PEMBELAJARAN KARAKTER BANGSA PADA MATA P

PEMBELAJARAN KARAKTER BANGSA PADA
MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
DI MADRASAH IBTIDAIYYAH
Makhrus Fauzi
Alumni FITK UIN Sunan Kalijaga
[email protected]
abstract
Moral degradation that has swept Indonesia, among others, is due to the
lack of character that many of its citizens have. Character education
learning is believed to became one of the solutions to the moral degrade
occurred in this current. Character education learning is then integrated
into subjects at all levels of education including the level of basic education
of which is Islamic Elementary School (MI). By using the subjects of
History of Islamic Culture (SKI) as a reference, the practice of this
character education learning is more to be modeling. To this end, main
figures in history is then tranformed and actualized in the real current
circumtances as a role model of the character. Accordingly, cultivation of
character in teaching the nation's character can run in maximum.
Keywords: Learning character, character, Islamic Elementary School
(MI), subjects, History of Islamic Culture (SKI)


A. Pendahuluan
Kondisi menurunnya karakter bangsa di Indonesia mengakibatkan
banyaknya fenomena degradasi moral, seperti yang terjadi di masyakarat.
Fenomena ini merupakan suatu hal yang sangat ironi yang terjadi di
Negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan. Hal semacam ini
disebabkan oleh kurangnya masyarakat dalam memaknai nilai-nilai
kebangsaan itu sendiri. Nilai kebangsaan yang tercantum dalam simbol
bangsa Indonesia yaitu “Pancasila” seolah hanya menjadi selogan dan
kurangnnya mengenal serta mengaplikasikan Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari.
Pentingnya menjaga kesatuan dan persatuan serta saling menjaga
keutuhan bangsa merupakan suatu kekuatuatan bagai bangsa itu sendiri.
Oleh karena itu suatu bangsa harus mampu mengamalkan dasar-dasar
kebangsaan. Tidak hanya menjadikannya sebagai sombol belaka namun,
harus menjadi karakter bagi warga Negara Indonesia.
Pendidikan dalam hal ini merupakan wahana yang penting yang
dimiliki oleh suatu negara untuk meningkatkan sumber daya manusia
yang dimiliki. Seperti yang tertuang di dalam undang-undang1. Di dalam

MAKHRUS FAUZI


undang-undang terseut disebutkan salah satu tujuan pendidikan
pendidikan yaitu menjadikan warga negara yang demoktatis serta
bertanggung jawab (berkarakter). Dari tujuan tersebut, pendidikan
haruslah dapat mengembangkan karakter bangsa sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional. Selain itu, pendidikan harus dapat menanamkan
karakter bangsa pada peserta didik sebagai objek dari pendidikan. Oleh
karena itu penanaman karakter bangsa menjadi salah satu hal yang perlu
dilaksanakan sebagai salah satu cara mengembangkan karakter warga
Negara Indonesia.
Pendidikan di MI tidak terlepas dari pendidikan karakter bangsa. Di
MI yang berlatar belakang pendidikan agama Islam juga membutuhkan
pendidikan karakter bangsa. Meskipun di MI sudah diajarkan dengan
pendidikan akhlaq namun pendidikan karakter bangsa juga diperlukan
agar supaya output dari MI menjadi seorang muslim yang taat dan
menjadi warga Negara yang baik.
B. Pendidikan karakter bangsa di Indonesia
1. Pendidikan Karakter
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang

lain.2 Seseorang yang berkarakter yaitu seseorang yang berkeperibadian,
berprilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak tertentu, dan watak, tabiat,
prilaku serta keperibadian tersebuat yang membedakan dirinya dengan
orang lain.
Secara terminologis Lickona mendefinisikan karakter sebagai watak
batin yang dapat diandalkan untuk menanggapi situasi dengan cara yang
baik secara moral. Karakter terdiri dari nilai operatif, nilai dalam
tindakan. Dengan demikian karakter mempunyai tiga bagian yang saling
berhubungan pengetahuan tentang kebaikan (moral knowing); komitmen
dalam kebaikan (moral feeling); dan melakukan kebaikan (moral
behavior).3Ketiga komponen tersebut saling berhubungan satu dengan
yang lain. Pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral tidak
berfungsi sebagai bagian yang terpisah namun, saling melakukan
penetrasi dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam cara apapun.
a. Nilai-nilai karakter
Pendidikan karakter di Indoneisia menurut versi Kemendiknas yang
tertuang dalam buku pengembangan pendidikan budaya dan karakter
bangsa terdapat 18 nilai karakter yang dikembangkan. Nilai-nilai yang
dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa
diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini:

1) Agama

12

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

PEMBELAJARAN KARAKTER BANGSA PADA MATA PELAJARAN
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYYAH

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu,
kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran
agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun
didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan
itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus
didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
2) Pancasila
Negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip
kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila
terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam
pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang

terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan
politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan
budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik
menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki
kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupannya sebagai warga negara.
3) Budaya
Budaya sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup
bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui
masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian
makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota
masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan
masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam
pendidikan budaya dan karakter bangsa.
4) Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan Pendidikan Nasional sebagai rumusan kualitas yang harus
dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai
satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan
nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga
negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah

sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya
dan karakter bangsa. 4
Berdasarkan keempat sumber nilai di atas, kemendiknas
mengidentifikasi sejumlah nilai untuk karakter bangsa yang berjumlah 18
point yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingian tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.5
2. Penanaman karakter

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

13

MAKHRUS FAUZI

Sekolah merupakan lembaga terdepan dalam mengembangkan
pendidikan karakter. Melalui sekolah proses pembentukan dan
pengembangan karakter siswa mudah dipantau dan diarahkan. Karakter
dibangun secara konseptual dan pembiasaan dengan menggunakan pilar

moral dan kaidah-kaidah tertentu. Anis Matta menyebutkan baberapa
kaidah dalam membentuk karakter sebagai berikut:
1) Kaidah kebertahapan
Proses pembentukan dan pengembangan karakter harus dilakuakn
secara bertahap. Seseorang tidak dapat dituntut untuk berubah secara
tiba-tiba namun, ada tahapan-tahapan. Orientasi kegiatan ini terletak
pada proses bukan pada hasil. Proses pendidikan adalah lama namun,
hasilnya paten.
2) Kaidah kesinambungan
Seberapapun kecilnya porsi latihan yang terpenting adalah
kesinambungannya. Proses inilah yang nantinya akan membentuk rasa
dan wara berpikir seseorang yang akan menjadi kebiasaan dan seterusnya
menjadi karkater.
3) Kaidah momentum
Menggunakan berbagai momentum pristiwa sebagai sarana
pendidikan dan latihan. Misalnya menggunakan bulan Ramadhan
mengembangankan sifat sabar, kemauan yang kuat, kedewasaan dan
sebagainya.
4) Kaidah motivasi instrinsik
Karakter yang kuat akan terbentuk sempurna jika dorongan yang

menyertainya benar-benar lahir dari dalam diri sendiri. Pendidikan harus
menanamkan motivasi atau kegigihan yang kuat dan tulus serta
melibatkan aksi fisik yang nyata.
5) Kaidah pembimbingan
Dalam kaidah ini pembentukan karakter tidak dapat dilakuka tanpa
seorang guru atau pembimbing. Kedudukan seorang guru yaitu membantu
dan mengevaluasi perkembangan seeorang. Guru juaga berfungsi sebagai
unsur perekat, tembat bercerita, dan sarana tukar piker bagi seseorang
yang dibimbingnya. 6
Tinjauan mengenai karaker berdasarkan ilmu akhlak diungkapkan
bahwa tindakan dan perbuatan manusia yang memiliki corak yang
berbeda antara satu dengan yang lain, pada dasarnya merupakan akibat
pengaruh dari dalam diri manusia dan dari luar diri. Faktor-faktor
tersebut yaitu:

14

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

PEMBELAJARAN KARAKTER BANGSA PADA MATA PELAJARAN

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYYAH

a. Faktor insting (naluri), yaitu aneka corak refleksi sikap, tindakan, dan
perbuatan manusia dimotivasi oleh kehendak dari dalam diri
seseorang.
b. Adat atau kebiasaan, yaitu setiap tindakan dan perbuatan seseorang
yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama
sehingga menjadi kebiasaan.
c. Keturunan, secara tidak langsung atau tidak langsung faktor keturunan
mempengaruhi pembentukan karakter atau sikap seseorang.
d. Miliu atau lingkungan, merupakansalah satu faktor yang ilut
memberikan kontribusi dalam terbentukanya corak sikap dan tindakan
seseorang yaitu faklor lingkungan. Lingkungan di sinni ada dua yaitu
lingkungan alam dan lingkungan pergaulan.7
C. Pembelajaran SKI di MI
1. Mata pelajaran SKI
Mata pelajaran SKI merupakan suatu pelajaran yang mempelajari
catatan perkembangan perjalanan muslim dari masa ke masa dalam
beribadah, bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan
sistem kehidupan atau menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi oleh

akidah. 8 Dalam mata pelajaran ini banyak hal-hal yang dipelajari.
Secara substansial, mata pelajaran SKI memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai
kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk
sikap, watak, dan kepribadian peserta didik. Tujuan pembelelajaran SKI
antara lain:
a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari
landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah
dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan
kebudayaan dan peradaban Islam.
b. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan
tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini,
dan masa depan.
c. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara
benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap
peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di
masa lampau.
e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah

dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh
berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya,

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

15

MAKHRUS FAUZI

politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan
kebudayaan dan peradaban Islam.9
Ruang lingkup Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah Ibtidaiyah
meliputi:
a. Sejarah masyarakat Arab pra-Islam,
kerasulan Nabi Muhammad SAW.

sejarah

kelahiran

dan

b. Dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, yang
meliputi
kegigihan
dan ketabahannya
dalam
berdakwah,
kepribadian Nabi Muhammad SAW, hijrah Nabi Muhammad SAW
ke Thaif, peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
c. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Yatsrib, keperwiraan
Nabi Muhammad SAW, peristiwa Fathu Makkah, dan peristiwa akhir
hayat Rasulullah SAW.
d. Peristiwa-peristiwa pada masa khulafaurrasyidin.
e. Sejarah perjuangan Wali Sanga. 10
Berdasarkan ruang lingkup yang telah dipaparkan di atas,
didapatkan bahwa mata peajaran SKI di MI lebih mudah dalam
melaksanakan pembelajaran karakter bangsa. Hal ini dikarenakan dalam
mata pelajaran SKI di MI berfokus pada figure Nabi Muhammad SAW dan
Sahabat-sahabatnya serta tokoh-tokoh yang dapat dijadikan sebagai
teladan dalam pembelajaran karakter bangsa.
1. Pembelajaran SKI di MI
2. Proses pembelajaran SKI meliputi perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajarn dan evaluasi pembelajaran. Pada tahap
perencanaan pembelajaran guru memilih metode pembelajaran yang
sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan mencantumkan
beberapa karkater ke dalam RPP untuk diterapkan dalam
pembelajaran. Metode yang dipilih oleh guru ketika melakukan proses
pembelajaran harus dapat memudahkan guru dalam penyampean
materi dan penanaman karakter dalam pembelajaran yang beruatan
karakter.
3. Pada tahap pelaksanaan guru menggunakan berbagai metode untuk
membentuk karakter siswa yaitu dengan menggunakan metode
modeling denga menjadikan Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan
juga tokoh-tokoh Islam, seta guru sebagai figur yang menjadi teladan
dalam pembentukan karakter. Pada saat berlangsungnya pembelajaran
SKI, guru menceritakan bagaimana kisah Nabi Muhammad SAW.
Dalam kisah yang diceritakan, guru menitiberatkan pada karakterkarakter yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW. 11

16

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

PEMBELAJARAN KARAKTER BANGSA PADA MATA PELAJARAN
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYYAH

Menggunakan metode cramah, Tanya jawab dan diskusi untuk
mengeksplorasi pengetahuan dan kemampuan yang dimilki oleh anak,
serta menggunakan pendekatkata saintific sehingga dalam proses
pembelajaran lebih menekankan pada keaktifan siswa sehingga mudah
dalam pembentukan karakter siswa.
4. Pada proses evaluasi guru menggunakan penilaian yang mencakup
semua aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam
penilaian karkater bangsa terlihat
D. Pembelajaran Karakter Bangsa di MI dengan Referensi Mata
pelajaran SKI
Proses pembelajaran karakter bangsa merupakan suatu proses
penyampaian pengetahuan tentang karakter bangsa dan juga proses
penanaman karakter pada diri peserta didik. Pada proses ini, peserta didik
yang dihadapi yaitu pendidikan anak ibtidaiyah (setingkat sekolah dasar)
yang sangat tergantung pada sosok yang dapat dijadikan sebagai model
atau teladan. Pembelajaran karakter bangsa di MI berbeda dengan
pembelajaran karakter bangsa di SD. Pada satuan pendidikan madrasah,
pendidikan karakter bangsa langsung atau tidak langsung sudah
diintegrasikan dengan mata pelajaran agama yang khas di Madrasah,
seperti aqidah akhlaq, al-Quran Hadis, dan SKI. Oleh karena itu,
pendidikan di Madrasah dapat dibilang lebih mudah dalam proses
pembentukan karakter bangsa.
SKI merupakan salah satu mata pelajaran khas Madrasah
khususnya di MI. Mata pelajaran SKI MI mencakup sejarah peradaban
Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW.
Selan itu , mencakup tentang sakwah Nabi Muhammad SAW dan para
Sahabatnya yang meliputi kegigihan dan ketabahannya
dalam
berdakwah, kepribadian Nabi Muhammad SAW, hijrah Nabi
Muhammad SAW ke Thaif, peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Yatsrib, keperwiraan Nabi
Muhammad SAW, peristiwa Fathu Makkah, dan peristiwa akhir hayat
Rasulullah SAW, peristiwa-peristiwa pada masa khulafaurrasyidin serta
sejarah perjuangan Wali Sanga. Dari cakupan materi yang ada di SKI MI
hal ini sangat mudah melakukan pembelajaran karakter bangsa.
Metode dalam melasanakan pembelajaran karakter bangsa di MI
untuk mata pelajaran SKI lebih menekankan pada metode modelling dan
cramah. Dalam modeling guru menggunakan figure yang dapat dijadikan
teladan, hal ini menggunakan Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan
wali songo menjadi sosok yang dijadikan teladan bagi peserta didik. Hal
ini dapat dilakukan dengan mengkombinasikan kisah-kisah kegigihan,
ketabahan serta kepahlawanan Nabi Muhammad, para sabat, dan para

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

17

MAKHRUS FAUZI

wali songo. Selain itu modeling juga dapat dilakukan oleh guru saat
menjelaskan pembelajaran karakter.
Dalam pembelajaran karakter bangsa melalui mata pelajaran SKI
peserta didik diajak untuk untuk mengetahui bagaiman karakter-karakter
baik dengan cara disuguhkan dengan kisah-kisah kepahlawanan dan
figure yang dijadikan sebagai teladan serta dicontoh dalam kehidupan
sehari hari. Setelah peserta didik mengeetahui karakter-karakter yang
telah mereka dapat dari materi SKI, peserta didik terus diajrakan
bagaiman menerapkan karakter tersebut dalam kehidupan sehari hari
muali dari hal-hal sederhana yang dilakukan di lingkungan sekolah
sebagai basis penanaman karakter di sekolah.
Catatan Akhir
1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional
2 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), edisi ketiga, hlm. 529.
3 Thomas Lickona, Education For Character: How Our School Can Teach
Respect And Responsibility, Penerjemah Juma Abdul Wamoungo (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), hlm 81-82
4 Said hamid Hasan, Dkk, Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter
Bangsa (Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, 2010) hlm 7-8
5 Suyadi, Strategi Pembelajaran Karakter…, hlm. 8-9
6 Sri Narwanti, Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk
Karakter Dalam Mata Pelajaran, (Yogyakarta: Familia, 2011) hlm. 6-7.
7 Zubaidi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasi dalam Lembaga
Pendidikan, (Jkarta: Kencana, 2011) hlm. 177-183.
8 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 000912 Tahun 2013
Tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa
Arab
9 Ibid.
10 Ibid.
11 Proses pembelajaran SKI di MI Ma’arif Giriloyo 1 kelas IV

Daftar Pustaka
Abdurrahman Dudung. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Kurnia
Kalam Semesta, 2003.
Baswedan Anies. Merajut Tenun Kebangsaan. 2014. Diakses pada tanggal
02 Desember 2014 dari http://dikdas.kemdikbud.go.id/index.php/
merajut-tenun-kebangsaan/.
Daradjat Zakiah. Membina Nilai-nilai Moral Di Indonesia. Jakarta: Bulan
Bintang, 1977.
Fokus

Indosiar diakses pada tanggal 17 Juni 2015 dari
http://www.indosiar.com/fokus/empat-orang-tewas-enam-wargadiperiksa_69669.html

Hasan Said Hamid, Dkk. Pengembangan Pendidikan Budaya Dan
Karakter Bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, 2010.

18

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

PEMBELAJARAN KARAKTER BANGSA PADA MATA PELAJARAN
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYYAH

Kompas.
Diakses
pada
tanggal
17
Juni
2015
dari
http://regional.kompas.com/read/2012/08/26/17193393/Bentrok.
di.Sampang..Satu.Tewas.dan.Lima.Luka.
Lickona Thomas. Character Matter penerjemah Juma Abdu Wamaungo
dan jean Antunes Rudolf Zein. Jakarta. Bumi Aksara, 2012..
_______________. Education For Character: How Our School Can
Teach Respect And Responsibility, Penerjemah Juma Abdul
Wamoungo. Jakarta: Bumi Aksara.
Mattew Milles B. dan Huberman A, Michael. Analisa Data Kualitatif:
terjemah Rohindi. Jakarta: UI Press, 1992.
Mulyasa. Manajemen Pendidikan karakter. Jakarta: Bumi aksara, 2013.
Narwanti Sri. Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk
Karakter Dalam Mata Pelajaran. Yogyakarta: Familia, 2011.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 000912 Tahun 2013
Tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Dan Bahasa Arab.
Samani Muchlas dan Haryanto. Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012.
Sanjaya Wina. Penelitian Pendidiakan. Jakarta: Kencana, 2013.
Saputro Soenarto. dkk. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta:
PGMI, 2012.
Setyawan Davit, Kasus Kekerasan Siswa SD di Bukittinggi Diduga Efek
Game
dan
Film
kekerasan.
Diakses
dari
http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-kekerasan-siswa-sd-dibukittinggi-diduga-efek-game-dan-film-kekerasan/ pada tanggal 16
Juni 2015.
Soehadha, Moh. Metodelogi Penelitian Sosial Kualitatif Untuk Study
Agama, Yogyakarta: Suka Press, 2012..
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2011.
Suyadi. Strategi Pembelajaran Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013.
Suyitno Imam. Wawasan Kebangsaan: Nilai-Nilai Persahabatan Dan
Hidup Harmonis (Pendidikan Karakter Sebagai Wahana
Pembentukan Identitas Bangsa Di Tengah Arus Globalisasi).
dikses
pada
tanggal
20
Januari
2015
dari
http://lkpm.unm.ac.id/portal/wp-content/uploads/2012/
12/makalah-wawasan-kebangsaan-Pendd-Karakter-UNM.docx

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

19

MAKHRUS FAUZI

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Widianto Djoko, Ign. Gatut Saksono. Pendidikan Karakter Berbasis
Pancasila Negara Pancasila: Agama atau sekuler; Sosialis atau
Kapitalis. Yogyakarta: Ampera Utama, 2012.
Yunus Hadi Sabari. Metodelogi Penelitian Wilayah Kontemporer.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Zubaidi. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasi dalam
Lembaga Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011.

20

Jurnal Ulumuddin Volume 6, Nomor 1, Juni 2016

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25