004. BAB II RKPD 2012

(1)

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi

Kabupaten Ngawi merupakan salah satu Kabupaten yang secara geografis berada di Propinsi Jawa Timur bagian Barat, merupakan daerah penghubung dengan Propinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jakarta yang mempunyai aksesibilitas transportasi cukup ramai.

Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.295,9851 Km² atau 129.598,51 Ha., secara administratif pemerintahan terbagi kedalam : 19 Kecamatan, 4 Kelurahan, 213 Desa. Secara astronomis terletak pada posisi 7º21’ - 7º31’ Lintang Selatan dan 111º07’ - 111º40’ Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kabupaten Blora, Kabupaten Grobogan (Propinsi Jawa Tengah) dan Kabupaten Bojonegoro (Propinsi Jawa Timur)

- Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen (Propinsi Jawa Tengah)

-Sebelah Selatan : Kabupaten Magetan dan Kabupaten Madiun (Propinsi Jawa Timur)

- Sebelah Timur : Kabupaten Madiun (Propinsi Jawa Timur)

Kondisi topografi wilayah cukup bervariasi, yaitu topografi datar, bergelombang, berbukit dan bahkan pegunungan tinggi, dengan ketinggian 40 - 3.031 meter dari atas permukaan air laut.

Secara umum, di bagian Tengah adalah daerah dataran yang merupakan lahan pertanian subur, di bagian Selatan merupakan daerah perbukitan dan pegunungan yang membujur dari Timur ke Barat, meliputi wilayah Kecamatan Kendal, Kecamatan Jogorogo, Kecamatan Ngrambe dan Kecamatan Sine yang berada di lereng Gunung Lawu.


(2)

Luas dan Struktur tanah kawasan Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut:

a. Alluvial : 12.025 Ha ( 9,28% ) b. Grumusol : 55.749 Ha ( 43,02% ) c. Mediteran : 25.612 Ha ( 19,76% ) d. Mediteran dan regosol : 1.950 Ha ( 1,50% ) e. Mediteran dan Grumosol : 2.940 Ha ( 2,27% ) f. Mediteran dan Litosol : 21.487 Ha ( 16,58% ) g. Latosol dan Litosol : 810 Ha ( 0,63% ) h. Andosol dan Litosol : 3.025 Ha ( 2,33% )

i. Litosol : 6.000 Ha ( 4,63% )

Jumlah 129.598 Ha ( 100,00% )

Tanah Grumusol terdapat didataran rendah sebelah Selatan Bengawan Solo dan Sebelah Timur – Barat Sungai Madiun. Tanah Mediteran, Litosol, dan Andosol di kawasan Kaki Gunung Kendeng, sedangkan tanah Litosol di sepanjang perbukitan pegunungan Kendeng serta tanah Alluvial di sepanjang tepi Sungai Madiun dan Bengawan Solo.

Kawasan Kabupaten Ngawi termasuk dalam daerah aliran sungai (DAS) Solo dan Madiun yang bertemu di Kota Ngawi, dimana didalamnya terdapat sistem sungai seperti : Sungai Banger, Sawur, Sidolaju, Alas Tuwo, Batu Bunder, Kenteng, Kelompok dan Ketonggo. Terjadinya fluktuasi debit air sungai yang mencolok akhir-akhir ini, menunjukkan ketidakseimbangan antara proses penyerapan air kedalam tanah dengan meningkatnya aliran permukaan (run off). Hal ini dikarenakan terjadi kerusakan lingkungan akibat kerusakan hutan.

Wilayah Kabupaten Ngawi terbagi menjadi wilayah utara dan selatan. Pengelompokan wilayah berdasar aliran Sungai Bengawan Solo adalah sebagai berikut:


(3)

¾ Utara Bengawan Solo : Karanganyar dan Pitu

¾ Selatan Bengawan Solo : Sine, Ngrambe, Jogorogo, Kendal, Gerih, Geneng, Kwadungan, Pangkur, Padas Karangjati, Bringin, Kasreman, Ngawi, Paron, Kedunggalar, Widodaren dan Mantingan.

Wilayah Selatan sebagian besar lahannya mendapatkan pengairan dari Sungai Bengawan Solo jadi berpotensi untuk tanaman pangan. Sedangkan wilayah utara sebagian besar lahannya merupakan lahan tadah hujan dan lahan tegalan.

Keberadaan beberapa waduk di Kabupaten Ngawi seperti Waduk Pondok, Sangiran dan Kedung Bendo juga merupakan salah satu sarana penunjang di sektor pertanian.

Keadaan iklim di Kabupaten Ngawi adalah tropis dan bertemperatur sedang. Ditinjau dari keadaan curah hujan maka Kabupaten Ngawi termasuk daerah beriklim kering dengan curah hujan rata-rata di bawah 3.000 mm/tahun yaitu 1.603,63 mm/tahun dan mempunyai hari hujan dengan rata-rata yaitu sebesar 158,85 hari/tahun.

Curah hujan yang rendah di kabupaten Ngawi menjadikan daerah ini sering mengalami kesulitan pengairan terutama pada lahan sawah saat musim kemarau tiba, sehingga petani harus menggunakan mesin diesel untuk mengambil air bawah tanah.

Penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut:

a. Persawahan : 50.476 Ha (38,9%)

b. Perkebunan : 2.275 Ha (1,75%)

c. Tegalan : 13.547 Ha (10,45%)

d. Pekarangan : 2.021 Ha (1,55%)

e. Hutan : 45.428 Ha (35,05%)

f. Pemukiman : 16.323 Ha (12,6%)

g. Waduk, Bendungan dan Lain-lain : 3.057 Ha (2,35%)


(4)

Berdasarkan data kependudukan, jumlah penduduk Kabupaten Ngawi dari tahun 2005 sampai dengan akhir tahun 2009 mengalami peningkatan. Pada akhir tahun 2009 jumlah penduduk Kabupaten Ngawi adalah sebanyak 892.051 jiwa. Menurut jenis kelamin, jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih sedikit dibandingkin penduduk berjenis kelamin perempuan (sex ratio : 96,56) penduduk laki-laki sejumlah 438.223 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 453.828 jiwa.

Berdasarkan data kependudukan, sampai dengan akhir tahun 2009 jumlah penduduk Kabupaten Ngawi, selengkapnya dapat di lihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel. 2.1

Penduduk Akhir Tahun Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Tahun 2009

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio

0 1 2 3 4 5

1 Sine 22601 25580 48181 88,35

2 Ngrambe 21163 21412 42575 98,84

3 Jogorogo 20176 21183 41359 95,25

4 Kendal 24413 26419 50832 92,41

5 Geneng 27717 28118 55835 98,57

6 Gerih 18184 19289 37473 94,27

7 Kwadungan 14199 14483 28682 98,04

8 Pangkur 13996 14631 28627 95,66

9 Karangjati 23211 24825 48036 93,50

10 Bringin 15890 16344 32234 97,22

11 Padas 16911 16949 33860 99,78

12 Kasreman 12013 12006 24019 100,06

13 Ngawi 41930 42432 84362 98,82

14 Paron 44066 45300 89366 97,28

15 Kedunggalar 36901 37212 74113 99,16

16 Pitu 14060 14180 28240 99,15

17 Widodaren 35095 35788 70883 98,06

18 Mantingan 19855 22023 41878 90,16

19 Karanganyar 15842 15654 31496 101,20

Jumlah Total 438223 453828 892051 96,56

Tahun 2008 437808 451416 889224 96,99

Tahun 2007 431354 450867 882221 95,67

Tahun 2006 429921 449272 879193 95,69

Tahun 2005 430071 446083 876154 96,41


(5)

Dilihat dari segi kepadatan penduduk tahun 2009 maka kepadatan penduduk per Km² menurut Kecamatan adalah :

Tabel 2.2

Tingkat Kepadatan penduduk Akhir Tahun 2009

No Kecamatan Luas daerah (Km²) Jumlah Penduduk (Jiwa)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km²)

0 1 2 3 4

1 Sine 80,22 48 181 601

2 Ngrambe 57,49 42 575 741

3 Jogorogo 65,84 41 359 628

4 Kendal 84,56 50 832 601

5 Geneng 52,52 55 835 1 063

6 Gerih 34,52 37 473 1 086

7 Kwadungan 30,30 28 682 947

8 Pangkur 29,41 28 627 973

9 Karangjati 66,67 48 036 721

10 Bringin 62,62 32 234 515

11 Padas 50,22 33 860 674

12 Kasreman 31,49 24 019 763

13 Ngawi 70,56 84 362 1 196

14 Paron 101,14 89 366 884

15 Kedunggalar 129,65 74 113 572

16 Pitu 56,01 28 240 504

17 Widodaren 92,26 70 883 768

18 Mantingan 62,21 41 878 673

19 Karanganyar 138,29 31 496 228

Jumlah Total 1 295,98 892 051 688

Tahun 2008 1 295,98 889 224 686

Tahun 2007 1 295,98 882 221 681

Tahun 2006 1 295,98 879 193 678

Tahun 2005 1 295,98 876 154 676

Sumber : Kabupaten Ngawi Dalam Angka Tahun 2010

Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Ngawi secara rata-rata berdasarkan perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah Kabupaten Ngawi masih tergolong jarang. Namun tingkat kepadatan penduduk untuk kawasan perkotaan (Kecamatan Ngawi) sudah tergolong cukup padat dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Pada akhir Tahun 2009 Tingkat kepadatan penduduk rata-rata Kabupaten Ngawi adalah 688 jiwa/km². Sedangkan tingkat kepadatan penduduk paling kecil terdapat di Kecamatan Karanganyar adalah 228 jiwa/km².


(6)

Kecamatan Paron merupakan kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak dibanding 18 kecamatan lainnya dalam wilayah Kabupaten Ngawi dengan jumlah penduduk 89.366 jiwa.

Sebaliknya wilayah Kecamatan Kasreman merupakan wilayah yang paling sedikit jumlah penduduknya yaitu 24.019 jiwa. Wilayah ini mempunyai luas wilayah yang kecil dan merupakan wilayah pemekaran dari Kecamatan Padas.

2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat.

2.1.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Salah satu alat yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan pembangunan ekonomi adalah melalui pengukuran pencapaian indikator makro ekonomi yang masing-masing indikatornya terdiri dari beberapa komponen. Komponen-komponen indikator makro tersebut diantaranya adalah : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), PDRB Perkapita dan tingkat inflasi.

a. Pertumbuhan PDRB

Pembangunan ekonomi yang dilakukan sejak tahun 2005 terus mengalami kemajuan, hal ini tercermin dari meningkatnya total PDRB setiap tahunnya, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Perkembangan PDRB Kabupaten Ngawi dirinci pada tabel berikut ini :


(7)

Tabel 2.3

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006 s.d 2010 Atas Dasar Harga Konstan 2000

Kabupaten Ngawi

(dalam juta Rupiah)

2006 2007 2008 2009 2010* NO Sektor

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1 Pertanian 941.025,88 37,49 985.007,46 37,31 1.039.356,65 37,32 1.092.374,15 37,12 1.145.589,73 36,70 2 Pertambangan

& Penggalian 14.403,57 0,57 15.442,31 0,58 16.286,80 0,58 16.983,88 0,58 17.526,39 0,56 3 Industri

Pengolahan 155.405,22 6,19 162.859,61 6,17 173.860,51 6,24 184.792,71 6,28 196.280,68 6,29 4 Listrik,Gas &

Air bersih 13.730,36 0,55 14.673,00 0,56 16.013,48 0,57 17.819,46 0,61 19.108,85 0,61 5 Konstruksi 110.420,20 4,40 116.758,32 4,42 120.634,70 4,33 127.066,94 4,32 135.663,44 4,35 6

Perdagangan, Hotel & Restoran

697.427,05 27,79 745.925,20 28,26 793.681,83 28,50 848.170,35 28,82 923.010,01 29,57 7 Pengangkutan

& Komunikasi 61.538,19 2,45 66.037,18 2,50 70.403,69 2,53 75.655,53 2,57 81.775,64 2,62 8

Keuangan, sewa, & Js. Perusahaan

159.935,81 6,37 165.732,93 6,28 173.209,38 6,22 180.511,25 6,13 190.048,43 6,09 9 Jasa-jasa 356.189,23 14,19 367.281,87 13,91 381.888,39 13,71 399,228,25 13,57 412.818,32 13,22

PDRB 2.510.075,52 100 2.639.717,88 100 2.785.335,43 100 2.942.602,51 100 3.121.821,49 100 Sumber : PDRB Kabupaten Ngawi 2006-2010

Keterangan : * = angka sementara

PDRB Kabupaten Ngawi tahun 2010 menurut penggunaan yang dihitung berdasarkan harga konstan 2000 mencapai Rp. 3.121.821,49 (juta) menunjukkan peningkatan sebesar 6,09 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp..2.942.602,51 (juta). Dilihat dari komponennya, Sektor Pertanian masih memiliki kontribusi terbesar dengan nilai Rp..1.145.589,73 (juta), kemudian diikuti Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran sebesar

Rp..923.010,01 (juta), dan Sektor Jasa-jasa sebesar

Rp..412.818,32 (juta).

Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2010 terjadi pada Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran sebesar 8,82 persen, diikuti Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 8,09 persen, serta dari Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar 7,24 persen.

Di lihat dari nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB Tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 atas dasar harga berlaku kabupaten ngawi adalah sebagai berikut :


(8)

Tabel 2.4

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006 s.d 2010 Atas Dasar Harga Berlaku

Kabupaten Ngawi

(dalam juta Rupiah)

2006 2007 2008 2009 2010*

NO Sektor

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1 Pertanian 1.629.981,80 36,67 1.843.370,50 36,64 2.129.128,28 36,90 2.378.578,04 36,91 2.654.359,37 36,63 2 Pertambangan

& Penggalian 23.924,26 0,54 27.821,13 0,55 31.159,67 0,54 34.743,03 0,54 36.518,40 0,50 3 Industri

Pengolahan 275.496,96 6,20 306.568,98 6,09 354.275,13 6,14 399.597,31 6,20 455.258,87 6,28 4 Listrik,Gas &

Air bersih 31.946,84 0,72 36.199,99 0,72 44.111,18 0,76 53.443,97 0,83 60.369,81 0,83 5 Konstruksi 202.821,88 4,56 243.130,70 4,83 276.908,89 4,80 304.976,38 4,73 360.181,25 4,97 6

Perdagangan, Hotel & Restoran

1.241.254,87 27,92 1.412.591,98 28,08 1.610.680,64 27,91 1.807.677,16 28,05 2.076.707,35 28,66 7 Pengangkutan

& Komunikasi 127.212,32 2,86 146.035,48 2,90 166.234,74 2,88 184.983,30 2,87 267.931,40 2,87 8

Keuangan, sewa, & Js. Perusahaan

257.402,33 5,79 288.861,06 5,74 323.918,47 5,61 358.550,23 5,56 399.964,91 5,52 9 Jasa-jasa 655.513,77 14,75 726.849,17 14,45 833.856,07 14,45 922.233,41 14,31 994.551,07 13,73

PDRB 4.445.555,03 100 5.031.428,99 100 5.770.273,06 100 6.444.782,83 100 7.245.842,42 100 Sumber : PDRB Kabupaten Ngawi 2006-2010

Keterangan : * = angka sementara

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi yang mampu mengukur perkembangan pembangunan perekonomian. PDRB Kabupaten Ngawi tahun 2010 atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp. 7.245.842,42 (juta). Nilai PDRB ini disusun berdasarkan 19 PDRB Kecamatan di wilayah Kabupaten Ngawi. Nilai dan kontribusi sektor yang memiliki nilai besar akan memberikan kontribusi besar terhadap PDRB Kabupaten begitupun sebaliknya.

Berdasarkan tabel diatas Sektor Pertanian memiliki PDRB terbesar yaitu sebesar Rp. 2.654.359,37 (juta) dengan nilai kontribusi sebesar 36,63% sedangkan PDRB terkecil adalah PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian yaitu sebesar Rp..36.518,40 (juta) dengan nilai kontribusi 0,50%.

Secara umum perkembangan dan pertumbuhan kontribusi sektor dalam PDRB tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 atas dasar harga berlaku (Hb) dan harga konstan (Hk) Kabupaten Ngawi dapat tergambarkan dalam tabel berikut :


(9)

Tabel 2.5

Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006 s.d 2010 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk)

Kabupaten Ngawi

2006 2007 2008 2009 2010*

Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk NO Sektor

% % % % % % % % % % 1 Pertanian 36,67 37,49 36,64 37,31 36,90 37,32 36,91 37,12 36,70 36,63 2 Pertambangan& Penggalian 0,54 0,57 0,55 0,58 0,54 0,58 0,54 0,58 0,56 0,50 3 Industri Pengolahan 6,20 6,19 6,09 6,17 6,14 6,24 6,20 6,28 6,29 6,28 4 Listrik,Gas&Air bersih 0,72 0,55 0,72 0,56 0,76 0,57 0,83 0,61 0,61 0,83 5 Konstruksi 4,56 4,40 4,83 4,42 4,80 4,33 4,73 4,32 4,35 4,97 6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 27,92 27,79 28,08 28,26 27,91 28,50 28,05 28,82 29,57 28,66 7 Pengangkutan & Komunikasi 4,08 4,08 4,08 4,08 4,05 4,05 4,03 4,03 2,62 2,87 8 Keuangan, sewa, & Js.

Perusahaan 4,91 5,47 4,85 5,38 4,74 5,32 4,69 5,24 6,09 5,52 9 Jasa-jasa 14,40 14,07 14,17 13,81 14,16 13,01 14,02 13,47 13,22 13,73

PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Sumber : PDRB Kabupaten Ngawi 2006-2010 Keterangan :

* = angka sementara

Tabel 2.6

Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2010

Kabupaten Ngawi

Pertumbuhan

Hb Hk NO Sektor

% %

1 Pertanian 0,03 -0,86

2 Pertambangan & Penggalian 0,02 -0,07

3 Industri Pengolahan 0,09 0,09

4 Listrik,Gas & Air bersih -0,11 0,28

5 Konstruksi -0,21 0,57

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 1,65 0,87

7 Pengangkutan & Komunikasi -1,46 -1,21

8 Keuangan, sewa, & Jasa Perusahaan 1,18 0,05

9 Jasa-jasa -1,18 -0,34

PDRB 0,01 -0,62

Sumber : PDRB Kabupaten Ngawi 2006-2010

Berdasarkan Perkembangan PDRB Provinsi Jawa Timur dengan Kabupaten Ngawi Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2010 Atas Dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku adalah sebagai berikut :


(10)

Tabel 2.7

Perkembangan PDRB Provinsi Jawa Timur dengan Kabupaten Ngawi Tahun 2008 s.d 2010 Atas Dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku

(dalam juta rupiah)

PDRB

2008 2009 2010

NO Provinsi/ Kabupaten

HB HK HB HK HB HK

1 Provinsi

Jawa Timur 621.581.955,18 304.798.966,41 701.993.027 320.861.169 778.455.773 342.253.876 2 Kabupaten

Ngawi 5.770.273,06 2.785.335,43 6.444.782,83 2.942.602,51 7.245.842,42 3.121.821,49 Sumber : Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Jawa timur - PDRB Kabupaten Ngawi 2006-2010

b. Laju Inflasi

Di lihat dari Nilai inflasi rata-rata tahun 2006 sampai dengan akhir tahun 2010 Kabupaten Ngawi sebagi berikut :

Tabel 2.8

Nilai inflasi rata-rata Tahun 2006 s.d 2010 Kabupaten Ngawi

Uraian 2006 2007 2008 2009 2010

Rata-rata pertumbuhan

Inflasi 10,28 7,62 8,69 5,72 5,98 7,66

Sumber : PDRB Kabupaten Ngawi 2006-2010

Laju inflasi Kabupaten Ngawi rata-rata selama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi naik turun. Inflasi Kabupaten Ngawi pada tahun 2006 sebesar 10,28 persen, tahun 2007 sebesar 7,62 persen, tahun 2008 sebesar 8,69 persen, tahun 2009 sebesar 5,72 persen,dan tahun 2010 sebesar 5,98. Krisis global yang terjadi pada akhir tahun 2008 tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngawi dikarenakan konsumsi akhir di Kabupaten Ngawi masih di dominasi oleh konsumsi rumah tangga, sedangkan krisis ekonomi 2008 yang dipicu oleh "Subprime Mortgage" di Amerika Serikat berdampak terhadap sektor investasi.

2.1.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial

Selama periode 2005 – 2009 berbagai program telah dilaksanakan dapat meningkatkan sumber daya manusia di Kabupaten Ngawi, ditandai dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat dan taraf pendidikan penduduk yang berangsur meningkat.


(11)

Gambaran capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan atas fokus kesejahteraan sosial dilakukan terhadap indikator angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup, persentase penduduk yang memiliki lahan, dan rasio penduduk yang bekerja.

a. Angka Melek Huruf

Peningkatan kualitas SDM ditandai oleh semakin meningkatnya indeks pembangunan manusia yang dapat terlihat dari tiga indikator utama, yaitu kesehatan, pendidikan dan daya beli. Dalam indikator pendidikan dapat diukur dari angka melek huruf, serta rata-rata lama sekolah.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap kualitas pendidikan adalah rasio siswa terhadap daya tampung sekolah. Pencermatan atas data sebaran Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Melek Huruf (AMH) menunjukkan bahwa ketersediaan sarana prasarana, aksesibilitas, serta kondisi sosial ekonomi, berpengaruh pada peningkatan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Melek Huruf (AMH).

Perkembangan angka melek huruf di Kabupaten Ngawi dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 mempunyai kecenderungan trend yang meningkat, walaupun rata-rata kenaikannya masih relatif kecil.

Secara umum perkembangan angka melek huruf tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 Kabupaten Ngawi dapat tergambarkan dalam tabel berikut:


(12)

Tabel 2.9

Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2005 s.d 2009 Kabupaten Ngawi

NO Uraian 2005 2006 2007 2008 2009

1 Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun

yang bisa membaca dan menulis 671.945 661.005 759.133 653.827 666.235 2 Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas 697.353 683.686 779.504 664.428 672.119 3 Angka melek huruf 96,36 96,68 97,39 98,40 99,12

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi

Sementara gambaran angka melek huruf per kecamatan selama tahun 2008 , dapat tergambar dalam tabel di bawah ini :

Tabel 2.10

Angka Melek Huruf Tahun 2008

Menurut Kecamatan dengan Kabupaten Ngawi NO Kabupaten/Kecamatan

Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa

membaca dan menulis

Jumlah penduduk usia 15 tahun

keatas

Angka melek huruf

1 Kabupaten Ngawi 653.827 664.428 98,40

2 Kecamatan Ngawi 34.002 34.791 97,73

3 Kecamatan Paron 31.940 32.317 98,93

4 Kecamatan Geneng 30.734 30.895 99,48

5 Kecamatan Pitu 35.799 36.104 99,16

6 Kecamatan Gerih 28.946 29.010 99,78

7 Kecamatan Padas 39.364 39.858 98,76

8 Kecamatan Karangjati 26.426 27.195 97,17

9 Kecamatan Kwadungan 20.346 20.821 97,72

10 Kecamatan Pangkur 21.669 21.814 99,34

11 Kecamatan Bringin 37.034 37.283 99,33

12 Kecamatan Kasreman 23.943 24.750 96,74

13 Kecamatan Ngrambe 60.864 61.225 99,41

14 Kecamatan Jogorogo 53.691 53.821 99,76

15 Kecamatan Kendal 21.341 21.680 98,44

16 Kecamatan Sine 67.795 67.987 99,72

17 Kecamatan Widodaren 23.368 25.420 91,93

18 Kecamatan Kedunggalar 25.630 26.429 96,98

19 Kecamatan Mantingan 18.524 18.989 97,55

20 Kecamatan Karanganyar 52.411 54.039 96,99


(13)

Tingginya kontribusi indeks pendidikan dipengaruhi oleh dua komponen yaitu : rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf, yang setiap tahunnya ada peningkatan. Hal ini dapat dilihat bahwa rata-rata lama sekolah untuk SD/MI pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 sebesar 6,00, sedangkan untuk SMP/MTs pada tahun 2009 sebesar 3,00. berikut gambaran rata-rata lama sekolah dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 berdasarkan SD/MI dan SMP/MTs di Kabupaten Ngawi :

Tabel 2.11

Rata-Rata Lama Sekolah Tahun 2006 s.d 2009 Kabupaten Ngawi

2006 2007 2008 2009

NO Kabupaten/Kecamatan

L P L P L P L P 1 SD/MI 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 2 SMP/MTs 3.00 3.00 2.99 3.01 2.99 3.02 3.00 3.00

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi

2.1.2.3 Fokus Seni Budaya Dan Olahraga

Pembangunan kebudayaan di Kabupaten Ngawi ditujukan untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah serta mempertahankan jati diri dan nilai-nilai budaya daerah ditengah-tengah semakin derasnya arus informasi dan pengaruh negative budaya global. Pembangunan seni dan budaya di Kabupaten Ngawi sudah mengalami kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya pemahaman terhadap nilai budaya dan penggunaan Bahasa Jawa dilingkungan pendidikan dan instansi pemerintah.

Kepemudaan dan Olahraga pembinaan generasi muda dilaksanakan melalui kegiatan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), aubade, Pramuka, dan penyelenggaraan upacara bendera.

Pembinaan olahraga dilaksanakan melalui kegiatan pembinaan olahraga pelajar dan pembinaan olahraga masyarakat yang meliputi : kegiatan lomba gerak jalan, lomba senam dan kegiatan senam masal.


(14)

2.1.3 Aspek Pelayanan Umum

2.1.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib

Sektor pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam menentukan tingkat kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang diharapkan yaitu yang mampu melakukan inovasi, kreasi serta memiliki karakter dan budi pekerti. a. Angka Partisipasi Sekolah

Salah satu indikator yang sering digunakan untuk mengukur salah satu pendidikan murid, diantaranya adalah Angka Partisipasi Sekolah (APS). Indikator ini menunjukkan seberapa besar anak usia menurut tingkat pendidikan tertentu berada dalam lingkup pendidikan dan penyerapan dunia pendidikan formal terhadap penduduk usia sekolah.

APS dihitung berdasarkan jumlah murid kelompok usia pendidikan yang masih menempuh pendidikan dasar per 1.000 jumlah penduduk usia pendidikan dasar.

Berikut adalah gambaran secara lengkap mengenai APS di Kabupaten Ngawi per jenjang pendidikan selama kurun waktu tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 :

Tabel 2.12

Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Tahun 2005 s.d 2009

Kabupaten Ngawi

NO Jenjang Pendidikan 2005 2006 2007 2008 2009

1 SD/MI

1.1. jumlah murid usia 7-12 thn 74.310 75.763 78.315 73.357 76.059 1.2. jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 81.861 80.158 80.157 75.226 76.563

1.3. APS SD/MI 90.78 94.52 97.70 97.52 99,34

2 SMP/MTs

2.1. jumlah murid usia 13-15 thn 35.499 36.485 38.138 40.892 36.860 2.2. jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun 44.152 42.470 41.650 44.051 39.410

2.3. APS SMP/MTs 80.40 85.91 91.57 92.83 93.53

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi

Kondisi APS jenjang pendidikan SD/MI pada tahun 2009 yaitu sebesar 99,34, sedangkan APS untuk jenjang SMP/MTs sebesar 93,53.

Sementara gambaran angka partisipasi sekolah per kecamatan selama tahun 2009 , dapat tergambar dalam tabel di bawah ini :


(15)

Tabel 2.13

Angka Partisipasi Sekolah (APS)Tahun 2009 Menurut Kecamatan

Kabupaten Ngawi

SD/MI SMP/MTs NO Kabupaten/Kecamatan jumlah murid

usia 7-12 thn

jumlah penduduk usia 7-12 th

APS

jumlah murid usia

13-15 thn

jumlah penduduk usia 13-15

th

APS

1 Kabupaten Ngawi 76.059 76.563 99,34 36.860 39.410 93,53 2 Kecamatan Ngawi 7.725 7.792 99,14 5.601 4.459 125,62 3 Kecamatan Paron 7.869 7.901 99,59 3.570 3.502 101,95 4 Kecamatan Geneng 3.854 3.870 99,59 1.724 2.157 79,94 5 Kecamatan Pitu 2.318 2.327 99,61 823 879 93,66 6 Kecamatan Gerih 3.109 3.131 99,30 857 946 90,62 7 Kecamatan Padas 2.419 2.438 99,22 1.018 1.145 88,91 8 Kecamatan Karangjati 3.809 3.834 99,35, 2.185 2.190 99,78 9 Kecamatan Kwadungan 2.044 2.061 99,18 1.182 1.139 103,79 10 Kecamatan Pangkur 2.103 2.121 99,15 1.101 1.114 28,86 11 Kecamatan Bringin 2.571 2.590 99,27 1.010 1.062 95,13 12 Kecamatan Kasreman 1.967 1.981 99,29 640 1.328 48,20 13 Kecamatan Ngrambe 4.273 4.291 99,58 2.463 3.004 82,00 14 Kecamatan Jogorogo 3.881 3.907 99,33 1.900 2.476 76,74 15 Kecamatan Kendal 3.937 3.973 99,09 1.674 1.680 99,66 16 Kecamatan Sine 4.225 4.246 99,51 1.959 2.717 72,11 17 Kecamatan Widodaren 7.012 7.063 99,28 3.394 3.611 94,00 18 Kecamatan Kedunggalar 6.786 6.838 99,24 2.840 2.823 100,61 19 Kecamatan Mantingan 3.577 3.600 99,36 1.638 1.679 97,57 20 Kecamatan Karanganyar 2.580 2.599 99,27 1.281 1.504 85,19

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi

b. Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah

Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah berdasarkan tingkat pendidikan per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan.

Berikut gambaran mengenai kondisi ketersediaan sekolah dan penduduk usia sekolah di Kabupaten Ngawi per jenjang pendidikan selam kurun waktu tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 :


(16)

Tabel 2.14

Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2005 s.d 2009

NO Jenjang Pendidikan 2005 2006 2007 2008 2009

1 SD/MI

1.1. Jumlah gedung sekolah 728 706 709 688 686

1.2. jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 81.861 80.158 80.175 75.226 76.563

1.3. Rasio 1 : 112 1 : 114 1 : 113 1 : 109 1 : 112

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah gedung sekolah 135 116 118 112 114

2.2. jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun 44.152 42.470 41.650 44.051 39.410

2.3. Rasio 1 : 384 1 : 366 1 : 353 1 : 393 1 : 346

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi

Ketersediaan jumlah gedung sekolah SD/MI pada tahun 2009 sebanyak 686 dan jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun sebanyak 76.563 jiwa, sedangkan ketersediaan jumlah gedung sekolah SMP/MTs pada tahun 2009 sebanyak 114 dan jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun sebanyak 39.410 jiwa.

Pada tahun 2009 rasio ketersediaan sekolah untuk jenjang pendidikan SD/MI sebesar 1 : 112, kondisi ini menurun dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 1 : 109, menandakan bahwa partisipasi sekolah jenjang pendidikan SD/MI meningkat. Sedangkan rasio ketersediaan sekolah untuk jenjang pendidikan SMP/MTs pada tahun 2009 sebesar 1 : 346, rasio ini meningkat dari tahun 2008 sebesar 1 : 393

Sementara gambaran ketersediaan sekolah dan penduduk usia sekolah tahun 2009 menurut kecamatan, dapat tergambar dalam tabel di bawah ini :


(17)

Tabel 2.15

Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2009 Menurut Kecamatan

Kabupaten Ngawi

SD/MI SMP/MTs NO Kecamatan Jumlah gedung

sekolah

jumlah penduduk usia

7-12 th Rasio

Jumlah gedung sekolah

jumlah penduduk usia 13-15

th

Rasio

(1) (2) (3) (4) (5=3/4) (6) (7) (8=6/7)

1 Kabupaten Ngawi 686 76.563 1 : 112 114 39.410 1 : 346 2 Kecamatan Ngawi 52 7.792 1 : 150 12 4.459 1 : 372 3 Kecamatan Paron 62 7.901 1 : 127 10 3.502 1 : 350 4 Kecamatan Geneng 34 3.870 1 : 114 2 2.157 1 : 1078 5 Kecamatan Pitu 23 2.327 1 : 101 4 879 1 : 220 6 Kecamatan Gerih 25 3.131 1 : 125 4 946 1 : 236 7 Kecamatan Padas 25 2.438 1 : 98 4 1.145 1 : 286 8 Kecamatan Karangjati 38 3.834 1 : 101 6 2.190 1 : 365 9 Kecamatan Kwadungan 23 2.061 1 : 90 3 1.139 1 : 380 10 Kecamatan Pangkur 19 2.121 1 : 112 3 1.114 1 : 371 11 Kecamatan Bringin 28 2.590 1 : 93 3 1.062 1 : 354 12 Kecamatan Kasreman 18 1.981 1 : 110 2 1.328 1 : 664 13 Kecamatan Ngrambe 44 4.291 1 : 98 7 3.004 1 : 429 14 Kecamatan Jogorogo 40 3.907 1 : 98 7 2.476 1 : 354 15 Kecamatan Kendal 38 3.973 1 : 105 9 1.680 1 : 187 16 Kecamatan Sine 43 4.426 1 : 99 9 2.717 1 : 302 17 Kecamatan Widodaren 53 7.063 1 : 133 13 3.611 1 : 278 18 Kecamatan Kedunggalar 67 6.838 1 : 102 7 2.823 1 : 403 19 Kecamatan Mantingan 31 3.600 1 : 116 5 1.679 1 : 336 20 Kecamatan Karanganyar 23 2.599 1 : 113 4 1.504 1 : 376

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi

c. Rasio guru/murid

Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru berdasarkan tingkat pendidikan per 10.000 jumlah murid berdasarkan tingkat pendidikan. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar juga mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran.

Berikut gambaran mengenai kondisi ketersediaan guru/murid di Kabupaten Ngawi selama kurun waktu tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 :


(18)

Tabel 2.16

Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2005 s.d 2009

Kabupaten Ngawi

NO Jenjang Pendidikan 2005 2006 2007 2008 2009

1 SD/MI

1.1. Jumlah Guru 5.066 5.344 5.357 5.712 5.939 1.2. Jumlah Murid 86.160 85.670 85.493 79.504 82.389 1.3. Rasio 1 : 17 1 : 16 1 : 16 1 : 14 1 : 14

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah Guru 2.769 2.597 2.876 2.720 2.758 2.2. Jumlah Murid 37.781 39.324 39.637 42.476 38.312 2.3. Rasio 1 : 14 1 : 15 1 :14 1 : 16 1 : 14 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi

Selama kurun waktu tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 rasio ketersediaan guru di Kabupaten Ngawi untuk jenjang pendidikan SD/MI per 10.000 jumlah murid mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2009 ketersediaan jumlah guru 5.939 sedangkan jumlah murid sebanyak 82.389. Untuk jenjang pendidikan SMP/MTs per 10.000 jumlah murid cenderung konstan, dimana pada tahun 2009 jumlah guru 2.758 sedangkan jumlah murid sebanyak 38.312.

Berikut adalah gambaran secara lengkap mengenai Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Menurut Kecamatan di Kabupaten Ngawi Tahun 2009 :


(19)

Tabel 2.17

Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Menurut Kecamatan

Kabupaten Ngawi Tahun 2009

SD/MI SMP/MTs NO Kecamatan Jumlah

Guru

Jumlah

Murid Rasio

Jumlah Guru

Jumlah

Murid Rasio

(1) (2) (3) (4) (5=3/4) (6) (7) (8=6/7)

1 Kabupatenn Ngawi 5.939 82.389 1 : 14 2.758 38.312 1 : 14 2 Kecamatan Ngawi 534 7.971 1 : 15 403 5.927 1 : 15 3 Kecamatan Paron 546 8.422 1 : 15 256 3.670 1 : 14 4 Kecamatan Geneng 318 4.182 1 : 13 99 1.738 1 : 18 5 Kecamatan Pitu 186 2.572 1 : 14 70 847 1 : 12 6 Kecamatan Gerih 229 3.326 1 : 15 88 916 1 : 10 7 Kecamatan Padas 174 2.585 1 : 15 91 1.032 1 : 11 8 Kecamatan Karangjati 389 4.176 1 : 11 139 2.231 1 : 16 9 Kecamatan Kwadungan 226 2.207 1 : 10 90 1.200 1 : 13 10 Kecamatan Pangkur 136 2.286 1 : 17 90 1.123 1 : 12 11 Kecamatan Bringin 196 2.794 1 : 14 71 1.025 1 : 14 12 Kecamatan Kasreman 145 2.112 1 : 15 54 726 1 : 13 13 Kecamatan Ngrambe 420 4.591 1 : 11 183 2.551 1 : 14 14 Kecamatan Jogorogo 277 4.434 1 : 16 156 1.965 1 : 13 15 Kecamatan Kendal 352 4.321 1 : 12 173 1.748 1 : 10 16 Kecamatan Sine 333 4.694 1 : 14 135 2.103 1 : 16 17 Kecamatan Widodaren 440 7.670 1 : 17 278 3.582 1 : 13 18 Kecamatan Kedunggalar 593 7.179 1 : 12 194 2.934 1 : 15 19 Kecamatan Mantingan 270 3.789 1 : 14 126 1.689 1 : 13 20 Kecamatan Karanganyar 175 3.078 1 : 18 62 1.305 1 : 21

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi

2.1.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan

a. Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)

Modal dalam negeri maupun modal asing merupakan suatu hal yang semakin penting bagi pelaksanaan pembangunan suatu daerah. Kehadiran investor sangat dipengaruhi oleh kondisi internal daerah, seperti stabilitas ekonomi, politik, penegakan hukum dan lain sebagainya.


(20)

Penanaman modal memberikan keuntungan bagi semua pihak, tidak hanya bagi investor saja tetapi juga bagi perekonomin daerah tersebut dan juga agar terjadi alih teknologi yang dapat mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Kabupaten Ngawi.

Berikut adalah gambaran Jumlah Investor PMDN/PMA dan non PMA/PMDN Tahun 2005 s.d 2009 Kabupaten Ngawi :

Table 2.18

Jumlah Investor PMDN/PMA Tahun 2005 s.d 2009 Kabupaten Ngawi

Tahun Uraian PMDN PMA Non

PMA/PMDN Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6=3+4+5)

2005 Jumlah Investor - - 214 214

2006 Jumlah Investor - - 1.082 1.082

2007 Jumlah Investor - - 897 897

2008 Jumlah Investor - 1 1.091 1.092

2009 Jumlah Investor - 1 1.364 1.365

Sumber : Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Ngawi

Sampai saat ini jumlah investor yang menanamkan modalnya di Kabupaten Ngawi pada tahun 2009 sebanyak 1.365 investor, yang terdiri dari 1(satu) investor asing dan 1.364 investor non PMA/PMDN. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

b. Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)

Banyaknya nilai realisasi investasi PMDN dan PMA maka semakin menggambarkan ketersediaan pelayanan penunjang yang dimiliki daerah berupa ketertarikan investor untuk meningkatkan investasinya di daerah.

Banyaknya realisasi proyek maka akan semakin menggambarkan keberhasilan daerah dalam memberi fasilitas penunjang pada investor untuk merealisasikan investasi yang telah direncanakan. Untuk lebih jelasnya jumlah investasi PMDN/PMA dan non PMDN/PMA dapat di lihat pada tabel dibawah ini :


(21)

Tabel 2.19

Jumlah Investasi PMDN/PMA Tahun 2005 s.d 2009 Kabupaten Ngawi

Persetujuan Realisasi Tahun

Jumlah Proyek Nilai Investasi JumlahProyek Nilai Investasi

2005 - - - -

2006 - - - -

2007 - - - -

2008 - - 1 90.000.000.000

2009 1 2.601.000.000 - -

Sumber : Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Ngawi Tabel 2.20

Jumlah Investasi Non PMDN/PMA Tahun 2005 s.d 2009 Kabupaten Ngawi

Persetujuan Realisasi Tahun

Jumlah Proyek Nilai Investasi JumlahProyek Nilai Investasi

2005 214 19.722.000.000 214 19.722.000.000

2006 1.082 95.042.980.000 1.082 95.042.980.000

2007 897 95.358.997.000 897 95.358.997.000

2008 1.091 75.278.879.900 1.091 75.278.879.900

2009 1.364 91.000.125.395 1.364 91.000.125.395

Sumber : Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Ngawi

Jumlah persetujuan proyek PMDN/PMA yang berinvestasi di Kabupaten Ngawi pada tahun 2009 sebanyak 1(satu) Proyek, dengan jumlah investasi sebesar Rp. 2.601.000.00,00. Sedangkan pada tahun 2008 jumlah realisasi sebanyak 1(satu) Proyek ,dengan jumlah investasi sebesar Rp. 90.000.000.000,00, ini dikarenakan adanya stabilitas ekonomi, kondisi politik, dan kepastian hukum yang kondusif.

Rasio daya serap tenaga kerja pada perusahaan penanaman modal asing (PMA) dan perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencerminkan besar kecilnya daya tampung proyek investasi PMA/PMDN, semakin besar pula jumlah tenaga kerja suatu daerah yang dapat terserap pada perusahaan tersebut.

Rasio daya serap tenaga kerja tahun 2005 – 2009 di Kabupaten Ngawi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(22)

Tabel 2.21

Rasio Daya Serap Tenaga Kerja Tahun 2005 s.d 2009 Kabupaten Ngawi

NO Uraian 2005 2006 2007 2008 2009

1 Jumlah tenaga kerja yang bekerja

pada perusahaan PMA/PMDN - - - 34 -

2 Jumlah seluruh PMA/PMDN - - - 1 1

3 Rasio daya serap tenaga kerja - - - 1 : 34 1 : 0

4 Jumlah tenaga kerja yang bekerja

pada perusahaan Non PMA/PMDN 1.064 2.292 3.851 2.685 3.174

5 Jumlah seluruh Non PMA/PMDN 214 1.082 897 1.091 1.364 6 Rasio daya serap tenaga kerja 1 : 5 1 : 2 1 : 4 1 : 2 1 : 2

Sumber : Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kabupaten Ngawi

Pada tahun 2009 jumlah tenaga kerja yang terserap pada 1.364 perusahaan non PMA/PMDN berjumlah sebanyak 3.174 orang. Penyerapan tenaga kerja ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun 2008 yang hanya menyerap tenaga kerja sebanyak 2.685 orang. Rasio penyerapan tenaga kerja terhadap jumlah perusahaan non PMA/PMDN pada tahun 2009 sama dibandingkan dengan tahun 2008, dimana rasio penyerapan tenaga kerja pada tahun 2008 dan tahun 2009 mencapai 1 : 2.

2.1.4 Aspek Daya Saing Daerah

Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah. Suatu daya saing merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan.

Gambaran umum kondisi daerah terkait aspek daya saing daerah dapat dilihat dari kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah/ infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia.


(23)

2.1.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan kemampuan ekonomi daerah salah satunya dapat dilihat dari pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita (pangan dan non pangan).

a. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga perkapita (Angka Konsumsi RT perkapita)

Indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dimaksudkan untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang menjelaskan seberapa besar tingkat pengeluaran rumah tangga tersebut. Semakin besar angka konsumsi rumah tangga berarti semakin besar bagi peningkatan kemampuan ekonomi daerah.

Berikut adalah gambaran secara lengkap Angka Konsumsi RT perkapita Tahun 2005 s.d 2009 di Kabupaten Ngawi :

Tabel 2.22

Angka Konsumsi RT perkapita Tahun 2005 s.d 2009 Kabupaten Ngawi

NO Uraian 2005 2006 2007 2008 2009

1. Total Pengeluaran RT (Kkal/kap/th) 457,2 447,8 438,4 429 419,5 2. Jumlah RT 258,377 269,978 278,945 242,040 247,142 3. Rasio (1./2.) 1 : 1,769 1 : 1,658 1 : 1,571 1 : 1,772 1 : 1,697

Sumber : BKP dan Penyuluhan PPK Kabupaten Ngawi

Pada tahun 2009 pengeluaran konsumsi rumah tangga perkapita di Kabupaten Ngawi mencapai 419,5 Kkal/kap/th, angka ini lebih kecil bila di bandingkan dengan tahun 2005 - 2008, dimana pada tahun 2005 pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita sebesar 457,2 Kkal/kap/th, pada tahun 2006 pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita sebesar 447,8 Kkal/kap/th pada tahun 2007 pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita sebesar 438,4 Kkal/kap/th dan pada tahun 2008 pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita sebesar 429 Kkal/kap/th.


(24)

Menurunnya angka konsumsi rumah tangga perkapita di Kabupaten Ngawi, disebabkan adanya penganekaragaman pangan dari konsumsi beras ke bahan pangan alternatif lainnya. b. Ketersediaan Pangan Utama

Ketahanan pangan merupakan agenda penting di dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Ngawi. Kejadian rawan pangan menjadi masalah yang sangat sensitif dalam dinamika kehidupan sosial politik, oleh sebab itu menjadi sangat penting bagi kita untuk mampu mewujudkan ketahanan pangan, khususnya di Kabupaten Ngawi dengan berbasiskan kemandirian penyediaan pangan lokal. Kemandirian ini semakin penting di tengah kondisi yang mengalami krisis pangan, energi dan finansial.

c. Nilai Tukar Petani

Kesejahteraan petani yang diindikasikan melalui Nilai Tukar Petani (NTP) di Kabupaten Ngawi mengalami perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya. Perlambatan ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani lebih rendah daripada kenaikan indeks harga yang dibayar petani.

Penurunan kondisi kesejahteraan petani di kabupaten Ngawi disebabkan oleh beberapa faktor seperti meningkatnya biaya produksi (harga pupuk, sewa tanah) dan faktor cuaca yang ekstrim di akhir tahun 2009. Perkembangan pada awal tahun ini cenderung sama pada tahun sebelumnya.

2.1.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

Infrastruktur merupakan faktor penting dalam pengembangan wilayah, dimana infrastruktur wilayah merupakan jaringan penghubung antara kawasan produksi ke kawasan pemasaran. Pengembangan infrastruktur wilayah harus mengacu pada rencana tata ruang, karena pembangunan sektoral harus sinergi dengan pembangunan wilayah yang tertua dalam rencana tata ruang.


(25)

Berdasarkan rencana tata ruang wilayah (RTRW) tahun 2010.-.2030 memuat rencana struktur ruang, pola ruang dan penetapan kawasan strategis kabupaten. Rencana struktur ruang memuat rencana sistem perkotaan dan infrastruktur wilayah. Rencana pola ruang memuat rencana kawasan lindung dan rencana kawasan budidaya.

Rencana kawasan strategis kabupaten memuat kawasan strategis ekonomi yaitu kawasan agropolitan di Ngrambe dan kawasan perikanan di Bringin. Kawasan strategis sosial budaya termasuk didalamnya kawasan wisata alam dan wisata budaya, disamping itu juga memuat kawasan strategis lingkungan hidup.

Kawasan lindung meliputi kawasan hutan lindung, kawasan yang memberi perlindungan dibawahnya seperti: kawasan perlindungan setempat, kawasan rawan bencana alam, kawasan pelestarian alam dan cagar budaya dan kawasan lindung geologi. Kawasan budidaya meliputi kawasan hutan produksi, pertanian, perkebunan, perikanan, pertambangan, industri, pariwisata, permukiman dan pertahanan keamanan.

a. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kabupaten Ngawi merupakan kabupaten dengan hirarki perkotaan berdasar RTRW Provinsi Jawa Timur adalah Pusat Pelayanan Lokal (PKL) yang merupakan bagian dari Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Madiun, dengan fungsi pengembangan sebagai pusat pertanian, perdagangan dan jasa.

Disamping itu laju pertumbuhan pemanfaatan ruang belum banyak menimbulkan konflik tata ruang. Ketaatan terhadap RTRW di Kabupaten Ngawi baru diukur dengan kesesuain tata ruang terhadap permohonan ijin yang dilakukan oleh investasi kegiatan usaha. Dari permohonan ijin usaha pemanfaatan ruang tersebut sudah sesuai dengan rencana tata ruang Kabupaten Ngawi.


(26)

Sektor unggulan Kabupaten Ngawi adalah sektor pertanian, hal ini terlihat dari sektor utama yang menunjang PDRB adalah pertanian tanaman pangan, sehingga data wilayah produktif adalah wilayah kawasan pertanian, sedangkan kawasan budidaya adalah kawasan non pertanian.

Berikut gambaran Persentase luas Wilayah Produktif Tahun 2005 s.d 2009 di Kabupaten Ngawi :

Tabel 2.23

Persentase luas Wilayah Produktif Kabupaten Ngawi Tahun 2005 s.d 2009

NO Uraian 2005 2006 2007 2008 2009

1. Luas Wilayah produktif 50.424 50.512 50.500 50.448 50.476 2. Luas Seluruh Wil. Budidaya 79.074 79.086 79.098 79.110 79.122 3. Rasio (1./2.) 0.6389 0.6387 0.6384 0.6382 0.6380 Sumber : Data olahan Bappeda 2011

Dari data di atas terlihat bahwa terdapat kecenderungan terjadi penurunan luas wilayah produktif pertanian yang dikarenakan terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Hal ini disebabkan oleh pertambahan penduduk dan laju pertambahan sektor lain (industri, perdagangan dan jasa serta fasilitas umum) yang membutuhkan lahan pertanian tersebut.

Penurunan luas kawasan produktif pertanian akan berdampak terhadap produksi dan produktifitas pertanian, sehingga diperlukan langkah strategis untuk meningkatkan produksi dan produktifitas pertanian. Luas wilayah produksi pertanian di setiap kecamatan menunjukkan perbandingan yang hampir seimbang bila dibanding luas wilayah non pertanian.

Berikut gambaran secara lengkap Persentase luas Wilayah Produktif Tahun 2009 menurut kecamatan di Kabupaten Ngawi :


(27)

Tabel 2.24

Persentase luas Wilayah Produktif Tahun 2009 Menurut Kecamatan di Kabupaten Ngawi

NO Kecamatan Luas Wilayah Produktif

Luas Seluruh Wil.

Budidaya Rasio

(1) (2) (3) (4) (5=3/4)

1 Kabupaten Ngawi 50.476 79.121 0,637

2 Kecamatan Ngawi 3.554 3.502 1,01

3 Kecamatan Paron 5.943 4.171 1,42

4 Kecamatan Geneng 3.780 1.472 2,57

5 Kecamatan Pitu 1.056 4.545 0,23

6 Kecamatan Gerih 1.796 1.656 1,08

7 Kecamatan Padas 2.669 2.356 1,13

8 Kecamatan Karangjati 2.647 4.020 0,66

9 Kecamatan Kwadungan 2.177 853 2,55

10 Kecamatan Pangkur 1.731 1.210 1,43

11 Kecamatan Bringin 1.330 4.931 0,27

12 Kecamatan Kasreman 1.309 1.837 0,71

13 Kecamatan Ngrambe 2.375 3.374 0,70

14 Kecamatan Jogorogo 2.315 4.269 0,54

15 Kecamatan Kendal 2.643 5.813 0,45

16 Kecamatan Sine 2.158 5.864 0,37

17 Kecamatan Widodaren 4.558 4.285 1,06

18 Kecamatan Kedunggalar 5.063 7.902 0,64

19 Kecamatan Mantingan 2.478 3.241 0,76

20 Kecamatan Karanganyar 894 13.820 0,06

Sumber : Data olahan Bappeda 2011

2.1.4.3 Fokus Iklim Berinvestasi

Investasi merupakan salah satu indikator penting dalam meningkatkan dalam pembangunan perekonomian. Investasi akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja baru sehingga diharapkan akan mengurangi beban pengangguran dan kemiskinan. Kondisi keamanan dan politik di Kabupaten Ngawi yang stabil merupakan modal penting dalam menarik minat investor.

Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan iklim investasi dapat dilihat dari indikator kinerja angka kriminalitas, jumlah demonstrasi, kemudahan perijinan dan peraturan daerah yang mendukung iklim usaha.


(28)

a. Angka kriminalitas

Angka kriminalitas dapat menggambarkan tingkat keamanan masyarakat, semakin rendah angka kriminalitas maka semakin tinggi tingkat keaman masyarakat. Angka kriminalitas yang terjadi di Kabupaten Ngawi tahun 2005 – 2009 dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.25 Angka Kriminalitas

Tahun 2005 s.d 2009 Kabupaten Ngawi

No Jenis Kriminal 2005 2006 2007 2008 2009 1. Jumlah kasus Ketertiban umum 33 49 87 68 60

2. Jumlah kasus Pembakaran - 25 - - -

3. Jumlah Kejahatan Mata Uang - 1 - - 1

4. Jumlah kasus Perkosaan 4 10 - - -

5. Jumlah kasus Kesusilaan 1 15 19 16 24

6. Jumlah kasus Perjudian 47 147 160 220 169

7. Jumlah kasus Penculikan 2 - - - -

8. Jumlah kasus Pembunuhan 1 1 2 1 -

9. Jumlah kasus Penganiayaan 15 31 40 49 54

10. Jumlah kasus Pencurian 69 117 150 202 145

11 Jumlah kasus Pemerasan 2 2 1 1 10

12 Jumlah kasus Penggelapan 8 7 6 26 18

13 Jumlah kasus Penipuan 7 24 19 22 14

14 Jumlah kasus Penadahan 73 103 110 109 67

15 Jumlah kasus Perusakan 9 - 38 68 44

16 Jumlah kasus Narkoba - 6 6 17 8

17 Jumlah kasus Korupsi - 2 4 2 4

18 Jumlah kasus Kealpaan 14 49 34 36 28

19 Jumlah kasus Ekonomi - - - - 36

20 Jumlah kasus Senpi/Tajam - - - - 1

21 Jumlah kasus Lainnya 23 1 8 82 1

Jumlah/ Total 308 590 684 919 684

Sumber : Kabupaten Ngawi Dalam angka 2010

Pada tahun 2009 jumlah tindak kriminal di Kabupaten Ngawi sebanyak 684 kasus, jumlah ini menurun dibandingkan dengan tahun 2008 sebanyak 919 kasus. Untuk kasus perjudian pada tahun 2009 merupakan jumlah tertinggi dibandingkan dengan kasus yang lainnya.


(29)

b. Jumlah Demonstrasi

Demonstrasi merupakan sebuah gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang dihadapan umum untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau menentang kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok. Semakin sedikit jumlah demonstrasi maka semakin tinggi tingkat kesepahaman dan semakin tinggi pula tingkat kestabilan kondisi keamanan suatu wilayah. Jumlah demo yang terjadi di Kabupaten Ngawi tahun 2005 – 2009 dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.26

Jumlah Demo Tahun 2005 s.d 2009 Kabupaten Ngawi

No Uraian 2005 2006 2007 2008 2009

1 Bidang Politik 5 9 10 6 12

2 Ekonomi - - -

3 Kasus pemogokan kerja - - -

4 Jumlah Unjuk Rasa 5 9 10 6 12

Sumber : Bakesbangpol dan Linmas

Pada tahun 2009 jumlah demonstrasi di Kabupaten Ngawi sebanyak 12 kejadian, hanya terdiri dari 12 kejadian bidang politik. Jumlah kejadian ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2008, yang hanya sebanyak 6 kejadian.

2.1.4.4 Fokus Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan kunci keberhasilan pembangunan di Kabupaten Ngawi. Pembangunan sumber daya manusia harus benar-benar diarahkan dan ditingkatkan agar mampu dan memiliki etos kerja yang produktif, terampil, kreatif, disiplin, profesional dan mampu mengembangkan serta menguasai ilmu dan teknologi yang inovatif dalam rangka memacu pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Ngawi.

Gambaran umum kondisi daerah dan aspek daya saing daerah terkait dengan sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas tenaga kerja dan tingkat ketergantungan penduduk.


(30)

a. Kualitas tenaga kerja (rasio lulusan S1/S2/S3)

Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam kerangka pembangunan di Kabupaten Ngawi adalah kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM ini berkaitan erat dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk mengisi kesempatan kerja baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikannya, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Kualitas tenaga kerja di suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk yang telah menyelesaikan S1, S2 dan S3.

b. Tingkat ketergantungan (rasio ketergantungan)

Tingkat ketergantungan penduduk digunakan untuk melihat gambaran besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif.

Penduduk muda dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya.

Selain itu penduduk usia di atas 64 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15 – 64 tahun adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif.

Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Rasio ketergantungan penduduk ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi.


(31)

2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD

Tabel 2.32

Hasil Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah

terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Ngawi


(32)

(33)

(34)

(35)

(36)

2.3 Permasalahan Pembangunan Daerah.

2.3.1 Permasalahan daerah yang berhubungan dengan prioritas dan sasaran pembangunan daerah.

Tabel 2.28

Identifikasi Permasalahan untuk Penentuan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Kabupaten Ngawi

No. Program Pembangunan Daerah RPJMD

Tahun Berkenaan Permasalahan

Faktor-faktor Penentu Keberhasilan

(1) (2) (3) (4)

1 Terwujudnya Kesejahteraan masyarakat Meningkatkan taraf hidup Keluarga Miskin

Tingginya angka kemiskinan dan

pengangguran pada usia produktif

1. Pemenuhan dan Kebutuhan hak dasar 2. Penurunan tingkat Kemiskinan 3. IPM 2.1

Terwujudnya mutu pendidikan yang berkualitas pada semua jenis dan jenjang pendidikan

Meningkatnya secara nyata aksesbilitas dan kualitas pelayanan pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan

Rendahnya daya tampung dan daya dukung fasilitas pendidikan baik formal maupun informal

1. Persentase tingkat kelulusan

2. Angka pendidikan yang ditamatkan

2.2

Terwujudnya akses pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan jaringannya Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan ibu, bayi,anak, remaja, dan lanjut usia serta kesehatan reproduksi

Rendahnya daya tampung dan daya dukung fasilitas kesehatan masyarakat

1. Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu per- satuan penduduk 2. Angka Harapan Hidup (AHP)

3 Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang dinamis Meningkatnya iklim investasi yang kondusif Meningkatnya produktifitas dan kualitas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM)

Meningkatnya ketahanan pangan daerah Meningkatnya produksi dan produktifitas

pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan Meningkatnya kelestarian sumber daya hutan Meningkatnya kualitas dan kuantitas pasar daerah Meningkatnya kualitas dan kuantitas hasil Industri Kecil Menengah yang menjadi unggulan daerah

Meningkatnya kunjungan wisata Meningkatnya penyerapan tenaga kerja

Kondisi ekonomi makro (nasional dan global ) yang masih belum stabil

1. Pertumbuhan ekonomi 2. Pendapatan perkapita 3. Tingkat pengangguran terbuka

4 Terwujudnya tata kelola kepemerintahan daerah yang baik, bersih dan akuntabel

1. Masih rendahnya profesionalisme aparatur

2. Kurang optimalnya penguasaan dan aplikasi sistem dan teknologi informasi dalam mendukung pelayanan masyarakat

Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat


(37)

No. Program Pembangunan Daerah RPJMD

Tahun Berkenaan Permasalahan

Faktor-faktor Penentu Keberhasilan

(1) (2) (3) (4)

Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan daerah

Meningkatnya kualitas pelayanan Administrasi kependudukan

Meningkatnya efisiensi dan efektivitas kelembagaan dan ketatalaksanaan, akuntabilitas kinerja pemerintah, dan kemandirian keuangan daerah Meningkatnya kualitas SDM Aparatur Pemerintah dan pengelolaan administrasi kepegawaian

Meningkatnya kualitas validitas dan penyediaan data statistik daerah Meningkatnya kualitas penataan arsip daerah Meningkatnya pengembangan dan

pemanfaatan teknologi informasi Meningkatnya kualitas pelayanan perpustakaan daerah

Meningkatnya peran serta perempuan

dalam pembangunan keluarga yang berkualitas dan sejahtera

Meningkatnya pemerintahan desa yang mandiri dan dinamis

5.1 Terwujudnya infrastruktur yang memadai untuk mendukung pengembangan wilayah Meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur jalan dan jembatan yang memadai

dalam mendukung pengembangan kawasan agropolitan, PHBM maupun kawasan lain

Meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur irigasi dalam mendukung produktivitas pertanian dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan irigasi

Meningkatnya kualitas dan kuantitas lingkungan permukiman yang memadai

Meningkatnya kualitas infrastruktur perhubungan yang memadai

Masih rendahnya kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah

Ketersediaan infrastruktur wilayah yang memadai

5.2 Terwujudnya sinkronisasi pengembangan wilayah, konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup Meningkatnya kualitas perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Meningkatnya kualitas pengelolaan lingkungan hidup Meningkatnya pemanfaatan energi dan

pertambangan dengan memperhatikan konservasi dan daya dukung lingkungan

Belum optimalnya pemanfaatan sumber daya alam

1. Kepatuhan terhadap perda tata ruang 2. Penurunan lahan kritis

6.1 Terwujudnya seni dan budaya khas Ngawi yang dikenal masyarakat luas

Meningkatnya kesenian dan budaya daerah

Belum lestarinya seni dan budaya khas Ngawi

Jumlah seni dan budaya asli Ngawi yang dikenal di tingkat nasional

6.2 Terwujudnya Kabupaten Ngawi yang kondusif, aman dan damai Meningkatnya keharmonisan sosial dalam taraf kehidupan intra dan antar-umat beragama

Meningkatnya keamanan dan ketertiban di Kabupaten Ngawi

Belum terciptanya keamanan dan ketertiban

Penurunan Angka kriminalitas


(38)

2.3.2 Identifikasi permasalahan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah.

Tabel 2.29

Identifikasi Permasalahan Pembangunan Daerah No. Kriteria / Aspek Urusan

Faktor-faktor penentu keberhasilan

Permasalahan

(1) (2) (3) (4) (5)

I Kinerja Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah

a. Tataran Pengambil Kebijakan Ketentraman dan ketertiban umum

daerah Wajib

Kondisi umum daerah kondusif

-

Keselarasan dan efektivitas hubungan antara pemerintahan daerah dan Pemerintah serta antarpemerintahan daerah dalam rangka pengembangan otonomi daerah

Wajib Masuk dalam agenda RPJMD

Belum konsistensi pelaksanaan di tingkat SKPD

Keselarasan antara kebijakan pemerintahan daerah dengan kebijakan Pemerintah

Wajib Masuk dalam agenda RPJMD

Belum konsistensi pelaksanaan di tingkat SKPD

Efektivitas hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD

Wajib Ada dalam kesepakatan agenda tahunan

-

Efektivitas proses pengambilan keputusan oleh Kepala Daerah beserta tindak lanjut pelaksanaan keputusan

Wajib Masuk dalam agenda RPJMD

Belum konsistensi pelaksanaan di tingkat SKPD

Ketaatan pelaksanaan

penyelenggaraan pemerintahan daerah pada peraturan perundang-undangan

Wajib Masuk dalam agenda RKPD, Renstra, Renja

Tidak semua SKPD menyusun Renstra dan Renja

Intensitas dan efektivitas proses konsultasi publik antara pemerintah daerah dengan masyarakat atas penetapan kebijakan publik yang strategis dan relevan untuk Daerah

Wajib Sudah ada Perda TPA

-

Transparansi dalam pemanfaatan alokasi, pencairan dan penyerapan DAU, DAK, dan Bagi Hasil

Wajib Sudah ada Perda

TPA -

Intensitas, efektivitas, dan transparansi pemungutan sumber-sumber pendapatan asli daerah dan pinjaman/obligasi daerah

Wajib Sudah ada Perda

TPA -

Efektivitas perencanaan, penyusunan, pelaksanaan tata usaha, pertanggung jawaban, dan pengawasan APBD

Wajib Sudah ada Perda

TPA -

Pengelolaan potensi daerah Wajib

Sudah masuk dalam RPJMD dan RKPD


(39)

No. Kriteria / Aspek Urusan Faktor-faktor penentu keberhasilan Permasalahan

(1) (2) (3) (4) (5)

Terobosan/inovasi baru dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

- -

b. Tataran Pelaksana Kebijakan Kebijakan teknis penyelenggaraan

urusan pemerintahan Wajib

Dirumuskan dalam RKPD

-

Ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan Wajib

Langsung ditangani Bupati melalui rapat koordinasi Belum konsisten dalam pelaksanaannya

Tingkat capaian SPM Wajib

Sudah masuk dalam penetapan kinerja dalam RPJMD

Tidak semua SKPD menyusun Renstra dan Renja

Penataan kelembagaan daerah Wajib Ada Perda STOK -

Pengelolaan kepegawaian daerah Wajib

Jumlah pegawai kurang lebih mencapai 14.000 sampai tahun 2011

Pendistribusian dan penempatan pegawai

belum optimal sesuai kebutuhan

Perencanaan pembangunan daerah Wajib

Proses

perencanaan dari musrenbangdes sampai

musrenbangkab

Belum optimal pelaksanaannya

Pengelolaan keuangan daerah Wajib

Proses penyampaian APBD sudah tepat waktu

Realisasi penyusunan sering tidak optimal

Pengelolaan barang milik daerah Wajib

Sudah ada Perda mengenai pengelolaan barang milik daerah

Aset daerah belum optimal dalam pengelolaannya

Pemberian fasilitasi terhadap

partisipasi masyarakat Wajib

Dalam Perda TPA Banyak masyarakat yang belum memahaminya

II Kemampuan Penyelenggaraan Otonomi Daerah

Kesejahteraan masyarakat Wajib TKPK - Pelayanan umum Wajib Peraturan SOP -

Daya saing daerah Wajib SOP perizinan -


(40)

Tabel 2.30

Identifikasi Kebijakan Nasional Pemerintah Kabupaten Ngawi Kebijakan Nasional

No.

RPJMN RKPD Provinsi Lain-lain

(1) (2) (3) (4)

1. Peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dalam bentuk percepatan pertumbuhan ekonomi. Memberdayakan kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk anak-anak telantar, fakir miskin, manusia lanjut usia

(manula/lansia), penyandang cacat, masyarakat miskin, dan masyarakat di wilayah

terpencil, tertinggal dan wilayah rawan bencana.

Peningkatan efektivitas penanggulangan kemiskinan dengan menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak dasar masyarakat miskin.

2. Memperkuat pilar-pilar demokrasi dengan penguatan yang bersifat kelembagaan dan mengarah pada tegaknya ketertiban

umum, penghapusan segala macam

diskriminasi, pengakuan dan penerapan hak asasi manusia serta

kebebasan yang bertanggung jawab.

Mempercepat perwujudan perubahan pola berpikir dan orientasi birokrasi dari dilayani menjadi melayani masyarakat; mempercepat perwujudan birokrasi yang efisien, kreatif, inovatif, bertanggung jawab, dan profesional untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (good

governance), yang bebas dari

korupsi, kolusi, dan nepotisme; meningkatkan efektivitas dan efisiensi ketatalaksanaan dan prosedur pada semua tingkat dan lini pemerintahan; meningkatkan kualitas pelayanan publik menjadi pelayanan prima; dan mendorong partisipasi

masyarakat untuk turut merumuskan program dan kebijakan layanan publik.

Percepatan pelaksanaan reformasi birokrasi dan peningkatan pelayanan publik.

3. Memperkuat dimensi keadilan dalam semua bidang termasuk pengurangan kesenjangan pendapatan, pengurangan kesenjangan pembangunan antar daerah (termasuk desa-kota), dan kesenjangan gender.

Meningkatkan penegakan hukum secara adil, konsekuen, dan tidak diskriminatif; terjaminnya konsistensi peraturan perundang-undangan; dan meningkatkan pemahaman dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Peningkatan Rasa Aman dan Ketertiban Masyarakat.


(41)

Tabel 2.31

Identifikasi Permasalahan Pembangunan dari Kebijakan Nasional/Provinsi dan Lingkungan Eksternal Lainnya

Isu Penting dan Masalah Mendesak No.

Tingkat Nasional Tingkat Provinsi Lingkungan Eksternal Lainnya

(1) (2) (3) (4)

1.

Memperkuat ketahanan pangan dan ketahanan energi

Terbatasnya Sumber Pembiayaan Pembangunan

Penguatan struktur

perekonomian daerah dengan berbasis sektor pertanian

2.

Percepatan pengurangan kemiskinan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan

pembangunan yang berpihak pada masyarakat miskin

Tingkat Kemiskinan, Kesenjangan, dan Pengangguran.

Rendahnya Aksesibilitas dan Kualitas Pendidikan dan Kesehatan

Angka pengangguran yang cukup tinggi dan semakin bertambah

3.

Pembangunan inklusif dan berkeadilan dengan

meningkatkan keterlibatan dan peran serta semua pemangku kepentingan

Rendahnya Percepatan Pembangunan Ekonomi Berkualitas dan Pembangunan Infrastruktur

Pengembangan infrastruktur kewilayahan dan tata ruang

4.

Peningkatan nilai tambah dari pemanfaatan sumber daya alam, demografi, potensi industri, dan pasar domestik yang besar

Rendahnya Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup, serta Ketimpangan Wilayah

Pengendalian degradasi sumber daya alam dan lingkungan hidup

5. Penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan (pro-environment) Kurang Optimalnya Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Penegakan Supremasi Hukum dan HAM serta Ketentraman dan Ketertiban

Reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan


(1)

2.3 Permasalahan Pembangunan Daerah.

2.3.1

Permasalahan daerah yang berhubungan dengan prioritas dan

sasaran pembangunan daerah.

Tabel 2.28

Identifikasi Permasalahan untuk Penentuan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah

Kabupaten Ngawi

No. Program Pembangunan Daerah RPJMD

Tahun Berkenaan Permasalahan

Faktor-faktor Penentu Keberhasilan

(1) (2) (3) (4)

1 Terwujudnya Kesejahteraan masyarakat

Meningkatkan taraf hidup Keluarga Miskin

Tingginya angka kemiskinan dan

pengangguran pada usia produktif

1. Pemenuhan dan Kebutuhan hak dasar 2. Penurunan tingkat Kemiskinan 3. IPM 2.1

Terwujudnya mutu pendidikan yang berkualitas pada semua jenis dan jenjang pendidikan

Meningkatnya secara nyata aksesbilitas dan kualitas pelayanan pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan

Rendahnya daya tampung dan daya dukung fasilitas pendidikan baik formal maupun informal

1. Persentase tingkat kelulusan

2. Angka pendidikan yang ditamatkan

2.2

Terwujudnya akses pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan jaringannya Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan ibu, bayi,anak, remaja, dan lanjut usia serta kesehatan reproduksi

Rendahnya daya tampung dan daya dukung fasilitas kesehatan masyarakat

1. Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu per- satuan penduduk 2. Angka Harapan Hidup (AHP)

3 Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang dinamis

Meningkatnya iklim investasi yang kondusif Meningkatnya produktifitas dan kualitas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM)

Meningkatnya ketahanan pangan daerah Meningkatnya produksi dan produktifitas

pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan Meningkatnya kelestarian sumber daya hutan Meningkatnya kualitas dan kuantitas pasar daerah Meningkatnya kualitas dan kuantitas hasil Industri Kecil Menengah yang menjadi unggulan daerah

Meningkatnya kunjungan wisata Meningkatnya penyerapan tenaga kerja

Kondisi ekonomi makro (nasional dan global ) yang masih belum stabil

1. Pertumbuhan ekonomi 2. Pendapatan perkapita 3. Tingkat pengangguran terbuka

4 Terwujudnya tata kelola kepemerintahan daerah

yang baik, bersih dan akuntabel

1. Masih rendahnya profesionalisme aparatur

2. Kurang optimalnya penguasaan dan aplikasi sistem dan teknologi informasi dalam mendukung pelayanan masyarakat

Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat


(2)

No. Program Pembangunan Daerah RPJMD

Tahun Berkenaan Permasalahan

Faktor-faktor Penentu Keberhasilan

(1) (2) (3) (4)

Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan daerah

Meningkatnya kualitas pelayanan Administrasi kependudukan

Meningkatnya efisiensi dan efektivitas kelembagaan dan ketatalaksanaan, akuntabilitas kinerja pemerintah, dan kemandirian keuangan daerah Meningkatnya kualitas SDM Aparatur Pemerintah dan pengelolaan administrasi kepegawaian

Meningkatnya kualitas validitas dan penyediaan data statistik daerah Meningkatnya kualitas penataan arsip daerah Meningkatnya pengembangan dan

pemanfaatan teknologi informasi Meningkatnya kualitas pelayanan perpustakaan daerah

Meningkatnya peran serta perempuan

dalam pembangunan keluarga yang berkualitas dan sejahtera

Meningkatnya pemerintahan desa yang mandiri dan dinamis

5.1 Terwujudnya infrastruktur yang memadai untuk mendukung pengembangan wilayah Meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur jalan dan jembatan yang memadai

dalam mendukung pengembangan kawasan agropolitan, PHBM maupun kawasan lain

Meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur irigasi dalam mendukung produktivitas pertanian dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan irigasi

Meningkatnya kualitas dan kuantitas lingkungan permukiman yang memadai

Meningkatnya kualitas infrastruktur perhubungan yang memadai

Masih rendahnya kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah

Ketersediaan infrastruktur wilayah yang memadai

5.2 Terwujudnya sinkronisasi pengembangan wilayah, konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup Meningkatnya kualitas perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Meningkatnya kualitas pengelolaan lingkungan hidup Meningkatnya pemanfaatan energi dan

pertambangan dengan memperhatikan konservasi dan daya dukung lingkungan

Belum optimalnya pemanfaatan sumber daya alam

1. Kepatuhan terhadap perda tata ruang 2. Penurunan lahan kritis

6.1 Terwujudnya seni dan budaya khas Ngawi yang dikenal masyarakat luas

Meningkatnya kesenian dan budaya daerah

Belum lestarinya seni dan budaya khas Ngawi

Jumlah seni dan budaya asli Ngawi yang dikenal di tingkat nasional

6.2 Terwujudnya Kabupaten Ngawi

yang kondusif, aman dan damai Meningkatnya keharmonisan sosial dalam taraf kehidupan intra dan antar-umat beragama

Meningkatnya keamanan dan ketertiban

Belum terciptanya keamanan dan ketertiban

Penurunan Angka kriminalitas


(3)

2.3.2 Identifikasi permasalahan penyelenggaraan urusan pemerintahan

daerah.

Tabel 2.29

Identifikasi Permasalahan Pembangunan Daerah

No. Kriteria / Aspek Urusan

Faktor-faktor penentu keberhasilan

Permasalahan

(1) (2) (3) (4) (5)

I Kinerja Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah

a. Tataran Pengambil Kebijakan

Ketentraman dan ketertiban umum

daerah Wajib

Kondisi umum daerah kondusif

-

Keselarasan dan efektivitas hubungan antara pemerintahan daerah dan Pemerintah serta antarpemerintahan daerah dalam rangka pengembangan otonomi daerah

Wajib Masuk dalam

agenda RPJMD

Belum konsistensi pelaksanaan di tingkat SKPD

Keselarasan antara kebijakan pemerintahan daerah dengan kebijakan Pemerintah

Wajib Masuk dalam

agenda RPJMD

Belum konsistensi pelaksanaan di tingkat SKPD

Efektivitas hubungan antara

pemerintah daerah dan DPRD

Wajib Ada dalam

kesepakatan agenda tahunan

-

Efektivitas proses pengambilan keputusan oleh Kepala Daerah beserta tindak lanjut pelaksanaan keputusan

Wajib Masuk dalam

agenda RPJMD

Belum konsistensi pelaksanaan di tingkat SKPD

Ketaatan pelaksanaan

penyelenggaraan pemerintahan daerah pada peraturan perundang-undangan

Wajib Masuk dalam

agenda RKPD, Renstra, Renja

Tidak semua SKPD menyusun Renstra dan Renja

Intensitas dan efektivitas proses konsultasi publik antara pemerintah daerah dengan masyarakat atas penetapan kebijakan publik yang strategis dan relevan untuk Daerah

Wajib Sudah ada Perda

TPA

-

Transparansi dalam pemanfaatan alokasi, pencairan dan penyerapan DAU, DAK, dan Bagi Hasil

Wajib Sudah ada Perda

TPA -

Intensitas, efektivitas, dan transparansi pemungutan sumber-sumber pendapatan asli daerah dan pinjaman/obligasi daerah

Wajib Sudah ada Perda

TPA -

Efektivitas perencanaan, penyusunan, pelaksanaan tata usaha, pertanggung jawaban, dan pengawasan APBD

Wajib Sudah ada Perda

TPA -

Pengelolaan potensi daerah Wajib

Sudah masuk dalam RPJMD dan RKPD


(4)

No. Kriteria / Aspek Urusan

Faktor-faktor penentu keberhasilan

Permasalahan

(1) (2) (3) (4) (5)

Terobosan/inovasi baru dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

- -

b. Tataran Pelaksana Kebijakan

Kebijakan teknis penyelenggaraan

urusan pemerintahan Wajib

Dirumuskan dalam RKPD

-

Ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan Wajib

Langsung ditangani Bupati melalui rapat koordinasi

Belum konsisten dalam pelaksanaannya

Tingkat capaian SPM Wajib

Sudah masuk dalam penetapan kinerja dalam RPJMD

Tidak semua SKPD menyusun Renstra dan Renja

Penataan kelembagaan daerah Wajib Ada Perda STOK -

Pengelolaan kepegawaian daerah Wajib

Jumlah pegawai kurang lebih mencapai 14.000 sampai tahun 2011

Pendistribusian dan penempatan pegawai

belum optimal sesuai kebutuhan

Perencanaan pembangunan daerah Wajib

Proses

perencanaan dari musrenbangdes sampai

musrenbangkab

Belum optimal pelaksanaannya

Pengelolaan keuangan daerah Wajib

Proses penyampaian APBD sudah tepat waktu

Realisasi penyusunan sering tidak optimal

Pengelolaan barang milik daerah Wajib

Sudah ada Perda mengenai pengelolaan barang milik daerah

Aset daerah belum optimal dalam pengelolaannya

Pemberian fasilitasi terhadap

partisipasi masyarakat Wajib

Dalam Perda TPA Banyak masyarakat yang

belum memahaminya

II Kemampuan Penyelenggaraan

Otonomi Daerah

Kesejahteraan masyarakat Wajib TKPK -

Pelayanan umum Wajib Peraturan SOP -

Daya saing daerah Wajib SOP perizinan -


(5)

Tabel 2.30

Identifikasi Kebijakan Nasional Pemerintah Kabupaten Ngawi

Kebijakan Nasional

No.

RPJMN RKPD Provinsi Lain-lain

(1) (2)

(3)

(4)

1.

Peningkatan tingkat

kesejahteraan

masyarakat secara

keseluruhan dalam

bentuk percepatan

pertumbuhan ekonomi.

Memberdayakan kelompok

masyarakat yang kurang

beruntung, termasuk

anak-anak telantar, fakir miskin,

manusia lanjut usia

(manula/lansia), penyandang

cacat, masyarakat miskin, dan

masyarakat di wilayah

terpencil, tertinggal dan

wilayah rawan bencana.

Peningkatan efektivitas

penanggulangan

kemiskinan dengan

menghormati, melindungi

dan memenuhi hak-hak

dasar masyarakat miskin.

2.

Memperkuat pilar-pilar

demokrasi dengan

penguatan yang bersifat

kelembagaan dan

mengarah pada tegaknya

ketertiban

umum, penghapusan

segala macam

diskriminasi, pengakuan

dan penerapan hak asasi

manusia serta

kebebasan yang

bertanggung jawab.

Mempercepat perwujudan

perubahan pola berpikir dan

orientasi birokrasi dari dilayani

menjadi melayani masyarakat;

mempercepat perwujudan

birokrasi yang efisien, kreatif,

inovatif, bertanggung jawab,

dan profesional untuk

menciptakan tata kelola

pemerintahan yang baik (good

governance), yang bebas dari

korupsi, kolusi, dan

nepotisme; meningkatkan

efektivitas dan efisiensi

ketatalaksanaan dan prosedur

pada semua tingkat dan lini

pemerintahan; meningkatkan

kualitas pelayanan publik

menjadi pelayanan prima; dan

mendorong partisipasi

masyarakat untuk turut

merumuskan program dan

kebijakan layanan publik.

Percepatan pelaksanaan

reformasi birokrasi dan

peningkatan pelayanan

publik.

3.

Memperkuat dimensi

keadilan dalam semua

bidang termasuk

pengurangan

kesenjangan

pendapatan,

pengurangan

kesenjangan

pembangunan antar

daerah (termasuk

desa-kota), dan kesenjangan

gender.

Meningkatkan penegakan

hukum secara adil,

konsekuen, dan tidak

diskriminatif; terjaminnya

konsistensi peraturan

perundang-undangan; dan

meningkatkan pemahaman

dan penghormatan terhadap

hak asasi manusia.

Peningkatan Rasa Aman

dan Ketertiban Masyarakat.


(6)

Tabel 2.31

Identifikasi Permasalahan Pembangunan dari Kebijakan Nasional/Provinsi

dan Lingkungan Eksternal Lainnya

Isu Penting dan Masalah Mendesak No.

Tingkat Nasional Tingkat Provinsi Lingkungan Eksternal Lainnya

(1) (2) (3) (4)

1.

Memperkuat ketahanan pangan dan ketahanan energi

Terbatasnya Sumber Pembiayaan Pembangunan

Penguatan struktur

perekonomian daerah dengan berbasis sektor pertanian

2.

Percepatan pengurangan kemiskinan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan

pembangunan yang berpihak pada masyarakat miskin

Tingkat Kemiskinan, Kesenjangan, dan Pengangguran.

Rendahnya Aksesibilitas dan Kualitas Pendidikan dan Kesehatan

Angka pengangguran yang cukup tinggi dan semakin bertambah

3.

Pembangunan inklusif dan berkeadilan dengan

meningkatkan keterlibatan dan peran serta semua pemangku kepentingan

Rendahnya Percepatan Pembangunan Ekonomi Berkualitas dan Pembangunan Infrastruktur

Pengembangan infrastruktur kewilayahan dan tata ruang

4.

Peningkatan nilai tambah dari pemanfaatan sumber daya alam, demografi, potensi industri, dan pasar domestik yang besar

Rendahnya Kualitas Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup, serta Ketimpangan Wilayah

Pengendalian degradasi sumber daya alam dan lingkungan hidup

5.

Penerapan prinsip

pembangunan berkelanjutan (pro-environment)

Kurang Optimalnya Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Penegakan Supremasi Hukum dan HAM serta Ketentraman dan Ketertiban

Reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan