PERBEDAAN PROBLEM FOCUSED COPING DALAM MENGHADAPI MASALAH PADA PRIA DAN WANITA YANG MENJALANI PACARAN JARAK JAUH DI MASA DEWASA AWAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Program Studi Psikologi

  

PERBEDAAN PROBLEM FOCUSED COPING DALAM

MENGHADAPI MASALAH PADA PRIA DAN WANITA YANG

MENJALANI PACARAN JARAK JAUH DI MASA DEWASA AWAL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

  

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Maria Fransiska Diah P

  

NIM: 059114023

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  HALAMAN  MOTTO    Masa  lalu adalah kenangan yang tak terulang  Masa  depan adalah harapan  Masa

 kini adalah dimana kita berada sekarang ini 

Hadapilah  hari ini dengan lebih baik dari hari kemarin   Agar  hari esok menjadi senyuman   

            (Y.  L. G Abu Jatmiko) 

   

   Dipersembahkan untuk:

  • Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menyertaiku...
  • Bapak (FB Marsudi) dan Ibu (Ch. Sartini) tercinta

  • Adekku (Wahyu Puji Antono) Seseorang yang kucintai dan mencintaiku....

  (Y L G Abu jatmiko)

  

ABSTRAK

Perbedaan Perilaku Problem Focused Coping

Dalam Menghadapi Masalah pada Pria dan Wanita

yang Menjalani Pacaran Jarak Jauh di Masa Dewasa Awal

Maria Fransiska Diah P

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan problem focused coping yang

digunakan oleh pria dan wanita yang menjalani pacaran jarak jauh di masa dewasa awal dalam

menghadapi stres. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan perbedaan problem

focused coping yang digunakan antara pria dan wanita yang menjalani pacaran jarak jauh di masa

dewasa awal dalam menghadapi masalah. Pria memiliki kecenderungan lebih tinggi dalam

menggunakan problem focused coping daripada wanita. Subyek penelitian ini berjumlah 74

subyek yaitu 37 pria dan 37 wanita. Pemilihan subyek untuk penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling . Penelitian ini menggunakan try out terpakai karena sedikitnya jumlah sampel

subyek yang dapat digunakan dalam penelitian ini sehingga hasil try out digunakan sebagai hasil

penelitian yang dianalisis. Jenis penelitian ini adalah penelitian komparasional. Variabel bebas

yang terdapat dalam penelitian ini adalah jenis kelamin sedangkan variabel tergantungnya adalah

problem focused coping. Metode pengumpulan data adalah skala strategi problem focused coping

saat menghadapi masalah dalam menjalani pacaran jarak jauh Skala terdiri dari 30 soal problem

focused coping . Hasil pengujian hipotesis penelitian pada metode problem focused coping

diperoleh nilai uji-t sebesar 0,186 dengan taraf signifikansi sebesar 0,853 (p<0,05). Hal ini berarti

bahwa hipotesis ditolak yang artinya tidak ada perbedaan dalam menggunakan metode Problem

Focused Coping pada subyek pria dan wanita dalam menghadapi pacaran jarak jauh di masa

dewasa awal dalam menghadapi stres. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan

bahwa hipotesis yang mengatakan bahwa ada perbedaan problem focused coping antara pria dan

wanita, pria memiliki kecenderungan lebih tinggi dalam menggunakan problem focused coping

daripada wanita tidak signifikan.

  Kata kunci: berfokus pada masalah, pacaran jarak jauh, masa dewasa awal

  

ABSTARCT

The Differences Behavior Problem Focused Coping

between Men and Women in the Long Distance Relationship

in Early Adulthood.

  

Maria Fransiska Diah P

The goal of this research to know the differences problem focused coping between men

and women who related with Long Distance relationship in early adulthood. The hypothesis

proposed that there was a differences problem focused coping in by men and women use with long

distance relationship in early adulthood, whom related with Long Distance Relationship in early

adulthood. Men higher than women in used the problem focused coping.This research use 74

subjects consist of 37 men and 37 women used purposive sampling. This research used because

the amount of samples is limited applied test and the test result can also be used as analyzed

research data. This research was a comparison research. This research use gender as independent

variable and problem focused coping as dependent variable. This research used a scale problem

solving the long distance relationship were problem focused coping and emotional focused coping

to collection data. Scale which consists of 30 items problem focused coping. The result of

hypothesis testing in problem focused coping is t-test 0.186 with significantly degree 0.853 (P >

0.05). This result shows that there were no differences in problem focused coping method in men

and women who related with long distance relationship in early adulthood in stress handling.

According into results of this research, a conclusion can be taken, the hypothesis that said there

was differences in problem focused coping between men and women Keywords: problem focused coping, long distance relationship, early adulthood

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus atas rahmat, penyertaan dan berkatNya yang penulis rasakan dari memulai penulisan skripsi sampai penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Universitas Sanata Dhrama Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa karya tulis ini tidak akan terwujud tanpa bantuan, bimbingan, dorongan dan pengarahan dari berbagai pihak. Maka penulis mengucapkan terimakasih dengan setulus hati kepada

  1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menyertai dan melimpahkan berkatNya setiap saat dalam berbagai pengalaman hidup yang penulis alami sehingga penulis dapat terus bangkit dan menyelesaikan skripsi ini

  2. Ibu Dr Ch. Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  3. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi, M.Si selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarata dan dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan masukan, kritik, saran dan dukungan selama penulis mengerjakan skripsi.

  4. Bapak Minta Istono, S.Psi, M.Si dan Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si selaku penguji skripsi yang memberikan masukan, kritik dan saran untuk skripsi penulis agar menjadi lebih baik.

  5. Ibu Kristiana Dewayani, S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa membimbing penulis dalam masalah yang berkaitan dengan akademik.

  6. Bapak dan ibu dosen Fakultas Psikologi yang telah membimbing penulis selama studi di Fakultas Psikologi ini.

  7. Mbak Nanik, Mas Gandung, Mas Muji, Mas Doni dan Pak Gie yang membantu penulis selama studi di Fakultas Psikologi ini

  8. Bapak (FB Marsudi) dan ibu (Ch Sartini) tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan kepada penulis selama penulis menempuh studi dan menyelesaikan karya tulis ini. Pak, Bu.... akhirnya Diah bisa menyelesaikan skripsi ini.....

  9. All my big family.... adek, simbah, pakde-budhe, om-bulek, mbak, dan

  sepupu..makasih buat doa dan dukungannya selama penulis menempuh studi 10. “ Bintang

    hidupku  (Y  L  G  Abu  Jatmiko)” yang menerangiku, kucintai dan

  mencintaiku : Makasih mas buat perhatian dan cinta yang selalu kurasakan setiap saat dalam suka dan duka serta dorongan, bantuan dan semangat sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

  11. Keluarga besar “KOST MAWAR”: Pak Siyam, makasih pak buat segala bimbingannya selama penulis tinggal di Yogyakarta. Ani, Sisil, Cici, Ferry, Evrin, Anggie, Rani, Ritha, Krisna, Ermen, Densi, Nitha, Itin, Fanny, Irin, Erlika, Yuni, Ella, Ochi makasih buat keceriaan, keakraban dan kekeluargaan selama ini.

  12. Semua teman-teman angkatan 2005 yang mengisi hari-hari penulis selama penulis studi di Fakultas Psikologi.....

  13. Semua teman-teman yang sudah berkenan mengisi kuisioner penelitian.

  Makasih buat bantuan dan kesediaan kalian.

  14. Semua pihak yang belum disebutkan satu persatu.........terimakasih atas dukungan dari kalian semua.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat memberikan masukan bagi penulis.

  Penulis Maria Fransiska Diah P

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL……………………………………...…….........................…i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………............…......ii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………................iii HALAMAN MOTTO………………………………………….……....................iv HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………........…...........…...v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…….…………..................vi ABSTRAK……………………………………………………….…….………...vii

  

ABTRACT… ………………………………...…………………………………...viii

  HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.........................................................ix KATA PENGANTAR……………………………………………….....…...........x DAFTAR ISI……………………………………………………….....…….......xiii DAFTAR TABEL…………………………………………..……………..........xvi DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xvii DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xviii

  BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang……………………………………………......….……1 B. Perumusan Masalah…………………………………………..……….7 C. Tujuan Penelitian………………………………………..…………….7 D. Manfaat Penelitian……………………………………..………...........7 BAB II: LANDASAN TEORI A. Problem Focused Coping

  2. Fungsi Coping………………………………..……....…..............10

  3. Bentuk-Bentuk Coping……………………………………….......12

  4. Fungsi Problem Focused Coping ..................................................14

  5. Aspek-Aspek Problem Focused Coping………..……………..…16

  6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Coping.....................17

  B. Pacaran Jarak Jauh

  1. Pengertian Pacaran………………………………..………...........19

  2. Pengertian Pacaran Jarak Jauh.…………………………...……....22

  3. Tantangan Dalam Pacaran Jarak Jauh……………………..…..…24

  C. Masa Dewasa Awal……………………..………………………..….25

  D. Dinamika Perbedaan Problem Focused Coping Pada Pria dan Wanita Dalam Menghadapi Masalah Pada Pacaran Jarak Jauh di Masa Dewasa Awal………….........................................................28

  E. Skema Perbedaan Problem Focused Coping Dalam Mengatasi Masalah Pada Pria dan Wanita yang Menjalani Pacaran Jarak Jauh di Masa Dewasa Awal ...................................….33

  F. Hipotesis…………………………………………………………….34

  BAB III: METODELOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian………………...……………..….......35 B. Definisi Operasional……………………………………...…………..35 C. Jenis Penelitian………………………………………………...……..37 D. Subyek Penelitian……………………………………………...……..37

  F. Validitas dan Realibilitas Alat Pengumpulan Data………………......40

  G. Metode Analisis Data……………..……………………………….…43

  BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian………………………..………………………...44 B. Pelaksanaan Penelitian…………………………………………..…...44 C. Hasil Uji Coba Penelitian……………………………………..…..….46 D. Hasil Penelitian……………………………………………..………..48 E. Pembahasan………………………………………….……..………..51 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……………………………………………..……..…......55 B. Saran……………………………………………..………………......56

DAFTAR PUSTAKA………………………………………..……..……..........57

LAMPIRAN.........................................................................................................60

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1: Distribusi Butir-Butir Skala Problem Focused Coping Sebelum Uji Coba.....................................................................................39

  Tabel 2: Distribusi Jumlah Subyek Penelitian ………………………………......45 Tabel 3: Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Usia………………………..45 Tabel 4: Distribusi Butir-Butir Skala Problem Focused Coping

  Setelah Uji Coba.......................................................................................47 Tabel 5 :Tabel Uji Normalitas Metode Problem Focused Coping

  Pada Subyek Wanita……………………………………………………48 Tabel 6: Tabel Uji Normalitas Metode Problem Focused Coping

  Pada Subyek Pria…………………………………………………….....49 Table 7: Tabel Uji Homogenitas Pada Metode Problem Focused Coping.……49 Tabel 8: Tabel Deskriptif Problem Focused Coping……………………….…....50

  DAFTAR GAMBAR

  Skema Perbedaan Problem Focused Coping Dalam Mengatasi Masalah Pada Pria dan Wanita yang Menjalani Pacaran Jarak Jauh di Masa Dewasa Awal……...........................................................................................33

  DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A

  1. SKALA....................................................................................................61

  2. DATA SUBYEK PENELITIAN.............................................................67

  LAMPIRAN B

  1.RELIABILITAS.......................................................................................71

  2. UJI NORMALITAS................................................................................75

  3.UJI HOMOGENITAS..............................................................................78

  4.UJI HIPOTESIS........................................................................................80

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa dewasa awal adalah periode transisi antara masa remaja dan

  masa dewasa yang merupakan perpanjangan kondisi ekonomi dan pribadi yang sementara (Santrock,2002;73). Masa dewasa awal juga merupakan awal dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa dewasa awal telah melewati masa remaja dan kini akan memasuki tahap pencapaian kedewasaan dengan berbagai macam tantangan yang lebih beragam bentuknya yang harus dihadapi.

  Pada masa dewasa awal (young adulthood) tugas-tugas perkembangan lebih berfokus pada beberapa tugas pokok sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, berarti bahwa individu membutuhkan kehadiran individu lain di dalam kehidupannya. Mereka menjalin relasi dengan orang lain baik dengan sesama maupun lawan jenis. Di masa ini individu akan mempunyai tugas perkembangan yang berkisar pada pembinaan hubungan intim dengan orang lain, terutama hubungan intim dengan lawan jenis yang ditandai dengan saling mengenal pribadi seseorang baik kekurangan ataupun kelebihan masing- masing individu yang dilanjutkan dengan berpacaran (Dian:2006)

  Pacaran merupakan suatu proses masa saling mengenal pasangan secara lebih mendalam dan menyesuaikan diri. Biasanya pacaran serius dimulai sejak masa dewasa muda dan merupakan periode penyesuaian Seseorang akan menjalin hubungan dekat dengan orang yang dikasihi melalui hubungan pacaran karena merasakan kenyamanan dan kecocokan. (Nisa:2007) Pada umumnya orang yang menjalin hubungan romantis pacaran selalu ingin merasa dekat satu sama lain secara fisik maupun perasaan. Namun dalam menjalani pacaran, individu tidak selalu dapat berdekatan dengan pasangannya sehingga mereka melakukan pacaran jarak jauh. Pacaran jarak jauh merupakan suatu hubungan antara dua pihak yang saling berkomitmen namun, individu tidak dapat selalu berada secara berdekatan satu sama lain dan tidak dapat bertemu ketika mereka saling membutuhkan, karena menempuh pendidikan atau tuntutan bekerja pada kota yang berbeda, pulau yang berbeda, bahkan negara ataupun benua (Nisa:2007).

  Di Amerika, pada tahun 2005 jumlah pasangan yang belum menikah yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh menunjukkan bahwa 4,4 juta mahasiswa (20-40% dari berbagai program studi) menjalani hubungan jarak jauh. Sebuah studi juga menyebutkan bahwa 1 dari 7 (14%) pasangan di Amerika Serikat adalah Long Distance Relationship. Sedangkan berdasarkan perkiraan dari data sensus kurang lebih ada 3,5 juta pasangan yang long

  

distance relationship. Secara keseluruhan, ada sekitar tujuh juta-an pasangan

  (14-15 juta orang) di Amerika Serikat yang sedang menjalani Long Distance Relationship . (Rini,2008:19).

  Situasi dalam hubungan pacaran jarak jauh (long distance relationship) mempunyai banyak hambatan dan persoalan. Adanya persoalan dan hambatan mulai dari yang sederhana dan dapat diatasi sampai pada persoalan dan hambatan yang rumit dan menimbulkan tekanan secara psikologis tidak dapat dihindari. Persoalan yang sering muncul dalam pacaran jarak jauh misalnya masalah kejauhan fisik, pacaran jarak jauh bisa merusak rasa saling percaya atau trust dalam hubungan yang merupakan sesuatu yang amat penting dalam hubungan berpacaran, menyukai lawan jenis yang ada di dekatnya, merasa tidak diperhatikan, kejenuhan dan rasa kesepian. Selain itu, hubungan pacaran jarak jauh sangat mungkin akan mengalami suatu konflik dan jika tidak segera diselesaikan dapat mengakibatkan frustrasi dan ketidakseimbangan kejiwaan yang dapat memberikan pengaruh langsung dalam hubungan.

  Mereka yang berada pada masa dewasa awal akan mulai mengatur pemikiran secara operasional dan dituntut tanggung jawab dalam memutuskan sesuatu sehingga mereka merencanakan dan membuat hipotesis yang lebih sistematis ketika mendekati masalah dan tidak hanya menggunakan emosi.

  Orang dewasa lebih mampu menyusun hipotesis dari pada remaja dan menurunkan suatu pemecahan masalah dari suatu masalah. (Santrock,2002:91- 92).

  Menghadapi persoalan dan hambatan merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Hambatan dan persoalan yang terjadi dalam menjalani hubungan pacaran jarak jauh dapat menyebabkan terganggunya fungsi emosi, fisik dan kognitif. Tidak semua orang dapat mengatasi masalah karena cara penyelesaian yang kurang efektif dan menggunakan emosi. Dalam menghadapi masalah, tidak semua pasangan yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh dapat menyelesaikannya. Ada juga yang menyerah sehingga mengambil keputusan untuk putus.

  Hasil wawancara dengan beberapa orang yang menjalani pacaran jarak jauh terlihat bahwa masalah dalam pacaran jarak jauh dapat dipicu oleh beberapa hal. My (perempuan,23 tahun) mengatakan bahwa dia menyadari bahwa ada lawan jenis di dekatnya yang mulai menyukai atau disukai, takut pasangan menyukai/disukai orang lain, pasangan tidak pengertian sehingga bila berkomunikasi lewat telpon hanya bertengkar dan terjadi kesalahpahaman. AA (perempuan, 22 tahun) mengatakan bahwa pemicu emosi yang membuat hubungannya mengalami masalah karena komunikasi yang kurang dan tidak dapat bertemu secara fisik. Selain itu, E (laki-laki,22 tahun) mengatakan dia merasa gelisah pasangannya tidak setia dan takut pasangannya diganggu oleh laki-laki lain, tidak dapat memberi perhatian yang nyata seperti tidak di sampingnya ketika pasangannya membutuhkan dan tidak dapat menemaninya setiap hari. R (laki-laki, 22 tahun) mengatakan bahwa adanya godaan untuk selingkuh karena bosan dan sering mendengar berita- berita negatif tentang pasangan yang mengganggu pikirannya. Fenomena pacaran jarak jauh juga dialami oleh artis Acha Septriasa seorang penyanyi dan aktris sinetron yang menjalani pacaran jarak jauh kurang dari satu tahun. Acha berada di Malaysia untuk melanjutkan pendidikan di jenjang yang lebih tinggi dan Irwansyah berada di Jakarta. Jarak yang jauh dan kesibukan mereka membuat berkurangnya rasa percaya sehingga timbul prasangka adanya pihak ketiga. Hal tersebut tidak dapat mereka atasi sehingga mereka mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan mereka (infoartis,2008).

  Ketika seseorang berhadapan dengan permasalahan dalam hidupnya, seseorang akan menggunakan mekanisme strategi coping untuk melindungi tekanan-tekanan psikologi yang dialami. Strategi coping merupakan suatu suatu proses yang dilakukan individu untuk mencoba mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari individu maupun lingkungan dengan sumber daya yang digunakan. (Smet, 1994:143).

  Strategi coping dibedakan menjadi dua yaitu Problem Focused Coping (PFC) dan Emotional Focused Coping (EFC). Strategi coping yang berorientasi pada masalah atau Problem Focused Coping merupakan usaha yang digunakan untuk mengatasi masalah dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru dan individu akan cenderung menggunakan strategi ini bila yakin akan dapat mengubah situasi sedangkan strategi yang berorientasi pada emosi atau Emotional Focused Coping lebih digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap masalah. (Smet,1994:145-147)

  Setiap orang memiliki solusi yang berbeda-beda dalam mengatasi masalah yang dialami. Seseorang yang cenderung menggunakan problem

  focused coping dalam mengatasi masalah yang dialami akan cenderung untuk

  lebih terfokus pada masalah yang dihadapinya dan berusaha untuk mencari berbagai cara untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Seseorang yang menggunakan problem focused coping yakin bahwa hal-hal yang menjadi sumber masalah dapat diubah. (Arbidiati dan Kurniati.2007:24). Pada Problem

  

Focused Coping seseorang menghadapi masalah dengan pemecahan masalah,

pembuatan keputusan, maupun dengan menggunakan tindakan langsung.

  (Setianingsih,2003:107). Mereka yang dipengaruhi oleh rasionalitas akan cenderung menggunakan strategi problem focused coping karena dalam kesehariannya mereka sudah dapat mengontrol emosi dengan baik sehingga ketika berhadapan dengan masalah mereka akan menggunakan rasio.

  (Susantiny,2001:6) Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan pemilihan perilaku

  

coping adalah usia, pendidikan, status sosial ekonomi, dukungan sosial, jenis

  kelamin, karakteristik kepribadian dan pengalaman. Namun, peneliti hanya meneliti tentang faktor jenis kelamin.

  Menurut Penelitian yang dilakukan Tamres, Janicki dan Helegeson (Baron & Byrne,2006:525) menunjukan bahwa pria dan wanita memiliki perbedaan dalam mengatasi situasi yang menekan. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa wanita menggunakan strategi coping yang luas baik

  

problem focused coping (misalnya, perencanaan dan coping secara aktif)

  maupun emotional focused coping (antara lain mencari dukungan sosial dan perenungan kembali) dibandingkan dengan pria.

  Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berfokus pada perbedaan problem focused coping pada pria dan wanita di masa dewasa awal dalam mengatasi masalah yang terjadi pada pacaran jarak jauh.

  B. Perumusan Masalah

  Masalah yang akan diselidiki dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan problem focused coping pada pria dan wanita di masa dewasa awal dalam mengatasi masalah yang terjadi pada pacaran jarak jauh?

  C. Tujuan

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan problem focused

  coping pada pria dan wanita di masa dewasa awal dalam mengatasi masalah

  yang terjadi pada pacaran jarak jauh

  D. Manfaat

  1. Manfaat teoretis Dapat menambah wawasan dan memberi sumbangan teoritis serta memperluas konsep pengetahuan psikologis perkembangan di masa dewasa awal tentang kecenderungan perilaku pria dan wanita yang menjalani pacaran jarak jauh di masa dewasa awal dalam menggunakan

  problem focused coping dalam mengatasi masalah dalam hubungan pacaran jarak jauh.

  2. Manfaat praktis

  a. Bagi orang yang berpacaran jarak jauh Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang sedang berada pada tahap perkembangan masa dewasa awal dan sedang menjalin relasi pacaran jarak jauh. Penelitian ini diharapkan dapat membantu mereka memberikan gambaran dan mengetahui tentang perilaku problem focused coping yang dapat digunakan dalam menghadapi masalah dalam hubungan pacaran jarak jauh sehingga dapat menjadi referensi dan bahan pertimbangan bagi orang yang mengalami masalah serupa

  b. Bagi pembaca Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi, bahan referensi dan dasar penelitian lain yang berkaitan dengan problem

  

focused coping dalam menghadapi masalah dalam hubungan pacaran

jarak jauh .

BAB II LANDASAN TEORI A. Problem Focused Coping

1. Pengertian Strategi Coping

  Pada dasarnya hampir setiap orang mengalami masalah hanya memiliki kadar yang berbeda. Adanya keinginan dan tuntutan untuk memecahkan masalah dan situasi yang menekan merupakan pemicu munculnya sekumpulan individu untuk mengatasinya. Cara-cara untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang menekan disebut dengan coping. Coping dipandang sebagai faktor penyeimbang dalam usaha individu mempertahankan penyesuaian dirinya selama menghadapi situasi yang dapat menimbulkan stres. (Wardhani:2002,9)

  Menurut Lazarus dan Folkman,1987 coping dimengerti sebagai usaha kognitif, ekspresif dan tingkah laku untuk mengatur situasi penuh stress dan emosi yang menyusahkan, yang berhubungan dengan kesehatan fisik, kesehatan psikologi dan sosial (Weber.2001:133). Coping juga memiliki arti cara yang dilakukan individu untuk mengatasi situasi atau masalah yang dianggap sebagai tantangan, ketidakadilan ataupun ancaman yang merugikan (Paramitha. Abdurrohim & Dhamayanti,2007:41)

  Menurut Lazarus & Folkman (1984) coping berbeda dengan perilaku adaptif otomatis, karena coping membutuhkan suatu usaha, yang akan suatu usaha untuk menguasai situasi tertekan, tanpa memperhatikan akibat dari tekanan tersebut. Namun coping bukan merupakan suatu usaha untuk menguasai seluruh situasi menekan, karena tidak semua situasi dapat benar-benar dikuasai. (Wangsadjaja,2008)

  Coping selanjutnya disebut dengan strategi coping. Strategi coping

  merupakan suatu proses yang dilakukan individu untuk melindungi diri dari tekanan-tekanan psikologis yang ditimbulkan oleh problematika pengalaman sosial. (Mu’tadin,2002).

  Berdasarkan sejumlah definisi di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud strategi coping adalah suatu usaha kognitif dan tingkah laku yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi suatu keadaan yang menekan sehingga menjadi suatu situasi yang lebih menyenangkan.

2. Fungsi Coping

  Lazarus dan Folkman menyatakan coping yang efektif adalah coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan, serta tidak merisaukan yang tidak dapat dikuasainya. Sesuai dengan pernyataan tersebut, Cohen dan Lazarus mengemukakan, agar

  coping dilakukan dengan efektif, maka coping perlu mengacu pada lima

  fungsi tugas coping yang dikenal dengan istilah coping task, yaitu : (Wangsadjaja.2008) a. Mengurangi kondisi lingkungan yang berbahaya dan meningkatkan prospek untuk memperbaikinya b. Mentoleransi atau menyesuaikan diri dengan kenyataan yang negatif.

  c. Mempertahankan gambaran diri yang positif.

  d. Mempertahankan keseimbangan emosional.

  e. Melanjutkan kepuasan terhadap hubungannya dengan orang lain Menurut Taylor (Wangsadjaja, 2008), efektivitas coping tergantung dari keberhasilan pemenuhan coping task. Individu tidak harus memenuhi semua coping task untuk dinyatakan berhasil melakukan coping dengan baik. Setelah coping dapat memenuhi sebagian atau semua fungsi tugas tersebut, maka dapat terlihat bagaimana coping outcome yang dialami tiap individu. Coping outcome adalah kriteria hasil coping untuk menentukan keberhasilan coping. Coping outcome, yaitu :

  a. Ukuran fungsi fisiologis, yaitu coping dinyatakan berhasil bila coping yang dilakukan dapat mengurangi indikator dan arousal stres seperti menurunnya tekanan darah, detak jantung, detak nadi, dan sistem pernapasan.

  b. Apakah individu dapat kembali pada keadaan seperti sebelum ia mengalami stres, dan seberapa cepat dapat kembali. Coping dinyatakan berhasil bila coping yang dilakukan dapat membawa individu kembali pada keadaan seperti sebelum individu mengalami stres. c. Efektivitas dalam mengurangi psychological distress. Coping dinyatakan berhasil jika coping tersebut dapat mengurangi rasa cemas dan depresi pada individu.

  Berdasarkan uraian tentang beberapa tujuan dari strategi coping dapat dilihat bahwa usaha coping yang dilakukan tidak harus mengarah pada penyelesaian masalah secara tuntas. Namun, lebih pada usaha coping yang dilakukan individu dalam menghadapi stres, individu tersebut dapat bertahan untuk tidak larut dalam masalah yang dihadapi.

3. Bentuk-Bentuk Coping

  Lazarus dan Folkman membedakan dua tipe umum upaya-upaya

  

coping (penganggulangan masalah) berdasarkan skala Ways of Coping

  (Lyons, et.al., 2006:152):

  a. Problem Focused Coping (PFC) Individu mencoba mereduksi tuntutan stressor. Individu akan berusaha mengatasi dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru dan individu akan cenderung menggunakan strategi bila dirinya yakin akan dapat mengubah situasi (Smet, 1994:145). Seseorang yang cenderung menggunakan

  problem focused coping dalam mengatasi masalah yang dialami akan

  cenderung untuk lebih terfokus pada masalah yang dihadapinya dan berusaha untuk mencari berbagai cara untuk memecahkan masalah b. Emotion-Focused Coping(EPC) Digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres, melalui perilaku individu alam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan (Lyons, et.al., 2006:152). Bila individu tidak mampu mengubah kondisi yang stressful individu akan cenderung untuk mengatur emosinya. (Smet,1994: 145) Jadi EFC ditujukan untuk mengurangi atau mengatasi tekanan emosional yang berkaitan dengan situasi yang terjadi.

  Folkman dan Lazarus (1986) menyebutkan bahwa perbedaan dan emotional focused coping terletak pada cara

  problem focused coping

  yang digunakan untuk menghadapi stres. Pemecahan masalah dalam PFC adalah dengan membuat rencana dan melakukan tindakan langsung terhadap sumber masalah sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan. PFC digunakan untuk menyelesaikan masalah hingga masalah tersebut terselesaikan. Sedangkan EFC dilakukan dengan mengarahkan perilakunya pada pengontrolan emosi yang tidak menyenangkan melalui usaha mencari sisi baik dari masalah yang dihadapi, mencari simpati dan pengertian dari orang lain atau dengan cara mencoba menghindar untuk melupakan. EFC bersifat sementara yang artinya masalah yang sesungguhnya belum selesai karena hanya meredakan emosi yang timbul dari sumber stres. (Wardhani, 2002:10). Individu dapat menggunakan kedua strategi tersebut secara bersamaan, namun tidak semua strategi coping pasti digunakan oleh individu. (Wangsadjaja,2008).

  Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ada 2 bentuk-bentuk strategi coping yaitu Problem Focused Coping adalah strategi coping yang dilakukan oleh individu untuk menghadapi situasi yang penuh strss dengan cara cenderung untuk lebih terfokus pada masalah yang dihadapinya dan berusaha untuk mencari berbagai cara untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Sedangkan Emotional

  Focused Coping adalah strategi coping yang dilakukan oleh individu

  untuk menghadapi situasi penuh stres dengan mengontrol emosi terhadap situasi yang penuh dengan stress.

4. Fungsi Problem Focused Coping

  Folkman dan Lazarus mengemukakan bahwa PFC mempunyai fungsi mengurangi tuntutan dari situasi yang penuh stres atau mengatasi masalah yang dihadapi hingga tuntas sehingga menghambat masalah lain. (Wardhani,2002:12)

  Folkman dan Moskowitz (2000) mengatakan Problem focused

  coping bertujuan untuk memecahkan atau menangani masalah dan

  meliputi pendekatan untuk perencanaan (planning) dan memecahkan masalah (resolving problems), mendapatkan informasi (gathering

  information ) dan membuat keputusan (making decisions) (Lefton and

  PFC meliputi usaha aktif untuk mengubah atau mengilangkan situasi penuh stres, membuat rencana untuk memecahkan masalah, meminta bantuan orang lain untuk menolong, atau tidak ada hal lain yang bisa mengubah situasi menjadi lebih baik. (Baron dan Byrne.2006:524)

  Berdasarkan penelitian tentang pengaruh coping terhadap proses penyesuaian diri, Holahan dan Moos (Wardhani,2002:12) menyatakan beberapa kelebihan PFC dibandingkan dengan EFC antara lain:

  a. PFC memiliki hubungan dengan menurunnya tingkat depresi sedangkan EFC berhubungan dengan positif dengan munculnya stres psikologis.

  b. Pada kalangan praktisi hukum, semakin sering mereka menggunakan EFC untuk mengatasi masalah maka semakun meningkatkan ketegangan fisik maupun psikis c. Usaha-usaha untuk mengatasi perasaan yang tidak menyenangkan dengan jalan menarik diri secara aktual justru hanya meningkatkan stres dan menguatkan masalah di masa mendatang.

  Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi dari PFC adalah mengurangi tuntutan dari situasi yang penuh stres atau mengatasi masalah yang dihadapi hingga tuntas dan mengatasi situasi yang menekan agar dampak buruk dapat dihindari serta dapat menghambat masalah lain yang akan muncul di masa mendatang.

5. Aspek - Aspek Problem Focused Coping

  Aspek perilaku coping yang berorientasi pada pemecahan pokok permasalahan menurut Aldwin dan Revenson: (Setianingsih.2003:107 dan dalam Limbong,2003:17-18).

  a. cautiousness atau kehati-hatian Merencanakan sesuatu dengan baik sebelum melaksanakan sesuatu.

  Usaha yang dilakukan adalah berpikir dan mempertimbangkan beberapa alternatif pemecahan masalah yang tersedia, meminta pendapat orang lain, berhati-hati dalam memutuskan masalah dan mengevaluasi strategi-strategi yang sudah dilakukan sebelumnya.

  b. instrumental action atau tindakan instrumen Usaha-usaha yang secara langsung dilaksanakan untuk memecahkan masalah: Usaha yang dilakukan adalah dengan melakukan tindakan- tindakan yang mengarah pada penyelesaian masalah secara langsung serta menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan.

  c. Negotiation atau negosiasi Usaha yang memusatkan perhatian pada taktik untuk memecahkan masalah secara langsung dengan orang lain yang terlibat atau merupakan penyebab masalah.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Coping

  Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi individu dalam memilih strategi coping yang akan digunakan (Setianingsih,2003:105 dan dalam Andanasari,2008:20-22)

  a. Usia Perilaku coping yang digunakan akan berbeda pada tiap tingkat usia. Pada orang yang memiliki usia yang matang cenderung menggunakan problem focused coping.

  b. Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan akan mempunyai penilaian yang lebih realistis. Individu dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan mengatasi stres daripada menghindar dari stres.

  c. Status sosial ekonomi Mereka yang mempunyai status ekonomi yang rendah akan mempunyai tingkat stres yang tinggi terutama dalam masalah ekonomi dan individu dengan status sosial ekonomi tinggi menunjukkan kecenderungan menggunakan bentuk coping yang adaptif yang melibatkan unsur fleksibilitas, pemikiran logis dan realistis daripada menggunakan bentuk coping defensif yang kaku dan irasional.

  d. Dukungan sosial Dukungan sosial yang positif berhubungan dengan berkurangnya kecemasan dan depresi. Individu yang memiliki komunitas yang individu yang memiliki dukungan sosial dari keluarga akan menggunakan coping yang adaptif dan mengurangi coping menghindar.

  e. Pengalaman Pengalaman merupakan bahan acuan atau perbandingan individu dalam menghadapi suatu kejadian yang hampir sama. Individu yang sering menghadapi stres seringkali lebih mampu menyelesaikan stres dengan bertolak dari pengalaman-pengalaman yang pernah dialami.

  f. Karakteristik kepribadian Model karakteristik kepribadian yang berbeda akan mempunyai perilaku coping yang berbeda. Kepribadian dideskripsikan sebagai keseluruhan pola terhadap individu baik aktual maupun potensial, yang memungkinkan individu memprediksi tindakan yang akan dilakukan dalam menghadapi berbagai situasi. Cara individu mempersepsi, menilai, mengevaluasi dan bereaksi terhadap stimulus lingkungannya sangat dipengaruhi oleh kepribadiannya. Individu yang introvert cenderung akan tidak akan mengatasi stres dan hanya menurunkan emosi sedangkan ekstrovert akan mengatasi stres dan biasanya melibatkan orang lain.

  g. Jenis kelamin Penelitian yang dilakukan Tamres, Janicki dan Helegeson (Baron et.al,2006:525) menunjukan bahwa pria dan wanita memiliki perbedaan dalam mengatasi stres. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa

  coping (misalnya, perencanaan dan coping secara aktif) maupun emotional focused coping (antara lain mencari dukungan sosial dan

  perenungan kembali) dibandingkan dengan pria.

  Menurut J.T. Ptacek, Ronald Smith dan John Zanas mendiskusikan perbedaan dua pandangan untuk jenis kelamin dan coping yaitu: (Brannon:1996:388)

  a. Pandangan sosialisasi Wanita memberi reaksi terhadap stres secara emosional dan pria diduga bereaksi secara aktif, strategi problem. Jadi diduga bahwa pria dan wanita akan menggunakan strategi yang berbeda dalam situasi stres yang sama.

  b. Pandangan struktural Perbedaaan mendasar antara pria dan wanita datang dari perbedaan situasi stress yang berbeda .

  Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan pemilihan perilaku coping adalah usia, pendidikan, status sosial ekonomi, dukungan sosial, jenis kelamin, karakteristik kepribadian dan pengalaman

B. Pacaran Jarak Jauh

1. Pengertian Pacaran

  Gilarso (dalam Utami,2006:27) menjelaskan pacaran sebagai atau mengkhusus. Pacaran mengandung pengertian bahwa pria dan wanita mulai memproses hubungan mereka, untuk secara serius menjajagi dan memikirkan kemungkinan mereka melestarikan hubungan mereka sampai pada jenjang perkawinan. Lips (dalam Ellywati,2003:15) menjelaskan hubungan heteroseksual ini dengan istilah kencan atau dating yang kemudian berlanjut dengan pacaran. Soesilowindardini mengatakan dating adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan hubungan antara pria dan wanita pada tahap pengenalan yaitu suatu tahap awal dari suatu hubungan serius.

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SOSIAL MAHASISWA SEMESTER I ASAL YOGYAKARTA DENGAN MAHASISWA YANG BERASAL DARI LUAR YOGYAKARTA Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Program Studi Psikologi SKRIPSI

0 0 94

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN SOSIAL MAHASISWA SEMESTER I ASAL YOGYAKARTA DENGAN MAHASISWA YANG BERASAL DARI LUAR YOGYAKARTA Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Program Studi Psikologi SKRIPSI

0 0 94

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PERAWAT PRIA DAN WANITA MENIKAH DALAM MENGHADAPI PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

0 0 141

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Program Studi Psikologi

0 2 132

Skripsi Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

0 0 187

Skripsi Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

0 0 115

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Program Studi Psikologi

0 0 234

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Program Studi Psikologi

0 0 115

Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

0 0 79

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Program Studi Psikologi

0 0 120