KONDISI UMUM PERIKANAN DI DESA SEPEMPANG

1
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara maritim yang membentang luas di khatulistiwa
dari 940 sampai 1410 Bujur Timur dan 60 Lintang Utara sampai 110 Lintang
Selatan dengan karakteristik negara kepulauan sekitar 17.508 pulau dan panjang
garis pantai sekitar 81.000 km bersama dengan sumberdaya hayati dan non hayati
yang melimpah sungguh merupakan suatu kebanggaan yang luar biasa (Dahuri,
2003). Dengan kekayaan sumberdaya alam lautnya, baik berupa sumberdaya yang
dapat diperbarui maupun yang tidak dapat diperbarui. Sumberdaya alam yang
dapat diperbarui antara lain: terumbu karang, mangrove, padang lamun sedangkan
sumberdaya alam tidak dapat diperbarui diantaranya bahan-bahan mineral seperti
gas, timah dan minyak bumi. Sejalan dengan bertambahnya populasi dan
kebutuhan manusia maka pemanfaatan sumberdaya laut untuk kesejahteraan
manusia pun semakin meningkat.
Perikanan merupakan salah satu usaha manusia untuk memanfaatkan
sumberdaya hayati perairan (aquatic resources) yang berada di perairan tawar,
payau maupun perairan laut. Usaha ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
akan ketersediaan protein untuk pertumbuhan atau pun sebagai sumber tenaga
atau energi. Salah satu usaha manusia untuk memanfaatkan potensi sumberdaya

hayati perairan tersebut adalah dengan usaha penangkapan, budidaya serta adanya
pengolahan potensi perairan tersebut dengan baik.

2
Wilayah kabupaten yang berada di bagian ujung wilayah Republik
Indonesia adalah Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas
(terbentuk tahun 2008). Kedua wilayah kabupaten ini posisinya sangat strategis
karena menjadi pintu gerbang bagian utara Indonesia di perairan Laut Cina
Selatan dan berbatasan langsung dengan negara tetangga seperti Vietnam,
Kamboja, Singapura, dan Malaysia (termasuk Malaysia timur/Serawak). Dahulu
wilayah kabupaten tersebut dikenal dengan sebutan Pulau Tujuh yang dipimpin
oleh para Datuk Kaya sebagai Tokong Pulau, yang terdiri dari Pulau Siantan,
Pulau Jemaja, Pulau Bunguran, Pulau Subi, Pulau Serasan, Pulau Laut, dan Pulau
Tambelan. Kini Pulau Tambelan menjadi bagian Kabupaten Bintan (dahulu Kab.
Kepulauan Riau), Pulau Siantan dan Pulau Jemaja menjadi wilayah Kabupaten
Anambas, sedangkan Pulau Bunguran, Pulau Subi, Pulau Serasan, Pulau Laut
menjadi wilayah Kabupaten Natuna. Secara astronomis Kabupaten Natuna
(sebelum Kabupaten Anambas terbentuk) terletak pada posisi 20 – 50 daratan dan
perairan yang luasnya mencapai 141.891,2 Km2. Luas daratannya hanya 3.235,2
km2 atau 2,28 % dari luas wilayah secara keseluruhan yang terdiri dari 271 pulau

besar dan kecil (Dinas Kebudayaan Kab. Natuna, 2004).
Desa Sepempang kecamatan Bungaran Timur kabupaten Natuna Provinsi
Kepulauan Riau ini memiliki wilayah ekosistem laut dan tawar yang berpotensi
untuk aktifitas perikanan, baik perikanan budidaya maupun perikanan tangkap.
Namun potensi sumberdaya yang besar ini belum sepenuhnya mampu dikelola
secara optimal, sehingga sering sekali dijadikan wilayah operasional penangkapan
ikan oleh nelayan asing. disisi lain nelayan lokal memiliki berbagai keterbatasan

3
untuk bersaing dengan nelayan pendatang baik dalam perangkat peralatan
penangkapan, maupun pengolahan dari hasil tangkapan.
1.2

Tujuan Praktik Lapang
Tujuan dari pelaksanaan praktik lapang ini adalah untuk mengetahui

secara langsung keadaan umum perikanan, dari segi kualitas air laut dan sosial
ekonomi masyarakat di Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten
Natuna Provinsi Kepulauan Riau
1.3


Manfaat Praktik Lapang
Praktik ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak sebagai

rujukan terhadap pengembangan usaha dan upaya pelestarian sumberdaya
perikanan dan kelautan, khususnya bagi pemerintah daerah setempat dan Dinas
Perikanan dan Kelautan di Desa Sepempang serta dapat bermanfaat bagi
mahasiswa guna menambah wawasan pengetahuan tentang potensi perikanan dan
kelautan.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Kualitas Lingkungan Perairan

2.1.1

Parameter Fisika Perairan


2.1.1.1 Suhu
Suhu erat kaitannya dengan cahaya. Pemanasan yang terjadi di permukaan
laut yang terjadi pada siang hari tidak seluruhnya dapat diabsorbsi oleh air laut
karena adanya awan dan posisi lintang. Energi akan cukup banyak diserap ketika
matahari berada di atas ketinggian di langit dan berkurang ketika dekat dengan
horizon. Posisi matahari di daerah tropic dan subtropik yang selalu berada di atas
horizon sepanjang musim menjadikan daerah ini lebih hangat dibandingkan
umumnya di daerah kutub (Widodo dan Suadi dalam Armita, 2011).
Suhu di laut adalah factor yang amat penting bagi kehidupan orgaisme
(Nybakken dalam Armita, 2011). Selanjutnya ditambahkan Romimohtarto (2001)
dalam Armita (2011) bahwa suhu merupakan factor fisik yang sangat penting di
laut, perubahan suhu dapat member pengaruh besar kepada sifat-sifat air laut
lainnya dan kepada biota laut.
Suhu mempengaruhi daya larut gas-gas yang diperlukan untuk fotosintesis
seperti CO2 dan O2, gas-gas ini mudah terlarut pada suhu rendah dari pada suhu
tinggi akibatnya kecepatan fotosintesis ditingkatkan oleh suhu rendah. Panas yang
diterima permukaan laut dari sinar matahari menyebabkan suhu di permukaan
perairan bervariasi berdasarkan waktu. Perubahan suhu ini dapat terjadi secara


5
harian, musiman, tahunan atau dalam jangka waktu panjang (Romimohtarto
dalam Armita, 2011).
2.1.1.2 Salinitas
Air laut dapat dikatakan merupakan larutan garam. Kadar garam air
biasanya didefenisikan sebagai jumlah (dalam garam) dari total garam terlarut
yang ada dalam 1 kilogram air laut dan biasanya diukur dengan kondiktivitas.
Semakin tinggi konduktivitas semakin tinggi kadar garamnya. Komposisi kadar
garam tersebut selalu dalam keadaan yang konstan dalam jangka waktu yang
panjang. Hal ini disebabkan karena adanya kontrol dari berbagai proses kimia dan
biologi di dalam perairan laut. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar
organisme yang hidup di perairan laut merupakan organism yang memiliki
toleransi (sensitivitas) terhadap perubahan salinitas yang sangat kecil atau
organisme yang diklasifikasikan sebagai organisme stenohalin (Widodo dan Suadi
dalam Armita, 2011).
Salinitas didefinisikan sebagai jumlah bahan padat yang terkandung dalam
tiap kilogram air laut, dinyatakan dalam gram per-kilogram atau perseribu (Sutika
dalam Armita, 2011). Salinitas penting artinya bagi kelangsungan hidup
organisme, hampir semua organisme laut hanya dapat hidup pada daerah yang
mempunyai perubahan salinitas yang kecil (Hutabarat dan Evans dalam Armita,

2011). Menurut Sutika (1989) dalam Armita (2011) bahwa salinitas air laut pada
umumnya berkisar 33 o/oo sampai 37 o/oo dan berubah-ubah berdasarkan waktu dan
ruang. Nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh suplai air tawar ke air laut, curah
hujan, musim, topografi, pasang surut dan evaporasi (Nybakken dalam Armita,

6
2011). Ditambahkan pula oleh Nontji (1987) dalam Armita (2011) bahwa sebaran
salinitas dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan,
curah hujan dan aliran sungai.
2.1.1.3 Kecerahan
kecerahan merupakan ukuran transparasi perairan, nilai kecerahan
dinyatakan dalam satuan meter. Nilai kecerahan di suatu perairan sangat
dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan
tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan penelitian. Sedangkan
kekeruhan menggambarkan sifat optic air yang ditentukan berdasarkan banyaknya
cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam
air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang
tersuspensi dan terlarut (Effendi, 2003).
2.1.1.4 Kekeruhan
Kekeruhan merupakan gambaran sifat optic air oleh adanya bahan padatan

terutama tersuspensi (partikel tanah liat, lumpur, koloid tanah dan organism
perairan) dan sedikit dipengaruhi oleh warna periran (sutika dalam Armita, 1989).
Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terhambatnya penetrasi cahaya ke
dalam air (Effendi dalam Armita, 2003).
Sutika (1989) dalam Armita (2011), mengatakan bahwa kekeruhan dapat
mempengaruhi (a) terjadinya gangguan respirasi, (b) dapat menurunkan kadar
oksigen dalam air dan (c) terjadinya gangguan terhadap habitat. Selanjutnya

7
Walhi (2006) dalam Armita (2011), menyatakan bahwa kekeruhan standar untuk
lingkungan rumput laut sebesar 20 mg/l.
2.1.1.5 Kecepatan arus
Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan
oleh tiupan angin, karena perbedaan dalam densitas air laut atau disebabkan oleh
gerakan gelombang (Nontji dalam Wijayanti, 2007). Selanjutnya dikatakan bahwa
pada dasar perairan dangkal, dimana terdapat arus yang tinggi, hewan yang
mampu hidup adalah organisme periphitik atau benthos.
Pergerakan air yang ditimbulkan oleh gelombang dan arus juga memiliki
pengaruh yang penting terhadap benthos; mempengaruhi lingkungan sekitar
seperti ukuran sedimen, kekeruhan dan banyaknya fraksi debu juga stress fisik

yang dialami organisme-organisme dasar. Pada daerah sangat tertutup dimana
kecepatan arusnya sangat lemah, yaitu kurang dari 10 cm/dtk, organisme benthos
dapat menetap, tumbuh dan bergerak bebas tanpa terganggu sedangkan pada
perairan terbuka dengan kecepatan arus sedang yaitu 10-100 cm/dtk
menguntungkan bagi organisme dasar; terjadi pembaruan antara bahan organik
dan anorganik dan tidak terjadi akumulasi (Wood dalam Wijayanti, 2007).
2.1.2

Parameter Kimia

2.1.2.1 Derajat Keasaman (pH)
Sutika (1989) dalam Armita (2011) mengatakan bahwa derajat keasaman
atau kadar ion H dalam air merupakan salah satu faktor kimia yang sangat
berpengaruh terhadap kehidupan organisme yang hidup di suatu lingkungan

8
perairan. Tinggi atau rendahnya nilai pH air tergantung dalam beberapa faktor
yaitu : kondisi gas-gas dalam air seperti CO2, konsentrasi garam-garam karbonat
dan bikarbonat, proses dekomposisi bahan organic di dasar perairan.
Derajat keasaman merupakan faktor lingkungan kimia air yang berperan

dalam pertumbuhan dan perkembangan rumput laut. Menurut pendapat Soesono
(1988) dalam Armita (2011) bahwa pengaruh bagi organisme sangat besar dan
penting, kisaran pH yang kurang dari 6,5 akan menekan laju pertumbuhan bahkan
tingkat keasamannya dapat mematikan dan tidak ada laju reproduksi sedangkan
pH 6,5 – 9 merupakan kisaran optimal dalam suatu perairan.
2.1.2.2 Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen telarut merupakan salah satu unsur pokok pada proses
metabolisme organisme, terutama untuk proses respirasi. Disamping itu juga
dapat digunakan sebagai petunjuk kualitas air (Odum dalam Wijaya, 2009). Pada
umumnya oksigen terlarut berasal dari difusi oksigen dari udara ke dalam air dan
proses fotosintesis dari tumbuhan hijau. Pengurangan oksigen terlarut disebabkan
oleh proses respirasi dan penguraian bahan-bahan organik. Berkurangnya oksigen
terlarut berkaitan dengan banyaknya bahan-bahan organik dari limbah industri
yang mengandung bahan-bahan yang tereduksi dan lainnya (Welch dalam Wijaya,
2009).
Effendi (2003) dalam Armita (2011), menjelaskan bahwa hubungan antara
kadar oksigen terlarut jenuh dengan suhu yaitu semakin tinggi suhu maka
kelarutan oksigen dan gas-gas lain juga berkurang dengan meningkatnya salinitas,

9

sehingga kadar oksigen terlarut di laut cenderung lebih rendah dari pada kadar
oksigen di perairan tawar.
Distribusi oksigen secara vertical dipengaruhi oleh gerakan air, proses
kehidupan di laut dan proses kimia (Achmad dalam Armita, 2011). Menurut
Sutika (1989) dalam Armita (2011) pada dasarnya proses penurunan oksigen
dalam air disebabkan oleh proses kimia, fisika dan biologi yaitu proses respirasi
baik oleh hewan maupun tanaman, proses penguraian (dekomposisi) bahan
organic dan proses penguapan. Kelarutan oksigen ke dalam air terutama
dipengaruhi oleh faktor suhu, oleh sebab itu kelarutan gas oksigen pada suhu
rendah relative lebih tinggi jika dibandingkan pada suhu tinggi.
2.2

Sumberdaya Perikanan
Secara umum yang dimaksud dengan ikan ialah binatang vertebrata yang

berdarah dingin, hidup di lingkungan air, pergerakan dan keseimbangan badannya
terutama menggunakan sirip dan pada umumnya bernafas dengan menggunakan
ingsang. (Alamsyah dan Ridwan, 1980).
Menurut Dahuri (2001), proses pemanfaatan sumber daya perikanan ke
depan harus ada kesamaan visi pembangunan perikanan. Visi pembangunan

perikanan yaitu suatu pembangunan perikanan yang dapat memanfaatkan
sumberdaya ikan beserta ekosistemnya secara optimal bagi kesejahteraan dan
kemajuan bangsa Indonesia, terutama petani ikan dan nelayan secara
berkelanjutan.
2.3

Aktivitas Perikanan

10
2.3.1

Perikanaan Tangkap
Alat tangkap ikan adalah sarana dan perlengkapan lainnya yang digunakan

untuk menangkap ikan. Menurut Dinas Perikanan (1997) menyatakan
penangkapan ikan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan di
perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan.
Brown (2003) mengatakan bahwa untuk mendapatkan hasil tangkap yang
baik dipengaruhi oleh alat tangkap itu sendiri seperti konstruksi, bahan dan teknik,
keadaan lingkungan antara lain: cahaya, arus, tingkah laku ikan serta keterampilan
nelayan yang mengoperasikan alat tersebut. Ada empat faktor yang harus
diperhatikan dalam teknologi penangkapan yaitu jenis kapal, ukuran kapal, jenis
alat tangkap yang digunakan dan keahlian yang dimiliki nelayan (Pasaribu 1994).
2.3.2

Budidaya Perikanan
Budidaya perikanan adalah suatu teknik yang sejak ratusan tahun

dipraktekkan orang di dunia termasuk di Indonesia untuk memproduksi organisme
perairan dengan jalan memelihara atau mengembangbiakkan organisme air yang
diinginkan, seperti: ikan, udang, kepiting, siput, kerang dan rumput laut dalam
kondisi yang terkontrol. Kondisi yang terkontrol dapat berupa kolam, rakit,
keramba ataupun jaring apung yang luasnya terbatas sebagai tempat pemeliharaan
ikan, sehingga sebagian besar faktor produksi dapat diawasi, baik mengenai
biologi ataupun perkembangbiakan organisme yang dibudidayakan, tempat dan
lingkungannya termasuk hama, parasit maupun penyakitnya (Feliatra et al., 2005).
Keberhasilan dalam pembudidayaan ikan ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu
persyaratan lokasi yang baik dan menguntungkan, ketersedian benih, ketersedian

11
pakan, pengelolaan kualitas air dan penanganan parasit dan penyakit yang
menyerang ikan budidaya.
2.3.3

Pengelolaan hasil perikanan
pengelolaan perikanan adalah proses yang terintegrasi mulai dari

pengumpulan

informasi,

analisis,

perencanaan,

konsultasi,

pengambilan

keputusan, alokasi sumberdaya, formulasi dan implementasi, disertai dengan
pengamanan seperlunya terhadap peraturan yang berlaku demi menjaga
kelangsungan produksi dan pencapaian tujuan pengelolaan lainnya. Pengelolaan
perikanan tersebut secara internasional harus mengacu pada prinsip-prinsip
pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab (The Code of Conduct
Responsible Fisheries/CCRF) (Riniwati, 2009).
Juga disampaikan bahwa, beberapa aspek pengelolaan yang perlu
diperhatikan dilihat dari beberapa aspek adalah biologi dan lingkungan
(keterbatasan sumberdaya, faktor lingkungan dan pertimbangan keragaman hayati,
serta aspek ekologi lainnya), teknologi (alat penangkapan dan alat bantu
penangkapan, kapal, pasca panen), sosio-ekonomi, aspek kelembagaan, hukum,
jangka waktu, dan pendekatan kehati-hatian. Komponen pokok dalam pengelolaan
terdiri dari data dan informasi (data yang benar dan tepat waktu), kerangka
kelembagaan

dan

hukum

meliputi

otoritas

pengelolaan

(termasuk

MCS/Monitoring, Controlling and Surveillance), hukum yang mendukungnya dan
pihak yang berkepentingan (stakeholders).
2.3.4

Pemasaran

12
Pemasaran sangat penting dalam semua kegiatan yang menghasilkan
barang ataupun jasa. Hasil perikanan dapat dikelompokkan ke dalam bahan
mentah dan barang konsumsi. Menurut Kotler dan Armstrong (2008), pemasaran
adalah proses sosial dan manajerial dimana pribadi atau organisasi memperoleh
apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai
dengan yang lain. Dalam konteks bisnis yang lebih sempit, pemasaran mencakup
dan menciptakan hubungan pertukaran muatan nilai dengan pelanggan yang
menguntungkan. Oleh karena itu, pemasaran (marketing) sebagai proses dimana
perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang
kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai
imbalannya.
Ompumardi, (2009) menyatakan bahwa Manajemen pemasaran produk
perikanan tangkap relatif sederhana. Harga dipengaruhi oleh volume produksi
tangkap, jumlah pedagang, jenis alat angkut serta jarak yang dilalui, belum ada
upaya promosi dan klasifikasi produk perikanan. Rata-rata pedagang berpatokan
pada

tingkat

keuntungan

yang

memenuhi

kebutuhan

primer.

(http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/strategi-pemasaran-produkperikanan-dan-kelautan/, diakses Rabu, 27 Juni 2012).
2.3.5

Manajemen Sumberdaya Perikanan
Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang memiliki batas, sama

halnya dengan sumberdaya ikan pelagis, oleh karena itu diperlukan pengelolaan
yang tepat guna untuk dapat memanfaatkan sumberdaya ikan untuk kurun waktu
yang sangat lama. Sumberdaya perikanan bedasarkan sifatnya termasuk salah satu

13
sumberdaya alam yang pengembaliannya tidak diwarisi atau dibatasi yang berarti
setiap orang secara bebas dapat mengambil sumberdaya tersebut maka
sumberdaya

perikanan

seringkali

disebut

sumberdaya

milik

besama.

(http://perikananagrobisnis.com/2012/01/konsep - manajemen - dalam - usaha
perikanan.html, diakses Rabu, 27 Juni 2012).

III. METODE PRAKTIK

3.1

Waktu dan Tempat
Kegiatan Praktik Lapang ini dilaksanakan pada tanggal 01-03 Agustus

2012 yang berlokasi di Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten
Natuna Kepulauan Riau.
3.2

Alat dan Bahan

14
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktik lapang ini dapat dilihat pada
Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan
No
Parameter uji
1
Fisika Air
Suhu
Salinitas
Kecerahan
Kekeruhan
Kecepatan Arus
2
Kimia Air
pH air
Oksigen Terlarut
Tabel 2. Data Sosial
No
Jenis
1
Data Perikanan
2
Monografi Data
3.3

Bahan
Kuisioner
Monografi desa

Alat
Termometer
Refraktometer
Secchi disc
Turbidymeter
Pelampung bertali, stopwatch
Kertas pH indikator
DO meter

Keterangan
Wawancara
Tinjauan

Pengambilan Sampel
Penelitian dilakukan selama 3 hari, hari ke 1 dan ke 2 untuk pengukuran

kualitas air dan hari ke 3 untuk mendapatkan data kuisioner. Untuk pengambilan
sampel kualitas air dilakukan 2 kali dalam 1 hari yaitu pada waktu pagi dan sore.
Total pengambilan sampel adalah sebanyak 8 kali. Pengambilan sampel pertama
kali dilakukan pada stasiun 1 yaitu di titik koordinat N 30 96’17.02” dan E 1080
34’70.68”, setelah itu stasiun 2 di titik koordinat N 30 96’97.51” dan E 1080
35’24.32”. Jarak antara titik pengambilan sampel di stasiun 1 dengan stasiun 2
kurang lebih 400 m.
3.4

Metode Praktik

15
Metode yang digunakan dalam Praktik Lapang ini adalah metode survei
yaitu pengamatan langsung ke lapangan terhadap kondisi dan kegiatan usaha
perikanan dan wawancara kepada masyarakat
Bunguran

Timur

Kabupaten

Natuna

Desa Sepempang Kecamatan

Kepulauan

Riau.

Data-data

yang

dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dibutuhkan
dalam penelitian ini adalah wawancara dan pengukuran kualitas air.
Data sekunder diperoleh dari monografi (profil Desa), yang didapatkan di
Instansi terkait seperti Kantor Kepala Desa, Kantor Camat dan Dinas Perikanan
dan Kelautan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau dan studi literatur yang
hasilnya ditabulasikan dalam tabel-tabel.
3.5

Prosedur Praktik Lapang

3.5.1 Penentuan Responden
Responden yang diamati adalah para nelayan yang melakukan aktifitas
penangkapan di daerah yang di teliti. Sampel di tentukan oleh populasi.
Gay dan Diehl (1992) menyatakan bahwa target populasi mengacu pada
kelompok spesifik yang ingin diteliti, dimana perbandingan (ratio) yang
diperuntukkan penelitian deskriptif adalah minimal 10% atau 20% sampel dari
populasi. Penentuan sampel yang mewakili populasi dihitung berdasarkan ratio
yang digunakan oleh peneliti sebesar 50%. Adapun rumus perhitungannya adalah:
N=

¿

(∑ ¿) x R

Keterangan :
N

= jumlah sampel tiap startum

16
Ni

= jumlah populasi tiap stratum

R

= persentase ratio
Untuk perhitungan jumlah sampel yang dipergunakan dalam praktik

lapang ini seperti yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 3. Jumlah sampel penduduk Desa Sepempang menurut pekerjaan,
jumlah populasi, persentase dan ratio.
No.

Jenis
pekerjaan

Populasi
(ni)

Persentase
(%)

Ratio

Sampel
(N)

1.

Nelayan

121 Orang

75%

10 %

12 Orang

2.

Petani ikan

-

-

3.

Pengusaha
pengolahan
ikan
Penjual ikan

4

3.5.2

-

1 Orang

6,25%

3 Orang

18,75%

1 Orang
100 %
3 Orang

Tahap pengolahan data

3.5.2.1 Tahapan cara mengolah kuesioner
a) pengklarifikasian pertanyaan dalam kuisioner.
b) perhitungan data yang di dapat melalui kuisioner yang telah diisi.
c) menganalisis hasil kuisioner yang telah di isi responden.
3.5.3

Pengukuran Kualitas Peraiaran

3.5.3.1 Parameter Fisika Perairan
3.5.3.1.1 Suhu

17
Pengukuran suhu dilakukan pada permukaan perairan. Pengukuran suhu
ini

dilakukan

dengan

menggunakan

thermometer.

Sebelum

melakukan

pengukuran, thermometer di kalibrasi dulu dengan cara dikibas-kibaskan
thermometer sampai 0oC. Kemudian dicelupkan thermometer ke dalam perairan
selama beberapa menit lalu dilihat nilai suhu pada thermometer tersebut.
3.5.3.1.2 Salintas
Salinitas perairan laut dapat diukur dengan menggunakan refraktometer.
Sebelum pengukuran dilakukan refraktometer ditetesi dengan aquades yaitu
bertujuan untuk mengkalibrasi alat, setelah itu dibersihkan dengan kertas tisu sisa
aquades yang tertinggal. Kemudian diteteskan air sampel yang ingin diketahui
salinitasnya, dilihat ditempat yang bercahaya dan dicatat hasilnya yang
ditunjukkan oleh skala. Setelah selesai pengukuran bilas kaca prisma dengan
aquades, dan dikeringkan dengan tisu.
3.5.3.1.3 Kecerahan
Pengukuran kecerahan perairan diukur dengan menggunakan secchi
disc.

Secchi disc diturukan ke dalam perairan secara perlahan sampai tidak

kelihatan, setelah itu diukur panjang tali secchi disc dari permukaan perairan
hingga kedalaman secchi disc tidak terlihat (jarak hilang). Kemudian secchi disc
diturunkan sampai kedasar perairan dan ditarik perlahan-lahan ke atas sampai
secchi disc kelihatan, kemudian diukur panjang tali secchi disc dari permukaan
hingga kedalamam secchi disc kelihatan (jarak tampak). Selanjutnya rata-ratakan

18
jarak hilang dan jarak tampak tersebut dengan menggunakan rumus: kedalaman
secchi (cm) = (jarak hilang (cm) + jarak tampak (cm))/2.
3.5.3.1.4 Kekeruhan
Kekeruhan merupakan gambaran sifat optic air oleh adanya bahan
padatan terutama tersuspensi (partikel tanah liat, lumpur, koloid tanah dan
organism perairan) dan sedikit dipengaruhi oleh warna perairan (Sutika dalam
Armita, 1989). Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terhambatnya
penetrasi cahaya ke dalam air (Effendi dalam Armita, 2003). kekeruhan dapat
mempengaruhi (a) terjadinya gangguan respirasi, (b) dapat menurunkan kadar
oksigen dalam air dan (c) terjadinya gangguan terhadap habitat.
3.5.3.1.5 Kecepatan arus
Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat
disebabkan
oleh tiupan angin, karena perbedaan dalam densitas air laut atau disebabkan oleh
gerakan gelombang (Nontji dalam Wijayanti, 2007). Selanjutnya dikatakan bahwa
pada dasar perairan dangkal, dimana terdapat arus yang tinggi, hewan yang
mampu hidup adalah organisme periphitik atau benthos.
Pergerakan air yang ditimbulkan oleh gelombang dan arus juga memiliki
pengaruh yang penting terhadap benthos; mempengaruhi lingkungan sekitar
seperti ukuran sedimen, kekeruhan dan banyaknya fraksi debu juga stress fisik
yang dialami organisme-organisme dasar. Pada daerah sangat tertutup dimana
kecepatan arusnya sangat lemah, yaitu kurang dari 10 cm/dtk, organisme benthos

19
dapat menetap, tumbuh dan bergerak bebas tanpa terganggu sedangkan pada
perairan terbuka dengan kecepatan arus sedang yaitu 10-100 cm/dtk
menguntungkan bagi organisme dasar, terjadi pembaruan antara bahan organik
dan anorganik dan tidak terjadi akumulasi (Wood dalam Wijayanti, 2007).
3.5.3.2

Parameter Kimia Perairan

3.5.3.2.1 Derajat Keasaman (pH)
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH indikator
(lakmus) yang dicelupkan +1 detik kedalam perairan, didiamkan sampai kering
kemudian dicocokan dengan warna standarnya pada skala pH indikator.
3.5.3.2.2 Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut diukur dengan menggunakan DO meter, adapun cara
penggunaannya yakni DO meter sebelum digunakan dikalibarasi terlebih dahulu,
kemudian probe pada DO meter dicelupkan ke dalam perairan dan setelah itu
dibaca hasilnya pada display atau tampilan layar.
3.6

Analisis Data
Semua data hasil wawancara dan hasil pengukuran kualitas air

ditabulasikan dan dibuatkan dalam grafik untuk kemudian dibahas secara
deskriptif. Dari hasil praktik lapang ini data potensi perikanan yang dibahas
adalah data jumlah dan jenis alat tangkap, hasil perikanan tangkap, jenis ikan dan
wadah budidaya, jenis produksi pengolahan hasil perikanan, harga pemasaran dan
skema pendistribusian ikan, potensi sumberdaya perairan lainnya dan kualitas
perairan. Selanjutnya data permasalahan aktifitas perikanan akan dibahas sebagai

20
isu permasalahan sumberdaya perikanan. Semua data-data tersebut dibahas secara
deskriptif

sesuai

dengan

tujuan

untuk

mendapatkan

kesimpulan

serta

memeberikan rekomendasi dan saran.

IV. KONDISI UMUM DAERAH PRAKTEK

4.1

Kondisi Geografis

4.1.1

Letak Geografis
Desa Sepempang merupakan Desa yang berada di Kecamatan Bunguran

Timur Kabupaten Natuna.Dilihat dari segi geografis Desa Sepempang terletak
pada posisi 04000’48” LU dan 108025’04” BT.

Desa Sepempang berada di

wilayah Administratif Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna dan
terletak di sebelah Utara Ibu Kota Kecamatan Bunguran Timur, dengan luas
wilayah + 56,72 km2, yang terdiri dari 2 Dusun, 3 Rukun Warga (RW) dan 9

21
Rukun Tetangga (RT), Desa Sepempang memiliki batas wilayah Administratif
sebagai berikut ;

4.1.2

Sebelah Utara

: Desa Limau Manis Kec.Bunguran Timur Laut

Sebelah Timur

: Laut Natuna

Sebelah Selatan

: Kelurahan Ranai Kota Kec.Bunguran Timur

Sebelah Barat

: Gunung Sriserindit

Topografi
Desa Sepempang merupakan desa yang berada di daerah lereng Gunung

Sriserindit sebelah Timur, dan berbatasan langsung dengan laut Natuna sebelah
Timur, Sebagian besar wilayah Desa Sepempang adalah dataran rendah atau di
pesisir pantai, di sebelah selatan dibatasi oleh selokan Teluk yang sekaligus
menjadi batas dengan Kelurahan Ranai Kota, dan di sebelah Utara di batasi oleh
Sungai Selahang yang sekaligus menjadi batas dengan Desa Limau Manis
Kecamatan Bunguran Timur Laut.
4.1.3

Hidrologi dan Klimatologi
Aspek hidrologi suatu wilayah desa sangat diperlukan dalam pengendalian

dan pengaturan tata air wilayah Desa. Berdasarkan hidroliginya, aliran-aliran
sungai di wilayah Desa Sepempang membentuk pola Daerah Aliran Sungai,
tercatat beberapa sungai maupun selokan baik skala kecil, sedanng, dan besar,
terdapat di Desa Sepempang, seperti :
-

Sungai Kerani yang berhulu di Kampung Air Hijau

-

Sungai Sepempang yang berhulu di Gunung Tinggung

22
-

Sungai Selahang berhulu di Gunung Sejuba ( Batas wilayah
dengan Desa Limau Manis Kecamatan Bunguran Timur Laut)

-

Sungai Teluk berhulu di Tegul Balau (Batas Desa Sepempang
dengan Kelurahan Ranai Kota Kecamatan Bunguran Timur)

-

Sungai Batu Akai

4.2

Demografi Kependudukan

4.2.1

Penduduk
Jumlah penduduk Desa Sepempang berdasarkan data terakhir

Desa

Sepempang Tahun 2012 tercatat sebanyak 1.459 jiwa, dengan komposisi laki-laki
sebanyak 723 jiwa (49,55%), perempuan sebanyak 736 jiwa (50,44%), seperti
yang terdapat pada tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan jenis Kelamin di Desa Sepempang
Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna Provinsi
Kepulauan Riau.
No
Jenis Kelamin
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1
Laki-laki
723
49,55
2

Perempuan
736
Jumlah
1459
Sumber: Kantor Kepala Desa Sepempang Tahun 2012

50,44
100

Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan di
Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna Provinsi
Kepulauan Riau lebih banyak dari pada laki-laki.
4.2.2

Usia
Sementara itu untuk melihat jumlah penduduk berdasarkan tingkatan usia

yang ada di Desa Sepempang dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Desa Sepempang Berdasarkan Usia Tahun 2012

23
No.

Usia

Jumlah

1
0 s/d 6 Tahun
173 Jiwa
2
7 s/d 15 Tahun
364 Jiwa
3
16 s/d 25 Tahun
360 Jiwa
4
26 s/d 40 Tahun
262 Jiwa
5
41 s/d 50 Tahun
153 Jiwa
6
51 s/d 60 Tahun
77 Jiwa
7
61 Tahun keatas
70 Jiwa
Jumlah Total
1.459 Jiwa
Sumber : Kantor Kepala Desa Sepempang Tahun 2012

Persentase%
11,85%
24,94%
24,67%
17,95%
10,48%
5,27%
4,79%
100%

Dari tingkat umur ini dapat dilihat bahwa jumlah usia produktif yaitu
kelompok umur 26-50 paling banyak dengan jumlah 415 jiwa (28,43%) dari pada
lanjut usia dan usia remaja. Hal ini menunjukkan bahwa potensi sumberdaya
manusia di Desa Sepempang cukup tinggi, sehingga pembangunan berdasarkan
pemanfaatan sumberdaya alam, khususnya dalam bidang perikanan masih dapat
ditingkatkan.
4.2.3

Mata Pencarian
Mata pencaharian penduduk di Desa Sepempang sangat beragam antara

lain : Petani, Nelayan, Buruh, Pedagang, PNS/ TNI/ POLRI, Pensiunan, Honorer.
Berdasarkan data yang diperoleh, mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Penduduk Desa Sepempang Menurut Mata Pencarian
Tahun 2012
No.

Uraian Mata Pencaharian

Jumlah

Persentase

1
2
3
4
5
6
7

Petani/Perkebunan
Nelayan
Pengrajin/Mebel
Pengrajin/Industri Kecil
Pedagang/Wiraswasta
Bengkel
Jasa Transportasi/Ojek

188 Jiwa
121 Jiwa
10 Jiwa
20 Jiwa
26 Jiwa
7 Jiwa
8 Jiwa

12,88 %
8,29 %
0,69 %
1,37 %
1,78 %
0,49 %
0,54 %

24
8
Pegawai Negeri Sipil
40 Jiwa
9
TNI / POLRI
7 Jiwa
10
Pensiunan (ABRI /PNS)
1 Jiwa
11
Penambang Batu / Pasir
78 Jiwa
12
Tenaga Honorer
30 Jiwa
13
Belum Bekerja
923 Jiwa
Jumlah Total
1.459 Jiwa
Sumber : Kantor Kepala Desa Sepempang tahun 2012

2,74 %
0,49 %
0,07 %
5,35 %
2,05 %
63,26 %
100 %

Mayoritas Penduduk Desa Sepempang yaitu bermata pencarian petani
(188 jiwa) dan Nelayan (121 jiwa). Ini memungkin kan karna letak Desa
Sepempang dekat dengan pesisir dan berdampingan dengan area gunung yang
memiliki tekstur tanah yang gembur yang memungkin kan untuk melakukan
aktivitas perkebunan.
4.2.4. Etnis dan Agama
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kepala Desa Sepempang,
agama yang dianut oleh penduduk di Kelurahan ini terdiri dari lima agama yaitu:
Islam, Kristen Protestan, Kristen Khatolik, Budha dan Hindu. Islam dan Melayu
merupakan agama dan Etnis mayoritas yang ada di Desa Sepempang. Untuk lebih
jelas perbandingan jumlah penduduk berdasarkan agama dan Etnis yang dianut
dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Jumlah Penduduk Desa Sepempang Berdasarkan Etnis dan Agama
Tahun 2012
No.

Etnis

Jumlah

Agama

1
Melayu
1.360 Jiwa
Islam
2
Jawa
17 Jiwa
Kristen Katolik
3
Batak
10 Jiwa
Kristen protestan
4
Keturunan Cina
28 Jiwa
Budha
5
Lain – lain
44 Jiwa
Hindu
Sumber : Kantor Kepala Desa Sepempang Tahun 2012

Jumlah
1.421 Jiwa
12 Jiwa
26 Jiwa
-

25
Dari tabel di atas dapat dilihat Etnis melayu mendominasi di desa
Sepempang yaitu 1360 jiwa (93,31%) dan sisa nya 99 jiwa (6,78%) merupakan
penggabungan dari beberapa Etnis sepreti: Jawa, Batak, keturunan China dan lainlain.
Dan Agama yang dominan di anut masyarakat Desa Sepempang yaitu
islam 1421 jiwa (97,39%). Sedang kan sisa nya 38 jiwa (2,60%) merupakan
penggabungan dari Agama budha dan Kristen katolik.

4.2.

Sarana dan Prasarana

4.2.1. Administrasi Desa
Desa Sepempang dipimpin oleh seorang Kepala Desa dengan dibantu oleh
seorang Sekretaris Desa, 5 orang BPD, 2 orang kepala Dusun dan 5 orang Kepala
Urusan (Kaur). Struktur Organisasi Pemerintahan Desa :
Struktur Organisasi Pemerintahan Desa
STRUKTUR ORGANISASI TATA KERJA DESA SEPEMPANG
( SOTK Desa ) POLA MINIMAL

KEPALA DESA

BPD

MUHAMMAD DELAN

MURIADI
SUDARMAN
JAMALUDIN
SUHARDANITO
SUHANA

SEKRETARIS DESA
HADERI

KADUS. I

KADUS. II

MUHAMMAD NUR

ABDULLAH

26

KAUR UMUM
SARDIAH

K.PEMERINTAHA
N
SYAFIRI

KAUR KESRA
AHMAD SUHARDI

K.KEUANGAN
W.AHMAD YANI

K.PEMBANGUNAN
EDDY SOFYAN

Gambar 1. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Sepempang.

4.2.2. Sarana Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu tingkat keberhasilan
daerah dalam pembangunan dan sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka makin besar pula
kemampuan untuk menyerap pengetahuan yang dapat dimanfaatkan dalam
pembangunan. Pendidikan juga merupakan modal dasar dalam meningkatkan pola
berpikir masyarakat untuk di latih dan di didik dalam suatu pendidikan formal,
selaian itu Pendidikan merupakan salah satu modal dasar pembangunan, sehingga
pendidikan adalah sebuah Investasi (Modal) di masa yang akan datang.
Jumlah guru dan murid di Desa Sepempang tiap tahun nya mengalami
peningkatan, pada tahun 2011 jumlah Guru di Desa Sepempang berjumlah 29
orang. Dengan jumlah murid PAUD sebanyak 20 Orang, TPA sebanyak 64 orang,
MDA sebanyak 31 orang dan SD sebanyak 177 orang, untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 8.

27
Tabel 8. Data Pendidikan/Sekolah Formal dan Non Formal Desa Sepempang
Tahun 2011
No.

Uraian

PAUD

TPA

MDA

1
Guru / Pendidik
3
6
5
2
Murid
20
64
31
Sumber : Kantor Kepala Desa SepempangTahun 2012

SD

Jumlah

15
177

29
292

Dimana untuk meningkatkan taraf pendidikan ini diperlukan sarana dan
prasarana yang mendukung. Sarana yang diperlukan itu berupa sarana berbentuk
fisik yaitu sekolah. Adapun jumlah sarana prasarana pendidikan di Desa
Sepempang terdiri dari jenjang PAUD, TPA, MDA dan SD, baik Formal maupun
Non Formal, nama dan jumlah sarana Pendidikan yang ada di Desa Sepempang
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Data Sarana dan Prasarana Pendidikan di Desa SepempangTahun
2012
Jenjan
No.
Nama Sekolah
Status
Lokasi
g
1

PAUD Kasih Ibu

PAUD

Swasta

Dusun.I,
Merah

2

TPA Al-Kautsar

TPA

Swasta

Dusun.I,
Padang Buluk

3

MDA Ar-Rahman

MDA

Swasta

Dusun.II, Rw.03/Rt.01 Teluk
Baruk

4

Rw.01/Rt.01

SDN 005
SD
Negeri
Dusun.I,
Sepempang
Tanjung Sulai
Sumber : Kantor Kepala Desa Sepempang Tahun 2012

Rw.01/Rw.02

Rw.01/Rt.03

Dengan kurangnya sarana sekolah sangat mempengaruhi kehidupan
warga, dimana di Desa sepempang ini tidak memiliki sekolah SMP dan SMA
sederajat sehingga anak-anak yang telah lulus SD harus menyambung sekolahnya
ke luar Desa Sepempang.

Air

28
4.3.3

Sarana Kesehatan
Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk manusia agar

dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan baik. Tenaga kesehatan di Desa
Sepempang pada tahun 2010 s/d 2012 terdiri hanya 2 orang Bidan, dan partisipasi
masyarakat di bidang kesehatan sebanyak 19 orang, untuk lebih lanjut dapat
dilihat dalam tabel 10.
Tabel 10. Jumlah Tenaga Kesehatan dan Partisipasi Masyarakat Desa
Sepempang Tahun 2012
No.
Tenaga Kesehatan
Jumlah
Dokter Umum
1
Medis
Dokter Spesialis
Bidan
2
2
Keperawatan
Perawat
Dukun Bayi
Posyandu
Polindes
POD
3

Partisipasi Masyarakat

Desa Siaga
Kader Lansia
Paraji Sunat
Kader UKK
Kader Bina Keluarga Muda

Jumlah
Sumber : Kantor Kepala Desa Sepempang tahun 2012

1
12
3
3
21

29
Dengan tidak adanya sarana Kesehatan yang ada di Desa Sepempang
seperti Puskesmas, Rumah sakit, Mobil Ambulance, dan minimnya tenaga
Kesehatan ini sangat berpengaruh terhadap masyarakat sekitar karna jika mereka
ada yang sakit maka harus berobat ke Rumah Sakit di Ibu Kota kabupaten untuk
Mendapat kan Pengobatan yang lebih lanjut.
4.3.4

Sarana Keagamaan
Sarana ibadah yang tersedia di Desa Sepempang antara lain berupa Mesjid

sebanyak 2 (dua) unit dan Surau/Musolah 3 (tiga), berikut jenis dan jumlah sarana
ibadah di Kelurahan ini tampak pada tabel 11.
Tabel 11. Sarana Keagaman
No.

Jenis Kepemilikan

Lokasi

1
Masjid
Dusun I-II
2
Mushola/Surau
Dusun I-II
3
Gereja
4
Vihara
JUMLAH
2
Sumber : Kantor Kepala Desa Sepempang tahun 2012

Jumlah
2
3
5

Sarana ibadah yang terdapat di Desa Sepempang telah memberikan
kemudahan bagi masyarakat untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaan mereka masing-masing dan sarana yang memadai sangat
mendukung aktivitas ibadah bagi masyarakat. Namun disayangkan belum lengkap
nya sarana ibadah yang ada di Desa Sepempang. Yang menyebabkan sedikit
tergangunya aktifitas keagamaan.
4.3.5

Sarana Transprotasi

30
Panjang jalan di Desa Sepempang sampai tahun 2012 sepanjang + 27 km,
yang terdiri dari atas jalan Kecamatan 8 km, serta jalan desa sepanjang + 19 km.
Mulai tahun 2008, di Desa Sepempang mulai dilintasi oleh trayek angkutan kota
yaitu Trayek Desa Tanjung – Kel.Ranai Kota / Sepempang - Kel.Ranai Kota,
sehingga amat membantu bagi transportasi masal penduduk. Namun demikian
angkutan ojek masih mendominasi alat transportasi penduduk, dan pada Tahun
2010 Desa Sepempang mendapatkan sebuah alat trasportasi berupa Mitsubishi
Colt L300 yang di danai oleh Dana Program Pemberdayaan Sistim Pembangunan
Partisipatif (P2SPP) Kabupaten Natuna Tahun Anggaran 2010.
4.2.6. Sarana Telekomunikasi dan Informasi
Penggunaan jaringan komunikasi di Desa Sepempang khususnya jaringan
Hand phone telah ada, walaupun masih banyak di titik-titik tertentu di Desa
Sepempang masih belum terjangkau siknal. Jumlah pengguna jaringan Hand
phone di Desa Sepempang sudah mencapai 70 % dari jumlah penduduk Desa
Sepempang.
Selanjutnya dengan adanya Program “PUSYANTIP” (Pusat Pelayanan
Telekomunikasi dan Informasi Pedesaan) dari TELCOMSEL Kartu AS, sangat
membantu mobilisasi komunikasi khususnya di Kantor Kepala Desa Sepempang.

31

V. KEADAAN UMUM SUMBERDAYA
PERAIRAN DAN PERIKANAN

5.1.

Sumberdaya Perairan

5.1.1. Pengukuran Kualitas Air
Hasil pengukuran di lapangan yang diukur pada Pagi hari (pukul
10.15WIB) dan Sore hari (18.15WIB) tanggal 01 dan 02 Agustus 2012, maka
didapat beberapa kondisi parameter kualitas perairan yang telah di Rata-Rata kan
di sajikan pada Tabel dibawah :
Tabel 12. Parameter Fisika di Perairan Desa Sepempang Kecamatan
Bunguran Timur Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau.
Kepmen LH No
Nilai dan Satuan
No
Parameter Fisika
51 Tahun 2004
Pagi
Sore
1
Suhu
31,5 0C
31 0C
2
Salinitas
30 ‰
29,5 ‰
3
Kecerahan
3,3 m
2,05 m
4
Kekeruhan
0
0
5
Kecepatan Arus
10 m/ 56 detik 10 m/ 46 detik
Sumber: Data Primer dan KEP MEN LH No 51 Tahun 2004,
Tentang Baku mutu Air laut untuk Biota Laut

28-320C
33-34‰
>5
5
Sumber: Data Primer dan KEP MEN LH No 51 Tahun 2004, lampiran III
Tentang Baku mutu Air laut untuk Biota Laut

32
5.1.2. Suhu
Kisaran suhu yang terukur selama penelitian pada kedua stasiun masih
dalam kisaran suhu yang baik untuk kehidupan biota ini sesuai dengan KEP MEN
LH No 51 Tahun 2004 lampiran III

5.1.3. Salinitas
Salinitas merupakan kadar garam yang terdapat dalam perairan yang dapat
berubah karna dipengruhi pasang surut air laut dan hujan, namun salinitas di Desa
Sepempang masih bisa dikatakan baik karna masih berkisar antara 29,5-30‰
(masih dibawah baku mutu KEP MEN LH No 51 Tahun 2004 lampiran III).

5.1.4. Kecerahan
Kecerahan di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan
tersuspensi dan penetrasi cahaya matahari yang masuk keperairan tersebut.
Kecerahan perairan di Desa Sepempang yang didapat adalah 2,2-3,4m, masih
dibawah baku mutu KEP MEN LH No 51 Tahun 2004 lampiran III). Secara
umum intensitas cahaya yang masuk cukup baik. Dan kecerahan pada perairan ini
masih bisa mendukung kehidupan organisme dalam perairan tersebut.
5.1.5. Kekeruhan
Pada Perairan Desa Sepempang kekeruhan nya 0. Ini disebab kan tekstur
dasar laut yang berpasir dan arus cendrung tenang.
5.1.6. Kecepatan Arus

33
Terjadi perbedaan kecepatan arus pada saat pagi dan sore. Ini disebabkan
pada waktu sore tiupan angin cukup kuat sehingga mampu mempercepat gerakan
air yang berada di permukaan perairan.
5.1.7. PH (Derajat Keasaman)
Derajat keasaman (pH) perairan pantai Desa Sepempang adalah 7,6. Dari
nilai ini pH perairan tersebut masih normal dan masih baik untuk kehidupan biota
5.1.8. DO (Oksigen Terlarut)
Angka DO yang kecil menandakan perairan tersebut banyak mengandung
bahan-bahan organik sehingga oksigen sulit masuk ke dalam perairan. Selain
bahan- bahan organik, suhu dan salinitas juga berperan dalam suatu perairan,
semakin tinggi suhu, salinitas dan tekanan gas yang terlarut dalam air maka
kandungan oksigen berkurang dalam zsuatu perairan. Sedangkan DO di perairan
Desa Sepempang ialah 7,74 mg/l. Pengukuran DO hanya biasa dilakukan satu (1)
kali ini disebabkan keterbatasan alat.
5.2.

Sumberdaya Perikanan

5.2.1. Perikanan Tangkap
5.2.1.1. Masyarakat Nelayan
Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan dengan nelayan
Desa Sepempang diketahui bahwa kegiatan perikanan di Desa ini secara umum
dilakukan secara turun temurun. Jika dilihat dari jenis usaha penangkapan yang
dilakukan oleh masyarakat nelayan, maka perikanan di daerah ini termasuk
perikanan pantai (coastal fisheries) dan perikanan lepas pantai (offshore fisheries).

34
Masyarakat nelayan dapat dibedakan atas dua golongan, yaitu : Nelayan tetap dan
nelayan tidak tetap / sambilan.
Nelayan tetap adalah orang yang memiliki mata pencaharian utama
sebagai nelayan, kehidupannya sangat bergantung pada aktifitas penangkapan
ikan, dan melakukan pekerjaan lain hanya sebagai sambilan apabila tidak melaut.
Nelayan tidak tetap atau sambilan adalah orang yang melakukan usaha
penangkapan sebagai usaha sampingan, sedangkan usaha pokok mereka adalah
sebagai petani, pedagang, dan sebagainya.
Nelayan yang ada di Desa Sepempang umumnya merupakan nelayan tetap
yang mana profesi sebagai nelayan dijadikan mata pencaharian utama. Selain
sebagai nelayan mereka juga banyak yang bekerja sebagai Petani, perkebunan
yang mereka olah seperti cengkeh dan kelapa.
Kehidupan masyarakat nelayan di Desa Sepempang tergolong masih
sederhana, hasil tangkapan yang diperoleh nelayan di Desa Sepempang sebagian
kecil di konsumsi sendiri oleh nelayan atau dijual kepada masyarakat yang berada
disekitar tempat pendaratan ikan. Kemudian ikan yang terisisa langsung dibawa
ketoke / penampung. Dalam menjual hasil perikanan yang menentukan harga
adalah para toke / penampung, jadi nelayan memperoleh hasil tangkapan dari
penampung masing-masing.
Faktor

pendidikan

bukan merupakan prioritas bagi nelayan sebab

aktivitas penangkapan yang mereka lakukan bersifat tradisional yang lebih
mementingkan pengalaman dan keterampilan dari pada pengetahuan dan keahlian.
Ini didukung dengan data kuisioner dimana nelayan Desa Sepempang rata-rata

35
hanya berpendidikan setingkat SD ( Sekolah Dasar), dari data profil Desa
Sepempang dapat diketahui bahwa jumlah nelayan yang ada di Desa tersebut
berjumlah 122 Orang, maka untuk melengkapi peryaratan Peraktik Lapang yang
ditentukan maka diambil 10 % dari jumlah nelayan yang ada di Desa Sepempang,
dan didapat 12 orang. Dari 12 Orang yang diberikan kuisioner didapat hasil yaitu
status pendidikan masyarakat nelayan Desa Sepempang, untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 14.
Tabel 14 . Status Pendidikan Nelayan Desa Sepempang
NO Status Pendidikan
Jumlah Nelayan Persentase
%
1
Tidak Sekolah
2
SD (Sekolah Dasar)
9 Orang
75 %
3
SLTP (Sekolah Lanjut Tingkat 3 Orang
25 %
pertama)
4
SMA (Sekolah Menengah Pertama)
5
Akademi / Diplomat
6
Perguruan Tinggi
Jumlah
12 Orang
100 %
Sumber : Data Primer
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa mayoritas masyarakat nelayan
Desa Sepempang hanya berpendidikan SD (Sekolah Dasar) sederajat. Ini
membuktikan bagi mereka pendidikan bukan sebagai faktor penting dalam
melaut, melainkan hanya faktor pendukung. Karna keterampilan sebagai nelayan
telah diturunkan sejak dini terhadap anak-anak mereka. Hal ini terlihat sering
memberikan pengetahuan kepada anaknya mulai dari alat tangkap dan kapal
penangkapan yang digunakan begitu juga dengan tata cara penangkapan.
Pengetahuan penangkapan ikan hanya berasal dari pengalaman yang didapat dari
orang tua mereka secara turun temurun. Jarak tempuh nelayan yang ada di Desa
Sepempang sekali melaut, 10-80 mil hingga mendekati perbatasan Vietnam. Hal

36
yang menyebabkan jauhnya jarak lokasi penangkapan ikan dikarnakan
menipisnya sumberdaya perikanan di area pesisir pantai. Dan yang dikeluhkan
oleh nelayan setempat ialah mulai menipisnya ikan di perairan mereka salah satu
faktornya karna banyak nelayan-nelayan asing yang masuk diperairan Natuna
dengan kapasitas kapal berukuran besar dan menggunakan pukat harimau.
Selaian itu aktifitas nelayan yang ada di Desa Sepempang sangat
dipengaruhi oleh musim. Jika musim Utara terjadi yaitu antara Bulan Desember
sampai pertengahan bulan Maret, dimana angin bertiup dari arah utara. Pada
musim ini angin bertiup kencang dan laut berombak besar, sehingga mereka tidak
bisa melaut.
Musim Timur terjadi pada pertengahan Bulan Maret sampai Bulan Mei.
Angin bertiup pelan dan laut bertiup relatif tidak berombak. Pada musim ini
mereka bias melaut.
Musim Selatan terjadi pada Bulan Juni sampai Bulan Agustus. Angin
bertiup agak kencang dan laut relatif berombak. Namun mereka masih bias
melaut.
Musim Barat terjadi pada Bulan September sampai dengan Bulan
November. Keadaan angin relatif tidak stabil.
Dapat disimpulkan bahwa masa kerja nelayan dilaut biasa dikatakan
singkat karna hanya biasa melaut selama kurang lebih 5 bulan dalam 1 tahun.
5.2.1.2. Alat Penangkapan Ikan

37
Alat tangkap merupakan salah satu faktor utama yang menentukan
keberhasilan suatu usaha perikanan. Jenis alat tangkap yang digunakan oleh
nelayan di Desa Sepempang adalah pancing.
5.2.1.2.1. Pancing
Dari data profil Desa Sepempang dapat diketahui bahwa jumlah nelayan
yang ada di Desa tersebut berjumlah 122 Orang, maka untuk melengkapi
peryaratan Peraktik Lapang yang ditentukan maka diambil 10 % dari jumlah
nelayan yang ada di Desa Sepempang, dan didapat 12 orang. Dari 12 Orang yang
diberikan kuisioner didapat hasil yaitu alat penangkapan perikanan yang
digunakan masyarakat nelayan
di Desa Sepempang yaitu Pancing. Untuk melihat persentasenya, dapat dilihat
pada tabel 15.
Tabel 15. Persentase alat tangkap yang digunakan nelayan di Desa
Sepempang
N Alat Tangkap
Jumlah Nelayan
Persentase %
o
1
Pukat Udang
2
Pukat Kantong
3
Pukat Cincin
4
Jaring Ingsang
5
Jaring Angkat
6
Pancing
12 Orang
100 %
Sumber: Data Primer
Pancing adalah alat tangkap yang menggunakan umpan buatan maupun
umpan alami pada mata pancing agar ikan terangsang untuk memakannya. Umpan
yang digunakan adalah ikan-ikan kecil, udang dan cacing. Menurut klasifikasinya
pancing termasuk kedalam golongan Line fishing, yaitu alat tangkap yang
menggunakan mata pancing dan umpan untuk menarik perhatian ikan.

38
Tali pancing terbuat dari benang nilon multifilament dengan nomor 15, 20
dan 25 serta ukuran mata pancing 4-5 dan 3-4, serta dilengkapi dengan pemberat,
sedangkan panjang tali 10-15 meter. Cara pengoperasian dengan menurunkan alat
dan mengulurkan tali sampai kedalaman tertentu. Hasil tangkapan yang di dapat
dalam sehari penangkapan 5-30 Kg. Adapun ikan-ikan yang ditangkap seperti
ikan tenggiri (Cybium commersoni), ikan tongkol (Euthynnus lineatus), ikan selar
(Selaroides sp) dan ikan kembung (Rastrelliger branchysoma).
5.2.1.3. Armada Penangkapan
Dari hasil jawaban 12 Orang nelayan Desa Sepempang mengenai armada
penangkapan, mayoritas nelayan Desa Sepempang mengunakan kapal motor 2-5
GT, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 16.
Tabel 16. Armada Pengkapan Nelayan Desa Sepempang.
No Armada Penangkapan
Jumlah Nelayan
1
Perahu Papan Kecil
1 Orang
2
Perahu Motor Tempel
3
Kapal Motor, 2-5 GT
11 Orang
Jumlah
12 Orang
Sumber: Data Primer

Persentase %
8,3 %
91,6 %
100 %

Peningkatan produksi perikanan tidak terlepas dari tersedianya armada
penangkapan, operasi penangkapan pada areal yang luas dan keterampilan dari
nelayan itu sendiri. Armada perikanan yang ada di Desa Sepempang berdasarkan
data koesioner adalah kapal motor ukuran 32-34 kaki dan lebar 1,3-1,5 m. Dengan
mengunakan mesin Dompeng maupun Tiongkok
Armada penangkapan di Desa Sepempang masih tergolong maju karena
dapat dilihat sebahagian besar nelayan menggunakan perahu motor. Hal ini karena
nelayan mempunyai kemampuan ekonomi untuk membeli perahu motor.

39
5.2.1.4 Status Kepemilikan Kapal
Dari hasil jawaban 12 Orang nealyan Desa Sepempang mengenai Status
Kepemilikan armada penangkapan, mayoritas nelayan Desa Sepempang
Mempunyai armada penangkapan pribadi, untuk lebih jelas dapat dilihat pada
tabel 17.
Tabel 17. Status Kepemilikan Kapal Nelayan Desa Sepempang
N Status Kepemilikan Kapal
Jumlah Nelayan
Persentase %
o
1
Milik Pribadi
8 Orang
66,6 %
2
Milik Juragan
2 Orang
16,6 %
3
Pinjaman
2 Orang
16,6 %
Jumlah
12 Orang
100 %
Sumber: Data Primer
5.2.1.5 Lokasi Penangkapan
Dari hasil wawancara dengan masyarakat nelayan Desa Sepempang
diketahui lokasi penangkapan cukup berfariasi, berkisar 20-140 mil dari bibir
pantai. Lokasi penangkapan yang dilakukan masyarakat Desa Sepempang bisa
mencapai hingga daerah per batasan Indonesia-Vietnam.
5.2.1.6 Jumlah penangkapan
Dari hasil wawancara dengan masyarakat nelayan Desa Sepempang
diketahui hasil penangkapan akhir-akhir ini berkurang, untuk mendapatkan hasil
yang lebih nelayan harus menambah jarak tempuh penangkapan. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel 18.
Tabel 18. Jumlah Hasil Tangkapan Nelayan Desa Sepempang
N Hasil Tangkapan
Jumlah Nelayan
Persentase %
o
1
150 KG
Sumber: Data Primer

5 Orang
2 Orang
3 Orang

41,66 %
16,66 %
25 %

5.2.1.7 Jenis Hasil Tangkapan dan Harga
Desa Sepempang memiliki hasil perikanan yang berfariasi contohnya
seperti ikan tenggiri, tongkol, parang, selar, tamban, kerapu, merah dan lain-lain.
Sedangkan satuan harga jual yaitu Per ekor, untuk lebih jelas dapat dilihat pada
tabel 19.
Tabel 1