PROSES KOMUNIKASI POLITIK DI INDONESIA

PROSES KOMUNIKASI POLITIK DI INDONESIA
Paper ini dibuat untuk memenuhi Ujian Tengah Semester ganjil mata kuliah Komunikasi Politik
dan Media Massa

Disusun oleh.
DEASY AYU SARTIKA DEWI
135030101111066
KELAS A

ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu yang menjadikan manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia mampu
menerapkan komunikasi secara baik antar sesamanya. Tujuan dari berkomunikasi pada dasarnya,
untuk mengutarakan maksud seseorang kepada orang lain.
Diantara bahasan yang menonjol dalam kajian Komunikasi Politik adalah menyangkut isi

pesan. Bahasan ini sama pentingnya dari bahasan komunikator, media, khalayak dan efek
komunikasi politik. Dalam beberapa literatur disebutkan, inti komunikasi politik adalah
komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh. Urgensinya dalam suatu sistem
politik tidak diragukan lagi, karena komunikasi politik terjadi saat keseluruhan fungsi dari sistem
politik lainnya di jalankan. Karena dalam perkembangannya media massa banyak digunakan
sebagai medium penyampaian pesan yang sangat diminati, maka bahasan ini secara spesifik
mengamati propaganda politik melalui media massa. Dan juga periklanan sebagai bentuk
persuasive yang dilakukan oleh komunikator politik untuk merebut citra diri sang politisi dari
public.
Penting sekali kemudian menerapkan komunikasi yang baik dalam kehidupan politik.
Salah satunya memahami konteks berpolitik itu sendiri, dimana akan ada sesuatu yang perlu
dijelaskan kepada konstituen dan itu memerlukan strategi komunikasi politik yang baik.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Komunikasi
Komunikasi adalah

"suatu proses dalam


mana

seseorang

atau

beberapa

orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar
terhubung dengan lingkungan dan orang lain". Pada umumnya, komunikasi dilakukan
secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak
ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan
dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahuh. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa
nonverbal.
Komunikasi atau communicaton berasal

dari


bahasa

Latin communis yang

berarti

'sama'. Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama (make to
common). Secara sederhana komuniikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian

pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh sebab itu, komunikasi bergantung pada kemampuan
kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya (communication depends on our ability to
understand one another ).

Pada awalnya, komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan organis. Sinyalsinyal kimiawi pada organisme awal digunakan untuk reproduksi. Seiring dengan evolusi
kehidupan, maka sinyal-sinyal kimiawi primitif yang digunakan dalam berkomunikasi juga ikut
berevolusi dan membuka peluang terjadinya perilaku yang lebih rumit seperti tarian kawin
pada ikan.
Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk umum
komunikasi


manusia

termasuk

bahasa

sinyal,

bicara, tulisan,

gerakan,

dan

penyiaran. Komunikasi dapat berupa interaktif, komunikasi transaktif|transaktif, komunikasi
bertujuan|bertujuan, atau komunikasi tak bertujuan|tak bertujuan.
Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat
dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang
disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.


Walaupun komunikasi sudah dipelajari sejak lama dan termasuk “barang antik”, topik ini
menjadi penting khususnya pada abad 20 karena pertumbuhan komunikasi digambarkan sebagai
“penemuan yang revolusioner”, hal ini dikarenakan peningkatan teknologi komunikasi yang
pesat seperti radio. Televisi, telepon, satelit dan jaringan komuter seiring dengan industrialisasi
bidang usaha yang besar dan politik yang mendunia. Komunikasi dalam tingkat akademi
mungkin telah memiliki departemen sendiri dimana komunikasi dibagi-bagi menjadi komunikasi
masa, komunikasi bagi pembawa acara, humas dan lainnya, namun subyeknya akan tetap.
Pekerjaan dalam komunikasi mencerminkan keberagaman komunikasi itu sendiri.
a. Komponen Komunikasi
Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan
baik. Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah:




Pengirim atau komunikator (sender ) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak
lain.
Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada
pihak lain.
Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam

komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran





nada/suara.
Penerima atau komunikate (receiver ) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain
Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang
disampaikannya.
Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan
dijalankan ("Protokol")
b. Proses Komunikasi

Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut.
1. Komunikator (sender ) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain
mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa
berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti
kedua pihak.
2. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik secara

langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung melalui telepon, surat, e-

mail, atau media lainnya. Media (channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari
komunikator ke komunikan.
3. Komunikan (receiver ) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang
diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri.
4. Komunikan (receiver ) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang
dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si
pengirim.

2. Politik
Politik (dari bahasa Yunani: politikos, yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan
dengan warga negara), adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat
yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini
merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik
yang dikenal dalam ilmu politik
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu
antara lain:





Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama
(teori klasik Aristoteles)



Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan Negara



kekuasaan di masyarakat

Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan

Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan

politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik, dan juga

tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik.
a. Teori tentang Politik
Teori Politik berasal dari dua suku kata, Teori dan Politik. Teori dapat diartikan sebagai cara,
model kerangka fikiran ataupun pedapat yang dikemukakan oleh seseorang sebagai keterangan
mengenai suatu peristiwa. Sedangkan politik berarti negara (berasal dari kata polis). Politik juga
memiliki arti sebagai proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang

antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini
merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik
yang dikenal dalam ilmu politik. Politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu
antara lain:




Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama
(teori klasik Aristoteles)




Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara



kekuasaan di masyarakat

Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan

Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.

Batasan Teori Politik :
Teori Politik memiliki dua makna yaitu :
1) Teori sebagai pemikiran spekulatif tentang bentuk dan tata cara pengaturan masyarakat yang
ideal,
2) Teori menunjuk pada kajian sistematis tentang segala kegiatan dalam masyarakat untuk
hidup dalam kebersamaan.
b. Politik di Indonesia
Indonesia adalah sebuah negara hukum yang berbentuk kesatuan dengan pemerintahan
berbentuk republik dan sistem pemerintahan presidensial dengan sifat parlementer. Indonesia
tidak menganut sistem pemisahan kekuasaan melainkan pembagian kekuasaan. Walaupun ± 90%

penduduknya beragama Islam, Indonesia bukanlah sebuah negara Islam.
Cabang eksekutif dipimpin oleh seorang presiden yang merupakan kepala negara sekaligus
kepala pemerintahan yang dibantu oleh seorang wakil presiden yang kedudukannya sebagai
pembantu presiden di atas para menteri yang juga pengawas presiden. Kekuasaan legislatif
dibagi di antara dua kamar di dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat/MPR yaitu Dewan
Perwakilan Rakyat/DPR dan Dewan Perwakilan Daerah/DPD. Cabang yudikatif terdiri dari
Mahkamah Agung/MA yang dan sebuah Mahkamah Konstitusi/MK yang secara bersama-sama
memegang kekuasaan kehakiman. Kekuasaan Inspektif dikendalikan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan yang memiliki perwakilan di setiap provinsi dan kabupaten/kota di seluruh wilayah
Republik Indonesia.

Indonesia terdiri dari 34 provinsi yang memiliki otonomi, 5 di antaranya memiliki status
otonomi yang berbeda, terdiri dari 3 Daerah Otonomi Khusus yaitu Aceh, Papua, dan Papua
Barat; 1 Daerah Istimewa yaitu Yogyakarta; dan 1 Daerah Khusus Ibu kota yaitu Jakarta. Setiap
provinsi dibagi-bagi lagi menjadi kota/kabupaten dan setiap kota/kabupaten dibagi-bagi lagi
menjadi kecamatan/distrik kemudian dibagi lagi menjadi keluarahan/desa/nagari hingga terakhir
adalah rukun tetangga.
Sistem Politik Demokrasi Pancasila merupakan sistem politik yang diterapkan di Indonesia
saat ini. Sistem ini mengambil nilai-nilai luhur dari pancasila. Semua kegiatan yang telah
dijelaskan diatas berpedoman pada pancasila dan dilaksanakan dengan demokratis. Prinsip
Sistem Politik Demokrasi Pancasila:
1. Pembagian kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif berdasarkan hukum
2. Pemerintah berdasarkan konstitusi
3. Jaminan kebebasan individu dalam batas-batas tertentu
4. Pemerintahan yang bertanggung jawab
5. Pemilu langsung dan multipartai

3. Komunikasi Politik
Komunikasi Politik secara sederhana adalah komunikasi yang melibatkan pesan - pesan
politik dari komunikator kepada komunikan melalui media massa untuk mencapai efek yang
diinginkan sehingga memperoleh feed back. Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang
konkret sebenarnya telah dilakukan oleh mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjaga warung dan
seterusnya. Tak heran jika ada yang menjuluki komunikasi politik sebagai neologisme, yakni
ilmu yang sebenarnya tak lebih dari istilah belaka. Dalam praktiknya, komunikasi politik sangat
kental dalam kehidupan saehari - hari. Sebab dalam aktifitas sehari - hari tidak satupun manusia
tidak berkomunikasi dan kadang - kadang sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi
politik. Berbagai penilaian dan analisis orang awam berkomentar soal kenaikan bbm, ini
merupakan contoh kekentalan komunikasi politik. Sebab sikap pemerintah menaikkan bbm
sudah melalui proses komunikasi politik dengan mendapat persetujuan DPR. Gabriel Almond
(1960) : "komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik.
"All of the functions performed in the political system, political socialisation and recruitment,

interest articulation, interest aggregation, rule making, rule application, and rule adjudication, are
performed by means of communication."
Komunikasi politik merupakan proses penyampaian pesan - pesan yang terjadi pada saat
keenam fungsi lainnya itu dijalankan. Hal ini berarti bahwa fungsi komunikasi politik terdapat
secara inherent didalam setiap fungsi sistem politik. Political communication is a process by
which a nations leadership, media and citizenry exchange and confer meaning upon messages
that telate to the conduct of public policy (Perloff). Komunikasi politik merupakan salah satu
fungsi partai politik, yakni menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan
mengaturnya sedemikian rupa. Jack Plano dkk, kamus analisa politik : komunikasi politik adalah
penyebaran aksi, makna, atau pesan yang bersangkutan dengan fungsi suatu sistem politik,
melibatkan unsur - unsur komunikasi seperti komunikator, pesan dan lainnya.
Kebanyakan komunikasi politik merupakan lapangan wewenang lembaga - lembaga
khusus, seperti media massa, badan informasi pemerintah atau parpol. Namun demikian
komunikasi politik dapat ditemukan dalam setiap lingkungan sosial, mulai dari lingkup dua
orang hingga ruang kantor parlemen. Komunikasi Politik adalah setiap penyampaian pesan yang
disusun secara sengaja untuk mendapatkan pengaruh atas penyebaran atau penggunaan power di
dalam masyarakat yang di dalamnya mengandung empat bentuk komunikasi, yaitu :
a) Elite Communication,
b) Hegemonic Communication,
c) Petitionary Communication, dan
d) Associational Communication. (INT‟L ENCYL OF Communication, 1989)
a. Bentuk-Bentuk Komunikasi Politik
Terdapat beberapa bentuk komunikasi politik yang dilakukan oleh komunikator infrastruktur
politik untuk mencapai tujuan politiknya (Arifin, 2003: 65-98) yaitu :
1) Retorika,
Berasal dari bahasa yunani – rhetorica, yang berarti seni berbicara, asalnya digunakan dalam
perdebatan-perdebatan di ruang siding pengadilan untuk saling mempengaruhi sehingga bersifar
kegiatan antarpesona. Kemudian berkmbang menjadi kegiatan komunikasi massa yaitu berpidato
kepada khalayak. Ada tiga jenis retorika menurut Aristoteles dalam karyanya Retorika ,

o retorika diliberitif yaitu dirancang untuk mempengaruhi khalayak dalam kebijakan
pemerintah, yang difokuskan pada keuntungan atau kerugian jika sebuah kebijakan
diputuskan atau dilaksanakan;
o retorika forensic, yang berkaitan dengan keputusan pengadilan;
o retorika demonstrative, yang mengembangkan wacana yang dapat memuji atau
menghujat.
2) Agitasi Politik,
Dari bahasa Agitare artinya bergerak atau menggerakan, dalam bahasa inggris agitation.
Menurut Harbert Blumer agitasi beroperasi untuk membangkitkan rakyat kepada suatu gerakan
politik, baik lisan maupun tulisan dengan merangsang dan membangkitkan emosi khalayak.
Dimulai dengan cara membuat kontradiksi dalam masyarakat dan menggerakan khalayak untuk
menentang kenyataan hidup yang dialami selama ini (penuh ketidakpastian dan penuh
penderitaan) dengan tujuan menimbulkan kegelisahan dikalangan massa. Orang yang melakukan
agitasi disbut agitator yang oleh Nepheus Smith disebut sebagai orang yang berusaha
menimbulkan ketidakpuasan, kegelisahan atau pemberontakan orang lain. Ada agitator yang
sikapnya selalu gelisah dan agresif, ada juga yang lebih tenang, cenderung pendiam tetapi
mampu menggerakan khalayak dengan ucapan dan tulisannya.
3) Propaganda,
Berasal dari kata latin propagare (menanamkan tunas suatu tanaman) yang pada awalnya sebagai
bentuk kegiatan penyebaran agama khatolik pada tahun 1822 Paus Gregorius XV membentuk
suatu komisi cardinal yang bernama Congregatio de Propaganda Fide untuk menumbuhkan
keimanan kristiani diantara bangsa-bangsa.
Propagandis adalah orang yang melakukan propaganda yang mampu menjangkau khalayak
kolektif lebih besar, biasanya dilakukan politikus atau kader partai politik yang memiliki
kemampuan dalam melakukan sugesti kepada khalayak dan menciptakan suasana yang mudah
terkena sugesti, di negara demokratis menurut W.Dobb dipahami sebagai suatu usaha individu
atau kelompok yang berkepentingan untuk mengontrol sikap kelompok individu lainnya dengan
menggunakan sugesti.
Sedangkan Harbert Blumer, suatu kampanye politik dengan sengaja mengajak, mempengaruhi
guna menerima suatu pandanganm sentiment atau nilai.
4) Public Relations (PR) Politics,

Yang tumbuh pesar di Amerika Serikat setelah Perang Dunia II, sebagai suatu upaya alternative
dalam mengimbangi propaganda yang dianggap membahayakan kehidupan sosial dan politik,
presiden Theodore Rossevelt (1945) mendeklarasikan pemerintahan sebagai square deals (jujur
dan terbuka) dalam melakukan hubungan dengan masyarakat dan menjalin hubungan timbal
balik secara rasional.
Sehingga tujuannya untuk menciptakan hubungan saling percaya, harmonis, terbuka atau
akomodatif antara politikus, professional atau aktivis (komunikator) dengan khalayak
(kader,simpatisan, masyarakat umum).
5) Kampanye Politik,
Adalah bentuk komunikasi politik yang dilakukan orang atau kelompok (organisasi) dalam
waktu tertentu untuk memperoleh dan memperkuat dukungan politik dari rakyat atau pemilih.
Menurut Rogers dan Storey (1987) (dalam Venus, 2004:7), merupakan serangkaian tindakan
komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar
khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu, sehingga berbeda
dengan propaganda, dimana kampanye cirinya sumber yang melakukannya selalu jelas, waktu
pelaksanaan terikat dan dibatasi, sifat gagasan terbuka untuk diperdebatkan khalayak, tujuannya
tegas, variatif serta spesifik, modus penerimaan pesan sukarela dan persuasi, modus tindakannya
diatur kaidah dank ode etiknya, sifat kepentingan mempertimbangkan kepentingan kedua belah
pihak.
6) Lobi Politik,
Istilah lobi sendiri sesungguhnya tempat para tamu menunggu untuk berbincang-bincang di hitel,
karena yang hadir para politikus yang melakukan pembicaraan politik (political lobbying) terjadi
dialog dengan tatap muka (komunikasi antarpersonal) secara informal namun penting. Karena
hasil lobi itu biasanya ada kesepahaman dan kesepakatan bersama yang akan diperkuat melalui
pembicaraan formal dalam rapat atau siding politik yang akan menghasilkan keputusan dan sikap
politik tertentu.
Dalam lobi politik pengaruh dari pribadi seorang politikus sangat berpengaruh seperti
komptensinya, penguasaan masalah dan charisma. Lobi politik adalah gelanggang terpenting
bagi pembicaraan para politikus atau kader politik tentang kekuasaan, pengaruh, otoritas, konflik
dan consensus.
7) Lewat Media Massa,

Menurut MacLuhan sebagai perluasan panca indra manusia (sense extention theory) dan sebagai
media pesan (the medium in the message) dalam hal ini pesan politik untuk mendapatkan
pengaruh, kekuasaan-otoriras, membetuk dan merubah opini public atau dukungan serta citra
politik, untuk khalayak yang lebih luas atau yang tidak bisa terjangkau oleh bentuk komunikasi
yang lain.
b. Komunikasi Politik sebagai Proses Politik
Komunikasi efektif merupakan penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan dan
komunikasi tersebut saling feedback. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan
satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar,
dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada.
Dunia politik di butuhkan juga komunikasi yang efektif dalam berpolitik..Karena
kegiatan politik harus dilandasi oleh kegiatan komunikasi untuk menyalurkan ide, gagasan, dan
perjuang dalam bidang-bidang penting dalam negara. Apabila seorang politisi tidak
membicarakan tentang ide, gagasan, dan perjuangan bidang-bidang penting dalam negara,
melainkan membicarakan tentang gaya hidupnya seperti yang dilakukan oleh beberapa politisi
dari kalangan selebriti, artinya ia sedang tidak berperan sebagai politisi.
Fungsi komunikasi politik dapat dibedakan kepada dua bagian. Pertama, fungsi
komunikasi politik yang berada pada struktur pemerintah (suprastruktur politik) atau disebut pula
dengan istilah the governmental political sphere, berisikan informasi yang menyangkut kepada
seluruh kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Isi komunikasi ditujukan kepada upaya
untuk mewujudkan loyalitas dan integritas nasional untuk mencapai tujuan negara yang lebih
luas.
Kedua, fungsi yang berada pada struktur masyarakat (infrastruktur politik) yang disebut
pula dengan istilah the socio political sphere, yaitu sebagai agregasi kepentingan dan artikulasi
kepentingan, dimana kedua fungsi tersebut sebagai proses komunikasi yang berlangsung di
antara kelompok asosiasi dan proses penyampaian atau penyaluran isi komunikasi terhadap
pemerintah dari hasil agregasi dan artikulasi tersebut.
Apabila dilihat secara umum, maka fungsi komuniksi politik pada hakekatnya sebagai
jembatan penghubung antara suprastruktur dan infrastruktur yang bersifat interdependensi dalam
ruang lingkup negara. Komuniksi ini bersifat timbal balik atau dalam pengertian lain saling

merespons sehingga mencapai saling pengertian dan diorientasikan sebesar-besarnya untuk
kepentingan rakyat.

c. Penerapan Proses Komunikasi Politik
Beberapa implementasi komunikasi politik yang dapat dijadikan acuan sebagai salah satu strategi
pemenangan partai politik adalah:
1) Bergerak dan membangun komunikasi politik di Semua level
Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, bahwa menurut Littlejohn, komunikasi dapat
dilakukan dalam beberapa tingkatan/level, dari individu, kelompok, organisasi hingga
komunikasi massa. Strategi komunikasi yang dilakukan di semua level dan lini untuk
membangun opini publik sebagai salah satu cara pemenangan partai politik.
2) Penggunaan Media Massa Modern dan Media Komunikasi Lokal
Menurut Gabriel Almond, semua bentuk interaksi manusia melibatkan komunikasi.
Media massa seperti televisi, radio, surat kabar dan majalah ikut mempengaruhi struktur
komunikasi dalam masyarakat. Dalam pembangunan opini publik, media massa merupakan salah
satu media yang sangat strategis. Sedangkan menurut Mcquail media paling baik digunakan
secara terncana untuk menimbulkan perubahan dengan menerapkannya dalam program yang
berskala besar. Di negara-negara berkembang seperti di Indonesia, media massa merupakan
media yang dapat menjangkau secara luas ke seluruh pelosok dan penjuru masyarakat tanpa
orang atau tokoh harus hadir di tengah-tengah masyarakat. Melalui media massa pembangunan
opini publik dapat dilakuakan tanpa harus tokoh poltik hadir di masyarakat. Di samping
mengunakan media massa, dapat juga menggunakan media pertemuan langsung dengan
masyarakat. Pertemuan langsung ini dapat dikemas dengan bentuk pertemuan lokal, sehingga
jenis pertemuannya sangat berfariasi sesuai dengan kondisi lokal dimana pertemuan itu
berlangsung. Sejalan dengan pendekatan lokal ini, bahasa komunukasi yang dibangun juga
dengan menggunakan term-term low contex. Artinya bahasa komunikasi yang digunakan
cenderung dengan bahasa-bahasa yang sederhana, tidak dengan bahasa tinggi atau yang ilmiah,
menggunakan istilah-sitilah.
3) Politik Pencitraan
Menurut Schuller inti politik sukses adalah membangun kepercayaan publik. Kandidat
perlu dikenal dulu baru mereka percaya. Pencitraan tokoh merupakan pintu bagi masyarakat

untuk memilih kandidat di pemilihan lokal. Pencitraan merupakan gambaran yang dimiliki oleh
orang banyak tentang diri, pribadi, atau organisasi atau produk.[8] Political image yang dapat
diusung oleh partai politik adalah membangun image kepada masyarakat bahwa partai politik
tersebut merupakan partai yang sederhana, bersahabat, bersahaja, dan diterima oleh semua
kalangan. Pencitraan ini dapat dimunculkan melalui pemasangan baligo, spanduk dan lain
sebagainya.

d. Peran Media Massa pada Proses Komunikasi Politik
Munculnya televisi sebagai media paling disukai dalam komunikasi politik (meskipun hal
ini sering diikuti dengan gerak koran media yang secara politis lebih bebas), yang berhubungan
dengan perubahan sosial yang lain, telah membuat hasil yang lebih luas dan tidak disengaja
(meskipun hubungan yang menjadi penyebab tidak dapat sepenuhnya diwujudkan). Hal ini
mungkin memiliki kontribusi menuju sentralisasi yang lebih besar dalam politik, sebuah
penurunan dalam organisasi akar rumput atau grass root massa, sebuah penurunan dalam partisan
tajam dan pembagian ideologi (karena televisi menyokong „orang bawah-menengah‟), sebuah
peningkatan dalam penggunaan dan pengaruh polling opini untuk mengarahkan perencanaan
kampanye dan untuk memonitor kesuksesannya, dan sebuah peningkatan dalam keadaan
meningkat pada pemilih sebagai sesuatu yang melekat dan proses pemilihan lebih berpengaruh
oleh adanya pemikiran dan berita yang ada.
Kelihatan menjadi suatu kasus bahwa kekuasaan yang bersifat nisbi pada mereka yang
mengendalikan „gerbang‟ media massa secara umum telah meningkat vis-à-vis bagi para politisi.
Dalam istilah yang singkat, para politisi memerlukan akses untuk media lebih daripada media
membutuhkan politisi, dan peran politik pembuat keputusan media telah meningkat dan menjadi
lebih sensitif. Bahkan pemerintah dan para pejabat kantor sangat tergantung pada atensi media,
meskipun kekuatan mereka sendiri untuk mengendalikan peristiwa dan untuk membuat tuntutan
atas akses yang mereka berikan merupakan keuntungan yang merupakan aksi pencegahan.
Dalam hal kampanye, media massa baik cetak maupun elektronik merupakan sebuah
salauran kampanye terhadap konstituen. Apalagi dengan arus teknologi ini, rasanya media
elektronik menjadi salauran utama bagi jalan untuk mempengaruhi pandangan masyarakat
khususnya dalam masa kampanye Pemilu. Medium ini telah berkembang pesat seiring dengan
perkembangan teknologi. Hal itu salah satunya disebabkan sudah banyaknya masyarakat yang

memiliki televisi maupun radio, bahkan sebagian lagi sudah mampu menggunakan internet. Oleh
karena itu banyak Partai maupun calon yang akan berkompetisi di Pemilu menggunakan sarana
atau saluran kampanye melalui media elektronik khususnya televisi.
Banyak sedikitnnya penayangan yang berhubungan dengan transformasi ataupun
sosialisasi visi dan misi dari sebuah Partai maupun calon yang dijagokannya akan sangat
mempengaruhi penilaian masyarakat terhadapnya. Oleh karena itu, bagi yang ingin mendapat
kemenangan suara harus mampu “menguasai” media ini dengan penayangan iklannya. Tetapi
tidak sedikit biaya tentunya.
Media merupakan perangkat besar menuju satu tujuan besar dalam suatu bangsa dan
negara. Dalam mewujudkannya harus terdapat kekuatan yang besar. Mereka yang menguasai
media memiliki kuasa begitu besar. Tujuan besar itu membangun budaya Rakyat atau
menguasainya.
Beberapa media besar, terutama televisi, telah membuka lebar pintu kesempatan bagi
setiap partai politik dan tim sukses calon presiden dan calon wakil presiden berlomba melakukan
kampanye di dalam perhelatan besar demokrasi, Pemilihan Umum (pemilu) Legislatif dan
Eksekutif pada April dan Juli 2009. Berbagai langkah dan upaya terkait kebutuhan serta
kepentingan politik jelang pemilu coba dilancarkan elit dan partai politik memanfaatkan media
massa sebagai instrumennya. Relevansi hal itu dapat ditinjau melalui keberadaan UU No. 10
Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum DPR, DPD, dan DPRD. Undang-undang itu memuat 11
materi pasal dalam bagian keenam mengenai Pemberitaan, Penyiaran, dan Iklan Kampanye. Di
antaranya Pasal 89 dan Pasal 90 Paragraf 1, Pasal 91 Paragraf 2, dan Pasal 92 Paragraf 3.
Kemudian Pasal 93 sampai Pasal 100 Paragraf 4.
Peran media yang dimuat dalam undang-undang pemilihan umum membuat media berani
melangkah lebih jauh berkontribusi di pemilu. Adalah Metro TV dan TV One, dua stasiun
televisi yang berpartisipasi aktif dalam menyediakan ruang besar khusus setiap dinamika pemilu
untuk dilepas ke Rakyat. TV One telah menyematkan sebagai TV Pemilu. Metro TV dengan
Election Channel-nya. Begitu pun, berbagai media cetak menyediakan kolom khusus terkait
program pemilu. Terlebih forum kampanye dan debat presiden dan wakil presiden. Media-media
itu secara elegan menyajikan rangkaian program khusus pemilu, meliputi pemberitaan, sorotan
politisi dan partai politik beserta program-programnya, survei pemilih, iklan politik, sampai pada
perdebatan terbuka antar tokoh politik maupun partai.

Berbagai kemasan program-program terkait pemilu di dalam media-media besar pada
dasarnya hanya sekadar mengemukakan khasanah pergulatan antara para politisi dari setiap
partai politik yang ada kepada Rakyat. Selebihnya kembali kepada Rakyat yang ditempatkan
sebagai penimbang, sekaligus pada akhirnya pengambil keputusan di saat pemilu berlangsung
nantinya. Dengan kata lain, media merupakan arena penyampaian isi terkait Pemilu 2009,
dimana politisi dan partai-partai politik adalah pemain sekaligus penulis isi informasi dan
sutradara. Sementara itu, Rakyat hanya penonton.
Menurut Jean Baudrillard, filsuf dan pakar komunikasi Perancis, media merupakan agen
simulasi (peniruan) yang mampu memproduksi kenyataan (realitas) buatan, bahkan tidak
memiliki rujukan sama sekali dalam kehidupan kita. Teori Baudrillard masuk akal dihubungkan
pada banyaknya iklan-iklan di televisi, radio, dan media cetak menampilkan tokoh-tokoh dengan
bendera satu partai politik di belakangnya. Partai-partai politik itu memproduksi kenyataan
buatan bermuatan politis agar mendapatkan dukungan di pemilu. Proses dramatisasi ditunjukkan
dengan mengangkat tema besar yang sensitif dan populer di hadapan Rakyat dan selalu
dihubungkan dengan kekuasaan politik individu dan kelompok atau partai.
Kenyataan buatan yang ditampilkan lewat iklan dan program-program politik di media
sesungguhnya membodohi dan menipu Rakyat karena tidak sesuai dengan kenyataan
sesungguhnya. Coba nilai, iklan politik Susilo Bambang Yudoyono (SBY), presiden saat ini,
menonjolkan keberhasilan pemerintahannya menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM)
sebanyak tiga kali setelah pemerintahannya sendiri menaikkan harga BBM. Semua orang tahu
naik-turunnya harga BBM di Indonesia mengikuti harga BBM dunia. Kenaikan harga BBM telah
meningkatkan jumlah orang miskin. Tetapi SBY dengan bangga tanpa merasa bersalah sedikit
pun menyatakan secara terbuka di beberapa media bahwa dia yang menurunkan harga BBM.
Begitu pun iklan lawan politiknya, Megawati. Dia memasang iklan untuk menepis iklan
keberhasilan SBY. Pada iklan tersebut, Megawati megunakan data-data kegagalan pemerintah
untuk menjatuhkan pamor SBY. Padahal, banyak kegagalan Megawati saat menjabat menjadi
presiden (termasuk menaikkan harga BBM), sehingga dia saat itu kehilangan pamor dan SBY
terpilih menjadi presiden. Sampai saat ini Megawati dan mesin politiknya tidak menunjukkan
program-program konkret untuk Rakyat.
Pencitraan yang paling populer dan emosional, namun tetap menipu dimainkan oleh tim
sukses Prabowo Subianto dari Partai Gerindra. Iklannya menyentuh isu-isu sensitif rakyat,

seperti ketahanan pangan. Prabowo di iklan itu disosokkan sebagai calon pemimpin negara yang
mampu membawa perubahan dan mengajak rakyat untuk ambil bagian bersamanya di
pemerintahan selanjutnya. Namun, Prabowo tidak mempunyai jejak rekam kehidupan yang
perhatian penuh terhadap pangan dan rakyat miskin. Prabowo justru masih dihantui kasus
penculikan dan penghilangan paksa para aktivis pada tahun 1998-1999. Dia ditengarai terlibat
langsung pada operasi itu.
Tidak kalah lagi, Jusuf Kalla, mengiklankan citra ekonomi kemandirian dan keberagaman
suku bangsa Indonesia. Padahal kita tahu dia adalah saudagar besar di Indonesia yang tidak
pernah puas menumpuk kekayaannya.
Partai politik memang sadar betul bahwa aksi-aksi politiknya menjadi tidak berarti tanpa
kehadiran media. Menurut C. Sommerville, dalam bukunya Rakyat Pandir atau Rakyat Informasi
(2000), kegiatan politik niscaya akan berkurang jika tidak disorot media. Ada beberapa hal
memengaruhi itu, salah satunya media memiliki kemampuan reproduksi citra dahsyat. Beberapa
aspek dari reproduksi citra bisa dilebihkan dan dikurangi dari realitas aslinya. Selain itu, media
menyediakan beragam makna untuk mewakili dan membangun kembali fakta tidak terkatakan
(unspeakable), yaitu beragam kepentingan politis dan finansial yang sengaja disembunyikan di
balik berita dan semua isi yang tersaji melalui media. Kemampuan mendramatisir oleh media
pada gilirannya merupakan amunisi yang baik bagi para politisi, terlebih menjelang pemilu,
untuk memengaruhi Rakyat sebagai penonton sehingga mendukung para politisi dan partai-partai
politik.
Selain pencitraan politisi dan partai politik, penggiringan opini tentang keharusan Rakyat
untuk memilih dalam pemilu gencar dimainkan oleh tokoh masyarakat, organisasi masyarakat,
politisi, partai politik, lembaga-lembaga negara, terlebih media. Namun, di sisi lain komunitas
golput dan kepentingannya yang begitu fenomenal sangat tidak diakomodir oleh berbagai media.
Padahal, golput merupakan bentuk nyata kesadaran politik Rakyat.

e. Saluran Komunikasi Politik
Saluran komunikasi politik adalah alat serta sarana yang memudahkan penyampaian
pesan. Dilihat secara luas saluran komunikasi itu terdiri atas lambang-lambang, kombinasinya,
dan berbagai tekhnik serta media yang digunakan untuk berbicara pada khalayak. Lambang itu
yaitu seperti kata, gambar, dan tindakan. Kombinasi lambang menghasilkan cerita, foto, dan

drama. Komunikator menyampaikan bentuk-bentuk simbolik dan kombinasinnya ini dengan
berbagai tekhnik dan media. Secara lisan melalui perbincangan personal, melalui cetakan seperti
koran, dan majalah, dan dengan tekhnik elektronik seperti radio ataupun televisi.
Menurut pendapat Kenneth Burke, bahwa saluran adalah ciptaan makhluk pemakai
lambang untuk melancarkan saling tukar pesan. Akan tetapi saluran tersebut sebenarnya
mencakup lebih dari alat, sarana, dan mekanisme seperti mesin cetak, radio, telephon, atau
komputer. Yang harus lebih diutamakan adalah dari semua saluran tersebut, saluran yang
ditemukan ialah manusia sendiri. Dengan mengingat bahwa manusia adalah saluran dan juga
sumber serta penerima dalam komunikasi, maka yang pertama-tama kita tekankan ialah saluran
manusia bagi komunikasi politik. Namun kita tidak akan mengabaikan media mekanis, tekhnik,
dan sarana yang meningkatkan konstruksi citra manusia melalui saling tukar menukar lambang,
yakni untuk memudahkan, tetapi bukan untuk menjamin ketepatan. Sebaliknya bila dipikrkan
bahwa pada dasarnya manusia,”maka saluran komunikasi itu lebih daripada sekedar titik
sambungan, tetapi terdiri atas pengertian bersama tentang siapa dapat berbicara kepada siapa,
mengenai apa, dalam keadaan bagaimana, sejauh mana dapatnya dipercaya”.
Tipe saluran:
1) Komunikasi massa
Ada

dua

bentuk

saluran

komunikasi

massa,

masing2

berdasarkan

tingkat

langsungnya komunikasi satu-kepada banyak, yaitu :
a) Komunikasi tatap muka, contohnya seperti apabila seorang kandidat politik
berbicara di depan rapat umum atau ketika seorang presiden muncul didepan
khalayak besar reperter dalam konferensi pers.
b) Komunikasi dengan perantara. Bentuk yang kedua terjadi jika ada perantara
ditempatkan diantara komunikator dan khalayak. Contohnya adalah pidato
presiden ke seluruh negara(satu-kepada banyak) melalui televisi. Disini media,
tekhnilogi, sarana, dan alat komunikasi lainnnya ikut serta.
2) Komunikasi interpersonal
Yaitu merupakan bentukan dari hubungan satu-kepada satu. Saluran ini juga mempunyai
dua bentuk penyampaian
a) Saluran interpersonal tatap muka. Contohnya adalah seorang kandidat
kepresidenan yang berjalan melalui orang banyak sambil berjabat tangan atau

seorang kandidat lokal yang melakukan kunjungan dari rumah ke rumah di daerah
pinggiran kota merupakan contoh saluaran interpersonal tatap muka.
b) Saluran interpersonal tatap muka. Contohnya adalah Gray Hayes, wanita pertama
yang terpilih menjadi walikota sebuah kota besar yang berpenduduk lebih dari
setengah juta orang melakukan kampanye pada tahun 1974, ia menggunakan
saluran ini dengan memasang ”Hayes Hotline”, yaitu sambungan telephon
langsung ke kantor kampanye nya yang memungkinkan orang berbicara secara
pribadi kepadanya tentang masalah-masalah yang mendapat perhatiannya.
3) Komunikasi organisasi
Menggabungkan penyampaiaan satu-kepada-satu dan satu-kepada banyak. Di komunikasi
organisasi ini juga dibagi menjadi dua dalam proses penyampaiaanya, yaitu :
a) Komunikasi organisasi tatap muka. Seorang presiden misalnya melakukan diskusi
tatap muka dengan bawahannya yaitu anggota stafnya, atau kepala penasihatnya
(sperti yang dilakukan oleh Presiden Richard Nixon dengan pada anggota gedung
putih mengenai Peristiwa Watergate dari tahun 1972-1974). Akan tetapi,
kebanyakan organisasi politik begitu besar sehingga komunikasi satu-kepada-satu
dengan seluruh anggotanya mustahil bisa dilakukan.
b) Komunikasi

organisasi

berperantara.

Solusi

yang

dapat

diatasi

pada

kasus Komunikasi organisasi tatap muka adalah melalui Komunikasi organisasi
berperantara satu-kepada-banyak ini didalam organisasi yaitu: pengedaran
memorandum, sidang, konvensi(seperti misalnya konvensi empat tahunan
nominasi kepresidenan pada partai demokrat dan partai republik), buletin dan
laporan berkala intern, dan lokakarya
Komunikasi massa atau mass communication ialah komunikasi melalui media massa
modern, meliputi surat kabar, majalah, siaran radio, dan televisi. Media massa menyampaikan
informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak
dengan menggunakan media. Menurut Bitner (1980) definisi komunikasi massa adalah mass
communication is massage communicated throgh a mass medium to large member of people.
Dari pengertian komunikasi tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah
jenis komunikasi yang ditujukan pada sejumlah besar khalayak yang heterogen dan anonim
melalui media cetak atau elektronik secara serentak, terbuka, dan sekilas.

Aktivitas dalam komunikasi massa merupakan aktivitas sosial yang berlaku pada
kehidupan masyarakat secara umum. Salah satu aktivitas pokok dalam komunikasi massa adalah
sebagai transmisi warisan sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya. Menurut Susanto
(1974), transmisi warisan sosial berfokus pada pengetahuan, nilai nilai dan norma-norma sosial
dari satu generasi ke generasi berikutnya atau dari anggota-anggota suatu kelompok kepada
anggota kelompok yang baru atau pendatang baru. Salah satu bentuk dari aktivitas transmisi
warisan sosial, yaitu proses penerusan nilai-nilai dan norma-norma politik yang berlaku dari satu
generasi ke generasi lain. Dalam proses penyebaran dan penerusan nilai-nilai dan perilaku politik
itu media massa memegang peranan yang sangat penting.
Dalam proses aktivitas komunikasi massa, media massa dapat menyebarkan informasi,
pengetahuan, bahkan dapat membentuk opini publik keadaan tersebut akan dapat mempengaruhi
sikap dan tingkah laku politik pada masayarakat. Dengan demikian komunikasi massa atau
media massa memiliki andil yang cukup signifikan terhadap sikap dan tingkah laku berpolitik
suatu masyarakat.

BAB III
PENUTUP

Komunikasi politik berasal dari dua kata dasar, komunikasi dan politik. Komunikasi
adalah proses penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain, baik dengan cara
penggunaan media sebagai kemasan informasi atau melalui transmisi secara simbolik. Sehingga
informasi mudah dimengerti dan pada akhirnya dimiliki kesamaan persepsi. Sedangkan politik
adalah segala upaya untuk memperoleh, mempertahankan, dan memperluas wilayah kekuasaan.
Sehinggga komunikasi politik bisa disimpulkan sebagai komunikasi yang melibatkan
didalamnya pesan-pesan politik dan actor-aktor politik atau komunikasi yang berkaitan dengan
kekuasaan, jalannya pemerintahan dan kebijakan pemerintah. Proses komunikasi politik
dimaknai sebagai proses penyampaian pesan.
Pesan politik yang berkaitan dengan kekuasaan, jalannya pemerintahan, dan kebijakan
pemerintahan oleh factor-faktor politik kepada komunikan melalui media atau saluran-saluran
komunikasi politik, sehingga dihasilkan tanggapan atau balasan dari komunikan. Dalam bagan
bangun komunikasi politik terdiri dari fungsi komunikasi politik, proses komunikasi politik,
pola-pola komunikasi politik, dan faktor yang mempengaruhinya.
Tak diragukan lagi, media menempati peran yang sangat strategis dalam menyampaikan
pesan-pesan politik terhadap khalayak. Melalui media para komunikator maupun aktivis politik
mudah menghipnotis khalayak dengan citra yang ditampilkan setiap saat melalui media. Saluran
komunikasi politik merupakan suatu sarana yang dapat memudahkan setiap individu maupun
kelompok dalam melaksanakan dan menyampaikan pesan dan tujuan yang ingin dicapai.
Di sini saluran komunikasi politik di bagi menjadi tiga bagian yang pertama adalah
komunikasi massa. Yang kedua komunikasi interpersonal, dan yang ketiga komunikasi
organisasi. Ketiga saluran di atas memiliki peran yang sangat besar dalam penyampaian
komunikasi.Oleh karena itu, para komunikator berperan dalam dalam menyampaikan informasi
dan pesan yang ingin disampaikan. Namun, hal ini kembali lagi kepada para penerima pesan atau
khalayak apa yang dapat ia tangkap dan ambil dari penyampaian pesan tersebut.
Dengan demikian tidak penting saluran apa yang digunakan oleh komunikator namun
yang terpenting adalah tercapainya maksud yang sebenarnya dari penyampaian pesan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_politik
komunikasidanpolitik.blogspot.com/p/materi-komunikasi-politik.html
www.slideshare.net/Hennov/proses-komunikasi-politik
www.academia.edu/.../TUGAS_KOMUNIKASI_POLITIK
documentstore.weebly.com/uploads/4/2/2/7/.../komunikasi_politik.pdf
https://saidhamzali.wordpress.com/catatan.../diktat-komunikasi-politik
sekolahkomunikasi.blogspot.com/p/komunikasi-politik.html
kajianpolitikkuningan.blogspot.com/.../komponen-komponen- komunikasi-politik
www.academia.edu/.../KOMUNIKASI_POLITIK_DAN_DEMOKRATIS
www.bukabuku.com/.../komunikasi-politik-teori-aplikasi-dan-strategi
politik.kompasiana.com/.../komunikasi-politik-indonesia-530415.html
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/1081