Hubungan IMD dengan Pemberian ASI Eksklu

HUBUNGAN IMD DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS MLATI II SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2015 SKRIPSI

Disusun Oleh: Meisya Jasmine Aulia 201410104087 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG D IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2015

HUBUNGAN IMD DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI

USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS MLATI II SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2015 SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan pada Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah

Yogyakarta

Disusun Oleh: Meisya Jasmine Aulia 201410104087 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG D IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

TAHUN 2015

HALAMAN MOTTO

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S Ar-Rahman: 13)

“Tiada makanan yang lebih baik daripada hasil usaha tangan sendiri.”

(HR. Bukhari)

“Sesungguhnya Allah suka kepada hambaNya yang berkarya dan terampil (profesional atau ahli). Barangsiapa bersusah payah mencari nafkah untuk

keluarganya maka dia serupa dengan mujahid di jalan Allah Azza wajalla.”

(HR. Ahmad)

“If A equals success, then the formula is: A = X +Y+Z, X is work. Y is play. Z is

keep your mouth shut.” (Albert Einstein)

“Sukses adalah relatif. Sukses bagiku, bukan berarti sukses bagimu. Sukses bagiku adalah dapat membuat semua orang merasakan ‘keberadaanku’di dunia

ini.” (Meisya Jasmine)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini, Meisya persembahkan kepada:

1. Papah dan mamah tercinta (Muhammad Syahid, S.Sos dan Merry Willia Susanti, SE), terima kasih untuk segala kasih sayang, doa, dan dukungan baik materi maupun rohani sehingga kakak dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana sains terapan pada Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.

2. Adik-adik tersayang, Mahisa Rizqii Ardli dan Alm. Maulana Syah Reza yang selalu membuatku semangat untuk menyelesaikan studi ini.

3. Sahabat-sahabat kost yang selalu membantuku sepanjang perjuangan hidupku di Jogja: Eka Fitri Hasbaeni, BQ. Asri Ayu Anjani, Aprilia Ayu Aryani, SE., Adhe Nusiana Ikhsani, Raisa Rahmatika, Iin Rizkiyah, Erma Taufiqoh, dan Trisna Risani Karya. Serta sepupuku yang selalu menemani saat di Jogja, Ibni Nurwahyu Saputri, S.S. Terima kasih telah membantu dan menyayangiku selama ini.

4. Teman-teman seperjuanganku di Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV, yakni Lusi Yunita Sari, Lianita Laksmi Handayani, dan kelompok D2 yakni: Nuraeni, Mery Harty, Nopi Astini, Yuliana, Rosalina Septi P., Rr. Nindya Mayangsari, Rina, Susar Farasty, Auliya Nisa, Sariyanti, Oktiva Megawati, Wike Puji Astuti, dan Winda Erma S.

5. ‘Kamu yang selalu aku semogakan’. Terima kasih untuk motivasi tak bertepi yang selalu menyemangatiku dalam keheningan dan kebisuan. Tiada berucap kata, bukan berarti melupa.

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb. Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kita tetap dalam lindungan iman dan Islam. Salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW, para sahabat dan para tabiin yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Berkat rahmat serta pertolongan Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan IMD dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Puskemas Mlati II Sleman Yogyakarta Tahun 2015”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains Terapan pada Prodi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari semua pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Warsiti, S.Kep., M.Kep., Sp.Mat., selaku Ketua STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.

2. Dewi Rokhanawati, S.SiT., M.PH., selaku Ketua Prodi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.

3. Dwi Prihatiningsih, S.Kep., Ns., M. Ng., selaku dosen pembimbing yang banyak memberikan masukan, dukungan, dan bimbingan dalam penulisan penelitian skripsi ini.

4. Mei Muhartati, S.SiT., M.Kes., selaku penguji I ujian penelitian skripsi.

5. Dokter Cholis Noor Mustaslimah, MPH., selaku Kepala UPT Puskesmas Mlati II Kabupaten Sleman Yogyakarta atas izin yang telah diberikan untuk mengadakan penelitian.

6. Kedua orang tua yang tak hentinya memberikan doa, dukungan, dan motivasi.

7. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikanskripsi ini di waktu depan. Wassalamu’alaikum wr. wb.

Yogyakarta, Juli 2015

Penulis

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Teori ..................................................................................... 45 Gambar 2 Kerangka Konsep ................................................................................. 47

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-kisi Pernyataan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ................................. 58 Tabel 2 Kisi-kisi pertanyaan pemberian ASI eksklusif ........................................ 59 Tabel 3 Tingkat Hubungan Variabel Penelitian .................................................... 67 Tabel 4 Karakteristik Responden .......................................................................... 70 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif ....................................... 73 Tabel 6 Distribusi Frekuensi IMD ........................................................................ 74 Tabel 7 Hubungan IMD dengan Pemberian ASI Eksklusif .................................. 75

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Time Schedule Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 3 Surat Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 4 Surat Rekomendasi Studi Pendahuluan Lampiran 5 Surat Izin Studi Pendahuluan Lampiran 6 Surat Rekomendasi Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 7 Surat Izin Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 8 Surat Rekomendasi Penelitian Lampiran 9 Surat Keterangan Studi Pendahuluan Lampiran 10 Surat Keterangan Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 11 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 12 Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 13 Informed Consent Lampiran 14 Kuesioner Penelitian Lampiran 15 Kunci jawaban Lampiran 16 Tabel Hasil Uji Statistik Validitas dan Reliabilitas Kuesioner IMD Lampiran 17 Tabel Hasil Uji Statistik Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Pemberian ASI eksklusif Lampiran 18 Master Tabel Kuesioner Penelitian Lampiran 19 Tabel Hasil Uji Statistik Univariat, Bivariat, Hipotesis, dan

Koefisien Korelasi dengan SPSS Lampiran 20 Lembar Bimbingan Skripsi Lampiran 21 Lembar Menghadiri Seminar Proposal Skripsi

HUBUNGAN IMD DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI

USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS MLATI II SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2015 1

Meisya Jasmine Aulia 2 , Dwi Prihatiningsih 3

INTISARI

Latar Belakang: Tahun 2014 angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih 25.16/1,000 kelahiran hidup. AKB dapat dicegah bila status gizi bayi ditingkatkan dengan pemberian ASI eksklusif. Faktor yang mendorong keberhasilan ASI eksklusif salah satunya adalah inisiasi menyusu dini (IMD). Presentase IMD di Indonesia tahun 2013 masih sangat rendah yakni sebesar 34,5%, sehingga angka cakupan ASI eksklusif di Indonesia hanya 48,6%.

Tujuan: Mengetahui adanya hubungan IMD dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Mlati II Sleman Yogyakarta tahun 2015.

Metode: Jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan waktu cross sectional. Uji hipotesis menggunakan Chi Square dan pengujian keeratan hubungan menggunakan koefisien kontingensi. Populasi sebesar 186, jumlah sampel 30 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling.

Hasil: Sebanyak 23 responden (76,7%) melakukan IMD dan 24 responden (80%) memberikan ASI eksklusif. Nilai p 0,005 dan nilai koefisien korelasi 0,456.

Simpulan: Ada hubungan antara IMD dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Mlati II dengan tingkat keeratan yang sedang.

Saran: Bidan di Puskesmas Mlati II diharapkan dapat mempertahankan pelaksanaan IMD dan menggencarkan promosi pemberian ASI eksklusif kepada ibu menyusui dan masyarakat.

Kata Kunci

: IMD, ASI eksklusif

Kepustakaan : 4 Ayat Al Quran, 20 Buku (2006-2010), 20 Jurnal dan Penelitian (2006-2014), 7 Internet (2014-2015)

Jumlah Halaman

: i-xiv, 88 Halaman, 2 Gambar, 7 Tabel

1 Judul Skripsi

2 Mahasiswa Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta

3 Dosen Pembimbing STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta

Early Initiation of Breastfeeding Relationship With Exclusive Breastfeeding

in Infants Aged 6-12 Months at PHC Mlati II SlemanYogyakarta 2015 1

2 Meisya Jasmine Aulia 3 , Dwi Prihatiningsih

ABSTRACT

Background: In 2014 infant mortality rate (IMR) in Indonesia is still 25.16/1,000 live births. IMR can be prevented if the the nutritional status of infants is enhanced with exclusive breastfeeding. One of factors that drive the success of exclusive breastfeeding is early initiation of breastfeeding (EIB). EIB percentage in Indonesia in 2013 is still very low at 34.5%, so the coverage number of exclusive breastfeeding in Indonesia is only 48.6%.

Objective: To know the relationship between EIB and exclusive breastfeeding in infants aged 6-12 months at PHC Mlati II Sleman Yogyakarta in 2015.

Method: Analytic descriptive research with cross sectional approach. Using Chi Square test hypotheses and testing the relationship using contingency coefficient. Total population 186, the number of samples is 30 with accidental sampling technique using.

Result: Respondents who did EIB are 23 (76.7%) and that exclusive breastfeeding are24 (80%). P value of 0.005 and a correlation coefficient of 0.456.

Conclusion:There is a relationship between EIB with exclusive breastfeeding in infants aged 6-12 months in PHC Mlati II with the moderate level of the relationship.

Suggestion: Midwives are expected to sustain the implementation of EIB and intensify promotion of exclusive breastfeeding to mothers and society.

Keyword : Early initiation of breastfeeding, exclusive breastfeeding Bibliography : 4 Quranic verses, 16 books (2006-2010), 20 journals and researches (2006-2014), 7 websites (2014-2015) Pages

: i-xiv, 88 pages, 2 pictures, 7 tables

1 Research Title

2 Student of Diploma IV Midwifery Practitioner Program of ‘Aisyiyah Health Science College of Yogyakarta

3 Lecturer of ‘Aisyiyah Health Science College of Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu indikator untuk menilai derajat kesehatan masyarakat adalah dengan menilai Angka Kematian Bayi (AKB). Menurunkan AKB merupakan salah satu kebijakan pemerintah Indonesia dalam mencapai MDGs (Melinium Development Goals) yang akan berakhir dan kembali dievaluasi pada tahun 2015. Menurut The World Factbook tahun 2014, dari jumlah total 224 negara, Afghanistan merupakan negara yang memiliki AKB tertinggi yakni sebesar 117.23/1,000 kelahiran hidup. Monaco merupakan negara yang memiliki jumlah AKB terendah yakni sebesar 1.81/1,000 kelahiran hidup, sedangkan Indonesia saat ini menduduki peringkat ke-71 dengan jumlah AKB sebesar 25.16/1,000 kelahiran hidup (CIA, 2014).

Waktu pertama kali mendapatkan air susu ibu (ASI) segera setelah lahir secara bermakna meningkatkan keselamatan hidup bayi. Jika bayi mulai disusui dalam waktu 1 jam setelah lahir, 22% bayi yang meninggal dalam 28 hari pertama sebenarnya dapat dicegah. Jika proses menyusui ini dimulai dalam satu hari pertama, maka hanya 16% bayi yang dapat diselamatkan (Depkes, 2013). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan di Ghana terhadap 10.947 bayi lahir,menunjukkan bahwa bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dalam waktu satu jam pertama dan membiarkan kontak kulit ke kulit antara bayi dengan ibu maka dapat mengurangi 22% kematian bayi di Waktu pertama kali mendapatkan air susu ibu (ASI) segera setelah lahir secara bermakna meningkatkan keselamatan hidup bayi. Jika bayi mulai disusui dalam waktu 1 jam setelah lahir, 22% bayi yang meninggal dalam 28 hari pertama sebenarnya dapat dicegah. Jika proses menyusui ini dimulai dalam satu hari pertama, maka hanya 16% bayi yang dapat diselamatkan (Depkes, 2013). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan di Ghana terhadap 10.947 bayi lahir,menunjukkan bahwa bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dalam waktu satu jam pertama dan membiarkan kontak kulit ke kulit antara bayi dengan ibu maka dapat mengurangi 22% kematian bayi di

Kategori proses bayi mulai mendapat ASI menurut Riskesdas 2013 adalah kurang dari 1 jam (inisiasi menyusu dini/IMD), antara 1 sampai 6 jam,

7 sampai 23 jam, 24 sampai 47 jam dan sama dengan atau lebih dari 47 jam. Hasil Riskesdas 2013 menyatakan bahwa presentase proses mulai mendapat ASI kurang dari satu jam (inisiasi menyusu dini) pada anak umur 0-23 bulan di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 34,5%. Presentase proses mulai mendapat ASI antara 1-6 jam sebesar 35,2%, presentase proses mulai mendapat ASI antara 7-23 jam sebesar 3,7%, sedangkan presentase proses mulai mendapat ASI antara 24-47 jam sebesar 13,0%, dan presentase proses mulai mendapat ASI lebih dari 47 jam sebesar 13,7% (Depkes RI, 2013).

Presentase proses mulai mendapat ASI kurang dari satu jam (inisiasi menyusu dini/IMD) tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 52,9%, sedangkan presentase yang terendah terdapat di provinsi Papua Barat sebesar 21,7%. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki presentase IMD sebesar 38,3% (Depkes RI, 2013).Presentase pemberian ASI eksklusif di Indonesia sama rendahnya dengan presentase IMD. Tahun 2012, angka cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Indonesia hanya sebesar 48,6% saja. Presentase pemberian ASI eksklusif tertinggi dimiliki oleh Nusa Tenggara Barat sebesar 69,84% sedangkan presentase pemberian ASI Presentase proses mulai mendapat ASI kurang dari satu jam (inisiasi menyusu dini/IMD) tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 52,9%, sedangkan presentase yang terendah terdapat di provinsi Papua Barat sebesar 21,7%. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki presentase IMD sebesar 38,3% (Depkes RI, 2013).Presentase pemberian ASI eksklusif di Indonesia sama rendahnya dengan presentase IMD. Tahun 2012, angka cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Indonesia hanya sebesar 48,6% saja. Presentase pemberian ASI eksklusif tertinggi dimiliki oleh Nusa Tenggara Barat sebesar 69,84% sedangkan presentase pemberian ASI

DIY terdiri dari lima kabupaten yaitu Kota Yogyakarta dengan angka cakupan ASI eksklusif sebesar 51,6%, Kabupaten Gunung Kidul sebesar 56,5%, Kabupaten Bantul sebesar 62,0%, Kabupaten Kulon Progo sebesar 70,4%, dan Kabupaten Sleman sebagai kabupaten dengan angka cakupan ASI eksklusif tertinggi di DIY, yakni sebesar 80,6% (Dinkes DIY, 2014).

Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan Unicef yang merekomendasikan insiasi menyusu dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. Maka diharapkan semua tenaga kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan dapat mensosialisasikan program tersebut (Depkes RI, 2013).

Dukungan dari pemerintah mengenai pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif. Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 pasal 9 ayat 1, dijelaskan bahwa IMD dilakukan dalam keadaan ibu dan bayi stabil dan tidak membutuhkan tindakan medis selama paling singkat satu jam.

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, melalui Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, telah mendukung pelaksanaan IMD sebagai langkah awal keberhasilan ASI eksklusif. Peraturan tersebut diperkuat dengan Peraturan

Gubernur No: 56 tahun 2012 tentang Peningkatan Pemberian ASI di DIY dan untuk operasionalnya di tetapkan melalui Keputusan Gubernur tentang Pembentukan Tim Pembina Program Peningkatan Pemberian ASI di DIY, bahwa pemerintah harus menjamin bayi mendapatkan ASI eksklusif dan sudah disebutkan juga tentang sanksi bagi siapa saja yang menghalangi pemberian ASI eksklusif (Dinkes DIY, 2012).

Kesadaran masyarakat mengenai IMD dan pemberian ASI eksklusif ini pun telah tertuang dengan dibentuknya Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (Aimi) dan AyahAsi yang merupakan suatu gerakan komunitas masyarakat yang peduli dan mendukung pemberian ASI eksklusif. Gerakan ini juga mendorong masyarakat untuk tidak memberikan susu formula kepada bayi, dengan beberapa alasan salah satunya adalah dikarenakan tidak ada satu pun makanan yang memiliki gizi seimbang dan lebih baik diberikan kepada bayi selain ASI eksklusif.

Pelaksanaan IMD sangat erat kaitannya dengan ASI Ekslusif, hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Edmond (2006), Moore, et al (2007), Nakao, et al (2008), dan Scott (2008),menunjukkan bahwa IMD dapat menurunkan kematian bayi sebesar 22% pada 28 hari pertama kehidupan, berpengaruh terhadap durasi menyusui, perilaku ibu dan fungsi fisiologis bayi, memberikan peluang delapan kali lebih besar untuk keberhasilan pemberian ASI eksklusif, dan memberikan mental positif bagi ibu yaitu terjalin ikatan kuat dengan bayi dan perasaan nyaman untuk menyusui.

Seruan untuk memberikan ASI juga terdapat dalam Al-Qur’an yaitu dalam surat Al-Baqarah ayat 233:

Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma´ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Ayat tersebut menjelaskan bahwa para ibu hendaknya menyusui bayinya sampai dua tahun. ASI lebih utama dibanding dengan susu hewan atau susu buatan. ASI dinyatakan sebagai minuman yang paling baik dan paling mudah diterima yang memberi kesempurnaan bagi pertumbuhan jasmani dan rohani. IMD sebagai langkah awal penentu keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi menjadi hal yang sangat penting untuk dilaksanakan, bahkan agama pun mendukung intervensi ini.

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil bahwa sepanjang tahun 2014 di Kabupaten Sleman, Puskesmas Godean

II yang memiliki angka cakupan ASI eksklusif tertinggi yakni sebesar 90,79%, sedangkan yang terendah terdapat di Puskesmas Gamping II yakni

sebesar 71,01% saja. Sedangkan Puskesmas Mlati II sebesar 84,71%. Peneliti memilih lokasi penelitian di Puskesmas Mlati II dikarenakan puskesmas ini merupakan salah satu Puskesmas PONED yang ada di Sleman. Persalinan di Puskesmas Mlati II sepanjang tahun 2014 adalah sebanyak 310 persalinan. Setiap persalinan normal dengan keadaan ibu yang baik dan fisik bayi baru lahir bugar yang ditangani di Puskesmas Mlati II akan dilakukan IMD. Angka IMD di Puskesmas Mlati II tahun 2014 merupakan yang tertinggi di Kabupaten Sleman yakni sebesar 100%. Sedangkan angka pemberian ASI eksklusif pada bayi selama tahun 2014 di wilayah kerja Puskesmas Mlati II adalah sebanyak 731 bayi .

Walaupun dari telaah literatur yang telah dilakukan peneliti tentang hubungan IMD dengan pemberian ASI eksklusif, namun peneliti belum menemukan penelitian serupa yang dilakukan di Yogyakarta dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dan hasil studi pendahuluan yang didapat, penulis memutuskan untuk melakukan penelitian mengenai hubungan IMD dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Mlati II Sleman Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: “Adakah hubungan antara IMD dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Mlati II Sleman Yogyakarta?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Untuk mengtahui adanya hubungan IMD dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Mlati II.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya riwayat IMD pada bayi yang berkunjung untuk dilakukan pemeriksaan di Pusksesmas Mlati II.

b. Diketahuinya status pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Mlati II.

c. Diketahuinya hubungan antara IMD dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Mlati II.

d. Diketahuinya keeratan hubungan antara IMD dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Mlati II.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama keilmuan tentang IMD yang berhubungan dengan pemberian ASI ekslusif.

2. Bagi Pengguna

a. Bidan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan agar bidan selalu melakukan IMD agar tercapainya keberhasilan menyusu secara eksklusif pada bayi.

b. Bagi Ibu Menyusui Hasil penelitian ini diharap dapat memberikan pengetahuan bagi ibu mengenai pentingnya pelaksanaan IMD yang akan berpengaruh baik pada pemberian ASI secara eksklusif.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi:

1. Ruang Lingkup Materi Lingkup materi pada penelitian ini adalah IMD dan pemberian ASI ekslusif. Berdasarkan hasil penelitian, dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan kontak dini kulit ke kulit dengan bayi, keberhasilan pemberian ASI Eksklusif lebih tinggi pada ibu yang melakukan kontak dini kulit ke kulit dengan bayi selama satu hingga lima menit, serta hasil penelitian juga menyebutkan adanya hubungan dosis-respons antara awal kontak dini kulit ke kulit antara ibu dengan bayi dan menyusui secara eksklusif (Bramson et al. 2010).

2. Ruang Lingkup Responden Responden penelitian ini adalah ibu menyusui dan bayi berusia 6-12 bulan yang datang ke Poli Umum dan KIA Puskesmas Mlati II untuk memeriksakan diri.

3. Ruang Lingkup Waktu Penelitian ini dimulai pada bulan Oktober 2014 sampai dengan bulan Juli 2015.

4. Ruang Lingkup Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Poli Umum dan Poli KIA Puskesmas Mlati

II Kabupaten Sleman.

F. Keaslian Penelitian

1. Mahmood, I., et al (2011) dengan judul Effect of Mother-Infant Early Skin to Skin Contact on Breastfeeding Status: A Randomized Controlled Trial. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian ini menggunakan Randomized Controlled Trial (RCT), dilakukan di Department of Obstetrics of Pakisatan Institute of Medical Sciences, Islamabad, pada November hingga Desember 2009. Sampel penelitian sebanyak 183 pasang ibu dan bayi (92 pasang ibu dan bayi yang dilakukan IMD dan 91 pasang ibu dan bayi yang tidak dilakukan IMD). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan IMD memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan ASI eksklusif. Perbedaan penilitian ini dengan penelitian yang ditulis oleh peneliti adalah dari jenis penelitian. Peneliti menggunakan desain penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional.

2. Srivastava, et al (2014) dengan judul penelitian Effect of Very Early Skin to Skin Contact on Success at Breastfeeding and Preventing Early Hypotermia in Neonates, merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian Randomized Controlled Trial (RCT), dilakukan selama dua tahun di pelayanan kesehatan tersier, dengan melibatkan sebanyak 298 pasang ibu dan bayi sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan analisis 2. Srivastava, et al (2014) dengan judul penelitian Effect of Very Early Skin to Skin Contact on Success at Breastfeeding and Preventing Early Hypotermia in Neonates, merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian Randomized Controlled Trial (RCT), dilakukan selama dua tahun di pelayanan kesehatan tersier, dengan melibatkan sebanyak 298 pasang ibu dan bayi sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan analisis

3. Bramson, et al (2010) dengan judul penelitian Effect Of Early Skin-To- Skin Mother—Infant Contact During The First 3 Hours Following Birth On Exclusive Breastfeeding During The Maternity Hospital Stay.Penelitian ini merupakan penilitian dengan jenis penelitian kohort prospektif, dilakukan di 19 rumah sakit pada Juli 2005 – Juli 2006 di San Bernardino dan Kabupaten Riverside. Total sampel sejumlah 21.842. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya regresi logistik multivariat bahwa niat ibu untuk memberikan ASI pada bayi (diukur sebelum kelahiran), karakteristik sosiodemografi, variabel intrapartum, dan kontak kulit ke kulit segera setelah lahir antara ibu dan bayi (inisiasi menyusu dini), berhubungan dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif selama perawatan ibu dan bayi di rumah sakit (Bramson et al. 2010). Perbedaan penilitian ini dengan penelitian yang ditulis oleh peneliti adalah dari desain penelitian. Peneliti menggunakan desain penelitian korelasional 3. Bramson, et al (2010) dengan judul penelitian Effect Of Early Skin-To- Skin Mother—Infant Contact During The First 3 Hours Following Birth On Exclusive Breastfeeding During The Maternity Hospital Stay.Penelitian ini merupakan penilitian dengan jenis penelitian kohort prospektif, dilakukan di 19 rumah sakit pada Juli 2005 – Juli 2006 di San Bernardino dan Kabupaten Riverside. Total sampel sejumlah 21.842. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya regresi logistik multivariat bahwa niat ibu untuk memberikan ASI pada bayi (diukur sebelum kelahiran), karakteristik sosiodemografi, variabel intrapartum, dan kontak kulit ke kulit segera setelah lahir antara ibu dan bayi (inisiasi menyusu dini), berhubungan dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif selama perawatan ibu dan bayi di rumah sakit (Bramson et al. 2010). Perbedaan penilitian ini dengan penelitian yang ditulis oleh peneliti adalah dari desain penelitian. Peneliti menggunakan desain penelitian korelasional

4. Svensson, et al (2013) dengan judul Effects of Mother-Infant Skin-to-Skin Contact on Severe Latch-on Problems in Older Infants : A Randomized Trial. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan eksperimental yang dilakukan secara acak yang dilakukan sejak tahun 1998 – 2004 di dua rumah sakit bersalin di Stockholm. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa IMD mengurangi stres pada bayi dan menyebabkan bayi tenang dan merasa rileks (Svensson et al. 2013). Perbedaan penilitian ini dengan penelitian yang ditulis oleh peneliti adalah dari desain penelitian. Peneliti menggunakan desain penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional dan tempat penelitian serta sampel penelitian yang berbeda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja, sejak bayi dilahirkan sampai bayi usia enam bulan tanpa tambahan cairan lainnya seperti susu formula, air jeruk, air teh, madu, air putih, pisang, biskuit, bubur susu dan bubur nasi (Perinasia, 2009).

ASI eksklusif tanpa tambahan cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi. Asi eksklusif diharapkan dapat diberikan sampai 6 bulan. Pemberian secara benar akan dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan, tanpa makanan pendamping. Saat usia bayi di atas 6 bulan, bayi memerlukan makanan tambahan tetapi pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai berumur 2 tahun (Maryunani, 2012).

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garam-garam organic yang di sekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bayi. ASI merupakan makanan yang ideal bagi pertumbuhan neonatus, sebab sejumlah komponen terkandung didalam ASI yang berfungsi sebagai sumber nutrisi Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garam-garam organic yang di sekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bayi. ASI merupakan makanan yang ideal bagi pertumbuhan neonatus, sebab sejumlah komponen terkandung didalam ASI yang berfungsi sebagai sumber nutrisi

Sedangkan ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tembahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubuk susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Roesli, 2009).

Memberikan ASI secara eksklusif berarti keuntungan untuk semua, bayi akan lebih sehat, cerdas, dan berkepribadian baik, ibu akan lebih sehat dan menarik, perusahaan, lingkungan dan masyarakat pun akan lebih mendapat keuntungan (Roesli, 2009).

Memberi ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensial kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrisi khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal (Roesli, 2009).

a. Dasar pemberian ASI Menurut Agama Islam

Surat Al Ahqof ayat 15:

“Kami wasiatkan kepada manusia, supaya berbuat baik kepada ibu bapanya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah pula. Masa mengandungnya sampai menceraikannya dari susuan, tiga puluh bulan lamanya. Sehingga bila ia sampai dewasa dan sampai (umurnya) empat puluh tahun, ia berkata: Ya Tuhanku Taufiqkanlah aku (tunjukilah hatiku) buat mensyukuri nikmat Engkau, yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapaku dan supaya aku kerjakan amalan salih yang Engkau sukai dan perbaikilah bagiku anak-anak cucu- cucuku (keturunanku) sungguh aku bertaubat kepada-Mu dan aku termasuk orang orang islam.”

Surat Al Ahqof ayat 15 yang telah dijabarkan di atas menerangkan bahwasannya Allah telah memerintahkan setiap ibu untuk menyusui anak-anaknya dan kemudian menyapihnya ketika anak tersebut berusia dua tahun. Hal ini berkaitan dengan manfaat ASI yang tidak dapat tergantikan oleh makanan lain, serta memiliki banyak manfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita.

b. Manfaat ASI

Menurut Suaradi dan Roesli (2008) ASI mempunyai banyak manfaat yaitu:

1) Bagi Bayi

a) ASI sebagai nutrisi ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Melalui tatalaksana menyusui yang baik, ASI sebagai makanan tunggal a) ASI sebagai nutrisi ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Melalui tatalaksana menyusui yang baik, ASI sebagai makanan tunggal

b) Makanan “terlengkap” untuk bayi, terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup mengandung zat gizi yang diperlukan untuk enam bulan pertama.

c) Mengandung antibodi (terutama kolostrum) yang melindungi terhadap penyakit terutama diare dan gangguan pernapasan.

d) Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi yang diberikan ASI eksklusif akan lebih cepat bisa jalan.

e) Meningkatkan jalinan kasih sayang Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yg baik.

f) Selalu siap tersedia dan dalam suhu yang sesuai.

g) Mudah dicerna dan zat gizi mudah diserap.

h) Melindungi terhadap alergi karena tidak mengandung zat yang dapat menimbulkan alergi.

i) Mengandung cairan yang cukup untuk kebutuhan bayi dalam enam bulan pertama (87% ASI adalah air). j) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi ASI eksklusif potensial lebih pandai. k) Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual, dan hubungan sosial yang baik.

2) Bagi Ibu

a) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan apabila bayi disusukan segera setelah dilahirkan, maka kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan (post partum) akan berkurang. Pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk kontraksi atau penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti.

b) Menjarangkan Kehamilan Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 90% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan.

c) Menempelkan segera bayi pada payudara membantu pengluaran plasenta karena hisapan bayi merangsang kontraksi rahim, karena itu menurunkan resiko perdarahan pasca persalinan.

d) Memberikan ASI segera (dalam waktu 60 menit), membantu meningkatkan produksi ASI dan proses laktasi.

e) Hisapan puting yang segera dan sering membantu mencegah payudara bengkak.

f) Pemberian ASI membantu mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia kapan dan dimana saja. ASI selalu bersih sehat dan tersedia dalam suhu yang cocok.

g) Pemberian ASI ekonomis/murah.

h) Menurunkan resiko kanker payudara.

i) Aspek Psikologis Memberi kepuasan bagi ibu, keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan rasa sayang yang dibutuhkan oleh semua manusia.

3) Manfaat ASI Eksklusif Bagi Keluarga

a) Aspek Ekonomi ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk susu formula dapat digunakan untukkeperluan a) Aspek Ekonomi ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk susu formula dapat digunakan untukkeperluan

b) Aspek Psikologis Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendapatkan hubungan kasih bayi dalam keluarga.

c) Aspek Kemudahan Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan di mana saja dan kapan saja. Karena tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang harus dibersihkan. Tidak perlu meminta pertolongan orang lain.

4) Bagi Negara

a) Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu.

b) Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah, mencret dan sakit saluran nafas.

c) Penghematan obat-obatan tenaga dan sarana kesehatan.

d) Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun negara. Karena anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal.

c. Komposisi Gizi dalam ASI

Komponen nutrisi dari ASI berasal dari tiga sumber. Beberapa nutrisi didapatkan dari proses laktogenesis, beberapa berasal dari asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu, dan beberapa lagi berasal dari tubuh ibu sendiri. Secara keseluruhan, kualitas nutrisi ASI yang tinggi selalu dijaga oleh tubuh ibu sendiri, namun ibu menyusui perlu memperhatikan asupan makanan yang harus dikonsumsi untuk menunjang kandungan vitamin dan asam lemak yang terdapat di dalam ASI (Ballard & Morrow 2013).

ASI memiliki tiga macam jenis, yakni kolostrum, ASI peralihan, dan ASI matur. Ketiga jenis tersebut memiliki kandungan nutrisi yang berbeda – beda. Untuk jenis kolostrum, jenis ASI ini diproduksi dalam jumlah yang sedikit pada beberapa hari pertama postpartum. Kolostrum sangat kaya akan zat imunologi yang meliputi IgA, laktoferin, leukosit, serta faktor perkembangan seperti faktor pertumbuhan epidermal (Castellote et al. 2011).

ASI transisi mengandung banyak lemak dan gula susu (laktosa). ASI yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi kurang bulan mengandung tinggi lemak dan protein, serta rendah laktosa dibanding ASI yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Pada saat penyapihan kadar lemak dan protein meningkat seiring bertambah banyaknya kelenjar payudara. Walaupun kadar ASI transisi mengandung banyak lemak dan gula susu (laktosa). ASI yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi kurang bulan mengandung tinggi lemak dan protein, serta rendah laktosa dibanding ASI yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Pada saat penyapihan kadar lemak dan protein meningkat seiring bertambah banyaknya kelenjar payudara. Walaupun kadar

ASI mengandung komponen mikronutrien, makronutrien, dan zat protektif.

1) Makronutrien

a) Karbohidrat Laktosa adalah karbohidrat yang terdapat dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat dibandingkan laktosa yang ditemukan dalam susu sapi atau susu formula. Angka kejadian diare karena laktosa sangat jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini dikarenakan penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding laktosa susu sapi maupun laktosa susu formula (Walker, 2006).

b) Protein Kandungan protein dalam ASI cukup tinggi. Protein yang terdapat pada ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan casein. Di dalam ASI senderi lebih banyak terdapat protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi. Sedangkan casein cenderung lebih susah dicerna oleh usus bayi dan b) Protein Kandungan protein dalam ASI cukup tinggi. Protein yang terdapat pada ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan casein. Di dalam ASI senderi lebih banyak terdapat protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi. Sedangkan casein cenderung lebih susah dicerna oleh usus bayi dan

c) Lemak Kadar lemak ASI lebih tinggi jika dibandingkan dengan susu sapi atau susu formula. Kadar lemak yang tinggi ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Lemak omega 3 dan omega 6 banyak ditemukan dalam ASI yang berperan dalam perkembangan otak. DHA dan ARA hanya terdapat dalam ASI yang berperan dalam perkembangan jaringan saraf dan retina mata. ASI juga mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang, yang baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah (Hendarto & Pringgadini, 2008).

d) Karnitin Karnitin dalam ASI sangat tiggi dan memiliki fungsi membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh (Hendarto & Pringgadini, 2008).

e) Mikronutrien (1) Vitamin K

Vitamin K yang terkandung dalam ASI sangat sedikit jumlahnya, sehingga diperlukan injeksi vitamin K untuk mencegah perdarahan otak pada bayi. Vitamin K berfungsi sebagai faktor pembekuan darah (Walker, 2006). (2) Vitamin D ASI hanya sedikit mengandung vitamin D. Sehingga dengan pemberian ASI eksklusif dan ditambah dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin D (Walker, 2006). (3) Vitamin E Salah satu keuntungan ASI adalah kandungan vitamin Enya cukup tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Fungsi penting vitamin E adalah untuk

ketahanan dinding sel darah merah Hendarto & Pringgadini, 2008). (4) Vitamin A ASI mengandung vitamin A dan betakaroten yang cukup tinggi. Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. Inilah yang menerangkan mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang baik (Hendarto & Pringgadini, 2008). (5) Vitamin yang larut dalam air Hampir semua vitamin larut air terdapat dalam ASI. Seperti vitamin B, vitamin C dan asam folat. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi vitamin B6 dan B12 serta asam folat rendah terutama pada ibu yang kurang gizi. Sehingga perlu tambahan vitamin ini pada ibu yang menyusui (Walker, 2006). (6) Mineral Mineral dalam ASI memiliki kualitas yang lebih baik dan lebih mudah diserap dibandingkan mineral yang terdapat dalam susu sapi. Mineral utama yang terdapat dalam susu sapi adalah kalsium yang berfungsi untuk pertumbuhan

jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf, dan pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium pada ASI lebih rendah daripada susu sapi tetapi penyerapannya lebih besar. Bayi yang mendapat ASI eksklusif berisiko sangat kecil untuk kekurangan zat besi, walaupun kadar zat besi dalam ASI rendah. Hal ini dikarenakan Zat besi yang terdapat dalam ASI lebih mudah diserap daripada yang terdapat dalam susu sapi. Mineral yang cukup tinggi terdapat dalam ASI dibandingkan susu sapi dan susu formula adalah selenium, yang sangat berfungsi pada saat pertumbuhan anak cepat (Hendarto & Pringgadini, 2008). (7) Zat Protektif

(a) Laktobasilus Bifidus Laktobasilus bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E. Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi, shigela, dan jamur (Perinasia, 2009). (b) Laktoferin Laktoferin adalah protein yang berikatan dengan zat besi, bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan (a) Laktobasilus Bifidus Laktobasilus bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E. Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi, shigela, dan jamur (Perinasia, 2009). (b) Laktoferin Laktoferin adalah protein yang berikatan dengan zat besi, bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan

(d) Komplemen C 3 dan C 4

Kedua komplemen ini mempunyai daya opsonik, anafilaktoksik, dan kemostatik yang akan bekerja bila diaktifkan oleh IgA dan IgE yang juga terdapat dalam ASI. Kandungan kedua komplemen ini hanya sedikit di dalam ASI (Perinasia, 2009). (e) Faktor antistreptokokus Faktor antistreptokokus adalah faktor yang menghambat perkembangan bakteri streptokokus pada bayi (Perinasia, 2009). (f) Antibodi Imunoglobulin yang terdapat di dalam ASI adalah berupa secretory IgA (SigA), IgE, IgM, dan IgG. Mekanisme pembentukan antibodi pada ASI adalah

dengan cara penyaluran antibodi dengan bantuan jaringan limfosit yang dihasilkan oleh ibu ketika mengalami infeksi (Perinasia, 2009). (g) Imunitas seluler Sel – sel yang terdapat di dalam ASI berupa makrofag (sebanyak 90%) yang berfungsi membunuh dan memfagositosis mikroorganisme, membentuk C3 dan C4, lisozim dan laktoferin. Sisanya (10%) terdiri dari limfosit B dan T. Angka kolostrum kira – kira 5000/ml, setara dengan angka leukosit darah tepi, tetapi komposisinya berbeda dengan darah tepi, karena hampir semuanya berupa polimorfonuklear (Perinasia, 2009).

d. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan ASI Eksklusif

Berikut ini adalah sepuluh langkah yang harus diterapkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dalam rangka mensukseskan pemberian ASI Eksklusif (WHO, 2010) :

1) Sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan tentang penerapan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui dan melarang promosi PASI

2) Sarana pelayanan kesehatan melakukan pelatihan untuk staf sendiri atau lainnya

3) Menyiapkan ibu hamil untuk mengetahui manfaat ASI dan langkah keberhasilan menyusui. Memberikan konseling apabila ibu penderita infeksi HIV positif

4) Melakukan kontak dan menyusui dini bayi baru lahir (1/2 – 1 jam setelah lahir)

5) Membantu ibu melakukan teknik menyusui yang benar (posisi peletakan tubuh bayi dan pelekatan mulut bayi pada payudara)

6) Hanya memberikan ASI saja tanpa minuman prelakteal sejak bayi lahir

7) Melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi

8) Melaksanakan pemberian ASI sesering dan semau bayi

9) Tidak memberikan dot/ kempeng

10) Menindak lanjuti ibu-bayi setelah pulang dari sarana pelayanan kesehatan.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif

1) Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor yang terdapat dalam diri individu itu sendiri, meliputi :

a) Pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah untuk menerima informasi sehingga semakin banyak a) Pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah untuk menerima informasi sehingga semakin banyak

b) Pengetahuan Green dalam Notoatmodjo (2010), mengungkapkan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari pengetahuan. Menurut hasil penelitian yang ada, pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Semakin baik pengetahuan ibu tentang manfaat ASI eksklusif, maka seorang ibu akan memberikan ASI eksklusif pada anaknya, begitu juga sebaliknya (Elinofia, 2012).

c) Psikologis Stres, khawatir, ketidakbahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI eksklusif. Peran keluarga dalam meningkatkan kepercayaan diri ibu sangat besar (IDAI, 2008).

d) Fisik Ibu Faktor fisik ibu seperti sakit, lelah, ibu yang menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok, atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat d) Fisik Ibu Faktor fisik ibu seperti sakit, lelah, ibu yang menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok, atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat

e) Kondisi Bayi Beberapa kondisi bayi bisa mempersulit tindakan menyusui, tetapi bukan tidak mungkin untuk mencobanya (dengan dukungan medis yang benar). Termasuk diantaranya adalah kelainan-kelainan seperti tidak tahan terhadap laktosa atau fenilketonuria (PKU), di mana susu manusia maupun susu sapi tidak bisa dicerna. Sumbing bibir dan atau langit-langit, dan kelainan bentuk mulut lainnya yang mengganggu penghisapan. Meskipun keberhasilan menyusu sebagian tergantung dari jenis cacatnya, tetapi dengan bantuan khusus, tindakan menyusui masih bisa dimungkinkan (Murkoff, 2006).

2) Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor – faktor yang diperngaruhi oleh lingkungan, maupun dari luar individu itu sendiri, meliputi :

a) Peranan Suami Suami adalah orang terdekat ibu yang banyak berperan selama kehamilan, persalinan dan setelah bayi lahir, termasuk pemberian ASI. Dukungan suami yang diberikan dalam bentuk a) Peranan Suami Suami adalah orang terdekat ibu yang banyak berperan selama kehamilan, persalinan dan setelah bayi lahir, termasuk pemberian ASI. Dukungan suami yang diberikan dalam bentuk

b) Riwayat Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care) Pada penelitian Chandrasekhar et al di wilayah perkotaan Nepal menunjukkan bahwa counselling selama ANC oleh tenaga kesehatan merupakan faktor yang berperan penting terhadap pemberian ASI (Chandrasekhar et al., 2007).

c) Tempat Persalinan Tempat persalinan dapat berpengaruh terhadap pemberian makanan prelakteal dikarenakan masih terdapat kebijakan atau tata laksana rumah sakit atau tempat bersalin yang kurang mendukung keberhasilan menysusui seperti bayi baru lahir tidak segera disusui, memberikan makanan prelakteal, dan tidak dilakukannya rawat gabung (Raharjo, 2006).

d) Praktik Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Ruang Bersalin Penelitian menunjukkan bahwa IMD meningkatkan angka pemberian ASI eksklusif secara signifikan, sama seperti hasil penelitian serupa yang telah dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian telah menyatakan pengaruh jangka panjang dari IMD terhadap pemberian ASI eksklusif dan lama pemberiannya. Angka pemberian ASI (secara eksklusif dan hampir eksklusif) meningkat secara signifikan pada kelompok d) Praktik Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Ruang Bersalin Penelitian menunjukkan bahwa IMD meningkatkan angka pemberian ASI eksklusif secara signifikan, sama seperti hasil penelitian serupa yang telah dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian telah menyatakan pengaruh jangka panjang dari IMD terhadap pemberian ASI eksklusif dan lama pemberiannya. Angka pemberian ASI (secara eksklusif dan hampir eksklusif) meningkat secara signifikan pada kelompok

e) Penolong Persalinan Penolong persalinan merupakan kunci utama keberhasilan pemberian menyusu dini dan pencegahan terhadap pemberian prelakteal ataupun sebaliknya. Hal ini dikarenakan pada waktu bayi baru lahir, peran penolong sangat dominan. Kunci pelaksanaan sepuluh langkah menyusui adalah dengan adanya komitmen penolong persalinan untuk melaksanakan IMD dan tidak memberikan makanan apa pun selain ASI kepada bayi baru lahir termasuk pemberian susu formula dan makanan ataupun minuman sebagai prelakteal (Raharjo, 2006).

2. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir (Roesli, 2008). Keberhasilan menyusui bergantung pada inisiasi menyusu dini (IMD). Dua jam setelah melahirkan disebut ‘masa sensitif’, adalah waktu yang optimal untuk dilakukan IMD pada bayi baru lahir. Hal ini dapat memperlihatkan kemampuan reflek bayi seperti reflek rooting, reflek menghisap, reflek menelan, dsb (Mahmood et al. 2011).