STRATEGI GENERUS DALAM MEREALISASIKAN IN

STRATEGI GENERUS DALAM MEREALISASIKAN
INDONESIA EMAS 2045
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang. Meskipun umurnya telah
melebihi setengah abad, predikat negara maju belum juga berhasil disandang oleh Indonesia.
Banyak faktor yang memengaruhi kemajuan suatu bangsa, diantaranya yaitu: laju
perekonomian, stabilitas politik, kualitas pendidikan, fasilitas kesehatan, serta pengelolaan
SDA dan SDM. Diera globalisasi ini, mayoritas negara maju seperti Amerika Serikat,
Perancis, Jepang, dan Jerman menjunjung sistem pendidikan nasional. Pendidikan menjadi
faktor utama dalam pembangunan bangsa. Perkembangan pendidikan tinggi secara massif di
negara-negara maju terjadi sejak tahun 1960-an hingga 1980-an, sedangkan di Indonesia
perkembangan pendidikan tinggi berjalan lamban baru sekarang-sekarang ini mengalami
kemajuan
Indonesia emas 2045, merupakan target sekaligus cita-cita yang saat ini dijunjung
pencapaiannya. Pemerintah bersikeras mengoptimalkan pengelolaan dalam berbagai segi
kehidupan. Jika pemerintah hendak menyusun skala prioritas pembangunan bangsa
berdasarkan pengalaman inspiratif negara-negara maju, sebaiknya pembangunan utama
digerakkan dalam sistem pendidikan nasional.
Semua manusia membutuhkan pendidikan. Pendidikan merupakan aspek penting
dalam pembentukan karakter setiap individu. Perbedaan antara manusia yang mengenyam
bangku pendidikan dengan yang tidak sungguh terlihat signifikan. Manusia yang terdidik ia
akan mengetahui bagaimana cara besikap dalam masyarakat, bagaimana menjadi pribadi

yang taat kepada Tuhan, dan memiliki pola pikir yang luas, kritis, serta logis. Selain itu,
pendidikan merupakan wadah utama untuk memproduksi sumber daya manusia yang
diharapkan dapat berkontribusi dalam pembangunan negara.
Jika ditinjau dari realita pendidikan di Indonesia. Indonesia dapat dikatakan belum
terlalu berhasil mewujudkan visi mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan data yang

1

dikeluarkan oleh kemendikbud pada tahun 2015. Jumlah penduduk indonesia yang masih
buta aksara sebesar 3,56 persen atau 5,7 juta orang. Angka tersebut menurun tipis dari tahun
2014 sebelumnya yakni 3,7 persen atau 5,9 juta penduduk. Angka buta huruf tertinggi berada
di provinsi Papua. Pada dasarnya, buta huruf adalah ketidakmampuan seseorang untuk
membaca dan menulis. Ketidakmampuan ini menempatkan seseorang dalam ketertinggalan.
Data yang dikeluarkan Kemendikbud pada tahun 2015 menunjukkan bahwa Pemerintah
Indonesia belum tuntas dalam menangani penduduk yang buta huruf. Akan tetapi potensi
pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa itu tetap ada, hal ini ditunjukkan dengan
menurunnya angka penduduk yang buta huruf dari tahun ketahun. Hal tersebut dapat terjadi
kemungkinan besar dikarenakan penyelenggaraan pendidikan di indonesia yang belum
merata.


Kekerasan terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Fakta teraktual yang hangat
diperbincangkan yaitu terjadinya kegiatan bullying. Pada tahun 2015, LSM Plan
Intenational dan International Center for Research on Women (IRCW) melakukan riset
terkait bullying. Hasil riset menunjukkan bahwa 84 persen anak di Indonesia mengalami
bullying di sekolah. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain di

kawasan Asia. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan belum berhasil secara maksimal
membentuk karakter peserta didik yang pancasilais.
Meningkatnya angka pengangguran terdidik di Indonesia. Berdasarkan data yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statisik (BPS) tahun 2016, jumlah lulusan perguruan tinggi
yang menganggur mencapai 11,19 persen atau setara dengan 787 ribu dari total orang yang
menganggur. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2014 yang hanya 688 ribu
orang. Meningkatnya jumlah pengangguran dari lulusan perguruan tinggi menandakan
bahwa terjadi ketidaksesuaian permintaan pasar dengan kompetensi lulusan. Pemerintah
perlu menyusun ulang kurikulum yang tepat bagi perguruan tinggi guna mencetak tenaga
lulusan perguruan tinggi dapat diberdayakan.

2

Pemuda Indonesia merupakan generus (generasi penerus) bangsa Indonesia. Pemuda

merupakan aset masa depan Indonesia. Sudah sepatutnya sebagai pemuda memberikan
inovasi dan kontribusi untuk memajukan bangsa. Untuk itu perlu disusun strategi jitu dalam
menangani berbagai permasalahan di negara ini salah satunya diranah pendidikan. Strategi
yang dapat dilakukan oleh pemuda masa kini untuk memajukan pendidikan Indonesia guna
menyongsong Indonesia Emas 2045 antara lain:
Pertama, membentuk klub membaca guna mengurangi jumlah buta aksara dan
meningkatkan minat membaca. Berdasarkan hasil Kajian PIRLS (Progress in International
Reading Literacy Study), studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia
disponsori oleh IEA menunjukkan bahwa rata-rata anak Indonesia berada pada urutan keempat dari
bawah dari 45 negara di dunia. Hal tersebut menunjukkan bahwa minat membaca anak-anak
Indonesia amat minim. Terdapat korelasi antara minimnya minat membaca dengan terbatasnya

perpustakaan. Sebenarnya, sudah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak
lain untuk meningkatkan jumlah perpustakaan baik dengan diadakannya perpustakaan
keliling, taman membaca, maupun pembangunan perpustakaan diberbagai sekolah.
Walaupun berbagai usaha telah dilakukan, hal terpenting yang perlu ditanam dalam diri anak
yaitu motivasi membaca. Jika perpustakaan menjamur dimana-mana tetapi motivasi
membaca tidak ada dalam diri maka perpustakaan tersebut tidak akan ada manfaatnya.
,Inovasi yang penulis berikan untuk mengurangi jumlah buta huruf dan meningkatkan minat
membaca yaitu dengan diadakannya klub membaca. Kontribusi pemuda dapat direalisasikan

dengan terjun langsung ke masyarakat, sekolah atau perpustakaan. Klub membaca terdiri dari
beberapa divisi sesuai gendre buku yang diminati, seperti divisi fiksi, sains, romance, dll.
Diklub tersebut akan dilakukan beberapa program kerja seperti acara membaca bersama,
membahas dan menceritakan ulang isi buku, dan nonton film bersama. Hal tersebut dilakukan
agar anak bertambah kecepatan membacanya, dapat memahami isi buku, mampu
menceritakan kembali kepada teman lain sehingga terlatihlah kemampuan komunikasi. Cara
ini diyakinkan dapat mengurangi angka buta huruf, meningkatkan minat membaca anak dan
juga meningkatkan kemampuan secara verbal.

3

Kedua, membentuk mentoring keagamaan guna mencetak peserta didik yang beretika
dan berbudaya. Kegiatan bullying yang marak terjadi cukup mengkhawatirkan karena dapat
memengaruhi kesehatan mental bahkan fisik. Hal ini harus segera diatasi agar anak-anak
indonesia moralnya tidak semakin bobrok. Inovasi yang penulis berikan yaitu diadakannya
mentoring keagamaan di sekolah. Terdapat korelasi antara tingkat ketakwaan kepada Tuhan
YME dengan akhlak manusia. Walaupun pelajaran agama dan kewarganegaraan telah
diterapkan, nyatanya hal tersebut tidak cukup untuk membentuk karakter dan moral. Perlu
upaya yang lebih intens dalam mendidik siswa/i agar bertakwa kepada Tuhan YME, sehingga
mereka menjadi menusia yang cerdas dan beretika. Kontribusi pemuda yaitu menggerakkan

bahkan terjun langsung ke sekolah untuk membentuk mentoring keagamaan. Pemuda juga
dapat menggerakkan ratusan bahkan ribuan lulusan pesantren untuk ikut andil dalam
membentuk ketakwaan dalam diri anak-anak Indonesia. Program kerja yang dilakukan yaitu
kajian kitab suci, sharing problematika kehidupan, bakti sosial, dll.
Ketiga, membentuk jiwa kewirausahaan melalui program kewirausahaan. Fakta bahwa
meningkatnya angka pengangguran terdidik di Indonesia menunjukkan bahwa pendidikan saja

tidaklah cukup tanpa diiringi jiwa kewirausahaan. Jiwa kewirausahaan menjadi sesuatu yang
wajib dimiliki oleh setiap individu. Jiwa kewirausahaan melatih seseorang untuk berpikir
optimis, kreatif, ulet dan pantang menyerah, berani mengambil resiko, dan berjiwa
kepemimpinan. Inovasi yang penulis rekomendasikan yaitu diadakannya program
kewirausahaan sejak bangku SMP hingga perguruan tinggi. Kontribusi pemuda yaitu
menggerakkan para wirausahawan untuk berbagi pengalaman dan keterampilan kepada
siswa/i. Pemuda juga dapat berkontribusi memberikan pembinaan mengenai bagaimana cara
berwirausaha, bekerja sama dalam tim, marketing, dan cara mengatur keuangan. Tidak hanya
membina, pemuda juga berkontribusi dalam menggerakan siswa/i dalam praktek
berwirausaha dilapangan. Sejak dini siswa/i harus mulai berpikir kreatif dan mengetahui
bagaimana cara mencari uang sendiri sehingga timbullah sikap mandiri dan menghargai
usaha orang tua. Upaya ini diyakinkan dapat mencetak lulusan berpendidikan yang berjiwa
kewirausahaaan, dan diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain.


4

Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk meningkatkan pendidikan di
Indonesia. Hal itu diwujudkan dengan dikeluarkannya Garis-garis Besar Halauan Negara
(1999-2004) yang isinya bahwa pemerintah akan mengupayakan pemerataan pendidikan
bagi seluruh rakyat Indonesia, dan meningkatkan mutu lembaga pendidikan. Ditambah lagi
dengan dikeluarkannya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Namun
berbagai kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah tidaklah cukup untuk memperbaiki
pendidikan di Indonesia. Perlu kontribusi pemuda didalamnya, seperti yang dikatakan
almarhum Ir.Soekarno dalam salah satu pidatonya yang berbunyi, “Beri aku sepuluh pemuda
maka akan aku goncang dunia”. Generasi penerus (pemuda) memiliki potensi yang besar
dalam memajukan pendidikan Indonesia guna merealisasikan Indonesia emas 2045. Inovasi
yang penulis rekomendasikan yaitu pemuda ikut berkontribusi dengan membentuk klub
membaca, mentoring keagamaan, dan program kewirausahaan. Harapan penulis yaitu
inovasi-inovasi tersebut dapat menyelesaikan problematika yang sedang dihadapi oleh dunia
pendidikan Indonesia.
Daftar Pustaka:
Jumlah
lulusan

perguruan
tinggi
(https://www.bps.go.id/ diakses 30 Juli 2017).

yang

menganggur

pada

2016

Sutrisno, Aliet N, 2014. Telaah Filasafat Pendidikan [Edisi Revisi] . Deepublish:
Yogyakarta
Tim Pengembangan Pendidikan UPI,2007. Ilmu & Aplikasi Pendidikan [Bagian 4] .
PT.Imperial Bhakti Utama: Bandung
R.N Putra, Galih. 2016. Politik Pendidikan. Yayasan Pustaka Obor Indonesia :
Jakarta
Rubiyantoro, Yohan,2015. Jumlah Penduduk Buta Aksara Turun Menjadi 6 Juta
(https://paudni.kemdikbud.go.id/ diakses 30 Juli 2017)

Wahyuni,Sri, 2009. Analisis Hasil Kajian PIRLS (www.fkipunisma.ac.id diakses 3
Agustus 2017)

5