Pengaruh Pelatihan terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Kader dalam Menilai Pertumbuhan Balita di Puskesmas Peureulak Kabupaten Aceh Timur Tahun 2014

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Salah satu penyebab terjadinya kasus gizi buruk pada masyarakat adalah
kurang berfungsinya lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat, seperti posyandu
sehingga berakibat pemantauan gizi pada anak dan ibu hamil tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Penimbangan berat badan anak yang seharusnya sebagai
kegiatan pokok Posyandu hanya menjadi kegiatan sampingan. Penyebab kurang
berfungsinya Posyandu karena kemampuan kader di posyandu yang masih rendah
(Depkes RI, 1992).
Salah satu strategi adalah mengembalikan fungsi posyandu dan meningkatkan
kembali partisipasi masyarakat dan keluarga dalam memantau tumbuh kembang
balita, mengenali dan menanggulangi secara dini balita yang mengalami gangguan
pertumbuhan melalui revitalisasi posyandu. Sebagai unit yang memberi pelayanan
langsung kepada masyarakat dan bersifat sebagai unit pelayanan kesehatan dasar
masyarakat terutama ibu dan anak, maka organisasi posyandu sesungguhnya bersifat
organisasi fungsional yang dipimpin oleh seorang pimpinan/penanggung jawab dan
dibantu oleh para pelaksana pelayanan yaitu kader posyandu (Depdagri, 2001).
Keberadaan kader di posyandu sebagai salah satu bagian dari penyelenggara
pelayanan kebutuhan kesehatan dasar sangat dibutuhkan. Kader posyandu sebaiknya

mampu mengelola Posyandu, karena merekalah yang paling memahami kondisi

1
Universitas Sumatera Utara

kebutuhan masyarakat. Namun sejalan dengan berjalannya waktu, muncul
permasalahan yang dapat menghambat jalannya penyelenggaraan Posyandu. Salah
satunya adalah pengetahuan dan keterampilan kader posyandu yang kurang, bahkan
ada yang belum memahami hal-hal baru yang berkaitan dengan kegiatan Posyandu
(Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2006).
Menurut Adisasmito (2008) persentase kader aktif secara nasional adalah
69,2%. Peran sebagai kader merupakan pekerjaan sosial yang tidak mempunyai
kekuatan mengikat dan regenerasi kader belum terencana dengan baik. Kader
diharapkan melakukan pekerjaannya secara sukarela tanpa menuntut imbalan berupa
uang atau materi lainnya (Ridwan, 2007).
Peran kader memegang peranan penting dalam menjembatani masyarakat
khususnya kelompok sasaran posyandu. Berbagai informasi dari pemerintah lebih
mudah disampaikan kepada masyarakat melalui kader, karena kader lebih tanggap
dan memilliki pengetahuan kesehatan diatas rata-rata dari kelompok sasaran
Posyandu (Naim, 2008).

Salah satu agenda penting dalam pelayanan kesehatan pada masyarakat
langsung adalah pemantauan gizi balita, kesehatan bayi dan balita dan secara
permanen menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi dan balita.
Keberhasilan program kesehatan tersebut tidak lepas dari kerja keras kader yang
dengan sukarela mengelola posyandu di wilayahnya masing-masing. Kurangnya
pelatihan dan pembinaan untuk meningkatkan keterampilan yang memadai bagi kader
menyebabkan kurangnya pemahaman terhadap tugas kader, lemahnya informasi serta

Universitas Sumatera Utara

kurangnya koordinasi antara petugas dengan kader dalam pelaksanaan kegiatan dapat
mengakibatkan rendahnya tingkat kehadiran anak Bawah Lima Tahun (balita) ke
posyandu. Hal ini juga akan menyebabkan rendahnya cakupan deteksi dini tumbuh
kembang balita (Kemenkes RI, 2010).
Pembinaan kader merupakan sarana penting dalam peningkatan pengetahuan
dan keterampilan kader dalam kegiatan posyandu. Kader yang terampil akan sangat
membantu dalam pelaksanaan kegiatan posyandu, sehingga informasi dan pesanpesan gizi akan dapat dengan mudah disampaikan kepada masyarakat.
Dampak kurang dilaksanakan peran kader posyandu akan memberikan
akibat tidak baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak secara langsung
bagi anak, pemantauan tumbuh kembang yang kurang baik menyebabkan tidak

termonitornya kesehatan anak. Dampak tidak langsung: (1) bagi kader Posyandu, bila
informasi pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat) kurang jelas, maka penerapan di
Posyandu juga kurang tepat. Hasil penelitian yang dilakukan di Posyandu Sraturejo,
Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro diperoleh informasi yaitu dari 10 0rang
tua balita, 8 orang (80%) di antaranya pengisian KMS kurang lengkap, dan (2) bagi
keluarga, bila informasi yang diterima kurang jelas, maka tindak lanjut kurang sesuai
(Fitri, 2005).
Peranan kader yang lain, memberitahu hari dan jadwal posyandu kepada
para ibu pengguna posyandu, menyiapkan peralatan untuk menyelenggarakan
Posyandu sebelum dimulai, melakukan pendaftaran bayi dan balita, ibu hamil, ibu
usia subur yang hadir di posyandu, melakukan penimbangan bayi dan balita, mencatat

Universitas Sumatera Utara

hasil penimbangan ke dalam Kartu Menuju Sehat (KMS), melakukan penyuluhan
perorangan dan kelompok, menyiapkan dan membagi makanan tambahan untuk bayi
dan balita (bila ada), melakukan kunjungan rumah khususnya pada ibu hamil, ibu
bayi dan balita serta pasangan usia subur untuk menyuluh dan mengingatkan agar
datang ke Posyandu (Depkes, 1992).
Agar kader di posyandu dapat melakukan penimbangan lebih akurat, perlu

pelatihan dan supervisi yang memadai serta penggantian kader yang minimal.
Pembinaan kader merupakan sarana penting dalam peningkatan pengetahuan dan
keterampilan kader dalam kegiatan posyandu.
Sebagai unit yang memberi pelayanan langsung kepada masyarakat dan
bersifat sebagai unit pelayanan kesehatan dasar masyarakat terutama ibu dan anak,
maka organisasi posyandu sesungguhnya bersifat organisasi fungsional yang
dipimpin oleh seorang pimpinan/penanggung jawab dan dibantu oleh para pelaksana
pelayanan yaitu kader posyandu.
Kementerian Kesehatan RI (2010), menitikberatkan bahwa cakupan
keaktifan kader posyandu secara nasional hingga tahun 2010 baru mencapai 78% dari
target 80% dan pada tahun 2011 mencapai cakupan program atau partisipasi
masyarakat sangat bervariasi,

mulai dari terendah 10% sampai tertinggi 80%.

Adanya variasi dari cakupan posyandu dan pelayanan kesehatan lainnya dimasyarakat
karena adanya perbedaan keaktifan kader kesehatan di masing-masing wilayah.
Menteri Kesehatan RI Endang Rahayu Sedyaningsih, mulai tanggal 28 Desember
Tahun 2009 telah mencanangkan KMS terbaru. Oleh karena itu Kader perlu memiliki


Universitas Sumatera Utara

pengetahuan tentang cara mengisi dan menafsirkan KMS baru tersebut. Pengetahuan
kader dalam mengisi KMS baru akan membantu kader dalam mendeteksi secara dini
adanya balita dengan kurang gizi (Depkes, 2010).
Pelaksanaan Posyandu sering kita jumpai petugas kesehatan dan kader
melakukan kesalahan, seperti kesalahan dalam hal teknik penimbangan yang tidak
sesuai prosedur, dalam mengeinterpretasikan hasil penimbangan naik dan turun
sehingga hasil yang didapat tidak akurat, hal ini dapat kita lihat dalam penelitianpenelitian yang telah dilakukan, seperti penelitian Sukiarko (2007), yang menyatakan
bahwa pelaksanaan Posyandu yang satu bulan sekali tergantung pada keberadaan
serta dorongan petugas kesehatan dan aktivitas dari para kader Posyandu, namun
demikian tingkat kemampuan, ketelitian dan akurasi data yang dikumpulkan kader
masih rendah, serta 90% kader membuat kesalahan. Salah satu kesalahan kader yang
paling sering dijumpai adalah teknik penimbangan yang kurang tepat. Lebih jauh lagi,
hanya 40% kader yang tahu manfaat Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk konseling
gizi.
Menurut penelitian Rosphita (2007), pengetahuan kader tentang interpretasi
hasil penimbangan naik dan turun, didapatkan hasil dengan nilai rata-rata adalah
13,06, sedangkan nilai tertinggi adalah 17 (94,4%) dan nilai terendah adalah 9 (50%).
Keterampilan kader menggambar grafik pertumbuhan anak dalam KMS didapatkan

hasil dengan nilai rata-rata adalah 21,49, sedangkan nilai tertinggi adalah 26 (100%)
dan nilai terendah adalah 5 (19,23%). Keterampilan kader dalam menginterpretasikan
hasil penimbangan naik dan turun dari KMS, didapatkan hasil dengan nilai rata-rata

Universitas Sumatera Utara

adalah 14,80, sedangkan nilai tertinggi adalah 20 (76,92%) dan nilai terendah adalah
7 (26,92%).
Pelatihan dipakai sebagai salah satu

metode pendidikan khusus untuk

meningkatkan pengetahuan kader hal ini senada dengan penelitian Otto, dkk (2013),
menunjukan bahwa dari 30 bidan desa yang pernah mengikuti pelatihan Asuhan
Persalinan Normal (APN), 19 bidan desa memiliki pengetahuan cukup (63,35%) dan
dari12 bidan desa yang belum pernah mengikuti pelatihan Asuhan Persalinan Normal
3 bidan desa memiliki pengetahuan baik (25%). Hasil uji statistik dengan uji chiquare menunjukan bahwa nilai p sebesar 0,025 (p

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan Dan Keterampilan Kader Dalam Pemantauan Pertumbuhan Bayi Dan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014

8 91 112

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER TERHADAP PERILAKU KADER DALAM PENYULUHAN GIZI BALITA Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Kader Terhadap Perilaku Kader Dalam Penyuluhan Gizi Balita Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali.

2 12 10

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER TERHADAP PERILAKU KADER DALAM PENYULUHAN GIZI BALITA Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Kader Terhadap Perilaku Kader Dalam Penyuluhan Gizi Balita Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali.

0 3 16

Pengaruh Pelatihan terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Kader dalam Menilai Pertumbuhan Balita di Puskesmas Peureulak Kabupaten Aceh Timur Tahun 2014

0 0 16

Pengaruh Pelatihan terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Kader dalam Menilai Pertumbuhan Balita di Puskesmas Peureulak Kabupaten Aceh Timur Tahun 2014

0 0 2

Pengaruh Pelatihan terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Kader dalam Menilai Pertumbuhan Balita di Puskesmas Peureulak Kabupaten Aceh Timur Tahun 2014

0 0 20

Pengaruh Pelatihan terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Kader dalam Menilai Pertumbuhan Balita di Puskesmas Peureulak Kabupaten Aceh Timur Tahun 2014

0 1 4

Pengaruh Pelatihan terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Kader dalam Menilai Pertumbuhan Balita di Puskesmas Peureulak Kabupaten Aceh Timur Tahun 2014

0 0 21

Gambaran Pengetahuan Dan Keterampilan Kader Dalam Pemantauan Pertumbuhan Bayi Dan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014

0 0 25

Gambaran Pengetahuan Dan Keterampilan Kader Dalam Pemantauan Pertumbuhan Bayi Dan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014

0 0 13