misalnya, memberikan informasi mengenai bahaya narkoba pada masyarakat dan remaja khususnya dengan tujuan agar masyarakat dan remaja menjadi tahu bahaya narkoba.

  b.

  Untuk mengubah opini (to change the opinion) , yakni memberikan berbagai informasi kepada masyarakat agar masyarakat mau mengubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi yang disampaikan, misalnya informasi mengenai pemilu.

  15 c. Untuk mengubah perilaku (to change the behavior) , yaitu memberikan berbagai informasi kepada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat akan mengubah perilakunya. Misalnya informasi yang diberikan oleh Pihak Kepolisian kepada masyarakat pengguna sepeda motor agar selalu menggunakan helm selama berkendara untuk keselamatan pengguna itu sendiri.

  d.

  Untuk mengubah masyarakat (to change the society), yaitu memberikan berbagai informasi kepada masyarakat, yang pada akhirnya bertujuan agar masyarakat mau mendukung dan ikut sera terhadap tujuan informasi yang disampaikan.

II.2.3 Fungsi Komunikasi

  Dalam terjadinya komunikasi tidak terlepas dari bentuk dan fungsi komunikasi, dimana komunikasi yang baik tidak jauh dari fungsi yang mendukung keefektifan komunikasi. Fungsi komunikasi adalah : 1.

  Menginformasikan ( to inform ) Kegiatan komunikasi itu memberikan penjelasan, penerangan, mengenai bentuk informasi yang disajikan dari seorang komunikator kepada komunikan. Informasi yang akurat diperlukan oleh beberapa bagian masyarakat untuk bahan dalam pembuat keputusan.

2. Mendidik ( to educate )

  Penyebaran informasi tersebut sifanya memberikan pendidikan atau penganjuran sesuatu pengetahuan, menyebarluaskan kreativitas untuk membuka wawasan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah maupun diluar sekolah.

  16 3. Menghibur ( to entertaint ) Penyebaran informasi yang disajikan kepada komunikan untuk memberikan hiburan.

  Menyampaikan informasi dalam lagu, lirik dan bunyi, maupun gambar dan membawa setiap orang pada situasi menikmati hiburan.

  4. Mempengaruhi ( to influence ) Komunikasi sebagai sarana untuk mempengaruhi khalayak untuk memberi motivasi, mendorong untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang dilihat, dibaca, dan didengar. Serta memperkenalkan nilai-nilai baru untuk mengubah sikap dan perilaku ke arah yang baik dan modernisasi.

  Mengenai fungsi komunikasi, Mc Bride (dalam Widjaja,2000:64-66) menjelaskan dalam arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan pertukaran berita atau pesan tetapi sebagai kegiatan individu atau kelompok mengenai tukar-menukar data, fakta, dan ide. Maka fungsinya dalam setiap sistem sosial sebagai berikut :

  1. Informasi Pengumpulan, penyampaian, pemrosesan, penyebaran berita, data gambar, fakta, pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan dan orang lain, kemudian agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

  2. Sosialisasi ( pemasyarakatan) Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif dalam masyarakat.

  17 3. Motivasi

  Menjelaskan setiap masyarakat jangka panjang maupun jangka pendek, mendorong untuk menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikerjakan.

  4. Perdebatan dan diskusi Menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perdebatan pendapat mengenai masalah publik dan pendidikan. Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong intelektual, pembentukan watak, pendidikan, keterampilan serta kemahiran yang diperlukan dalam semua bidang kehidupan.

  5. Memajukan kebudayaan Penyebarluasan hasil budaya dan seni dengan melestarikan warisan masa lalu, membangun imajinasi dan mendorong kreativitas serta kebutuhan estetika.

  6. Hiburan Penyebarluasan sinyal, simbol, suara, citra (image) dari drama, tari, kesenian, kesusasteraan, musik, komedi, olahraga, permainan, dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan individu maupun kelompok.

  7. Integrasi Menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu kesempatan memperoleh berbagai pesan yang diperlukan agar mereka dapat saling kenal, mengerti dan menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang.

  Lasswell (1960) menjelaskan 5 unsur komunikasi yaitu : 1.

  Who (siapa) ? Siapa sumber (komunikator). Komunikator adalah pelaku utama/pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi,

  18 bila seorang individu, kelompok, organisasi, maupun suatu Negara sebagai komunikator.

  2. Says What (mengatakan apa)? Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada penerima (komunikan) dari sumber (komunikator) atau isi informasi. Merupakan seperangkat simbol verbal maupun nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan maupun maksud sumber tadi. Ada 3 komponen pesan yakni makna, simbol untuk menyampaikan makna dan bentuk /organisasi pesan.

  3. In Which Channel (dengan saluran apa) ? Wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) baik secara langsung (tatap muka), maupun tidak langsung (melalui media cetak/elektronik dan lain-lain).

  4. To Whom (kepada siapa)? Tujuan dari kita berkomunikasi orang/ kelompok/ organisasi/ suatu negara yang menerima pesan dari sumber.

  5. With What Effect (dengan pengaruh bagaimana) ? Dampak atau efek yang terjadi pada komunikan ( penerima) setelah menerima pesan dari sumber, seperti perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan. (Mulyana, 2005:62).

  Sementara Everett M.Rogers mengatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide diahlikan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Oleh karena itu, komunikasi adalah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator dapat menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan (Effendy 2004:6).

  19 II.2.4 Karakteristik Komunikasi Adapun karakteristik dari komunikasi itu sendiri adalah ( Fajar,2009:33-34) : 1. Komunikasi suatu proses.

  Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan srangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Proses komunikasi melibatkan banyak faktor atau unsur. Faktor atau unsur yang dimaksud antara lain dapat mencakup pelaku atau peserta, pesan (meliputi bentuk, isi, dan cara penyajiannya) , saluran atau alat yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan, waktu, tempat, hasil atau akibat yang terjadi.

  2. Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan.

  Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya. Pengertian sadar disini menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang sepenuhnya berada dalam kondisi yang dilakukan seseorang sepenuhnya berada dalam kondisi mental psikologis yang terkendalikan bukan dalam keadaan mimpi. Disengaja maksudnya bahwa komunikasi yang dilakukan memang sesuai dengan kemauan dari pelakunya sementara tujuan menunjuk pada hasil atau akibat yang ingin dicapai.

  3. Komunikasi menurut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat.

  Kegiatan komunikasi akan berlangsung dengan baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang dikomunikasikan.

  4. Komunikasi bersifat simbolis Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang, misalnya : bahasa.

  5. Komunikasi bersifat transaksional.

  Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan: memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakkan secara seimbang atau proposional oleh masing-masing pelaku yang terlibat dalam komunikasi.

  6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu.

  Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang maksudnya bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon, faksimili, teleks, dan lain-lain, kedua faktor tersebut (waktu dan ruang) bukan lagi menjadi persoalan dan hambatan dalam berkomunikasi.

  Komunikasi antarpribadi merupakan suatu keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka dan menjalin komunikasi atau hubungan dengan sesamanya. Selain itu, ada sejumlah kebutuhan dalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan oleh komunikasi antarpribadi.

  Orang memerlukan hubungan antarpribadi terutama untuk dua hal yaitu : perasaan (attachment), dan ketergantungan (dependency). Perasaan mengacu pada hubungan yang secara emosional intensif. Sementara ketergantungan mengacu pada instrumen perilaku antarpribadi, seperti membutuhkan bantuan-bantuan, membutuhkan persetujuan, dan mencari kedekatan, selain kebutuhan berteman dengan orang lain juga kepentingan untuk mempertahankan hidup. Salah satu karakteristik dari hubungan antarpribadi adalah bahwa hubungan tersebut banyak yang tidak diciptakan untuk diakhiri berdasarkan kemauan atau kesadaran kita.

  20

II.3 Komunikasi Antarpribadi

  21 Cassagrande, 1986 (dalam Liliweri,1991:48) berpendapat bahwa orang melakukan komunikasi dengan orang lain karena :

  1. Setiap orang membutuhkan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi kelebihan.

  2. Setiap orang terlibat dalam proses perubahan yang relatif cepat.

  3. Interaksi hari ini merupakan spektrum pengalaman masa lalu dan membuat orang mengantisipasi masa depan.

  4. Hubungan yang diciptakan kalau berhasil merupakan pengalaman yang baru.

  Dari pendapat yang dikemukakan Cassagrande, dapat disimpulkan bahwa keinginan berkomunikasi antarpribadi disebabkan karena dorongan pemenuhan kebutuhan yang belum, tidak dimiliki seseorang sebelumnya atau belum layak di hadapannya (Liliweri,1991:49). Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Effendy, 1986 (dalam Liliweri,1991:12) mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan komunikan. Komunikasi antar pribadi yang dimaksud disini merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Secara keseluruhan, komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antar dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang.

  Keberadaan interaksi dalam komunikasi antarpribadi menunjukkan bahwa komunikasi antarpribadi tersebut menghasilkan suatu umpan balik pada tingkat keterpengaruhan tersebut. Ada tiga faktor yang perlu diketahui tentang interaksi antarpribadi, yaitu :

1. Bagaimana status dan peran individu dalam lingkungan tertentu

  22 2. Bagaimana ikatan-ikatan individu dengan organisasi sosial maupun politik yang menjadi afiliasi individu.

3. Pertemuan-pertemuan apa yang biasa diikuti oleh individu tersebut (Liliwer,1991:45).

  Dalam komunikasi antarpribadi tidak hanya tertuju pada pengertian melainkan pada fungsi dari komunikasi itu sendiri. Adapun fungsi komunikasi antarpribadi ialah berusaha meningkatkan hubungan insani, menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman orang lain.

  Komunikasi antarpribadi dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan di antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Melalui komunikasi antarpribadi, kita dapat berusaha membina hubungan yang baik, sehingga menghindari dan mengatasi konflik-konflik yang muncul (Cangara, 2006: 56).

II.3.1 Ciri-ciri Komunikasi Antarpribadi

  Menurut Branlund, ada beberapa ciri yang bisa diberikan untuk mengenal komunikasi antarpribadi, yaitu ;

1. Komunikasi antarpribadi terjadi secara spontan 2.

  Tidak mempunyai struktur yang teratur dan diatur 3. Terjadi secara kebetulan 4. Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu 5. Identitas keanggotaannya kadang-kadang kurang jelas 6. Bisa terjadi hanya sambil lalu saja

  Reardon, 1987 juga mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi mempunyai paling sedikit enam ciri, yaitu ;

  1. Dilaksanakan karena adanya berbagai faktor pendorong.

  2. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja.

  3. Kerap kali berbalas-balasan.

  4. Mempersyaratkan adanya hubungan ( paling sedikit dua orang ) antarpribadi.

  5. Serta suasana hubungan harus bebas, bervariasi, dan adanya keterpengaruhan.

  6. Menggunakan berbagai lambang-lambang yang bermakna. Menurut Devito, komunikasi antarpribadi memiliki lima ciri-ciri sebagai berikut : 1.

  Keterbukaan (openes) yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima dalam menghadapi hubungan antarpribadi.

  2. Empati (emphat ) yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain.

  3. Dukungan (supportivenes) yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif.

  4. Rasa positif (positiveness) yaitu seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpatisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang interaktif.

  5. Kesetaraan (equality) yakni pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan (Liliweri, 1991:13)

  Ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua orang merupakan komunikasi antarpribadi bukan komunikasi lainnya. Sifat-sifat komunikasi antarpribadi itu adalah : 1.

  Komunikasi antarpribadi melibatkan perilaku verbal maupun nonverbal. Dalam komunikasi, tanda-tanda verbal diwakili dalam penyebaran kata-kata,

  23

  24 pengungkapannya baik lisan maupun tulisan. Sedangkan tanda-tanda nonverbal terlihat dalam ekspresi wajah, gerakan tubuh atau gestrure.

  2. Komunikasi antarpribadi melibatkan perilaku yang spontan, scripted, dan contrived.

  Perilaku spontan dalam komunikasi antarpribadi dilakukan secara tiba-tiba dan serta merta untuk menjawab sesuatu rangsangan dari luar tanpa terpikir terlebih dahulu.

  Bentuk perilaku scripted terjadi atas reaksi dari emosi terhadap pesan yang diterima jika pada taraf yang terus menerus dan akhirnya pada perilaku ini dilakukan karena dorongan faktor kebiasaan. Perilaku contrived merupakan perilaku yang sebagian besar didasarkan pada pertimbangan kognitif.

  3. Komunikasi antarpribadi sebagai proses yang berkembang. Komunikasi antarpribadi tidak bersifat statis melainkan dinamis.

  4. Komunikasi antarpribadi harus menghasilkan umpan balik, mempunyai interaksi dan koherensi.

  5. Komunikasi antarpribadi biasanya diatur dengan tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Komunikasi yang bersifat intrinsik adalah suatu standar dari perilaku yang dikembangan oleh seorang sebagai pandu bagaimana mereka melaksanakan komunikasi. Sedangkan ekstrinsik adalah adanya standar atau tata aturan lain yang ditimbulkan karena adanya pengaruh pihak ketiga atau pengaruh situasi dan kondisi sehingga komunikasi antarmanusia harus diperbaiki atau malah dihentikan.

  6. Komunikasi antarpribadi menunjukkan adanya suatu tindakan. Jadi kedua pihak yang berkomunikasi harus sama-sama mempunyai kegiatan, aksi tertentu sebagai tanda bahwa mereka memang berkomunikasi.

  7. Komunikasi antarpribadi merupakan persuasi antarmanusia (Liliwei, 1991:31).

  25 Komunikasi antarpribadi merupakan jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Judy C. Pearson menyebutkan enam karakteristik komunikasi antarpribadi, yaitu : 1.

  Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri pribadi (self). Artinya, segala bentuk proses penafsiran pesan maupun penilaian mengenai orang lain, berangkat dari diri sendiri.

  2. Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional. Ciri komunikasi seperti ini terlihat dari kenyataan bahwa komunikasi antarpribadi besifat dinamis, merupakan pertukaran pesan secara timbal balik dan berkelanjutan.

3. Komunikasi antarpribadi menyangkut aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi.

  Maksudnya bahwa efektifitas komunikasi antarpribadi tidak hanya ditentukan oleh kualitas pesan, melainkan juga ditentukan kadar hubungan antar individu.

  4. Komunikasi antarpribadi mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dengan kata lain, komunikasi antarpribadi akan lebih efektif mana kala antara pihak-pihak yang berkomunikasi itu saling bertatap muka.

  5. Komunikasi antarpribadi menempatkan kedua belah pihak yang berkomunikasi saling bergantung dengan yang lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa komunikasi antarpribadi melibatkan ranah emosi, sehingga terdapat saling ketergantungan emosional diantara pihak-pihak yang berkomunikasi.

  6. Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang. Artinya, ketika seseorang sudah terlanjur mengucapkan sesuatu kepada orang lain, maka ucapan itu sudah tidak dapat diubah atau diulang, karena sudah terlanjur diterima oleh komunikan (Sendjaja,2002:21).

  26 II.3.2 Faktor-faktor yang Menumbuhkan Hubungan Antarpribadi dalam Komunikasi

  Antarpribadi

  Secara kodrat, manusia sebagai makhluk individu sekaligus sosial. Sebagai makhluk individu, artinya bahwa setiap manusia pada hakikatnya memiliki keunikan yang membedakan dengan orang lain. Setiap orang memiliki kedudukan dan peran berbeda, saling memiliki kelebihan dan kekurangan. Sebagai makhluk sosial, artinya bahwa secara kodrat sejak dilahirkan manusia tidak dapat hidup sendirian, melainkan memerlukan pertolongan orang lain dilingkungannya.

  Karakteristik kehidupan sosial mewajibkan setiap individu untuk membangun sebuah relasi dengan yang lain, sehingga akan terjadi sebuah ikatan perasaan yang bersifat timbal balik dalam suatu pola hubungan yang dinamakan hubungan antarpribadi.

  Hubungan antarpribadi dalam arti luas adalah interaksi yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan, sehingga menimbulkan kebahagiaan dan kepuasan hati pada kedua belah pihak (Aw,2011:27). Hubungan antarpribadi dapat dilakukan di berbagai situasi, seperti di perkumpulan- perkumpulan olahraga, keagamaan, kesenian, konferensi, dalam seminar, bahkan di tempat- tempat umum, seperti kampus, tempat ibadah, restoran, stasiun, pasar, sawah, toko, dan sebagainya.

  Hubungan antarpribadi dalam arti sempit adalah interaksi yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dalam situasi kerja (work situation) dan dalam situasi kekaryaan

  

(work organization) dengan tujuan untuk mengubah kegairahan dan kegiatan bekerja dengan

  semangat yang produktif (Aw,2011:28). Pola-pola komunikasi antarpribadi mempunyai efek yang berlainan pada hubungan antarpribadi. Komunikasi antarpribadi yang efektif bukan karena komunikasi tersebut sering dilakukan tetapi bagaimana komunikasi itu dilakukan.

  Dalam komunikasi antarpribadi ada beberapa faktor yang mempengaruhi hubungan antarpribadi, yaitu :

  1. Percaya Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi antarpribadi, faktor percaya adalah hal yang penting. Secara ilmiah, percaya didefenisikan sebagai mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dalam situasi yang penuh resiko. Definisi ini menyebutkan tiga unsur percaya, yaitu : a.

  Ada situasi yang menimbulkan resiko. Bila orang yang menaruh kepercayaan kepada seseorang, ia akan mengahadapi resiko. Bila tidak ada resiko, percaya tidak diperlukan.

  b.

  Orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa akibat-akibatnya bergantung pada orang lain.

  c.

  Orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya.

  2. Sikap Suportif Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi defensif dalam komunikasi. Orang yang bersifat defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Jack R.Gibb 1961 (dalam Rakhmat, 2007 :130) menyebutkan enam perilaku yang menimbulkan perilaku suportif, yaitu: a.

  Deskriptif artinya penyampaian perasaan dan persepsi yang dimiliki tanpa menilai.

  b.

  Orientasi masalah, dalam orientasi masalah artinya mengajak orang lain bersama-sama untuk menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana mencapainya.

  27

  28 c. Spontanitas artinya sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang terpendam.

  d.

  Empati artinya menempatkan diri kita pada posisi orang lain, kita ikut serta secara emosional dan intelektual dalam pengalaman orang lain. Dan tanpa empati, orang seakan-akan “mesin” yang hampa perasaan dan tanpa perhatian.

  e.

  Persamaan artinya sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis. Dalam persamaan seseorang tidak mempertegas perbedaan.

  f.

  Provisionalisme adalah kesediaan untuk meninjau kembali pendapat kita, untuk mengakui bahwa pendapat dan keyakinannya bisa berubah.

3. Sikap Terbuka

  Sikap terbuka sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi antarpribadi yang efektif. Beberapa karakteristik orang yang bersikap terbuka, yaitu (Rakhmat, 2007: 131); a.

  Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan logika.

  b.

  Membedakan dengan mudah, melihat nuansa, dan sebagainya.

  c.

  Berorientasi pada isi.

  d.

  Mencari informasi dari berbagai sumber.

  e.

  Lebih bersifat provisional dan bersedia mengubah kepercayaannya.

  f.

  Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya ( Rakhmat, 2007 :129)

  Seseorang menjalin hubungan dengan orang lain bukanlah sekedar ingin membangun relasi atau hubungan saja, hubungan antarpribadi bukan suatu keadaan yang pasif, melainkan suatu aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.Ciri-ciri hubungan antarpribadi antara lain :

  29 1. Mengenal secara dekat

  Artinya bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan antarpribadi saling mengenal secara dekat. Dikatakan mengenal secara dekat, karena tidak hanya saling mengenal identitas pokok seperti nama, alamat, status perkawinan, dan pekerjaan. Namun lebih dari semua itu, kedua belah pihak saling mengenal berbagai sisi kehidupan lainnya, seperti mengetahui nomor telepon selulernya, makanan kesukaannya, hari ulang tahunnya, dan sebagainya. Pada prinsipnya semakin banyak mengenal sisi-sisi latar belakang diri pribadi orang lain, hal itu menunjukkan kadar kedekatan hubungan antarpribadi.

  2. Saling memerlukan Hubungan antarpribadi diwarnai oleh pola hubungan saling menguntungkan secara dua arah dan saling memerlukan. Sekurang-kurangnya kedua belah pihak merasa saling memerlukan kehadiran seorang teman untuk berinteraksi. Dengan demikian adanya rasa saling memerlukan dan saling mendapatkan manfaat ini akan mnjadi tali pengikat kelangsungan hubungan antarpribadi.

  3. Pola hubungan antarpribadi yang ditunjukkan oleh adanya sikap saling terbuka di antara keduanya. Hubungan antarpribadi juga ditandai oleh pemahaman sifat-sifat pribadi diantara kedua belah pihak. Masing-masing saling terbuka sehingga dapat menerima perbedaan sifat pribadi tersebut. Adanya perbedaan sifat pribadi bukan menjadi penghalang untuk membina hubungan baik, justru menjadi peluang untuk dapat saling mengisi kelebihan dan kekurangan.

  4. Kerjasama Kerjasama akan timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup

  30 pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan- kepentingan tersebut (Aw, Suranto 2011:29).

II.3.3 Tujuan Komunikasi Antarpribadi

  Komunikasi antarpribadi juga memiliki tujuan agar komunikasi antarpribadi tersebut dapat berjalan dengan baik. Adapun tujuan dari komunikasi antarpribadi, yaitu :

  1. Mengenal diri sendiri dan orang lain Salah satu cara mengenal diri sendiri adalah melalui komunikasi antarpribadi.

  Komunikasi antarpribadi memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri, dengan membicarakan tentang diri kita sendiri kepada orang lain.

  Kita akan mendapatkan perspektif baru tentang diri kita sendiri dan lebih memahami mendalam tentang sikap dan perilaku kita. Pada kenyataannya, persepsi-persepsi diri kita sebagian besar merupakan hasil dari apa yang kita pelajari tentang diri kita sebagian besar merupakan hasil dari apa yang kita pelajari tentang diri kita sendiri dari orang lain melalui komunikasi antarpribadi.

  2. Mengetahui dunia luar Komunikasi antarpribadi juga memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik, yakni tentang objek, kejadian-kejadian dan orang lain. Banyak informasi yang kita miliki dengan interaksi antarpribadi.

  3. Menciptakan dan memelihara lingkungan.

  Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan sehari-hari orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Dengan demikian, banyak waktu yang digunakan dalam komunikasi bertujuan untuk menciptakan dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan demikian

  31 mengurangi kesepian dan ketegangan serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita sendiri.

  4. Mengubah sikap dan perilaku Dalam komunikasi antarpribadi, seringkali kita berupaya menggunakan sikap dan perilaku orang lain. Keinginan memilih suatu cara tertentu, mencoba makanan baru, membaca buku, berfikir dalam cara tertentu, dan sebagainya. Singkatnya, banyak yang kita gunakan untuk mempengaruhi orang lain melalui komunikasi antarpribadi.

  5. Bermain dan mencari hiburan Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan. Pembicaraan- pembicaraan lain yang hampir sama, merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh hiburan. Seringkali hal tersebut tidak dianggap penting, tetapi sebenarnya komunikasi yang demikian dilakukan karena memberi suasan lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan, dan sebagainya.

  6. Membantu orang lain.

  Kita sering memberikan berbagai nasehat dan saran kepada teman-teman yang sedang menghadapi masalah atau suatu persoalan dan berusaha untuk menyelesaikannya. Hal ini memperlihatkan bahwa tujuan dari proses komunikasi antarpribadi adalah membantu orang lain (Widjaja,2000:12).

  Dalam proses komunikasi pasangan suami istri banyak anak, komunikasi antarpribadi yang dipakai untuk menjalin dan mempererat hubungan mereka sebagai pasangan suami istri.

II.4 Pasangan Suami Istri

  Memilih pasangan, berarti memilih seseorang yang diharapkan dapat menjadi teman hidup, seseorang yang dapat menjadi rekan untuk menjadi orang tua dari anak–anak kelak (Lyken dan Tellegen, 1993). Pemilihan pasangan yang dilakukan oleh individu, biasanya

  32 didasari dengan memilih calon yang dapat melengkapi apa yang dibutuhkan dari individu tersebut dan berdasarkan suatu pemikiran bahwa seorang individu akan memilih pasangan yang dapat melengkapi kebutuhan yang diperlukan (Degenova, 2008). Teori Proses Perkembangan (dalam Degenova, 2008), menjelaskan bahwa pemilihan pasangan merupakan suatu proses penyaringan yang dilakukan individu dalam memilih calon pasangan hidup sampai akhirnya terpilihnya calon pasangan hidup individu tersebut. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemilihan pasangan adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk menjadi teman hidupnya melalui proses pemilihan dari seseorang yang dianggap tidak tepat sampai akhirnya terpilih calon pasangan hidup yang tepat menurut individu tersebut.

  Sebagimana kita ketahui, pernikahan adalah perjanjian bersama antara dua jenis kelamin yang berlainan untuk menempuh suatu kehidupan rumah tangga. Semenjak terucap kata zawad keduanya telah mengikat diri dan semenjak itu juga mereka mempunyai ke- wajiban dan hak-hak yang tidak mereka miliki sebelumnya. Kalau kita mencoba melihat kembali ke belakang, yaitu ketika zaman dahulu hak-hak wanita hampir tidak ada dan yang ada hanyalah kewajiban. Hal ini dikarenakan status wanita lebih rendah dan hampir dianggap sebagai sesuatu yang tidak berguna. Hal ini mungkin disebabkan oleh kerasnya hidup yang menuntut ketahanan fisik untuk mempertahankan hidup. Disamping persaingan yang ytidak sehat dalam mencari kebutuhan hidup. Karena pada saat itu manusia hanya bergantung pada hasil alam yang ada. Dan ketika kebutuhan tersebut mereka berpindah tempat dan memerangi orang yang ingin mengambil buruannya. Dan semua itu tidak bisa dilakuakan oleh orang yang lemah fisiknya seperti wanita.

  Pernikahan pada dasarnya merupakan perintah agama yang telah di atur dalam Undang-Undang Pernikahan, sehingga barang siapa yang tidak menjunjung tinggi hak dan

  33 kewajibandalam kehidupan rumah tangga, maka mereka tidak hanya melanggar UU semata melainkan sekaligus melanggar perintah agama. Tujuan dari pernikahan yaitu untuk mengatur pergaulan hidup sempurna, bahagia, dan kekal di dalam rumah tangga guna terciptanya rasa kasih sayang dan saling mencintai.

  Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa antara suami dan istri, orang tua dan anak, serta kakak dan adik terjalin rasa kasih sayang yang mengikat rasa kekeluargaan mereka. Mereka terhubung seperti anggota tubuh yang saling melengkapi. Jika salah satu bagian sakit, maka yang lain akan merasakan hal yang sama. Keluarga harmonis akan membuat anggotanya tentram, disiplin, bertanggung jawab dan terhindar dari pergaulan yang menyesatkan. Jika ada permasalahan, mereka akan kembali kepada keluarga sebagai tempat konsultasi dan pemberi solusi. Faktor-faktor yang mempengaruhi keharmonisan keluarga antara lain : 1.

  Komunikasi Komunikasi merupakan kunci utama suksesnya sebuah hubungan. Demikian pula jika dikaitkan dengan pengertian harmonis dalam keluarga. Untuk mencapai kondisi seia- sekata, perbedaan yang ada dapat diselaraskan melalui komunikasi. Jalinan komunikasi yang baik akan menciptakan saling pengertian di antara anggota keluarga.

  Sebaliknya, komunikasi yang kurang akan memicu banyak kesalahpahaman. Semakin sering terjadi kesalahpahaman, maka konflik akan semakin sering terjadi.

  34 2. Seks

  Berdasarkan penelitian, hingga 30% perselingkuhan yang terjadi dalam rumah tangga dipicu oleh ketidakpuasan hubungan seksual. Biasanya hal ini disebabkan kurangnya komunikasi dengan pasangan untuk membicarakan seks yang diinginkan.

  3. Faktor ekonomi Mungkin banyak orang berpendapat bahwa uang bukanlah segalanya. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa faktor ekonomi seringkali menjadi permasalahan dalam keluarga. Bila kekurangan tidak dapat terpenuhi dengan sempurna. Bila kelebihan uang, maka semakin banyak keinginan ataupun pengeluaran. Jika tidak dikomunikasikan dengan baik, petentangan dalam hal pemenuhan kebutuhan keinginan masing-masing individu dapat berujung konflik.

  4. Keturunan Keturunan adalah salah satu hal terpenting dalam pernikahan. Tanpa keturunan, pernikahan akan terasa hambar. Keturunan juga merupakan salah satu indikator keberhasilan seseorang. Jika pernikahan tidak dikaruniai anak, maka konflik bisa muncul. Biasanya dipicu oleh sikap saling menyalahkan.(http://omjis.com /pengertian-harmonis-dan-kunci-keluarga-harmonis.htm ).

II.4.1 Komunikasi Antarpibadi Pasangan Suami Istri

  Komunikasi suami istri yang baik merupakan kunci untuk mencapai keharmonisan rumah tangga. Relasi antarpribadi yang sudah dibina sampai pada tingkat hubungan yang tertinggi yaitu pernikahan harus terus dibina dengan sebuah komunikasi yang baik. Komunikasi sepertinya merupakan hal yang mudah, apalagi untuk pasangan suami istri yang

  35 sudah berhasil mencapai tangga definisi hubungan yang tertinggi. Tetapi berkomunikasi antara suami istri tidaklah semudah berkomunikasi seperti ketika masih berpacaran. Akan banyak sekali gangguan (noise) dalam kegiatan tersebut yang akan menjadi batu sandungan dalam sebuah rumah tangga.

  Perkawinan merupakan sebuah tahapan tertinggi dalam hubungan atau relasi antarpribadi. Dengan adanya sebuah ikatan sakral perkawinan, berarti dua orang insan manusia sudah saling memahami karakteristik pasangannya masing-masing. Kekuatan sebuah perkawinan dapat dilihat dengan adanya ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir adalah ikatan yang nampak, sesuai dengan peraturan- peraturan yang ada. Ikatan batin adalah ikatan yang tidak nampak secara langsung, merupakan ikatan psikologis. Antara suami istri harus saling mencintai saling berbagi perasaan dan berbagi kebahagiaan.

  Perkawinan merupakan salah satu aktivitas individu yang pada umumnya akan terkait pada suatu tujuan yang ingin dicapai individu yang bersangkutan. Tanpa adanya kesadaran akan kesatuan tujuan yang harus dicapai bersama, maka dapat dibayangkan bahwa rumah tangga itu akan mudah mengalami hambatan-hambatan, yang akhirnya akan dapat menuju keretakan rumah tangga yang dapat berakibat lebih jauh. Oleh karena itu diharapkan setiap pasangan memiliki visi dan misi yang sama dalam menjalani kehidupannya sebagai sepasang suami istri. Tujuan sebenarnya sangat mulia jika dilandasi untuk saling memberi yang terbaik bagi pasangannya. Kesepakatan dapat dijadikan dasar yang kokoh untuk membina kehidupan keluarga yang harmonis.

  Perkawinan merupakan sebuah proses bersatunya seorang pria dan wanita sebagai suami istri untuk membentuk rumah tangga. Pada umumnya masing-masing pihak telah mempunyai pribadi yang telah terbentuk, karena itu untuk menyatukan satu dengan yang lain

  36 perlu adanya saling penyesuaian, saling pengorbanan, saling pengertian dan hal tersebut harus disadari benar-benar oleh kedua pihak yaitu oleh suami istri. Dalam kaitannya dengan hal itu maka peranan komunikasi dalam rumah tangga adalah sangat penting. Antara suami istri harus saling berkomunikasi dengan baik untuk dapat mempertemukan satu dengan yang lain, sehingga dengan demikian kesalahpahaman dapat dihindarkan.

  Komunikasi yang dilakukan antar suami dan istri merupakan sebuah komunikasi yang sudah menyentuh tataran psikologis. Hal tersebut dikarenakan apa yang menjadi materi atau konten pembicaraan sudah merupakan hal-hal yang prisipil. Seperti yang diungkapkan oleh Miller dan Steinberg komunikasi yang sudah menyangkut pada tataran psikologis adalah komunikasi antarpribadi. Hubungan suami istri, merupakan hubungan yang paling tinggi yang dapat dibina oleh seseorang. Ikatan perkawinan merupakan sebuah ikatan suci yang mengesahkan hubungan suami istri. Pengikatan hubungan suami istri dilakukan secara sadar dan seseorang dapat melakukan pemilihan dengan siapa mereka akan hidup berumah tangga. Dalam hubungan suami istri masih memungkinkan seseorang untuk memutuskan hubungan perkawinannya.

  Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah, jenis dan kualitas hubungan. Misalnya status sosial ekonomi, umur, dan gender (jenis kelamin) akan mempengaruhi bukan saja kepada siapa seseorang berhubungan, tetapi juga bagaimana dan seberapa sering orang tersebut berinteraksi dengan orang lain. Orang yang memiliki status ekonomi yang berbeda akan meyebabkan peerbedaan sumber-sumber yang dimiliki untuk mengembangkan hubungan. Misalnya jika seseorang memiliki handphone dan memiliki mobil akan membuatnya berhubungan dengan orang yang mobilitasnya tinggi. Jenis pekerjaan dari oranng yang berbeda status sosial ekonominya juga mempengaruhi hubungan antarpribadinya, pekerjaan merupakan salah satu sumber hubungan sosial yang penting.

  37 Selain faktor sosial ekonomi, faktor usia pun mempengaruhi terbinanya sebuah hubungan atau relasi. Beberapa penelitian menemukan bahwa orang pada masa pensiun memiliki hubungan sosial yang relatif melambat. Menurunnya kesehatan dan mobilitas membuat mereka agak sulit melakukan sosialisasi. Selain itu, pasangan pengantin baru dan pasangan suami istri yang sudah menikah selama puluhan tahun akan memaknai hubungan mereka secara berbeda. Maka dari itu dibutuhkan saling pengertian agar setiap pasangan dapat menerima hal-hal yang berbeda dari pasangannya.

Dokumen yang terkait

Komunikasi Antarpribadi Pasangan Suami Istri Banyak Anak Yang Kurang Mampu Dalam Mem-bentuk Konsep Diri Anak (Studi Deskriptif Di Kecamatan Medan Johor / Kelurahan Kwala Bekala Simalingkar Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 56 126

Dukungan Suami Kepada Istri Dalam Pemberian ASI 0–1 Tahun Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011

0 21 67

Komunikasi Antarpribadi dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Antarpribadi terhadap Pembentukan Konsep Diri Remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan).

1 25 142

Anak Jalanan Kecamatan Medan Johor Kota Medan

0 48 129

Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009

2 54 90

Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan

4 78 106

Komunikasi Antarpribadi Suami Istri (Studi Kasus Kualitatif Pasangan Suami Istri Yang Menikah Tanpa Pacaran di Kota Medan)

17 150 147

BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1 Paradigma Penelitian - Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita Di Kampus Universitas Sumatera Utara)

0 0 24

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 PerspektifParadigma Kajian - Penyingkapan Diri (Self Disclosure) Orangtua Tunggal dengan Anak (Studi Fenomenologi Penyingkapan Diri (Self Disclosure) Ibu Tunggal dengan Remaja Perempuan di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntung

0 0 23

Komunikasi Antarpribadi Pasangan Suami Istri Banyak Anak Yang Kurang Mampu Dalam Mem-bentuk Konsep Diri Anak (Studi Deskriptif Di Kecamatan Medan Johor / Kelurahan Kwala Bekala Simalingkar Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 0 23