KAJIAN HUKUM ISLAM DALAM PERLINDUNGAN DA

KAJIAN HUKUM ISLAM DALAM PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dosen Pembimbing
Ridwan Arifin, S.h., Ll.m.
Disusun Oleh :
Agus Taufiqur Rohman
[email protected]
Aminullah Ibrahim
[email protected]

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2017

1

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulillah Wasyukurillah. Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha

Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah Hukum Lingkungan ini.
Makalah Hukum Lingkungan ini telah penulis susun dalam rangka tugas
tentang “Kajian Hukum Islam Dalam Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup”, yang dibimbing oleh Bapak Ridwan Arifin. Untuk itu penulis sangat
bersyukur kepada Allah SWT telah memberikan kelancaran bagi penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah Hukum Lingkungan ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah Hukum Lingkungan tentang
“Kajian Hukum Islam Dalam Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup” ini
dapat memberikan manfaat dan pengalaman bagi pembaca.
Wassalamualaikum wr.wb

Semarang, 12 Oktober 2017

Penulis


2

DAFTAR ISI
JUDUL..................................................................................................................
i
KATA PENGANTAR...........................................................................................

ii

DAFTAR ISI .........................................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. iv
DAFTAR PUTUSAN............................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar

Belakang............................................................................................

1
B. Rumusan

4
C. Metode

Masalah......................................................................................
Penulisan.......................................................................................

4
DAFTAR GAMAR............................................................................................... iv
PUTUSAN KASUS…........................................................................................... iv
BAB II PEMBAHASAN
A. Hubungan Manusia dengan Lingkungan
dalam Perspektif Hukum Islam.....................................................................
5
B. Posisi Alam dan Manusia dalam Islam.......................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................
14
3

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 15


DAFTAR GAMBAR
Gambar 1

Hubungan Manusia dengan Lingkungan
dalam Perspektif Hukum Islam…..................................................... 5

Gambar 2

Posisi Alam dan Manusia dalam Islam….......................................... 9

DAFTAR KASUS................................................................................................. 9

4

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Hak atas lingkungan yang baik dan sehat dijamin oleh Pancasila dan

UUD 1945 yang berimplikasi terhadap perlunya kebijakan, rencana dan/atau
program mengenai hak atas lingkungan tersebut diatur dalam perundangundangan, baik di tingkat nasional maupun daerah. Dalam konteks otonomi
daerah hak atas lingkungan tersebut termasuk dalam kelompok bidang
urusan wajib pemerintahan. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis
dampak pengaturan hak atas lingkungan hidup dalam bidang sumber daya
air. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dampak pengaturan hak atas
lingkungan hidup dalam sistem hukum pengelolaan sumber daya air sungai
tidak terintegrasi dengan daerah lain, sehingga kebijakan pemerintah
daerah lebih ditujukan untuk peningkatan pendapatan daerah masingmasing. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya perusakan sumber daya air
sungai di bagian hulu dan hilir dan tidak optimalnya pemanfaatan air
sungai. Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan sistem hukum pengelolaan
sumber daya air dengan pendekatan ekoregion, dimana batas darat dan
perairan tidak ditentukan oleh batas secara politik, akan tetapi oleh batas
geografis dari komunitas manusia dan sistem lingkungan.1
Masalah lingkungan kini merupakan masalah global yang dihadapi
oleh semua orang diseluruh dunia. Lingkungan yang berupa merosotnya
daya dukung lingkungan dan kerusakan alam, itu disebabkan oleh dampak
negatif aktivitas manusia, terlihat dari pengembangan teknologi yang
mencemari lingkungan, konsumsi yang berlebihan, bermewah-mewahan,
dan penggunaan sumber daya alam tanpa mempertimbangkan dampaknya,

atau kebiasaaan hidup tidak sehat dimasyarakat, seperti: tidak mengelola
pembuangan sampah dan limbah dengan baik, membiarkan air kotor
1 Nita Triana, “Pendekatan Ekoregion Dalam Sistem Hukum Pengelolaan Sumber Daya Air
Sungai di Era Otonomi Daerah”, Pandecta, Vol. 9, No.2, Desember 2014, Universitas Negeri
Semarang, Semarang, hlm.159-160.

1

tergenang sehingga menjadi sarang penyakit, menggunakan kendaraan
bermotor berlebihan sehingga mencemari udara, tidak merawat ruang
terbuka hijau dan sebagainya.2
Permasalahan lainnya adalah kurangnya koordinasi antar wilayah
antar daerah. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda),
Dinas Tata Ruang, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Perumahan dan
Bangunan, Dinas Pariwisata di daerah yang satu kurang beroordinasi
dengan daerah lainnya, hal ini mengakibatkan berbagai kebijakan dan
peraturan perundang-undangan yang ada sekarang bersifat sektoral atau
regional/lokal dan kurang memperhatikan permasalahan lintas sektoral.
konsep pengaturan pengelolaan sumber daya air yang bersifat holistik dan
terpadu dengan berbasis kearifan lokal diperlukan sebagai salah satu

alternatif dalam melaksanakan pengelolaan sumber daya air.3
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka kembali kepada amanat dari
konstitusi, permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya
air sungai harus segera diperbaiki. Sistem hukum yang selama ini ada di
daerah-daerah perlu dibangun kembali untuk mengurangi salah kelola yang
berakibat timbulnya berbagai bencana dan kerugian yang amat besar
karena tidak maximalnya hasil yang didapatkan dari sumber daya air sungai
tersebut. Untuk itu perlu diperhatikan bekerjanya sistem hukum dalam
pengelolaan sumber daya air sungai. Proses bekerjanya sistem hukum, yang
menurut L. Friedman terdiri atas tiga aspek (Friedman,1975). Pertama,
Struktur Hukum, yaitu bagian-bagian yang bergerak di dalam suatu
mekanisme yang merupakan kelembagaan yang diciptakan oleh sistem
hukum dan mempunyai fungsi untuk mendukung bekerjanya sistem hukum
(seperti lembagalembaga hukum dan hubungan atau pembagian kekuasaan
antar lembaga hukum). Kedua, Substansi Hukum, yaitu hasil aktual yang
diterbitkan oleh sistem hukum yang berupa norma-norma hukum, baik
peraturanperaturan,

keputusan-keputusan


yang

digunakan

oleh

para

penegak hukum maupun oleh mereka yang diatur hukum. Keempat, Kultur
atau Budaya hukum, Friedman mengatakan bahwa substansi dan struktur
2 Ibid.
3 Ibid.

2

merupakan komponen nyata dari sistem hukum, akan tetapi hal itu
merupakan cetak biru saja atau blueprint desain hukum dan belum
mendeskripsikan yang sebenarnya dari cara kerja mesin hukum. Dengan
demikian budaya hukum merupakan ide-ide, sikap, harapan dan pendapat
tentang hukum sebagai keseluruhan faktor yang menentukan bagaimana

sistem hukum memperoleh tempatnya yang logis.4
Menurut Friedman, kultur hukum adalah suasana pikiran sosial dan
kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari
atau disalahgunakan. Tanpa kultur hukum, maka sistem hukum itu sendiri
tidak berdaya, seperti “ikan mati yang terkapar di keranjang, dan bukan
seperti ikan hidup yang berenang di laut”. Komponen kultural yaitu terdiri
dari nilai-nilai dan sikap-sikap yang mempengaruhi bekerjanya hukum, atau
yang menurut Friedman disebut sebagai kultur hukum. Kultur hukum inilah
yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara peraturan
hukum dengan tingkah laku hukum seluruh warga masyarakat.5
Tanpa upaya serius untuk memperbaiki dan melestarikan lingkungan,
sumber daya alam dan sistem lingkungan hidup akan tidak dapat diperbaiki
lagi sehingga mengancam keberlangsungan hidup manusia itu sendiri.
Tanda-tanda kerusakan lingkungan tampak dari peristiwa-peristiwa bencana
yang tak henti melanda Indonesia. Pada sisi lain Islam sendiri sebenarnya
telah banyak menawarkan berbagai solusi untuk mengatasi permasalahan
lingkungan. Dalam berbagai kesempatan Allah SWT dan Nabi Muhammad
saw,

sering


kali

mengingatkan

umatnya

untuk

menjaga

kelestarian

lingkungan agar terhindar dari bencana. Dalam kitab suci Al-Qur’an Allah
telah memperingatkan dalam QS Ar-Ruum ayat 41 “Telah tampak kerusakan
di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah
mengehendaki agar mereka merasakan sabagian dari (akibat) perbuatan
mereka,

agar


mereka

kembali

(ke

jalan

yang

benar).” 6

Kerusakan

lingkungan seharusnya tidak hanya dipandang dari segi kepentingan
manusia semata, namun difokuskan pada menurunnya kualitas dan daya
4 Ibid.
5 Ibid.
6 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: CV. Pustaka Agung Harapan, 2006,
hlm.576.

3

dukung bagi hewan, tumbuhan, ataupun makhluk hidup lainnya yang pada
akhirnya mempengaruhi kehidupan manusia.
Agama Islam adalah Rahmatan Lilalamin, sebagai agama rahmat begi
seluruh alam memberikan pedoman bagi manusia dalam seluruh aspek
kehidupannya, termasuk dalam menjalin hubungan dengan alam. Perintah
berbuat baik pada alam dan tidak merusaknya merupakan cermin misi
manusia di dunia, yaitu manusia bertugas sebagai memakmurkan bumi
sebagaimana tersebut dalam QS Al-A’raf ayat 56 “Dan janganlah kamu
berbuat

kerusakan

dimuka

bumi

setelah

(diciptakan)

dengan

baik.

Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya
rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.” 7.
Tidak hanya itu sebagai Rahmatan Lilalamin Islam juga memberi pesan
moralnya melalui ayat-ayat suci Alquran.
Ajaran Islam tidak hanya berisi perintah dan larangan , tetapi juga
pandangan hidup yang dapat membentuk sikap hidup para pemeluknya. 8
Pandangan hidup tersebut memberikan pemahaman bagi manusia tentang
makna alam semesta dan lingkungan, kedudukan baik alam maupun
manusia sebagai ciptaan Allah SWT yang sempurna, peran alam dalam
kehidupan

dan

peribadahan

manusia,

dan

sebagainya.

Itu

semua

berpengaruh menimbulkan pengharggan terhadap alam ciptaan Allah yang
besar dalam diri manusia sehingga manusia dari dalam hati merasa enggan
untuk merusaknya atau berbuat yang melampui batas.
Kewajiban memelihara lingkungan hidup diatur dalam pasal 6 ayat (1)
dan (2), menyatakan dalam ayat (1) bahwa setiap orang berkewajiban
memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan
menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Ayat (2)
menyatakan bahwa, setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
berkewajiban

memberi

informasi

yang

benar

dan

akurat

mengenai

pengelolaan lingkungan hidup.9
2. Rumusan Masalah
7 Ibid, hlm.212.
8 Zaim Elmubarok, dkk, Islam Rahmatan Lil’Alamin, Semarang: UNNES Press, 2016, hlm.136.
9 Handoyo, Eko. 2009. Aspek Hukum Pengelolaan lingkungan Hidup. Semarang: jurnal Ilmu Hukum
Pandecta. Vol. 3, No. 2. hlm. 27.

4

Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan bahwa ada
beberapa permasalahan pokok tentang ribuan rumah warga rohingnya rata
dengan tanah
1. Bagaimana hubungan manusia dengan lingkungan dalam Perspektif
Hukum Islam ?
2. Bagaimana posisi alam dan manusia dalam Islam ?
3. Metode Penulisan
1. Pengumpulan Data


Metode Studi pustaka
Pengumpulan informasi yang dibutuhkan dilakukan dengan
mencari referensi-referensi yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan, referensi dapat diperoleh dari buku-buku, jurnal-jurnal atau
internet.

2. Sumber Data


Sumber Data Sekunder, Diperoleh dari buku-buku literatur dan jurnal
ilmiah.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hubungan Manusia dengan Lingkungan dalam Perspektif Hukum
Islam
Manusia mempunyai peran yang ideal yang harus dijalankan, yakni
memakmurkan bumi, mendami dan memelihara serta mengembangkannya
demi keselamatan hidup mereka sendiri, bukan mengadakan pengrusakan
di dalamnya.10
Tugas atau

fungsi

manusia

di

dalam

kehidupan

ini

adalah

menjalankan peranan itu dengan sempurna dan senantiasa menambah
kesempurnaan
10 Ibid.hlm.38

itu

dengan

sempurna

dan

senantiasa

menambah

5

kesempurnaan itu sampai akhir hayat. Hal itu dilakukan agar manusia
benar-benar menjadi makhluk yang paling mulia dan bertaqwa dengan
sebenar-benar taqwa. (Q.S. Ali Imran: 102 dan Q.S. Al-Hujurat: 13).11
Kedudukan yang di pegang dan peranan yang dimainkan manusia
dalam panggung kehidupannya di dunia pasti berakhir dengan kematian.
Sesudah itu, dia akan dibangkitkan atau dihidupkan kembali di alam akhirat.
Di alam akhirat ini segala peranan yang dilaksanakan manusia selama
hidup di dunia, sekecil apapun peranan itu, akan dipertanggungjawabkan,
lalu dinilai dan diperhitungkan oleh Allah Yang Maha Adil. Setiap peranan
akan mendapat balasan. Peranan yang baik akan mendapat balasan yang
baik, sementara peranan yang buruk akan mendapatkan balasan yang
buruk

pula. Manusia yang mendapatkan balasan yang buruk akan

merasakan kesengsaraan yang teramat sangat, dan manuusia yang
memperoleh balasan yang baik akan merasakan kebahagiaan yang abadi. 12
Dalam hubungannya dengan Tuhan, manusia menempati posisi
sebagai ciptaan dan Tuhan sebagai pencipta. Posisi ini memiliki konsekuensi
adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada Penciptanya. Hal
ini sudah termaktub dalam Al-Quran tentang tujuan Allah menciptakan
manusia, yakni untuk menyembah kepada-Nya. Konsekuensi manusia
sebagai hamba Allah, dia harus senantiasa beribadah hanya kepada-Nya.
Hanya Allah-lah yang disembah dan hanya kepada Allah-lah manusia mohon
pertollongan (Q.S. Al-Fatihah : 5). Beribadah kepada Allah merupakan
prinsip hidup yang paling hakiki bagi orang islam, sehingga perilakunya
sehari-hari senantiasa mencerminkan pengabdian itu di atas segalagalanya.13
Al-Quran banyak memperkenalkan ayat tentang hakikat dan sifat-sifat
manusia sebagai makhluk yang menempati posisi unggul. Jauh sebelum
manusia diciptakan, Tuhan telah menyampaikan kepada malaikat bahwa Dia
akan menciptakan khalifah (wakil) di muka bumi. Manusia adalah khalifah
Allah di muka bumi. Dia yang bertugas mengurus bumi dengan seluruh
isinya,

dan

memakmurkannya

11 Ibid.
12 Zaim, Elmubarok. Op. Cit.
13 Ibid.hlm.44.

sebagai

amanah

dari

Allah.

Sebagai

6

penguasa di bumi, manusia berkewajiban membudidayakan alam semesta
ini guna menyiapkan kehidupan yang bahagia dan sejahtera. Tugas dan
kewajiban ini merupakan ujian dari Allah kepada manusia, siapa antaranya
yang paling baik menunaikan amanah itu.14
Konsekuensi kekhalifahan manusia di muka bumi adalah membangun,
mengelola dan memakmurkan bumi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan
demikian kehidupan seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah dan
kerja keras yang tiada henti. Kerja keras bagi seorang muslim adalah salah
satu dari bentuk ibadah kepada Allah.15
Manusia yang dianggap sebagai khalifah tidak akan menjunjung tinggi
tangung jawab kekhalifahannya tanpa dilengkapi dengan potensi-potensi
yang memungkinkannya mampu melaksanakan tugasnya. M. Quraish
Shihab mengemukakan beberapa potensi tersebut yang diberikan Allah
kepada manusia sehubungan dengan kedudukannya sebagai khalifah Allah
di muka bumi, yakni:
a. Kemampuan untuk mengetahui sifat, fungsi, dan kegunaan, segala
macam benda. Melalui potensi ini manusia dapat menemukan hukumhukum

dasar

alam

semesta,

menyusun

konsep,

mencipta,

menggembangkan, dan mengemukakan gagasan untuk melaksanakannya
serta memiliki pandangan menyeluruh terhadapnya.
b. Pengalaman selama berada di sorga, baik yang manis seperti
kedamaian dan kesejahteraan, maupun yang pahit seperti keluanya Adam
dan Hawa dari sorga akibat terbujuk oleh rayuan syaitan. Pengalaman ini
amat berharga dalam menghadapi rayuan syaitan di dunia, sekaligus
peringatan bahwa jangankan yang belum masuk sorga, yang sudah masuk
sorga pun, bila mengikuti rayuan syaitan akan diusir dari sorga.
c. Tuhan telah menaklukkan dan memudahkan alam semesta ini untuk
diolah oleh manusia. Penaklukkan yang tidak mungkin dilakukan oleh
manusia sendiri. Perlu digaris bawahi bahwa kemudahan dan penaklukkan
tersebut bersumber dari Allah. Dengan demikian, manusia ,dan seluruh isi
alam semesta itu mempunyai kedudukan yang sama dari segi ketundukkan
(penghambaan diri) kepada Allah.
14 Anirotul, Qoriah dkk. 2013. Islam Rahmatan Lil’Alamin. Semarang. UNNES Press. hlm. 44.
15 Ibid.

7

d. Tuhan memberikan petunjuk kepada manusia selama berada di
bumi.16
Keinginan manusia yang tidak pernah puas terhadap apa yang sudah
dimiliki, mendorong manusia untuk selalu berupaya dan berusaha untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, meskipun kadang-kadang melebihi
apa yang sebenarnya diperlukan. Upaya dan usaha manusia tersebut
disadari apa tidak, sering menimbulkan pengaruh yang saling kait mengait
yang tidak pernah berhenti itulah, yang kini disebut masalah lingkungan
hidup yaitu lingkungan manusia dengan alam disekitarnya maupun secara
global.17
Pada hakikatnya

hukum mengandung ide-ide atau konsep-konsep

yang abstrak yang dibuat untuk mengatur kehidupan manusia. Di dalam ide
atau konsep yang abstrak ini terdapat ide tenang keadila, kepstian, dan
kemafaatan sosial. Sebagai salah satu cabang ilmu hukum yang relatif
muda, hukum lingkungan memuat ide, konsep dan prinsip-prinsip hukum
yang bertujuan untuk mengatur perbuatan manusia yang berkaitan dengan
lingkungan. Hukum lingkungan memiliki dua fungsi, yaitu mengatur perilaku
manusia

dalam

mengelola

lingkungan

dan

sekaligus

memberikan

perlindungan terhadap lingkungan itu sendiri. Meskipun hukum lingkungan
telah berkembang, maslah-maslah lingkungan yang disebabkan oleh
manusia sering saja terjadi.18
Peminat masalah lingkungan selalu dalam keadaan senang sekaligus
cemas.

Hati

senang

melihat

hasil

pembangunan

yang

membawa

kesejahteraan, tetapi disaat yang sama hatinya pun risau dan cemas
melihat lingkungan hidup yang terganggu. Sungai, gunung, burung, gajah,
harimau, dan lain-lain sudah lama hidup secara turun temurun tanpa
gangguan. Namun setelah tangan dan ulah manusia muncul, mengolah dan
merubaah

sumber

alam

untuk

keperluan

hidupnya

tanpa

mempertimbangkan akibat sampingan dan pengaruh negatifnya terhadap

16 Ibid. hlm. 44-45.
17 Ibid. hlm. 44-45.
18 Muhammad Akib. 2014. Pergeseran Paradigma Penegakan Hukum Lingkungan: Dari MekanistikReduksionis Ke Holistik-Ekologi. Lampung: Jurnal Masalah-Masalah Hukum. Vol. 43, No. 1. hlm. 125.

8

lingkungan, maka alam menjadi rusak, dan hilanglah keindahannya dan
hilang pula kegunaannya bagi manusia.19
Kini kebijakan pengelolaan lingkungan telah tertuang melalui UndangUndang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 yang menginstruksikan salah
satu tujuan pengelolaan lingkungan dilaksanakan harus memperhatikan
lingkungan atau disebut dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) yang rumusan pengertiannya dicantumkan secara yuridis
dalam pasal 1 angaka 3 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 yang
menyebutkan bahwa “Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan
terencana, yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial dan ekonomi
ke dalam setrategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan
hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan”. 20

Akan tetapi, manusia

memang makhluk yang paling banyak cerita kesulitannya. Keluar dari
kesulitan, memasuki kesulitan yang lain, namun demikian manusia adalah
makhluk yang paling bertanggung jawab terhadap dirinya, terhadap alam,
atau lingkungan hidupnya, kepada Allah yang menitahnya.21
Agama yang berfungsi agar manusi menjadi bermakna dan bertujuan,
mempunyai peranan penting dalm mencapai kebahagiaan hidup abadi.
Setiap orang tanpa terkecuali selalu ingin mendapatkan kebahagiaan dunia
dan akhirat. Banyak teori yang mengemukakan tentang kebahagiaan mulai
dari pemenuhan kebutuhan materi sampai pemenuhan kebutuhan seksual.
Tetapi semua itu menunjukkan kenyataan jalan buntu. Untuk itu seorang
yang sudah sampai waktunya menyadari bahwa kebahagiaan abadi itu
dapat

dicapai

dengan

memulai

agama.

Agama

bertujuan

untuk

kebahagiaan umat manusia. Agama juga memberikan motivasi dan
bertujuan hidup manusia.22
Agama yang berdimensi dunia akhirat, tentu saja mempunyai
pedoman dasar yang fundamental yang bersifat universal. Tetapi disamping
itu
19
20
21
22

peraturan-peraturan agama

mempunyai ide

perkembangan yang

Anirotul, Qoriah dkk. Loc. Cit.
Hadin, Muhjad. 2015. Hukum Lingkungan. Yogyakarta. GENTA Publishing. hlm. 13.
Anirotul, Qoriah dkk. Loc. Cit.
Ibid.

9

evaluatif. Jadi akan selaras dengan keadaan seluruh tempat dan masa.
Kaitannya dengan permasalahan hubungan manusia dengan alam atau
lingkungan hidupnya, agama mempunyai konsep-konsep pemecahan sesuai
dengan ajaran yang ada dalam kitab suci.23
a. Contoh kasus lingkungan :
Kasus kebakaran lahan PT Jatim Jaya Perkasatelah melakukan Perbuatan
Melawan Hukum (PMH) atas kebakaran di lokasi kebun sawit mereka.
Kebakaran tersebut membakar lahan seluas 1.000 Hektar di lokasi PT
JJP.Direktur Jenderal Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK), Rasio Ridho Sani, mengatakan KLHK meyakini bahwa
luas lahan yang terbakar adalah 1.000 hektar sementara majelis hakim
berpendapat luas yang terbakar 120 hektar.
b. Putusan kasus :
Pengadilan Negeri Jakarta Utara memutus perkara kebakaran lahan PT Jatim
Jaya Perkasa, dalam putusanya, majelis hakim yang diketuai Inrawaldi
mengabulkan sebagian

gugatan Kementerian Lingkungan Hidup

dan

Kehutanan (KLHK) dan menyatakan bahwa PT JJP telah melakukan
Perbuatan Melawan Hukum (PMH) atas kebakaran dilokasi kebun sawit
mereka. Untuk itu majelis hakim menjatuhkan ganti rugi Rp7.196.188.475
dan biaya pemulihan Rp22.277.130.852. Ganti rugi dan biaya pemulihan ini
lebih kecil dari yang digugat oleh KLHK yaitu sebesar Rp 491.025.500.000,.
B. Posisi Alam dan Manusia dalam Islam
Lingkungan merupakan bagian dari integritas kehidupan manusia.
Sehingga lingkungan harus dipandang sebagai salah satu komponen
ekosistem yang memiliki nilai untuk dihormati, dihargai, dan tidak disakiti,
lingkungan

memiliki

menyebabkan

setiap

nilai

terhadap

perilaku

manusia

dirinya
dapat

sendiri.

Integritas

berpengaruh

ini

terhadap

lingkungan disekitarnya. Perilaku positif dapat menyebabkan lingkungan
tetap lestari dan perilaku negatif dapat menyebabkan lingkungan menjadi
rusak. Integritas ini pula yang menyebabkan manusia memiliki tanggung
jawab untuk berperilaku baik dengan kehidupan di sekitarnya. Kerusakan
alam diakibatkan dari sudut pandang manusia yang anthroposentris,
23 Ibid. hlm.30-31.

10

memandang bahwa manusia adalah pusat dari alam semesta. Sehingga
alam dipandang sebagai objek yang dapat dieksploitasi hanya untuk
memuaskan keinginan manusia.24
Sejumlah ilmuan berpandangan

bahwa

kerusakan

alam

dan

lingkungan yang terjadi berakar dari cara pandang manusia terhadap alam
yang bersifat antroposentris (berpusat pada manusia dan dikotomis
(memisahkan antara manusia dan alam serta memposisikan manusia
berhadapan dengan alam). Dalam cara pandang tersebut, manusia sebagai
ciptaan tuhan dipandang sebagai penakluk dan penguasa alam, bukan
bagian dari alam. Alam dipandang ada untuk manusia sehingga dapat
dieksploitasi untuk kepentingan manusia. Cara pandang seperti itu tidak
sesuai dengan ajaran Islam. Dalam Islam, alam bukanlah tuhan atau dewadewa yang berkuasa atas manusia sehingga manusia perlu takut dan
tunduk menyembahnya ataupun wujud yang dikuasai dan ditundukkan oleh
manusia demi kepentingannya.25
Islam menempatkan alam sebagai ciptaan Allah keberadaannya
tergantung pada Allah yang menciptakan dan memeliharanya. Manusia pun
sama seperrti alam, yaitu sebagai ciptaan Allah, dalam fungsinya sebagai
khalifah allah boleh memanfaatkan alam demi kepentingannya, namun
dalam hal itu ia bukanlah penguasa alam dan harus memperlakukan alam
sesuai pedoman yang Allah berikan demi kebaikan dirinya sendiri. 26
Hubungan anatara manusia dengan alam atau hubungan manusia
dengan sesamanya bukan merupakan hubungan antara penakluk dan yang
ditaklukkan atau antara tuan dengan hamba tetapi hubungan kebersamaan
dalam ketundukan kepada Allah SWT. Karena kemampuan manusia dalam
mengelola

bukanlah

akibat

kekuatan

yang

dimilikinya

tetapi

akibat

anugerah Allah SWT.27 Islam menempatkan alam sebagai ciptaan Allah yang
keberadaannya

tergantung

pada

Allah

yang

menciptkan

dan

memeliharanya. Manusia pun sama seperti alam, yaitu sebagai ciptaan
Allah, dalam fungsinya sebagai khalifah Allah boleh memanfaatkan alam
24 Rabiah Z. Harahap, “Etika Islam Dalam Mengelola Lingkungan Hidup”, Jurnal EduTech, Vol .1,
No.1, Maret 2015,
25 Zaim, Elmubarok. Op. Cit. hlm. 137.
26 Ibid.
27 Ibid.

11

demi kepentingannya, namun dalam hal itu ia bukanlah penguasa alam dan
harus memperlakukan alam sesuai pedoman yang Allah berikan demi
kebaikan dirinya sendiri. Pedoman yang diberikan Allah terhadap manusia
tentang memperlakukan alam terdapat pada Al-qur’an dan Hadis. Sehingga
manusia wajib mengamalkan apa yang tedapat pada Al-qur’an dan Hadis.
Dalam kitab suci Al-Qur’an manusia diajarkan untuk memahami
sejumlah konsep Islam tentang alam dan penciptanya, serta tujuan
penciptaannya. Berikut konsep Islam tentang alam, penciptanya dan tujuan
penciptaannya diantaranya :
1) Allah adalah Rabb semesta alam, Tuhan yang menciptakan alam
semesta, yang membina, menyempurnakan, dan memelihara ciptaanNya (Qs Al Anbiya 56, Al Fathir 40-41, An Naba 78)
2) Allah menciptkan langit dan bumi cukup dengan
“Kun/Jadilah”

dengan

kehendak-Nya

sendiri,

dan

tak

mengatakan
ada

yang

membantunya (QS- Az-zumar 38, Al Baqarah 117, Ar-Rum 25, Fatir 40)
3) Allah menciptakan alam raya dengan sungguh-sungguh, tidak main-main
dan bertujuan, serta secara rapi dan teratur (QS Al-Anbiya 16, Al-Furon 2,
Al-Ankabut 44)
4) Tujuan penciptaan alam adalah sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah
bagi orang yang berakal (QS Ali Imran 190), bertaqwa (QS Yunus 6), mau
mendengarkan pelajaran (QS An-Nahl 65), dan mau memikirkan (QS ArRa’ad 2)
5) Tujuan penciptaan alam adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia dan untuk kepentingan manusia ( QS Al-Baqarah 29 dan QS
Luqman 20)
6) Alam semesta adalah rahmat dari Allah untuk manusia (QS Al-Jatsiyah
13)
7) Alam semesta adalah untuk menyempurnakan nikmat dan menjadi ujian
bagi manusia untuk mengetahui siapa yang lebih baik amalnya dalam
hidup (QS Hud 7 dan QS Al-Mulk 2)28
Sebagai khalifah di bumi, manusia pun setidaknya memiliki dua tugas, yang
mana dengan memahami tugas-tugas ini, ia mengetahui apa yang seharusnya
diperbuatnya dengan bumi tempat tinggalnya:
28 Zaim Elmubarok, op.cit.hlm.138.

12

1) Beribadah Kepada Allah
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku.” QS Az-Zariyat 56)29
Manusia sebagai hamba Allah di bumi memiliki tugas untuk mengabdi
kepada Allah, secara khusus dengan melaksanakan ibadah-ibadah yang
telah ditetapkan Allah, seperti Shalat, Zakat, dan Puasa dan secara
umum dengan melaksanakan segala amalan yang diizinkan Allah dengan
niat ikhlas karena Allah, termasuk segala aktivitas manusia yang
bertujuan memanfaatkan dan memelihara lingkungan tempat hidup.
2) Sebagai Khalifah Allah, Memakmurkan Bumi
Tugas manusia sebagai khalifah adalah menegakkan agama dan syariat
Islam di muka bumi, terutama dalam konteks lingkungan, sebagai
pemakmur bumi, bukan perusaknya. Untuk dapat melakukan itu,
manusia perlu menanamkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan

dalam

hidupnya, menyiarkan kabikan, dan tidak memperturutkan hawa nafsu,
demi kemaslahatan bersama antara manusia dan lingkungan (QS Sad 26
dan Hud 61).
Dalam mengelola bumi, manusia tidak diperkenankan memperturutkan
hawa nafsunya sehingga melakukan perbuatan yang dilarang oleh
agama. Posisi manusia sebagai khalifah atau penguasa dibumi bukanlah
izin baginya untuk berbuat apa saja terhadap alam, meskipun alam
diciptakan demi kepentingan manusia. Manusia berhak memanfaatkan
alam, tetapi bukan memilikinya, sehingga dalam memanfaatkan alam ia
tidak boleh melampaui batas dan merusak (QS Asy-Syu’ara 26). Posisi
sebagai

khalifah

adalah

amanat

bagi

manusia

untuk

menjaga

kelestarian, keseimbangan, dan keteraturan di alam.30
Di dalam Al-Qur’an manusia dilarang untuk melakukan perbuatan yang
berakibat merusak lingkungan. Perbuatan-perbuatan itu adalah:
1) Merusak alam yang telah Allah ciptakan dan pelihara bagi kepentingan
manusia (QS Al-A’raf 56 dan 74 dan QS Al-Baqarah 60)
2) Berbuat kecurangan (QS Hud 85 dan QS Asy-Syura 181-183)
29 Kementrian Agama RI, op.cit: 756
30 Zaim, Elmubarok. Op. Cit. hlm. 138.

13

3) Pemanfaatan yang tidak seimbang, berlebihan (QS Al-Isra’ 25-26 QS AlAn’am 141, QS Al-A’raf 31, QS Ar-Rahman 7-9 dan QS A-Furqon 67)
4) Mengurangi atau mengiubah ciptaan Allah di bumi (QS An-Nisa 118-119)
5) Memperkuat dorongan hawa nafsu yang menyuruh untuk melanggar hak
orang lain, hidup berlebihan, bermewah-mewahan, boros dan sebagainya
(QS Muhammad 22, QS Al-An’am 123, QS Al-Isra’ 16)31
Kemudian dalam Hadis Rasulullah juga menerangkan tentang lingkungan
hidup diantaranya yakni Rasulullah SAW. Bersabda “Tidak boleh melakukan
perbuatan bahaya bagi diri sendiri dan oran lain. Siapa yang membuat celaka
orang lain maka Allah akan mencelakakannya. Siapa yang mempersulit orang
lain, Allah akan mempersulitnya.” (HR Baihaqi)32
Muawiyyah bin Amr menyampaikan

kepada kita dari Abu Ishaq dari

seseorang yang beradal dari syam (syria) dari Abi Ustman dari Abu Khaddas, ia
berkata: “Kami berada dalam sebuah peperangan, lalu segerombolan orang
mendatangi sebuah tempat dan melakukan blokade jalan dan membentangkan
tali diatas rumput. Ketika ia menyaksikan itu (Abu Khaddas) ia berkata: Maha Suci
Allah, aku telah mengikuti beberapa peperangan bersama Rasulullah SAW. Dan
aku mendengar beliau bersabda: Manusia memiliki hak (pemanfaatan) bersama
dalam tiga hal: Sumber air, padang rumput, dan api.”33
Dari ibnu Abbas ra. Bahwa Sha’ab bin Jutsama berkata “Rasulullah SAW
bersabda: Semua hima (lahan konservasi) adalah milik Allah dan Rasul-Nya
jutsama menambahkan keterangan lagi bahwa nabi SAW membuat lahan
konservasi di Naqi’ dan umar dikawasan Syaraf dan Rabadzah. (HR Bukhari) 34
Dari Abu Hurairah, mengatakan: “Rasulullah SAW bersabda: Hindarilah dua
hal yang terkutuk. Mereka bertanya: Ya Rasulullah, apakah dua hal terkutuk itu?
Beliau menjawab: Orang yang buang air dijalan (tempat lalu lalang orang) dan
tempat berteduh” (HR Muslim)35
31
32
33
34
35

Ibid. hlm. 139.
Zaim Elmubarok, op.cit: 139.
Ibid.hlm.140.
Ibid.
Ibid.

14

Dari Abu Hurairah berkata Rasulullah SAW bersabda: “Iman itu terdiri atas
73 cabang, yang paling rendah adalah menyingkirkan (benda yang menyebabkan)
celaka dari jalan dan yang paling tinggi adalah ucapan La ilaha Illallah” (HR
Turmudzi).36
Allah melarang umat manusia untuk berbuat kerusakan di atas bumi, baik
sedikit maupun banyak, sebgaimana dalam Q.S. Al-A’raf ayat 56 manusia lantas
harus menggunakan haknya sesuai dengan perintah dan seijin syarak atau aturan
agama. Maka dari itu ia tidak boleh menggunakan haknya dengan cara yang
menimbulkan mudarat (kerusakan, keruguan, dan bahaya) bagi orang lain, baik
secara individual maupun secara komunal baik dilakukan dengan sengaja atau
tidak.37
Dari keterangan yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadis maka manusia wajib
melindungi dan mengelola lingkungan hidup dengan baik dan bijaksana dalam
berhubungan dengan alam. Maka dari itu untuk salah satu daerah yaitu
Semarang, daerah yang salah satu belum bisa menerapkan konsep yang terdapat
pada Al-Qur’an dan Hadis. Bukti bahwa Semarang belum bisa menerapkan konsep
terdapat pada beberapa daerah, diantranya :
1) Kasus Kali Beringin, merupakan wujud persoalan tata ruang di daerah
Beringin. Sebagian daerah tangkapan air berubah menjadi permukiman,
sementara upaya untuk normalisasi yang mulai didengungkan sejak
tahun 2003 belum terlaksana tuntas.
2) Kasus pencemaran di pantai terus berlangsung selama puluhan tahun
terakhir, misalnya pencemaran Kali Tapak di Tugurejo yang bermuara di
pantai utara. Seharusnya pemerintah mengevaluasi dan mengkaji ulang
keberadaan industri di pesisir.

BAB III
PENUTUP
36 Ibid.hlm.141.
37 Ibid.

15

A. KESIMPULAN
Manusia mempunyai peran ideal dalam alam yakni memakmurkan bumi,
mendami dan memelihara serta mengembangkannya demi keselamatan hidup.
Manusia adalah khalifah Allah di muka bumi. Dia yang bertugas mengurus bumi
dengan seluruh isinya, dan memakmurkannya sebagai amanah dari Allah.
Sebagai penguasa di bumi, manusia berkewajiban membudidayakan alam
semesta ini guna menyiapkan kehidupan yang bahagia dan sejahtera. Tugas dan
kewajiban ini merupakan ujian dari Allah kepada manusia, siapa antaranya yang
paling baik menunaikan amanah itu. Keinginan manusia yang tidak pernah puas
terhadap apa yang sudah dimiliki, mendorong manusia untuk selalu berupaya dan
berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, meskipun kadang-kadang
melebihi apa yang sebenarnya diperlukan. Upaya dan usaha manusia tersebut
disadari apa tidak, sering menimbulkan pengaruh yang saling kait mengait yang
tidak pernah berhenti itulah, yang kini disebut masalah lingkungan hidup yaitu
lingkungan manusia dengan alam disekitarnya maupun secara global. Lingkungan
merupakan bagian dari integritas kehidupan manusia. Islam menempatkan alam
sebagai

ciptaan

Allah

yang

keberadaannya

tergantung

pada

Allah

yang

menciptkan dan memeliharanya. Manusia pun sama seperti alam, yaitu sebagai
ciptaan Allah, dalam fungsinya sebagai khalifah Allah boleh memanfaatkan alam
demi kepentingannya, namun dalam hal itu ia bukanlah penguasa alam dan harus
memperlakukan alam sesuai pedoman yang Allah berikan demi kebaikan dirinya
sendiri. Pedoman yang diberikan Allah terhadap manusia tentang memperlakukan
alam terdapat pada Al-qur’an dan Hadis. Yang mana dalam Al-Qur’an dan Hadis
manusia

dilarang

untuk

melakukan

perbuatan

yang

berakibat

merusak

lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Triana, Nita. 2014. Pendekatan Ekoregion Dalam Sistem Hukum Pengelolaan

Sumber Daya Air Sungai di Era Otonomi Daerah . Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
16

Kementrian Agama RI. 2006. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: CV. Pustaka
Agung Harapan.
Elmubarok, Zaim. Dkk. 2016. Islam Rahmatan Lil’Alamin. Semarang: Universitas
Negeri Semarang Press.
Handoyo, Eko. 2009. Aspek Hukum Pengelolaan lingkungan Hidup. Semarang:
jurnal Ilmu Hukum Pandecta.
Anirotul, Qoriah dkk. 2013.

Islam Rahmatan Lil’Alamin. Semarang. Univertas

Negeri Semarang Press.
Akib, Muhammad. 2014. Pergeseran Paradigma Penegakan Hukum Lingkungan:

Dari Mekanistik-Reduksionis Ke Holistik-Ekologi. Lampung: Jurnal Masalah-Masalah
Hukum.
Hadin, Muhjad. 2015. Hukum Lingkungan. Yogyakarta. GENTA Publishing.
Harahap, Rabiah Z. 2015. Etika Islam Dalam Mengelola Lingkungan Hidup , Jurnal
EduTech.

17