PRAKTIK LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN

PRAKTIK LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER PADA
MATAKULIAH ZHI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FKIP-UMSURABAYA TAHUN 2013
Oleh:
Wiwi Wikanta, Kamaliyah R., Suwasis Hadi, Djoko Mulyono,
Peni Suharti, Ruspeni Daesusi, dan Yuni Gayatri
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UMSurabaya
E-mail: wi2umsby@yahoo.co.id.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hasil praktik LS dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran berbasis karakter pada Mata Kuliah Zoologi Hewan Invertebrata
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surabaya
Semester Genap tahun 2012/2013. Praktik LS dilakukan dalam 4 siklus dengan tahapan
pada setiap siklus meliputi kegiatan perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan
pengamatan serta refleksi (see). Hasil praktik LS menujukkan: (1) Tim Dosen KBK
berhasil mengidentifikasi beberapa permasalahan pembelajaran MK ZHI, di antaranya:
permasalahan padangan terhadap isi materi, metode pembelajaran, bahan ajar,
isntrumen penilaian,
dan aktivitas mahasiswa;(2) mahasiswa telah melakukan
pembelajaran dengan berbagai aktivitas yang mencerminkan kepada pengembangan

keterampilan berpikir tingkat tinggi dan karakter; (3) ketuntasan belajar mahasiswa
mencapai 75%. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa praktik LS dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran berbasis karakter pada Mata Kuliah Zoologi
Hewan Invertebrata Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas
Muhammadiyah Surabaya Semester Genap tahun 2012/2013. Kata kunci: lesson study,
kualitas pembelajaran, karakter, matakuliah ZHI.

PENDAHULUAN
Kesan Biologi sebagai Mata Pelajaran hafalan di sekolah, yang selama ini
berkembang di lingkungan sekolah Indonesia, tidak dapat dipungkiri. Hal ini dapat
dimaklumi bahwa biologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan alam (IPA),
yang secara khusus mempelajari tentang makhluk hidup dan kehidupannya, penuh
dengan fakta, konsep, definisi, dan istilah-istilah latin. Kesan ini, lebih diperparah
lagi oleh kebiasaan guru atau dosen dalam pembelajaran biologi yang hanya
menggunakan metode ceramah. Dimana, siswa tidak diajak melakukan eksplorasi
fenomena alam melalui praktikum, sehingga siswa hanya menghafal fakta-fakta
(Hendayana, 2010).
Sebenarnya, Biologi sebagai cabang ilmu pengetahuan alam (IPA) memiliki
karakteristik yang sama dengan cabang-cabang IPA lain (fisika, kimia, astronomi,
geografi), yaitu ilmu pengetahuan yang didasarkan pada bukti-bukti nyata alam yang

dapat diamati dengan panca indera (empirical knowledge). Artinya, perkembangan
1

IPA harus didasarkan pada bukti nyata hasil penemuan-penemuan tentang alam
(Hempel, 2004). Sains tidak sekedar suatu kumpulan fakta atau kumpulan jawaban
tentang pertanyaan, namun lebih merupakan suatu proses melalukan dialog
berkelanjutan dengan lingkungan fisik sekitarnya (Rustaman, 2011).
Kesan keliru terhadap biologi ini tidak akan berubah sepanjang, guru atau
dosen tidak melakukan perubahan dalam proses pembelajaran biologi. Guru atau
dosen harus mengajak siswa/mahasiswa mempelajari biologi dengan berbagai model,
pendekatan

dan

metode

yang

lebih


kepada

mengajak

siswa/mahasiswa

mengembangkan keterampilan berpikirnya, seperti melalui penggunaan metode
ilmiah,

kegiatan

praktikum,

pendekatan

keterampilan

proses,

pelaksanaan


eksperimen, ikuiri, dan pendekatan yang lainnya, termasuk pendekatn konsep
(Rustaman, 2011).
Pembelajaran biologi memalui penggunaan metode ilmiah (scientific method),
akan memfasilitasi pencapaian beberapa kompetensi pada siswa atau mahasiswa.
Selain pengetahuan ilmiah (sicientific knowledge) sebagai produk ilmu (products of
science) yang meliputi: fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum;

pencarian dan

pengembangan IPA juga akan memberikan sejumlah keterampilan lain yang tidak
kalah pentingnya.
sikap ilmiah

IPA mempraktikkan proses ilmiah (sicientific processes) dan
(scienctific attitude) dalam mencari pengetahuan baru dan

mengembangkan pengetahuan yang sudah ada. Dari kedua praktik ini, IPA akan
memberikan dua aspek kompetesi lain, yaitu keterampilan (psikomotorik) dan sikap
(afektif).

Menurut Carin (1993) dan Semiawan, dkk. (1989) bahwa sejumlah
keterampilan dan sikap ilmiah akan diperoleh dari proses IPA atau inquiry skill.
Inkuiri dalam pembelajaran sains dapat berperan sebagai metode, pendekatan, model
pembelajaran dan sebagai “tool” untuk mengembangkan kepribadian dengan nilainilai dan sikap ilmiah di dalamnya (Rustaman, 2011). Dengan demikian, kompetesi
yang diperoleh dari hasil pembelajaran IPA/biologi dengan inkuiri, secara tidak
langsung akan membetuk karakter peserta didik (siswa/mahasiswa).
Pembelajaran biologi dengan tujuan membekali siswa/mahasiswa dengan
berbagai kompetesi secara utuh, perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Persiapan
pembelajaran yang baik memerlukan tenaga, pikiran, biaya, dan waktu. Selama ini,
kemampuan guru atau dosen dalam mempersiapkan pembelajaran masih kurang
2

profesional. Guru/dosen jarang mengevaluasi kelebihan dan kekurangan apa yang
terjadi dalam proses pembelajarannya. Selain itu, guru/dosen bekerja secara individu,
sehingga hampir tidak ada koreksi dan masukan dari orang lain tentang pembelajaran
yang dilakukannya. Guru atau dosen dengan bekerja sorang diri memiliki
keterbatasan, baik tenaga, pikiran, biaya, maupun waktu. Oleh karena itu, peningkatan
kualitas pembelajaran harus dilakukan dengan melibatkan banyak pihak dan
berkelanjutan.
Lesson study merupakan salah satu pendekatan pembinaan profesionalisme

guru atau dosen, yang sedang dikembangkan di Indoensia (Susilo, 2009). Lesson
study dikembangkan di Indoensia dalam upaya memperbaiki pola pembinaan guru
yang selama ini dilakukan melalui “pendidikan dan pelatihan guru MGMP”. Menurut
Hendayana (2010) pendidikan dan pelatihan guru MGMP masih banyak kelemahan.
Lesson study dipandang dapat menjadi alternatif sistem pendidikan dan
pelatihan guru-guru di Indonesia, karena beberapa alasan sebagai berikut: (1) Lesson
study dapat meningkatkan keprofesionalan guru, karena dengan LS guru melakukan:
pengkajian kurikulum, merumuskan tujuan pembelajaran, menentukan metode
pembelajaran yang sesuai, dan menentukan media. Selain itu, guru melakukan
penelitian/pengkajian

terhadap

proses

pembelajaran

dan

pencapaian


tujuan

pembelajaran, serta menganalisis dan melakukan refleksi; (2) Lesson study dapat
meningkatkan mutu pembelajaran di kelas, karena guru mengembangkan LS
berdasarkan “sharing” dan berkolaborasi dengan guru lain, melakukan penelitian
dengan mengkaji pembelajaran, mendasarkan pada kelas nyata, dan memfokuskan
pada belajar siswa (Lewis (2002) dalam Syamsuri dan Ibrohim (2011).
Praktik LS di perguruan tinggi (PT) merupakan perluasan proyek pembinaan
profesionalisme guru di sekolah. Karakteristik proses pembelajaran yang dilakukan
dosen di PT tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan guru di sekolah. Pada
umumnya, dosen melakukan tugas mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian pembelajaran dilakukan secara individual. Dengan demikian, proses
pembelajaran yang selama ini dilakukan belum memberikan hasil yang maksimal.
Selain itu, kebanyakan dosen juga menganggap bahwa kualitas pembelajaran
cukup ditentukan dengan hanya menggunakan nilai hasil ujian akhir mahasiswa,
secara tertulis. Padahal, proses berpikir tidak selalu dapat diukur dengan tes tertulis,
apalagi dalam waktu yang sangat terbatas dengan lingkup konsep yang luas
3


(Rustaman, 2013). Hamzah, dkk. (2012) mengemukakan bahwa proses pembelajaran
yang berkualitas dapat dilihat dari beberapa indikator,

antara lain: (1) perilaku

pembelajaran guru (teacher educator's behavior), (2) perilaku dan dampak belajar
pada siswa (student behavior), (3) iklim pembelajaran (learning climate), (4) materi
pembelajaran, (5) media pembelajaran, dan (6) sistem pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, peningkatan kualitas pembelajaran di PT perlu
menerapkan prinsip-prinsip LS. Dalam hal ini, penulis ingin melakukan praktik LS
pada pembelajaran mata kuliah Zoologi Hewan Invertebrata (ZHI).

Permasalahan

yang akan dikaji, di antaranya: (1) apakah praktik LS dapat mengindentifikasi
permasalahan

belajar

mahasiswa


dan

solusi

pemecahannya

dalam

proses

pembelajaran?; (2) apakah praktik LS dapat meningkatkan kualitas pembelajaran?
Tujuan penulisan artikel ini adalah ingin mengungkapkan hasil praktik LS
pada pembelajaran ZHI berbasis karakter di Prodi Pendidikan Biologi FKIP
UMSurabaya.
METODE PENELITIAN
1.

Subjek
Penelitian praktik LS ini dilakukan


pada Mahasiswa Program Studi

Pendidikan Biologi Angkatan Tahun 2012/2013. Mahsiswa ini sedang menempuh
matakuliah Zoologi Hewan Invertebrata dengan bobot studi 3 sks pada semester ke-2
Tahun Akademik 2012/2013. Jumlah mahasiswa sebanyak 28 mahasiswa terdiri atas 6
mahasiswa laki-laki dan 22 perempuan.
2.

Rancangan
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan dengan rancangan

model

implementasi LS yang meliputi tiga tahap secara bersiklus, yaitu: merencanakan atau
merancang (Plan), melaksanakan (Do), dan mengamati dan refleksi (See). Ketiga
tahap setiap siklus pelaksanaan LS disajikan pada Gambar 1.

4


Gambar 1. Rancangan Penelitian Model Lesson Study
3.

Prosedur Penelitian

a.

Tahap Perencanaan (Plan)
Pada tahap plan dilakukan hal-hal sebagai berikut: (1) mengidentifikasi

permasalahan yang dihadapi mahasiswa biologi; (2) menentukan dosen model; (3)
menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi: silabus, SAP, bahan ajar, lembar
kegiatan mahasiswa (LKM), instrumen penilaian; (4) kuesioner dan intrumen
observasi LS; (5) menentukan teknik observasi.
b.

Tahap Pelaksanaan (Do)
Pada tahap Do dilakukan hal-hal berikut ini: (1) melaksanakan proses

pembelajaran

sesuai

yang

sudah

direncanakan;

(2)

mengobservasi

proses

pembelajaran yang difokuskan kepada kegiatan atau aktivitas belajar mahasiswa dan
pengunaan media dan instrumen penilaian pembelajaran; (3) mendokumentasikan
proses pembelajaran.
c.

Tahap Pengamatan dan Refleksi (See)
Pada tahap See dilakukan hal-hal sebagai berikut: (1) dosen model yang

bertugas sebagai pengajar

mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan dan

perasaan selama pelaksanaan pembelajaran; (2) observer menyampaikan hasil
pengamatannya tentang kegiatan mahasiswa selama proses pembelajaran; (3)
merefleksi apa yang sudah dicapai, apa yang belum tercapai dan apa yang masih perlu
ditingkatkan; (4) mengidentifikasi kendala dan hambatan yang ditemukan selama
5

proses pembelajaran; (5) merencanakan proses pembelajaran untuk siklus berikutnya
yang lebih baik.
4.

Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Data hasil penelitian dikumpulkan dengan metode observasi dan tes. Ada pun

instrumen pengumpulan data adalah lembar observasi dan insterumen penilaian hasil
belajar (soal tes tulis).
5.

Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis dikategorikan

dalam bentuk kualitatif. Ada pun kriteria kategori hasil penelitian mengacu kepada
rubrik berikut ini:
1) kualitas pembelajaran berdasarkan perangkat
Rubrik Penilaian:
Kriteria

Deskriptor
Rumusan Indikator

Bahan Ajar (LKM)

Sangat Baik

Ada kompetensi aspek kognitif
dengan porsi tingkat tinggi
(C4,C5,C6) lebih banyak (≥
60%), ada/tidak ada kompetensi
psikomotor, dan ada kompetensi
afektif

Hands-on, minds-on,
daily life, dan local
material.

Menilai semua
aspek kompetensi:
Kognitif,
psikomotorik, dan
afektif dan valid

Baik

Ada kompetensi aspek kognitif
dengan porsi tingkat tinggi sedikit
(< 60%), ada/tidak ada
kompetensi psikomotor, dan ada
kompetensi afektif

Hanya Hands-on,
minds-on, dan local
material.

Menilai aspek
kompetensi:
Kognitif,
psikomotorik, dan
afektif, tetapi
kurang valid
Hanya Menilai
aspek kompetensi:
Kognitif; dan valid

Cukup

Buruk

Ada kompetensi aspek kognitif,
tetapi porsi tingkat tinggi
sedikit (< 60%), ada/tidak ada
kompetensi psikomotor, dan
tidak ada kompetensi afektif
Ada kompetensi aspek kognitif
dengan porsi tingkat rendah
(C1, C2, C3) lebih banyak (≥
60%), ada/tidak ada kompetensi
psikomotor, dan tidak ada afektif

Hanya Hands-on, dan
minds-on

Tidak Hands-on,
minds-on, daily life,
dan local material.

Instrumen Penilaian

Hanya Menilai
aspek kompetensi:
Kognitif; dan tidak
valid

6

2) kualitas pembelajaran berdasarkan aktivitas mahasiswa
Rubrik Penilaian:
Kriteria

Deskriptor
Mahasiswa melakukan berbagai aktivitas pembelajaran yang meliputi: (1)
mendengarkan, (2) telaah pustaka/membaca, (3) mencatat; (4) diskusi, (5) tanya
jawab, (6) presentasi, (7) observasi/praktikum
Mahasiswa melakukan berbagai aktivitas pembelajaran yang meliputi: (1)
mendengarkan, (2) telaah pustaka/membaca, (3) mencatat; (4) diskusi, (5) tanya
jawab.
Mahasiswa melakukan berbagai aktivitas pembelajaran yang meliputi: (1)
mendengarkan, (2) telaah pustaka/membaca, (5) tanya jawab.
Mahasiswa hanya melakukan berbagai aktivitas pembelajaran yang meliputi: (1)
mendengarkan, (2) tanya jawab

Sangat Baik
Baik
Cukup
Buruk

3) kualitas pembelajaran berdasarkan ketuntasan hasil belajar
Rubrik Penilaian:
Kriteria

Deskriptor

Sangat
Baik

80 – 100% dari jumlah mahasiswa mencapai ketuntasan minimal yang ditetapkan (≥
75)
75 – 79% dari jumlah mahasiswa mencapai ketuntasan minimal yang ditetapkan (≥
75)
65 – 74% dari jumlah mahasiswa mencapai ketuntasan minimal yang ditetapkan (≥
75)
< 64% dari jumlah mahasiswa mencapai ketuntasan minimal yang ditetapkan (≥ 75)

Baik
Cukup
Buruk

HASIL DAN PEMBAHASAN
1.

Hasil Penelitian

a.

Identifikasi Masalah Pembelajaran dan Solusi Pemecahannya
Permasalahan yang dihadapi mahasiswa biologi dalam pembelajaran mata

kuliah Zoologi Hewan Invertebrata (MK ZHI) selama ini, berdasarkan hasil Plan
dapat diidentifikasi sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Identifikasi Masalah pembelajaran MK ZHI
No
1

Aspek yang diidentifikasi
Isi/konten Pembelajaran

2

Metode pembelajaran

3
4

Perangkat Pembelajaran
Aktivitas Mahasiswa

Hasil Temuan
Guru/dosen dan mahasiswa memandang bahwa MK ZHI
merupakan mata kuliah hafalan, karena MK ZHI merupakan
mata kuliah yang berisi kumpulan nama dan istilah latin
hewan-hewan invertebrata.
 Ceramah, Tanya jawab dan Praktikum.
 Metode praktikum MK ZHI hanya merupakan kegiatan
mencocokan (verifikasi) antara fakta, konsep, teori di
buku dengan fakta pada obyek.
Buku, Handout (powerpoint), LKM terstruktur
Pasif, individual, tidak variatif

7

Berdasarkan Tabel 1 di atas, Tim KBK LS merencakan beberapa solusi sebagai
berikut:
1) Memilih model pembelajaran yang menyediakan sarana pengembangan
keterampilan berpikir mahasiswa. Pada setiap siklus direncanakan menggunakan
model pembelajaran dengan pendekatan CTL, di antaranya: model kooperatif
dengan berbagai tipe dan pengajaran/pembelajaran berbasis masalah (PBI).
2) Merumuskan indikator pembelajaran dengan kompetensi pada aspek kognitif
tingkat tinggi, psikomotor, dan afektif.
3) Menyusun lembar kegiatan mahasiswa yang bersifat hands-on, minds-on, daily
life, dan local material.
4) Menyusun instrumen penilaian aktivitas dan hasil belajar yang valid dalam
pencapaian tujuan pembelajaran.
Hasil analisis rumusan indikator pembelajaran yang harus dicapai mahasiswa
dalam perkuliahan ZHI semester genap Tahun Akademik 2012/2013 disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 1. Analisis Rumusan Indikator Pembelajaran
Siklu
s
I

II

Kata Kerja Oeperasional Rumusan Indikator
Kognitif:
Menemukan, membedakan, menghubungkan,
membuat laporan,
Afektif/Karakter:
Bekerja sama (K), mengkomunikasikan (P),
Kritis dalam menanggapi (K), menunjukkan
sikap positif (antusias, ceria, minat) (A)
Kognitif:
Menyebutkan,
Membedakan,
Menghubungkan,
Menemukan alternatif
pemecahan masalah, Membuat gambar,

Kognitif
Tingkat
Rendah
-

25%

Kompetensi
Kognitif
PsikoTingkat
motor
Tinggi
100%
Ada

75%

Ada

Afekti
f
Ada

Ada

Afektif/Karakter:
Bekerja sama (K), mengkomunikasikan (P),
Kritis dalam menanggapi (K), menunjukkan
sikap positif (antusias, ceria, minat) (A)

8

Siklu
s
III

IV

Kata Kerja Oeperasional Rumusan Indikator
Kognitif:
Menyebutkan,
Mengklasifikasikan,
Menunjukkan bagian-bagian

Kognitif
Tingkat
Rendah
25%

Afektif/Karakter:
Bekerja sama (K), mengkomunikasikan (P),
Kritis dalam menanggapi (K), menunjukkan
sikap positif (antusias, ceria, minat) (A)
Kognitif:
Membuat daftar, Mengklasifikasikan,
Menunjukkan bagian-bagian,

-

Kompetensi
Kognitif
PsikoTingkat
motor
Tinggi
75%
Ada

100%

Afekti
f
Ada

Ada

Ada

Afektif/Karakter:
Bekerja sama (K), mengkomunikasikan (P),
Kritis dalam menanggapi (K), menunjukkan
sikap positif (antusias, ceria, minat) (A),
Mengagumi kebesaran Ciptaan Allah SWT
tentang keanekaragaman insecta (A).

Hasil analisis LKM dalam perkuliahan ZHI semester genap Tahun Akademik
2012/2013 disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisis Kualitas LKM
No
1
2

3

Komponen
LKM
Judul
Alat dan
Bahan

Kegiatan

Hasil Temuan pada Siklus
II
III

I

IV

Ada

Ada

Ada

Ada

Materi Lokal

Materi Lokal

Materi Lokal

Materi Lokal

Model: Koopetatif
tipe Jigsaw;
Hands-on, Mindson, dan daily life:
 Identifikasi/me
ngamati
 Mencatat/memb
uat tabel
 Mengelompoka
n
 Mendiskusikan
 Menginterpreta
si
 Menyimpulkan

Model: PBI;
Hands-on, Mindson, dan daily life:
 Bertanya
 Identifikasi/me
ngamati
 Mencatat/memb
uat tabel
 Mendiskusikan
 Menginterpreta
si
 Menyimpulkan

Model: Koopetatif
tipe Jigsaw:
Hands-on, Mindson, dan daily life:
 Identifikasi/me
ngamati
 Mencatat/memb
uat tabel
 Mengelompoka
n
 Mendiskusikan
 Menginterpreta
si
 Menyimpulkan

Model: Koopetatif
tipe NHT
Hands-on,
Minds-on, dan
daily life:
 Identifikasi/m
engamati
 Mencatat/mem
buat tabel
 Mengelompok
an
 Mendiskusika
n
 Menginterpret
asi
 Menyimpulka
n

Berdasarkan data hasil temuan di atas, secara keseluruhan perangkat
pembelajaran yang telah disiapkan dalam pratik LS memiliki kualitas yang baik.
9

b.

Aktivitas Mahasiswa
Aktivitas mahasiswa selama proses pembelajaran dalam tiga siklus disajian

pada Tabel 4.
Tabel 4. Aktivitas Mahasiswa selama Proses Pembelajaran
Aktivitas Mahasiswa
Mendengarkan

Telaah
Pustaka/
membaca

I

v

II

Siklu
s

Mencatat

Diskusi

Tanya
jawab

Presentasi

Observasi/
Praktikum

v

v

v

v

v

v

v

v

v

v

v

v

v

III

v

v

v

v

v

v

v

IV

v

v

v

v

v

v

v

Berdasarkan Tabel 4, kualitas pembelajaran sudah termasuk kategori sangat
baik. Hal ini, ditunjukan dari aktivitas mahasiswa selama proses pembelajaran. Pada
umumnya, setiap siklus pembelajaran telah melibatkan mahasiswa dalam berbagai
aktivitas yang meliputi 7 aspek aktivitas, yaitu:
pustaka/membaca,

(3)

diskusi,

(4)

tanya

(1) mendengarkan, (2) telaah
jawab,

(5)

presentasi,

(6)

observasi/praktikum.
c.

Ketuntasan Hasil Belajar Mahasiswa
Hasil belajar mahasiswa selama proses pembelajaran disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Ketuntasan Hasil Belajar Mahasiswa
N
o
1
2

Hasil Belajar
Nilai Rata-rata
Ketuntasan (%)

Siklus
I
77,86
57,14

II
87,71
82.14

III
75,18
67,86

IV
80,25
78,57

Berdasarkan Tabel 5, persentase ketuntasan minimal pada siklus II dan IV sudah
baik, yaitu sebesar 78,57% pada siklus IV dan 82,14% pada siklus II. Sedangkan,
persentase ketuntasan pada siklus I dan III masih rendah.

Walaupun demikian,

kualitas proses pembelajaran sudah dapat dikatakan mengalami peningkatan.
10

Artinya, jumlah mahasiswa yang dapat menuntaskan hasil belajar meningkat dari
siklus pertama.
2.

Pembahasan

Upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah dan perguran tinggi
menjadi kewajiban guru dan dosen serta seluruh pihak yang terkait dengan proses
pendidikan. Hal ini mengingat bahwa pendidikan adalah suatu sistem (UU No. 20
Tahun 2003 tenang Sisdiknas). Dimana, peningkatan kualitas pendidikan tidak bisa
hanya ditentukan oleh satu komponen, tanpa melibatkan komponen lain. Hamzah,
dkk. (2012) mengemukakan bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat dari beberapa
indikator, di antaranya: (1) dari perilaku pembelajaran guru (teacher educator's
behavior), (2) perilaku dan dampak belajar siswa (student behavior), (3) iklim
pembelajaran (learning climate), (4) materi pembelajaran, media pembelajaran, dan
(5) sistem pembelajaran.
Praktik LS, yang dalam satu dekade terakhir ini diterapkan di Indonesia,
merupakan salah satu model pembinaan profesionalisme dosen yang melibatkan
berbagai komponen penyusun sistem pendidikan. Hal ini tercermin dari konsep
Lesson study (LS) yang didefinisikan sebagai model pembinaan (pelatihan) profesi
pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan
berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun
komunitas belajar (learning community) (Susilo, dkk., 2010).
Hasil penelitian ini, sebagai salah satu praktik LS di PT, menunjukkan bahwa
LS memberi dampak positif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran MK ZHI di
Prodi Pendidikan Biologi FKIP UMSurabaya. Tim Dosen KBK telah melakukan LS
selama 4 (empat) siklus yang meliputi: kegiatan perencanaan (Plan), pelaksanaan
(Do), dan mengamati/refleksi (See) yang dilakukan secara kolaboratif.
Hasil plan menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang meliputi SAP,
bahan Ajar, dan instrumen penilaian

telah dipersipakan dengan kualitas baik.

Indikator kualitas perangkat pembelajaran ditentukan dari beberapa aspek, di
antaranya; (1) kompetensi yang harus dimiliki sudah dirumuskan dalam aspek
kognitif tingkat tinggi; (2) bahan ajar, handout, LKM telah dirancang hands-on,
minds-on, daily life, dan local material untuk mengembangkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi.
11

Pembelajaran Biologi di PT diarahkan untuk mengembangkan keterampilan
tingkat tinggi. Tingkatan proses berpikir (dimensi proses kognitif) menurut Aderson,
(Eds.). (2001) berdasarkan kompleksitasnya terdiri atas 6 kategori, yaitu: mengingat
(remember), memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze),
mengevaluasi (evaluate), dan mengkreasi (create). Selain itu, Liliasari (2010)
mengemukakan bahwa ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam membelajarkan
berpikir di Indonesia, yaitu: (1) karakteristik masyarakat Indonesia kini dan arah
perkembangannya di masa mendatang; (2) kemampuan berpikir peserta didik mana
perlu dikembangkan; dan (3) metode belajar sains yang baru apakah yang diperlukan
untuk meningkatkan keterampilan berpikir tersebut.
Pembelajaran biologi yang dipersiapkan dengan baik akan merubah kesan mata
pelajaran biologi sebagai mata pelajaran hafalan. Rustaman (2011) mengemukakan
bahwa pembelajaran sains/biologi hendaknya melibatkan penggunaan tangan dan dan
alat atau manipulatif (hands-on). Selain itu, pendekatan konsep yang ditekankan terus
menerus tidak dimaksudkan dengan memberikan konsep dalam bentuk yang sudah
jadi, tetapi rumusan konsep berupa working definition (minds-on) yang memberikan
batas kedalaman dan keluasannya, dikamsudkan agar pembelajaran sains di lapangan
tidak diberikan dalam bentuk definisi.
Hasil Do menunjukkan

bahwa pembelajaran MK ZHI telah memberikan

peluang kepada mahasiswa menggunakan seluruh potensi dirinya, baik aspek kognitif,
psikomotorik maupun afektif secara maksimal.

Penggunaan beberapa model

pembelajaran dengan pendekatan Contectual Teaching and Learning (CTL) akan
memberikan kesempatan kepada mahasiswa mengembangkan keterampilan berpikir.
Menurut Johnson (2002) CTL dapat memberikan delapan keuntungan pembelajaran
berpusat pada siswa, yaitu: membuat situasi menyenangkan, mengerjakan pekerjaan
yang signifikan, belajar mandiri (self-regulated), berkolabirasi, berpikir kritis dan
kreatif, pembimbingan secara individual, pencapaian standar tinggi, dan penggunaan
penilaian autentik.
Hasil See menunjukkan bahwa hampir semua mahasiswa aktif dalam mengikuti
proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena proses pembelajaran dilakukan dengan
menggunakan berbagai variasi kegiatan. Kegiatan yang bervariasi selama proses
pembelajaran akan memberi kesempatan kepada siswa/mahasiswa untuk menguasai
sejumlah kompetensi yang telah ditetapkan. Penggunaan model pembelajaran yang
12

bervariasi dan LKM yang bersifat hands-on dan minds-on mengajak mahasiswa aktif
belajar. Arsyad (2005) mengatakan bahwa agar proses belajar dapat berhasil dengan
baik, siswa sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya. Hasil belajar
yang dicapai dengan berbagai variasi kegiatan (dilihat, didengar, dikatakan,
dikerjakan) lebih banyak hingga 90%.
Aktivitas mahasiswa selama proses pembelajaran merupakan gambaran
beberapa karakter yang akan dimilikinya. Pembelajaran sains/biologi dengan inkuiri,
seperti dikemukakan Rustaman (2011), akan menanamkan sejumlah aspek
kepribadian dengan nilai-nilai dan sikap di dalamnya. Pembelajaran biologi yang
berkualitas harus dapat menanamkan sejumlah karakter baik, yang meliputi
“Sembilan Pilar Pendidikan Karakter” seperti dikemukakan oleh Marzano dan
Kendall (2008) dalam Rustaman (2011), yaitu:
(1)-Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; (2) tanggung jawab,
kedisiplinan, dan kemandirian; (3) kejujuran/amanah dan arif; (4)
Hormat dan santung; (5) dermawan, suka menolong, dan gotong
royong/kerja sama; (6) percaya diri, kreatif, dan pekerja keras; (7)
kepemimpinan dan keadilan; (8) baik dan rendah hati; (9) toreransi,
kedamaian, dan kesatuan.
Selain aktivitas belajar mahasiswa selama proses pembelajaran, indikator
kualitas pembelajaran dapat diukur dari hasil belajar mahasiswa yang dapat
ditunjukkan dengan nilai ketuntasan belajar mahasiswa. Hasil penelitian ini
menjukkan bahwa jumlah mahasiswa yang mencapai ketuntasan belajar pada siklus
ke-4 mencapai lebih dari 75%. Artinya, pembelajaran MK ZHI sudah dapat dikatakan
berkualitas baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.

Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa praktik lesson study dapat

dijadikan model dalam mengembangkan profesionalisme dosen dan meningkatkan
kualitas pembelajaran berbasis karakter, khususnya pada Mata Kuliah Zoologi Hewan
Invertebrata di Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah
Surabaya Semester Genap tahun 2012/2013.
2. Saran
13

Dua hal penting saran dalam praktik Lesson Study ini, pertama: praktik LS
memerlukan kesadaran yang tinggi dari semua dosen untuk merubah kebiasaan yang
menghambat perbaikan. Kedua, praktik LS harus dilakukan secara sungguh-sunguh
pada setiap tahap siklus, sehingga praktik LS dapat dirasakan dampak atau hasilnya
dalam memecahkan permasalah pembelajaran dan atau pendidikan secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W. and Krathwohl, D.R. (Eds.). 2001. A Taxonomy for Learning,
Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational
Objectives. New York: Longman, Inc.
Arsyad, A. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Carin, A.A. 1993. Teaching Modrn Science. 6th ed. New York: Mcmillan Publishing
Company.
Hamzah B, Uno. Koni, Satria. 2012. Assesement Pembelajaran: Taksonomi Tujuan
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hempel, C.G. 2004. Pengantar Filsafat Ilmu Alam. Penerjemah: Cuk Ananta Wijaya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hendayana, S. 2010. Perkembangan Lesson Study di Indonesia: Prosepek dan
Tantangannya. Dalam Hidayat, dkk. (Eds). Teori, Paradigma, Prinsip, dan
Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam Konteks Indonesia. Bandung: FPMIPA
UPI.
Johnson, E.B. 2002. Contextual Teaching and Learning: What It Is and Why It’s Here
to Stay. California: Crowin Press, Inc.
Liliasari. 2010. Pengembangan Keterampilan Berpikir melalui Pembelajaran Sains
Menuju Masa Depan. Dalam Hidayat, dkk. (Eds). Teori, Paradigma, Prinsip,
dan Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam Konteks Indonesia. Bandung:
FPMIPA UPI.
Rustaman, N.Y. 2011. Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangkan
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi untuk Pembangunan Karakter. Prosiding
Seminar Nasional VIII. Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA
FKIP UNS, 16 Juli 2011.
Susilo, H. 2009. Lesson Study sebagai Pilihan Sarana Peningkatan Kualitas
Pembelajaran dan Penyiapan Calon Guru MIPA di LPTK. Makalah disajikan
dalam Workshop Lesson Study bagi Dosen FMIPA UM tanggal 19-20 Februari
2009. FMIPA UM Malang.
Semiawan, C., Tangyong, A.F., Belen, S., Matahelemual, Y., dan Suseloardjo, W.
1989. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.
Syamsuri,I. dan Ibrohim. 2011. Lesson Study (Studi Pembelajaran). Malang: UM
Press.

14