KODE ETIK PARIWISATA DI PULAU SERANGAN

KODE ETIK PARIWISATA
STUDI KASUS DAMPAK REKLAMASI DI PULAU SERANGAN

GHANNEZ NOVALDI LOREZA (1312025019)
CAROLINA SIMANJUTAK (1312025021)
VANIA CHANDRA DEWI (1312025018)
DIAH TANTRI MEILANI (1312025022)
AA. NGURAH BAGUS WISNU WARDHANA (1312025049)

PROGRAM STUDI S1 INDUSTRI PERJALANAN WISATA
FAKULTAS PARIWISATA
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2014

1

PRAKATA

Om Swastiyastu,
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa penguasa jagat raya karena atas
kuasa-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas Kode Etik Pariwisata dengan judul, “Studi Kasus

Dampak Reklamasi Pulau Serangan” tepat waktu sesuai dengan yang ditentukan.
Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terimaksih kepada pihak – pihak
yang ikut andil dalam pembuatan makalah ini, beberapa diantara pihak tersebut ialah :
1.
2.
3.
4.

Bapak Drs. I Made Sendra, M.Si selaku Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana
Bapak dan Ibu Pembantu Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana
Ibu Luh Putu Leli Kusuma Dewi, S.Psi,. M.par selaku Dosen Kode Etik Pariwisata
Dan seluruh pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu – persatu

Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kritik dan saran
membangun akan sangat kami butuhkan demi kesempurnanaan tugas yang akan kami buat
selanjutnya. Kami berharap informasi yang kami sajikan dapat menjawab pertanyaan pembaca
sekalian.

Denpasar, 18 Juni 2014
Tim Penyusun


1

DAFTAR ISI
PRAKATA...................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
PRINSIP 1 :................................................................................................................................3
PRINSIP 2..................................................................................................................................4
PRINSIP 3..................................................................................................................................6
PRINSIP 4..................................................................................................................................7
PRINSIP 5..................................................................................................................................8
PRINSIP 6..................................................................................................................................9
PRINSIP 7................................................................................................................................10
PRINSIP 8................................................................................................................................11
PRINSIP 9................................................................................................................................12
PRINSIP 10..............................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................14


2

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pulau Serangan merupakan pulau yang memiliki nilai lokalitas historis yang tinggi
karena adanya reklamasi tahun 1995-1998 yang merubah fisik Pulau Serangan dari seluas 111
hektar menjadi 481 hektar yang mengubah zonasi pemanfaatan serta kepemilikan lahan
karena adanya lahan kepemilikan investor PT. Bali Turtle Island Development (BTID) pada
pascareklamasi. Pada prareklamasi hanya terdapat lahan kepemilikan masyarakat Pulau
Serangan, sedangkan pascareklamasi, wilayah Pulau Serangan telah terbagi dua dan
dipisahkan oleh kanal yaitu wilayah permukiman penduduk (di sebelah kiri kanal wisata) dan
wilayah PT. BTID (di sebelah kanan kanal wisata).
Sebagianbesarmasyarakat

di

PulauSeranganmemilikiidentitassebagainelayan.Sejaktahun 70-an industry Pariwisataada di
PulauSerangan, denganturis yang datang untukmelihatKonservasipenyu.Namunpadaakhir 80an adasekolompok investor yang tertarikuntukmembangun resort di Serangan, Bali Turtle
Island Development (BTID).

Denganadanyaproyekpembangunan

BTID

timbullahbeberapakerusakanterhadaplingkungan

di

sanasehinggamasyarakatdisanakehilanganmata
berdasarkanfenomenatersebut,

pencahariannya
makakelompok

kami

tertarikuntukmembahaslebihdalammengenaiDampakReklamasiSerangan yang berpacukepada
10 KodeEtik UNWTO.

1


Rumusan Masalah :
1) Bagaimana penerapan kode etik Pariwisata Dunia di Pulau Serangan?
2) Hal-Hal apa saja yang menghambat penerapan prinsip kode etik Pariwisata Dunia?

Tujuan :
1) Untuk mengetahui bagaimana penerapan kode Etik Pariwisata Dunia di Pulau
Serangan
2) Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang menghambat penerapan Prinsip Kode Etik
Pariwisata Dunia di Pulau Serangan

2

PEMBAHASAN

PRINSIP1 :
KONTRIBUSIKEPARIWISATAANUNTUKMEMBANGUNSALINGPENGERTIAND
ANSALINGMENGHORMATIANTARPENDUDUKDANMASYARAKAT

Setelah yang kami melakukanpenelitian kami melihatsudahadakesesuaianprinsip 1

denagnkondisi yang ada di PulauSerangan.Hal positif yang kami tercermindariprinsip 1
ialahPendudukLokalmenjalinhubunganyangintensdenganwisatawan

yang

hadir.Merekapahambetulbagaimanapentingnyaperananwisatawanterhadapkeadaanperekonom
ianmereka.

Kami

sempatmemintabatuankepadasalahsatupemilikusahawarung

sekitarPulauSeranganuntukmembantu

kami

di

memulaiwawancaradenganwisatawanasing,


mereka

(Wisatawanasingdenganpemilikwarung)

terlihatsudahsangatakrabdanmengenalsatusama

lain.

Hal

tersebutmencerminkansikapsalingmenghargai

yang

ditujukanpendudukdenganwisatawanmaupunsebaliknya.

Hal

lain


yang

jugatemukanadalahwisatawanasingturutmenyumbangkandanapunia

kami
yang

disediakanolehpihakKonservasiPenyu,
itumerupakanbentuknyatakepedulianwisatawanterhadapobjekwisata
Disisi

lain

adahal

yang

melanggarprinsip

1


KodeEtik

UNWTO,

Hal

initerkaitdenganpengelolapihak BTID padasaatitutidakmenjalinhubungan yang baikdengan
penduduk.
pihak

FaktanyasaatpenyusunanperencanaanReklamasiPulauSeranganpadatahun

investor

maupunpihakpengelola

BTID

tidakmenyertakanmasyarakat


1990
local

dalamrapatperencanaantersebut,parahnyamasyarakatbarumengetahuiadanyaproyekselamataha
ppembebasantanahdanrencanaReklamasihanyamunculsetelahReklamasitersebutberjalansehin
ggamasyarakatpadasaatitutidakdapatberbuatbanyak.

3

PRINSIP 2
KEPARIWISATAAN SEBAGAI MEDIA UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN
KUALITAS HIDUP BAIK SECARA PERSEORANGAN MAUPUN SECARA
KOLEKTIF

Sebagian masyarakat Serangan sudah mencari nafkah di tempat lain, dengan
membangun kafe-kafe (tempat hiburan malam, yang mana ada karaoke dan minuman keras),
dan juga warung (disebut ‘kiosk’) di pantai timur.Kios di pantai timur dimiliki kelompok IbuIbu, namanya “Pedagang Pantai Timur”, yang sudah berlanjut 3 tahun. Pada tahun 70-an dulu
mereka menjual cenderamata di taman penyu dan bisa mendapat kira-kira Rp50.000/hari.
Tetapi, setelah proyek BTID mulai, lokasi taman wisata itu menjadi tanah proyek, dan

mereka harus mencari mata pencaharian lain. Sekarang, di pantai timur, mereka menjual
minuman, makanan dan oleh-oleh kecil kepada pendatang dan kebanyakannya surfers yang
datang ke tempat itu. Selain itu adanya kegiatan pelestarian penyu yang secara ekonomis
menghasilkan penangkaran ratusan penyu. Penyu-penyu yang ditangkar juga sering
digunakan untuk kebutuhan upacara agama baik bagi masyarakat Serangan sendiri maupun
masyarakat dari luar desa Serangan. Dengan adanya usaha tersebut maka secara langsung
dapat meningkatkan ekonomi masyarakat desa di pulau Serangan.
Sisi ekonomi lainnya dari pengaruh pengembangan pulau Serangan adalah adanya
pemasukan keuangan sebagai kas desa. Pemasukan keuangan terutama berasal dari dana
karcis masuk yang dikenakan kepada setiap orang yang memasuki pulau Serangan dengan
tarif Rp.1000,- bagi pengendara sepeda motor dan Rp. 2000,- bagi pengendara mobil.
Pemasukan dari karcis masuk tersebut cukup besar, dimana dananya digunakan untuk
menunjang pembangunan desa dan keperluan pemeliharaan sarana-dan prasarana peribadatan
yang ada di desa Serangan.
Secara positif, masyarakat desa serangan menjadi lebih maju. Hal ini bisa dibuktikan
dengan telah mulai adanya sejumlah masyarakat yang termotivasi untuk menyekolahkan
anaknya ke jenjang sarjana bahkan belakangan sampai jenjang pasca sarjana, demikian juga
terhadap kehidupan politik masyarakat dimana tokoh-tokoh politik juga telah mulai muncul
dari pulau Serangan . Nilai sosial budaya yang muncul dari perkembangan obyek wisata
4

serangan adalah sebagai pemicu masyarakat ingin bergerak lebih maju. Contoh lain dari sisi
sosial budaya yang secara positif dari hal ini adalah bahwa masyarakat desa Serangan telah
tergerak secara positif untuk ikut bersaing di dunia yang semakin modern.Budaya masyarakat
yang awalnya mengandalkan hasil dari potensi laut telah berubah pada beberapa potensi
lainnya seperti pengoptimalan sarana-sarana kegiatan olah raga laut (water sport) dan
kegiatan ekonomi perdagangan lainnya.

5

PRINSIP 3
KEPARIWISATAAN SEBAGAI FACTOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Pulau Serangan merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang terkenal di Bali. Namun
dalam kenyataannya Pulau Serangan tersebut belum layak dikatakan sebagai destinasi wisata.
Dikarenakan terdapat beberapa factor yang banyak bersifat negatif, Antara lain:
a) AdanyaTempatPembuanganSampah

(TPA)

yang

sangatmenganggupemandangandisepanjangjalanmenujuPulauSerangantersebut.
Pembuangan TPA tersebutterletak di kananjalandarijalanmasukmenujuPulauSerangan.
Sehingga,

parawisatawan

yang

berkunjungkesanamerasasangatterganggu.

Bausampahtersebutterciumsampai di jalanrayamenujuserangan. Sampahini yang
menyebabkanmenurunnyaparawisatawanasing
berkunjungkePulauSerangantersebut.
b) Sampah
yang

yang

begitubanyakdanmenumpuk

di

sungaiPulauSeranganmenyebabkantersumbatnyaaliransungaitersebut.
Selainitusampahjugamenyebabkanpendangkalanpadasungaitersebutdansungaitersebut
mencaditercemarsampahdanbau.
c) Karenareklamasitersebut, banyakpohonbakau yang ditebang. Hilangnya habitat
hutanbakau,

berbandinglurusdenganhilangnya

EkosistempadaPulauSerangan pun terganggu.
d) Akibatsedimentasidankekeruhan

habitat
air

hewanlaut.
yang

tinggimenyebabkanpertumbuhanterumbukarangmenjaditerhambat. Hal inijuga di
perparahdenganaktivitaspenambangankarangolehnelayan.
Hilangnyaterumbukarangjugamenyebabkanhilangnyalahanhidupikandan

fauna

lautlainnya.

yang

Selainitu,

terumbukarang

hilangjugamengakibatkanabrasikarenatidakadalagipemecahombakuntukmelindungipa
ntai.

6

PRINSIP 4
KEPARIWISATAAN SEBAGAI PEMAKAI WARISAN BUDAYA KEMANUSIAAN
SERTA SEBAGAI PENYUMBANG PENGEMBANGAN WARISAN BUDAYA ITU
SENDIRI.

Pulau Bali mempunyai sebutan lain yaitu Pulau Seribu Pura. Pura sudah menjadi
simbol bagi orang- orang Bali dan tidak dapat terpisahkan khsusunya untuk yang beragama
Hindu. Di Pulau Serangan terdapat pura di semua jarak, yang dianggap membuat pulau itu
aman. Salah satunya adalah Pura Sakenan, yang menurut pemangku Pura Sakenan dibangun
pada abad ke-16 dan sampai sekarang tidak diganti sama sekali.
Walaupun begitu Pura Sakenan bukanlah merupakan objek wisata utama di Pulau
Serangan bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Pura Sakenan hanya ramai ketika
hari raya umat Hindu, seperti Galungan dan Kuningan. Dengan dibangunnya jembatan
penghubung menuju Pulau Serangan, memudahkan orang di luar Pulau Serangan untuk
bersembahyang di Pura tersebut.
Produk budaya yang ditawarkan oleh Pulau Serangan sangat minim bahkan tidak ada.
Dan kerajinan seperti suvenir tidak ada yang spesial dan merupakan stok lama. Tidak ada
kegitan kebudayaan yang khas di Pulau Serangan.

7

PRINSIP 5
KEPARIWISATAANADALAHKEGIATAN YANG
MENGUNTUNGKANBAGIMASYARAKATDAN NEGARA
PENERIMAWISATAWAN
Permasalahanlainnyamulaimunculterkait
PulauSerangan.Contohnyapada

Pembangunan

point

ke

2

BTID

di

prinsip

5

mengenaipembangunanfasilitasfasilitassepertiakomodasidan
restaurant.Faktanyapembangunan BTID macetditengahjalansehinggabanyak Cafe-café yang
beralihfungsisebagai Café remang-remang
Disampingituterdapatbeberapakesalahansepertipembebasantanah
dilaksanakanmelanggar

yang
AMDAL

denganmelakukanpengerukandanpenimbunanuntukmenambahluasanlahanSeranganhampir 4
kali

lipat.Seharusnyaparapelaku

investor

melakukanstudimengenaidampakdariproyekpembangunantersebutsebelumnya.Merekajuga
seharusnyamenyerahkandenganpenuhketerbukaandanobjektifitasinformasimengenairencana
program

kedepannyadanhal-hal

yang

diperkirakansebagaidampakkegiatantersebut.

Faktanyapihakpengelolamemangmelakukansosialisasisaatprakonstruksidanpendudukdijanjikanbahwakehidupanmerekaakansejahteradenganadanyaproyekt
ersebut.Akibatsosialisasitersebutmasyarakatsetujudenganpembangunantersebuttanpamelihatd
ampakkedepannya.
Disisilainnyapembangunan

BTID

tidaklepasdarisisipositifseperti,

pembangunanjalanswadayaumum I Pulautersebutmempermudahwargadalamaksesperjalanan,
DikatakanolehBpk. Wiratapenjualmakanan di Pantaibahwapadamasasebelumpembangunan
BTID

merekasangatkesusahandalammencariakseskekota.

Perlusekitar

2-3jam

untukmenyebrangipulautersebutmengunakanjukungnelayan.Sekaranghanyadiperlukanwaktus
ekitar 10 menitdenganmenggunakanjembatanpenghubung.

8

PRINSIP 6
PEMBANGUNAN PARIWISATA MERUPAKAN TANGGUNG JAWAB
PARA STAKEHOLDERNYA
Bila Proyek BTID ini dikaitkan dengan prinsip 6 dengan beberapa point yang ada.
Misalkan pada point pertama yaitu Pihak yang terkait harus saling terbuka dengan perjanjian
yang diusulkan kepada para wisatawan terkait dengan harga kontrak dan lain sebagainya.
Seperti yang kita ketahui bahwa sebelumnya pihak BTID terkesan menutupi harga tanah
yang pada saat itu pasarannya sekitar 200 juta per are nya. Namun pada saat itu pihak BTID
hanya membeli tanah warga Serangan dengan harga 8 juta/are. Dan warga di Serangan juga
dijanjikan akan mendapatkan penghidupan yang layak karena pihak BTID akan membangun
kawasan seperti layaknya BTDC di Nusa Dua.
Disamping itu terdapat beberapa kendala terkait informasi media pada saat proyek ini
terjadi, seperti ada campur tangan beberapa orang BTID dengan orang pemerintah Kota
terkait pembangunan proyek pada saat itu.Kesannya informasi mengenai Pulau Serangan
ditutup-tutupi.
Lain halnya dengan point ke tiga prinsip ke 6, pihak professional pariwisata harus
memberikan bantuan cultural dan spiritual di Desa Serangan. Contoh dibangunnya jembatan
swadaya penghubung antara Kota Denpasar dengan Pulau Serangan setidaknya memberikan
dampak positif terhadap perkembangan desa serangan setempat.Akses keluar masuk Desa
Serangan menjadi lebih mudah. Para wisatawan ataupun warga Denpasar yang akan
melaksanakan kegiatan spiritual pun bias terbantu. Karena jarak asli Pulau Serangan
sebelum dibangunnya jembatan swadaya bias mencapai 1 jam dengan jukung warga. Namun
saat ini bias ditempuh hanya dengan 10 menit dengan kendaraan bermotor.

9

PRINSIP 7
‘MENJUNJUNG TINGGI HAK- HAK KEPARIWISATAAN.’

Dalam observasi yang telah dilakukan kelompok kami, hak- hak kepariwisataan di
pulau Serangan sudah terpenuhi.Jika dilihat dari kewajiban pedagang, mereka sudah
menerapkannya pada wisatawan.Kewajiban pedagang adalah menerapkan keramahtamahan
atau hospitality pada wisatawan.Hal ini dapat dilihat dari keakraban pedagang dengan
wisatawan disana.Lalu kewajiban pedagang lainnya adalah tidak mengganggu wisatawan
yang sedang berlibur kepulau Serangan.Sedangkan hak para pedagang adalah mendapatkan
imbalan berupa uang dari hasil jualan atau jasa mereka.
Kewajiban wisatawan adalah menjaga kebersihan pulau Serangan, seperti membuang
sampah pada tempatnya dan membayar kewajiban mereka, seperti membayar uang parkir,
membayar minum, dan lain- lain. Dan hak yang mereka dapatkan adalah pelayanan yang
ramah, fasilitas publik seperti toilet, kenyamanan dan keamanan dalam berwisata tanpa ada
gangguan dari manapun.
Dapat disimpulkan dari obeservasi kami bahwa hak- hak kepariwisataan di Pulau
Serangan sudah terpenuhi.Pihak pedagang atau pengelola objek wisata juga wisatawan sudah
mengerti hak dan kewajiban mereka, sehingga terbentuk harmonisasi antar pelaku wisata.

10

PRINSIP 8
TENTANGKEBEBASANBERGERAKWISATAWAN.

Bila keadaan Pulau Serangan dikaitkan dengan prinsip ke 8 mengenai kebebasan bergerak
wisatawan , maka hal yang dapat kita simpulkan yaitu sudah hamper terpenuhi. Saat ini
Pulau Serangan sudah mengalami perkembangan meskipun proyek ini terbengkalai atau bias
dikatakn sudah mencapai titik penghabisan yang susah untuk diperbaiki.Namun kegigihan
warga setempat untuk mengembangkan kembali Pulau Serangan terbukti dengan
meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Serangan
Pulau Serangan juga dikenal memiliki suatu temapt penangkaran penyu di dekat sana.
Yaaitu sekitar 5 menit dari jalan masuk swadaya Pulau ini.Disan para wisatawan bisa
melihat beberapa jenis penyu yang dilindungi oleh Pemerintah Bali. Tidak sedikit wisatawan
yang berkunjung ke penangkaran penyu ini.Selain dilengkapi dengan fasilitas toilet umum
yang bersih, cafeteria serta pemandu local, disana juga disediakan kotak sumbangan sukarela
untuk pembangunan Objek Wisata penangkaran penyu ini.
Untuk fasilitas pendukung lainnya, di pantai serangan juga dilengkapi oleh warung makan
kecil serta toilet umum namun jauh dari kata layak.Di dekat jalan masuk pantai banyak
warga local yang menjual berbagai macam ikan bakar segar, dan ada beberapa warga yang
menyewakan papan surfing untuk wisatawan yang ingin menikmati ombak di pantai
serangan.Namun beberapa fasilitas seperti accessibility/jalan masuk menuju pantai serangan
masih mengalami kerusakan parah.Jalan utama pun banyak yang rusak akibat tergersu air
huajn dan batu kapur serta beberapa binatang ternak seperti sapi yang dibiarkan berkeliaran
dan meninggalkan jejak air besar di tengah jalan yang sangat mengganggu pemandangan.

11

PRINSIP 9
MENJUNJUNG TINGGI HAK- HAK PARA PEKERJA DAN WIRAUSAHAWAN
DALAM INDUSTRI PARIWISATA
Dengan adanya reklamasi di pulau serangan, penduduk sekitar yang dulunya
berprofesi sebagai nelayan kini mulai sulit mencari ikan sehingga banyak penduduk yang
beralih profesi sebagai penggali terumbu karang, sehingga terumbu karang yang dulunya
banyak terdapat di perairan pulau serangan perlahan mulai rusak. Dulu sebelum adanya
reklamasi, pantai timur di pulau serangan adalah sumber penghidupan dan pendapatan
penduduk disana. Tetapi sekarang hamper 70% dataran pasang surut hilang akibat adanya
reklamasi. Selain itu, akibat penimbunan sampah, arus laut di sekitar pulau serangan menjadi
berubah, hal ini sangat menghawatirkan untuk nelayan pesisir karena mereka tidak mampu
pergi ke laut lepas.
Sebagian besar masyarakat pulau serangan kini mulai membuka warunk atau kios –
kios di patai timur yang sudah berjalan hamper sekitar 3 tahunan. Disana mereka menjual
makanan, minuman, dan souvenir – souvenir kecil untuk wisatawan yang berkunjung kesana.
Kebanyakan wisatawan yang berkunjung ke pantai serangan adalah surfer, maka tidak heran
di setiap warung – warung di pantai serangan selalu ada penyewaan papan selancar. “Setiap
tahunnya jumlah wisatawan yang berkunjung kesini selalu meningkat, khususnya wisatawan
Australia yang berkunjung untuk surfing”, ujar bapak Komang, salah satu pemilik warung di
pantai timur pulau serangan.

12

PRINSIP 10
MELAKSANAKAN PRINSIP-PRINSIP KODE ETIK
Prinsip 10 tidak lain merupakan pengaplikasian dari ke-9 prinsip lainnya. Kami dapat
merumuskan sebagai berikut :
Prinsip 1 :Hubungan antara masyarakat lokal dengan wisatawan sudah terjalin cukup baik,
masyarakat lokal paham betul pentingnyha peranan wisatawan bagi kelangsungan pulau
serangan, terutama masyarakat yg bekerja di sektor pariwisata.
Prinsi[p 2 : Beberapa saat setelah reklamasi dihentikan masyarakat mulai kehilangan mata
pencaharian mereka dan sulit memenuhi kebutuhan hidup mereka, namun sekarang mereka
mulai bangkit dengan membangun beberapa usaha untuk memenuhi kenbutuhanwisatawan
Prinsip 3 : Pelanggaran prinsip ini merupakan yang paling dapat dirasakan, perubahan alam
secara signifikan begitu berdampak pada ekosistem pulau serangan.
Prinsip 4 : Pura Sakenan sebagai warisan budaya bernilai historis tampak kurang perawatan,
mestinya pura bisa lebih dijaga lagi kondisi fisik bangunannya dan mengenai letaknya yg
berdekatan denga TPA tampak kurang etis mengingat Pura merupakan bangunan yang
sangat suci dan disucikan.
Prinsip 5 : Diadakannya reklamasi membawa sedikit keuntungan bagi masyarakat Serangan
berkaitan dengan kemudahan akses yang didapatkan dari pembangunan jembatan.
Prinsip 6 : Pelanggaran prinsip ini terlihat dari lepas tangannya pihak pengelola terhadap
kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan reklamasi.
Prinsip 7 : Hak wistawan sudah mulai terpenuhi, hal ini daoat terlihat dengan terpenuhinya
kebutuhan merka denga keberadaan usaha milik warga sekitar.
Prinsip 8 : Wisatawan sudah dapat bergerak leluasa hanya saja ketersediaan fasilitas umum
seperti WC dan tempat sampah masih menjadi kendala tersendiri. Kemudian kesulitan
mencari informasi mengenai informasi tentang reklamasi pun menjadi kendala.
Prinsip 9 : sebenarnya prinsip ini belum sepenuhnya terpenuhi, hal ini dapat dilihat dari
banyaknya usaha warga lokal yang gulung tikar.
13

PENUTUP


SIMPULAN
Pulau Serangan memang memiliki pengalaman yang sangat kelam akibat dari

Reklamasi yang terhenti di tengah jalan, namun bukan berarti kegiatan kepariwisataan yang
ada di Pulau Serangan harus berhenti total, masyarakat mulai sadar akan keberadaan potensi
yang ada di Pulau Serangan dan mencoba membangun kembali pulau mereka.
Jika di masukkan ke dalam teori Butler (1980) yaitu teori mengenai Destination Area
Lifecycle, maka kami menggolongkan Pulau Serangan kedalam Fase Rejuvenation atau
dalam fase peremajaan dengan indikasi bahwa Pulau Serangan mulai berbenah untuk
menjadi lebih baik dan mengeksplor kembali potensi yang mereka miliki.
Pulau Serangan masih sangat mungkin berkembang kembali, yang dapat kami lihat di
lapangan adalah masyarakat lokal sudah mulai cerdas mengelola pulau Serangan dengan cara
pengalihan objek wisata andalan mereka yang sebelumnya penangkaran penbyu menjadi
daerah Pantai Pulau Serangan yang memiliki potensi sebagai spot surfing dengan gelombang
arus yang sangat sesuai dengan standar untuk berselancar sebagai akibat dari reklamasi.
Selain itu, mereka juga sudah berhasil menyelenggarakan Festival Pulau Serangan yang
sudah dijadilkan agenda tetap tahunan sebagai upaya menarik wisatawan berkunjung ke
Pulau Serangan.
Hasil dari upaya mereka adalah lonjakan wisatawan yang berkunjung ke Pulau
Serangan di tiap tahunnya, berikut data yang kami peroleh dari Dinas Pariwisata Provinsi
Bali :
No
1

Place of Interest
Pulau Serangan

2007
1.358

2008
1.173

2009
20.478

2010
89.822

2011
146.528

14

SARAN
Kami selaku penyusun mnemiliki beberapa saran untuk memperbaiki keadaan yang sedang


terjadi di pulau seranga, berikut kami rumuskan saran yang kami berikan :
1. Pemerintah bisa lebih memperhatikan pulau serangan dengan mengadakan promosi
tentang pulau serangan, dan melakukan pemberdayaan masyarakat lokal pulau
serangan.
2. Membangun sarana dan prasana yang lebih lengkap guna memenuhi kebutuhan
wisatawan
3. Merelokasi Tempat Pembuangan Akhir dari wilayah pulau Serangan
4. Menjalin kerjasama dengan masyarakat lokal untuk menjalankan paraiwisata yang
berorientasi kepada pariwisata yang berkelanjutan

15