ANALYSIS DELIVERY ROUTE CITY COURIER DI
ANALYSIS DELIVERY ROUTE (CITY COURIER) DI WILAYAH BANDUNG SELATAN DENGAN
MENGGUNAKAN METODE TRAVELING SALESMAN PROBLEM (TSP) DI PT. DAKOTA
LOGISTIK DAN EKSPRESS
I Wayan Kemara Giri
Program Studi DIII Jurusan Logistik Bisnis Politeknik Pos Indonesia
Jl. Sari Asih 54 Bandung Kode Pos 40151
Telp:022(2009570),Fax:022 (2009568)
Email : [email protected]
ABSTRAK
Secara umum operasi layanan PT Dakota Bandung yang berbasis pada sistem distribusi yaitu menyalurkan
barang dan berita dari satu tempat ke tempat lain. Sistem pelayanan tersebut terdiri atas empat proses utama
yaitu pengumpulan (collecting), pemrosesan (processing), pengiriman (transporting), dan pengantaran
(delivery). Proses collecting, Transporting, processing dan delivery umumnya dilakukan oleh PT. Dakota
Logistik dan Express sendiri. Transporting dan delivery merupakan proses kerja yang membutuhkan biaya
operasional cukup besar untuk itu diperlukan penentuan rute yang tepat agar dapat menekan biaya operasional
tersebut.
Metode Travelling Salesman Problem (TSP) yang merupakan model yang digunakan dalam penelitian ini
dapat menghasilkan rute optimal yang penting bagi perusahaan. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk dapat
mengatur kebutuhan bahan bakar sesuai jarak tempuh dengan baik, dapat memberikan solusi rute yang optimum
dan lebih pendek, dan dapat meningkatkan kualitas pengiriman (delivery) secara tepat waktu, tepat biaya, dan
tepat tempat/tujuan.
Dengan metode TSP pada penelitian didapat jarak yang lebih pendek 33,7 KM dengan biaya bahan bakar
sebesar Rp. 25.275,00. Dimana hasil penelitian ini dapat menghemat dari biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan dan jarak yang dihasilkan lebih pendek dari jarak yang dipakai oleh PT Dakota Logistik dan
Express. Dari hasil penelitian ini perusahaan dapat menentukan berapa besar biaya bahan bakar yang
dikeluarkan sesuai dengan jarak tempuh yang dilalui oleh pengantar.
Kata Kunci : Transporting, Customer Satisfaction, Outbound Logistics, Node, Delivery, Travelling Salerman
Problem
secara geografis. Oleh karena transportasi
menciptakan kegunaan tempat dan memperbesar
kegunaan waktu, dengan kedua kegunaan tersebut
penting untuk mencapai pemasaran yang sangat
sukses yang menyebabkan biaya yang tersedia
dapat mempengaruhi keputusan bisnis.
Kegiatan transportasi memerlukan biaya
operasional yang cukup besar untuk itu diperlukan
penentuan rute yang tepat agar dapat menekan
biaya operasi seminimal mungkin. Dimana secara
teori bahwa transportasi menyerap biaya antara
sepertiga sampai duapertiga biaya logistik.
Sebagai salah satu perusahaan swasta yang
bergerak di bidang jasa pengiriman barang dan
dokumen, PT. Dakota Logistik dan Ekspres
dituntut agar dapat mengirimkan barang dan
dokumen ke seluruh daerah Bandung terutama
pada daerah Bandung Selatan. Pertimbangan biaya
bagi perusahaan ini menjadi sangat penting dalam
mengangkut barang kirimannya, dengan pemilihan
rute terpendek menjadi salah satu alternatif
pengiriman barang. Di dalam perusahaan PT
Dakota Logistik dan Ekspress sekarang ini rute
pengantaran barang diserahkan sepenuhnya kepada
I.PENDAHULUAN
Pada era globalisasi sekarang ini membuka banyak
peluang dalam setiap bidang usaha terutama dalam
bidang pendistribusian barang yang dilakukan oleh
banyak perusahaan. Saat ini jaringan jalan di kota
besar di Indonesia menghadapi permasalahan
transportasi yang sangat kritis seperti kemacetan
lalu lintas yang disebabkan oleh tingginya tingkat
pertumbuhan ekonomi dan pemilikan kendaraan
termasuk juga tingginya tingkat urbanisasi, serta
berbaurnya peranan fungsi jalan sebagai tempat
berdagang misalnya, sehingga jaringan jalan tidak
dapat berfungsi secara optimal.
Transportasi menjadi faktor utama dalam
kegunaan waktu, itu dikarenakan transportasi juga
menentukan bagaimana kecepatan dan bagaimana
suatu produk bergerak dari satu titik ke titik
lainnya. Sistem layanan transportasi terdiri atas
time in transit (perjalanan waktu), consistency of
service (kemantapan pelayanan), cost (biaya).
Hambatan dalam transportasi pemindahkan
produk-produk perusahaan untuk dipasarkan
seringkali dipisahkan oleh jarak yang sangat jauh
1
petugas pengantar untuk wilayah Bandung
Selatan.
para pengantar, perusahaan sama sekali tidak
menentukan rute mana yang harus dilalui. Dimana
dalam hal ini dapat mengkibatkan jarak yang
ditempuh dapat lebih jauh dan biaya yang
dikeluarkan untuk bahan bakar dapat lebih besar.
Metode ini sebenarnya memerlukan pemecahan
yang sangat unik di karenakan banyaknya rute yang
harus dipilih., perusahaan harus mengunjungi dan
mengevaluasi semua rute yang ada dan memilih
salah satu rute yang terpendek.
Usaha pengefisiensian dari metode transportasi
tersebut menjadi masalah yang sering dihadapi
dalam Travelling Salesman Problem (TSP). Hal itu
disebabkan untuk pencapaiaan waktu terpendek
dengan biaya yang minim petugas pengantar harus
dapat menentukan rute terpendek dari suatu tempat
dimana petugas memulai dan kembali ketempat
tersebut dengan terlebih dahulu melakukan
pengiriman ke semua lokasi tujuan yang hanya
harus satu kali dikunjungi.
Opreation Research memberikan pendekatan
dalam beberapa model transportasi yang dapat
digunakan dalam pemecahan masalah transportasi
khususnya dalam penentuan rute terpendek
Travelling Salesman Problem, dengan metode
Branch and Bound. Dengan cara ini dapat
memberikan solusi nyata dan efektif untuk
persoalan yang rumit dan penentuan rute terpendek,
termasuk juga penentuan rute antaran barang yang
dilakukan oleh PT. Dakota Logistik dan Ekspres
karena metode ini memiliki prosedur yang
sederhana dan mempunyai formulasi masalah yang
fleksibel dan mudah untuk diterapkan.
II. LANDASAN TEORI
2.1. Konsep Umum Transportasi
Transportasi berasal dari bahasa latin yang
mempunyai arti Transportare dimana kata Trans
berarti sebelah lain dan portare mengangkat atau
membawa. Jadi secara umum transportasi
mempunyai arti mengangkat atau membawa
ketempat lain atau dari satu tempat ke tempat
lainnya. Maka dari itu tranportasi dapat
didefinisikan sebagai usaha membawa atau
mengangkut barang maupun penumpang dari suatu
tempat ketempat lainnya.
Suatu usaha tranportasi selalu membutuhkan
perbaikan dan pengembangan teknologi sesuai
dengan kemajuan peradaban dan teknologi
sehingga akan tercapai tingkat efisiensi yang lebih
baik,
yang
berarti
bahwa
transportasi
membutuhkan rute terpendek yang akan
mengurangi biaya transportasi tersebut. Dimana
yang termasuk biaya transportasi adalah biaya
pergerakan (genset), upah/gaji, tenaga kerja
crew/awak kapal dan pesawat serta biaya terminal
(stasiun, Pelabuhan Laut dan Terminal Bis).
2.2. Antaran (Delivery)
Jasa transportasi adalah industri jasa yang
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Intangible.
Jasa transportasi memberikan manfaat
lokasi, yang hanya dapat dirasakan, tetapi
tidak dapat dipegang atau dilihat seperti
halnya material.
b. Perishable.
Sekali jasa transportasi dipakai oleh
pelanggan maka akan selesai. Pelanggan
hanya membawa pulang kerumah berupa
“pengalaman” atau “kesan” disamping itu
“tempat duduk” dari kapal api atau
pesawat terbang hari ini tidak terjual hari
ini, dapat disimpan untuk dijual esok
harinya.
c. Immediate
Jasa trasportasi bila dibutuhkan oleh
konsumen tidak dapat di tangguhkan
terlalu lama.
d. Complex.
Kegiatan transportasi melibatkan banyak
orang, sarana, dan prasarana.
e. Amorphous.
Kualitas dari pelayanan jasa tranportasi
tidak dapat ditetapkan sesuai dengan
“harapan pengguna jasa”. Penilaian
terhadap mutu pelayanan jasa transportasi
sangat bervariasi, tergantung pada
pendapat perorangan.
1.1 Identifikas Masalah
Pencapaian dalam mengendalikan biaya akan
menjadi suatu dasar yang kuat untuk meningkatkan
kemampuan untuk bersaing dengan perusahaan lain
yang bergerak di bidang yang sama. Mengingat
pengiriman merupakan salah satu proses yang
harus memperhatikan kondisi pasar, maka PT.
Dakota Logistik dan Ekspres memperhitungkan
dengan pasti bahwa penentuan rute transportasinya
telah benar. Untuk itu penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
penentuan
rute
terpendek
pengantaran barang untuk daerah Bandung
Selatan, sehingga diperoleh jarak pengantaran
minimal ?
2. Bagaimana menghitung kebutuhan bahan bakar
dalam satu kali siklus pengantaran ?
1.2 Tujuan dan Pemecahan Masalah
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Untuk menentukan jarak tempuh terpendek
pengantaran oleh PT Dakota Logistik dan
Express di wilayah Bandung Selatan.
2. Untuk mengetahui kebutuhan bahan bakar
sesuai jarak terpendek yang ditempuh
2
semua bucak akan terkunjungi dan busur
merupakan prasarana gerakan dari suatu
bucak ke bucak lainnya.
2.3. Penentuan Rute
Penentuan rute dapat digunakan untuk
transportasi berdasarkan, jarak, waktu, dan
sebagainya. Dalam penentuan rute juga
terdapat ada beberapa antara lain kapasitas
muat, jarak tempuh, waktu tempuh dan
sebagainya. Permasalahan dalam penentuan
rute di bedakan menjadi dua yaitu :
a. Penelusuran Busur (Edge-Covering).
Yaitu dalam suatu jaringan tertentu yang
semuanya busur harus
dilalui paling
sedikit satu kali.
Menurut Ballou penelusuran bucak itu di
bagi menjadi dua dalam penentuan rute :
1). Penelusuran bucak dengan rute awal
dan akhir kunjungan bebeda.
Penelusuran rute jenis ini diawali dari
suatu bucak awal (bucak 1) lalu melalui
beberapa bucak yang terdapat dalam
suatu sistem jaringan yang berbeda
(bucak 2) serta akan diperoleh jarak
yang minimal. Masalah ini merupakan
masalah rute terpendek.
2). Penelusuran bucak dengan rute awal
dan akhir kunjungan sama.
Penelusuran jenis ini diawali dan
diakhiri pada suatu bucak yang sama
setelah terlebih dahulu melintasi semua
bucak yang ada dalam suatu sistem
jaringan sehingga diperoleh jarak yang
minimal. Masalah ini merupakan
masalah penentuan rute. Penelusuran
ini juga di bagi menjadi dua kelompok
yaitu :
(a). Pentuan rute tunggal
Yaitu mengunjungi semua bucak
dengan hanya membentuk satu
buah rute dengan menggunakan
sebuah sarana gerak dari satu
bucak ke bucak lain.
(b). Penentuan rute jamak
Yaitu mengunjungi semua bucak
dengan membuat m buah rute
dimana
nilai
m≥2
dengan
mengunakan sebuah sarana gerak
per setiap rute yang dibentuk.
Penentuan
rute
jamak
ini
mempunyai permasalahan dimana
dalam melayani suatu daerah
tertentu tidak digunakan satu
kendaraan
tetapi
dengan
mengunakan beberapa kendaraan.
Untuk hal tersebut maka dapat
kita gunakan kombinasi antara
alogaritma
rute
tunggal
(penelusuran bucak atau busur)
dengan
beberapa
metode
penentuan daerah geografis, yaitu
dengan membagi-bagi daerah
menjadi segmen-segmen yang
lebih
kecil.
Terdapat
dua
pendekatan yang dapat kita
lakukan, yaitu :
- Pendekatan “Cluster First, Route
Second”
Cara pendekatan ini dilakukan dengan
pembagian suatu daerah yang lebih kecil,
Gambar 1 Penelusuran Busur
Keterangan :
Angka diartikan bucak/node dan garis
merupakan
busur.
Pada
gambar
menunjukan bahwa pada setiap bucak yang
ada hanya dilalui paling sedikit satu kali.
Seperti dari 1 ke 3 hanya dilalui satu kali.
b. Penelusuran Node (Node-Covering).
Travelling Salesman Problem dan Vehicle
Routing Problem merupakan dasar
pemikiran dari penelusuran node. Hal ini
berarti dalam suatu jaringan tertentu
dimana semua node-node yang ada harus
disinggahi minimal satu kali.
Gambar 2 Penelusuran Node/Bucak
Keterangan :
Angka merupakan node, pada gambar
node yang ada hanya disinggahi satukali.
Dari dua penelusuran ini terdapat
perbedaan yaitu pada penelusuran busur
semua busur akan terlintas, sedangkan
bucak merupakan titik potong antara
busur, misalnya jalur 1, 3, dan 6 titik
potong busur terdapat pada bucak 3.
Sedangkan pada penelusuran bucak,
3
klasifikasi maupun karakteristik produk yang akan
didistribusikan relatif berpengaruh terhadap
elemen-elemen saluran distribusi maupun proses
distribusi produk.
Proses penentuan klasifikasi dan karakteristik
produk akan terkait secara langsung dengan proses
penentuan kebutuhan, keinginan dan prilaku para
pelaku pasar, baik pasar produsen maupun pasar
konsumen. Proses penentuan kebutuhan, keinginan
dan perilaku pelaku pasar pada dasarnya adalah
proses awal aktifitas logistic customer service.
kemudian merancang rute tunggal yang
optimal terhadap suatu daerah bagian.
- Pendekatan “Route First, Cluster
Second”
Untuk pendekatan ini terlebih dahulu
menentukan perancangan rute yang optimal
untuk
seluruh
daerah,
kemudian
membaginya ke dalam beberapa sub rute,
dimana untuk setiap sub rute akan dilayani
oleh satu atau lebih kendaraan pelayanan.
2.4. Penentuan rute angkutan
Dalam penentuan rute barang masalah yang
timbul adalah merancang rute yang optimal
sehingga diperoleh ongkos, waktu dan jarak yang
minimal dengan memperhatikan kondisi kendala
dari arus lalu lintas dan kapasitas dari kendaraan.
Secara umum tujuan dari penentuan rute ini
adalah merancang rute yang tepat selama x periode
dan dapat mencapai jarak yang ditempuh minimal
dengan ongkos transportasi yang minimal pula.
Pemasalahan ini dapat dibagi dalam tiga kelompok
:
a. Penentuan Harian
Merupakan perancangan rute angkutan
barang satu hari perjalanan, sehingga pada
perjalanan hari berikutnya harus dirancang
kembali sesuai kondisi yang terjadi saat
itu.
b. Penentuan Rute Periodik
Merupakan perancangan rute angkutan
barang pada satu periode tertentu, dimana
tidak semua konsumen dilayani pada
setiap harinya, sehingga selain merancang
rute lain juga harus ditentukan pula
terlebih dahulu konsumen yang akan
dilayani.
c. Penentuan Rute Tetap
Merupakan
rancangan
penentuan
angkutan barang yang terus berlaku pada
satu periode tertentu tanpa mengalami
perubahan.
2.6. Travelling Salesman Problem (TSP)
Travelling Salesman Problem merupakan
suatu masalah yang dihadapi oleh seorang
“Salesman” dalam mencari alternatife rute
terpendek untuk mengunjungi tempat-tempat yang
ditentukan, dimana mereka hanya mulai dan
kembali dalam tempat yang sama serta hanya
mengunjungi tempat-tempat tersebut satu kali.
2.7. Model-model dari Travelling Salesman
Problem
a. Model Depot Tunggal
Merupakan suatu masalah yang berhubungan
dengan kunjungn seorang salesman satu kali
ke setiap lokasi dalam suatu wilayah kerjanya
sebelum dia kembali ke lokasi asal, sehingga
akan didapat lintasan kerja yang minimal.
b. Model Depot Jamak (m-TSP)
Merupakan suatu masalah dari bentuk
pelayanan yang terdiri atas beberapa fasilitas
pelayanan untuk melayani fasilitas-fasilitas
yang telah ditentukan guna menentukan
jumlah fasilitas yang harus ditempatkan dan
biasanya telah ditetapkan terlebih dahulu.
Penetapan jumlah fasilitas dapat dilakukan
dengan berbagai cara dan perhitungan
2.8.
Metode-metode Pemecahan Traveling
Salesman Problem
a. Teknik Eksak (Meteode Optimasi)
Teknik
ini
memiliki
jaminan
menemukan solusi optimal tetapi
memerlukan banyak langkah-langkah
pengerjaan
dalam
melakukan
perhitungan untuk ukuran yang besar.
b. Teknik
Pendekatan
(Metode
Heuristik)
Teknik ini paling sering dipergunakan
untuk pemecahan masalah transportasi
karena waktu pengerjaan yang sangat
singkat dan langkah-langkah pengerjaan
dalam perhitungan sederhana, namun
tidak selalu memberikan jaminan
menemukan solusi optimal.
2.5. Pengertian distribusi
Menurut Philip Kotler pada dasarnya
distribusi dapat diartikan sebagai “ suatu sistem
panyaluran barang atau jasa melalui jalur dimana
suatu kepemilikan atas barang atau jasa mengalir
dari producers sampai dengan konsumen,
kompleksitas jalur sangat tergantung dari
banyaknya
intermediaries
yang
terlibat”.
Terbangunnya kopetensi inti dari setiap daerah atau
wilayah. Aliran barang tersebut memerlukan
saluran pemasaran maupun saluran distribusi, agar
proses pendistribusian dapat berlangsung secara
terarah dan lancar.
Didalam saluran distribusi, elemen-elemen
yang membangun mata rantai distribusi relatif
dipengaruhi oleh klasifikasi maupun karakteristik
produk yang didistribusikan. Proses penentuan
4
III. ANALISIS TRAVELLING SALESMAN
PROBLEM
solar, dengan biaya operasional sebesar Rp
29.565,00
3.1 Rute Pengiriman Wilayah Bandung Selatan
Dari data pengiriman barang dan dokumen
yang dilakukan oleh PT Dakota Logistik dan
Express, penulis dapat mengetahui tujuan-tujuan
mana saja yang sering dikunjungi dari awal
keberangkatan sampai kembali lagi ke awal tempat
keberangkatan ialah :
1. PT. Dakota Logistik dan Ekspress ( Jl.
Srimahi Baru).
2. Leuwi Anyar.
3. Jl. Peta
4. Kopo Permai
5. Taman Kopo.
6. Soreang.
7. Ketapang.
3.3. Pengolahan Data
Dari pengumpulan data diatas akhirnya
penulis dapat melakukan pengolahan terhadap datadata tersebut dan diharapkan hasil dari pengolahan
data ini dapat memenuhi tujuan dari penelitian ini.
Metode yang digunakan dalam penentuan
rute terpendek ini adalah Travelling Salesman
Problem. Sedangkan dalam penelusuran rute yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelusuran
bucak / node dengan rute awal dan akhir kunjungan
sama. Dengan demikian menyatakan bahwa
penelusuran rute menekankan tercapainya lokasilokasi tujuan yang ada pada suatu wilayah harus
dapat disinggahi minimal satu kali setelah itu
kembali lagi ke rute awal. Pada pengolahan data ini
penulis menggunakan software WinQSB dengan
metode Branch and Bound untuk dapat
memudahkan dalam perhitungan dan penentuan
rute berdasarkan jarak terpendek.
Dari keterangan diatas tersebut akan terlihat
tahapan pengiriman barang atau dokumen sehingga
akan membentuk suatu rute pengiriman yang
dilalui oleh PT Dakota Logistik dan Express.
Dibawah ini adalah gambaran tentang rute tetap
yang dilalui oleh curreir PT Dakota Logistik dan
Express dalam pengiriman barang atau dokumen.
3.4. Penentuan Rute
Dalam penentuan rute dengan menggunakan
model traveling salesman problem, tujuan dari
pengantaran disebut sebagai node. Dari data di atas
dapat deiketahui node yang akan dikunjungi adalah
:
Node 1 PT. Dakota Logistik dan Ekspress (Jl.
Srimahi Baru)
Node 2 Jl. Leuwi Anyar
Node 3 Jl. Peta
Node 4 Kopo Permai
Node 5 Taman Kopo
Node 6 Soreang
Node 7 Ketapang
Setelah melakukan penelitian terhadap rute
dan jarak yang ditempuh pada node-node tersebut
penulis dapat mengetahui adanya jalan serta jarak
alternatife yang dapat dilalui. Jarak alternatif
tersebut dapat dilihat pada table sebagai berikut :
3.2. Biaya Bahan Bakar
Biaya bahan bakar yang dikeluarkan oleh PT
Dakota Logistik dan Express sebesar Rp.
30.000/hari. Dimana pengantaran menggunakan
mobil truck box yang berkapasitas 1 KM sama
dengan 0.16 liter solar, dan untuk jarak 6 KM sama
dengan 1 liter solar. Dibawah ini menunjukkan
jumlah bahan bakar yang dikeluarkan oleh PT
Dakota Logistik dan Express dalam satu kali
pengiriman dan harga solar per liter sebesar
Rp.4.500,00
Tabel 1 Jumlah Biaya BBM Berdasarkan rute
Tabel 2 Jarak Alternatif
Dari table di atas dapat diketahui bahwa jumlah
jarak yang ditempuh yang terjauh untuk
pengantaran barang atau dokumen adalah 41.93 km
dan menghabiskan bahan bakar sebanyak 6.57 liter
5
Tabel 4 Jumlah Biaya BBM Alternatif
Dari jarak alternatif yang telah dijelaskan di
atas maka, terlihat tahapan pengantaran barang atau
dokumen. Sehingga alamat tersebut akan
membentuk suatu rute alternatif yang dilalui oleh
PT Dakota Logistik dan Express.
Dari rute alternatif diatas terdapat 5 rute
alternatif yang memiliki jarak tempuh lebih pendek
dari jarak tempuh yang dipakai oleh PT Dakota
Logistik dan Express yaitu, rute alternatiF I, II, III,
IV, VI, VII, VIII, dan IX. Dari 8 rute altrernatif
tersebut rute alternatif I mempunyai jarak tempuh
terpendek dengan jarak 33.47 KM. Gambaran
tentang rute alternatif ke I sebagai berikut :
Pada penelitian ini keadaan jalan diasumsikan
berjalan dalam keadaan normal maka, penulis tidak
perlu melakukan perhitungan biaya yang
berhubungan dengan kemacetan jalan.
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis dan Pembahasan Rute Terpendek
Metode yang digunakan dalam penentuan rute
terpendek ini menggunakan metode Travelling
Salesman Problem (TSP). dimana dengan metode
ini dapat menyelesaikan variasi masalah jaringan.
Didalam penentuan rutenya PT Dakota Logistik
dan Express tidak memberikan suatu patokan
khusus rute ke node mana yang harus terlebih
dahulu dikunjungi karena didalam perusahaan ini
keputusan untuk pengiriman barang diserahkan
sepenuhnya ke currier Service.
Dari hasil pengolahan data di dapat beberapa
rute alternative yang dapat menghasilkan jumlah
jarak yang lebih pendek dari pada rute tetap yang
digunakan oleh PT. Dakota Logistik dan Express.
Dibawah ini beberapa rute alternatif yang didapat
dari penelitian oleh penulis.
Gambar 3 Rute Alternatif I
Gambar ini menjelaskan rute yang akan
dilewati pada pengiriman barang atau dokumen
oleh PT Dakota Logistik dan Express adalah . Jl.
Srimahi Baru, Jl. Peta, Kopo Permai, Taman Kopo,
Soreang, Ketapang, Leuwi Anyar dan kembali lagi
ke Jl. Srimahi Baru. Dengan jarak antar node
sebagai berikuit :
Tabel 5 Alternatif Rute Pengiriman
Table 3 Jumlah Jarak Antar Node Alternatif
4.2.2. Perhitungan Biaya Bahan Bakar.
Biaya BBM untuk pengiriman barang atau
dokumen untuk wilayah Bandung Selatan dengan
menggunakan rute alternatif Ke I :
Dengan beberapa alternatif rute ini didapat
bahwa PT. Dakota Logistik dan Express dapat
menggunakan beberapa alternatif rute yang
menghasilkan jarak tempuh yang lebih pendek dari
rute yang dipakai oleh perusahaan. Penentuan rute
terpendek
pengantaran khususnya
wilayah
Bandung Selatan ini diharapkan dapat memberikan
suatu pengefisiensian dari biaya bahan bakar yang
6
Tabel 6 Biaya BBM Alternatif
dikeluarkan oleh PT. Dakota Logistik dan Express.
Salah satu keakurat penentuan rute terpendek ini
yaitu dengan pengukuran jarak antar node dengan
melakukan penelusuran secara langsung ke jalan,
dimana terdapat banyak jalan-jalan alternatif yang
dapat digunakan.
Penelusuran rute dalam penenlitian ini yaitu
dengan menggunakan penelusuran bucak/node
dengan rute awal dan akhir kunjungan yang sama.
Dimana dalam penelusuran rute ini menekankan
tercapainya lokasi tujuan-tujuan yang ada pada
suatu wilayah harus dapat disinggahi minimal satu
kali dan setelah itu kembali lagi ke rute awal.
Dalam penentuan rute alternative untuk
pengantaran PT. Dakota Logistik dan Express
khususnya wilayah Bandung Selatan harus
mempertimbangkan
beberapa
faktor
yang
mempengaruhinya seperti kondisi jalan, lebar jalan,
tingkat kepadatan arus lalulintas dan lain-lainnya.
Dengan alternatife rute yang di teliti oleh penulis
PT Dakota Logistik dan Express dapat memilih
beberapa rute alternatif yang ada dimana pada rute
alternatif I, II, III, IV, VI, VII, VIII, dan IX
memiliki jarak tempuh yang lebih pendek
dibandingkan dengan rute yang digunakan oleh
perusahaan. Tetapi hanya rute alternatif pertama
yang mempunyai jarak terdekat yang melewati rute
Jl. Srimehi Baru, Jl, Peta, Kopo Permai, Taman
Kopo, Soreang, Ketapang, Leuwi Anyar dan
kembali lagi ke Jl, Srimahi Baru.
Untuk penghitungan bahan bakar ini
menggunakan mobil truck box yang mempunyai
kapsitas 1 : 6, yaitu untuk 6 KM jarak
menghabiskan 1 Ltr solar sedangkan untuk 1 KM
jarak tempuh menghabiskan 0.16 Ltr solar. Dengan
perusahaan PT Dakota Logistik dan Express
menggunakan rute alternatif I yang merupakan
final solution, dimana mempunyai jarak tempuh
sepanjang 33.70 KM dengan rute Jl. Srimahi Baru,
Jl. Peta, Kopo Permai, Taman Kopo, Soreang,
Ketapang Leuwi Anyar lalu kembali lagi ke Jl.
Srimahi Baru. Rute tersebut menghabiskan bahan
bakar sebanyak 5.62 Ltr solar yang berarti, bahwa
biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 25.275,00.
Dari hasil perhitungan diatas dapat ditentukan
bahwa sebaiknya PT Dakota Logistik dan Express
memberikan biaya untuk bahan bakar sesuai
dengan berapa jauh jarak yang ditempuh dalam
pengiriman barang atau dokumen.
4.2. Analisis dan Pembahasan Biaya Bahan
Bakar
Metode Travelling Salesman Problem dalam
menentukan rute terpendek yang digunakan dapat
juga mempengaruhi penggunaan bahan bakar
apabila dalam perhitungannya menggunakan satuan
jarak seperti meter dan kilometer. Dari
pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis
perusahaan PT Dakota Logistik dan Express ini
memberikan biaya BBM dalam sehari sebasar
Rp.30.000, 00 dimana dengan biaya sebesar ini
dengan jarak tempuh dari rute yang dilewati oleh
currier yaitu Jl. Srimahi Baru, Leuwi Anyar, Jl.
Peta, Kopo Permai, Taman Kopo, Soreang dan
Ketapang, dalam sehari sepanjang 41,93 KM biaya
tersebut terlalu besar dikeluarkan untuk bahan
bakar. Dengan total jarak yang ditempuh sebesar
41,93 KM ini hanya memerlukan bahan bakar solar
sebanyak 6.57 Ltr dengan biaya Rp. 31.448,00
Sedangkan dengan menggunakan alternatif
rute yang dihitung oleh penulis perusahaan dapat
menghemat pengeluaran.
KESIMPULAN
1. Rute pengiriman barang yang selama ini dilalui
oleh PT Dakota Logistik dan Express ke
customer tetap di wilayah Bandung Selatan
dalam satu kali pengiriman setiap harinya
adalah : Srimahi Baru – Leuwi Anyar – Jl. Peta
– Kopo Permai – Taman Kopo – Soreang –
Katapang. Dengan total jarak 41,93 km dan
menghabiskan biaya bahan bakar Rp
31.448,00,-.
2. Rute pengiriman barang yang didapatkan
dengan menggunakan metode Travelling
Salesman problem (TSP) dalam satu kali
pengiriman setiap harinya adalah : Srimahi
Baru – Peta - Kopo Permai - Taman Kopo –
Soreang – Ketapang - Leuwi Anyar. Dengan
total jarak 33,70 km, dan menghabiskan biaya
bahan bakar Rp 25.275.00
3. Dari perhitungan pada bab sebelumnya metode
Travelling Salesman Problem (TSP) ini sangat
sesuai untuk diterapkan oleh PT Dakota
Logistik dan Express mengingat Perusahaan
Courier Service ini merupakan perusahaan yang
7
bergerak di bidang jasa pengiriman dan
pengantaran barang. Penggunaan metode ini
dapat menentukan jarak yang paling pendek,
dan dapat menekan biaya bahan bakar.
SARAN
1. Apabila memungkinkan, sebaiknya selain
berdasarkan
rutinitas
pekerjaan
dalam
penentuan rute pengiriman barang ke customer
tetap di wilayah Bandung Selatan, Perusahaan
juga dapat mempertimbangkan metode-metode
yang dapat memberikan nilai tambah dari hasil
pengiriman tersebut. Metode tersebut dapat
dijadikan sebagai bahan perbandingan oleh
perusahaan. Salah satu cara dalam pemilihan
rute, metode Travelling Salesman Problem
(TSP) dapat dijadikan model pemecahan
masalah.
2. Dikarenakan PT Dakota Logistik dan Express
bergerak di bidang jasa pengiriman dengan
tujuan ketepatan waktu penerimaan barang ke
tangan konsuman dan berhubungan dengan
masa olah, maka lebih baik dalam pengiriman
barang menerapkan perhitungan metode
Travelling
Salesman
Problem
(TSP)
berdasarkan jarak terpendek dan biaya yang
minimum, yaitu melalui : Srimahi Baru, Jl.
Peta, Kopo Permai, Taman Kopo, Soreang,
Ketapang, Leuwi Anyar. Dengan total jarak
33,70 km, dan menghabiskan biaya Rp
25.275,00 sehingga dengan rute tersebut dapat
meningkatkan kepercayaan para customer.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, T.T. & Dimyati, A. 2002. Operation
Research
Model-model
Pengambilan
Keputusan. Bandung : Sinar Baru
Algensindo.
Gani, Anang. Z. 1987. The Application Of The
Interaction Theory For Solving The
Travelling Salesman Problem. Presented At
Dorsa/Tims Joint Metting San Lewis, Mo.
Hiller & Lieberman. 1986. Introduction To
Operational Research. Fourth Edition.
Holden-Day,Inc. Oakland : California.
Louriere, J.L. 1990. Problem Solving and Artifical
Intelligence. Prentice Hall.
Taha, A. Hamdy. 1996. Operational Research.
Jakarta : Binarupa Aksara.
8
MENGGUNAKAN METODE TRAVELING SALESMAN PROBLEM (TSP) DI PT. DAKOTA
LOGISTIK DAN EKSPRESS
I Wayan Kemara Giri
Program Studi DIII Jurusan Logistik Bisnis Politeknik Pos Indonesia
Jl. Sari Asih 54 Bandung Kode Pos 40151
Telp:022(2009570),Fax:022 (2009568)
Email : [email protected]
ABSTRAK
Secara umum operasi layanan PT Dakota Bandung yang berbasis pada sistem distribusi yaitu menyalurkan
barang dan berita dari satu tempat ke tempat lain. Sistem pelayanan tersebut terdiri atas empat proses utama
yaitu pengumpulan (collecting), pemrosesan (processing), pengiriman (transporting), dan pengantaran
(delivery). Proses collecting, Transporting, processing dan delivery umumnya dilakukan oleh PT. Dakota
Logistik dan Express sendiri. Transporting dan delivery merupakan proses kerja yang membutuhkan biaya
operasional cukup besar untuk itu diperlukan penentuan rute yang tepat agar dapat menekan biaya operasional
tersebut.
Metode Travelling Salesman Problem (TSP) yang merupakan model yang digunakan dalam penelitian ini
dapat menghasilkan rute optimal yang penting bagi perusahaan. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk dapat
mengatur kebutuhan bahan bakar sesuai jarak tempuh dengan baik, dapat memberikan solusi rute yang optimum
dan lebih pendek, dan dapat meningkatkan kualitas pengiriman (delivery) secara tepat waktu, tepat biaya, dan
tepat tempat/tujuan.
Dengan metode TSP pada penelitian didapat jarak yang lebih pendek 33,7 KM dengan biaya bahan bakar
sebesar Rp. 25.275,00. Dimana hasil penelitian ini dapat menghemat dari biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan dan jarak yang dihasilkan lebih pendek dari jarak yang dipakai oleh PT Dakota Logistik dan
Express. Dari hasil penelitian ini perusahaan dapat menentukan berapa besar biaya bahan bakar yang
dikeluarkan sesuai dengan jarak tempuh yang dilalui oleh pengantar.
Kata Kunci : Transporting, Customer Satisfaction, Outbound Logistics, Node, Delivery, Travelling Salerman
Problem
secara geografis. Oleh karena transportasi
menciptakan kegunaan tempat dan memperbesar
kegunaan waktu, dengan kedua kegunaan tersebut
penting untuk mencapai pemasaran yang sangat
sukses yang menyebabkan biaya yang tersedia
dapat mempengaruhi keputusan bisnis.
Kegiatan transportasi memerlukan biaya
operasional yang cukup besar untuk itu diperlukan
penentuan rute yang tepat agar dapat menekan
biaya operasi seminimal mungkin. Dimana secara
teori bahwa transportasi menyerap biaya antara
sepertiga sampai duapertiga biaya logistik.
Sebagai salah satu perusahaan swasta yang
bergerak di bidang jasa pengiriman barang dan
dokumen, PT. Dakota Logistik dan Ekspres
dituntut agar dapat mengirimkan barang dan
dokumen ke seluruh daerah Bandung terutama
pada daerah Bandung Selatan. Pertimbangan biaya
bagi perusahaan ini menjadi sangat penting dalam
mengangkut barang kirimannya, dengan pemilihan
rute terpendek menjadi salah satu alternatif
pengiriman barang. Di dalam perusahaan PT
Dakota Logistik dan Ekspress sekarang ini rute
pengantaran barang diserahkan sepenuhnya kepada
I.PENDAHULUAN
Pada era globalisasi sekarang ini membuka banyak
peluang dalam setiap bidang usaha terutama dalam
bidang pendistribusian barang yang dilakukan oleh
banyak perusahaan. Saat ini jaringan jalan di kota
besar di Indonesia menghadapi permasalahan
transportasi yang sangat kritis seperti kemacetan
lalu lintas yang disebabkan oleh tingginya tingkat
pertumbuhan ekonomi dan pemilikan kendaraan
termasuk juga tingginya tingkat urbanisasi, serta
berbaurnya peranan fungsi jalan sebagai tempat
berdagang misalnya, sehingga jaringan jalan tidak
dapat berfungsi secara optimal.
Transportasi menjadi faktor utama dalam
kegunaan waktu, itu dikarenakan transportasi juga
menentukan bagaimana kecepatan dan bagaimana
suatu produk bergerak dari satu titik ke titik
lainnya. Sistem layanan transportasi terdiri atas
time in transit (perjalanan waktu), consistency of
service (kemantapan pelayanan), cost (biaya).
Hambatan dalam transportasi pemindahkan
produk-produk perusahaan untuk dipasarkan
seringkali dipisahkan oleh jarak yang sangat jauh
1
petugas pengantar untuk wilayah Bandung
Selatan.
para pengantar, perusahaan sama sekali tidak
menentukan rute mana yang harus dilalui. Dimana
dalam hal ini dapat mengkibatkan jarak yang
ditempuh dapat lebih jauh dan biaya yang
dikeluarkan untuk bahan bakar dapat lebih besar.
Metode ini sebenarnya memerlukan pemecahan
yang sangat unik di karenakan banyaknya rute yang
harus dipilih., perusahaan harus mengunjungi dan
mengevaluasi semua rute yang ada dan memilih
salah satu rute yang terpendek.
Usaha pengefisiensian dari metode transportasi
tersebut menjadi masalah yang sering dihadapi
dalam Travelling Salesman Problem (TSP). Hal itu
disebabkan untuk pencapaiaan waktu terpendek
dengan biaya yang minim petugas pengantar harus
dapat menentukan rute terpendek dari suatu tempat
dimana petugas memulai dan kembali ketempat
tersebut dengan terlebih dahulu melakukan
pengiriman ke semua lokasi tujuan yang hanya
harus satu kali dikunjungi.
Opreation Research memberikan pendekatan
dalam beberapa model transportasi yang dapat
digunakan dalam pemecahan masalah transportasi
khususnya dalam penentuan rute terpendek
Travelling Salesman Problem, dengan metode
Branch and Bound. Dengan cara ini dapat
memberikan solusi nyata dan efektif untuk
persoalan yang rumit dan penentuan rute terpendek,
termasuk juga penentuan rute antaran barang yang
dilakukan oleh PT. Dakota Logistik dan Ekspres
karena metode ini memiliki prosedur yang
sederhana dan mempunyai formulasi masalah yang
fleksibel dan mudah untuk diterapkan.
II. LANDASAN TEORI
2.1. Konsep Umum Transportasi
Transportasi berasal dari bahasa latin yang
mempunyai arti Transportare dimana kata Trans
berarti sebelah lain dan portare mengangkat atau
membawa. Jadi secara umum transportasi
mempunyai arti mengangkat atau membawa
ketempat lain atau dari satu tempat ke tempat
lainnya. Maka dari itu tranportasi dapat
didefinisikan sebagai usaha membawa atau
mengangkut barang maupun penumpang dari suatu
tempat ketempat lainnya.
Suatu usaha tranportasi selalu membutuhkan
perbaikan dan pengembangan teknologi sesuai
dengan kemajuan peradaban dan teknologi
sehingga akan tercapai tingkat efisiensi yang lebih
baik,
yang
berarti
bahwa
transportasi
membutuhkan rute terpendek yang akan
mengurangi biaya transportasi tersebut. Dimana
yang termasuk biaya transportasi adalah biaya
pergerakan (genset), upah/gaji, tenaga kerja
crew/awak kapal dan pesawat serta biaya terminal
(stasiun, Pelabuhan Laut dan Terminal Bis).
2.2. Antaran (Delivery)
Jasa transportasi adalah industri jasa yang
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Intangible.
Jasa transportasi memberikan manfaat
lokasi, yang hanya dapat dirasakan, tetapi
tidak dapat dipegang atau dilihat seperti
halnya material.
b. Perishable.
Sekali jasa transportasi dipakai oleh
pelanggan maka akan selesai. Pelanggan
hanya membawa pulang kerumah berupa
“pengalaman” atau “kesan” disamping itu
“tempat duduk” dari kapal api atau
pesawat terbang hari ini tidak terjual hari
ini, dapat disimpan untuk dijual esok
harinya.
c. Immediate
Jasa trasportasi bila dibutuhkan oleh
konsumen tidak dapat di tangguhkan
terlalu lama.
d. Complex.
Kegiatan transportasi melibatkan banyak
orang, sarana, dan prasarana.
e. Amorphous.
Kualitas dari pelayanan jasa tranportasi
tidak dapat ditetapkan sesuai dengan
“harapan pengguna jasa”. Penilaian
terhadap mutu pelayanan jasa transportasi
sangat bervariasi, tergantung pada
pendapat perorangan.
1.1 Identifikas Masalah
Pencapaian dalam mengendalikan biaya akan
menjadi suatu dasar yang kuat untuk meningkatkan
kemampuan untuk bersaing dengan perusahaan lain
yang bergerak di bidang yang sama. Mengingat
pengiriman merupakan salah satu proses yang
harus memperhatikan kondisi pasar, maka PT.
Dakota Logistik dan Ekspres memperhitungkan
dengan pasti bahwa penentuan rute transportasinya
telah benar. Untuk itu penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
penentuan
rute
terpendek
pengantaran barang untuk daerah Bandung
Selatan, sehingga diperoleh jarak pengantaran
minimal ?
2. Bagaimana menghitung kebutuhan bahan bakar
dalam satu kali siklus pengantaran ?
1.2 Tujuan dan Pemecahan Masalah
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Untuk menentukan jarak tempuh terpendek
pengantaran oleh PT Dakota Logistik dan
Express di wilayah Bandung Selatan.
2. Untuk mengetahui kebutuhan bahan bakar
sesuai jarak terpendek yang ditempuh
2
semua bucak akan terkunjungi dan busur
merupakan prasarana gerakan dari suatu
bucak ke bucak lainnya.
2.3. Penentuan Rute
Penentuan rute dapat digunakan untuk
transportasi berdasarkan, jarak, waktu, dan
sebagainya. Dalam penentuan rute juga
terdapat ada beberapa antara lain kapasitas
muat, jarak tempuh, waktu tempuh dan
sebagainya. Permasalahan dalam penentuan
rute di bedakan menjadi dua yaitu :
a. Penelusuran Busur (Edge-Covering).
Yaitu dalam suatu jaringan tertentu yang
semuanya busur harus
dilalui paling
sedikit satu kali.
Menurut Ballou penelusuran bucak itu di
bagi menjadi dua dalam penentuan rute :
1). Penelusuran bucak dengan rute awal
dan akhir kunjungan bebeda.
Penelusuran rute jenis ini diawali dari
suatu bucak awal (bucak 1) lalu melalui
beberapa bucak yang terdapat dalam
suatu sistem jaringan yang berbeda
(bucak 2) serta akan diperoleh jarak
yang minimal. Masalah ini merupakan
masalah rute terpendek.
2). Penelusuran bucak dengan rute awal
dan akhir kunjungan sama.
Penelusuran jenis ini diawali dan
diakhiri pada suatu bucak yang sama
setelah terlebih dahulu melintasi semua
bucak yang ada dalam suatu sistem
jaringan sehingga diperoleh jarak yang
minimal. Masalah ini merupakan
masalah penentuan rute. Penelusuran
ini juga di bagi menjadi dua kelompok
yaitu :
(a). Pentuan rute tunggal
Yaitu mengunjungi semua bucak
dengan hanya membentuk satu
buah rute dengan menggunakan
sebuah sarana gerak dari satu
bucak ke bucak lain.
(b). Penentuan rute jamak
Yaitu mengunjungi semua bucak
dengan membuat m buah rute
dimana
nilai
m≥2
dengan
mengunakan sebuah sarana gerak
per setiap rute yang dibentuk.
Penentuan
rute
jamak
ini
mempunyai permasalahan dimana
dalam melayani suatu daerah
tertentu tidak digunakan satu
kendaraan
tetapi
dengan
mengunakan beberapa kendaraan.
Untuk hal tersebut maka dapat
kita gunakan kombinasi antara
alogaritma
rute
tunggal
(penelusuran bucak atau busur)
dengan
beberapa
metode
penentuan daerah geografis, yaitu
dengan membagi-bagi daerah
menjadi segmen-segmen yang
lebih
kecil.
Terdapat
dua
pendekatan yang dapat kita
lakukan, yaitu :
- Pendekatan “Cluster First, Route
Second”
Cara pendekatan ini dilakukan dengan
pembagian suatu daerah yang lebih kecil,
Gambar 1 Penelusuran Busur
Keterangan :
Angka diartikan bucak/node dan garis
merupakan
busur.
Pada
gambar
menunjukan bahwa pada setiap bucak yang
ada hanya dilalui paling sedikit satu kali.
Seperti dari 1 ke 3 hanya dilalui satu kali.
b. Penelusuran Node (Node-Covering).
Travelling Salesman Problem dan Vehicle
Routing Problem merupakan dasar
pemikiran dari penelusuran node. Hal ini
berarti dalam suatu jaringan tertentu
dimana semua node-node yang ada harus
disinggahi minimal satu kali.
Gambar 2 Penelusuran Node/Bucak
Keterangan :
Angka merupakan node, pada gambar
node yang ada hanya disinggahi satukali.
Dari dua penelusuran ini terdapat
perbedaan yaitu pada penelusuran busur
semua busur akan terlintas, sedangkan
bucak merupakan titik potong antara
busur, misalnya jalur 1, 3, dan 6 titik
potong busur terdapat pada bucak 3.
Sedangkan pada penelusuran bucak,
3
klasifikasi maupun karakteristik produk yang akan
didistribusikan relatif berpengaruh terhadap
elemen-elemen saluran distribusi maupun proses
distribusi produk.
Proses penentuan klasifikasi dan karakteristik
produk akan terkait secara langsung dengan proses
penentuan kebutuhan, keinginan dan prilaku para
pelaku pasar, baik pasar produsen maupun pasar
konsumen. Proses penentuan kebutuhan, keinginan
dan perilaku pelaku pasar pada dasarnya adalah
proses awal aktifitas logistic customer service.
kemudian merancang rute tunggal yang
optimal terhadap suatu daerah bagian.
- Pendekatan “Route First, Cluster
Second”
Untuk pendekatan ini terlebih dahulu
menentukan perancangan rute yang optimal
untuk
seluruh
daerah,
kemudian
membaginya ke dalam beberapa sub rute,
dimana untuk setiap sub rute akan dilayani
oleh satu atau lebih kendaraan pelayanan.
2.4. Penentuan rute angkutan
Dalam penentuan rute barang masalah yang
timbul adalah merancang rute yang optimal
sehingga diperoleh ongkos, waktu dan jarak yang
minimal dengan memperhatikan kondisi kendala
dari arus lalu lintas dan kapasitas dari kendaraan.
Secara umum tujuan dari penentuan rute ini
adalah merancang rute yang tepat selama x periode
dan dapat mencapai jarak yang ditempuh minimal
dengan ongkos transportasi yang minimal pula.
Pemasalahan ini dapat dibagi dalam tiga kelompok
:
a. Penentuan Harian
Merupakan perancangan rute angkutan
barang satu hari perjalanan, sehingga pada
perjalanan hari berikutnya harus dirancang
kembali sesuai kondisi yang terjadi saat
itu.
b. Penentuan Rute Periodik
Merupakan perancangan rute angkutan
barang pada satu periode tertentu, dimana
tidak semua konsumen dilayani pada
setiap harinya, sehingga selain merancang
rute lain juga harus ditentukan pula
terlebih dahulu konsumen yang akan
dilayani.
c. Penentuan Rute Tetap
Merupakan
rancangan
penentuan
angkutan barang yang terus berlaku pada
satu periode tertentu tanpa mengalami
perubahan.
2.6. Travelling Salesman Problem (TSP)
Travelling Salesman Problem merupakan
suatu masalah yang dihadapi oleh seorang
“Salesman” dalam mencari alternatife rute
terpendek untuk mengunjungi tempat-tempat yang
ditentukan, dimana mereka hanya mulai dan
kembali dalam tempat yang sama serta hanya
mengunjungi tempat-tempat tersebut satu kali.
2.7. Model-model dari Travelling Salesman
Problem
a. Model Depot Tunggal
Merupakan suatu masalah yang berhubungan
dengan kunjungn seorang salesman satu kali
ke setiap lokasi dalam suatu wilayah kerjanya
sebelum dia kembali ke lokasi asal, sehingga
akan didapat lintasan kerja yang minimal.
b. Model Depot Jamak (m-TSP)
Merupakan suatu masalah dari bentuk
pelayanan yang terdiri atas beberapa fasilitas
pelayanan untuk melayani fasilitas-fasilitas
yang telah ditentukan guna menentukan
jumlah fasilitas yang harus ditempatkan dan
biasanya telah ditetapkan terlebih dahulu.
Penetapan jumlah fasilitas dapat dilakukan
dengan berbagai cara dan perhitungan
2.8.
Metode-metode Pemecahan Traveling
Salesman Problem
a. Teknik Eksak (Meteode Optimasi)
Teknik
ini
memiliki
jaminan
menemukan solusi optimal tetapi
memerlukan banyak langkah-langkah
pengerjaan
dalam
melakukan
perhitungan untuk ukuran yang besar.
b. Teknik
Pendekatan
(Metode
Heuristik)
Teknik ini paling sering dipergunakan
untuk pemecahan masalah transportasi
karena waktu pengerjaan yang sangat
singkat dan langkah-langkah pengerjaan
dalam perhitungan sederhana, namun
tidak selalu memberikan jaminan
menemukan solusi optimal.
2.5. Pengertian distribusi
Menurut Philip Kotler pada dasarnya
distribusi dapat diartikan sebagai “ suatu sistem
panyaluran barang atau jasa melalui jalur dimana
suatu kepemilikan atas barang atau jasa mengalir
dari producers sampai dengan konsumen,
kompleksitas jalur sangat tergantung dari
banyaknya
intermediaries
yang
terlibat”.
Terbangunnya kopetensi inti dari setiap daerah atau
wilayah. Aliran barang tersebut memerlukan
saluran pemasaran maupun saluran distribusi, agar
proses pendistribusian dapat berlangsung secara
terarah dan lancar.
Didalam saluran distribusi, elemen-elemen
yang membangun mata rantai distribusi relatif
dipengaruhi oleh klasifikasi maupun karakteristik
produk yang didistribusikan. Proses penentuan
4
III. ANALISIS TRAVELLING SALESMAN
PROBLEM
solar, dengan biaya operasional sebesar Rp
29.565,00
3.1 Rute Pengiriman Wilayah Bandung Selatan
Dari data pengiriman barang dan dokumen
yang dilakukan oleh PT Dakota Logistik dan
Express, penulis dapat mengetahui tujuan-tujuan
mana saja yang sering dikunjungi dari awal
keberangkatan sampai kembali lagi ke awal tempat
keberangkatan ialah :
1. PT. Dakota Logistik dan Ekspress ( Jl.
Srimahi Baru).
2. Leuwi Anyar.
3. Jl. Peta
4. Kopo Permai
5. Taman Kopo.
6. Soreang.
7. Ketapang.
3.3. Pengolahan Data
Dari pengumpulan data diatas akhirnya
penulis dapat melakukan pengolahan terhadap datadata tersebut dan diharapkan hasil dari pengolahan
data ini dapat memenuhi tujuan dari penelitian ini.
Metode yang digunakan dalam penentuan
rute terpendek ini adalah Travelling Salesman
Problem. Sedangkan dalam penelusuran rute yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelusuran
bucak / node dengan rute awal dan akhir kunjungan
sama. Dengan demikian menyatakan bahwa
penelusuran rute menekankan tercapainya lokasilokasi tujuan yang ada pada suatu wilayah harus
dapat disinggahi minimal satu kali setelah itu
kembali lagi ke rute awal. Pada pengolahan data ini
penulis menggunakan software WinQSB dengan
metode Branch and Bound untuk dapat
memudahkan dalam perhitungan dan penentuan
rute berdasarkan jarak terpendek.
Dari keterangan diatas tersebut akan terlihat
tahapan pengiriman barang atau dokumen sehingga
akan membentuk suatu rute pengiriman yang
dilalui oleh PT Dakota Logistik dan Express.
Dibawah ini adalah gambaran tentang rute tetap
yang dilalui oleh curreir PT Dakota Logistik dan
Express dalam pengiriman barang atau dokumen.
3.4. Penentuan Rute
Dalam penentuan rute dengan menggunakan
model traveling salesman problem, tujuan dari
pengantaran disebut sebagai node. Dari data di atas
dapat deiketahui node yang akan dikunjungi adalah
:
Node 1 PT. Dakota Logistik dan Ekspress (Jl.
Srimahi Baru)
Node 2 Jl. Leuwi Anyar
Node 3 Jl. Peta
Node 4 Kopo Permai
Node 5 Taman Kopo
Node 6 Soreang
Node 7 Ketapang
Setelah melakukan penelitian terhadap rute
dan jarak yang ditempuh pada node-node tersebut
penulis dapat mengetahui adanya jalan serta jarak
alternatife yang dapat dilalui. Jarak alternatif
tersebut dapat dilihat pada table sebagai berikut :
3.2. Biaya Bahan Bakar
Biaya bahan bakar yang dikeluarkan oleh PT
Dakota Logistik dan Express sebesar Rp.
30.000/hari. Dimana pengantaran menggunakan
mobil truck box yang berkapasitas 1 KM sama
dengan 0.16 liter solar, dan untuk jarak 6 KM sama
dengan 1 liter solar. Dibawah ini menunjukkan
jumlah bahan bakar yang dikeluarkan oleh PT
Dakota Logistik dan Express dalam satu kali
pengiriman dan harga solar per liter sebesar
Rp.4.500,00
Tabel 1 Jumlah Biaya BBM Berdasarkan rute
Tabel 2 Jarak Alternatif
Dari table di atas dapat diketahui bahwa jumlah
jarak yang ditempuh yang terjauh untuk
pengantaran barang atau dokumen adalah 41.93 km
dan menghabiskan bahan bakar sebanyak 6.57 liter
5
Tabel 4 Jumlah Biaya BBM Alternatif
Dari jarak alternatif yang telah dijelaskan di
atas maka, terlihat tahapan pengantaran barang atau
dokumen. Sehingga alamat tersebut akan
membentuk suatu rute alternatif yang dilalui oleh
PT Dakota Logistik dan Express.
Dari rute alternatif diatas terdapat 5 rute
alternatif yang memiliki jarak tempuh lebih pendek
dari jarak tempuh yang dipakai oleh PT Dakota
Logistik dan Express yaitu, rute alternatiF I, II, III,
IV, VI, VII, VIII, dan IX. Dari 8 rute altrernatif
tersebut rute alternatif I mempunyai jarak tempuh
terpendek dengan jarak 33.47 KM. Gambaran
tentang rute alternatif ke I sebagai berikut :
Pada penelitian ini keadaan jalan diasumsikan
berjalan dalam keadaan normal maka, penulis tidak
perlu melakukan perhitungan biaya yang
berhubungan dengan kemacetan jalan.
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis dan Pembahasan Rute Terpendek
Metode yang digunakan dalam penentuan rute
terpendek ini menggunakan metode Travelling
Salesman Problem (TSP). dimana dengan metode
ini dapat menyelesaikan variasi masalah jaringan.
Didalam penentuan rutenya PT Dakota Logistik
dan Express tidak memberikan suatu patokan
khusus rute ke node mana yang harus terlebih
dahulu dikunjungi karena didalam perusahaan ini
keputusan untuk pengiriman barang diserahkan
sepenuhnya ke currier Service.
Dari hasil pengolahan data di dapat beberapa
rute alternative yang dapat menghasilkan jumlah
jarak yang lebih pendek dari pada rute tetap yang
digunakan oleh PT. Dakota Logistik dan Express.
Dibawah ini beberapa rute alternatif yang didapat
dari penelitian oleh penulis.
Gambar 3 Rute Alternatif I
Gambar ini menjelaskan rute yang akan
dilewati pada pengiriman barang atau dokumen
oleh PT Dakota Logistik dan Express adalah . Jl.
Srimahi Baru, Jl. Peta, Kopo Permai, Taman Kopo,
Soreang, Ketapang, Leuwi Anyar dan kembali lagi
ke Jl. Srimahi Baru. Dengan jarak antar node
sebagai berikuit :
Tabel 5 Alternatif Rute Pengiriman
Table 3 Jumlah Jarak Antar Node Alternatif
4.2.2. Perhitungan Biaya Bahan Bakar.
Biaya BBM untuk pengiriman barang atau
dokumen untuk wilayah Bandung Selatan dengan
menggunakan rute alternatif Ke I :
Dengan beberapa alternatif rute ini didapat
bahwa PT. Dakota Logistik dan Express dapat
menggunakan beberapa alternatif rute yang
menghasilkan jarak tempuh yang lebih pendek dari
rute yang dipakai oleh perusahaan. Penentuan rute
terpendek
pengantaran khususnya
wilayah
Bandung Selatan ini diharapkan dapat memberikan
suatu pengefisiensian dari biaya bahan bakar yang
6
Tabel 6 Biaya BBM Alternatif
dikeluarkan oleh PT. Dakota Logistik dan Express.
Salah satu keakurat penentuan rute terpendek ini
yaitu dengan pengukuran jarak antar node dengan
melakukan penelusuran secara langsung ke jalan,
dimana terdapat banyak jalan-jalan alternatif yang
dapat digunakan.
Penelusuran rute dalam penenlitian ini yaitu
dengan menggunakan penelusuran bucak/node
dengan rute awal dan akhir kunjungan yang sama.
Dimana dalam penelusuran rute ini menekankan
tercapainya lokasi tujuan-tujuan yang ada pada
suatu wilayah harus dapat disinggahi minimal satu
kali dan setelah itu kembali lagi ke rute awal.
Dalam penentuan rute alternative untuk
pengantaran PT. Dakota Logistik dan Express
khususnya wilayah Bandung Selatan harus
mempertimbangkan
beberapa
faktor
yang
mempengaruhinya seperti kondisi jalan, lebar jalan,
tingkat kepadatan arus lalulintas dan lain-lainnya.
Dengan alternatife rute yang di teliti oleh penulis
PT Dakota Logistik dan Express dapat memilih
beberapa rute alternatif yang ada dimana pada rute
alternatif I, II, III, IV, VI, VII, VIII, dan IX
memiliki jarak tempuh yang lebih pendek
dibandingkan dengan rute yang digunakan oleh
perusahaan. Tetapi hanya rute alternatif pertama
yang mempunyai jarak terdekat yang melewati rute
Jl. Srimehi Baru, Jl, Peta, Kopo Permai, Taman
Kopo, Soreang, Ketapang, Leuwi Anyar dan
kembali lagi ke Jl, Srimahi Baru.
Untuk penghitungan bahan bakar ini
menggunakan mobil truck box yang mempunyai
kapsitas 1 : 6, yaitu untuk 6 KM jarak
menghabiskan 1 Ltr solar sedangkan untuk 1 KM
jarak tempuh menghabiskan 0.16 Ltr solar. Dengan
perusahaan PT Dakota Logistik dan Express
menggunakan rute alternatif I yang merupakan
final solution, dimana mempunyai jarak tempuh
sepanjang 33.70 KM dengan rute Jl. Srimahi Baru,
Jl. Peta, Kopo Permai, Taman Kopo, Soreang,
Ketapang Leuwi Anyar lalu kembali lagi ke Jl.
Srimahi Baru. Rute tersebut menghabiskan bahan
bakar sebanyak 5.62 Ltr solar yang berarti, bahwa
biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 25.275,00.
Dari hasil perhitungan diatas dapat ditentukan
bahwa sebaiknya PT Dakota Logistik dan Express
memberikan biaya untuk bahan bakar sesuai
dengan berapa jauh jarak yang ditempuh dalam
pengiriman barang atau dokumen.
4.2. Analisis dan Pembahasan Biaya Bahan
Bakar
Metode Travelling Salesman Problem dalam
menentukan rute terpendek yang digunakan dapat
juga mempengaruhi penggunaan bahan bakar
apabila dalam perhitungannya menggunakan satuan
jarak seperti meter dan kilometer. Dari
pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis
perusahaan PT Dakota Logistik dan Express ini
memberikan biaya BBM dalam sehari sebasar
Rp.30.000, 00 dimana dengan biaya sebesar ini
dengan jarak tempuh dari rute yang dilewati oleh
currier yaitu Jl. Srimahi Baru, Leuwi Anyar, Jl.
Peta, Kopo Permai, Taman Kopo, Soreang dan
Ketapang, dalam sehari sepanjang 41,93 KM biaya
tersebut terlalu besar dikeluarkan untuk bahan
bakar. Dengan total jarak yang ditempuh sebesar
41,93 KM ini hanya memerlukan bahan bakar solar
sebanyak 6.57 Ltr dengan biaya Rp. 31.448,00
Sedangkan dengan menggunakan alternatif
rute yang dihitung oleh penulis perusahaan dapat
menghemat pengeluaran.
KESIMPULAN
1. Rute pengiriman barang yang selama ini dilalui
oleh PT Dakota Logistik dan Express ke
customer tetap di wilayah Bandung Selatan
dalam satu kali pengiriman setiap harinya
adalah : Srimahi Baru – Leuwi Anyar – Jl. Peta
– Kopo Permai – Taman Kopo – Soreang –
Katapang. Dengan total jarak 41,93 km dan
menghabiskan biaya bahan bakar Rp
31.448,00,-.
2. Rute pengiriman barang yang didapatkan
dengan menggunakan metode Travelling
Salesman problem (TSP) dalam satu kali
pengiriman setiap harinya adalah : Srimahi
Baru – Peta - Kopo Permai - Taman Kopo –
Soreang – Ketapang - Leuwi Anyar. Dengan
total jarak 33,70 km, dan menghabiskan biaya
bahan bakar Rp 25.275.00
3. Dari perhitungan pada bab sebelumnya metode
Travelling Salesman Problem (TSP) ini sangat
sesuai untuk diterapkan oleh PT Dakota
Logistik dan Express mengingat Perusahaan
Courier Service ini merupakan perusahaan yang
7
bergerak di bidang jasa pengiriman dan
pengantaran barang. Penggunaan metode ini
dapat menentukan jarak yang paling pendek,
dan dapat menekan biaya bahan bakar.
SARAN
1. Apabila memungkinkan, sebaiknya selain
berdasarkan
rutinitas
pekerjaan
dalam
penentuan rute pengiriman barang ke customer
tetap di wilayah Bandung Selatan, Perusahaan
juga dapat mempertimbangkan metode-metode
yang dapat memberikan nilai tambah dari hasil
pengiriman tersebut. Metode tersebut dapat
dijadikan sebagai bahan perbandingan oleh
perusahaan. Salah satu cara dalam pemilihan
rute, metode Travelling Salesman Problem
(TSP) dapat dijadikan model pemecahan
masalah.
2. Dikarenakan PT Dakota Logistik dan Express
bergerak di bidang jasa pengiriman dengan
tujuan ketepatan waktu penerimaan barang ke
tangan konsuman dan berhubungan dengan
masa olah, maka lebih baik dalam pengiriman
barang menerapkan perhitungan metode
Travelling
Salesman
Problem
(TSP)
berdasarkan jarak terpendek dan biaya yang
minimum, yaitu melalui : Srimahi Baru, Jl.
Peta, Kopo Permai, Taman Kopo, Soreang,
Ketapang, Leuwi Anyar. Dengan total jarak
33,70 km, dan menghabiskan biaya Rp
25.275,00 sehingga dengan rute tersebut dapat
meningkatkan kepercayaan para customer.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, T.T. & Dimyati, A. 2002. Operation
Research
Model-model
Pengambilan
Keputusan. Bandung : Sinar Baru
Algensindo.
Gani, Anang. Z. 1987. The Application Of The
Interaction Theory For Solving The
Travelling Salesman Problem. Presented At
Dorsa/Tims Joint Metting San Lewis, Mo.
Hiller & Lieberman. 1986. Introduction To
Operational Research. Fourth Edition.
Holden-Day,Inc. Oakland : California.
Louriere, J.L. 1990. Problem Solving and Artifical
Intelligence. Prentice Hall.
Taha, A. Hamdy. 1996. Operational Research.
Jakarta : Binarupa Aksara.
8