Pengaruh Perpustakaan Sekolah terhadap Proses Belajar Siswa di SMA Negeri 6 Padang

(1)

BAB II

KERANGKA TEORETIK

2.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan semua orang tanpa mengenal batas usia dan berlangsung seumur hidup (long live learning). Belajar merupakan kebutuhan pokok, karena belajar merupakan suatu hal yang sangat penting. Belajar itu tidak mengenal batas usia, proses, kejadian, dan tempat. Belajar akan membuat seseorang mampu berinteraksi dengan orang lain bahkan dengan lingkungannya sendiri. Selain itu, belajar juga memberi pengalaman baru buat seseorang untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya baik sekarang maupun yang akan datang. Menurut Siregar (Siregar dan Nara 2010, 3) belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat. Salah satu pertanda seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingah laku dalam dirinya.

Belajar merupakan suatu proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Menurut Hintzman yang dikutip oleh Syah (2012, 65) belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Sedangkan menurut Vernon S. Gerlach dan Donal P. Ely yang dikutip oleh Arsyad (2011, 3) belajar


(2)

adalah perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain perilaku adalah suatu tindakan yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa tindakan yang dapat diamati. Selain itu belajar menurut Whittaker yang dikutip oleh Djamarah (2011, 12) belajar adalah proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Menurut beberapa pendapat ahli tersebut, dapat dikatakan bahwa pengertian belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan, diperoleh dari pengalaman, atau latihan oleh setiap individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai postif yang dapat diamati.

2.1.1 Proses Belajar

Proses belajar secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses di mana terdapat perubahan tingkah laku pada diri siswa baik dari aspek pengetahuan, sikap dan psikomotor yang dihasilkan dari pentransferan dengan cara pengkondisian situasi belajar serta bimbingan untuk mengarahkan siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Chaplin dan Reber yang dikutip oleh Syah (2012, 109) proses adalah suatu perubahan yang menyangkut perilaku atau kejiwaan. Dalam psikologi belajar proses berarti cara-cara khusus yang dengannya beberapa perubahan yang ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Jadi proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan tingkah laku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dari siswa. Proses belajar yaitu


(3)

dimensi cara menguasai pengetahuan dan cara menghubungkan pengetahuan baru dengan struktur yang telah ada.

Proses belajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Peristiwa belajar banyak berakar pada berbagai pandangan dari konsep, oleh karena itu perwujudan proses belajar dapat terjadi dalam berbagai model. Menurut Bruner yang dikutip oleh Nasution (2011, 9) proses belajar dapat dibedakan menjadi tiga fase atau episode, yakni (1) informasi, (2) transformasi, (3) evaluasi. Pertama, informasi. Dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya, misalnya bahwa tidak ada energi yang lenyap. Kedua, transformasi. Informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau kenseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan. Ketiga, evaluasi. Kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

Sedangkan menurut Cronbach yang dikutip oleh Sukmadinata (2011, 157) unsur utama dalam proses belajar, yaitu (1) Tujuan. Belajar dimulai karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan itu muncul untuk memenuhi suatu kebutuhan. (2) Kesiapan. Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik, seseorang perlu memiliki kesiapan baik kesiapan fisik dan kesiapan psikis, kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya. (3) Situasi. Kegiatan


(4)

belajar berlangsung dalam suatu situasi belajar. Dalam situasi belajar ini terlibat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, orang-orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta kondisi siswa yang belajar. (4) Respons. Berpegang kepada hasil dari interpretasi apakah individu mungkin atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia akan memberikan respons. (5) Konsekuensi. Setiap usaha akan membawa hasil, akibat atau konsekuensi entah itu keberhasilan atau kegagalan, demikian juga dengan respons atau usaha belajar siswa. (6) Reaksi terhadap kegagalan. Selain keberhasilan, kemungkinan lain yang diperoleh siswa dalam belajar adalah kegagalan.

Menurut beberapa pendapat ahli tersebut, dapat dikatakan bahwa proses belajar merupakan cara-cara khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan seperti tahapan perubah tingkah laku, kognitif, afektif, dan psikomotor pada individu yang perwujudannya dapat terjadi dalam berbagai model dengan unsur utamanya yaitu tujuan, kesiapan, situasi, interpretasi, respons, konsekuensi, dan reaksi.

2.1.2 Tujuan Belajar

Tujuan belajar adalah untuk mengetahui sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan tugas belajar yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru dan diharapkan tercapai oleh siswa. Dalam hal ini tujuan besar dari belajar adalah mencari informasi yang dibutuhkan oleh masing-masing individu dengan tujuan untuk memperluas wawasan yang bermanfaat dan berguna di masa mendatang. Menurut Sardiman (2009, 26-28) dalam bukunya menjelaskan bahwa belajar memiliki 3 tujuan yaitu


(5)

(1) untuk mendapatkan pengetahuan; (2) penanaman konsep dan keterampilan; (3) pembentukan sikap. Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi antara individu dengan lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar. Tujuan belajar merupakan hal yang penting dalam sistem pembelajaran, yakni merupakan suatu komponen sistem yang efektif.

Tujuan belajar merupakan suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar. Tujuan belajar yang utama ialah bahwa apa yang dipelajari itu berguna di kemudian hari, yakni membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah. Hal ini dikenal dengan transfer belajar (Nasution 2011, 3). Sedangkan menurut Hamalik (2008, 73-75), tujuan belajar terdiri dari tihga komponen:

1. Tingkah laku terminal. Tingkah laku terminal adalah komponen tujuan belajar yang menentukan tingkah laku siswa setelah belajar.

2. Kondisi-kondisi tes. Komponen kondisi tes tujuan belajar menentukan situasi di mana siswa dituntut untuk mempertunjukkan tingkah laku terminal.

3. Ukuran-ukuran perilaku. Komponen ini merupakan suatu pernyataan tentang ukuran yang diguakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku siswa.

Menurut beberapa pendapat ahli tersebut, dapat dikatakan bahwa tujuan belajar adalah deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai dan berguna di kemudian hari setelah berlangsungnya proses belajar seperti mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap yang bertitikberat kepada interaksi antara individu dengan lingkungannya.


(6)

Sintesis; yang dimaksud dengan proses belajar adalah tahapan perubahan tingkah laku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dari siswa, dengan indikator sebagai berikut:

1. Kesiapan 2. Situasi 3. Evaluasi 4. Respons 5. Konsekuensi

2.2 Perpustakaan Sekolah

Dewasa ini perpustakaan telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan lembaga pendidikan. Sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam pendidikan. Sekolah memerlukan berbagai fasilitas untuk menunjang proses belajar, salah satu di antaranya adalah perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah merupakan jantung atau urat nadi bagi suatu instansi atau lembaga pendidikan. Menurut Supriyadi yang dikutip oleh Bafadal (2008, 4) perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah guna menunjang program belajar mengajar di lembaga pendidikan formal tingkat sekolah baik sekolah dasar maupun sekolah menengah, baik sekolah umum maupun sekolah lanjutan. Sedangkan menurut Mudyana dan Royani yang dikutip oleh Sinaga (2011, 16) perpustakaan sekolah ialah sarana penunjang pendidikan yang bertindak di satu pihak sebagai pelestari ilmu pengetahuan, dan di lain pihak sebagai sumber bahan pendidikan yang akan diwariskan kepada generasi yang lebih muda.


(7)

Pada umumnya masyarakat di lingkungan sekolah beranggapan bahwa perpustakaan sekolah merupakan tempat mengumpulkan dan menyimpan baha n-bahan pustaka saja. Sebenarnya perpustakaan sekolah merupakan sumber informasi terbesar yang ada di lingkungan sekolah. Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana dan fasilitas penyelenggaraan pendidikan, sehingga setiap sekolah semestinya memiliki perpustakaan yang memadai (Sutarno 2006, 39-40). Bukan hanya sebagai pusat dan sumber informasi saja, perpustakaan sekolah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari lembaga induknya. Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap murid-murid (Bafadal 2008, 150).

Menurut beberapa pendapat ahli tersebut, dapat dikatakan bahwa perpustakaan sekolah merupakan salah satu pusat dan media untuk menunjang proses belajar. Perpustakaan sekolah juga merupakan institusi pengelola dalam melestarikan bahan pustaka. Selain itu juga sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian, informasi, keterampilan, dan rekreasi bagi pemustaka. 2.2.1 Tujuan Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah berperan sebagai media pendidikan, tempat belajar, sumber informasi, dan sarana untuk menunjang proses belajar di sekolah. Perpustakaan sekolah diadakan bukan hanya sekedar untuk tempat penyimpanan bahan pustaka, perpustakaan sekolah diadakan untuk memenuhi kebutuhan pemustaka yang berada di lingkungan sekolah. Penyelenggaran perpustakaan sekolah bukan hanya untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya penyelenggaraan perpustakaan sekolah diharapkan dapat


(8)

membantu murid-murid dan guru menyelesaikan tugas-tugas dalam proses belajar mengajar (Bafadal 2008, 5). Tujuan didirikannya perpustakaan sekolah tidak terlepas dari tujuan diselenggarakannya pendidikan sekolah secara keseluruhan, yaitu untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik atau siswa.

Menurut Yusuf (Yusuf dan Suhendar 2007, 3), tujuan diadakannya perpustakaan sekolah yaitu:

1. Mendorong dan mempercepat proses penguasan teknik membaca para siswa.

2. Membantu menulis kreatif bagi para siswa dengan bimbingan guru dan pustakawan.

3. Menumbuh kembangkan minat dan kebiasaan membaca para siswa.

4. Menyediakan berbagai macam informasi untuk kepentingan pelaksanaan kurikulum.

5. Mendorong, menggairahkan, memelihara, dan memberi semangat membaca dan semangat belajar bagi para siswa.

6. Memperluas, memperdalam, dan memperkaya pengalaman belajar siswa dengan membaca buku dan koleksi lain yang mengandung ilmu pengetahuan dan teknologi yang disediakan oleh perpustakaan.

7. Memberikan hiburan sehat untuk mengisi waktu senggang melalui kegiatan membaca, khususnya buku-buku dan sumber bacaan lain yang bersifat kreatif dan ringan, seperti fiksi, cerpen, dan lainnya.

Lembaga pendidikan harus mampu mengikuti perkembangan sesuai dengan perkembangan ilmu pendidikan. Perpustakaan sekolah adalah salah satu sarana yang menunjang lembaga tersebut untuk dapat mengikuti perkembangan dunia pendidikan. Untuk itu, perpustakaan sekolah merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan yang dapat menunjang proses belajar di sekolah. Perpustakaan merupakan salah satu sarana pendidikan yang turut menentukan pencapaian lembaga penaungannya (Sinaga 2011, 16).

Menurut beberapa pendapat ahli tersebut, dapat dikatakan bahwa perpustakaan sekolah selain menjadi tempat penyimpanan bahan pustaka juga


(9)

berfungsi sebagai penarik minat baca bagi siswa dan sarana hiburan dalam memanfaatkan waktu luang. Dengan adanya perpustakaan sekolah, kebutuhan informasi yang hendak dicari oleh pemustaka dapat terpenuhi. Perpustakaan sekolah berfungsi sebagai media pendidikan yang membekali siswa dalam memenuhi pengetahuannya serta dapat menunjang pencapaian maksimal bagi siswa untuk mendapatkan hasil dan prestasi yang lebih baik.

2.2.2 Fungsi Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah merupakan bagian penting dari program pendidikan sehingga berpengaruh bagi program pendidikan secara menyeluruh. Perpustakaan sekolah dijadikan komponen yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan komponen pendidikan di lingkungan sekolah. Menurut Saleh (Saleh dan Komalasari 2010, 1.12) salah satu fungsi perpustakaan sekolah adalah untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat. Selain itu, perpustakaan sekolah juga berfungsi sebagai sarana yang turut menentukan proses belajar sekaligus memberikan warna dalam proses interaktif edukatif yang lebih efektif dan efisien sesuai dengan misi serta visi yang diemban oleh perpustakaan sekolah tersebut.

Sedangkan menurut Yusuf (Yusuf dan Suhendar 2007, 4-6) perpustakaan sekolah memiliki empat fungsi umum yaitu edukatif, informatif, kreasi dan riset atau penelitian sederhana. Pertama, fungsi edukatif. Maksudnya secara keseluruhan segala fasilitas dan sarana yang ada pada perpustakaan sekolah terutama koleksi yang dikelolanya banyak membantu para siswa sekolah untuk belajar dan memperoleh kemampuan dasar dalam mentransfer konsep-konsep pengetahuan sehingga di kemudian hari para siswa memiliki kemampuan untuk


(10)

mengembangkan dirinya lebih lanjut. Kedua, fungsi informatif. Ini berkaitan dengan mengupayakan penyediaan koleksi perpustakaan yang bersifat “memberi tahu” akan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan para siswa dan guru. Ketiga, fungsi rekreasi. Dimaksudkan bahwa dengan disediakannya koleksi yang bersifat ringan seperti surat kabar, majalah umum, buku-buku fiksi, dan sebagainya diharapkan dapat menghibur pembacanya di saat yang memungkinkan. Keempat, fungsi riset atau penelitian. Maksudnya adalah koleksi perpustakaan sekolah bisa dijadikan bahan untuk membantu dilakukannya kegiatan penelitian sederhana.

Menurut beberapa pendapat ahli tersebut, dapat dikatakan bahwa perpustakaan sekolah merupakan sumber informasi terbesar yang ada di lingkungan sekolah. Perpustakaan sekolah berfungsi tidak hanya sebagai tempat menyimpan bahan pustaka saja, akan tetapi perpustakaan sekolah merupakan sarana rekreasi dan riset dalam suatu penelitian. Perpustakaan sekolah berfungsi sebagai pusat sumber belajar, perpustakaan juga berfungsi membantu program pendidikan pada umumnya sesuai dengan tujuan kurikulum masing-masing untuk mengembangkan kemampuan siswa menggunakan sumber informasi.

2.2.3 Manfaat Perpustakaan Sekolah

Manfaat perpustakaan sekolah bukan hanya sebagai tempat untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya perpustakaan sekolah diharapkan dapat membantu siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam proses belajar. Perpustakaan sekolah sangat bermanfaat dalam menunjang penyelenggaraan dan proses belajar, oleh karena itu pada prinsipnya


(11)

setiap sekolah diwajibkan menyediakan perpustakaan dan merupakan bagian dari kegiatan sekolah. Perpustakaan sekolah tampak bermanfaat apabila koleksi yang ada dimanfaatkan secara optimal dan benar-benar memperlancar penerapan tujuan proses belajar mengajar di sekolah (Bafadal 2008, 5).

Perpustakaan di suatu lembaga pendidikan sangat bermanfaat karena dapat membantu dan meningkatkan tugas para pendidik dan juga membantu siswa dalam proses belajarnya. Keberadaan perpustakaan di sekolah diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Beberapa manfaat dari keberadaan perpustakaan sekolah adalah untuk merangsang minat membaca siswa, karena membaca merupakan sumber pengetahuan yang besar. Menurut Bafadal (2008, 5-6) manfaat perpustakaan secara terinci baik yang diselenggarakan di sekolah dasar maupun di sekolah menengah sebagai berikut:

1. Perpustakaan sekolah dapat menimbulkan kecintaan murid-murid terhadap membaca.

2. Perpustakaan sekolah dapat memperkaya pengalaman belajar murid-murid.

3. Perpustakaan sekolah dapat menanamkan kebiasaan belajar mandiri yang akhirnya murid-murid mampu belajar mandiri.

4. Perpustakaan sekolah dapat mempercepat proses penguasaan teknik membaca.

5. Perpustakaan sekolah dapat membantu perkembangan kecakapan berbahasa.

6. Perpustakaan sekolah dapat melatih murid-murid ke arah tanggung jawab. 7. Perpustakaan sekolah dapat memperlancar murid-murid dalam

menyelesaikan tugas-tugas sekolah.

8. Perpustakaan sekolah dapat membantu guru-guru dalam menemukan sumber pengajaran.

9. Perpustakaan sekolah dapat membantu murid-murid, guru-guru, dan anggota staf sekolah dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


(12)

lingkungan sekolah salah satunya dengan memanfaatkan koleksi yang ada di perpustakaan secara optimal untuk menunjang proses belajar. Tidak hanya itu, perpustakaan sekolah sangat bermanfaat sekali bagi siswa di antaranya menimbulkan kecintaan siswa dalam membaca, menunjang proses belajar siswa, mengajarkan siswa belajar mandiri serta mempercepat penguasaan teknik membaca dan perkembangan kecakapan berbahasa.

2.2.4 Tenaga Pengelola Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan bukanlah suatu tempat penyimpanan informasi yang bekerja secara otomatis. Perpustakaan lebih merupakan suatu sistem informasi yang di dalamnya melibatkan banyak aspek, baik itu benda dan terutama sekali manusia. Suatu hal yang sangat menentukan dalam peningkatan kualitas layanan adalah sumber daya manusia yang terdapat di perpustakaan, dalam hal ini yang berperan penting adalah pustakawan. Pustakawan adalah orang yang berhubungan dengan pustaka, sedangkan pustaka sinonim dari kata buku. Oleh karena itu, pustakawan selalu berhubungan dengan buku, sedangkan buku ada di perpustakaan, di sekolah, di toko buku, rumah. Dalam arti yang sangat sederhana pustakawan ialah seseorang yang bekerja di perpustakaan (Hasugian 2009, 137).

Pustakawan merupakan tenaga pengelola perpustakaan, oleh karena itu pustakawan harus pandai dalam mengelola semua yang ada di perpustakaan. Supaya dapat melaksanakan tugas-tugas dengan baik, maka petugas perpustakaan butuh pembinaan. Pembinaan petugas perpustakaan sekolah adalah segenap usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan moral kerja petugas perpustakaan sekolah (Darmono 2007, 258). Pustakawan merupakan


(13)

sumber daya manusia yang sangat berperan dalam penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Peran pustakawan selama ini membantu pengguna untuk mendapatkan informasi dengan cara mengarahkan agar pencarian informasi dapat efisien, efektif, tepat sasaran, serta tepat waktu.

Menurut beberapa pendapat ahli tersebut, dapat dikatakan bahwa perpustakaan merupakan sistem informasi yag melibatkan banyak aspek di antaranya adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah pustakawan. Pustakawan adalah orang yang berperan penting dalam mengelola perpustakaan. Supaya dapat melaksanakan tugas-tugas dengan baik, maka pustakawan membutuhkan pembinaan. Pembinaan yang dilakukan kepada pustakawan bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan moral kerja petugas perpustakaan sekolah.

2.2.5 Koleksi Perpustakaan Sekolah

Kesiapan perpustakaan sekolah dalam menyediakan koleksi yang dibutuhkan oleh siswa dan guru harus tetap dilakukan, karena ketersediaan koleksi tersebut sangat berpengaruh dalam menunjang proses belajar. Pemenuhan kebutuhan tersebut tidak terlepas dari jumlah koleksi yag memadai dan relevan. Koleksi dasar perpustakaan sekolah adalah koleksi pertama yang harus dimiliki pada waktu sekolah memulai membangun koleksi perpustakaannya. Menurut Standar Nasional Indonesia (2009, 1) koleksi perpustakaan sekolah adala h semua materi perpustakaan yang dikumpulkan, diolah, disimpan, ditemukembali dan didayagunakan bagi pengguna untuk memenuhi kebutuhan informasi untuk pembelajaran. Koleksi perpustakaan sekolah harus dapat secara mudah


(14)

didayagunakan oleh setiap pemustaka, karena itu pustakawan harus memproses dan menyelenggarakan sistem peminjaman yang praktis serta disesuaikan dengan kondisi staf dan keperluan pemustaka. Koleksi perpustakaan atau Library collection diartikan sebagai keseluruhan bahan-bahan pustaka yang dibina dan dikumpulkan oleh suatu perpustakaan melalui upaya pembelian, sumbangan, pertukaran, atau membuat sendiri dengan tujuan untuk disajikan dan didayagunakan oleh seluruh pemakai perpustakaan (Sinaga 2011, 37-38).

Jenis koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan sekolah harus beraneka ragam, supaya dapat memenuhi kebutuhan informasi siswa dan guru dalam menunjang proses belajar. Menurut Yusuf (Yusuf dan Suhendar 2007, 23) jenis koleksi perpustakaan sekolah terdiri dari bahan buku dan bahan nonbuku. Bahan buku umumnya terbuat dari kertas sebagai media rekam informasi. Bahan ini lebih praktis, luwes, dan dapat dibawa kemana-mana. Contoh dari bahan buku yaitu buku teks, buku ajar, buku referensi, buku paket, majalah, koran, jurnal, dan lainnya. Sedangkan bahan nonbuku yang biasa disebut sebagai bahan audiovisual merupakan bahan yang dibuat dari hasil teknologi elektronik bukan bahan hasil cetakan dari kertas. Contoh dari bahan nonbuku yaitu film, kaset video, tape recorder, mikrofis, CD dan lainnya. Sedangkan menurut Sutarno (2006, 82) secara umum koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan ada dua bagian utama yaitu:

1. Bahan pustaka yang tercetak, yang termasuk dalam kelompok ini buku teks, surat kabar, majalah, buletin, pamphlet, kamus, ensiklopedia, direktori, almanak, indeks, bibliografi, buku tahunan, buku pedoman, dan lain-lain.

2. Bahan pustaka yang terekam, yang termasuk dalam kelompok ini slide, kaset audio, kaset video, film, strip, CD, VCD, dan lain-lain.


(15)

Sumber informasi yang berada di perpustakaan sekolah dapat membantu pengembangan ilmu pengetahuan bagi siswa, tidak terkecuali bagi guru. Jumlah koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan harus dapat memenuhi kebutuhan guru dan siswa dalam menunjang proses belajar. Jumlah koleksi yang ada di perpustakaan sekolah harus menitikberatkan kepada fungsi perpustakaan dalam memberikan informasi. Menurut Perpustakaan Nasional RI (2001, 12) jumlah koleksi dasar perpustakaan sekolah minimal 1000 judul, terdiri dari berbagai disiplin ilmu atau pelajaran sesuai sekolah yang bersangkutan.

Menurut beberapa pendapat ahli tersebut, dapat dikatakan bahwa kebutuhan informasi berbanding lurus dengan ketersediaan jumlah koleksi yang memadai dan relevan. Semakin banyak jumlah koleksi yang ada di perpustakaan, maka kebutuhan informasi dalam menunjang proses belajar juga semakin terpenuhi. Koleksi perpustakaan adalah keseluruhan bahan pustaka di perpustakaan yang diperoleh baik dengan cara dibeli, sumbangan, maupun pertukaran untuk didayagunakan oleh pemustaka. Jenis koleksi dapat berupa buku dan nonbuku yang berasal dari berbagai disiplin ilmu sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan informasi para siswa dan guru.

2.2.6 Pelayanan Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sebagai sumber belajar seharusnya juga mampu memberikan layanan yang baik bagi pemustaka. Layanan yang baik ini berguna untuk menciptakan kenyaman, bukan hanya bagi siswa saja akan tetapi juga dapat dirasakan oleh guru sebagai pendidik. Aktifitas layanan yang diberikan kepada pemustaka harus dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi guru dan siswa.


(16)

Perpustakaan harus dapat melayani kebutuhan informasi untuk menunjang proses belajar dengan menyediakan berbagai macam sumber informasi bagi guru dan siswa. Layanan perpustakaan yang diberikan kepada pemustaka merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari layanan teknis dan layanan jasa. Kegiatan perpustakaan dalam memberikan pelayanan yang baik akan memberikan citra yang baik pula terhadap perpustakaan. Menurut Sutarno (2006, 90) layanan yang diberikan oleh perpustakaan tersebut mampu menciptakan rasa nyaman bagi pengguna perpustakaan. Adapun layanan perpustakaan tersebut:

1. Layanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakaan. 2. Berorientasi kepada pengguna perpustakaan.

3. Berlangsung cepat waktu dan tepat sasaran. 4. Berjalan mudah dan sederhana.

5. Murah dan ekonomis.

6. Menarik dan menyenangkan dan menimbulkan rasa empati. 7. Bervariatif.

8. Mengundang rasa ingin kembali. 9. Ramah tamah.

10.Bersifat informatif, membimbing, dan mengarahkan, tetapi tidak bersifat menggurui.

11.Mengembangankan hal-hal yang baru/inovatif.

12.Mampu berkompetisi dengan layanan di bidang yang lain.

13.Mampu menumbuhkan rasa percaya bagi pengguna perpustakaan dan bersifat mandiri.

Layanan perpustakaan sekolah memiliki sistem layanan yang langsung melayani guru dan siswa untuk memenuhi kebutuhannya, akan tetapi terdapat beberapa layanan yang tidak dapat langsung digunakan pemustaka. Sistem layanan yang dapat diberikan kepada pengguna perpustakaan untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan, antara lain sistem layanan terbuka dan sistem layanan tertutup.


(17)

Pada perpustakaan sekolah, pemustaka dapat mencari sendiri sumber informasi yang mereka butuhkan. Pada sistem layanan terbuka ini, pemustaka boleh langsung ke rak untuk mencari bahan pustaka yang menunjang proses belajar. Menurut Pujihastuti (Pujihastuti, 2012) dalam sistem layanan terbuka, perpustakaan memberi kebebasan kepada pengunjungnya untuk dapat masuk dan memilih sendiri koleksi yang diinginkannya di rak. Oleh karena itu, penataan ruang koleksi perlunya diperhatikan. Misalnya, rambu-rambu yang menunjukkan lokasi koleksi harus lengkap dan jelas. Jarak antara satu dengan rak yang lain lebih lebar.

Pada perpustakaan sekolah yang menggunakan sistem layanan tertutup, pemustaka tidak diperbolehkan mencari dan mengambil sendiri buku-buku yang dibutuhkan. Menurut Pujihastuti (Pujihastuti, 2012) layanan tertutup memiliki arti pengguna tidak boleh langsung mengambil koleksi bahan pustaka yang diinginkannya di rak, tetapi harus melalui petugas perpustakaan. Pengguna dapat memilih koleksi bahan pustaka yang diinginkannya melalui katalog yang disediakan.

Menurut beberapa pendapat ahli tersebut, dapat dikatakan bahwa pelayanan termasuk suatu hal yang penting. Pelayanan yang baik, tepat sasaran, inovatif, dan berorientasi kepada pemustaka akan menimbulkan rasa nyaman dan rasa empati bagi pemustaka sehingga para pemustaka tersebut akan berkeinginan untuk kembali mengunjungi perpustakaan. Sistem layanan terbagi dua yaitu layanan terbuka dan layanan tertutup. Layanan terbuka adalah layanan yang memberikan kebebasan kepada pemustaka untuk mencari dan menemukan sendiri


(18)

bahan pustaka, sedangkan layanan tertutup adalah layanan yang tidak memperbolehkan pemustaka untuk mengambil sendiri bahan pustaka melainkan melalui petugas perpustakaan dengan terlebih dahulu melihat koleksi yang ada di katalog.

Sintesis; yang dimaksud dengan perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah guna menunjang program belajar mengajar di lembaga pendidikan formal tingkat sekolah baik sekolah dasar maupun sekolah menengah, baik sekolah umum maupun sekolah lanjutan, dengan indikator sebagai berikut:

1. Sarana penunjang pendidikan 2. Sumber bahan pendidikan

3. Sarana dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap 2.3 Kaitan Perpustakaan dengan Proses Belajar

Penyelenggaraan perpustakaan merupakan upaya untuk memelihara dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam melaksanakan proses belajar. Perpustakaan yang terorganisir secara baik dan sistematis, secara langsung ataupun tidak langsung dapat memberikan kemudahan bagi proses belajar di sekolah tempat perpustakaan tersebut berada. Perpustakaan sekolah merupakan bagian integral dari program sekolah secara keseluruhan, dimana bersama -sama dengan komponen lainnya turut menentukan keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran (Darmono 2007, 3). Hal ini terkait dengan kemajuan bidang pendidikan dan dengan adanya perbaikan metode belajar yang dirasakan tidak bisa dipisahkan dari masalah penyediaan fasilitas dan sarana pendidikan.


(19)

Perpustakaan sekolah merupakan tempat untuk menemukan berbagai macam jenis informasi. Sumber informasi yang terlibat secara langsung di perpustakaan bisa dalam bentuk cetak maupun noncetak, karena dapat menunjang proses belajar. Menurut Reitz yang dikutip oleh Hasugian (2009, 78) perpustakaan sekolah adalah suatu perpustakaan yang berada pada sekolah dasar sampai dengan sekolah lanjutan baik milik pemerintah maupun swasta yang melayani kebutuhan informasi siswanya, kebutuhan kurikulum dari guru dan staf biasanya dikelola oleh pustakawan sekolah ataupun spesialis media. Perpustakaan sekolah sangat berpengaruh besar dalam menunjang proses belajar siswa. Namun perpustakaan sekolah tidak akan berarti apabila tidak dimanfaatkan secara efektif. Upaya penyelenggaraan perpustakaan sekolah merupakan upaya untuk memelihara dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar-mengajar (Sinaga 2011, 15).

Saat sekarang ini perpustakaan sekolah sudah wajib ada di setiap sekolah, karena keberadaan perpustakaan sekolah sangat banyak manfaatnya bagi masyarakat di lingkungan sekolah. Penyelenggaran perpustakaan sekolah bukan hanya untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya penyelenggaraan perpustakaan sekolah diharapkan dapat membantu murid-murid dan guru menyelesaikan tugas-tugas dalam proses belajar mengajar (Bafadal 2008, 5). Perpustakaan sekolah harus memperhatikan kualitas dan kelengkapan buku-buku yang menjadi koleksinya serta kelengkapan media penunjang seperti komputer untuk pencarian buku. Selain itu, kualitas pelayanan dan kenyamanan tempat juga sangat berpengaruh terhadap kualitas perpustakaan. Apabila faktor-faktor di atas sudah terpenuhi dengan baik, maka keinginan untuk


(20)

mengunjungi perpustakaan pun akan meningkat dan membantu masyarakat di lingkungan sekolah dalam melaksanakan proses belajar.

Menurut beberapa pendapat ahli tersebut, dapat dikatakan bahwa perpustakaan sekolah sudah wajib ada di setiap sekolah karena selain sebagai pusat informasi perpustakan sekolah juga berperan penting dalam menunjang proses belajar. Perpustakaan yang terorganisir dengan baik, efisien, efektif, dan sistematis turut menentukan keberhasilan dalam proses belajar. Pustakawan juga harus memperhatikan kualitas perpustakaan sekolah supaya keberhasilan dalam menunjang proses belajar juga dapat tercapai. Namun apabila perpustakaan sekolah tidak dimanfaatkan secara efektif, maka keberadaan perpustakaan sekolah tersebut tidak akan berarti.

2.4 Penelitian yang Relevan

Menurut Suroso (2009) dengan judul penelitian “Persepsi siswa terhadap perpustakaan dalam menunjang proses belajar mengajar SD 3 Kadipiro Kabupaten Bantul Yogyakarta” dapat diketahui bahwa perpustakaan sekolah dalam menunjang proses belajar mengajar tergolong sangat baik. Penelitian Suroso ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif. Suroso menganalisis data menggunakan analisis skor.

Menurut Fitriyani (2010) dengan judul penelitian “Peran perpustakaan sekolah dalam menunjang pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (studi kasus pada SDN Ciputat VI dan SDN Cempaka Baru II)” dapat diketahui bahwa pelayanan dan koleksi yang ada pada perpustakaan sudah cukup lengkap, siswa maupun guru pun telah memanfaatkan perpustakaan untuk kegiatan belajar


(21)

mengajar sehingga keberadaan perpustakaan sekolah sangat menunjang pelaksanaan KBK dalam meningkatkan prestasi siswa. Penelitian Fitriyani ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif. Fitriyani menganalisis data menggunakan skala presentase sederhana.

Menurut Rini (2010) dengan judul penelitian “ Pengaruh pemanfaatan perpustakaan sekolah terhadap prestasi belajar siswa kelas X SMAN 1 Karangdowo tahun ajaran 2009/2010” dapat diketahui bahwa perpustakaan sekolah sangat menunjang prestasi belajar siswa. Penelitian Rini ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif. Rini menganalisis data menggunakan analisis statistik.

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu sama-sama menggunakan pendekatan kuantitatif untuk melihat adanya pengaruh perpustakaan sekolah terhadap proses belajar mengajar. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada analis data. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan analisis regresi linear sederhana, sedangkan Suroso menganalisis data menggunakan analisis skor, Fitriyani menganalisis data menggunakan skala presentase sederhana, dan Rini menganalisis data menggunakan analisis statistik.


(1)

Perpustakaan harus dapat melayani kebutuhan informasi untuk menunjang proses belajar dengan menyediakan berbagai macam sumber informasi bagi guru dan siswa. Layanan perpustakaan yang diberikan kepada pemustaka merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari layanan teknis dan layanan jasa. Kegiatan perpustakaan dalam memberikan pelayanan yang baik akan memberikan citra yang baik pula terhadap perpustakaan. Menurut Sutarno (2006, 90) layanan yang diberikan oleh perpustakaan tersebut mampu menciptakan rasa nyaman bagi pengguna perpustakaan. Adapun layanan perpustakaan tersebut:

1. Layanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakaan. 2. Berorientasi kepada pengguna perpustakaan.

3. Berlangsung cepat waktu dan tepat sasaran. 4. Berjalan mudah dan sederhana.

5. Murah dan ekonomis.

6. Menarik dan menyenangkan dan menimbulkan rasa empati. 7. Bervariatif.

8. Mengundang rasa ingin kembali. 9. Ramah tamah.

10.Bersifat informatif, membimbing, dan mengarahkan, tetapi tidak bersifat menggurui.

11.Mengembangankan hal-hal yang baru/inovatif.

12.Mampu berkompetisi dengan layanan di bidang yang lain.

13.Mampu menumbuhkan rasa percaya bagi pengguna perpustakaan dan bersifat mandiri.

Layanan perpustakaan sekolah memiliki sistem layanan yang langsung melayani guru dan siswa untuk memenuhi kebutuhannya, akan tetapi terdapat beberapa layanan yang tidak dapat langsung digunakan pemustaka. Sistem layanan yang dapat diberikan kepada pengguna perpustakaan untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan, antara lain sistem layanan terbuka dan sistem layanan tertutup.


(2)

Pada perpustakaan sekolah, pemustaka dapat mencari sendiri sumber informasi yang mereka butuhkan. Pada sistem layanan terbuka ini, pemustaka boleh langsung ke rak untuk mencari bahan pustaka yang menunjang proses belajar. Menurut Pujihastuti (Pujihastuti, 2012) dalam sistem layanan terbuka, perpustakaan memberi kebebasan kepada pengunjungnya untuk dapat masuk dan memilih sendiri koleksi yang diinginkannya di rak. Oleh karena itu, penataan ruang koleksi perlunya diperhatikan. Misalnya, rambu-rambu yang menunjukkan lokasi koleksi harus lengkap dan jelas. Jarak antara satu dengan rak yang lain lebih lebar.

Pada perpustakaan sekolah yang menggunakan sistem layanan tertutup, pemustaka tidak diperbolehkan mencari dan mengambil sendiri buku-buku yang dibutuhkan. Menurut Pujihastuti (Pujihastuti, 2012) layanan tertutup memiliki arti pengguna tidak boleh langsung mengambil koleksi bahan pustaka yang diinginkannya di rak, tetapi harus melalui petugas perpustakaan. Pengguna dapat memilih koleksi bahan pustaka yang diinginkannya melalui katalog yang disediakan.

Menurut beberapa pendapat ahli tersebut, dapat dikatakan bahwa pelayanan termasuk suatu hal yang penting. Pelayanan yang baik, tepat sasaran, inovatif, dan berorientasi kepada pemustaka akan menimbulkan rasa nyaman dan rasa empati bagi pemustaka sehingga para pemustaka tersebut akan berkeinginan untuk kembali mengunjungi perpustakaan. Sistem layanan terbagi dua yaitu layanan terbuka dan layanan tertutup. Layanan terbuka adalah layanan yang memberikan kebebasan kepada pemustaka untuk mencari dan menemukan sendiri


(3)

bahan pustaka, sedangkan layanan tertutup adalah layanan yang tidak memperbolehkan pemustaka untuk mengambil sendiri bahan pustaka melainkan melalui petugas perpustakaan dengan terlebih dahulu melihat koleksi yang ada di katalog.

Sintesis; yang dimaksud dengan perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah guna menunjang program belajar mengajar di lembaga pendidikan formal tingkat sekolah baik sekolah dasar maupun sekolah menengah, baik sekolah umum maupun sekolah lanjutan, dengan indikator sebagai berikut:

1. Sarana penunjang pendidikan 2. Sumber bahan pendidikan

3. Sarana dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap

2.3 Kaitan Perpustakaan dengan Proses Belajar

Penyelenggaraan perpustakaan merupakan upaya untuk memelihara dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam melaksanakan proses belajar. Perpustakaan yang terorganisir secara baik dan sistematis, secara langsung ataupun tidak langsung dapat memberikan kemudahan bagi proses belajar di sekolah tempat perpustakaan tersebut berada. Perpustakaan sekolah merupakan bagian integral dari program sekolah secara keseluruhan, dimana bersama -sama dengan komponen lainnya turut menentukan keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran (Darmono 2007, 3). Hal ini terkait dengan kemajuan bidang pendidikan dan dengan adanya perbaikan metode belajar yang dirasakan tidak bisa dipisahkan dari masalah penyediaan fasilitas dan sarana pendidikan.


(4)

Perpustakaan sekolah merupakan tempat untuk menemukan berbagai macam jenis informasi. Sumber informasi yang terlibat secara langsung di perpustakaan bisa dalam bentuk cetak maupun noncetak, karena dapat menunjang proses belajar. Menurut Reitz yang dikutip oleh Hasugian (2009, 78) perpustakaan sekolah adalah suatu perpustakaan yang berada pada sekolah dasar sampai dengan sekolah lanjutan baik milik pemerintah maupun swasta yang melayani kebutuhan informasi siswanya, kebutuhan kurikulum dari guru dan staf biasanya dikelola oleh pustakawan sekolah ataupun spesialis media. Perpustakaan sekolah sangat berpengaruh besar dalam menunjang proses belajar siswa. Namun perpustakaan sekolah tidak akan berarti apabila tidak dimanfaatkan secara efektif. Upaya penyelenggaraan perpustakaan sekolah merupakan upaya untuk memelihara dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar-mengajar (Sinaga 2011, 15).

Saat sekarang ini perpustakaan sekolah sudah wajib ada di setiap sekolah, karena keberadaan perpustakaan sekolah sangat banyak manfaatnya bagi masyarakat di lingkungan sekolah. Penyelenggaran perpustakaan sekolah bukan hanya untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya penyelenggaraan perpustakaan sekolah diharapkan dapat membantu murid-murid dan guru menyelesaikan tugas-tugas dalam proses belajar mengajar (Bafadal 2008, 5). Perpustakaan sekolah harus memperhatikan kualitas dan kelengkapan buku-buku yang menjadi koleksinya serta kelengkapan media penunjang seperti komputer untuk pencarian buku. Selain itu, kualitas pelayanan dan kenyamanan tempat juga sangat berpengaruh terhadap kualitas perpustakaan. Apabila faktor-faktor di atas sudah terpenuhi dengan baik, maka keinginan untuk


(5)

mengunjungi perpustakaan pun akan meningkat dan membantu masyarakat di lingkungan sekolah dalam melaksanakan proses belajar.

Menurut beberapa pendapat ahli tersebut, dapat dikatakan bahwa perpustakaan sekolah sudah wajib ada di setiap sekolah karena selain sebagai pusat informasi perpustakan sekolah juga berperan penting dalam menunjang proses belajar. Perpustakaan yang terorganisir dengan baik, efisien, efektif, dan sistematis turut menentukan keberhasilan dalam proses belajar. Pustakawan juga harus memperhatikan kualitas perpustakaan sekolah supaya keberhasilan dalam menunjang proses belajar juga dapat tercapai. Namun apabila perpustakaan sekolah tidak dimanfaatkan secara efektif, maka keberadaan perpustakaan sekolah tersebut tidak akan berarti.

2.4 Penelitian yang Relevan

Menurut Suroso (2009) dengan judul penelitian “Persepsi siswa terhadap perpustakaan dalam menunjang proses belajar mengajar SD 3 Kadipiro Kabupaten Bantul Yogyakarta” dapat diketahui bahwa perpustakaan sekolah dalam menunjang proses belajar mengajar tergolong sangat baik. Penelitian Suroso ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif. Suroso menganalisis data menggunakan analisis skor.

Menurut Fitriyani (2010) dengan judul penelitian “Peran perpustakaan sekolah dalam menunjang pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (studi kasus pada SDN Ciputat VI dan SDN Cempaka Baru II)” dapat diketahui bahwa pelayanan dan koleksi yang ada pada perpustakaan sudah cukup lengkap, siswa maupun guru pun telah memanfaatkan perpustakaan untuk kegiatan belajar


(6)

mengajar sehingga keberadaan perpustakaan sekolah sangat menunjang pelaksanaan KBK dalam meningkatkan prestasi siswa. Penelitian Fitriyani ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif. Fitriyani menganalisis data menggunakan skala presentase sederhana.

Menurut Rini (2010) dengan judul penelitian “ Pengaruh pemanfaatan perpustakaan sekolah terhadap prestasi belajar siswa kelas X SMAN 1 Karangdowo tahun ajaran 2009/2010” dapat diketahui bahwa perpustakaan sekolah sangat menunjang prestasi belajar siswa. Penelitian Rini ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif. Rini menganalisis data menggunakan analisis statistik.

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu sama-sama menggunakan pendekatan kuantitatif untuk melihat adanya pengaruh perpustakaan sekolah terhadap proses belajar mengajar. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada analis data. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan analisis regresi linear sederhana, sedangkan Suroso menganalisis data menggunakan analisis skor, Fitriyani menganalisis data menggunakan skala presentase sederhana, dan Rini menganalisis data menggunakan analisis statistik.