MANAJEMEN LINGKUNGAN DAN STAKEHOLDER PEN

MANAJEMEN LINGKUNGAN DAN STAKEHOLDER
PENDIDIKAN
Pita Anjarsari
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
anjarsari_pita503@yahoo.co.id

Abstract
Pendidikan merupakan hal terpenting dalam mencetak generasi
penerus masa depan untuk kemajuan di negara Indonesia melalui
sebuah keilmuan yang telah didapatkan. Kehidupan manusia tidak
terpisahkan dengan lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan
tersebut meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan massyarakat.
Ketiganya saling berhubungan erat untuk mewujudkan sistem
pendidikan yang bermutu. Pendidikan merupakan proses kehidupan
yang kompleks dan ada sepanjang manusia hidup di dunia. Dalam
manajemen pendidikan juga berhubungan erat dengan stakeholder
pendidikan dalam meningkatkan mutu suatu pendidikan.
Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk mengetahui definisi tentang
manajemen lingkungan pendidikan dan manajemen stakeholder,
mengetahui


peran

manajemen

lingkungan

dan

manajemen

stakeholder dalam pendidikan.
Hasil dari pembahasan ini adalah Manajemen lingkungan
pendidikan mempunyai arti yaitu suatu sistem pengelolaan dalam hal
pendidikan sebagai suatu proses atau sistem organisasi dan
peningkatan kemanusiaan dalam kaitannya dengan suatu sistem
pendidikan, proses pendidikan mencangkup proses hominisasi dan
humanisasi, pendidikan dalam hal ini

perlu dijadikan upaya


mengembangkan manusia sebagai makhluk hidup, dan makhluk yang

mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun terhadap
kesejahteraan masyarakat. Stakeholder

adalah pemegang atau

pemangku kepentingan. orang atau kelompok tertentu yang
mempunyai

kepentingan

apa

pun

terhadap

sebuah


obyek

disebut Stakeholder. pemetaan atau pembagiannya akan dikenal
Stakeholder primer, sekunder, dan tersier.
Keywords: Manajemen. Lingkungan, Stakeholder, Pendidikan

Pendahuluan
Kehidupan manusia tidak dipisahkan dari lingkungannya. Baik
lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas
memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Kita makan, minum,
menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan. Pengertian
lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang
mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung
maupun tidak langsung.1
Pendidikan

merupakan

salah


satu

bentuk

perwujudan

kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Karena
itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang
memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya
kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua
tingkat dan pada setiap bidang keilmuan terus menerus dilakukan
sebagai antisipasi kepentingan masa depan.

1 Kompri, Manajemen Sekolah: Teori dan Praktik.
(Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 324.

Organisasi hidup dalam suatu sistem yang selalu saling
berhubungan dan mempengaruhi. Sehingga untuk mempertahankan
eksistensinya tersebut, organisasi perlu mengenali dan menguasai
berbagai informasi lingkungan strategiknya.2

Lingkungan merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi
keberlangsungan adanya pendidikan. Pendidikan tidak hanya
fokusterhadap nilai akademis namun perlu nilai non akademis yang
keduanya dapat terintegrasi di dalam suatu lingkungan. Lingkungan
beda dengan alam, alam merupakan konsep yang luas.
Lingkungan pendidikan yang baik akan memengaruhi pribadi,
dan kecerdasan kecerdasan anak didik yang baik pula. Lingkungan
memberikan pengalaman kepada anak didik untuk mereka bisa
berkembang dan tumbuh dengan nilai-nilai yang baik. Lingkungan
yang baik didapatkan melalui proses perencanaan, tata kelola, dan
tata letak yang baik. Oleh karena itu manajemen sebagai aspek yang
mendukung adanya perencanaan, dan tata kelola yang berintegrasi
dengan lingkungan pendidikan agar tercipta suasana lingkungan yang
saling berkaitan satu sama lain.
Pendidikan adalah proses kehidupan yang masalahnya sangat
kompleks

dan

tetap


ada

sepanjang

manusia

membentuk

peradabannya di muka bumi ini. Namun dalam prosesnya pendidikan
tetap memerlukan pembenahan sesuai masalah yang dihadapi pada
zamannya. Dari beberapa masalah yang ada dalam persoalan
pendidikan nasional yang dapat dipelajari dalam sebuah konsep
pemikiran atau setidaknya menjadi acuan dalam mengatasi berbagai
anomali dalam bidang pendidikan, yang diantaranya penguatan tata
2
Akdon,
Strayegic
Management
For

Education
Management
(Manajemen
Strategik
untuk
Manajemen
Pendidikan), (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 106.

kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik. Menyoal tentang
Stakeholder, tidak terlepas dari pembahasan tentang manajemen
pendidikan yang merupakan serangkaian proses penggunaan
sumberdaya

secara

efektif

untuk

mencapai


tujuan

tertentu.

Manajemen pendidikan adalah manajemen yang diterapkan dalam
pengembangan pendidikan. Dalam arti ini manajemen pendidikan
merupakan seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan secara
efektif dan efisien. Manajemen pendidikan lebih bersifat umum
untuk semua aktifitas pendidikan pada umumnya. Pada pembahasan
karya ilmiah ini akan membahas tentang manajemen lingkungan
pendidikan dan manajemen Stakeholder.
A. Manajemen Lingkungan Pendidikan
Manajemen secara etimologis berasal dari kata “managio”
berarti kepengurusan, atau “manage” atau “managiare” yang
berarti melatih dalam mengatur langkah-langkah.3
Menurut Nanang Fattah, manajemen merupakan proses
merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan
upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi
tercapai secara efektif dan efisien.4

Sahertian

menyebutkan

manajemen

terkandung

dua

kegiatan, yaitu fikir (mind) dan kegiatan tindak (action). Kedua
kegiatan ini tampak dalam fungsi-fungsinya seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan
dan penilaian. Stoner menyatakan manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
3 Baharuddin dan Moh. Makin, Manajemen Pendidikan Islam,
(Malang,UIN Maliki Press, 2010), hal. 48.
4 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan,
(Bandung: Rosdakarya, 2004) hal. 1.


usaha-usaha anggota organisasi lainnya agar mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Pendapat Mourell, dkk
menyebutkan “management is the process of efficeintly getting
activities completed with and through other people”.5
Definisi yang telah disebutkan di atas, penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa manajemen adalah suatu proses
atau fungsi-fungsi yang harus dijalankan dalam suatu kelompok
tertentu secara efektif dan efisien sehingga mencapai hasil atau
tujuan yang ditetapkan.
Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang
dengan segala benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia

dan perilakunya

yang mempengaruhi

kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Lingkungan adalah segala material dan
stimulus di dalam dan di luar diri individu, baik yang bersifat

fisiologis, psikologis, maupun sosio-kultural.6
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada
dan terjadi di sekeliling proses pendidikan itu berlangsung yang
terdiri dari manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan bendabenda mati. Keempat kelompok benda-benda lingkungan
pendidikan itu ikut berperan dalam rangka usaha setiap
siswa/mahasiswa mengembangkan dirinya. Tetapi manajemen
pendidikan menaruh perhatiannya terutama kepada lingkungan
yang berwujud manusia yaitu masyarakat.7
5 Husnul Yaqin, Administrasi dan Manajamen Pendidikan,
(Banjarmasin : IAIN Antasari press Banjar-masin, 2011), hal. 3.
6 Kompri, Manajemen Sekolah: Teori dan Praktik.
(Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 319.
7 Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia. (Jakarta:
Rineka Cipta, 2011), hal. 181

Manajemen lingkungan pendidikan mempunyai arti yaitu
suatu sistem pengelolaan dalam hal pendidikan sebagai suatu
proses atau sistem organisasi dan peningkatan kemanusiaan
dalam kaitannya dengan suatu sistem pendidikan, proses
pendidikan mencangkup proses hominisasi dan humanisasi,
pendidikan

dalam

hal

ini

perlu

dijadikan

upaya

mengembangkan manusia sebagai makhluk hidup, dan makhluk
yang mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun
terhadap kesejahteraan masyarakat.
Manejemen Lingkungan Pendidikan bertujuan

sebagai

pengembang dan pembentuk kemampuan, kepribadian, watak,
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa memiliki peran penting dalam
menanamkan nilai-nilai pendidikan lingkungan hidup terhadap
generasi penerus bangsa. Secara umum Manajemen lingkungan
pendidikan pengelolaan dalam hal pendidikan yang membantu
peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan
sekitarnya, utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang
tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
Terdapat hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara
lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain.
1. Tri Pusat Lingkungan Pendidikan
Dalam

dunia

pendidikan

terdapat

tiga

unsur

pendidikan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan
kemajuan bahkan mutu pendidikan khususnya, sehingga
ketiga unsur ini saling berhubungan dan saing berkaitan
dalam mendidikan anak didiknya di wilayah dan lingkungan

masing-masing, ketiga unsur

tersebut adalah keluarga,

sekolah dan masyarakat.8
1. Lingkungan Keluarga
Lingkungan pertama dalam pendidikan adalah
lingkungan

keluarga.

Dalam

lingkungan

keluarga,

orangtua menentukan pola pembinaan pertama bagi anak.
Lingkungan keluarga terdiri atas Ayah, Ibu, anak-anak
dan saudara kandung, kerabat dekat yang serumah, dan
termasuk dan termasuk pembantu rumah tangga. Mereka
semua harus berfungsi sebagai pendidik yang patut
diteladani oleh anak-anak dalam usia perkembangan
mental spiritualnya. Orang tua dan anggota keluarga yang
serumah sebagai pendidik, sedangkan pendidik adalah
profil manusia setiap hari didengar perkataannya, dilihat
dan ditiru perilakunya oleh anak-anaknya.9
Keluarga yang merupakan lingkungan pendidikan
pertama bagi anak didiknya sangat mendominasi
terhadap keberhasilan anak didiknya tersebut, karena
pendidikan keluarga merupakan langkah atau dasar awal
bagi anak didik untuk belajar memahami dan mengetahui
apa-apa yang dilihatnya di dalam lingkungannnya.10
Lingkungan keluarga sangat berperan penting
dalam manajemen lingkungan pendidikan. Pendidikan
anak didik selain di lembaga pendidikan juga banyak
berpengaruh di dalam lingkunga keluarga, karena anak
8 Kompri, Manajemen Sekolah: Teori dan Praktik.
(Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 320.
9 Hasan Basri, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jilid II).
(Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal. 114.
10 Kompri, Manajemen Sekolah: Teori dan Praktik.
(Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 320.

didik banyak mendapatkan pendidikan secara tidak
langsung dalam keluarga. Lingkunga keluarga juga dapat
digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan anak didik.
2. Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah terdiri atas tempat belajar
dan mengajar, para pendidik dan anak didik, karyawan
sekolat,

alat-alat

dan

fasilitas

sekolah,

seperti

perpustakaan, dan aktivitas lainnya yang melibatkan
lembaga pendidikan, seperti kegiatan ekstrakurikuler
seperti perkemahan, olahraga, kegiatan kesenian dan
sebagainya.11
Sekolah

merupakan

saah

satu

wadah

untuk

menciptakan manusia yang berpendidikan tanpa melihat
latar belakang budaya, tingkat sosial dan ekonomi siswa
yang terlibat didalamnya. Keseluruhan proses pendidikan di
sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling
pokok dalam pendidikan. Lingkungan sekolah adalah
lingkungan tempat terjadinya proses pendidikan dan
pembelajaran

yang

dilaksanakan

secara

sistematis,

terprogram dan terencana mulai dari tingkat dasar sampai
tingkat pendidikan yang lebih tinggi, sehingga hasilnya
nanti maksimal, baik bagi pendidik maupun bagi orang yang
menjadi subjek pendidikan itu sendiri yaitu anak didik.
Sekolah merupakan pusat dari segala kegiatan pendidikan.
Adanya pengaruh-pengaruh lingkungan sekolah baik secara
langsung maupun tidak langsung saat mempengaruhi proses
pembelajaran maupun hasil dari proses pembelajaran
11 Hasan Basri, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jilid II).
(Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal. 116.

tersebut atau juga dapat disebut prestasi yang dicapai
siswa.12
2. Peran

Manajemen

Lingkungan

Pendidikan

dalam

Peningkatan Mutu Pendidikan
Dalam proses-proses pembentukan mutu pendidikan
melalui tata kelola lingkungan pendidikan dalam hal ini
lingkungan sekitar sekolah, universitas, maupun lembaga
non-formal. Menghasilkan efek-efek yang baik bagi
masyarakat di sekitar dan peserta didik di lingkungan
pendidikan, adapaun efek-efeknya antara lain sebagai
berikut:
1. Mencerdaskan

kehidupan

masyarakat.

Membawa

pengaruh pembaharuan bagi perkembangan masyarakat.
2. Mencetak warga masyarakat yang siap dan terbekali
ketrampilan
3. Kepentingan kerja dilingkungan masyarakat
B. Manajemen Stakeholder Pendidikan
1. Pengertian Stakeholder
Perkataan Stakeholder

pada awalnya digunakan

dalam dunia usaha, istilah ini berasal dari bahasa inggris
yang

terdiri

dari

stake dan holder. Stake berarti to

dua
give

kata
support

yaitu
to

pancang, holder berarti pemegang. Jadi Stakeholder adalah
siapapun yang memiliki kepentingan dari sebuah usaha.
Stakeholder

dapat berfungsi sebagai “tokoh kunci” atau

“key person” dan merupakan orang yang menjadi panutan
12 Kompri, Manajemen Sekolah: Teori dan Praktik.
(Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 321.

bagi masyarakat sekitarnya, misalnya Kepala Desa/Lurah,
Ketua RT, Ketua Adat, Ustadz/Kyai. Kelembagaan yang
dianjurkan dibentuk untuk meningkatkan peran serta
masyarakat dalam memajukan pendidikan, menurut UU No
20 Tahun 2003, pasal 56 adalah berupa Dewan Pendidikan,
dan komite sekolah. Ketua dan anggota kedua lembaga
tersebut dapat digolongkan sebagai Stakeholder . Beberapa
para ahli mendefinisikan

Stakeholder

berbagai macam

sudut pandang. Freeman misalnya yang mendefinisikan
Stakeholder

sebagai kelompok atau individu yang dapat

mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian
tujuan

tertentu.

Sedangkan

Biset

secara

singkat

mendefinisikan stekeholder merupakan orang dengan suatu
kepentingan atau perhatian pada permasalahan. Stakeholder
ini sering diidentifikasi dengan suatu dasar tertentu
sebagimana dikemukakan Freeman, yaitu dari segi kekuatan
dan kepentingan relatif Stakeholder terhadap isu, Grimble
and Wellard, dari segi posisi penting dan pengaruh yang
dimiliki mereka. Stakeholder

adalah kelembagaan yang

dianjurkan dibentuk untuk meningkatkan peran serta
masyarakat dalam memajukan pendidikan, dan komite
sekolah. 13
Definisi lain dari Stakeholder adalah pemegang atau
pemangku kepentingan. orang atau kelompok tertentu yang
mempunyai kepentingan apa pun terhadap sebuah obyek
disebut Stakeholder . Jadi Stakeholder

pendidikan dapat

diartikan sebagai orang yang menjadi pemegang dan
13 Muhaimin, Dkk, Manajemen Pendidikan, Aplikasinya dalam Penyusunan
Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hal. 97

sekaligus pemberi support terhadap pendidikan atau lembaga
pendidikan. Dengan Perkataan lain Stakeholder

adalah

orang-orang atau badan yang berkepentingan langsung atau
tidak langsung terhadap kegiatan pendidikan di sekolah.
2. Pemetaan Stakeholder
Jika dalam definisi yang telah disebutkan di atas
bahwa Stakeholder

merupakan pendidikan atau lembaga

yang menjadi pemegang sekaligus pemberi suport terhadap
pendidikan atau lembaga pendidikan, maka perlu adanya
pemetaan Stakeholder . Mengapa pemetaan Stakeholder
menjadi penting? Dalam manajemen sebuah pendidikan
atau lembaga pendidikan Stakeholder

adalah sebuah

indikator untuk menentukan mutu dan atau layanan lembaga
pendidikan. Lembaga pendidikan memiliki berbagai macam
Stakeholder, maka dalam pemetaan atau pembagiannya
akan dikenal Stakeholder primer, sekunder, dan tersier.
a. Stakeholder Utama (Primer)
Stakeholder

utama merupakan Stakeholder yang

memiliki keterlibatan secara langsung dengan suatu
kebijakan pendidikan. Mereka harus ditempatkan sebagai
penentu utama dalam proses pengambilan keputusan. 14
b. Stakeholder Pendukung (Sekunder)
Stakeholder pendukung (sekunder) adalah Stakeholder
yang memiliki keterkaitan langsung dalam pendidikan
dan

menjadi

pelaku

dalam

mengimplementasikan

kebijakan dari stakeholder primer. Yang dimaksud dalam
pembagian stakeholder ini adalah kepala sekolah,
14 Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), hal. 33

pendidik dan tenaga kependidikan, jika dalam lembaga
pendidikan swasta maka ada yayasan dan yang terakhir
adalah komite sekolah.15
c. Stakeholder Pelengkap/Pengguna (Tersier)
Stakeholder tersier merupakan Stakeholder yang tidak
memiliki pengaruh dalam kebijakan pendidikan dan
pelaksanaan atau implementasi kebijakan pendidikan,
namun memiliki hak untuk menentukan penilaian
terhadap kebijakan pendidikan dan memiliki hak untuk
menggunakan lulusan lembaga pendidikan. Artinya
stakeholder ini adalah masyarakat penyedia lapangan
pekerjaan

atau

masyarakat

peminat

lembaga

pendidikan.16
Ketiga stakeholder pendidikan harus bersinergi dan
mendukung satu sama lain. Dapat disimpulkan, keberhasilan
pendidikan tidak akan terjadi tanpa keterlibatan ketiga
stakeholder

pendidikan:

masyarakat.

Setelah

sekolah,

melakkan

pemerintah,
pemetaan

dan

terhadap

stakeholder, maka akan ditemukan komponen-komponen
penyusun sehingga stakeholder menjadi satu kesatuan utuh
yang saling bersinergi.
3. Peran Stakeholder Pendidikan
Dalam setiap komponen pendidikan memiliki peran
yang berbeda untuk melaksanakan proses pendidikan mulai
dari

penentuan

kebijakan

pendidikan,

implementasi

kebijakan dan pengguan lulusan.
15 Muhaimin, Dkk, Manajemen Pendidikan, Aplikasinya
dalam Penyusunan Pengembangan Sekolah/Madrasah......., hal.
137
16 Ibid., hal. 138

a. Orang Tua. Peran orang tua dalam stakeholder antara lain:
mendukung pelaksanaan belajar mengajar di sekolah,
berpartisipasi aktif dalam mensosialisasikan kegiatan
sekolah

di

berbagai

komunitas,

bersedia

menjadi

narasumber sesuai keahlian dan profesi yang dimiliki,
menginformasikan nilai-nilai positif dari pelaksanaan
kegiatan di sekolah kepada masyarakat secara luas,
bekerjasama dengan anggota komite sekolah atau atau
pihak lain dalam pengadaan sumber belajar.
b. Guru, peran guru dalam stakeholder

pendidikan

diantaranya adalah: berkomunikasi secara berkala dengan
keluarga, yaitu: orang tua atau wali tentang kemajuan anak
mereka dalam belajar dan berprestasi, bekerjasama dengan
masyarakat untuk menjaring anak yang tidak bersekolah,
mengajak dan memasukkannya ke sekolah, menjelaskan
manfaat dan tujuan sekolah kepada orang tua peserta didik,
mempersiapkan anak agar berani berinteraksi dengan
masyarakat sebagai bagian dari kurikulum, seperti
mengujungi

museum,

memperingati

hari-haribesar

keagamaan dan Nasional.
c. Komite Sekolah. Komite Sekolah merupakan nama baru
pengganti Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan
(BP3). Komite Sekolah adalah badan mandiri yang
mewadahi

peran

serta

masyarakat

dalam

rangka

meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan
pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra
sekolah,

jalur

pendidikandi

pendidikan
luar

sekolah

sekolah

maupun

(Kepmendiknas

jalur
nomor:

044/U/2002). Secara kontekstual, peran Komite Sekolah
sebagai: pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam
penentuan dan pelaksanan kebijakan pendidikan di satuan
pendidikan, pendukung (supporting agency), baik yang
berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam
penyelenggaraan

pendidikan

di

satuan

pendidikan,

pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi
dan

akuntabilitas

penyelenggaraan

dan

keluaran

pendidikan di satuan pendidikan.
d. Kepala sekolah. Peran kepala sekolah dalam stakeholder
pendidikan, adalah sebagai berikut: mengatur hubungan
sekolah dengan orang tua siswa, memelihara hubungan
baik dengan BP3, memelihara dan mengembangkan
hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga lain, baik
pemerintah maupun swasta, memberi pengertian kepada
masyarakat tentang fungsi sekolah melalui bermacammacam media komunikasi.
e. Peran Pemerintah. Peran negara dalam dunia pendidikan
dilaksanakan oleh pemerintah didasarkan pada UndangUndang Dasar 1945 (UUD). Dalam UUD 1945 hasil
amandemen Pasal 31 ayat 1-4 disebutkan bahwa: setiap
warga negara berhak mendapat pendidikan, setiap warga
negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya, pemerintah wajib menguasahakan
dan menyelanggarakan satu sistem pendidikan nasional
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang

diatur

dengan

undang-undang,

negara

memprioritaskan

anggaran

pendidikan

sekurang-

kurangnya duapuluh persen dari anggaran pendapatan dan
belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional.
f. Masyarakat usaha. Selain masyarakat sukarela, banyak
juga masyarakat yang mempunyai tujuan mengambil
manfaat dari dunia pendidikan. Para penerbit buku, usaha
kursus,

penyedia

alat

pendidikan,

dan

pengusaha-

pengusaha lainnya. Kelompok ini juga perlu difasilitasi,
bahkan jika perlu dibangkitkan kesadarannya, bahwa
selain sebagai lahan penghidupan, dunia pendidikan juga
memerlukan kesetiakawanan yang dapat memperbaiki
kualitas maupun kuantitas pelayanan pendidikan. Untuk
itu, pendekatan usaha terhadap dunia pendidikan adalah
bersifat mendukung, tidak hanya sekedar memeras dan
menjadikannya layaknya komoditas.17
Penutup
Manajemen lingkungan pendidikan mempunyai arti yaitu suatu
sistem pengelolaan dalam hal pendidikan sebagai suatu proses atau
sistem organisasi dan peningkatan kemanusiaan dalam kaitannya
dengan suatu sistem pendidikan, proses pendidikan mencangkup
proses hominisasi dan humanisasi, pendidikan dalam hal ini perlu
dijadikan upaya mengembangkan manusia sebagai makhluk hidup,
dan makhluk yang mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri
maupun terhadap kesejahteraan masyarakat. Dalam menajemen

17 Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan
Implementasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), hal. 58

lingkungan pendidikan tripusat lingkungan pendidikan terdiri dari
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Stakeholder adalah pemegang atau pemangku kepentingan.
orang atau kelompok tertentu yang mempunyai kepentingan apa pun
terhadap sebuah obyek disebut Stakeholder. Jadi Stakeholder
pendidikan dapat diartikan sebagai orang yang menjadi pemegang
dan sekaligus pemberi support terhadap pendidikan atau lembaga
pendidikan.

Lembaga

pendidikan

memiliki

berbagai

macam

Stakeholder, maka dalam pemetaan atau pembagiannya akan dikenal
Stakeholder primer, sekunder, dan tersier.

Daftar Pustaka
Basri, Hasan, dkk, 2010. Ilmu Pendidikan Islam (Jilid II). Bandung:
Pustaka Setia
Fattah, Nanang, 2004. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung:
Rosdakarya

Kompri, 2014. Manajemen Sekolah: Teori dan Praktik. Bandung:
Alfabeta
Made, Pidarta. 2011. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta:
Rineka Cipta
Makin, Moh, dkk. 2010. Manajemen Pendidikan Islam, Malang,UIN
Maliki Press
Muhaimin. 2010. Manajemen Pendidikan, Aplikasinya dalam
Penyusunan Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta:
Prenada Media Group.
Mulyasa. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan
Implementasi, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Nanang Fatah. 2009. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Yaqin, Husnul. 2011. Administrasi dan Manajamen Pendidikan,
Banjarmasin : IAIN Antasari press Banjar-masin