BESI DALAM ALQURAN Kajian tentang Proses

FESTIVAL QURANI 2018 LOMBA KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT NASIONAL BESI DALAM ALQURAN

Kajian tentang Proses Pembentukan Besi dan Keistimewaannya:

Metode Tafsir Tematik-Integrasi Sains

Oleh:

Nadyya Rahma Azhari 17105051004 Ahmad Faruq Khaqiqi

17105031002

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2018

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur terucapkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah melimpahkan segala nikamat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan sederhana ini. Tidak lupa shalawat dan salam selalu dikirimkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam yang telah membawa berbagai ilmu pengetahuan ke muka bumi ini. Sehingga dengan ilmu yang berbagai macam itu, manusia dapat hidup dan berkembang.

Terselesaikannya tulisan sederhana ini adalah sebuah nikmat yang luar biasa, mengingat tulisan ini ditulis dengan susah payah dan penuh perjuangan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyelesaian tulisan ini, dan meluangkan waktu untuk memberi saran dan masukan demi tercapainya hasil yang terbaik bagi karya tulis ini. Tulisan ini membahas tentang keistimewaan besi dalam Alquran dalam kaca mata sains. Penulis menelaah ayat-ayat yang membahas tentang besi dalam tulisan ini lalu membandingkannya dalam pandangan sains modern dengan metode tematik-integarasi. Diharapkan tulisan yang sederhana ini mampu membangkitkan semangat penelitian Alquran dalam bidang sains. Sehingga dapat memunculkan terobosan-terobosan baru yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan Islam selanjutnya.

Akhir kata, penulis ingin menyampaikan bahwa tidak ada gading yang tak retak. Tulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis menyadari bahwa banyak sekali kekurangan yang terdapat dalam penyusunan tulisan ini. Banyak hal yang harus dikaji lebih luas dan diperbaiki. Untuk itu penulis meminta saran dan kritik yang membangun demi tercapainya tulisan yang lebih baik. Wallahu’alam bishshawab.

Yogaykarta, 10 April 2018

Penulis

ABSTRAK

Besi merupakan salah satu elemen kimia yang memiliki banyak sekali manfaat bagi kehidupan manusia. Tidak hanya besi sebagai bahan tambang, tetapi juga sebagai zat besi yang membantu proses pembentukan sel darah dalam tubuh manusia. Keberadaan besi di bumi memenuhi 5% kerak bumi, dengan kata lain logam yang satu ini cukup banyak didapatkan di bumi. Hal ini seolah menunjukkan bahwa besi berasal dari bumi. Namun, sejatinya besi tidak berasal dari bumi, karena kandungan panas alami yang ada di bumi tidak mencukupi untuk membentuk suatu zat berat seperti besi. Bahkan panas matahari yang ada di tata surya kita saat ini pun belum cukup untuk menghasilkan besi. Ilmu sains modern menemukan bahwa besi dibentuk oleh suatu bintang yang panasnya empat kali panas matahari dan bukan berasal dari tata surya ditempati manusia saat ini. Bintang yang besar ini kemudian terus mengalami pemanasan hingga meledak atau yang lebih dikenal dengan

“supernova”. Ledakan inilah yang menyebar sebagai meteroit di angkasa, kemudian tertarik oleh gaya gravitasi bumi pada awal masa pembentukan bumi yang kemudian mengendap dalam lapisan kulit bumi. Fenomena alam munculnya besi ini sebenarnya telah dijelaskan di dalam Alquran secara gamblang. Bahkan salah satu surah dalam Alquran diberi nama al-Hadid yang artinya adalah besi, padahal besi hanyalah logam biasa, mengapa bukan emas yang dijadikan nama surah tersebut, dan di surah ini Allah subhanahu wata'ala telah menjelaskan proses adanya besi di bumi. Dalam Surah Al-Hadid ayat 25 Allah subhanahu wata'ala menggunakan kalimat wa anzalnaa al-hadiida yang jika diartikan “Dan Kami telah menurunkan besi”. Namun kebanyakan ulama hanya menerjemahkan atau menafsirkan dengan kata “menciptakan” untuk menunjukkan keagungan Allah subhanahu wata'ala . Padahal jika dirujuk kembali pada makna asalnya, kata anzala memiliki arti “menurunkan”. Dari pemaknaan inilah dapat ditarik kesimpulan bahwa Allah subhanahu wata'ala telah lama menjelaskan perihal pembentukan besi, hanya saja penjelasan semacam ini tidak ditemukan dalam literatur tafsir klasik karena kurangnya sumber dan penelitian yang dapat dijadikan rujukan dalam penafsiran yang berbasis ayat kealaman, sehingga dibutuhkan penelitian lebih

lanjut. Selain itu, ulama tafsir klasik cenderung menafsirkan kata al-hadiida dengan alat-alat perang. Kekurangan penafsiran tentang kata tersebut menjadi pertanyaan dikalangan cendekiawan tentang alasan Allah subhanahu wata'ala menjadikan besi sebagai sebuah contoh dalam Alquran dan mengabadikannya menjadi salah satu nama surah. Tentunya ada alasan spesifik atau pun keistimewaan tertentu dari benda ini yang menjadi alasan pengibaratan. Dalam penulisan paper ini, penulis akan menggunakan metode kajian tematik-integrasi sains. Mengumpulkan data- data pokok dari kitab tafsir klasik maupun kontemporer yang membahas tentang proses pembentukan besi dan keistimewaannya yang menjadi alasan dari pencantuman nama tersebut dalam Alquran. Kemudian menganalisa kitab-kitab tersebut terkait pemaknaan kata anzala dan al-hadiida dalam Alquran dan membandingkan masing-masing kitab dengan pendekatan linguistik. Setelah itu, penulis akan membandingkan penafsiran-penafsiran tersebut dengan buku-buku sains modern tentang tema terkait. Tulisan ini diharapkan mampu menjadi sebuah penelitian berbasis sains dan Alquran yang akan memperjelas salah satu kemukjizatan Alquran. Serta sebagai pembangkit minat kajian yang berbasis sains ke-Islaman dalam memajukan ilmu pengetahuan Islam.

Key Word : Besi, Tafsir Tematik, Integrasi Sains.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Alquran merupakan kitab suci yang kompleks. Isi dari Alquran mencakup berbagai pembahasan dengan disiplin ilmu yang berbeda-beda. Namun banyaknya disiplin ilmu dalam Alquran ini kurang terekspos dengan baik. Kebanyakan pengkaji Alquran masih terfokus pada pengembangan Alquran dalam konteks ilmu agama. Kajian-kajian ini seolah mengesampingkan ilmu-ilmu lain yang terkandung dalam Alquran.

Salah satu cabang ilmu yang banyak terdapat dalam Alquran dan jarang dibahas adalah ilmu sains. Banyak ayat-ayat Alquran yang membahas tentang sains atau yang sering disebut dengan ayat-ayat kauniyyah. Ayat-ayat ini terhitung lebih dari 1000 ayat. Beberapa di antaranya berada dalam wacana pembuktian. Penafsiran yang radix tentang

ayat-ayat ini belum banyak dikembangkan. 1 Kekurangan penafsiran ini tentunya membuat perkembangan sains umat Islam mengalami stagnasi.

Ilmu sains terdiri dari beberapa ilmu dasar seperti fisika, kimia, dan biologi. Ilmu dasar tersebut sangat berperan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu sains. Di antara tiga ilmu dasar tersebut, ilmu kimia sebagai ilmu yang mengkaji materi, berperan sebagai jembatan penghubung antara dua cabang ilmu lainnya, yaitu ilmu fisika sebagai ilmu yang mempelajari energi dan ilmu biologi sebagai ilmu yang mempelajari makhluk hidup. 2

Ilmu kimia sebagai salah satu bagian dasar dari sains tentunya menjadi salah satu komponen penting. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pembahasan mengenai ilmu kimia di dalam Alquran. Salah satu contoh

1 Diana Candra Dewi, et al., Besi Material Istimewa dalam Al- qur’an, Malang: UIN- Malang Press, 2006, hlm. 4.

2 Dede Suhendar, Ilmu Kimia dalam Kaca Mata Al- qur’an: Menelusuri Mukjizat Al-Qur'an tentang Besi dan Tabel Periodik dalam Sains Kimia, Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2017, hlm. 2-3.

pembahasan tersebut adalah besi. Besi yang dalam tabel periodik memiliki nama ferrum mengandung banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Allah bahkan mencantumkan besi sebagai salah satu nama surat di dalam Alquran, yaitu Q.S. al-Hadid ayat 25:

Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul- rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.

Pada ayat di atas, terdapat kata ( ديدحلا انلزناو) yang diartikan dengan “dan Kami ciptakan besi”. Padahal kata ( لزنا) atau )انلزنا( secara literal

berarti “menurunkan”. Ulama salaf menafsirkan kata tersebut menggunakan kata “menciptakan” ditujukan untuk mengagungkan Allah. Padahal dapat ditarik pengertian yang berbeda yang mungkin diluar imajinasi mereka, jika tetap ditafsirkan secara literal.

Penafsiran kata anzalna secara literal akan menghasilkan pemaknaan yang berbeda pula. Jika penafsiran kata ini tetap digunakan sesuai dengan makna asalnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwasannya Allah subhanahu wata'ala mencoba menjelaskan proses terbentuknya besi melalui Alquran. Namun penafsiran seperti ini tidak didapatkan dalam kitab-kitab tafsir klasik. Padahal jika ayat ini diintegrasikan dengan ilmu sains, maka akan didapatkan penafsiran yang berbeda. Hal ini menjadi wajar jika melihat kondisi masa itu yang masih minim penyebaran ilmu sains.

Selain mengungkap makna dari kata anzalna, mengungkap keistimewaan besi juga menarik mengingat unsur kimia yang satu ini dijadikan salah satu nama surat di dalam Alquran. Tidak hanya nama surat, namun ada beberapa ayat dalam Alquran yang juga menyinggung permasalahan besi. Ini mengisyaratkan bahwa Allah subhanahu wata'ala sebenarnya memberikan ibrah yang harus diambil dari besi. Maka melalui paper ini, penulis akan mencoba mengintegrasikan sains modern sebagai wujud penafsiran terbaru dari Q.S. al-Hadid ayat 25 dan mengungkap keistimewaan dari besi tersebut.

B. Rumusan Masalah

Untuk memetakan pembahasan yang akan dibahas dalam paper ini, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penafsiran ulama salaf mengenai Q.S. al-Hadid ayat 25?

2. Bagaimana proses terbentuknya besi dan apa keistimewaannya menurut sains modern?

3. Bagaimana sains modern menafsirkan Q.S. al-Hadid ayat 25?

4. Bagaimana kontribusi sains Alquran terhadap peradaban Islam?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui penafsiran ulama salaf mengenai Q.S. al-Hadid ayat 25

2. Memahami bagaimana proses terbentuknya besi dan keistimewaannya menurut sains modern

3. Mengetahui penafsiran sains modern terhadap Q.S. al-Hadid ayat 25

4. Mengetahui kontribusi sains Alquran terhadap peradaban Islam

TELAAH PUSTAKA

Sebenarnya ada beberapa buku yang membahas tentang keistimewaan besi dalam Alquran. Diantaranya adalah Besi Material Istimewa dalam Al- Qur’an oleh Diana Candra Dewi, Himmatul Barroroh, dan Tri Kustono Adi. Buku ini secara spesifik membahas tentang keberadaan besi dalam Alquran. Pada pembahasan awal, buku ini mengumpulkan beberapa ayat yang mengadung kata “besi” di dalamnya. Kemudian ayat-ayat ini dijelaskan menurut ilmu sains dan diintegrasikan dengan ilmu sains. Kebanyakan dalam buku ini, penulis membahas besi dari aspek materialnya, tidak menjelaskan secara spesifik hubungan material besi terhadap tekstual ayat tersebut.

Kemudian baru-baru ini, Dede Suhendar menulis buku dengan judul Ilmu Kimia dalam Kaca Mata Al-Quran: Menelusuri Mukjizat Al-Qur'an tentang Besi dan Tabel Periodik dalam Sains Kimia . Pada awal buku ini, Dede Suhendar menjelaskan pentingnya ilmu kimia dalam Alquran. Kemudian menyebutkan peranan ilmu kimia bagi cabang ilmu sains lainnya dan menjelaskan keselarasan ilmu sains, kimia pada khususnya selaras dengan Alquran. Pada bukunya, Dede Suhendar telah menjelaskan keistimewaan besi dalam kaca mata sains modern secara gamblang. Namun buku ini lebih banyak menjelaskan keistimewaan besi dalam cara pandang ilmu sains.

Kedua buku ini telah membahas materi besi dan keistimewaannya dalam cara pandang sains modern. Namun masih sedikit membandingkannya dengan penafsiran-penafsiran Alquran mengenai ayat-ayat terkait. Pada tulisan ini penulis mencoba mengangkat penafsiran-penafsiran ulama salaf mengenai besi dan mengumpulkan ayat-ayat setema atau yang memiliki asal kata yang sama. Penafsiran ulama salaf ini berguna untuk memahami perbandingan pemahaman ayat Alquran, khususnya tentang besi sebelum dan sesudah berkembangnya ilmu pengetahuan secara global. Kelebihan tulisan ini dari karya-karya yang telah penulis sebutkan, adanya usaha membandingkan pemahaman terhadap ayat kauniyyah berdasarkan latar belakang zamannya. Sehingga tulisan ini dapat mengungkap peran sains Alquran dalam perkembangan peradaban Islam.

METODE PENULISAN

Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan secara kumulatif, karena penulisan ini penulis lakukan dengan pengumpulan data kemudian dilanjutkan dengan analisa data. Adapun jenis penelitian ini dapat digolongkan pada penelitiaan kepustakaan (library research). Penulis mengumpulkan data berupa materi dari kitab-kitab, buku, dan atikel yang terkait dengan pembahasan besi dalam Alquran.

Metode yang penulis gunakan dalam penulisan ini adalah berkiblat pada metode tematik Al-Farmawi dengan modifikasi seperlunya dan mencoba mengintegrasikannya dengan sains. Dimana metode tematik-integrasi sains ini mengumpulkan ayat-ayat Alquran atas dasar term yang sama. Ayat-ayat dengan term yang sama ini kemudian dikumpulkan dan diklasifikasi sesuai dengan penggunaan term yang benar-benar sama. Kemudian ayat tentang fenomena alam ini ditafsirkan dan dimaknai secara lingustik.

Pemaknaan term yang telah dikumpulkan dan dimaknai secara linguistik ini kemudian diintegrasikan dengan ilmu sains modern. Sehingga membentuk kombinasi penafsiran Alquran yang berbasis sains. Metode ini juga berusaha menyeimbangkan antara penafsiran Alquran dan ilmu sains sehingga bisa dijadikan model baru dalam penafsiran Alquran.

BAB II PEMBAHASAN

A. Besi dalam Alquran

1. Ayat-Ayat Alquran Tentang Besi

a. Q.S. al-Isra’ ayat 50

Katakanlah (Muhamma d): “Jadilah kamu (kaum musyrik) batu atau besi”.

b. Q.S. al-Hajj ayat 21

Dan bagi mereka cambuk-cambuk dari besi.

c. Q.S. al-Kahfi ayat 29

Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka.

d. Q.S. al-Kahfi ayat 96

“Berilah aku potongan-potongan besi”

e. Q.S. Saba ayat 11

(yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya.

f. Q.S. al-Anbiya’ ayat 80

Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu.

g. Q.S. Saba ayat 10

Dan Kami telah melunakkan besi untuknya (Daud).

h. Q.S. al-Hadid ayat 25

Dan kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan hebat dan manfaat yang banyak bagi manusia.

Diantara semua ayat yang menyebutkan tentang besi, tidak ada yang memiliki munasabah antara satu dan lainnya, karena ayat-ayat ini bukanlah ayat hukum. Penyebutan kata hadid atau kata yang semakna dengan besi jelas hanya menunjukkan arti aslinya, yaitu nama benda. Hanya satu ayat yang membahas besi secara rinci, mulai dari proses eksistensinya sampai pada sifat benda tersebut, yaitu pada Q.S. al-Hadid ayat 25 yang in syaa Allah akan kami bahas selanjutnya.

2. Istilah dalam Alquran Satu Asal Kata dengan Hadid )ديدح( Kata hadid )ديدح( dalam bahasa Arab berarti “besi”, berasal dari fi’il madhi

hadda )دددددح( yang artinya membatasi. Adapun istilah-istilah dalam Alquran

yang berasal dari kata yang sama dengan hadid, antara lain: 3

a. Haadda )داح( : menentang

1) Q.S. al-Mujadalah ayat 22

b. Yuhaadidu )دداحي( : menentang

1) Q.S. at-Taubah ayat 63

c. Yuhaadduuna )نوداحي( : mereka menentang

1) Q.S. al-Mujadalah ayat 5

2) Q.S. al-Mujadalah ayat 20

d. Huduud )دودح( : ketentuan, hukum, atau batasan

1) Q.S. al-Baqarah ayat 187, 229, dan 230

2) Q.S. an-Nisa ayat 13 dan 14

3) Q.S. at-Taubah ayat 97 dan 112

4) Q.S. al-Mujadalah ayat 4

5) Q.S. ath-Thalaq ayat 1

3 Muhammad Fuad Abdu Al Baqi, Al Mu’jam Al Mufahras li Alfazhi Al Qur’an, Al Qahirah: Dar Al Hadist, 2007, hlm. 239-240.

e. Hidaad )دادح( : yang tajam

1) Q.S. al-Ahzab ayat 19

f. Hadid )ديدح( : yang tajam

1) Q.S. Qaf ayat 22

g. Hadid )ديدح( : besi

1) Q.S. al-Kahfi ayat 96

2) Q.S. al-Isra’ ayat 50

3) Q.S. al-Hajj ayat 21

4) Q.S. Saba ayat 10

5) Q.S. al-Hadid ayat 25

Istilah dalam Alquran yang menggunakan kata seakar dengan kata hadid sebagaimana telah dipaparkan di atas memiliki pemaknaan yang bisa dihubungkan dengan kata hadid (besi), yaitu makna menentang dan makna batasan. Besi dinamakan hadid dalam bahasa Arab bukan tanpa alasan, karena besi sesuai dengan makna akar kata hadid lainnya, yaitu menentang dan membatasi. Setelah dikaji, ternyata besi adalah salah satu benda yang paling lazim digunakan untuk menentang atau melawan sesuatu dan juga dipakai untuk menegakkan hukum dan kebenaran. Sehingga dari pemetaan akar kata hadid di atas Alquran secara tidak langsung telah menjelaskan sifat dari besi, bahwa besi memiliki kekuatan yang hebat, tergantung akan digunakan untuk apa besi itu, apakah untuk kebaikan atau keburukan.

3. Penafsiran Ulama Salaf pada Q.S. al-Hadid ayat 25

a. Penafsiran Imam Jarir At-Thabari dalam Tafsir Jami’ Al-Bayan fi Ta’wil Al-qur’an

Tafsir At-Thabari merupakan salah satu kitab tafsir klasik.

Dalam menafsirkan ayat ini, Imam At-Thabari terfokus pada kata ( ِهيِف ٌديِد َدددش ٌسْأَب) dan ( ِساَّنلِل ُعِفاَنَم َو) dari pada kata ( َديِدَحْلا اَنْلزنَأ َو) . Imam At-

Thabari menafsirkan bahwa Allah telah menurunkan besi yang memiliki kekuatan yang besar, maksudnya kekuatan besar yang Thabari menafsirkan bahwa Allah telah menurunkan besi yang memiliki kekuatan yang besar, maksudnya kekuatan besar yang

Dalam penafsiran ini Imam At-Thabari juga menambahkan sebuah riwayat dari Mujahid sebagai penguat penafsirannya.

“Muhammad bin Ammar berkata kepada kami bahwa Abu ‘Ashim telah berkata bahwa ‘Isa berkata, Al-Haris telah berkata kepadaku bahwa Al- Hasan telah berkata kepadanya bahwa Waraqa’ berkata dari Ibnu Abi Nujjaih bahwa Mujahid berkata: Firman Allah subhanahu wata'ala (Dan Kami telah menciptakan besi yang memiliki kekuatan yang besar dan manfaat yang banyak bagi manusia) sebagai perisai dan senjata. Allah subhanahu wata'ala menurunkannya untuk mengetahui siapa

yang menolong (agama)-Nya .”

Dalam penafsirannya, fokus Imam At-Thabari terhadap kekuatan pada besi dan manfaatnya menunjukkan bahwa belum ada penafsiran terkait terbentuknya besi secara jelas. Hal ini semakin mempertegas gambaran keadaan penafsiran pada masa itu yang masih bertumpu pada riwayat dan penafsiran ayat-ayat Alquran dalam pemahaman seputar keagamaan saja. Ini juga menunjukkan bahwa penafsiran terkait sains belum populer, bahkan masih sangat sulit

ditemukan adanya relasi antara Alquran dan ilmu sekuler.

4 Hasil terjemah dan analisa terhadap kitab Tafsir J ami’ Al-Bayan fi Ta’wil Al-qur’an karya Imam Ath-Thabari, jilid 11, hlm. 289.

5 Imam Ibn Jarir Ath-Thabari, Tafsir Jami’ Al-Bayan fi Ta’wil Al-quran, jilid 11, Lebanon: Dar Al-Kotob Al-ilmiyah, 2009, hlm. 289.

b. Penafsiran Husain Bin Mas’ud Al-Baghawi dalam Kitab Ma’alimut Tanzil

Berbeda dengan penafsiran At-Thabari yang lebih fokus pada manfaat dan fungsi besi, Al-Baghawi setidaknya lebih banyak menjelaskan kata ( اَنْلزنَأ) . Hal ini ditunjukkan dengan adanya riwayat

dari Ibnu Umar yang disandarkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam , yaitu;

“(Dan Kami telah menurunkan besi) Diriwayatkan dari Ibnu Umar— Yang dimarfu’kan pada nabi—Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala telah menurunkan empat berkah dari langit ke bumi, yaitu; besi, api, air, dan garam. ”

Namun dalam penafsirannya, Imam Al-Baghawi menyebutkan bahwa makna dari kata ( اَنْلزنَأ) adalah ( انأددشنأ) atau ( انثدحأ) yang berarti Allah telah menciptakan atau mengeluarkan besi dari tempat-tempat

penambangan bagi manusia dan Allah telah mengajarkan cara

mengolahnya dengan wahyu. 7

Dalam menafsirkan kata ( ٌددديِد َ ددددددددش ٌسْأ َددب) , Al-Baghawi memiliki pandangan yang sama dengan At-Thabari. Al-Baghawi menafsirkan bahwa kekuatan yang terkandung dalam besi adalah pada senjata perang, yaitu alat untuk melindungi diri (perisai) dan alat untuk

memukul (senjata). Al-Baghawi juga menafsirkan manfaat besi sebagai alat atau benda olahan yang dipergunakan manusia untuk membantu

pekerjaan sehari-hari seperti pisau, kapak, dan jarum. 8

6 Husain Ibn Mas’ud Al-baghawi, Ma’alim At-tanzil, jilid 4, Saudi: Daar Taibah Li An- nasyar wa At- tauzi’, 2006, hlm. 330.

7 Hasil terjemah dan analisa terhadap kitab Ma’alimut At-tanzil karangan Imam Al- Baghawi, jilid 4, hlm. 330.

8 Hasil terjemah dan analisa terhadap kitab Ma’alimut At-tanzil karangan Imam Al- Baghawi, jilid 4, hlm. 330.

Dalam kitab tafsir ini dapat dilihat bahwasannya Al-Baghawi telah menyentuh penafsiran kata ( اَنْلزنَأ) dan memberikan riwayat yang

mendukung penafsiran tersebut. Hanya saja penafsiran kata ( ا َدددن ْددلزددنَأ) ditafsirkan berbeda dari makna asalnya, padahal riwayat yang ditemukan jelas menguatkan penafsiran kata ( اَنْلزنَأ) secara literal.

c. Penafsiran Imam Al-Qurthubi dalam Kitab Al Jami’ li Ahkami Al- Qur’an

Imam Al-Qurthubi dalam kitabnya menyajikan berbagai riwayat tentang penafsiran Q.S. al-Hadid ayat 25, diantaranya yang menjelaskan penafsiran kata anzalna adalah perkataan Ibnu ‘Abbas yang menjelaskan bahwa Allah subhanahu wata'ala menurunkan Nabi Adam ‘alaihi as salam dari surga ke bumi dibekali dengan peralatan dari besi. disebutkan dalam riwayat tersebut ada lima alat yang disertakan turunnya Nabi Adam ke bumi, yaitu as-Sindan (besi landasan), al-Kalbatan, al- Miqa’ah, al-Mithraqah (palu), dan al-Ibrah

(jarum) 9 yang semuanya merupakan peralatan dari besi, sehingga Imam Al- Qurthubi memahami kata “kami turunkan” (anzalna) adalah

turunnya peralatan besi bersama Nabi Adam ‘alaihi as salam. Adapun dalam menafsirkan kalimat ba’sun syadid Imam Al- Qurthubi memaksudkan kekuatan itu pada senjata dan perisai yang digunakan dalam peperangan. Sementara kalimat manafi’ li an-nas adalah peralatan yang mempermudah manusia melakukan sesuatu, seperti jarum dan sebagainya. Penafsiran Imam Al-Qurthubi dalam ayat ini masih terbilang cukup sempit. Meskipun beliau telah menyinggung kata “turun”, tetapi yang dimaksud adalah turunnya Nabi Adam yang dibekali peralatan dari besi.

Diluar dari ketiga mufassir tersebut, hampir semuanya sama dalam menafsirkan kata anzalna menjadi khalaqna atau ansya’na seperti Ibnu ‘Adil

9 Imam Al-Qurthubi, Al Jami’ li Ahkam Al-Qur’an, jilid 9, Lebanon: Dar Al kotob Al

Ilmiyah, 2014, hlm. 169.

Al-Hanbali, 10 ada yang menafsirkan sebagai adzharna (kami tampakkan) seperti Al-Mawardi, 11 ada yang menafsirkannya dengan ja’alna (kami jadikan)

seperti As-Samarqandi, 12 dan ada juga yang mengartikan kata itu dengan akhrajnahu min al mi’adan (kami keluarkan besi itu dari logam), yaitu Ibnu

‘Ajibah. 13 Sedangkan dalam menafsirkan kalimat ba’sun syadid dan manafi’ li an nas para mufassir relatif sama, yaitu kegunaan besi hanya sebatas peralatan

yang sering digunakan manusia dan senjata atau perisai yang digunakan dalam berperang.

B. Besi dalam Kaca Mata Sains Modern

1. Proses Terbentuknya Besi Besi yang digunakan sehari-hari oleh manusia diperoleh dari

mineral yang terdapat di alam, diantaranya adalah Hematit, Magnetit, Siderit, dan beberapa mineral lainnya. Hematit, Fe 2 O 3 , adalah yang paling tinggi kandungan besinya setelah magnetit, Fe 3 O 4 , sesuai dengan namanya

magnetit, memiliki sifat tertarik oleh magnet. 14 Dalam proses pemurnian bijih besi, mineral-mineral yang terkandung dalam bebatuan dipanaskan

pada suhu yang sangat tinggi sampai terjadi reaksi kimia pemisahan bijih besi dari larutan bebatuan. Kemudian untuk menangkap unsur besi, gas karbon dioksida dihembuskan ke lelehan yang mengandung mineral hematit

Fe 15

2 O 3 sehingga mineral tersebut bereaksi dan berubah menjadi besi (Fe) yang selanjutnya diolah menjadi bahan dasar untuk keperluan-keperluan lain. Dahulu besi dianggap berasal dari dalam tanah yang terbentuk secara alamiah, akan tetapi sains modern membantah anggapan tersebut.

10 Ibnu ‘Adil Al-Hanbali, Al Lubab fi ‘Ulumi Al Kitab, juz 18, Lebanon: Dar Al Kotob Al Ilmiyah, 1998, hlm. 499.

11 Al Mawardi, An Nukatu wa Al ‘Uyun Tafsir Al Mawardi, juz 5, Lebanon: Dar Al Kotob Al Ilmiyah, tanpa tahun, hlm. 483.

12 As-Samarqandi, Tafsir As Samarqandi, jilid 3, Lebanon: Dar Al Kotob Al Ilmiyah, 2002, hlm. 329.

13 Abu Al Abbas Ahmad bin Muhammad bi n Al Mahdi Ibnu ‘Ajibah, Al Bahru Al Madid fi Tafsir Al Qur’an Al Majid, jilid 7, Lebanon: Dar Al Kotob Al Ilmiyah, 2005, hlm. 328.

14 Kristian H. Sugiyarto dan Retno D. Suyanti, Kimia Anorganik Logam, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010, hlm. 94.

15 Diana Candra Dewi, et al., Besi Material Istimewa dalam Alquran, hlm. 38-42.

Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, ditemukan teori bahwa besi tidak dapat dibentuk oleh planet bumi, karena suhu panas bumi tidak cukup untuk membentuk unsur-unsur berat seperti besi. Bahkan menurut penelitian, unsur besi hanya bisa terbentuk dengan suhu empat kali panas matahari. Semua unsur berat seperti besi hanya bisa terbentuk pada suhu yang sangat tinggi, dan suhu tinggi tersebut dapat ditemukan pada bintang sesaat sebelum menjadi supernova (meledak). Pada bintang terjadi suatu proses perubahan unsur bintang yang dinamakan nukleosintesis. Setelah inti karbon terbentuk, massa bintang menjadi lebih besar dan inti karbon

memadat, kemudian suhunya naik sampai 300 juta derajat celsius. 16 Pemanasan inti terus berlangsung sehingga terjadi pembentukan

unsur-unsur yang lebih berat, yaitu oksigen menjadi neon dan silikon, dari silikon terbentuklah unsur besi. Pada keadaan ini, bintang menjadi seperti berlapis-lapis dan setiap lapisan memiliki kandungan unsur yang berbeda. Mulai dari yang terluar adalah

dalamnya berurutan diisi oleh helium, karbon, neon, oksigen, silikon, dan intinya adalah unsur besi. Keadaan ini adalah keadaan bintang sesaat sebelum

Gambar 1.1 adalah ledakan dahsyat

Lapisan bintang sebelum terjadinya sebuah bintang yang

supernova

menghancurkan bintang itu sendiri, kemudian menyebarkan unsur- unsurnya dalam bentuk meteoroid ke seluruh penjuru angkasa. Meteoroid

16 A. Gunawan Admiranto, Menjelajahi Bintang, Galaksi, dan Alam Semesta, Yogyakarta: Kanisius, 2009, hlm. 81.

yang masuk ke atmosfir bumi terbagi menjadi dua, adapun yang habis terbakar oleh gesekan udara ketika memasuki atmosfir dinamakan Meteor, sementara yang berhasil jatuh mencapai permukaan bumi dinamakan Meteorit. Seluruh unsur-unsur berat yang ada di planet bumi terutama besi yang merupakan unsur terbesar keempat yang menyusun bumi, semuanya berasal dari meteoroid sisa ledakan bintang yang ditarik oleh gravitasi bumi pada awal terbentuknya planet bumi. 17

2. Keistimewaan Besi

a. Unsur Terstabil Planet Bumi adalah susunan dari berbagai macam unsur materi,

unsur-unsur tersebut dipelajari dan dikaji dalam satu cabang ilmu sains yang dinamakan ilmu kimia. Dalam kimia terdapat berbagai macam

dan jenis “materi” yang diteliti, mulai dari materi berbentuk gas seperti oksigen, cair seperti air, dan padatan seperti logam. Semua unsur yang ada di alam semesta ini selalu mengalami perubahan, unsur yang satu akan mengalami reaksi jika bertemu dengan unsur yang lain. Reaksi dan perubahan unsur ini dalam ilmu kimia disebut nukleosintesis, 18

sementara besi menurut ahli kimia bisa disebut sebagai produk terakhir nukleosintesis.

Nukleosintesis berawal dari bahan dasar neutron yang menghasilkan unsur yang pertama kali lahir di alam, yaitu hidrogen. Kemudian dari hidrogen terbentuk unsur- nsur lainnya. Reaksi fusi (perubahan ke unsur yang lebih berat) unsur hidrogen dengan unsur hidrogen membentuk unsur helium,

Gambar 1.2

helium dengan hidrogen

Nukleosintesis

17 A. Gunawan Admiranto, Menjelajahi Bintang, Galaksi, dan Alam Semesta, hlm. 82. 18 Dede Suhendar, Ilmu Kimia dalam Kaca Mata Al-Qur'an: Menelusuri Mukjizat Al- Qur'an tentang Besi dan Tabel Periodik dalam Sains Kimia, hlm. 19-20.

membentuk litium, litium dengan hidrogen membentuk berilium, berilium dengan hidrogen membentuk boron, boron dengan hidrogen membentuk karbon, dan seterusnya sampai kepada unsur terberat, yaitu uranium. Karena uranium memiliki sifat sangat radioaktif, maka selalu terjadi reaksi fisi (perubahan ke unsur yang lebih ringan) yang semuanya kembali pada unsur stabil, yaitu timbal. Timbal (Pb) adalah unsur stabil yang memiliki nomor atom 82, semua unsur dengan nomor atom 84 ke atas bersifat sangat radioaktif. Kemudian timbal juga mengalami reaksi fisi meskipun lebih lambat dan berakhir pada unsur terstabil, yaitu besi (ferrum).

b. Peran Besi terhadap Alam

1) Perannya terhadap Gaya Gravitasi Bumi Bumi adalah salah satu panet yang terletak di galaksi Bima

Sakti. Planet ini memiliki struktur yang berlapis-lapis, struktur lapisan bumi ke atas mulai dari troposfer, stratosfer, mesosfer,

termosfer, sampai batas atas atmosfer yang dinamakan eksosfer. 19 Selain struktur lapisan bumi ke atas, ada juga struktur lapisan bumi

ke bawah, mulai dari kerak bumi, mantel atau selimut bumi, sampai pada inti bumi yang terdalam. 20

Kandungan besi di bumi sangat banyak, di lapisan terluar bumi, yaitu kerak bumi terdapat sekitar 5,0% unsur kimia

bumi. Kemudian ada Gambar 1.3 Lapisan Bumi

19 Bayong Tjasyono dan Muhammad Syukur, Keajaiban Planet Bumi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014, hlm. 102.

20 Bayong Tjasyono dan Muhammad Syukur, Keajaiban Planet Bumi, hlm. 114.

inti bumi yang kandungannya didominasi oleh besi diperkirakan sekitar 80%, disusul nikel dan beberapa unsur lainnya, pada lapisan inti bumi bagian dalam berwujud padatan dengan suhu yang tinggi, sementara inti bumi bagian luar berwujud cair. Bagian lapisan yang lebih luar dari inti bumi adalah mantel bumi yang merupakan bagian volume terbesar berupa padatan. Kandungan utama mantel bumi terdiri dari silikat, oksida-oksida besi, nikel, dan magnesium. Mantel bumi dengan unsur-unsur yang menyusunnya menjadikannya bersifat insulator antara bagian inti bumi yang bersuhu tinggi dengan kerak bumi tempat makhluk hidup tinggal.

Meskipun volume inti bumi menempati peringkat ke dua dari keseluruhan volume bumi, tetapi berat inti bumi menjadi penyumbang berat bumi paling besar karena bagian ini berisi zat-zat yang memiliki tingkat kerapatan jenis yang sangat tinggi. Dengan demikian, besi yang merupakan susunan utama inti bumi menjadi

penyumbang terbesar pada gaya gravitas bumi. 21 Sementara gaya gravitasi bumi adalah salah satu alasan utama secara sains mengapa

manusia masih bisa menetap dan beraktivitas secara normal di planet ini.

2) Perannya terhadap Medan Magnet Bumi Bumi adalah planet yang paling istimewa, dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas yang menjadikan bumi layak untuk ditinggali oleh makhluk hidup. Salah satu fasilitas yang sangat penting dalam kelestarian bumi adalah adanya pelindung bumi yang dinamakan sabuk Van Allen. Sabuk Van Allen adalah perisai yang tidak terlihat yang berfungsi melindungi bumi dari radiasi-radiasi yang terpancar dari matahari, tanpa Van Allen Belt radiasi matahari dan sinar kosmik akan masuk ke bumi yang memiliki dampak musnahnya seluruh makhluk hidup yang ada di bumi. Efek dari

21 Dede Suhendar, Ilmu Kimia dalam Kaca Mata Al-Qur'an: Menelusuri Mukjizat Al- Qur'an tentang Besi dan Tabel Periodik dalam Sains Kimia, hlm. 23-24.

Gambar 1.4

Ilustrasi Van allen belt melindungi bumi dari radiasi matahari semburan radiasi matahari dikenal juga dengan istilah jilatan api

matahari, satu jilatan api matahari setara dengan 100 miliyar bom atom yang pernah dijatuhkan di kota Hiroshima.

Selama semburan radiasi matahari, awan plasma terlempar ke angkasa dengan kecepatan 1.500 km/detik. Awan plasma tersusun dari proton yang bermuatan positif dan elektron yang bermuatan negatif sehingga awan ini bermuatan listrik. ketika mendekati bumi, medan magnet bumi menahan awan plasma tersebut pada jarak tertentu sehingga awan plasma yang kekuatannya sama dengan 100 miliyar bom atom itu tidak sampai menyentuh bumi. Selain awan plasma dari matahari, masih banyak lagi bahaya-bahaya yang mengancam bumi jika tidak ada lapisan yang melindunginya, seperti meteor, sinar ultra violet, suhu rendah angkasa luar, radiasi bintang, dan sebagainya. 22 Seolah bumi ini

telah dilengkapi dengan suatu sistem yang luar biasa hebat sehingga planet kecil ini memungkinkan untuk ditinggali oleh makhluk hidup.

Van Allen Belt adalah dampak dari adanya gaya magnet besar yang menyelimuti bumi, gaya magnetik disebut juga gaya

22 Feris Firdaus, Alam Semesta: Sumber Ilmu, Hukum, dan Informasi Ketiga Setelah Al- Qur'an dan As-Sunnah, Jakarta: Insania Cita Press, 2004, hlm. 81-84.

Lorentz. 23 Medan magnet bumi merupakan salah satu fenomena alam yang menjadi alasan mengapa manusia masih bisa hidup di

planet bumi, sementara medan magnet tersebut merupakan hasil dari aktivitas besi yang berada di inti bumi. Inti bumi memiliki suhu yang sangat tinggi, sehingga unsur besi serta nikel menjadi cair dan mengalami pergerakan semacam arus yang ada di laut. Besi merupakan salah satu logam yang memiliki sifat feromagnetik, yaitu sifat logam yang memiliki pengaruh kuat terhadap magnet,

sama halnya dengan sifat yang dimiliki nikel dan kobalt, 24 kemudian pergesekan antara unsur besi dalam jumlah besar dan nikel ini menghasilkan gaya magnetik yang sangat kuat sehingga menimbulkan medan magnet dan melahirkan semacam pelindung planet bumi dari radiasi bintang yang dinamakan Van Allen Belt.

Selain sebagai perisai dari radiasi matahari, medan magnet juga sangat banyak pengaruhnya terhadap keberlangsungan makhluk hidup, seperti menjadi penentu arah dengan jarum kompas. Sifat jarum kompas pertama kali dijelaskan oleh fisikawan William Gilbert (1540-1603) kepada Ratu Elizabeth dalam buku

yang berjudul De Magnete yang dipublikasikan pada tahun 1600. 25 Termasuk juga manfaatnya pada binatang, membantu burung

menentukan arah untuk bermigrasi karena beberapa jenis burung memiliki kemampuan “berinteraksi” dengan medan magnet. Besi dalam hal ini kembali mengambil peran yang besar, sebagai salah satu unsur yang diciptakan oleh Tuhan untuk dimanfaatkan dengan baik oleh hamba-Nya.

c. Peran Besi terhadap Makhluk Hidup

1) Perannya dalam Bioanorganik

23 Rustan Effendi, et al., Medan Elektromagnetika Terapan, Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2007, hlm. 92.

24 Kenneth S. Krane, Fisika Modern, Terj. Hans J. Wospakrik, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2006, hlm. 614.

25 Bayong Tjasyono, Ilmu Kebumian dan Antariksa, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 151-152.

Bioanorganik adalah bagian dari cabang ilmu kimia yang khusus meneliti peran logam dalam biologi. Dalam kajian bioanorganik, peran besi berada pada posisi pertama diantara logam lainnya. Salah satu sistem penting yang bekerja dalam tubuh makhluk hidup adalah transfer oksigen dari udara ke seluruh tubuh dan aktor utama dalam proses transfer tersebut adalah besi yang lebih akrab disebut zat besi. Peran besi dalam darah adalah mengikat oksigen dari udara dan menyebarkannya ke seluruh tubuh. Meskipun tidak hanya besi saja jenis logam yang dibutuhkan oleh tubuh, masih ada logam lain seperti seng, kobal, tembaga, dan molibdenum, tetapi peran besi adalah yang paling dominan, bahkan logam lainnya apabila terlalu banyak akan menjadi racun bagi makhluk hidup. 26

Daya tahan tubuh juga terbentuk karena adanya hemoglobin yang terbentuk dari zat besi. Dampak yang terjadi jika manusia kekurangan besi dalam tubuhnya adalah terkena penyakit Anemia Defisiensi Besi, yaitu anemia yang disebabkan oleh cadangan besi

dalam tubuh bekurang. 27 Penyakit tersebut biasanya menyerang anak kecil dan ibu hamil yang mengakibatkan melemahnya daya

tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit dan infeksi. Orang

yang

kekurangan cadangan besi dalam tubuhnya

akan mengalami

kesulitan bahkan

tidak bisa membentuk daya tahan tubuhnya sendiri. Oleh

Gambar 1.5 Hemoglobin

karena itu, di beberapa literatur

kajian

26 Dede Suhendar, Ilmu Kimia dalam Kaca Mata Al-Qur'an: Menelusuri Mukjizat Al- Qur'an tentang Besi dan Tabel Periodik dalam Sains Kimia, hlm. 25-27.

27 Adang Muhammad dan Osman Sianipar, “Penentuan Defisiensi Besi Anemia Penyakit Kronis”, Clinical Pathology and Medical Laboratory, Volume 12 No. 1, November 2005, hlm. 11.

bioanorganik, besi diberi peringkat sebagai satu-satunya unsur logam transisi yang paling berperan dalam menentukan hidup dan matinya makhluk hidup, bahkan sampai saat ini belum ditemukan satu pun organisme yang tidak membutuhkan besi. 28

2) Manfaatnya bagi Manusia Sebelum ditemukannya besi manusia menggunakan alat seadanya dari batu, kayu, tulang dan sebagainya untuk perkakas juga alat berburu. Setelah zaman batu berlalu, manusia telah mulai menggunakan besi sebagai alat bantu dalan kehidupan sehari-hari. Besi yang kuat dan mudah dibentuk menjadikannya bahan utama yang digunakan oleh manusia menggantikan bahan lainnya untuk dijadikan alat bantu, mulai dari perkakas rumah sampai peralatan perang. Hal ini ditandai dengan nama besi dijadikan sebagai nama zaman dalam sejarah setelah zaman Perunggu, yaitu zaman Besi.

Sejak awal digunakannya besi sampai saat ini, besi seolah telah menjadi penyumbang utama dalam perkembangan peradaban manusia. Mulai dari aspek industri sampai aspek teknologi semuanya mengakui besi sebagai penyumbang utama perkembangannya. Peran besi dalam kehidupan manusia sangat jelas, digunakan sebagai kendaraan, peralatan, bangunan, dan bahkan senjata. Besi juga mendukung perkembangan peradaban manusia dan menjadi bagian penting dalam perkembangan

perekonomian. 29 Hampir semua aspek kehidupan manusia melibatkan peran salah satu unsur istimewa ini, tidak bisa

terbayangkan jika unsur yang dinamakan besi itu tidak ada di alam semesta ini.

C. Integrasi Alquran dan Sains dalam Q.S. al-Hadid ayat 25

28 Dede Suhendar, Ilmu Kimia dalam Kaca Mata Al-Qur'an: Menelusuri Mukjizat Al- Qur'an tentang Besi dan Tabel Periodik dalam Sains Kimia, hlm. 27.

29 Umar Juoro, Kebenaran Al-Qur'an dalam Sains: Persandingan Wahyu dan Teori Fisika tentang Alam Semesta, Jakarta: Pustaka Cidesindo, 2011, hlm. 121.

Alquran adalah petunjuk yang Allah subhanahu wata'ala berikan kepada manusia lewat perantara Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam , menggunakan bahasa Arab. Gaya bahasa yang singkat namun memiliki makna yang luas dan mendalam adalah salah satu keistimewaan yang melekat pada Alquran, yaitu bertujuan untuk melemahkan kebanggaan bangsa Arab pada masa itu dalam hal sastra. Selain itu, Alquran juga bersifat fleksibel terhadap perubahan dan perkembangan zaman, fleksibel dalam artian dapat digunakan pada semua zaman dan semua tempat. Kitab ini berisi sejarah masa lampau, apa yang terjadi pada masa turunnya, dan juga menggambarkan apa yang akan terjadi di masa mendatang. Sehingga menjadi suatu fakta bahwa selalu ada pengetahuan baru yang digali dari Alquran sesuai perkembangan zaman.

1. Penafsiran Sains Modern terhadap Q.S. al-Hadid ayat 25 Salah satu penjelasan Alquran yang mengalami perbedaan

pemaknaan dilihat dari latar belakang zaman adalah Q.S. al-Hadid ayat 25:

Dan kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan manfaat yang banyak bagi manusia

Dalam redaksi ayat tentang besi di atas Alquran menggunakan kata anzalna untuk menggambarkan proses eksistensinya besi di bumi. Jika melihat pada pendapat mufassir klasik dalam mendefenisikan kata anzalna, maka akan ditemukan bahwa terjemah kata anzalna banyak yang tidak sesuai dengan makna asli kata tersebut, yaitu berasal dari kata nazala yang artinya adalah “turun”, kemudian di-muta’addi-kan menjadi anzala yang artinya “menurunkan”. Sementara mufassir klasik mengartikan kata anzalna pada ayat itu dengan makna khalaqna atau ansya’na yang bermakna “kami ciptakan”. Apabila melihat latar belakang para mufassir klasik yang pada masa hidupnya belum ada perkembangan teknologi dan sains seperti sekarang ini, maka wajar jika kata “menurunkan” pada ayat itu Dalam redaksi ayat tentang besi di atas Alquran menggunakan kata anzalna untuk menggambarkan proses eksistensinya besi di bumi. Jika melihat pada pendapat mufassir klasik dalam mendefenisikan kata anzalna, maka akan ditemukan bahwa terjemah kata anzalna banyak yang tidak sesuai dengan makna asli kata tersebut, yaitu berasal dari kata nazala yang artinya adalah “turun”, kemudian di-muta’addi-kan menjadi anzala yang artinya “menurunkan”. Sementara mufassir klasik mengartikan kata anzalna pada ayat itu dengan makna khalaqna atau ansya’na yang bermakna “kami ciptakan”. Apabila melihat latar belakang para mufassir klasik yang pada masa hidupnya belum ada perkembangan teknologi dan sains seperti sekarang ini, maka wajar jika kata “menurunkan” pada ayat itu

Sejak berkembangnya sains modern banyak penemuan-penemuan baru dan teori-teori tentang sains yang muncul, salah satunya yang telah dibahas sebelumnya adalah proses terbentuknya besi yang ada di bumi. Merujuk pada hasil penelitian sains modern yang kemudian diintegrasikan pada Q.S. al-Hadid ayat 25, maka akan ditemukan penafsiran baru dalam memahami kata anzalna dalam Q.S. al-Hadid ayat 25. Bahwa besi benar diturunkan, yaitu dari meteoroid bekas supernova yang ditarik oleh gravitasi bumi pada awal pembentukan planet bumi. Sehingga bukan tanpa alasan Alquran menggunakan kata anzalna yang arti sebenarnya adalah “kami turunkan” untuk menjelaskan proses awal eksistensinya besi di planet bumi. Integrasi sains dan Alquran ini memperjelas fakta bahwa Alquran adalah firman Allah pemilik semesta alam, bukan karangan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam .

2. Keistimewaan Besi dalam Q.S. al-Hadid ayat 25

a. Kekuatan yang Hebat Kalimat ba’sun syadid dalam Q.S. al-Hadid ayat 25 hanyalah

kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata, tetapi kalimat tersebut sudah dapat menggambarkan salah satu kelebihan besi yang istimewa. Besi adalah bahan dasar yang tepat untuk digunakan sebagai senjata, baju perang, dan sebagainya, karena sifat besi yang kuat dan tidak mudah hancur membuatnya menjadi pilihan dalam membuat senjata atau alat keperluan lainnya. Padahal bisa dikatakan besi bukanlah logam yang paling kuat, karena terdapat reaksi karat. Tetapi kelebihan besi tidak dipandang dari sisi ketahanannnya, melainkan pada sisi keunikan yang dimilikinya.

Besi adalah nama yang paling melekat sebagai representasi logam dibandingkan jenis logam lainnya. Kebanyakan orang yang mempelajari ilmu kimia ketika membahas tentang besi, yang paling tampak adalah sifat mudah berkaratnya. Berbeda halnya jika orang Besi adalah nama yang paling melekat sebagai representasi logam dibandingkan jenis logam lainnya. Kebanyakan orang yang mempelajari ilmu kimia ketika membahas tentang besi, yang paling tampak adalah sifat mudah berkaratnya. Berbeda halnya jika orang

seperti perubahan dari besi ke baja. 30 Sifat adaptif besi terhadap logam lain telah diisyaratkan

dalam Q.S. al-Kahfi ayat 96, ayat tentang arsitektur yang menceritakan pembangunan benteng oleh Dzulqarnain ‘alaihi as salam dengan menggunakan pondasi besi, tidak hanya sampai di situ saja, Dzulqarnain menambahkan logam lain (Dr. Hamid Ahmad Ath Thahir menyebutkan bahwa logam campuran itu adalah an Nuhas al Madzab 31 atau leburan tembaga) pada besi itu untuk menciptakan

benteng yang kuat, dan dalam ayat lain Q.S. Saba ayat 10 yang menggambarkan bahwa besi bisa dilunakkan di tangan Nabi Daud ‘alaihi as salam. Kedua ayat tersebut menjelaskan bahwa besi murni adalah logam yang mudah lunak dan untuk membuatnya menjadi

keras dan kuat adalah mencampurnya dengan logam lain. 32 Bahkan perihal tentang sifat adaptif besi pun telah dijelaskan di dalam

Alquran.

b. Manfaat yang Banyak bagi Manusia Kalimat wa manafi’u li an nas di-athaf-kan pada kalimat

ba’sun syadid, ayat ini berusaha menjelaskan bahwa di samping kekuatannya yang hebat, besi juga memiliki banyak manfaat bagi manusia. Selain besi masih banyak benda lain yang memiliki “kekuatan yang hebat”, tetapi satu-satunya yang memiliki kelimpahan dan manfaat yang sangat banyak hanyalah besi. Bukan

30 Dede Suhendar, Ilmu Kimia dalam Kaca Mata Al-Qur'an: Menelusuri Mukjizat Al- Qur'an tentang Besi dan Tabel Periodik dalam Sains Kimia, hlm. 95.

31 Hamid Ahmad Ath Thahir Al Basiwuni, Qashasu Al Qur’an, Al Qahirah: Dar Al Hadits, 2005, hlm. 176

32 Thoha Muntaha, Kamus Alquran Informatif, Yogyakarta: Minhajut Tullab Press (Tanpa Tahun), hlm. 76-78.

tanpa alasan Allah subhanahu wata'ala menjadikan besi sebagai satu-satunya unsur kimia yang diabadikan namanya dalam Alquran menjadi nama surah, karena keistimewaan yang dimiliki unsur ini sudah cukup menjelaskan semuanya.

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, “manaafi’u” besi secara gamblang telah dipaparkan oleh fakta penelitian sains modern. Mulai dari perannya dalam menciptakan pelindung bumi yang dinamakan Van Allen Belt, yang melindungi bumi dari radiasi matahari setara dengan 100 miliyar bom atom. Perannya dalam membentuk gravitasi bumi yang menjadi alasan mengapa makhluk hidup masih dapat beraktivitas secara normaldi planet ini seperti sekarang.

Perannya juga pada makhluk hidup seperti yang dijelaskan dalam bioanorganik, yaitu menjadi pengangkut oksigen ke seluruh tubuh, bahkan dalam beberapa literatur kajian bioanorganik disebutkan bahwa besi menentukan hidup matinya makhluk hidup. Kemudian, manfaatnya yang secara nyata bisa dirasakan oleh manusia, seperti infrastruktur, konstruksi bangunan, transportasi, alat perang, dan sebagainya. Semua “manaafi’u” besi bagi manusia ini telah menjelaskan keistimewaan besi yang menjadi alasan pengabadian namanya dalam kitab suci Alquran.

D. Kontribusi Sains Alquran Terhadap Peradaban Islam

1. Sains dan Perkembangan Peradaban Apabila melihat kembali sejarah pada sekitar abad ke-9 dan ke-13,

maka akan didapati dua jenis peradaban yang ada pada masa itu. Pertama, Masyarakat dinamis yang berkembang semakin tinggi dan canggih, yaitu berpusat di kota Baghdad pada masa Dinasti Abbasiyah, pada masa ini telah bermunculan pakar-pakar ilmu sains seperti Abu Musa Jabir bin Hayyan, seorang pakar kimia yang temuan dan karyanya menjadi rujukan utama para alchemist barat sampai sekarang. Kedua, Masyarakat yang stagnan, tidak berkembang dan terkurung dalam adat istiadat serta perselisihan ritual maka akan didapati dua jenis peradaban yang ada pada masa itu. Pertama, Masyarakat dinamis yang berkembang semakin tinggi dan canggih, yaitu berpusat di kota Baghdad pada masa Dinasti Abbasiyah, pada masa ini telah bermunculan pakar-pakar ilmu sains seperti Abu Musa Jabir bin Hayyan, seorang pakar kimia yang temuan dan karyanya menjadi rujukan utama para alchemist barat sampai sekarang. Kedua, Masyarakat yang stagnan, tidak berkembang dan terkurung dalam adat istiadat serta perselisihan ritual

Dr. Hoodbhoy menjelaskan tentang hal ini dalam bukunya Islam and Sains: Orthodoxy and the Battle for Rationality bahwa Perputaran peradaban ini tidak lain karena Islam menapaki jalan yang telah dilalui bangsa Eropa dulu pada abad kegelapan, yaitu memisahkan diri dan agama

dari pengetahuan sains dan berfikir rasional. 34 Menurut sebagian umat Islam yang radikal, sains dan teknologi yang ada hari ini telah terkontaminasi oleh

peradaban Barat yang sekuler. 35 Padahal sudah menjadi fakta bahwa ilmu sains sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan peradaban

manusia.

2. Urgensi Sains Terhadap Perkembangan Peradaban Islam Ilmu sains yang merupakan atribut utama dalam mengarungi