Skripsi Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  

Studi Deskriptif

Stres Pada Anak Yang Mengikuti Kegiatan Kursus Di Luar

Sekolah

  

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

  

Disusun oleh :

Nama : Ratih Kusumawardhani

NIM : 039114060

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

Pernyataan Keaslian Karya

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 24 September 2008 Ratih Kusumawardhani

  

You were my strength when I was weak

You were my voice when I couldn't speak

You were my eyes when I couldn't see

You saw the best there was in me

  

Lifted me up when I couldn't reach

You gave me faith 'coz you believed

I'm everything I am

Because you loved me

  

(Celine Dion, Because You Loved Me)

Skripsi ini ku persembahkan untuk orang-orang terbaikku..

  

Ign. Bambang Turyono

Th. Endang Sri Riadi Hartini

  

ABSTRAK

DESKRIPSI MENGENAI STRES PADA ANAK YANG MENGIKUTI

KEGIATAN KURSUS DI LUAR SEKOLAH

Ratih Kusumawardhani

039114060

  

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan

untuk mengetahui deskripsi atau gambaran mengenai stres pada anak yang mengikuti

kegiatan kursus di luar sekolah. Penelitian ini ingin menjawab pertanyaan penelitian

mengenai seberapa tingkat stres dan bentuk-bentuk stres apa saja yang terjadi pada

anak yang mengikuti kegiatan kursus.

  Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 3 SD Tarakanita Bumijo,

Yogyakarta sebanyak 60 anak. Subjek berusia antara 6-9 tahun, atau berada pada

masa pertengahan anak-anak. Subjek yang diikutkan dalam penelitian ini adalah

anak-anak yang mengikuti kegiatan kursus dengan jumlah pertemuan kursus lebih

dari dua kali dalam seminggu yang didalamnya terdapat jenis kursus yang bersifat

akademis. Data diperoleh dengan menggunakan skala tingkat stres yang dibuat oleh

peneliti. Daya diskriminasi skala menggunakan batas nilai ≥ 0,25 dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,732.

  Hasil penghitungan menunjukkan bahwa mean empiris subjek lebih rendah

daripada mean teoritis. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa anak-anak yang

mengikuti kegiatan kursus dengan jumlah pertemuan lebih dari dua kali dalam

seminggu mengalami gejala-gejala stres dan mayoritas anak memiliki tingkat stres

yang rendah. Hal ini juga dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor protektif atau

faktor yang mengurangi resiko dialaminya tingkat stres yang tinggi pada subjek,

seperti faktor kemampuan kognitif, coping, dukungan sosial, serta faktor lingkungan.

Kata kunci : Stres, Kegiatan Kursus, Anak

  

ABSTRACT

STUDY OF STRESS IN CHILDREN WHO ATTEND EXTRACURRICULAR

ACTIVITIES

Ratih Kusumawardhani

039114060

  

Faculty of Psychology

Sanata Dharma University

This study of descriptive-quantitative was aimed at forming a description or

picture about stress in children who attend extracurricular activities. The study seeks

to answer questions concerning the levels of the stress by children participating in

such activities, as well as the forms of stress experienced.

  The samples for this study are taken from the third grade of Tarakanita

Bumijo Elementary School in Yogyakarta, and comprise 60 schoolchildren. The

samples are all within the ages of 6-9 (six to nine) years, or in the middle of

childhood. Those taking part in the study attended extracurricular activities more

than twice a week, and the activities themselves comprised of at least one academic

activity. The data was recorded on a stress-level scale formulated by the researcher.

Index of discrimination used in the scale had a limit of ≥ 0,25 with a coefficient of reliability of 0,732.

  The results of the study showed that the empirical mean of the samples

(76,32) was lower than the theoretical mean (94). Therefore it could be said that

children who attend extracurricular activities more than two times a week

experienced symptoms of stress and had a level stress that could be categorized as

neither high nor low. This could be affected by several protective factors – factors

that reduced the risk of the subjects experiencing high levels of stress, such as

cognitive appraisal, coping, social support, and other environmental factors. Keywords: stress, extracurricular activity, children

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala

bimbingan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Psikologi

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis banyak mendapat dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, maka penulis ingin

mengucapkan terima kasih kasih secara tulus kepada orang-orang yang telah

menginspirasi penulis selama kuliah dan melakukan penelitian ini :

  1. Tuhan Yesus Kristus, yang telah melindungi, membimbing dan memberkati aku dalam setiap langkah serta memberikan aku kekuatan untuk menyelesaikan skripsi ini.

  

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Ibu Agnes Indar Etikawati, Psi, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan kepada penulis.

  4. A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si dan V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M.Si, selaku dosen penguji, terima kasih atas masukan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.

  

5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang

berguna bagi masa depan penulis.

  6. Segenap karyawan Fakultas Psikologi : Mas Muji, Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas Doni dan Pak Gi yang telah membantu penulis selama studi.

  7. Wakasek SD Tarakanita Bumijo, Dra. A Rinawati dan seluruh wali kelas 3 SD Tarakanita Bumijo, terima kasih atas segala bantuannya selama pengambilan data.

  8. Seluruh siswa kelas 3 SD Tarakanita Bumijo, terima kasih atas cerianya yang tak kenal lelah dan membuat penulis menjadi semangat.

  9. Papaku tercinta, “pa, makasih ya udah mendidik adik, walaupun adik sering menyusahkan dan membuat papa marah,hehe.. ”. Terima kasih juga untuk “sweety”-nya, serta ajaran bersikap di jalan raya.

  10. Mamaku, sayangku..terima kasih karena mama tidak pernah letih untuk memperjuangkan aku lewat dukungan moril, materiil dan doa-doanya setiap hari.

  It’s too much for me, love u mom..

  

11. My only one sister..terima kasih atas dukungan dana umum yang diberikan disaat

kemiskinan melanda “neng, kok mama bisa tau?”. Terima kasih juga atas “contoh hidup” yang diberikan, akan aku jadikan pelajaran agar tak terulang lagi.

  

12. My big thanks to my “sweety eleny..B 8499 IQ”, yang selalu menemaniku

kemanapun aku pergi serta melindungi aku dari panas dan hujan. Maaf sudah sering membuat badanmu terluka dengan goresan-goresan dan benturan.

  

13. Pria-ku, “‘lucky I'm in love with my best friend lucky to have been where I have

been lucky to be coming home again..‘ ”

  

14. Krysantus SN, terima kasih atas kesediaannya menjadi tempat sharing dan

menjadi subyek penulis dalam setiap praktikum, serta ajaran makan sayurnya.

  15. My little Angel-a, teman terbaikku di kala susah, senang, suntuk, sedih dan lapar.

  Terima kasih untuk segala waktu yang diberikan dan kasih sayang seorang kakak yang menggenapiku.

  

16. Eyang putri dan seluruh keluarga di Klaten, terima kasih atas doanya yang selalu

menyertai penulis dan kebaikan hati untuk membimbing penulis selama di Jogja.

  Uncle Hayat & Dayat, thanks for the English..

  

17. Keluarga besar Hadiwarsito di Jogjakarta, terima kasih atas semua bantuannya

selama penulis di Jogja.

  

18. Kurochan, satu-satunya teman seperjuangan dari SMA. Harapan penulis

hanyalah ingin melihat dirimu dewasa dan mendapatkan wanita impianmu.

  19. Teman-teman “dodol”-ku (Dyas, Ana, Diana, Melan dan Linda) serta Melati yang selalu buat aku tersenyum dengan tingkah polos kalian, terima kasih atas kisah yang terukir indah ini. Dukungan semangat dan cinta kalian telah menguatkanku disaat aku merasa lelah, i’m gonna miss u all girls...

  

20. Teman-teman lelakiku (Indri, Nanang, Benny, Galih dan Wiwit), terima kasih

atas kebersamaannya selama ini. Saat-saat bersama kalian, membuatku selalu bahagia dan merasa berarti. Special thanks to Ananto yang udah jadi guide, driver -nya sweety, dan pembuka mataku tentang lelaki. i’m gonna miss u all guys ...

  

21. Pembimbing spiritualku, Sr. Marsiana, terima kasih atas dukungan semangat, doa

dan tempat curhatnya, yang sudah dengan sabar mendengarkan setiap keluh kesahku dan mengajarkan aku untuk jadi dewasa.

  22. Para intan’s crew, mbak Ika dan si kembar sialnya, mbak Moel, mbak San, mbak Ucuz, mbak Wied, dan semua mbak-mbak penghuni kos intan yang buanyak banget.. makasih udah mau jadi tempat curhat, sahabat, teman jalan, dan atas segala bantuannya selama penulis di Jogja.

  

23. Mbok Wiji (almh) dan mbak Warti, “makasih ya udah mengasuh aku hingga

tumbuh besar dan membuatku jadi sehat berkat makanan-makanannya..”

  

24. Semua teman-teman angkatan 2003, baik yang sudah berkarya ataupun yang

sedang berkarya, sukses selalu dalam cita dan cintanya, GBU all..

  

25. Teman-teman KKN di Sawahan yang telah mendahului untuk lulus dan keluar

dengan gelar baru, terima kasih semangatnya.

  26. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih buat semuanya. Tuhan memberkati.

  Penulis menyadari bahwa penelitian dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan skripsi ini dari pembaca semua. Semoga skripsi ini memberikan

manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

  Yogyakarta, Penulis

  

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

  HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................. v HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi ABSTRAK ............................................................................................... vii

ABSTRACT ............................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ............................................................................... ix DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xix

  BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ...............................................................

  1 B. Rumusan Masalah ...........................................................................

  5 C. Tujuan Penelitian ...............................................................................

  5 D. Manfaat Penelitian ...........................................................................

  5

  

BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................................... 7

A. Masa Kanak-kanak .........................................................................

  7

1. ...............................................................

  7 Definisi Anak-anak

  2. Karakteristik Anak Masa Pertengahan ..................................... 8

  3. Tugas Perkembangan Anak ....................................................... 9 B. Kegiatan Kursus ............................................................................... 10

  1. Definisi Kegiatan Kursus ....................................................... 10 2.

  Jenis-Jenis Kegiatan Kursus ....................................................... 11

3. Dampak Kursus Bagi Anak .......................................................

  12 C. Stres Pada Masa Anak-Anak .......................................................

  13 1.

  13 Definisi Stres ...............................................................................

  

2. Penyebab Stres .........................................................................

  14 3.

  16 Faktor yang Mempengaruhi Stres Pada Anak .............................

  

4. Gejala-gejala Stres Pada Masa Anak-Anak .............................

  19 D. Stres Pada Anak yang Mengikuti Kegiatan Kursus .......................

  21 E. .....................................................................

  23 Pertanyaan Penelitian

  

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 25

A. Jenis Penelitian ...............................................................................

  25 B. Variabel Penelitian .........................................................................

  25 C.

  26 Definisi Operasional …………………….........................................

  

D. Subjek Penelitian ...............................................................................

  27 E.

  28 Metode Pengumpulan Data ...............................................................

  F. .............................................

  30 Validitas dan Reliabititas Penelitian G. Prosedur Penelitian .........................................................................

  33 H.

  34 Metode Analisis Data …………………………………………….

  BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………….

  37 A. Pelaksanaan ………………………………………………………. 37 1. Orientasi Kancah …………………………………………….

  37 2. …………………………………...

  38 Hasil Pengumpulan Data B. Hasil ……………………………………………………………...

  40 1. Deskripsi Jumlah Pertemuan Kursus Tiap Individu ………….

  40 2. Deskripsi Data Penelitian Mengenai Tingkat Stres Pada Anak .... 43

  a. Deskripsi Data Berdasarkan Perbandingan Mean Empiris Dan Teoritik ........................................................................... 43

b. Deskripsi Data Tingkat Stres Tiap Individu .......................

  44

c. Frekuensi Kategori Tingkat Stres Pada Anak .......................

  47 3. ...............................

  49 Jumlah Pertemuan Dengan Tingkat Stres

  a. Deskripsi Data Tingkat Stres Dengan Jumlah Pertemuan Kegiatan Kursus dalam Seminggu Tiap Individu ...................

  49

  

b. Deskripsi Data Tingkat Stres Berdasarkan Jumlah Pertemuan

Kegiatan Kursus dalam Seminggu .....................................

  51 c. Deskripsi Data Tingkat Stres Berdasarkan Jumlah Pertemuan dari Kursus Akademik yang Diikuti Subjek .........

  54 C. Pembahasan …………………………………………………......... 60

  

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 65

A. Kesimpulan ..................................................................................... 65 B.

Keterbatasan Penelitian ...................................................................

  66 C. Saran ............................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 68

LAMPIRAN ............................................................................................... 71

  DAFTAR TABEL Tabel 1 Tabel Blue Print Skala Tingkat Stres Sebelum Ujicoba ...............

  29 Tabel 2 Tabel Blue Print Skala Tingkat Stres Setelah Ujicoba ...............

  32 Tabel 3 Tabel Uji Normalitas ...................................................................

  39 Tabel 4 Tabel Jumlah Pertemuan Kursus Per Subjek .................................

  40 Tabel 5 Tabel Ringkasan Frekuensi Jumlah Kursus .................................

  42 Tabel 6 Tabel Deskripsi Data Penelitian ...................................................

  44 Tabel 7 Tabel Kategori Tingkat Stres .......................................................

  45 Tabel 8 Tabel Tingkat Stres Per Subjek ...................................................

  45 Tabel 9 Tabel Frekuensi Tingkat Stres Pada Anak .................................

  48 Tabel 10 Tabel Deskripsi Jumlah Pertemuan – Kategori ...........................

  49 Tabel 11 Tabel Tingkat Stres dengan Jumlah Pertemuan ...........................

  51 Tabel 12 Tabel Tingkat Stres dengan Jumlah Pertemuan Kursus Akademik

  54 Tabel 13 Tabel Total Skor per Komponen yang Diperoleh Dari Seluruh Subjek .............................................................................

  59

  DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Grafik Jumlah Pertemuan .............................................................

  43 Gambar 2 Grafik Jumlah Pertemuan dengan Tingkat Stres .........................

  53 Gambar 3 Grafik Tingkat Stres dengan Jumlah Pertemuan Kursus Akademis 56

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Skala Ujicoba Lampiran 2 Hasil Ujicoba Lampiran 3 Reliabilitas Alat Ukur Lampiran 4 Skala Penelitian Lampiran 5 Hasil Penelitian Lampiran 6 Hasil Uji Normalitas Lampiran 7 Hasil Uji Deskriptif Lampiran 8 Hasil Tambahan Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

  “Siapa yang tidak ingin anaknya pintar dan berhasil?” ini merupakan pertanyaan yang sering kali memicu para orangtua untuk mengikutkan anaknya ke dalam berbagai kegiatan kursus. Dalam dunia pendidikan anak, para orangtua merasa cemas dan was-was jika anaknya gagal meraih kesuksesan. Orangtua menuntut anak untuk terus berprestasi, dengan mengikutkannya ke berbagai macam kursus tanpa memberikan ruang dan waktu untuk bermain serta bersosialisasi. Orangtua menganggap bahwa melalui kegiatan kursus, anak mendapatkan pelajaran tambahan yang dapat membuat anak semakin pintar dan berhasil. Hal ini, bila dilakukan tanpa melihat kemampuan dan minat anak terhadap kegiatan kursus yang diikuti, bisa-bisa membuat anak menjadi tertekan atau stres.

  Stres adalah reaksi fisiologis dan psikologis yang terjadi jika seseorang merasakan ketidakseimbangan antara tuntutan yang dihadapi dengan kemampuannya untuk mengatasi tuntutan tersebut (Ward dalam Iswinarti&Haditono, 1999). Stres yang dialami anak karena ketidakmampuannya mengatasi tekanan-tekanan yang dihadapi, pada akhirnya dapat menghambat perkembangan ataupun mempengaruhi prestasi belajar anak.

  Ada beberapa hal yang dapat menjadi sumber stres pada anak, antara lain dari internal rumah dan lingkungan eksternal seperti sekolah, tempat bermain dan

tempat kursus. Dari internal rumah, hal-hal yang dapat membuat anak menjadi stres

  2 antara lain adalah adanya konflik orang tua, meskipun anak tidak melihat

saat orang tua sedang berkonflik, namun anak cukup peka terhadap situasi yang

overprotective,

juga bisa membuat anak stres. Anak akan menjadi tertekan, karena kebebasan

aktivitasnya terkekang dengan adanya larangan-larangan dari orang tua. Anak

menjadi takut untuk mencoba sesuatu dan lambat laun hal ini juga dapat membuat

anak menjadi anti sosial.

  Dari lingkungan eksternal, anak bisa merasa tertekan antara lain jika anak

harus merasakan lingkungan yang baru karena pindah rumah. Lingkungan yang baru

membuat anak harus beradaptasi lagi karena ia meninggalkan teman sekolah atau

teman bermain di lingkungan tempat tinggalnya yang lama. Hal ini dapat

membuatnya menjadi cemas atau tertekan. Biasanya anak merasa stres lebih banyak

disebabkan dari lingkungan sekolahnya. Saat menghadapi tahun ajaran yang baru,

banyaknya pekerjaan rumah, saat ulangan, atau perilaku teman-teman di sekolahnya

yang kurang baik. Selain itu profil guru yang tidak menyenangkan juga dapat

membuat lingkungan belajar anak menjadi kurang kondusif dan bisa membuat anak

menjadi stres (Zoelandari, 2008). Belum lagi jika ada tuntutan dari orang tua untuk

menjadi juara kelas, hal ini membuat anak berkompetisi dengan teman sekolahnya

untuk menjadi juara kelas.

  Anak juga bisa menjadi tertekan karena merasa terpaksa mengikuti

kemauan orang tua yang tidak disertai dengan keinginan dirinya sendiri (Hartanto,

2007). Perasaan terpaksa ini merupakan sebuah tekanan bagi anak, yang mana jika

tidak dikurangi maka anak akan menjadi stres. Stres anak akan bertambah ketika

  3

mereka tidak bisa memenuhi harapan orang tua. Beban yang sudah berat ini akan

bertambah lagi karena mereka takut akan hukuman yang diberikan orangtua apabila

tidak dapat memenuhi harapannya (“Ketika Anak Merasa Stres”, 2007).

  Pada anak usia sekolah, jadwal kegiatan belajar yang sangat padat seperti

kegiatan ekstrakurikuler, kursus (les) dan hobi, cukup membuat anak merasa tertekan

karena kurangnya waktu bebas untuk anak. Ditambah lagi dengan tekanan oleh

berbagai tuntutan yang harus dipenuhi anak, baik yang berasal dari lingkungan

rumah, sekolah maupun dari diri sendiri untuk memperoleh nilai dan prestasi yang

tinggi (Akbar. 2002).

  Berdasarkan artikel-artikel yang pernah dibaca oleh penulis, para psikolog

mengatakan bahwa mengikutkan anak-anak usia dini ke dalam berbagai kegiatan

kursus yang menuntut konsentrasi penuh, akan membuat anak mengalami tekanan

psikologis. Jika hal ini terus berlanjut maka bisa saja anak mengalami regresi,

kemunduran belajar, bahkan neurosis, karena fisik anak yang dipaksa bekerja terus

menerus, terutama aktivitas otaknya (Wisudo, 2003 & Solahudin, 2006).

  Ada banyak tanda-tanda yang dapat dikenali dari tingkah laku anak yang

menunjukkan gejala stres. Tanda-tanda tersebut antara lain bisa muncul dalam

bentuk perubahan emosi, seperti rewel, murung, mudah marah, cepat ngambek,

mogok beraktivitas, dsb; kemunduran perilaku, misalkan anak yang sebelumnya

mandiri menjadi manja, anak yang biasanya ceriwis menjadi pendiam, suka murung,

mengigau, mimpi buruk, dsb; menurunnya minat bersosialisasi, anak kurang tertarik

lagi bermain dengan teman sebaya, lebih suka menyendiri, dan menarik diri dari

pergaulan teman sebayanya; perilaku menyimpang, seperti gagap (stutering),

  4

memilin rambut, menggigit kuku, menghisap jempol, memencong-mencongkan

mulutnya juga merupakan tanda-tanda stres anak yang patut di waspadai (“Dampak

  , 2005).

  Perceraian Bagi Anak” Reaksi stres yang dimunculkan anak dapat berupa perasaan cepat lelah,

selalu sedih, tidak bahagia, gelisah, agresif, depresi dan selalu ketakutan. Hal ini

biasanya diikuti oleh gejala-gejala yang cukup beragam seperti menggigit kuku,

menggertakkan gigi, sering menarik rambut, prestasi belajar menurun, gagap, makan

atau tidur berlebihan, tidak bergairah, tidak sabar dan ketakutan dengan penyebab

yang tidak masuk akal. Ada juga anak yang menunjukkan gejala stres dengan

mencari perhatian secara berlebihan, seperti mengompol, mual-mual, muntah-

muntah, mimpi buruk, sering buang air kecil atau besar, sering melamun atau kepala

sering pusing (“Ketika Anak Merasa Stres”, 2007). Gejala lain yang juga muncul

pada anak-anak adalah, sulit konsentrasi, sering lupa jadwal pelajaran dan membawa

buku, kurang serius, kurang memiliki rasa humor, mudah marah, cenderung

menyendiri, jarang bermain dengan teman-temannya, sulit akrab dan tidak terbuka

pada orang yang baru dikenalnya, mudah tersinggung dan sering bingung (Akbar,

2002). Gejala stres ini dapat muncul karena pada saat stres tubuh kita akan

menghasilkan zat kimia yang disebut dengan adrenalin yang dapat membuat jantung

berdebar lebih kencang, sehingga tekanan darah naik dan otot menjadi tegang.

  Stres yang terjadi pada anak jika tidak segera ditangani akan berakibat

buruk, antara lain hasil belajar anak menurun. Anak mengalami kesulitan belajar

karena kurang konsentrasi sehingga pelajaran yang ditangkap tidak optimal. Terlebih

jika anak sampai pada tahap trauma belajar. Hal ini dapat membuat anak tidak mau

  5

pergi ke sekolah bahkan tertekan jika melihat buku pelajaran. Stres yang tidak di

tangani dengan baik juga akan membentuk kepribadian yang tidak sehat pada anak.

  

Misalnya anak menjadi rendah diri, suka berbohong, menarik diri dari lingkungannya

(anti sosial) dan berpikir irasional. Jika stres berlarut-larut anak juga berpotensi

mengalami gangguan jiwa, seperti depresi (Zoelandari, 2008).

  Dari fenomena yang ditangkap peneliti diatas, maka penelitian ini ingin

melihat tentang gejala-gejala stres pada anak yang mengikuti kegiatan di luar

sekolah. Dengan kata lain peneliti ingin mengetahui deskripsi tentang stres pada

anak, khususnya yang mengikuti kegiatan di luar sekolah.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “Bagaimanakah deskripsi tentang stres pada anak yang mengikuti kegiatan

di luar sekolah?” C.

   Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui deskripsi mengenai stres pada anak yang mengikuti kegiatan kursus di luar sekolah.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pada perkembangan ilmu psikologi, baik sebagai bahan referensi ataupun

  6 pengetahuan untuk penelitian sejenis selanjutnya, khususnya psikologi kesehatan anak terkait dengan stres pada anak.

  2. Manfaat Praktis Bagi orang tua dan pembaca lainnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai stres yang terjadi pada anak yang mengikuti kegiatan kursus.

BAB II LANDASAN TEORI A. Masa Kanak-kanak

1. Definisi anak

  Masa anak-anak adalah satu tahap sebelum mencapai masa remaja. Rentang

masa anak-anak dimulai dari usia 2 tahun hingga usia 12 tahun. Masa anak-anak

terbagi menjadi tiga bagian yaitu masa anak-anak awal, masa anak-anak pertengahan

dan masa anak-anak akhir. Masa anak-anak awal berada pada usia 2-5 tahun. Masa

anak-anak pertengahan berada pada usia 6-9 tahun. Masa anak-anak akhir berada

pada usia 10-12 tahun (Santrock, 2002).

  Anak-anak yang dipilih dalam penelitian ini adalah anak-anak pada masa

pertengahan, yaitu usia 6-9 tahun. Hal ini dipilih dengan mengingat bahwa pada

masa anak-anak dengan usia 6 – 9 tersebut, dunia sosioemosionalnya sedang

berkembang untuk bergaul dan bermain dengan teman-teman sebayanya (Santrock,

2002). Selain itu pada masa ini anak-anak lebih banyak melakukan eksplorasi

terhadap banyak hal. Oleh karena penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

bagaimana gejala-gejala stres pada anak yang mengikuti kegiatan kursus di luar

waktu sekolah, maka anak-anak yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah anak-

anak yang mempunyai banyak kegiatan kursus.

  8

2. Karakteristik Anak Masa Pertengahan

  Anak-anak pada masa pertengahan ini dimulai pada tahap perkembangan

fisik, dan kognitif serta perkembangan sosioemosional. Hal ini merupakan tahap

lanjutan dari perkembangan pada masa anak-anak awal. Perkembangan fisik pada

masa ini cenderung lambat, sebelum ia memasuki masa remaja. Perubahan tubuh

yang terjadi dalam periode perkembangan ini adalah aspek-aspek yang berkaitan

dengan sistem rangka, sistem otot, dan keterampilan motorik (Santrock, 2002).

  Perkembangan kognitif pada masa ini berfokus pada teori dan pemikiran

operasional konkret Piaget. Pemikiran operasional konkret terdiri dari operasi-

operasi tindakan-tindakan mental yang memungkinkan anak melakukan secara

mental apa yang telah dilakukan sebelumnya secara fisik (Santrock, 2002). Dengan

kata lain anak sudah bisa untuk berpikir secara konkret atau nyata.

  Perkembangan sosioemosional anak pada masa ini menjadi lebih kompleks

dan berbeda dengan masa anak-anak awal. Relasi keluarga dan teman-teman sebaya,

cukup memainkan peran yang penting pada masa pertengahan dan akhir masa anak-

anak. Sekolah dan relasi dengan para guru merupakan aspek kehidupan anak yang

makin terstruktur. Pemahaman diri anak menjadi berkembang dan perubahan-

perubahan dalam gender dan perkembangan moral menandai perkembangan anak-

anak selama tahun-tahun sekolah dasar (Santrock, 2002).

  Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan karakteristik anak, yaitu

mulai terjadi perubahan tubuh terlebih pada aspek-aspek yang berkaitan dengan

sistem rangka, sistem otot, dan keterampilan motorik. Selain itu perkembangan

kognitif anak yang mulai bisa berpikir secara konkret atau nyata. Dari perkembangan

  9

sosioemosionalnya, relasi anak dengan orang lain lebih kompleks dan terstruktur

serta pemahaman diri anak mulai berkembang. Perkembangan moral juga menandai

perkembangan anak-anak selama tahun-tahun sekolah dasar.

3. Tugas Perkembangan Anak

  Tugas perkembangan memegang peranan penting untuk menentukan arah

perkembangan yang normal, maka apapun yang menghalangi penguasaan sesuatu

dapat dianggap sebagai bahaya potensial. Tugas-tugas perkembangan pada masa

anak-anak berkembang menurut tiap aspeknya. Pada aspek sosioemosional, masa

anak-anak mulai terjadi perubahan-perubahan yang melibatkan diri, gender dan

perkembangan moral dalam berinteraksi dengan orang lain, baik keluarga, teman

sebaya dan sekolah. Pada aspek kognitif, anak mulai mengarah pada kehidupan yang

aktif, ingin mengetahui, memahami dan senang belajar. Mulai berpikir tentang

sesuatu yang baru dan unik serta perkembangan bahasa yang semakin analitis dan

logis. Pada aspek fisiologis, mulai meningkatnya perkembangan motorik halus anak

(Santrock, 2002). Tugas perkembangan anak pada masa kini (Karlina, 2003), yaitu :

  a. Mengenal peran sosial orang lain Anak mengembangkan dan menjaga hubungan yang efektif dengan orang tua, saudara, teman sebaya dan orang lain. Anak juga mulai mengakui perbedaan individual dan keistimewaan individu. Ia mulai ingin mengetahui orang lain dan peran sosial mereka.

  10 b. Kontrol emosional Anak usia 5 – 10 tahun memiliki kontrol emosi, perasaan dan dorongan lebih baik daripada toddler, karena mereka telah menyadari kegunaan kontrol tersebut.

  c. Pengetahuan sebagai anak sekolah Belajar adalah hal yang mendasar bagi anak sekolah, seperti membaca, mengeja, menulis dan aritmatika.

  d. Kesehatan jasmani Anak usia sekolah membutuhkan lebih banyak aktivitas fisik daripada sebelumnya, sehingga benar-benar membutuhkan kesehatan jasmani yang baik.

B. Kegiatan Kursus 1. Definisi Kegiatan Kursus

  Kegiatan kursus, termasuk pada pendidikan non-formal. Definisi

pendidikan non-formal itu sendiri adalah suatu bentuk pendidikan yang

diselenggarakan dengan sengaja dan sistematis (biasanya diluar sistem sekolah dan

sistem pendidikan formal) dengan menyesuaikan waktu pelaksanaan, materi yang

diberikan, proses belajar mengajar yang dipakai dan fasilitas yang digunakan serta

tenaga pengajar dengan kebutuhan peserta didik dan kebutuhan lingkungan atau

masyarakat sekitarnya (Tan, 2004). Kursus diluar sekolah di definisikan sebagai

suatu proses untuk mengembangkan potensi seseorang seoptimal mungkin dengan

  11

cara memberikan kegiatan dan perluasan keterampilan di luar waktu sekolah

(Karlina, 2003).

  Dari beberapa pendapat di atas maka definisi kursus pada penelitian ini

adalah suatu bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja dan sistematis

(di luar sistem pendidikan formal), yang bertujuan untuk mengembangkan potensi

seseorang seoptimal mungkin dengan cara memberikan kegiatan dan perluasan

keterampilan di luar waktu sekolah.

2. Jenis-Jenis Kegiatan Kursus

  Jenis-jenis kursus yang diikuti anak berdasarkan fungsinya secara umum

terbagi menjadi dua, yaitu jenis kursus yang mengembangkan kemampuan akademik

dan jenis kursus yang mengembangkan keterampilan. Jenis pertama adalah kursus

yang mengembangkan kemampuan akademik seperti IPA, matematika, bahasa

Inggris, sempoa dan lain-lain.

  Jenis kedua adalah kursus-kursus keterampilan yang bertujuan memberikan

atau meningkatkan keterampilan seperti, bermusik (seperti piano, gitar, biola, drum

dan menyanyi), melukis dan olahraga (seperti sepakbola, tenis dan berenang).

  Jenis-jenis kursus inilah yang ikut menyumbang terjadinya stres pada anak.

Oleh karena itu, sangat penting memilih jenis kursus yang sesuai dengan minat dan

kemampuan anak.

  12

3. Dampak Kursus Bagi Anak

  Dampak kursus atau kegiatan di luar sekolah bagi anak (Karlina, 2003), adalah : a. Waktu istirahat dan bermain berkurang Anak yang diikutkan kursus tambahan mempunyai kegiatan yang sangat padat sehingga mereka kurang memiliki waktu untuk bersantai dan bermain. Kegiatan kursus yang sebagian besar berlangsung pada sore hari atau sepulang sekolah mengurangi waktu istirahat anak dari aktivitasnya. Padahal waktu bermain anak paling tepat ketika salah satu atau kedua orangtuanya dapat bersama mereka, sehingga waktu yang paling tepat bagi anak untuk bermain yaitu siang menjelang sore hari. Anak yang kekurangan waktu bermain dan istirahat akan mudah merasa bosan dengan pelajaran atau aktivitas lain, yang berarti skala pada segi belajar dan berkarya masih terlalu berat baginya. Hal inilah yang dapat menjadi pemicu stres pada anak , sehingga pelepasan ketegangan emosi melalui bermain akan memberikan efek terapeutik bagi anak. Selain itu, lewat bermain anak bisa mengekspresikan pengetahuan tentang dunia yang ada dalam pikirannya, hal- hal yang ia rasakan, ketakutan-ketakutan dan kegembiraannya.

  b. Tugas dirumah yang terlalu banyak Terlalu banyaknya kegiatan yang diikuti oleh anak membuat anak memiliki banyak tugas-tugas yang harus dilakukan, baik tugas-tugas yang berhubungan dengan tugas sekolah maupun tugas kursus. Tugas-tugas ini menuntut anak untuk menyelesaikannya secara cepat dan tepat. Tugas-tugas ini penting bagi

  13 anak untuk mengetahui sampai dimana anak mengerti pelajaran yang diberikan oleh guru. Tugas yang banyak ini membuat anak sulit untuk membagi waktu belajar yang sangat sempit sehingga dapat mengakibatkan kesulitan dalam pelajaran.

C. Stres Pada Masa Anak-Anak

1. Definisi Stres

  Tidaklah mudah untuk mendefinisikan stres, terlebih stres yang dialami oleh

anak-anak. Santrock (2002) mendefinisikan stres sebagai respon individu terhadap

keadaan-keadaan dan peristiwa-peristiwa (disebut “stressor”) yang mengancam

individu dan mengurangi kemampuan individu dalam mengatasi segala bentuk

stressor . Stresor adalah rangsang eksternal atau internal yang memunculkan

gangguan pada keseimbangan hidup individu. Secara sederhana stres didefinisikan

sebagai suatu keadaan dimana individu dituntut berespon adaptif. Stres juga diartikan

sebagai reaksi fisiologis dan psikologis yang terjadi jika seseorang merasakan

ketidakseimbangan antara tuntutan yang dihadapi dengan kemampuannya untuk

mengatasi tuntutan tersebut (Cranwell-Ward dalam Iswinarti-Haditono, 1999).

  Lazarus & Folkman (dalam Ibung, 2008) mengatakan bahwa stres dapat

terjadi bila terdapat kesenjangan atau ketidakseimbangan antara tuntutan dan

kemampuan. Stres juga merupakan hubungan khusus antara orang dengan

lingkungan yang dianggapnya membebani atau melampaui batas kemampuannya dan

membahayakan kesehatannya. Menurut Dadang Hawari (dalam Abbas, 2007), stres

  14

bisa diartikan sebagai reaksi fisik dan psikis, yang berupa perasaan tidak enak, tidak

nyaman, atau tertekan terhadap tekanan atau tuntutan yang sedang dihadapi.

  Dari beberapa pendapat mengenai stres, maka dapat disimpulkan pengertian

stres yang sesuai dengan penelitian ini, stres adalah tindakan seseorang saat ia

mengalami tekanan, tuntutan atau kekhawatiran akan suatu permasalahan yang secara

mental atau psikologis tidak mampu dihadapinya. Dalam penelitian ini keadaan-

keadaan yang membuatnya tertekan tersebut adalah keadaan dimana anak merasa

terpaksa melakukan kegiatan-kegiatan tambahan, seperti kursus-kursus, yang dinilai

membebani anak serta kekhawatiran yang dirasakannya apabila tidak dapat

memenuhi harapan-harapan orang tua.

2. Penyebab Stres

  Menurut Abbas (2007) ada beberapa faktor penyebab atau pemicu stres (stressor) pada anak yang digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu : a. Stressor psikologis, yang termasuk dalam kelompok ini adalah perasaan cemburu, buruk sangka, kecewa karena gagal mendapatkan sesuatu yang diinginkan, iri hati, dendam, buruk sangka, konflik pribadi, sikap bermusuhan serta keinginan yang diluar kemampuan.

  b. Stressor fisik-biologis, yang termasuk di dalamnya antara lain, seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, keadaan fisik yang kurang sempurna, misalnya tidak berfungsinya salah satu anggota tubuh serta postur tubuh yang kurang ideal.

  15