Komunikasi Antarpribadi Pasangan Suami Istri Banyak Anak Yang Kurang Mampu Dalam Mem-bentuk Konsep Diri Anak (Studi Deskriptif Di Kecamatan Medan Johor / Kelurahan Kwala Bekala Simalingkar Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

(1)

KURANG MAMPU DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI ANAK

(Studi Deskriptif Di Kecamatan Medan Johor/ Kelurahan Kwala Bekala Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) Pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

Dara Mayang Manik 100904088

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

NAMA : Dara Mayang Manik

NIM : 100904088

JUDUL SKRIPSI : Komunikasi Antarpribadi Pasangan Suami Istri Banyak Anak Yang Kurang Mampu Dalam Mem-bentuk Konsep Diri Anak (Studi Deskriptif Di Kecamatan Medan Johor / Kelurahan Kwala Bekala Simalingkar Kota Medan Provinsi Sumatera Utara).

Pembimbing Ketua Departemen

Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si Dra. Fatmah Wardi Lubis, MA NIP 196609031990031004 NIP 195102191987011001

Dekan FISIP USU

NIP 196805251992031002 Prof. Drs. Badaruddin,M.Si


(3)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI INI TELAH DIPERTAHANKAN DIDEPAN MAJELIS PENGUJI-PENGUJI DI DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI OLEH:

NAMA : Dara Mayang Manik

NIM : 100904088

JUDUL SKRIPSI : Komunikasi Antarpribadi Pasangan Suami Istri Banyak Anak Yang Kurang Mampu Dalam Mem-bentuk Konsep Diri Anak (Studi Deskriptif Di Kecamatan Medan Johor / Kelurahan Kwala Bekala Simalingkar Kota Medan Provinsi Sumatera Utara).

Hari/Tanggal :

Pukul :

Tempat :

TIM MAJELIS PENGUJI

Ketua :

Penguji I :


(4)

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya siap diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Dara Mayang Manik

Nim :100904088

Tanda Tangan :


(5)

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapakan Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas Berkat dan Kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

Penulis skripsi yang berjudul “ Proses Antarpribadi Pasangan Suami Istri Banyak Anak Yang Kurang Mampu Dalam Membentuk Konsep Diri Anak” ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan yang harus dilengkapi dalam memperoleh gelas Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, tentunya merupakan hasil pelajaran yang penulis terima selama mengikuti perkuliahan di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Dalam menyusun skripsi ini, penulis mendapat banyak saran, bimbingan dan arahan baik dari segi moril maupun materi serta dorongan semangat dari berbagai pihak yang sangat berguna bagi penulis.

Secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua penulis, ayahanda Ir. M.S.Petrus Manik,MM dan Ibunda Helmida Silaen, BA yang senantiasa mendoakan, memberikan dukungan dan nasehat yang bijaksana bagi penulis. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada kakak pertama Esalona Anilena Ginting Manik, SE , abang kedua Rio Fernando Ginting Manik, SH dan kakak ketiga Lucky Anggina Ginting Manik, SE dan seluruh keluarga penulis yang selalu mendukung penulis. Ucapan terima kasih lainnya penulis ingin sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(6)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Ibu Dra. Dayana, Msi selaku Sekretasi Departemen Ilmu Komunikasi atas segala bantuan serta dukungannya yang sangat berguna dan bermanfaat bagi penulis.

4. Bapak Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, nasehat, dan saran bagi penulis selama mengerjakan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Staf pengajar yang telah mendidik dan membimbing mulai dari semester awal hingga penulis menyelesaikan perkuliahan di kampus.

6. Kak Maya, yang telah baik dan membantu penulis dalam memperoleh informasi tentang perkuliahan.

7. Untuk sepupu seperjuangan Naftalia Paramitha Barus, yang selalu memberi semangat dan dukungan serta tak lupa mendoakan yang terbaik untuk penulis.

8. Ketiga keponakan penulis Yosua Geraldeo Silitonga, Abraham Reganobaga Silitonga dan Ethan Nedivhans Galahad Ginting Manik yang selalu mengganggu dan memberikan penulis semangat karena kalian bertiga sungguh penulis banggakan dan cintai.

9. Beatrix, Ayu Pratiwi, Sri Bulan, Ellanda, Yayu Anggraini, Elta, Endang, Efrat, Olga, Billy, Zae, Wahyu, Dedek, Amal, Risyad, Fitra dan teman-teman Komunikasi 2010 yang penulis cintai. Penulis sangat berterima kasih atas semua dukungan, persahabatan dan doa yang kalian berikan pada penulis.

10.Adik-adik Komunikasi Stambuk 2011,2012 dan 2013 yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih telah menjadi bagian hidupku.


(7)

mendukung Valentina Rosita Manalu dan Loving Simbolon, semoga kita akan tetap menjalani persahabatan kita.

Dengan segenap kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini agar lebih berguna di masa yang akan datang.

Medan, April 2014 DARA MAYANG MANIK


(8)

Skripsi ini berjudul Komunikasi Antarpribadi Pasangan Suami Istri Banyak Anak Yang Kurang Mampu Dalam Membentuk Konsep Diri Anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa dasar utama memiliki anak banyak, serta proses komunikasi antarpribadi pasangan suami dalam membentuk konsep diri anak. Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan pemikiran terhadap orang tua dalam mendidik anak yang lebih baik, kepada pemerintah dalam membentuk program Keluarga Berencana (KB) lebih diperhatikan, kepada anak-anak yang harus lebih menghargai dan mensyukuri apa yang masih dimiliki.

Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif dan pendekatan induktif yakni metode analisis data kualitatif pada kasus-kasus tertentu yang terjadi pada objek analisis. Subjek penelitian adalah pasangan suami istri banyak anak yang masih terkait dalam status pernikahan.Tempat penelitian yang dilaksanakan di Lingkungan 10 Kelurahan Kwala Bekala/ Kecamatan Medan Johor pada tanggal 3 April 2014. Penelitian ini berlangsung dalam waktu 1 minggu. Dalam pengambilan data tidak ditentuan namun diakhiri bila data yang diperoleh sudah jenuh. Di dalam masa penelitian, ikut terlibat dalam keseharian informan selama penelitian berlangsung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses komunikasi antarpribadi dapat terjalin dengan baik dan efektif diantara kedua pasangan suami istri banyak anak. Salah satu pasangan suami istri banyak anak, masih memiliki hambatan dalam memasuki pernikahan. Sedangkan pasangan suami istri lainnya, tidak menemukan hambatan selama memasuki pernikahan dengan pasangannya. Layaknya pernikahan pada umumnya tidak pernah lepas dari pertengkaran dan perdebatan pendapat. Masalah komitmen pernikahan seperti keuangan, pendidikan dan pengasuhan anak, perbedaan kerangka berpikir, perbedaan pengalaman visual, perbedaan sifat, serta perbedaan latar belakang budaya seringkali menjadi faktor yang menghambat dalam komunikasi antarpribadi dengan pasangannya masing-masing. Pernikahan yang dilandasi rasa cinta, serta kepercayaan yang tinggi kepada pasangannya merupakan faktor yang mendukung komunikasi antarpribadi pasangan suami istri banyak anak dalam membentuk konsep diri anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor pendukung, faktor-faktor-faktor-faktor penghambat, serta proses komunikasi antarpribadi pasangan suami istri banyak anak yang kurang mampu dalam membentuk konsep diri anak.

Kata Kunci :


(9)

HALAMAN JUDUL...i

LEMBAR PERSETUJUAN...ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS...iii

LEMBAR PENGESAHAN...iv

KATA PENGANTAR...v

ABSTRAKSI...viii

DAFTAR ISI...ix

BAB I PENDAHULUAN...1

I.1 Konteks Masalah...1

I.2 Fokus Masalah...7

I.3 Tujuan Penelitian...7

I.4 Manfaat Peneliti...8

BAB II KAJIAN PUSTAKA...9

II.1 Paradigma Kajian...9

II.2 Uraian Teoritis...12

III.3 Model Teoritik...58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...59

III.1 Metodologi Penelitian...59

III.2 Objek Penelitian...60

III.3 Subjek Penelitian...61

III.4 Teknik Pengumpulan ...62

III.5 Tekni Analisa Data ...64

III.6 Kerangka Analisa ...67

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...68

IV.1 Hasil...69

IV.2 Pembahasan...88


(10)

V.2 Saran...90 DAFTAR REFERENSI


(11)

Skripsi ini berjudul Komunikasi Antarpribadi Pasangan Suami Istri Banyak Anak Yang Kurang Mampu Dalam Membentuk Konsep Diri Anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa dasar utama memiliki anak banyak, serta proses komunikasi antarpribadi pasangan suami dalam membentuk konsep diri anak. Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan pemikiran terhadap orang tua dalam mendidik anak yang lebih baik, kepada pemerintah dalam membentuk program Keluarga Berencana (KB) lebih diperhatikan, kepada anak-anak yang harus lebih menghargai dan mensyukuri apa yang masih dimiliki.

Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif dan pendekatan induktif yakni metode analisis data kualitatif pada kasus-kasus tertentu yang terjadi pada objek analisis. Subjek penelitian adalah pasangan suami istri banyak anak yang masih terkait dalam status pernikahan.Tempat penelitian yang dilaksanakan di Lingkungan 10 Kelurahan Kwala Bekala/ Kecamatan Medan Johor pada tanggal 3 April 2014. Penelitian ini berlangsung dalam waktu 1 minggu. Dalam pengambilan data tidak ditentuan namun diakhiri bila data yang diperoleh sudah jenuh. Di dalam masa penelitian, ikut terlibat dalam keseharian informan selama penelitian berlangsung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses komunikasi antarpribadi dapat terjalin dengan baik dan efektif diantara kedua pasangan suami istri banyak anak. Salah satu pasangan suami istri banyak anak, masih memiliki hambatan dalam memasuki pernikahan. Sedangkan pasangan suami istri lainnya, tidak menemukan hambatan selama memasuki pernikahan dengan pasangannya. Layaknya pernikahan pada umumnya tidak pernah lepas dari pertengkaran dan perdebatan pendapat. Masalah komitmen pernikahan seperti keuangan, pendidikan dan pengasuhan anak, perbedaan kerangka berpikir, perbedaan pengalaman visual, perbedaan sifat, serta perbedaan latar belakang budaya seringkali menjadi faktor yang menghambat dalam komunikasi antarpribadi dengan pasangannya masing-masing. Pernikahan yang dilandasi rasa cinta, serta kepercayaan yang tinggi kepada pasangannya merupakan faktor yang mendukung komunikasi antarpribadi pasangan suami istri banyak anak dalam membentuk konsep diri anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor pendukung, faktor-faktor-faktor-faktor penghambat, serta proses komunikasi antarpribadi pasangan suami istri banyak anak yang kurang mampu dalam membentuk konsep diri anak.

Kata Kunci :


(12)

PENDAHULUAN

I.1 Konteks Masalah

Setiap individu pasti melakukan komunikasi di dalam hidupnya, komunikasi akan terus berlangsung sepanjang hidup manusia. Hal ini di karenakan kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Berbagai bentuk komunikasi yang dilakukan manusia, salah satunya komunikasi antarpribadi. Secara umum, komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Melalui komunikasi antarpribadi, kita berinteraksi dengan orang lain, mengenal orang lain dan diri kita sendiri, dan mengungkapkan diri sendiri kepada orang lain. Komunikasi antarpribadi dapat dilakukan kepada pimpinan, teman kerja, teman seprofesi, teman sekolah, teman kuliah, kekasih, suami istri, atau anggota keluarga.

Komunikasi antarpribadi pada dasarnya merupakan sebuah jalinan hubungan interaktif antar seorang individu dengan individu lainnya dengan menggunakan komunikasi dengan lambang-lambang yang efektif terutama lambang bahasa. Akan tetapi, komunikasi antarpribadi dapat pula terjadi relatif tanpa tujuan atau maksud tertentu yang jelas, misalnya ketika seseorang bercakap-cakap dan bercanda. Konsep “jalinan hubungan” (relationship) sangat penting dalam komunikasi antarpribadi. Jadi komunikasi antarpribadi merupakan keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa menjalin komunikasi atau hubungan dengan sesama. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk berkomunikasi. Komunikasi antrapribadi sangat penting bagi kehidupan kita.

Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan di antara manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat kerja, organisasi sosial dan sebagainya. Semuanya di tunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan, frekuensi bertemu, jenis relasi, mutu dari


(13)

interaksi-interaksi di antara mereka tetapi terletak pada keterlibatan di antara mereka satu dan yang lainnya, saling mempengaruhi. Komunikasi antarpribadi pasangan suami istri memegang peranan penting bagi keberlangsungan hubungan itu sendiri. Keahlian berkomunikasi antarpribadi menjadi suatu yang mutlak dalam kehidupan manusia. Sebagai contoh, survei terhadap seratus ribu orang berumur 18 tahun yang dilakukan di Amerika, dalam survei tersebut 53% responden mengatakan bahwa ketidakmanpuan berkomunikasi secara efektif merupakan penyebab utama perceraian Selain itu, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa hubungan antarpribadi membuat kehidupan menjadi lebih berarti. Sebaliknya, hubungan yang buruk bahkan dapat membawa efek negatif bagi kesehatan. Hubungan antarpribadi dalam keluarga dan tempat kerja yang penuh stress dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk hipertensi. Sebaliknya, pasangan suami istri yang saling mencintai dan mereka yang memiliki jaringan teman yang menyenangkan cenderung terhindar dari hipertensi. Jadi, dari hasil penelitian tersebut, terlihat bahwa komunikasi suami istri yang baik merupakan kunci untuk mencapai keharmonisan rumah tangga. Relasi antarpribadi yang sudah dibina sampai pada tingkat hubungan tertinggi yaitu pernikahan, harus terus dibina dengan komunikasi yang baik. Kebanyakan orang yang menganggap bahwa komunikasi adalah hal yang mudah, apalagi untuk pasangan suami istri yang sudah berhasil mencapai tangga defenisi hubungan tertinggi tanpa menyadari bahwa ada banyak sekali gangguan (noise) yang akan menjadi batu sandungan dalam komunikasi antarpribadi.

Gangguan komunikasi menurut Shannon dan Weaver, terjadi jika terdapat intervensi yang mengganggu salah satu elemen komunikasi, sehingga proses komunikasi tidak dapat berlangsung secara efektif. Sedangkan rintangan komunikasi dimaksudkan ialah adanya hambatan yang membuat proses komunikasi tidak dapat berlangsung sebagaimana harapan komunikator dan penerima. Meski gangguan dan rintangan komunikasi dapat dibedakan,


(14)

tetapi sebenarnya rintangan komunikasi bisa juga terjadi disebabkan karena adanya gangguan. Gangguan atau rintangan komunikasi pada dasarnya dapat dibedakan atas tujuh macam, yakni : gangguan teknis, gangguan semantik, gangguan psikologis, rintangan fisik, rintangan status, rintangan kerangka berpikir, dan rintangan budaya. Rintangan status adalah rintangan yang harus dihadapi oleh pasangan suami istri banyak anak dalam melakukan komunikasi antarpribadi (Cangara,2006:131).

Kebahagian paling besar dan kepuasan paling dalam, gairah paling hebat dan ketenangan batin paling mendalam, semuanya berasal dari keluarga yang penuh kasih sayang. Semuanya mempunyai kepuasan dan kehormatannya, tetapi bagaimanapun juga msih kurang lengkap jika hal tersebut tidak dipadukan dengan kebahagian sehari-hari yang berasal dari kehidupan keluarga yang harmonis. Kehidupan sehari-hari jutaan keluarga dibuat tidak menyenangkan dan frustasi oleh interaksi destruktif yang menimbulkan keluhan-keluhan semacam itu. Setelah dari pelanggaran peraturan-peraturan komunikasi tertentu yang jika diikuti, akan membuat interaksi yang destruktif hampir tidak mungkin terjadi. Sebenarnya , kebanyakan perceraian dan masalah remaja yang melarikan diri dari rumah, serta banyak kasus bunuh diri dan banyak psikopatologi umum dapat ditelusuri sebabnya adalah komunikasi yang buruk.

Di dalam keluarga yang banyak anak ini ada beberapa keluarga yang mungkin beranggapan tidak mau menerapkan menggunakan program KB. Alasannya mungkin mereka tidak memiliki dana untuk membayar, sedangkan zaman sekarang ini tidak sedikitnya bidan-bidan yang bisa melayani suntik KB. Mereka juga beranggapan bahwa memiliki banyak anak dapat mengangkat derajat mereka, karena yang mereka anggap bila mana anak mereka kelak dapat membantu mereka mencari uang untuk makan mereka. Dalam komunikasi pasangan suami istri ini, seharusnya bisa membentuk konsep diri anak mereka dalam hal yang positif.


(15)

Anak-anak merupakan hasil perkawinan, buah cinta yang mendalam dari sepasang suami istri, anak-anak adalah wujud dari kesatuan mereka. Maka hubungan di antara mereka tentu membedakannya dengan anak-anak yang bukan melahirkannya, atau antara anak-anak dengan orang tua yang bukan melahirkan mereka. Hubungan jenis ini memeamg ditandai dengan prinsip hubungan darah yang ketat sekali dengan rasa emosional yang mendalam maupun rasa kita daripada mereka sangat tinggi. Hubungan ini ditandai dengan cinta antara adik dengan kakak maupun sebaliknya dari pasangan orang tua yang satu. Cinta yang menandai hubungan mereka meskipun sangat emosional namun mereka merasakan sesuatu kefekatan yang lain sebagai rasa kita daripada mereka dari anak-anak keluarga yang lain. Hubungan persaudaraan dirasakan dalam suasana cinta yang agape, pragma, strorge, dan menghindari cinta karena adanya nafsu birahi, eros (cinta romanis) karena mereka mempunyai hubungan persaudaraan dari ayah dan ibu yang sama.

Persoalan anak menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan semua pihak, keluarga, pemerintah, masyarakat atau pun elemen-elemen kemasyarakatan lainnya. Gambaran tentang anak-anak ideal seperti yang tetera dalam Konvensi Hak Anak masih jauh dari kenyataan. Mereka masih menjadi bagian yag terpinggirkan, tereksploitasi, terepresi oleh lingkungan dan budaya di mana mereka hidup seperti dalam keluarga, masyarakat, pendidikan formal disekolah dan di sektor kehidupan lainnya. Proses pendidikan anak dalam arti luas, yaitu segala sesuatu yang bermanfaat bagi perkembangan anak sehingga mampu mengasah potensi diri seoptimalnya serta memahami lingkungannya. Lembaga sosial primer bernama keluarga memiliki fungsi utama bagi sosialisasi serta menjadi pondasi awal bagi perkembangan dan pendidikan anak, namun pada kenyataannya di dalam keluarga masih banyak terjadi perlakuan yang salah dari orang tua terhadap anak. Sedangkan di lapangan pendidikan formal (sekolah) anak-anak masih menjadi korban policy tingkat pusat lewat arah pendidikan yang mengeor pada kepentingan politik dan ekonomi negara. Sehingga masih


(16)

berkembang ditengah masyarakat suatu pemahaman yang keliru mengenai institusi pendidikan, bahwa anak harus bersekolah agar kelak mudah mencari kerja.

Anak-anak masih mengalami persoalan yang kompleks. Secara kebudayaan mereka masih berada di tengah situasi yang menindas. Model pendidikan formal yang telah bergeser fungsinya dan telah berlangsung bertahun-tahun mengakibatkan kelalaian perhatian pada usaha pemenuhan kebutuhan primer anak-anak dalam memperkembangkan diri. Kebutuhan bermain bagi anak pun tidak mendapat pemenuhan yang sewajarnya. Maka yang terjadi, pendidikan bukannya merangsang daya kreativitas dan daya kritis anak, justru sebaliknya, membunuh daya kritis mereka. Permasalahan yang mempengaruhi bagi anak adalah pengaruh televisi, dan sampai detik ini masih menjadi perbincangan yang tak ada habisnya. Kebiasaan menonton televisi bagi anak telah mengurangi jam bermain dan sosialisasi dengan lingkungan, komunikasi dengan keluarga, serta mengurangi waktu untuk membaca (belajar). Akibatnya anak tumbuh menyesuaikan dengan pencintraan dan nilai-nilai yang ditawarkan oleh televisi.

Tingkat kemiskinan yang tinggi di Indonesia menyebabkan anak menjadi tenaga kerja produktif serta merebaknya fenomena anak jalanan dan pekerja seks usia anak. Angka perkembangan anak-anak yang bekerja di sektor perkotaan selama tahun 1986-1994 mencapai dua kali lipat dari angka 2.3 juta sampai 2,9 juta jiwa. Kenaikan itu di samping disebabkan oleh kemiskinan ekonomi, sisanya akibat kekerasan dan tekanan orang tua. Anak-anak yang mengalami kondisi seperti ini tidak bisa melewatkan masa kAnak-anak-kAnak-anak dengan baik.

Ada beberapa perilaku anak yang sebaiknya diperhatikan, mengapa dan bagaimana cara merubahnya. Perilaku orangtua terhadap anak, tanpa disadari akan membawa pengaruh kepada perubahan perilaku dan sikap anak. Anak mencerna apa yang dilakukan orangtua


(17)

kepada dirinya, dengan sendirinya akan terjadi perubahan sikap dari sang anak. Tak hanya pendidikan secara formal, orangtua punya tanggung jawab penuh untuk berperilaku sehari-hari yang dapat mencerminkan hal-hal baik kepada dirinya sebagai pendidikan non formal.

14 Perilaku Anak yang Dipengaruhi Perilaku Orangtua adalah :

1. Jika anakmu berbohong, itu karena kamu menghukumnya terlalu berat.

2. Jika anakmu tidak percaya diri, itu karena engkau tidak memberi dia semangat. 3. Jika anakmu kurang berbicara, itu karena engkau tidak mengajaknya bicara. 4. Jika anakmu mencuri, itu karena engkau tidak mengajarkannya memberi. 5. Jika anakmu pengecut, itu karena engkau selalu membelanya.

6. Jika anakmu tidak menghargai orang lain, itu karena engkau berbicara terlalu keras kepadanya.

7. Jika anakmu suka marah-marah, itu karena engkau kurang memujinya.

8. Jika anakmu suka berbicara pedas, itu karena engkau tidak berbagi dengannya.

9. Jika anakmu suka mengasari orang lain, itu karena engkau suka melakukan kekerasan terhadapnya.

10.Jika anakmu lemah, itu karena engkau suka mengancamnya. 11.Jika anakmu cemburu, itu karena engkau menelantarkannya.

12.Jika anakmu mengganggumu, itu karena engkau kurang mencium atau memeluknya. 13.Jika anakmu tidak mau mematuhimu, itu karena engkau terlalu banyak menuntut

kepadanya.

14.Jika anakmu tertutup, itu karena engkau terlalu sibuk.

Ada yang mengatakan bahwa anakmu mengenalkan siapa dirimu, sebagai orang tua mereka. Proses belajar anak dengan pemberian umpan balik secara objektif dan disertai pujian setiap kali anak berhasil mengerjakan berbagai hal yang baik, merupakan bentuk


(18)

penghargaan yang baik untuk diberikan orangtua kepada anak. Orang tua pada umumnya, tentu ingin anaknya tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, tidak ragu, tegas, percaya diri, optimis, suka menolong dan menyayangi, berani, disenangi oleh lingkungan sekitarnya, dapat menghargai sesama, dan berbagai pribadi positif lainnya. Itulah beberapa perilaku anak yang perlu menjadi perhatian bagi para orangtua. Maka dari itu, tak ada salahnya, jika orangtua merenungkan sampai sejauh ini, bagaimana dirinya memperlakukan anak. Menjadi orang tua bijak, dapat menuntun anak menjadi pribadi yang juga bijaksana.

Di dalam lingkungan kehidupan tempat saya meneliti khususnya Simalingkar, saya melihat bahwa sebagian besar tujuan hidup punya banyak anak adalah untuk meneruskan keturunan. Karena, mereka masih memegang kuat adat istiadat suku Batak Toba dimana harus punya memiliki anak laki-laki yang menjadi penerus marga.

I.2 Fokus Masalah

Berdasarkan konteks masalah yang telah di uraikan, maka fokus masalah sebagai berikut: “ Bagaimanakah Proses Komunikasi Antarpribadi Pasangan Suami Istri Banyak Anak Dalam Membentuk Konsep Diri Anak di Daerah Simalingkar Medan?”

I.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan untuk mencapai tujuan berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi antarpribadi pasangan suami istri banyak anak dalam membentuk konsep diri anak.

2. Untuk mengetahui bagaimana pasnagan suami istri banyak anak dalam mendidik terhadap semua anak-anaknya.


(19)

1. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menguji pengalaman teoritis penulis selama mengikuti studi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, terutama pada Departemen Ilmu Komunikasi.

2. Secara Praktis, penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran terhadap orang tua dalam mendidik anak yang lebih baik, kepada pemerintah dalam membentuk program Keluarga Berencana (KB) lebih diperhatikan, kepada anak-anak yang harus lebih menghargai dan mensyukuri apa yang masih dimiliki.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan kepada Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, guna memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan.


(20)

KAJIAN PUSTAKA

II.1 Paradigma Kajian

Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan suatu kebenaran. Usaha untuk mencari kebenaran dilakukan oleh peneliti melalui model tertentu. Model tersebut biasanya dikenal dengan paradigma. Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubunganannya) atau bagaimana

bagian-bagian yang berfungsi (perilaku di dalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu) ( Moleong,2005:49).

Perspektif atau paradigma yang peneliti gunakan adalah kualitatif dimana pendekatan sistematis dan subjektif dalam menjelaskan pengalaman hidup berdasarkan kenyataan lapangan (empiris). Sementara itu, penelitian kualitatif tidak menggunakan statistik, data hasil penelitian diperoleh secara langsung, misalnya observasi partisipan, wawancara mendalam, dan studi dokumen sehingga peneliti mendapat jawaban apa adanya dari responden (Iskandar,35-37).

Peneliti menggunakan pendekatan interpretif dimana berangkat dari upaya untuk mencari penjelasan tentang peristiwa-peristiwa sosial atau budaya yang didasarkan pada perspektif dan pengalaman orang yang diteliti. Pendekatan interpretif diadopsi dari orientasi praktis. Secara umum pendekatan interpretif merupakan sebuah sistem sosial yang memaknai perilaku secara detail langsung mengobservasi (Newman,1997:68). Selain itu interpretif juga melihat fakta sebagai esensi dalam memahami makna sosial. Interpretif melihat fakta sebagai hal yang cair ( tidak kaku ) yang melekat pada sistem makna dalam pendekatan interpretatif. Fakta-fakta tidaklah imparsial, objektif dan netral. Fakta merupakan tindakan spesifik dan


(21)

kontekstual yang bergantung pada pemaknaan sebagian orang dalam situasi sosial. Interpretif menyatakan situasi sosial mengandung ambiguisitas yang besar. Perilaku dan pernyataan dapat memiliki makna yang banyak dan dapat diinterpretasikan dengan berbagai cara. (http:ernams.wordpress.com/2008/01/07/pendekatan-interpretif

Ada tiga paradigma dalam kajian ilmu komunikasi. Pandangan pertama, paradigma positivisme yaitu melihat bahasa sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya. Ciri dari pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas. Dalam kaitannya dengan analisis wacana, konsekuensi logis dari pemahaman ini adalah orang tidak perlu mengetahui makna-makna subjektif atau nilai yang mendasari pernyataannya, sebab yang penting adalah apakah pernyataan itu dilontarkan secara benar menurut kaidah sintaksis dan simantik. Hal tersebut yang menjadi fokus utama, terkait dengan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama (Eriyanto,2001:4). Hal ini menunjukkan bahwa pandangan positivisme cenderung memandang realitas apa adanya, tanpa memikirkan dasar dari terbentuknya realitas tersebut. Pemikiran ini verasal dari Agust Comte (1798-1857). Positivisme mendominasi wacana ilmu pengetahuan pada awal abad 20-an. Paradigma ini mengutamakan objektivitas, validitas, dan reabilitas.

) diakses pada tanggal 5 febuary 2014).

Paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma konstruktivisme adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Dalam studi komunikasi, paradigma konstrukvisme ini sering sekali disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna. Ia sering dilawankan dengan paradigma positivis yang memandang realitas dengan objektif. Paradigma konstruktivisme menolak pandangan positivisme yang memisahkan subjek dengan objek komunikasi.


(22)

Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampaian pesan. Konstruktivisme justru menganggap subjek ( komunikan / decoder ) sebagai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosial. Pengetahuan manusia adalah kontruksi yang dibangun dari proses kognitif dengan interaksinya dengan dunia objek material. Bahasa bukan cerminan semesta akan tetapi sebaliknya bahasa berperan membentuk semesta. Setiap bahasa mengonstruksi aspek-aspek spesifik dari semesta dengan caranya sendiri (bahasa puisi/ sastra, bahasa sehari-hari, bahasa ilmiah). Bahasa merupakan hasil kesepakatan sosial serta memiliki sifat yang tidak permanen, sehingga terbuka dan mengalami proses evolusi. Masalah kebenaran dalam konteks konstruktivis bukan lagi permasalahan pondasi atau representasi, melainkan masalah kesepakatan pada komunitas tertentu (Ardianto,2007:153). Paradigma konstruktivisme menyatakan bahwa individu menginterpretasikan dan beraksi menurut kategori konseptual dari pikiran. Realitas tidak menggambarkan diri individu namun harus disaring melalui cara pandang orang terhadap realitas tersebut.

Paradigma kritis lahir sebagai koreksi dari pandangan konstruktivisme yang kurang sensistif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun institusional. Bahasa komunikasi tidak pahami sebagai medium netral yang terletak diluar diri si pembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi didalamnya. Paradigma kritis ( Eriyanto, 2001:5) adalah paradigma yang memandang bahwa bahasa tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak diluar sisi pembicara. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena sangat berhubungan dengan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. Dengan pandangan semacam ini, wacana melihat bahasa selalu terlibat


(23)

dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam pembentukan subjek, dan berbagai tindakan representasi yang terdapat dalam masyarakat.

Dalam kaitannya dengan analisi wacana, ketiga paradigma ini memiliki pandangan masing-masing. Paradigma positivisme memandang bahwa orang tidak perlu mengetahui makna-makna subjektif atau nilai yang mendasari pernyataannya. Oleh sebab itu, tata bahasa dan kebenaran sintaksis yang menjadi cara pandang tentang wacana. Analisis wacana dimaksudkan untuk menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa dan pengertian bersama. Paradigma konstruktivisme memandang wacana sebagai hasil dari kontrol subjek-subjek yang memiliki maksud-maksud tertentu yang menciptakan makna. Jika dibandingkan dengan kedua paradigma diatas, maka paradigma kritis memandang wacana sebagai representasi yang berperan membentuk subjek tertentu, tema-tema, dan strategi-strategi yang dikuasai oleh kelompok dominan. Maka dari yang ketiga paradigma diatas, yang digunakan oleh peneliti adalah paradigma konstruktivisme sebagai pandangan dasar untuk melihat dan mengetahui bagaimana pasangan suami istri banyak anak dalam membentuk konsep diri anak.

II.2 Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan acuan atau landasan berpikir peneliti dengan basis pada bahan pustaka yang membahas tentang teori atau hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dijalankan (Prajarto,2010:49). Pencarian dan penelusuran kepustakaan atau literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian sangat diperlukan. Penelitian tidak dilakukan di ruang kosong dan tidak pula dapat dikerjakan dengan baik, tanpa basis teoritis yang jelas. Penelitian ini sesungguhnya sesungguhnya menelusuri atau meneruskan peta jalan yang telah dirintis oleh peneliti terdahulu. (Danim Sudarwan,2001:105 dalam Iskandar, 2009:100). Berdasarkan kajian pustaka, maka peneliti akan mempunyai


(24)

landasan untuk menemtukan tujuan dan arah penelitian. Adapun teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah :

II.2.1 Komunikasi

Komunikasi adalah hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak, komunikasi adalah bagian dari kehidupan itu sendiri. Sejak dilahirkan manusia sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Selain itu, komunikasi diartikan pula sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah hubungan. Atau dapat pula diartikan bahwa komunikasi adalah saling bertukar pikiran atau pendapat.

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata Latin

communicatio,dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama yang dimaksud sama makna (Effendy, 2005:9). Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat, serta perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media. (Effendy, 2005:50).

Carl I. Hovland (dalam Widjaja 2000:26) mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-kata untuk mengubah tingkah laku orang lain. Adapun pengertian komunikasi yang lain menurut Rogers bersama D. Lawrence Kincaid, 1981 (dalam Cangara, 2006:19) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan yang lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saat saling pengertian yang mendalam.


(25)

a. Proses komunikasi Primer adalah penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang ( symbol ) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

b. Proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Proses ini termasuk sambungan dari proses primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, dalam prosesnya komunikasi sekunder ini akan semakin efektif dan efisien, yang ditopang oleh teknologi-teknologi lainnya. ( Effendy , 2003 : 11)

II.2.2 Tujuan Komunikasi

Dalam berkomunikasi, tidak hanya untuk memahami dan mengerti satu dengan yang lainnya tetapi juga memiliki tujuan dalam berkomunikasi. Pada umumnya komunikasi mempunyai beberapa tujuan antara lain (Effendy,2003:8) :

a. Untuk mengubah sikap (to change attitude), yakni memberikan berbagai informasi kepada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat akan mengubah sikapnya. Misalnya, memberikan informasi mengenai bahaya narkoba pada masyarakat dan remaja khususnya dengan tujuan agar masyarakat dan remaja menjadi tahu bahaya narkoba.

b. Untuk mengubah opini (to change the opinion) , yakni memberikan berbagai informasi kepada masyarakat agar masyarakat mau mengubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi yang disampaikan, misalnya informasi mengenai pemilu.


(26)

c. Untuk mengubah perilaku (to change the behavior) , yaitu memberikan berbagai informasi kepada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat akan mengubah perilakunya. Misalnya informasi yang diberikan oleh Pihak Kepolisian kepada masyarakat pengguna sepeda motor agar selalu menggunakan helm selama berkendara untuk keselamatan pengguna itu sendiri.

d. Untuk mengubah masyarakat (to change the society), yaitu memberikan berbagai informasi kepada masyarakat, yang pada akhirnya bertujuan agar masyarakat mau mendukung dan ikut sera terhadap tujuan informasi yang disampaikan.

II.2.3 Fungsi Komunikasi

Dalam terjadinya komunikasi tidak terlepas dari bentuk dan fungsi komunikasi, dimana komunikasi yang baik tidak jauh dari fungsi yang mendukung keefektifan komunikasi. Fungsi komunikasi adalah :

1. Menginformasikan ( to inform )

Kegiatan komunikasi itu memberikan penjelasan, penerangan, mengenai bentuk informasi yang disajikan dari seorang komunikator kepada komunikan. Informasi yang akurat diperlukan oleh beberapa bagian masyarakat untuk bahan dalam pembuat keputusan.

2. Mendidik ( to educate )

Penyebaran informasi tersebut sifanya memberikan pendidikan atau penganjuran sesuatu pengetahuan, menyebarluaskan kreativitas untuk membuka wawasan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah maupun diluar sekolah.


(27)

3. Menghibur ( to entertaint )

Penyebaran informasi yang disajikan kepada komunikan untuk memberikan hiburan. Menyampaikan informasi dalam lagu, lirik dan bunyi, maupun gambar dan membawa setiap orang pada situasi menikmati hiburan.

4. Mempengaruhi ( to influence )

Komunikasi sebagai sarana untuk mempengaruhi khalayak untuk memberi motivasi, mendorong untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang dilihat, dibaca, dan didengar. Serta memperkenalkan nilai-nilai baru untuk mengubah sikap dan perilaku ke arah yang baik dan modernisasi.

Mengenai fungsi komunikasi, Mc Bride (dalam Widjaja,2000:64-66) menjelaskan dalam arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan pertukaran berita atau pesan tetapi sebagai kegiatan individu atau kelompok mengenai tukar-menukar data, fakta, dan ide. Maka fungsinya dalam setiap sistem sosial sebagai berikut :

1. Informasi

Pengumpulan, penyampaian, pemrosesan, penyebaran berita, data gambar, fakta, pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan dan orang lain, kemudian agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

2. Sosialisasi ( pemasyarakatan)

Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif dalam masyarakat.


(28)

3. Motivasi

Menjelaskan setiap masyarakat jangka panjang maupun jangka pendek, mendorong untuk menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikerjakan.

4. Perdebatan dan diskusi

Menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perdebatan pendapat mengenai masalah publik dan pendidikan. Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong intelektual, pembentukan watak, pendidikan, keterampilan serta kemahiran yang diperlukan dalam semua bidang kehidupan.

5. Memajukan kebudayaan

Penyebarluasan hasil budaya dan seni dengan melestarikan warisan masa lalu, membangun imajinasi dan mendorong kreativitas serta kebutuhan estetika.

6. Hiburan

Penyebarluasan sinyal, simbol, suara, citra (image) dari drama, tari, kesenian, kesusasteraan, musik, komedi, olahraga, permainan, dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan individu maupun kelompok.

7. Integrasi

Menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu kesempatan memperoleh berbagai pesan yang diperlukan agar mereka dapat saling kenal, mengerti dan menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang.

Lasswell (1960) menjelaskan 5 unsur komunikasi yaitu :

1. Who (siapa) ?

Siapa sumber (komunikator). Komunikator adalah pelaku utama/pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi,


(29)

bila seorang individu, kelompok, organisasi, maupun suatu Negara sebagai komunikator.

2. Says What (mengatakan apa)?

Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada penerima (komunikan) dari sumber (komunikator) atau isi informasi. Merupakan seperangkat simbol verbal maupun nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan maupun maksud sumber tadi. Ada 3 komponen pesan yakni makna, simbol untuk menyampaikan makna dan bentuk /organisasi pesan.

3. In Which Channel (dengan saluran apa) ?

Wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) baik secara langsung (tatap muka), maupun tidak langsung (melalui media cetak/elektronik dan lain-lain).

4. To Whom (kepada siapa)?

Tujuan dari kita berkomunikasi orang/ kelompok/ organisasi/ suatu negara yang menerima pesan dari sumber.

5. With What Effect (dengan pengaruh bagaimana) ?

Dampak atau efek yang terjadi pada komunikan ( penerima) setelah menerima pesan dari sumber, seperti perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan. (Mulyana, 2005:62).

Sementara Everett M.Rogers mengatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide diahlikan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Oleh karena itu, komunikasi adalah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator dapat menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan (Effendy 2004:6).


(30)

II.2.4 Karakteristik Komunikasi

Adapun karakteristik dari komunikasi itu sendiri adalah ( Fajar,2009:33-34) :

1. Komunikasi suatu proses.

Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan srangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Proses komunikasi melibatkan banyak faktor atau unsur. Faktor atau unsur yang dimaksud antara lain dapat mencakup pelaku atau peserta, pesan (meliputi bentuk, isi, dan cara penyajiannya) , saluran atau alat yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan, waktu, tempat, hasil atau akibat yang terjadi.

2. Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan.

Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya. Pengertian sadar disini menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang sepenuhnya berada dalam kondisi yang dilakukan seseorang sepenuhnya berada dalam kondisi mental psikologis yang terkendalikan bukan dalam keadaan mimpi. Disengaja maksudnya bahwa komunikasi yang dilakukan memang sesuai dengan kemauan dari pelakunya sementara tujuan menunjuk pada hasil atau akibat yang ingin dicapai.

3. Komunikasi menurut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat. Kegiatan komunikasi akan berlangsung dengan baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang dikomunikasikan.

4. Komunikasi bersifat simbolis

Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang, misalnya : bahasa.


(31)

5. Komunikasi bersifat transaksional.

Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan: memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakkan secara seimbang atau proposional oleh masing-masing pelaku yang terlibat dalam komunikasi.

6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu.

Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang maksudnya bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon, faksimili, teleks, dan lain-lain, kedua faktor tersebut (waktu dan ruang) bukan lagi menjadi persoalan dan hambatan dalam berkomunikasi.

II.3 Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi merupakan suatu keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka dan menjalin komunikasi atau hubungan dengan sesamanya. Selain itu, ada sejumlah kebutuhan dalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan oleh komunikasi antarpribadi.

Orang memerlukan hubungan antarpribadi terutama untuk dua hal yaitu : perasaan (attachment), dan ketergantungan (dependency). Perasaan mengacu pada hubungan yang secara emosional intensif. Sementara ketergantungan mengacu pada instrumen perilaku antarpribadi, seperti membutuhkan bantuan-bantuan, membutuhkan persetujuan, dan mencari kedekatan, selain kebutuhan berteman dengan orang lain juga kepentingan untuk mempertahankan hidup. Salah satu karakteristik dari hubungan antarpribadi adalah bahwa hubungan tersebut banyak yang tidak diciptakan untuk diakhiri berdasarkan kemauan atau kesadaran kita.


(32)

Cassagrande, 1986 (dalam Liliweri,1991:48) berpendapat bahwa orang melakukan komunikasi dengan orang lain karena :

1. Setiap orang membutuhkan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi kelebihan.

2. Setiap orang terlibat dalam proses perubahan yang relatif cepat.

3. Interaksi hari ini merupakan spektrum pengalaman masa lalu dan membuat orang mengantisipasi masa depan.

4. Hubungan yang diciptakan kalau berhasil merupakan pengalaman yang baru.

Dari pendapat yang dikemukakan Cassagrande, dapat disimpulkan bahwa keinginan berkomunikasi antarpribadi disebabkan karena dorongan pemenuhan kebutuhan yang belum, tidak dimiliki seseorang sebelumnya atau belum layak di hadapannya (Liliweri,1991:49). Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Effendy, 1986 (dalam Liliweri,1991:12) mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan komunikan. Komunikasi antar pribadi yang dimaksud disini merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Secara keseluruhan, komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antar dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang.

Keberadaan interaksi dalam komunikasi antarpribadi menunjukkan bahwa komunikasi antarpribadi tersebut menghasilkan suatu umpan balik pada tingkat keterpengaruhan tersebut. Ada tiga faktor yang perlu diketahui tentang interaksi antarpribadi, yaitu :


(33)

2. Bagaimana ikatan-ikatan individu dengan organisasi sosial maupun politik yang menjadi afiliasi individu.

3. Pertemuan-pertemuan apa yang biasa diikuti oleh individu tersebut (Liliwer,1991:45).

Dalam komunikasi antarpribadi tidak hanya tertuju pada pengertian melainkan pada fungsi dari komunikasi itu sendiri. Adapun fungsi komunikasi antarpribadi ialah berusaha meningkatkan hubungan insani, menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman orang lain. Komunikasi antarpribadi dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan di antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Melalui komunikasi antarpribadi, kita dapat berusaha membina hubungan yang baik, sehingga menghindari dan mengatasi konflik-konflik yang muncul (Cangara, 2006: 56).

II.3.1 Ciri-ciri Komunikasi Antarpribadi

Menurut Branlund, ada beberapa ciri yang bisa diberikan untuk mengenal komunikasi antarpribadi, yaitu ;

1. Komunikasi antarpribadi terjadi secara spontan 2. Tidak mempunyai struktur yang teratur dan diatur 3. Terjadi secara kebetulan

4. Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu 5. Identitas keanggotaannya kadang-kadang kurang jelas

6. Bisa terjadi hanya sambil lalu saja

Reardon, 1987 juga mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi mempunyai paling sedikit enam ciri, yaitu ;


(34)

1. Dilaksanakan karena adanya berbagai faktor pendorong. 2. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja. 3. Kerap kali berbalas-balasan.

4. Mempersyaratkan adanya hubungan ( paling sedikit dua orang ) antarpribadi. 5. Serta suasana hubungan harus bebas, bervariasi, dan adanya keterpengaruhan. 6. Menggunakan berbagai lambang-lambang yang bermakna.

Menurut Devito, komunikasi antarpribadi memiliki lima ciri-ciri sebagai berikut :

1. Keterbukaan (openes) yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima dalam menghadapi hubungan antarpribadi.

2. Empati (emphat ) yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain.

3. Dukungan (supportivenes) yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif.

4. Rasa positif (positiveness) yaitu seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpatisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang interaktif.

5. Kesetaraan (equality) yakni pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan (Liliweri, 1991:13)

Ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua orang merupakan komunikasi antarpribadi bukan komunikasi lainnya. Sifat-sifat komunikasi antarpribadi itu adalah :

1. Komunikasi antarpribadi melibatkan perilaku verbal maupun nonverbal. Dalam komunikasi, tanda-tanda verbal diwakili dalam penyebaran kata-kata,


(35)

pengungkapannya baik lisan maupun tulisan. Sedangkan tanda-tanda nonverbal terlihat dalam ekspresi wajah, gerakan tubuh atau gestrure.

2. Komunikasi antarpribadi melibatkan perilaku yang spontan, scripted, dan contrived. Perilaku spontan dalam komunikasi antarpribadi dilakukan secara tiba-tiba dan serta merta untuk menjawab sesuatu rangsangan dari luar tanpa terpikir terlebih dahulu. Bentuk perilaku scripted terjadi atas reaksi dari emosi terhadap pesan yang diterima jika pada taraf yang terus menerus dan akhirnya pada perilaku ini dilakukan karena dorongan faktor kebiasaan. Perilaku contrived merupakan perilaku yang sebagian besar didasarkan pada pertimbangan kognitif.

3. Komunikasi antarpribadi sebagai proses yang berkembang. Komunikasi antarpribadi tidak bersifat statis melainkan dinamis.

4. Komunikasi antarpribadi harus menghasilkan umpan balik, mempunyai interaksi dan koherensi.

5. Komunikasi antarpribadi biasanya diatur dengan tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Komunikasi yang bersifat intrinsik adalah suatu standar dari perilaku yang dikembangan oleh seorang sebagai pandu bagaimana mereka melaksanakan komunikasi. Sedangkan ekstrinsik adalah adanya standar atau tata aturan lain yang ditimbulkan karena adanya pengaruh pihak ketiga atau pengaruh situasi dan kondisi sehingga komunikasi antarmanusia harus diperbaiki atau malah dihentikan.

6. Komunikasi antarpribadi menunjukkan adanya suatu tindakan. Jadi kedua pihak yang berkomunikasi harus sama-sama mempunyai kegiatan, aksi tertentu sebagai tanda bahwa mereka memang berkomunikasi.


(36)

Komunikasi antarpribadi merupakan jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Judy C. Pearson menyebutkan enam karakteristik komunikasi antarpribadi, yaitu :

1. Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri pribadi (self). Artinya, segala bentuk proses penafsiran pesan maupun penilaian mengenai orang lain, berangkat dari diri sendiri.

2. Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional. Ciri komunikasi seperti ini terlihat dari kenyataan bahwa komunikasi antarpribadi besifat dinamis, merupakan pertukaran pesan secara timbal balik dan berkelanjutan.

3. Komunikasi antarpribadi menyangkut aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi. Maksudnya bahwa efektifitas komunikasi antarpribadi tidak hanya ditentukan oleh kualitas pesan, melainkan juga ditentukan kadar hubungan antar individu.

4. Komunikasi antarpribadi mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dengan kata lain, komunikasi antarpribadi akan lebih efektif mana kala antara pihak-pihak yang berkomunikasi itu saling bertatap muka.

5. Komunikasi antarpribadi menempatkan kedua belah pihak yang berkomunikasi saling bergantung dengan yang lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa komunikasi antarpribadi melibatkan ranah emosi, sehingga terdapat saling ketergantungan emosional diantara pihak-pihak yang berkomunikasi.

6. Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang. Artinya, ketika seseorang sudah terlanjur mengucapkan sesuatu kepada orang lain, maka ucapan itu sudah tidak dapat diubah atau diulang, karena sudah terlanjur diterima oleh komunikan (Sendjaja,2002:21).


(37)

II.3.2 Faktor-faktor yang Menumbuhkan Hubungan Antarpribadi dalam Komunikasi Antarpribadi

Secara kodrat, manusia sebagai makhluk individu sekaligus sosial. Sebagai makhluk individu, artinya bahwa setiap manusia pada hakikatnya memiliki keunikan yang membedakan dengan orang lain. Setiap orang memiliki kedudukan dan peran berbeda, saling memiliki kelebihan dan kekurangan. Sebagai makhluk sosial, artinya bahwa secara kodrat sejak dilahirkan manusia tidak dapat hidup sendirian, melainkan memerlukan pertolongan orang lain dilingkungannya.

Karakteristik kehidupan sosial mewajibkan setiap individu untuk membangun sebuah relasi dengan yang lain, sehingga akan terjadi sebuah ikatan perasaan yang bersifat timbal balik dalam suatu pola hubungan yang dinamakan hubungan antarpribadi.

Hubungan antarpribadi dalam arti luas adalah interaksi yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan, sehingga menimbulkan kebahagiaan dan kepuasan hati pada kedua belah pihak (Aw,2011:27). Hubungan antarpribadi dapat dilakukan di berbagai situasi, seperti di perkumpulan-perkumpulan olahraga, keagamaan, kesenian, konferensi, dalam seminar, bahkan di tempat-tempat umum, seperti kampus, tempat-tempat ibadah, restoran, stasiun, pasar, sawah, toko, dan sebagainya.

Hubungan antarpribadi dalam arti sempit adalah interaksi yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dalam situasi kerja (work situation) dan dalam situasi kekaryaan

(work organization) dengan tujuan untuk mengubah kegairahan dan kegiatan bekerja dengan semangat yang produktif (Aw,2011:28). Pola-pola komunikasi antarpribadi mempunyai efek yang berlainan pada hubungan antarpribadi. Komunikasi antarpribadi yang efektif bukan karena komunikasi tersebut sering dilakukan tetapi bagaimana komunikasi itu dilakukan.


(38)

Dalam komunikasi antarpribadi ada beberapa faktor yang mempengaruhi hubungan antarpribadi, yaitu :

1. Percaya

Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi antarpribadi, faktor percaya adalah hal yang penting. Secara ilmiah, percaya didefenisikan sebagai mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dalam situasi yang penuh resiko. Definisi ini menyebutkan tiga unsur percaya, yaitu :

a. Ada situasi yang menimbulkan resiko. Bila orang yang menaruh kepercayaan kepada seseorang, ia akan mengahadapi resiko. Bila tidak ada resiko, percaya tidak diperlukan.

b. Orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa akibat-akibatnya bergantung pada orang lain.

c. Orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya. 2. Sikap Suportif

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi defensif dalam komunikasi. Orang yang bersifat defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Jack R.Gibb 1961 (dalam Rakhmat, 2007 :130) menyebutkan enam perilaku yang menimbulkan perilaku suportif, yaitu:

a. Deskriptif artinya penyampaian perasaan dan persepsi yang dimiliki tanpa menilai.

b. Orientasi masalah, dalam orientasi masalah artinya mengajak orang lain bersama-sama untuk menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana mencapainya.


(39)

c. Spontanitas artinya sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang terpendam.

d. Empati artinya menempatkan diri kita pada posisi orang lain, kita ikut serta secara emosional dan intelektual dalam pengalaman orang lain. Dan tanpa empati, orang seakan-akan “mesin” yang hampa perasaan dan tanpa perhatian. e. Persamaan artinya sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan

demokratis. Dalam persamaan seseorang tidak mempertegas perbedaan.

f. Provisionalisme adalah kesediaan untuk meninjau kembali pendapat kita, untuk mengakui bahwa pendapat dan keyakinannya bisa berubah.

3. Sikap Terbuka

Sikap terbuka sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi antarpribadi yang efektif. Beberapa karakteristik orang yang bersikap terbuka, yaitu (Rakhmat, 2007: 131);

a. Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan logika. b. Membedakan dengan mudah, melihat nuansa, dan sebagainya. c. Berorientasi pada isi.

d. Mencari informasi dari berbagai sumber.

e. Lebih bersifat provisional dan bersedia mengubah kepercayaannya.

f. Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya ( Rakhmat, 2007 :129)

Seseorang menjalin hubungan dengan orang lain bukanlah sekedar ingin membangun relasi atau hubungan saja, hubungan antarpribadi bukan suatu keadaan yang pasif, melainkan suatu aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.Ciri-ciri hubungan antarpribadi antara lain :


(40)

1. Mengenal secara dekat

Artinya bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan antarpribadi saling mengenal secara dekat. Dikatakan mengenal secara dekat, karena tidak hanya saling mengenal identitas pokok seperti nama, alamat, status perkawinan, dan pekerjaan. Namun lebih dari semua itu, kedua belah pihak saling mengenal berbagai sisi kehidupan lainnya, seperti mengetahui nomor telepon selulernya, makanan kesukaannya, hari ulang tahunnya, dan sebagainya. Pada prinsipnya semakin banyak mengenal sisi-sisi latar belakang diri pribadi orang lain, hal itu menunjukkan kadar kedekatan hubungan antarpribadi.

2. Saling memerlukan

Hubungan antarpribadi diwarnai oleh pola hubungan saling menguntungkan secara dua arah dan saling memerlukan. Sekurang-kurangnya kedua belah pihak merasa saling memerlukan kehadiran seorang teman untuk berinteraksi. Dengan demikian adanya rasa saling memerlukan dan saling mendapatkan manfaat ini akan mnjadi tali pengikat kelangsungan hubungan antarpribadi.

3. Pola hubungan antarpribadi yang ditunjukkan oleh adanya sikap saling terbuka di antara keduanya. Hubungan antarpribadi juga ditandai oleh pemahaman sifat-sifat pribadi diantara kedua belah pihak. Masing-masing saling terbuka sehingga dapat menerima perbedaan sifat pribadi tersebut. Adanya perbedaan sifat pribadi bukan menjadi penghalang untuk membina hubungan baik, justru menjadi peluang untuk dapat saling mengisi kelebihan dan kekurangan.

4. Kerjasama

Kerjasama akan timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup


(41)

pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut (Aw, Suranto 2011:29).

II.3.3 Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi juga memiliki tujuan agar komunikasi antarpribadi tersebut dapat berjalan dengan baik. Adapun tujuan dari komunikasi antarpribadi, yaitu :

1. Mengenal diri sendiri dan orang lain

Salah satu cara mengenal diri sendiri adalah melalui komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri, dengan membicarakan tentang diri kita sendiri kepada orang lain. Kita akan mendapatkan perspektif baru tentang diri kita sendiri dan lebih memahami mendalam tentang sikap dan perilaku kita. Pada kenyataannya, persepsi-persepsi diri kita sebagian besar merupakan hasil dari apa yang kita pelajari tentang diri kita sebagian besar merupakan hasil dari apa yang kita pelajari tentang diri kita sendiri dari orang lain melalui komunikasi antarpribadi.

2. Mengetahui dunia luar

Komunikasi antarpribadi juga memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik, yakni tentang objek, kejadian-kejadian dan orang lain. Banyak informasi yang kita miliki dengan interaksi antarpribadi.

3. Menciptakan dan memelihara lingkungan.

Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan sehari-hari orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Dengan demikian, banyak waktu yang digunakan dalam komunikasi bertujuan untuk menciptakan dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan demikian


(42)

mengurangi kesepian dan ketegangan serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita sendiri.

4. Mengubah sikap dan perilaku

Dalam komunikasi antarpribadi, seringkali kita berupaya menggunakan sikap dan perilaku orang lain. Keinginan memilih suatu cara tertentu, mencoba makanan baru, membaca buku, berfikir dalam cara tertentu, dan sebagainya. Singkatnya, banyak yang kita gunakan untuk mempengaruhi orang lain melalui komunikasi antarpribadi. 5. Bermain dan mencari hiburan

Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan. Pembicaraan-pembicaraan lain yang hampir sama, merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh hiburan. Seringkali hal tersebut tidak dianggap penting, tetapi sebenarnya komunikasi yang demikian dilakukan karena memberi suasan lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan, dan sebagainya.

6. Membantu orang lain.

Kita sering memberikan berbagai nasehat dan saran kepada teman-teman yang sedang menghadapi masalah atau suatu persoalan dan berusaha untuk menyelesaikannya. Hal ini memperlihatkan bahwa tujuan dari proses komunikasi antarpribadi adalah membantu orang lain (Widjaja,2000:12).

Dalam proses komunikasi pasangan suami istri banyak anak, komunikasi antarpribadi yang dipakai untuk menjalin dan mempererat hubungan mereka sebagai pasangan suami istri.

II.4 Pasangan Suami Istri

Memilih pasangan, berarti memilih seseorang yang diharapkan dapat menjadi teman hidup, seseorang yang dapat menjadi rekan untuk menjadi orang tua dari anak–anak kelak (Lyken dan Tellegen, 1993). Pemilihan pasangan yang dilakukan oleh individu, biasanya


(43)

didasari dengan memilih calon yang dapat melengkapi apa yang dibutuhkan dari individu tersebut dan berdasarkan suatu pemikiran bahwa seorang individu akan memilih pasangan yang dapat melengkapi kebutuhan yang diperlukan (Degenova, 2008). Teori Proses Perkembangan (dalam Degenova, 2008), menjelaskan bahwa pemilihan pasangan merupakan suatu proses penyaringan yang dilakukan individu dalam memilih calon pasangan hidup sampai akhirnya terpilihnya calon pasangan hidup individu tersebut. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemilihan pasangan adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk menjadi teman hidupnya melalui proses pemilihan dari seseorang yang dianggap tidak tepat sampai akhirnya terpilih calon pasangan hidup yang tepat menurut individu tersebut.

Sebagimana kita ketahui, pernikahan adalah perjanjian bersama antara dua jenis kelamin yang berlainan untuk menempuh suatu kehidupan rumah tangga. Semenjak terucap kata zawad keduanya telah mengikat diri dan semenjak itu juga mereka mempunyai ke-wajiban dan hak-hak yang tidak mereka miliki sebelumnya. Kalau kita mencoba melihat kembali ke belakang, yaitu ketika zaman dahulu hak-hak wanita hampir tidak ada dan yang ada hanyalah kewajiban. Hal ini dikarenakan status wanita lebih rendah dan hampir dianggap sebagai sesuatu yang tidak berguna. Hal ini mungkin disebabkan oleh kerasnya hidup yang menuntut ketahanan fisik untuk mempertahankan hidup. Disamping persaingan yang ytidak sehat dalam mencari kebutuhan hidup. Karena pada saat itu manusia hanya bergantung pada hasil alam yang ada. Dan ketika kebutuhan tersebut mereka berpindah tempat dan memerangi orang yang ingin mengambil buruannya. Dan semua itu tidak bisa dilakuakan oleh orang yang lemah fisiknya seperti wanita.

Pernikahan pada dasarnya merupakan perintah agama yang telah di atur dalam Undang-Undang Pernikahan, sehingga barang siapa yang tidak menjunjung tinggi hak dan


(44)

kewajibandalam kehidupan rumah tangga, maka mereka tidak hanya melanggar UU semata melainkan sekaligus melanggar perintah agama. Tujuan dari pernikahan yaitu untuk mengatur pergaulan hidup sempurna, bahagia, dan kekal di dalam rumah tangga guna terciptanya rasa kasih sayang dan saling mencintai.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa antara suami dan istri, orang tua dan anak, serta kakak dan adik terjalin rasa kasih sayang yang mengikat rasa kekeluargaan mereka. Mereka terhubung seperti anggota tubuh yang saling melengkapi. Jika salah satu bagian sakit, maka yang lain akan merasakan hal yang sama. Keluarga harmonis akan membuat anggotanya tentram, disiplin, bertanggung jawab dan terhindar dari pergaulan yang menyesatkan. Jika ada permasalahan, mereka akan kembali kepada keluarga sebagai tempat konsultasi dan pemberi solusi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keharmonisan keluarga antara lain :

1. Komunikasi

Komunikasi merupakan kunci utama suksesnya sebuah hubungan. Demikian pula jika dikaitkan dengan pengertian harmonis dalam keluarga. Untuk mencapai kondisi seia-sekata, perbedaan yang ada dapat diselaraskan melalui komunikasi. Jalinan komunikasi yang baik akan menciptakan saling pengertian di antara anggota keluarga. Sebaliknya, komunikasi yang kurang akan memicu banyak kesalahpahaman. Semakin sering terjadi kesalahpahaman, maka konflik akan semakin sering terjadi.


(45)

2. Seks

Berdasarkan penelitian, hingga 30% perselingkuhan yang terjadi dalam rumah tangga dipicu oleh ketidakpuasan hubungan seksual. Biasanya hal ini disebabkan kurangnya komunikasi dengan pasangan untuk membicarakan seks yang diinginkan.

3. Faktor ekonomi

Mungkin banyak orang berpendapat bahwa uang bukanlah segalanya. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa faktor ekonomi seringkali menjadi permasalahan dalam keluarga. Bila kekurangan tidak dapat terpenuhi dengan sempurna. Bila kelebihan uang, maka semakin banyak keinginan ataupun pengeluaran. Jika tidak dikomunikasikan dengan baik, petentangan dalam hal pemenuhan kebutuhan keinginan masing-masing individu dapat berujung konflik.

4. Keturunan

Keturunan adalah salah satu hal terpenting dalam pernikahan. Tanpa keturunan, pernikahan akan terasa hambar. Keturunan juga merupakan salah satu indikator keberhasilan seseorang. Jika pernikahan tidak dikaruniai anak, maka konflik bisa muncul. Biasanya dipicu oleh sikap saling menyalahkan.(http://omjis.com /pengertian-harmonis-dan-kunci-keluarga-harmonis.htm

Komunikasi suami istri yang baik merupakan kunci untuk mencapai keharmonisan rumah tangga. Relasi antarpribadi yang sudah dibina sampai pada tingkat hubungan yang tertinggi yaitu pernikahan harus terus dibina dengan sebuah komunikasi yang baik. Komunikasi sepertinya merupakan hal yang mudah, apalagi untuk pasangan suami istri yang

).


(46)

sudah berhasil mencapai tangga definisi hubungan yang tertinggi. Tetapi berkomunikasi antara suami istri tidaklah semudah berkomunikasi seperti ketika masih berpacaran. Akan banyak sekali gangguan (noise) dalam kegiatan tersebut yang akan menjadi batu sandungan dalam sebuah rumah tangga.

Perkawinan merupakan sebuah tahapan tertinggi dalam hubungan atau relasi antarpribadi. Dengan adanya sebuah ikatan sakral perkawinan, berarti dua orang insan manusia sudah saling memahami karakteristik pasangannya masing-masing. Kekuatan sebuah perkawinan dapat dilihat dengan adanya ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir adalah ikatan yang nampak, sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada. Ikatan batin adalah ikatan yang tidak nampak secara langsung, merupakan ikatan psikologis. Antara suami istri harus saling mencintai saling berbagi perasaan dan berbagi kebahagiaan.

Perkawinan merupakan salah satu aktivitas individu yang pada umumnya akan terkait pada suatu tujuan yang ingin dicapai individu yang bersangkutan. Tanpa adanya kesadaran akan kesatuan tujuan yang harus dicapai bersama, maka dapat dibayangkan bahwa rumah tangga itu akan mudah mengalami hambatan-hambatan, yang akhirnya akan dapat menuju keretakan rumah tangga yang dapat berakibat lebih jauh. Oleh karena itu diharapkan setiap pasangan memiliki visi dan misi yang sama dalam menjalani kehidupannya sebagai sepasang suami istri. Tujuan sebenarnya sangat mulia jika dilandasi untuk saling memberi yang terbaik bagi pasangannya. Kesepakatan dapat dijadikan dasar yang kokoh untuk membina kehidupan keluarga yang harmonis.

Perkawinan merupakan sebuah proses bersatunya seorang pria dan wanita sebagai suami istri untuk membentuk rumah tangga. Pada umumnya masing-masing pihak telah mempunyai pribadi yang telah terbentuk, karena itu untuk menyatukan satu dengan yang lain


(47)

perlu adanya saling penyesuaian, saling pengorbanan, saling pengertian dan hal tersebut harus disadari benar-benar oleh kedua pihak yaitu oleh suami istri. Dalam kaitannya dengan hal itu maka peranan komunikasi dalam rumah tangga adalah sangat penting. Antara suami istri harus saling berkomunikasi dengan baik untuk dapat mempertemukan satu dengan yang lain, sehingga dengan demikian kesalahpahaman dapat dihindarkan.

Komunikasi yang dilakukan antar suami dan istri merupakan sebuah komunikasi yang sudah menyentuh tataran psikologis. Hal tersebut dikarenakan apa yang menjadi materi atau konten pembicaraan sudah merupakan hal-hal yang prisipil. Seperti yang diungkapkan oleh Miller dan Steinberg komunikasi yang sudah menyangkut pada tataran psikologis adalah komunikasi antarpribadi. Hubungan suami istri, merupakan hubungan yang paling tinggi yang dapat dibina oleh seseorang. Ikatan perkawinan merupakan sebuah ikatan suci yang mengesahkan hubungan suami istri. Pengikatan hubungan suami istri dilakukan secara sadar dan seseorang dapat melakukan pemilihan dengan siapa mereka akan hidup berumah tangga. Dalam hubungan suami istri masih memungkinkan seseorang untuk memutuskan hubungan perkawinannya.

Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah, jenis dan kualitas hubungan. Misalnya status sosial ekonomi, umur, dan gender (jenis kelamin) akan mempengaruhi bukan saja kepada siapa seseorang berhubungan, tetapi juga bagaimana dan seberapa sering orang tersebut berinteraksi dengan orang lain. Orang yang memiliki status ekonomi yang berbeda akan meyebabkan peerbedaan sumber-sumber yang dimiliki untuk mengembangkan hubungan. Misalnya jika seseorang memiliki handphone dan memiliki mobil akan membuatnya berhubungan dengan orang yang mobilitasnya tinggi. Jenis pekerjaan dari oranng yang berbeda status sosial ekonominya juga mempengaruhi hubungan antarpribadinya, pekerjaan merupakan salah satu sumber hubungan sosial yang penting.


(48)

Selain faktor sosial ekonomi, faktor usia pun mempengaruhi terbinanya sebuah hubungan atau relasi. Beberapa penelitian menemukan bahwa orang pada masa pensiun memiliki hubungan sosial yang relatif melambat. Menurunnya kesehatan dan mobilitas membuat mereka agak sulit melakukan sosialisasi. Selain itu, pasangan pengantin baru dan pasangan suami istri yang sudah menikah selama puluhan tahun akan memaknai hubungan mereka secara berbeda. Maka dari itu dibutuhkan saling pengertian agar setiap pasangan dapat menerima hal-hal yang berbeda dari pasangannya.

II.5 Komunikasi Orang Tua dengan Anak

Komunikasi adalah cara untuk membangun ikatan yang kuat dengan orang-orang di sekitar kita, termasuk anak-anak kita. Dengan adanya komunikasi, kita juga bisa belajar memahami apa yangmereka perlukan dan atau inginkan. Berikut ada beberapa cara berkomunikasi dengan anak, yaitu :

1. Kasih sayang dan perhatian: Sebagai orang tua, kita harus memprioritaskan bahwa kebutuhan anak atasperhatian dan kasih sayang, adalah modal utama untuk “kesehatan” jiwa merekadalam pertumbuhannya. Dan sebaliknya, jika kita mengabaikan hal tersebut, makahal ini akan sangat memicu kebencian dalam hati si anak, sehingga mereka tidakakan membuka diri untuk berkomunikasi.

2. Meluangkan waktu untuk anak: Anak- anak sangat suka bermain. Mereka juga banyak belajar lewat berbagaipermainan tersebut. maka tak ada salahnya bagi orang tua untuk bermain dilantai dengan anak-anak setidaknya selama 20 menit. Dengan banyak meluangkanwaktu bersama mereka, paling tidak tiga kali sehari, akan membuatnya tertarik.Dan pada akhirnya mereka akan mulai membuka diri untuk berkomunikasi.


(49)

3. Menjadi pendengar yang baik: Terkadang kita sebagai orang tua, kita merasa lebih banyak tahu tentang berbagihal dari pada anak- anak kita. Selanjutnya, secara tidak sadar orang tua lalumemaksakan diri untuk memberi nasehat tentang ini dan itu. Padahal, anak-anakpunya banyak hal untuk dibicarakan. Dan sebenarnya yang mereka inginkan adalahseorang pendengar yang menarik sehingga mereka dapat mencurahkan semua haldalam hati kecil mereka.Dan jika akhirnya orang tua memang harus memberikannasehat, maka orang tua harus memilih waktu yang tepat untuk menyampaikannya,tentu saja setelah melalui proses banyak mendengar tentang apa yang dirasakan oleh putra- putri mereka tersebut. Komunikasi seperti ini sangatlah penting, karena kedekatan antara orang tuabisa dimulai dari sini.

4. Melibatkan diri dengan anak- anak: Memanglah tanggung jawab menjadi orang tua tidaklah ringan. Terkadang hal tersebut sudah sangat menyita waktu serta pikiran kita. Namun sebagai orangtua, kita tidak boleh mengabaikan kepentingan anak- anak kita, karena merekalahinvestasi sebenarnya bagi kita di masa depan. Menunjukkan kepada mereka bahwakita terlibat dan tahu tentang dunianya, adalah langkah efektif untuk memulaikomunikasi. Tentu saja, dalam melakukan hal tersebut, orang tua harus melihatdari perspektif seorang anak.

5. Dorong mereka untuk bicara: Setelah pendekatan untuk masuk ke dalam diri anak berhasil, selanjutnya doronglah mereka untuk bicara. Orang tua harus menghindari dalam buru- buru menunjukkan sifat dominan saat anak berbicara dengan anak- anak, karena hal tersebut bisa memutus akses untuk anak mau berbicara lebih banyak. Orang tua bisa memulai dengan mengajukan pertanyaan sederhana yang akan dinikmati anak saat menjawab. Selain lewat verbal, orang tua juga dapat memberikan bantuan komunikasi melalui beberapa hal


(50)

visual. tunjukkan gambar, atau video terkait dengan minat mereka seperti pada permainan, hewan, dan lain sebagainya.

6. Mendongeng atau bercerita: Anak- anak sangat suka sekali dengan sebuah dongeng. Orang tua dapat membuka komunikasi dan kedekatan lewat pemberian sebuah cerita atau dongeng dengan banyak ekspresi yang memikat anak- anak.

7. Jaga ekspresi: Ketika memulai komunikasi denan anak, orang tua harus menghindari kesan serius menghindari kesan serius pada wajah dan pada nada suara. Mencoba untuk tetaptersenyum dan menunjukkan keceriaan akan membuat mereka lebih merasa nyaman. Jika orang tua mudah terlihat marah dan kecewa, serta berkomunikasi dengan nada buruk atau terlihat saat berbicara, maka komunikasi non-verbal yaitu ekspresi wajah tersebut akan mengirimkan pesan negatif kepada anak.

8. Mereka adalah kita: Terkadang ketika orang tua mengingat kembali masa-masa kecil mereka, termasuk juga hal-hal yang menyakiti atau membahagiakan, akan menjembatani kesenjangan komunikasi para orang tua dengan anak-anak mereka sekarang. Dengan melakukan hal tersebut, para orang tua bisa mendapat sebuah cara baru untuk bagaimana bersikap dan berkomunikasi yang tepat dengan anak- anak mereka.

II.5.1 Anak

Anak adalah seorang laki-laki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, dimana kata”anak” merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa. Menurut psikologi, anak adalah periode perkembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun-tahun sekolah dasar.


(51)

Berdasarkan UU Peradilan Anak, anak dalam UU No.3 tahun1997 tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi : Anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 ( delapan) tahun tetapi belum pernah menikah. Walaupun begitu istilah ini juga sering merujuk pada perkembangan mental seseorang, walaupun usiannya secara biologis dan kronologis seseorang sudah termasuk dewasa namun apabila perkembangan mentalnya ataukah urutan umurnya maka seseorang dapat saja diasosiasikan dengan istilah

“anak”

2014.

Anak usia dini merupakan usia yang memiliki rentangan waktu sejak anak lahir hingga usia 6 tahun, dimana dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia (direktorat PAUD,2005). Karena rentang anak usia dini merupakan rentangan usia kritis dan sekaligus strategis dalam proses pendidikan pada tahap selanjutnya.

Kehidupan pada masa anak berbagai pengaruhnya adalah masa kehidupan yang sangat penting khususnya berkaitan dengan diterimanya rangsangan (stimulasi) dan perlakuan dari lingkungan hidupnya. Kehidupan pada masa anak yang merupakan suatu periode yang disebut sebagai periode kritis ataupun periode sensitif dimana kualitas perangsangan harus diatur sebaik-baiknya, tentunya memerlukan intervensi baik dari guru maupun orang tua. (Reber, 1995).

Hubungan orang tua dan anak memperkenalkan anak pada kewajiban mutual dalam hubungan interpersonal yang erat (Thompson, 2006 thompson, McGinley, & Meyer, 2005). Kewajiban orang tua adalah terlibat dalam pengasuhan positif dan memandu anak menjadi


(52)

manusia yang kompeten kewajiban anak adalah merespons dengan sesuai terhadapa inisiatif dari orang tua dan mempertahankan hubungan positif dengan orang tua. Karena itu, kehangatan dan tanggung jawab dalam kewajiban mutual dari hubungan orang tua dan anak adalah dasar penting terhadap pertumbuhan moral positif pada anak.

Dalam kualitas hubungan, kelekatan (attachment) yang aman (secure) memainkan peranan yang penting dalam perkembangan moral anak. Kelekatan yang aman dapat menempatkan anak dalam perkembangan moral anak. Kelekatan yang aman dapat menempatkan anak dalam jalur positif untuk menginternalisasi tujuan sosialisasi dari orang tua dan juga nilai-nilai keluarga (Waters dkk,1990). Dalam sebuah penelitian attchment yang aman pada masa bayi terkait dengan perkembangan nurani awal ( Laible & Thompson,2000). Dan dalam penelitian longitudinal terbaru, kelekatan yang aman pada usia 14 bulan berfungsi sebagai perintis keterkaitan antara pola asuh positif dan nurani anak pada masa kanak-kanak awal (Kochanska dkk,2004).

1.5.2 Hubungan Komunikasi Antarpribadi dengan Konsep Diri Anak

Dalam kaitannya untuk mengenali diri sendiri dan orang lain, komunikasi antarpribadi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang. Terkait dengan pembentuknya, konsep diri mulai berkembang sejak masa bayi dan akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan individu itu sendiri. Konsep diri individu terbentuk melalui imajinasi individu tentang respon yang diberikan oleh orang lain melalui proses komunikasi. Bila konsep diri seseorang positif, maka individu akan cenderung mengembangkan sikap-sikap positif mengenai dirinya sendiri, seperti rasa percaya diri yang baik serta kemampuan untuk melihat dan menilai diri sendiri secara positif. Individu dengan konsep diri positif cenderung akan menimbulkan tingkah laku yang baik terhadap lingkungan sosialnya. Sebaliknya bila seseorang memiliki konsep diri yang negatif, maka individu tersebut


(53)

cenderung akan mengembangkan perasaan tidak mampu dan rendah diri, merasa ragu, dan kurang percaya diri. Individu dengan konsep diri yang negatif akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sosial.

1.5.3 Hubungan Orang Tua dalam Pembentukan Konsep Diri Anak

Menurut Jalaluddin Rakhmat, semua psikolog humanistik sepakat bahwa dorongan berpengaruh pada pembentuk self-esteem ini. menurut Sulivan, dalan Schizophrenia as aHuman Process (1962), konsep diri selalu mencerminkan penilaian significant others.

Disinilah orang-orang yang dekat secara emosional dengan kita turut berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita. Mereka adalah guru, kawan, saudara dan terutama sekali orangtua.

Khusus mengenai peran orangtua dalam membangun konsep diri anak, penemuan Coopersmith mencatat 3 ciri penting perilaku orangtua terhadap anaknya.

1. Pertama, orangtua mengkomunikasikan dengan jelas penerimaan mereka terhadap anak-anaknya. Anak-anak tahu bahwa mereka bagian dari keluarga yang dihargai dan diperhatikan.

2. Kedua, orangtua memberikan kebebasan, tetapi menunjukkan dengan jelas batas-batas kebebasan itu.

3. Ketiga, orangtua menghormati individualitas anak. Mereka menerima perbedaan keunikan anak-anaknya dalam batas-batas struktur yang jelas. Orangtua mengahrgai bukan hanya anak yang kecerdasan matematis, tetapi juga anak yang punya kecerdasan visual atau musikal.

Orangtua anak-anak yang memiliki self-esteem (percaya diri) positif cenderung menunjukkan harga diri yang tinggi juga. Anak-anak belajar dari mereka cara menghadapi


(54)

kesulitan dan tantangan. Mereka membuka diri terhadap penilaian anak-anaknya, menjelaskan kelebihan dan kekurangan mereka secara rasional. Pada gilirannya, anak-anak mereka juga diberi peluang untuk membela diri dan mengemukakan pendiriannya. Coopersmith menemukan bahwa anak yang self-esteem nya tinggi “mampu berbeda dengan lingkungannya”. Tidak gampang ikut arus, oleh karena itu cenderung lebih kreatif.

Lebih jauh, beberapa kiat praktis berikut bisa ditempuh orangtua untuk mengembangkan konsep diri sang anak :

1. Kembangkan komunikasi dengan anak yang bersifat suportif. Komunikasi ini ditandai 5 hal : Keterbukaan, empati, supportivitas, berpikir positif, dan persamaan.

2. Tunjukkanlah penghargaan secara terbuka. Hindari kritik, kalau terpaksa, kristik itu harus disampaikan tanpa mempermalukan anak dan harus ditunjang dengan argumentasi yang rasional.

3. Latihlah anak-anak untuk mengekspresikan dirinya. Orang tua harus membiasakan” bernegoisasi” dengan anak-anaknya tentang ekspetasi perilaku dari kedua belah pihak. 4. Ketahuilah, walaupun saran-saran disini berkaitan dengan pengembangan harga diri, semuanya mempunyai kaitan erat dengan pengembangan intelektual. Proses belajar bisa efektif dalam lingkungan yang menghargai self-esteem. Hanya apabila harga diri anak-anak dihargai, potensi intelektual dan kemandirian mereka dapat dikembangakan. ( Mengembangksn Kecerdasan Spiritual Anak Sejak Dini)

II.6 Teori Dialektika Relasional

Dialektika Relasional merupakan versi berbasis emosional dan nilai dari dialektika yang filosofi, konflik yang muncul dalam pola relasi poligami menjadi mungkin untuk diperikan. Dialektika relasional adalah konsep dalam teori komunikasi. Teori tersebut, dilontarkan pertama kali baik oleh L.A Baxter maupun W.K Rawlins di tahun 1988,


(1)

I: “karena apa yah, mungkin bapak orangnya pintar ambil hati ibu” P: Apakah sudah mengetahui sisi positif dan negatif pasangan? I: “sudah lah dek”

P: Bagaimana cara anda dalam mendidik anak? I: “kalau ibu sih kasih dia sekolah aja uda cukup” P: Apa dasar anda untuk memiliki banyak anak?

I: “kemaren karena enggak dapat anak cowok, sampek anak ke enam pun tetap anak perempuan. Kalau ibu enggak ada niat pakai KB enggak ada duit. Hhaa”

P: Apakah pernah memarahi anak sampai turun tangan? I: “pernah dek kalau uda bandal kali”

P: Berapa pengeluaran keluarga perhari ? ( mengingat jumlah anak banyak) I: “terkadang 50an lah terkadang kalau anak sakit banyak lagi lah dek”

P: Ketika mengalami masalah dalam mendidik anak, siapa yang lebih berinisiatif untuk menyelesaikan masalah?

I: “sama-sama lah kami sama bapak gitu”

P: Apakah setiap kebutuhan anak bisa terpenuhi?

I: “aduhhh buat makan aja syukur dek, kalau minta minta yang aneh-aneh mereka pusing lah ibu”

P: Berapa jumlah anak yang bersekolah ? I: “ada 3 anak ibu yang sekolah”

P: Cara apa yang paling sering dilakukan pada saat anak-anak membuat kesalahan? I: “dinasehatin dek, ditegur kalau ada salah. Terkadang kalau enggak mengerti juga di hukum lah”


(2)

Nama : Halomoan Gabe Sitorus

Tempat/Tanggal Lahir : Tarutung, 18 September 1970

Alamat : Jalan Pintu Air 4 Gg. Pegagan Kecamatan Simalingkar B.

Peneliti : P

Informan : I

P : Apa pekerjaan anda? I : “narek becak”

P: Berapa penghasilan anda? ( perbulan, perhari, atau perminggu)? I: “aduh.... enggak tentu lah, dikit lah pokoknya yang didapat”

P: Kapan pertama kali mengenal pasangan?

I: “itu waktu 1998, waktu dia jualan makanan gorengan tuh deket sini rumahnya dulu” P: Apa yang menarik dari pasangan anda?

I: “cantik, bagus badannya, jago masak” P: Apa yang membuat pasangan tertarik? I: “ganteng mungkin dilihatnya aku,”

P: Apa alasan memutuskan menikah?

I: “takut aja dia di ambil orang dek, soalnya kalau lama-lama ini yang susah nanti keburu di ambil”

P: Berapa jumlah anak yang dimiliki? I: “anak ku ada 5”

P: Hambatan apa yang dihadapi ketika masuk dalam pernikahan?


(3)

I: “cerewetnya itu, haaa beda lah dari yang lain”

P: Apakah sudah mengetahui sisi positif dan negatif pasangan?

I: “semenjak nikah lah tau, dulu krna enggak bisa ketemu nya kami jarang” P: Bagaimana cara anda dalam mendidik anak?

I: “apa yah, kasih sekolah lah dia, kasih ajaran yang bagus” P: Apa dasar anda untuk memiliki banyak anak?

I: “nyari anak laki-laki, enggak cukup satu dek. Biar ada dulu penerus marga ini” P: Apakah pernah memarahi anak sampai turun tangan?

I: “ pernah lah sama mereka, kalau bandal kali”

P: Berapa pengeluaran keluarga perhari ? ( mengingat jumlah anak banyak)

I: “banyak lah, bisa sampai 70an lah. Belom lagi uang rokok ku kan, makanan orang ini lagi uang rumah lagi. Lebih lah kurasa kalau satu hari 70 ribu.”

P: Ketika mengalami masalah dalam mendidik anak, siapa yang lebih berinisiatif untuk menyelesaikan masalah?

I: “enggak tau aku, sama-sama lah mungkin”

P: Apakah setiap kebutuhan anak bisa terpenuhi? I: “aduh, enggak lah. Banyak permintaan mereka hajab lah” P: Berapa jumlah anak yang bersekolah ?

I: “belom ada, pada malas semua anak-anak ku ini ku tengok”

P: Cara apa yang paling sering dilakukan pada saat anak-anak membuat kesalahan? I: “dimarahi, di ajari lah yang bagus”


(4)

Nama : Desi Yunita Siregar

Tempat/Tanggal Lahir : Sidikalang, 31 Desember 1974

Alamat : Jalan Pintu Air 4 Gg. Pegagan Kecamatan Simalingkar B.

Peneliti : P

Informan : I

P : Apa pekerjaan anda? I : “ibu rumah tangga”

P: Berapa penghasilan anda? ( perbulan, perhari, atau perminggu)? I: -

P: Kapan pertama kali mengenal pasangan? I: “taun 1998,”

P: Apa yang menarik dari pasangan anda? I: “hhaa enggak ada tuh, biasa-biasa aja sih abang” P: Apa yang membuat pasangan tertarik? I: “mungkin cantik aku ditengoknya”

P: Apa alasan memutuskan menikah?

I: “dulu pernah janji sama diri sendiri kalau ada yang ngelamar aku trima aja. Ehh si abang yang duluan lamar ya trima aja lah. Hhaaa”

P: Berapa jumlah anak yang dimiliki? I: “ada 5 anak kami”

P: Hambatan apa yang dihadapi ketika masuk dalam pernikahan?


(5)

I: “jarang juga kami ngomong gitu, hp pun abang itu enggak ada. Dulu enggak ada modalnya deketin aku dek”

P: Apakah sudah mengetahui sisi positif dan negatif pasangan? I: “semenjak nikah lah dapet”

P: Bagaimana cara anda dalam mendidik anak? I: “kasih sekolah, pendidikan, ajaran yang bagus lah” P: Apa dasar anda untuk memiliki banyak anak?

I: “si abang mau minta anak laki-laki satu lagi, tapi aku juga bilang sabar lah. Kalau si abang enggak mikir jarak anak kami itu berapa tahun, makanya sekarang ini pakai KB suntik dulu si abang enggak mau jaga dia orang nya”

P: Apakah pernah memarahi anak sampai turun tangan? I: “pernah lah, wajar aja ku rasa kalau uda bandal kali”

P: Berapa pengeluaran keluarga perhari ? ( mengingat jumlah anak banyak)

I: “banyak lah dek, bisa perhari itu 100an. Itu uda semuanya untuk makan aja belum lagi jajanan anak-anak ku”

P: Ketika mengalami masalah dalam mendidik anak, siapa yang lebih berinisiatif untuk menyelesaikan masalah?

I: “sama-sama kami komunikasikan, kalau yang bagus nya gimana yang enggak nya gimana. Gitu”

P: Apakah setiap kebutuhan anak bisa terpenuhi? I: “enggak lah dek, enggak bisa semuanya”

P: Berapa jumlah anak yang bersekolah ?

I: “belum ada yang sekolah, di suruh sekolah enggak mau si abangannya itu.”

P: Cara apa yang paling sering dilakukan pada saat anak-anak membuat kesalahan? I: “kalau saya ya akan saya tegur, kalau kelewatan yah sedikit di hajar lah dek. Kadang kan kesalahan mereka enggak sadar terlalu kan makanya kita juga kasih didikan nya buat mereka enggak mau ulangi lagi”


(6)

BIODATA PENULIS

Nama : Dara Mayang Manik

Nim : 100904088

Alamat : Jalan Flamboyan Baru Perumahan Waikiki Blok F 44, Medan

Departemen : Ilmu Komunikasi

Program Studi : Humas

Agama : Kristen Protestan

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Kelahiran : Medan, 23 Juli 1992

Nomor Telepon : 082366339080 / 083194739823

Email :

Warga Negara : Indonesia

Nama Orang Tua ; Ayah : Ir. M. S. Petrus Manik, MM Ibu : Helmida Silaen, BA

Anak ke : 4 dari 4 bersaudara

Nama Saudara : Esalona Anilena Ginting Manik, SE : Rio Fernando Ginting Manik, SH : Lucky Anggina Ginting Manik, SE Jenjang Pendidikan

1997-1998 TK Katolik Budi Murni III, Medan 1998-2004 SD Budi Murni I, Medan


Dokumen yang terkait

Komunikasi Antarpribadi Pasangan Suami Istri Banyak Anak Yang Kurang Mampu Dalam Mem-bentuk Konsep Diri Anak (Studi Deskriptif Di Kecamatan Medan Johor / Kelurahan Kwala Bekala Simalingkar Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 56 126

Dukungan Suami Kepada Istri Dalam Pemberian ASI 0–1 Tahun Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011

0 21 67

Komunikasi Antarpribadi dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Antarpribadi terhadap Pembentukan Konsep Diri Remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan).

1 25 142

Anak Jalanan Kecamatan Medan Johor Kota Medan

0 48 129

Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009

2 54 90

Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan

4 78 106

Komunikasi Antarpribadi Suami Istri (Studi Kasus Kualitatif Pasangan Suami Istri Yang Menikah Tanpa Pacaran di Kota Medan)

17 150 147

Komunikasi Antarpribadi Pasangan Suami Istri Banyak Anak Yang Kurang Mampu Dalam Mem-bentuk Konsep Diri Anak (Studi Deskriptif Di Kecamatan Medan Johor / Kelurahan Kwala Bekala Simalingkar Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 0 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1 Paradigma Kajian - Komunikasi Antarpribadi Pasangan Suami Istri Banyak Anak Yang Kurang Mampu Dalam Mem-bentuk Konsep Diri Anak (Studi Deskriptif Di Kecamatan Medan Johor / Kelurahan Kwala Bekala Simalingkar Kota Medan Provinsi

0 0 52

BAB I PENDAHULUAN I.1 Konteks Masalah - Komunikasi Antarpribadi Pasangan Suami Istri Banyak Anak Yang Kurang Mampu Dalam Mem-bentuk Konsep Diri Anak (Studi Deskriptif Di Kecamatan Medan Johor / Kelurahan Kwala Bekala Simalingkar Kota Medan Provinsi Sumate

0 0 8