Pengaruh Keadilan Organisasi terhadap Cyberloafing di Bank Sumut Cabang Utama

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada era teknologi saat ini, penggunaan internet telah menyebar di seluruh
penjuru dunia. Berdasarkan data yang didapatkan dari Internet Live Stats (2014),
hampir 75% penduduk di dunia menggunakan internet. Asia merupakan benua
yang menduduki peringkat pertama dengan pengguna internet sebanyak 45,7%
dari populasi di dunia. Di Indonesia, internet telah berkembang selama beberapa
dekade terakhir. Menurut data yang dikemukakan oleh Kementrian Komunikasi
dan Informatika (2014), Indonesia telah berada pada peringkat ke-8 di dunia
dengan pengguna internet yang telah mencapai jumlah 82 juta orang.
Internet telah menjadi suatu elemen yang tidak terpisahkan dalam
kehidupan pribadi maupun kehidupan bisnis seseorang (Ogut, Sahin & Demirsel,
2013). Hal tersebut dikarenakan internet memberikan kemudahan bagi orang
untuk mengakses informasi-informasi mengenai dunia luar. Dalam kehidupan
pribadi, penggunaan internet dapat berupa mengakses informasi mengenai berita,
olahraga, infotaimen dan penggunaan social media seperti Facebook, Twitter,
Path, dan sebagainya. Dalam bidang bisnis, internet digunakan sebagai suatu
media untuk melakukan bisnis dengan cara non-tradisional dan internet juga
digunakan untuk meningkatkan kinerja karyawan (Lim, 2002). Banyak

perusahaan yang telah memfasilitasi karyawan dengan internet dengan tujuan
untuk meningkatkan kinerja karyawannya (Lim, 2002).

1
Universitas Sumatera Utara

Penggunaan internet di tempat kerja dapat memberikan keuntungan dan
kerugian bagi perusahaan. Internet dapat digunakan karyawan untuk melakukan
tindakan yang menguntungkan bagi perusahaan, seperti memperoleh informasi,
melakukan promosi barang atau jasa secara meluas, dan melakukan perekrutan.
Dengan adanya internet di tempat kerja, dapat memudahkan karyawan dan dapat
mempersingkat waktu karyawan dalam mengerjakan tugasnya (Ogut, dkk, 2013).
Survei yang dilakukan oleh USC Annenberg School (2004) menyatakan bahwa
hampir dua-pertiga dari pengguna yang memiliki akses Internet di tempat kerja
(65,8 persen) mengatakan bahwa online di tempat kerja membuat mereka lebih
produktif.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa selain memberikan keuntungan bagi
perusahaan, internet dapat memberikan dampak buruk bagi perusahaan.
Menurunnya produktivitas, membuang waktu dan biaya, penyalahgunaan internet
bahkan kecanduan internet merupakan salah satu masalah yang akan dihadapi

oleh perusahaan yang menyediakan internet bagi karyawannya (Johnson & Ugray,
2007). Menurut Blanchard dan Henle (2008), karena semakin mudah akses dalam
menggunakan internet menyebabkan karyawan memiliki kecenderungan untuk
menggunakan internet sebagai hiburan dan hal-hal lain yang tidak berkaitan
dengan pekerjaan. Salah satu kerugian dengan adanya internet di tempat kerja
ialah

cyberloafing.

Cyberloafing

merupakan

tindakan

dari

karyawan

menggunakan akses internet perusahaan untuk kepentingan yang tidak

berhubungan dengan pekerjaan (Lim, 2002).

2
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Kansas State
University (2013), terdapat sekitar 60 sampai 80 persen karyawan mengakses
internet yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Berdasarkan survei yang
dipublikasi oleh Internet Data Corp menyatakan bahwa 40 persen dari
penggunaan internet di tempat kerja tidak berkaitan dengan pekerjaan dan 60
persen dari seluruh pembelian online dilakukan selama waktu kerja (Al-Shuhaibi,
Shamsudin & Subramaniam, 2013).
Perilaku cyberloafing dapat merugikan perusahaan. Selain penurunan
produktivitas karyawan, cyberloafing juga dapat mengurangi tanggung jawab
karyawan, mengancam keamanan perusahaan, bahkan dapat menghabiskan
sumber daya di perusahaan (Oswalt & Howard, 2003). Pernyataan tersebut
didukung oleh Taylor (2004) yang menyatakan bahwa penggunaan internet
khususnya web surfing oleh karyawan di United Kingdom menghabiskan biaya
sekitar $600 juta dolar pertahunnya. Malachowski (2005), percaya bahwa
cyberloafing adalah cara yang paling umum untuk menghabiskan waktu selama

jam kerja dan estimasi sebelumnya menunjukkan bahwa karyawan menghabiskan
waktu 3 jam seminggu sampai 2,5 jam per hari untuk melakukan cyberloafing.
Cyberloafing dapat memberikan dampak buruk bagi karyawan. Kecanduan
internet merupakan salah satu dampak buruk dari internet. Biaya dan kerusakan
yang disebabkan oleh cyberloafing terhadap organisasi cukup tinggi dan
menciptakan masalah serius. Tentu saja, cyberloafing merupakan suatu masalah
bagi perusahaan, sebab cyberloafing dapat menyebabkan penurunan kinerja

3
Universitas Sumatera Utara

karyawan dan dianggap dapat merugikan perusahaan secara finansial (Whitty,
2004).
Namun, terdapat beberapa penelitian yang menyatakan bahwa perilaku
cyberloafing juga dapat memberikan manfaat. Salah satunya ialah penelitian oleh
Anandarajan, Simmers dan Igbaria (2000), yang menyatakan bahwa cyberloafing
merupakan perilaku yang dilakukan untuk mengatasi beberapa pengalaman
negatif di tempat kerja, seperti stres serta cyberloafing juga dapat meningkatkan
kemampuan kognitif dan kreativitas pekerja.
Tindakan yang termasuk cyberloafing seperti mengirim email yang tidak

berkaitan dengan pekerjaan, memainkan game online, online shopping, menonton
video, mengunduh lagu, dan mengakses sosial media. Menurut Weatherbee
(2010) berbagai jenis perilaku cyberloafing yang dapat diidentifikasi berupa
surfing situs yang tidak terkait dengan pekerjaan selama jam kerja seperti bermain
game, mengakses banking online pribadi, update blog / situs pribadi selama jam
kerja, atau menyia-buang waktu organisasi menggunakan email untuk alasan yang
tidak berkaitan dengan pekerjaan.
Ozler dan Polat (2012) membagi penyebab dari perilaku cyberloafing pada
karyawan menjadi tiga faktor, yaitu faktor individual, faktor situasional dan faktor
organisasi. Faktor individual yang merupakan faktor penyebab munculnya
perilaku cyberloafing adalah persepsi dan sikap, sifat individu, kebiasaan dan
adiksi internet, faktor demografis, keinginan untuk terlibat, norma sosial, dan
kode etik personal. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa terdapat perbedaan
level dari penggunaan internet ditinjau dari faktor kepribadian (Chen, Ross &

4
Universitas Sumatera Utara

Yang, 2011). Penelitian lainnya menemukan pengaruh regulasi diri dan
karakteristik individu lainnya (seperti, self-efficacy, orientasi pencapaian dan

conscientiousness) terhadap munculnya perilaku cyberloafing (Prasad, Lim &
Chen, 2010). Penelitian oleh Krishnan, Lim dan Teo (2010) menyatakan bahwa
perilaku cyberloafing lebih dapat diprediksi melalui dimensi agreeableness dan
extraversion dibandingkan dengan dimensi lainnya pada Big Five.
Kedua, faktor situasional yang merupakan faktor situasi yang mendukung
ataupun memfasilitasi karyawan untuk mengakses internet yang cenderung dapat
menyebabkan perilaku cyberloafing. Salah satu contoh faktor situasional yang
dapat berpengaruh pada cyberloafing ialah jarak kedekatan fisik antara karyawan
dengan supervisor (Ozler & Polat, 2012).
Terakhir, faktor yang mempengaruhi

cyberloafing adalah faktor

organisasi. Faktor organisasi merupakan faktor penyebab cyberloafing yang
berasal dari dalam organisasi, seperti pembatasan penggunaan internet, hasil yang
diharapkan, dukungan manajerial, persepsi norma cyberloafing rekan kerja, sikap
kerja karyawan, ketidakadilan, komitmen pekerjaan, kepuasan kerja dan
karakteristik pekerjaan. Ditinjau dari dukungan manajerial, ketika karyawan
didorong oleh manajer mereka untuk menggunakan internet dalam pekerjaan,
karyawan tersebut cenderung menafsirkan dorongan tersebut untuk kedua tujuan,

yaitu yang berhubungan dengan pekerjaan dan yang tidak bertujuan dengan
pekerjaan (Liberman, Seidman, McKenna & Buffardi, 2011). Sedangkan
penelitian lain menemukan bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap
cyberloafing (Celik, 2014).

5
Universitas Sumatera Utara

Jika ditinjau dari faktor ketidakadilan, beberapa penelitian mendukung
pengaruh variabel ini terhadap cyberloafing (Lim, 2002; Ahmadi, Bagheri,
Rokhni & Kahreh , 2011; Ogut, Demirsel & Sahin, 2013). Menurut Ogut,
Demirsel dan Sahin (2013) faktor penyebab cyberloafing yang berasal dari
organisasi lebih sulit untuk diselesaikan daripada faktor individual, khususnya
jika mencakup kepercayaan karyawan mengenai adanya ketidakadilan dalam
organisasi.
Keadilan organisasi merupakan salah satu topik penelitian yang sering
diteliti dalam bidang psikologi industri dan organisasi, human resource
management dan perilaku organisasi (Cropanzano & Greenberg, 1997; Bakshi,
Kumar & Rani, 2009). Keadilan organisasi dianggap penting karena dapat
mempengaruhi kinerja karyawan (Al-Zu’bi, 2010; Colquitt, Conlon, Wesson,

Porter, & Ng, 2001). Keadilan organisasi juga dapat mempengaruhi kepercayaan
(trust) karyawan terhadap organisasi (Colquit, dkk, 2001), performa kerja (Rupp
& Cropanzano, 2002), kepuasan kerja (Al-Zu’bi, 2010), dan komitmen organisasi
(Demirel & Yucel, 2013).
Ketika karyawan merasa bahwa dirinya tidak diperlakukan secara adil oleh
organisasi, dapat menimbulkan beberapa masalah. Pernyataan tersebut didukung
oleh penelitian

ki dan Vahtera (2002) mengenai pengaruh

keadilan organisasi terhadap kesehatan karyawan. Penelitian tersebut menemukan
bahwa ketika karyawan merasakan rendahnya tingkat keadilan di tempat kerja,
maka meningkatkan resiko untuk terkena penyakit psikologis tertentu dan dapat
meningkatkan sick absence pada karyawan. Dengan kata lain, organisasi yang

6
Universitas Sumatera Utara

tidak adil dapat mempengaruhi kesehatan karyawan, yang pada akhirnya dapat
menurunkan produktivitas dari organisasi tersebut.

Keadilan organisasi dibagi menjadi empat komponen utama seperti
keadilan distributif, keadilan prosedural, keadilan interpersonal, dan keadilan
informasional (Colquitt, 2001). Penelitian ini menggunakan keempat dimensi dari
keadilan organisasi diatas. Hal tersebut juga menjadikan penelitian ini berbeda
dengan penelitian sebelumnya yang hanya menggunakan tiga dimensi dari
keadilan organisasi untuk dikaitkan dengan cyberloafing, yaitu keadilan
distributif, keadilan prosedural, dan keadilan interaksional (Lim, 2002; Ahmadi,
dkk, 2011; Ogut, dkk, 2013)
Jika dikaitkan kembali dengan cyberloafing, sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Lim (2002) menggunakan ketiga dimensi dari keadilan organisasi
(distributif, prosedural dan interaksional) dalam melihat pengaruhnya terhadap
perilaku cyberloafing. Penelitian tersebut juga menggunakan variabel mediator
yaitu metaphor of ledge. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa keadilan
organisasi secara tidak langsung dapat mempengaruhi cyberloafing melalui
neutralisasi atas ketidakadilan yang dirasakan oleh karyawan tersebut.
Penelitian dilakukan di Bank Sumut Kantor Cabang Utama. Bank Sumut
merupakan bank pemerintah daerah yang dimiliki oleh pemerintah provinsi
Sumatera Utara. Badan usaha yang bergerak di bidang perbankan memiliki
pertumbuhan yang sangat tergantung pada pelayanan para karyawan kepada
nasabah. Perbankan berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara,


7
Universitas Sumatera Utara

sehingga perusahaan harus terus-menerus meningkatkan pelayanan kepada
nasabah dan mampu mempertahankan dan meningkatkan kinerja karyawan.
Bank Sumut memberikan fasilitas internet yang tidak terbatas pada
karyawan. Karyawan dapat menggunakan internet melalai komputer perusahaan
maupun wifi yang telah disediakan. Bank Sumut juga tidak menerapkan
pembatasan penggunaan perangkat elektronik pribadi seperti smartphone, tablet
dan laptop. Penggunaan internet yang tidak terbatas ini memungkinkan karyawan
untuk menyalahgunakan internet sebagai hiburan saat bekerja (Blanchard &
Henle, 2008).
Berdasarkan media masa online, Waspada (2015), menyatakan bahwa
kinerja Bank Sumut menurun drastis di tahun 2014. Penurunan kinerja tersebut
sangat meresahkan banyak pihak karena pada dasarnya perbankan berperan
penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Hal tersebut juga yang
menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian di Bank Sumut. Penelitian ini
ingin melihat apakah penggunaan internet menjadi salah satu penyebab penurunan
kinerja di Bank Sumut.

Biaya berlebihan yang harus ditanggung organisasi dari cyberloafing
menyebabkan organisasi melakukan berbagai usaha untuk mencaritahu penyebab
dari perilaku tersebut dan untuk mengontrol perilaku karyawannya dalam rangka
mengurangi biaya dari cyberloafing tersebut (Ahmadi, dkk, 2011). Hal serupa
juga yang menjadi tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi cyberloafing. Sesuai dengan penjelasan diatas, penelitian ini ingin
melihat apakah keadilan organisasi mempengaruhi perilaku cyberloafing.

8
Universitas Sumatera Utara

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah apakah keadilan organisasi memiliki pengaruh terhadap
cyberloafing di Bank Sumut Kantor Cabang Utama?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh
keadilan organisasi terhadap cyberloafing di Bank Sumut Kantor Cabang Utama.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu untuk menambah dan
memperkaya bidang ilmu pengetahuan khususnya di bidang Psikologi
Industri dan Organisasi dalam hal yang terkait dengan cyberloafing dan
keadilan organisasi di Indonesia, khususnya di kota Medan.
2. Manfaat Praktis
Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada
perusahaan mengenai tingkat keadilan yang dipersepsikan karyawan,
frekuensi cyberloafing serta pengaruh keadilan organisasi terhadap
cyberloafing di Bank Sumut Kantor Cabang Utama.

9
Universitas Sumatera Utara

E. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Berisikan latar belakang masalah, khususnya mengenai cyberloafing
dengan keadilan organisasi, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori
Berisi penjelasan mengenai teori yang mendasari masalah penelitian.
Pada penelitian ini, landasan teori mencakup teori mengenai
cyberloafing, seperti definisi, aktivitas, faktor yang mempengaruhi
cyberloafing, dan teori mengenai keadilan organisasi yang mencakup
definisi dan dimensi dari keadilan organisasi. Serta, terdapat dinamika
antar kedua variabel penelitian, yaitu cyberloafing dengan keadilan
organisasi dan hipotesis penelitian.
Bab III : Metode Penelitian
Berisi identifikasi variabel, definisi operasional, populasi dan metode
pengambilan sampel, metode pengambilan data, prosedur pelaksaan
penelitian dan metode analisa data penelitian.
Bab IV : Hasil dan Pembahasan
Berisi hasil analisis data disertai dengan pembahasan. Hasil analisis
data yang terdapat dalam bab ini adalah gambaran subjek penelitian,
hasil penelitian serta pembahasan mengenai hasil penelitian.

10
Universitas Sumatera Utara

Bab V : Kesimpulan dan Saran
Berisi kesimpulan mengenai hasil penelitian serta saran baik secara
metodologis, yaitu untuk penelitian selanjutnya maupun saran praktis
yang diperuntukkan bagi perusahaan.

11
Universitas Sumatera Utara