Skripsi Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  

Efektivitas Pelatihan Manajemen Diri untuk

Meningkatkan Prestasi Akademik Mahasiswa Baru

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh :

Nama : Nanang Kurniawan

  

NIM : 039114046

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

Pernyataan Keaslian Karya

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 25 Februari 2008 Nanang Kurniawan

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Terutama untuk yang

  

‘KHALIK’

  Kedua orangtuaku sebagai sponsor utama Kedua adikku sebagai penyemangat

  Untuk Keluarga & anak-anak ku kelak

  

“ this is me, son! ”

  Dan untuk Kesuksesan yang akan segera menyusul “ See u soon ”

  

“Thousand miles journey must begin with a single step”

  

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelatihan manajemen diri efektif untuk meningkatkan prestasi akademik mahasiswa. Hipotesa penelitian yang diajukan oleh peneliti yaitu pelatihan manajemen diri dapat meningkatkan prestasi akademik mahasiswa.

  Rancangan penelitian ini menggunakan control group pre test – post test

  non randomized design dengan subyek peserta mahasiswa Psikologi angkatan

  2007 Universitas Sanata Dharma sebanyak 30 orang. Pengambilan data dilakukan dengan mengevaluasi pelatihan dalam tiga evaluasi, yaitu Reaksi, Pembelajaran dan Hasil. Pengolahan data penelitian digunakan analisis uji t sampel berpasangan. Semua perhitungan dilakukan dengan SPSS for Windows

  versi 12.0.

  Hasil analisa data pada evaluasi pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan pengetahuan pada subyek penelitian sebelum dan sesudah pelatihan untuk Tipe Declarative and procedural pada kelompok perlakuan Pretest-postest pertama: nilai t sebesar -12,476 dengan p=0,000; Postest pertama-postest kedua: nilai t=3,568 dengan p=0,003. Pada kelompok kontrol Pretest-postests pertama: nilai t sebesar 0,979 dengan p=0,344; Postest pertama-postest kedua: nilai t=0,130 dengan p=0,898. Untuk Tipe Strategic pada kelompok perlakuan Pretest-postest pertama: nilai t sebesar -13,632 dengan p=0,000; Postest pertama-postest kedua: nilai t=2,712 dengan p=0,017. Pada kelompok kontrol Pretest-postests pertama: nilai t sebesar - 1,081 dengan p=0,298; Postest pertama-postest kedua: nilai t=1,650 dengan p=0,121. Namun pada evaluasi hasil dapat disimpulkan tidak ada peningkatan nilai prestasi akademik subjek sebelum dan sesudah pelatihan pada kelompok perlakuan Pretest-postest: nilai t sebesar -.577 dengan p=0,573; kelompok kontrol Pretest-postest: nilai t sebesar -2.083 dengan p=0,056. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan Manajemen diri tidak efektif untuk meningkatkan prestasi akademik mahasiswa.

  Kata kunci: Prestasi akademik, Pelatihan Manajemen diri, Mahasiswa.

  

ABSTRACT

  This research was held to find out the effectiveness of self management training to increase the academic achievement in college student. The hypothesis in this research is self management training can increase the academic achievement.

  Control group pretest–post test non randomized design in 30 (thirty) student of Sanata Dharma University majoring Psychology year 2007 is use as the design in this research. Data are taken by evaluating the training in 3 (three) evaluation, which is Reaction, Learning and Result. Data are processed by t-test pair sample and SPSS for Windows ver.12.0 for all the accounting process.

  From the result of data analysis can be concluded that the student knowledge is increase before and after training for declarative and procedural type in first pretest-posttest group: the t value = -12,476 with p = 0,000, first posttest-second posttest: t value = 3,568 with p = 0,003. In control group with first pretest- posttest: t value = 0,979 with p = 0,344; first posttest-second posttest: t value = 0,130 with p = 0,898. Strategic type in first pretest-posttest experiment group: t value = -13,632 with p = 0,000; first posttest-second posttest: t value = 2,712 with p = 0,017. In first pretest-second posttest control group: t value = -1,081 with p = 0,298; first posttest-second posttest: t value = 1,650 with p = 0,121. However, from the result evaluation can be concluded that there is no increase in academic achievement before and after training in pretest-posttest experiment group: t value = -.577 with p=0,573; pretest-posttest control group: t value = -2.083 with p=0,056. Those mean that self management training is not effective for increasing the academic achievement in college student.

  Keyword: academic achievement, self management training, college student.

  Kata Pengantar

  Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ini dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Selama proses penyusunan skripsi ini penulis mendapat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terwujud. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak, yaitu :

  1. Seluruh staf dosen Psikologi yang telah mendidik dan membagikan ilmu pengetahuan selama ini.

  2. Seluruh staf karyawan yang selalu bersedia membantu dalam bidang administrasi selama ini.

  3. Seluruh responden penelitian yang membantu suksesnya penelitian ini.

  4. Seluruh individu yang mencintai dan ku cintai.

  5. Terkhusus untuk “my Lady”, thanks for everything.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharap segala saran dan masukan yang dapat melengkapi skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

  Yogyakarta, 25 Februari 2008 Nanang Kurniawan

  

DAFTAR ISI

  Halaman

  HALAMAN JUDUL .......................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................ii HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .........................................................iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................vi ABSTRAK ........................................................................................................vii

ABSTRACT ......................................................................................................viii

KATA PENGANTAR ......................................................................................ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................x

DAFTAR TABEL .............................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xvii

  BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah .........................................................................1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................6 C. Tujuan Penelitian ....................................................................................6 D. Manfaat Penelitian ..................................................................................6 BAB II. KAJIAN PUSTAKA ...........................................................................7

  1. Pengertian Pelatihan …......................................................................7

  B. Efektivitas Pelatihan ...............................................................................8

  1. Pengertian Efektivitas ………….................................................8

  2. Faktor-Faktor Penentu Efektivitas Pelatihan ..............................9

  3. Metode dalam Pelatihan ……………………………………….11

  4. Rancangan Pelatihan …………………………………………...14

  5. Model Evaluasi Pelatihan ............................................................18

  6. Metode Evaluasi …………………………………….….….…...22

  C. Manajemen Diri …...................................................................................24

  1. Pengertian Manajemen Diri………....................................................24

  2. Dimensi Manajemen Diri ..................................................................26

  D. Prestasi Akademik …...............................................................................31

  1. Pengertian Prestasi Akademik .....................................................31

  2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik ..............31

  E. Dinamika Manajemen Diri dan Prestasi Akademik ................................33

  F. Hipotesis ..................................................................................................35

  

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………………………….….….36

A. Jenis Penelitian ........................................................................................36 B. Identifikasi Variabel …………………………………………………....36 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ………………………...….…37

  1. Pelatihan Manajemen Diri ….......................................................37

  2. Reaksi Peserta Pelatihan Manajemen Diri …………………......37

  4. Nilai Akademik …………………………………………..……...38

  5. Bakat ……………………….…………………………….....…...39

  D. Manipulasi ………………………………………………………..……...39

  1. Monitoring Diri ….........................................................................39

  2. Analisis Diri ……………………………..………..…………......40

  3. Perubahan Diri ………….………………………….……………40

  4. Pemeliharaan Diri …………………………………...……….….41

  E. Instrumen Penelitian …………………………………………...….…….41

  1. Reaksi Program Pelatihan ….........................................................41

  a. Definisi dan Informasi Umum …………………...…….……41

  b. Reliabilitas dan Validitas ……………………………....……42

  2. Tes Prestasi (Pengetahuan Manajemen Diri) ………………........44

  a. Declarative and Procedural ……....……………...…………44

  1. Definisi Umum ………………………………………….44

  2. Analisis dan Seleksi item …………………………….….45

  3. Reliabilitas dan Validitas …………………………….….46

  b. Strategic ………………..………………………….......……48

  3. Tes Prestasi ………….………………..……………....….……...49

  4. Observasi ………………………………….................…….……50

  F. Subjek Penelitian ………………………………….…………………….51

  G. Pelaksanaan Penelitian ………………………………….……………….51

  1. Pra Perlakuan …............................................................................51

  3. Pasca Perlakuan ………….……………………………...……….59

  H. Rancangan Eksperimen ………………………………………………….60

  I. Metode Analisis Data ………………………………………………........61

  1. Data Reaksi Peserta terhadap Pelatihan …....................................61

  2. Data Pengetahuan Materi Manajemen Diri dan Data Prestasi Akademik ………………………………………………….……62

  

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………...…66

A. Hasil Penelitian .........................................................................................66

  1. Diskripsi Hasil Penelitian ………………….................................66

  2. Hasil Uji Prasyarat ………………………………………………67

  3. Hasil Uji Hipotesis ………………………………………………68

  4. Uji Evaluasi Hasil ……………………………………………….71

  5. Hasil Observasi ………………………………………………….75

  B. Pembahasan ………….…………………………………………….…….82

  

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………….92

A. Kesimpulan ...............................................................................................92 B. Saran ………………………………………………………...…………..92

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………......94

LAMPIRAN …………………………………………………………………….97

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Framework Self management …………………………………. .…….30 Tabel 2. Blue print Angket Reaksi peserta pelatihan …………………………..43 Tabel 3. Blue print Uji coba Tes Pengetahuan Manajemen Diri ………………45 Tabel 4. Blue print Tes Pengetahuan Manajemen Diri setelah diuji coba ……..46 Tabel 5. Hasil Survey Hambatan Mahasiswa untuk mencapai

  Prestasi Akademik …………………………………………………….49 Tabel 6. Rancangan Eksperimen Kontrol Group Pretest-postest non randomized design ………………………………………………………………….60 Tabel 7. Norma Kategorisasi Reaksi peserta pelatihan ………………………...61 Tabel 8. Kategorisasi Reaksi peserta pelatihan ………………………………...61 Tabel 9. Kategorisasi Reaksi pada aspek Isi & Metode pelatihan ……………..62 Tabel 10. Kategorisasi Reaksi pada aspek Relevansi pelatihan …………………62 Tabel 11. Jadwal Pelatihan Manajemen Diri ……………………………………64 Tabel 12. Deskripsi Hasil Penelitian …………………………………………….66 Tabel 13. Hasil uji Normalitas sebaran ………………………………………….67 Tabel 14. Hasil uji Homogenitas Varians ……………………………………….68 Tabel 15. Reaksi keseluruhan pada peserta pelatihan …………………………...68 Tabel 16. Reaksi peserta per aspek ……………………………………………...69 Tabel 17. Hasil uji beda pretest ………………………………………………….69 Tabel 18. Hasil uji beda postest …………………………………………………70 Tabel 19. Hasil uji beda skor perolehan …………………………………………70 Tabel 20. Hasil uji beda sebelum dan sesudah pelatihan ………………………..71 Tabel 21. Deskripsi Evaluasi Hasil ……………………………………………...72 Tabel 22. Hasil uji Normalitas sebaran Evaluasi Hasil ………………………….73 Tabel 23. Hasil uji Homogenitas Varians Evaluasi Hasil ……………………….73 Tabel 24. Hasil uji beda pretest Evaluasi Hasil ………………………………….73 Tabel 25. Hasil uji beda postest Evaluasi Hasil …………………………………74

  Tabel 27. Hasil uji beda sebelum dan sesudah pelatihan pada Evaluasi Hasil ….74 Tabel 28. Kategori Observasi ……………………………………………………75 Tabel 29. Rerata hasil observasi terhadap proses pelatihan ……………………..77 Tabel 30. Rerata hasil observasi terhadap performansi fasilitator ………………79

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Learning circle ……………………………………………...13 Gambar 2. Tingkat Kejenuhan ……………………………………….....76 Gambar 3. Tingkat Antusiasme …………………………………………76 Gambar 4. Tingkat Kelelahan …………………………………………. 77

DAFTAR LAMPIRAN

  A. Instrumen Penelitian ……………………………………………………98

  B. Reliabilitas alat ukur …………………………………………………...142

  C. Data penelitian …………………………………………………………146

  D. Analisis statistik ………………………………………………………..163

  E. Dokumentasi …………………………………………………………...171

  F. Surat ijin ………………………………………………………………..176

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mahasiswa, sebuah sebutan yang tidak asing lagi bagi kita. Sebutan

  mahasiswa melekat secara otomatis pada diri seseorang ketika namanya terdaftar sebagai siswa didik disalah satu lembaga pendidikan baik itu universitas, institut, akademi, maupun sekolah tinggi. Mahasiswa baru merupakan istilah yang melekat kepada individu yang memasuki tahun ajaran pertama di sebuah lembaga pendidikan tinggi. Pada umumnya individu yang menjadi mahasiswa baru berasal dari tingkat pendidikan sekolah menengah / sederajat. Perubahan tingkat pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, tentunya diikuti dengan perubahan sistem pendidikan, misalnya proses belajar-mengajar. Hal ini akan membawa dampak bagi mahasiswa baru, karena mereka akan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.

  Menurut Warsito (2004) dalam penelitiannya, penyesuaian diri mahasiswa terhadap lingkungan akademik yang baru akan berdampak pada prestasi akademik mahasiswa itu sendiri. Bagi mahasiswa yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, maka ia akan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mendapatkan prestasi yang memuaskan jika dibandingkan dengan mahasiswa yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

  Keberhasilan mahasiswa dalam studinya ditandai dengan prestasi akademik ketepatan waktu dalam menyelesaikan studinya (Warsito, 2004). Berdasarkan pernyataan tersebut, mahasiswa yang berhasil akademiknya dilihat dari indeks prestasi yang didapat selama masa studi dan ketepatan waktu menyelesaikan masa studinya. Indeks prestasi diperoleh dari kumulatif nilai yang didapat mahasiswa dari proses perkuliahan, sedangkan yang dimaksud dengan ketepatan waktu adalah mahasiswa mampu menyelesaikan seluruh masa studinya sesuai dengan target waktu yang ditentukan oleh lembaga pendidikan tersebut.

  Setiap lembaga pendidikan tinggi memiliki target masa studi untuk mahasiswanya. Pada umumnya untuk jenjang sarjana (S1) ditempuh dalam 8 semester dan maksimal harus diselesaikan dalam 14 semester, untuk jenjang diploma (D3) ditempuh 6 sampai dengan 12 semester. Target masa studi tersebut sudah diperkirakan sedemikian rupa supaya mahasiswa mampu menyelesaikan masa perkuliahannya dengan tepat waktu. Sebagai contoh, Universitas Sanata Dhasrma menargetkan mahasiswanya untuk menempuh masa studi selama 8 semester dan harus diselesaikan maksimal 14 semester, sesuai dengan standar universitas seperti yang tertulis pada bab III Peraturan Akademik (USD, 2006).

  Pada kenyataannya banyak mahasiswa yang masa studinya tidak sesuai dengan target waktu yang telah ditentukan, seperti yang dilansir dari salah satu terbitan harian berita Suara merdeka (2005) yang menyatakan bahwa kasus mahasiswa yang mengalami keterlambatan menyelesaikan masa studi S1 dikarenakan skripsi yang tak kunjung usai tidaklah sedikit. Fenomena ini menjadi keprihatinan sendiri pada wajah pendidikan di Indonesia.

  Fenomena tersebut dikarenakan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan mahasiswa dalam menempuh studi akademiknya. Keberhasilan mahasiswa dipengaruhi oleh pencapaian prestasi akademiknya yang ditandai dengan indeks prestasi dan penyelesaian tugas akhir atau skripsi. Nilai IP mahasiswa tiap semester menentukan jumlah mata kuliah yang dapat diambil pada semester berikutnya. Jika IP tiap semester mahasiswa dinilai tidak cukup, mahasiswa tersebut akan terhambat di semester berikutnya. Selain itu penyelesaian tugas akhir atau skripsi yang tak kunjung selesai juga dapat menghambat mahasiswa untuk lulus sesuai target waktu. Selain fenomena tersebut, perilaku mahasiswa seringkali menunjukkan kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik, terutama pada waktu akhir semester. Seperti pengumpulan tugas yang tidak tepat waktu, kebiasaan mencari catatan pada waktu menjelang ujian, kesiapan untuk menempuh ujian yang kurang matang dan lain-lain. Beberapa hal tersebut akan sangat mempengaruhi performa mahasiswa untuk mencapai prestasi yang maksimal.

  Tentunya kondisi yang diharapkan adalah, mahasiswa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru sehingga memperoleh prestasi akademik yang memuaskan. Sedangkan kemungkinan yang lain adalah dapat menyelesaikan masa studinya sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh karena itu mahasiswa harus memiliki kemampuan untuk mengontrol dan memanfaatkan lingkungannya untuk dapat mencapai prestasi akademik yang memuaskan. Hal tersebut dapat dipelajari dengan mengembangkan perilaku manajemen diri.

  Manajemen diri adalah usaha individu untuk menggunakan kontrol terhadap dapat dilihat sebagai suatu rangkaian strategi kognitif dan perilaku yang membantu individu dalam menata lingkungannya, memunculkan motivasi diri, dan memfasilitasi perilaku yang tepat untuk mencapai standar perilaku tertentu (Frayne dan Geringer, 2000). Dengan demikian manajemen diri dapat membantu mahasiswa dalam melakukan penyesuaian terhadap lingkungan baru sehingga diharapkan dapat mencapai prestasi akademik yang memuaskan. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa yang mampu menguasai manajemen diri, akan mampu menata lingkungan di sekitarnya dan memfasilitasi perilaku yang tepat sehingga memunculkan motivasi untuk mencapai prestasi yang diharapkan.

  Manajemen diri merupakan bentuk dari suatu kebiasaan yang dapat dipelajari, oleh karena itu pelatihan self-management dapat dijadikan sebuah program alternatif. Pelatihan tersebut memberi pengetahuan kepada individu bagaimana cara mengukur masalah, menyusun suatu tujuan yang spesifik dalam hubungannya dengan masalahnya, cara-cara memonitor lingkungan yang mendukung atau yang menghalangi pencapaian tujuan, dan mengidentifikasi serta mengadministrasikan penguat terhadap perilaku yang mengarah ke-tujuan dan memberi hukuman terhadap perilaku yang tidak mendukung ke arah tujuan.

  Peran manajemen diri dalam membantu individu untuk mencapai suatu performa yang diharapkan sudah terbukti efektif pada berbagai bidang. Misal, pada penelitian yang dilakukan oleh Childre (1998) menunjukkan bahwa manajemen diri efektif untuk terapi penyembuhan pada pasien Diabetes Mellitus, pada penelitian tersebut subjek yang memiliki penyakit diabetes diberikan pelatihan untuk me- bidang industri, manajemen diri juga terbukti efektif untuk meningkatkan performa kerja karyawan. Pada penelitian tersebut membandingkan antara kelompok karyawan yang diberikan pelatihan manajemen diri dan yang tidak diberikan pelatihan manajemen diri, pengukuran dilakukan beberapa kali pada periode tertentu dan hasilnya menunjukkan secara signifikan bahwa peningkatan performa kerja karyawan pada kelompok yang diberikan pelatihan lebih tinggi dibandingkan kelompok karyawan yang tidak diberikan pelatihan (Frayne dan Geringer, 2000).

  Berdasar pada bukti empiris dari penelitian sebelumnya yang menunjukkan efektifitas pelatihan manajemen diri pada bidang kesehatan maupun industri, maka peneliti terpacu untuk melihat efektifitas manajemen diri dalam bentuk pelatihan pada bidang pendidikan. Asumsi yang digunakan peneliti, bahwa manajemen diri dapat diterapkan pada semua bidang, sesuai yang diungkapkan oleh Frayne dan Geringer (2000) bahwa semua orang dapat melakukan manajemen diri dalam tiap bidang, namun belum tentu mereka melakukannya dengan tepat. Asumsi tersebut berlaku juga pada bidang pendidikan untuk meningkatkan performa mahasiswa dalam mencapai prestasi akademik yang diharapkan. Oleh karena itu pada penelitian ini akan menguji keefektifan pelatihan manajemen diri pada bidang pendidikan. Penelitian dilakukan dengan melihat kecenderungan mahasiswa baru yang mengalami hambatan pada semester awal. Sehingga penelitian ini diharapkan dapat menunjukan keefektifan pelatihan manajemen diri pada mahasiswa baru.

  B. RUMUSAN MASALAH

  Permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah pelatihan manajemen diri efektif untuk meningkatkan prestasi akademik pada mahasiswa baru?

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pelatihan manajemen diri bagi mahasiswa baru dalam meningkatkan prestasi akademik.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

  Penelitian ini dapat memperkaya ranah psikologi pendidikan terapan, dengan memberikan kontribusi kegunaan metode pelatihan dalam dunia pendidikan.

2. Manfaat Praktis

  Apabila pelatihan menajemen diri pada penelitian ini terbukti efektif bagi mahasiswa baru, maka pelatihan menejemen diri dapat menjadi salah satu alternatif bagi Universitas Sanata Dharma dalam meningkatkan mutu pencapaian prestasi akademik mahasiswanya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PELATIHAN

1. Pengertian Pelatihan

  Suatu bentuk proses pembelajaran yang dialami individu, yang mengakibatkan suatu perubahan. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat DeCenzo dan Robbins (dalam Sasongko, 2005) bahwa pelatihan adalah sebuah pengalaman belajar untuk membuat perubahan yang relatif permanen pada individu, yang tujuannya meningkatkan kemampuan dalam bidangnya atau pekerjaannya. Menurut Hardjana (2001), pelatihan merupakan suatu kegiatan yang disusun dengan penuh perencanaan, yang kemudian dilaksanakan secara sistematis dan metodis, dan pada akhirnya dievaluasi secara tuntas. Sasongko (2005) menyatakan bahwa program pelatihan adalah suatu bentuk pembelajaran yang teratur yang akan menghasilkan perubahan permanen bertujuan meningkatkan kinerja individu tersebut. Dapat disimpulkan bahwa pelatihan merupakan sebuah pengalaman belajar individu yang mengakibatkan perubahan relatif permanen, tujuannya agar kemampuan individu meningkat, suatu pelatihan haruslah terencana, pelaksanaannya pun secara sistematis dan metodis, serta diperlukan evaluasi secara tuntas.

  Proses pelaksanaan pelatihan memiliki tahapan, Cherrington (dalam Sasongko, 2005) membagi menjadi tiga tahapan besar yakni pengukuran pengukuran kebutuhan ialah tahap penentuan ada atau tidaknya kebutuhan akan pelatihan dan ketersediaan sumber daya yang diperlukan untuk mengadakan pelatihan. Tahap berikutnya, pelaksanaan pelatihan, meliputi pembuatan desain program pelatihan dan pelaksanaannya. Pembuatan desain pelatihan mengacu pada analisis dan pertimbangan yang dilakukan pada tahap pertama serta berorientasi pada tujuan pelatihan. Tahap terakhir, tahap evaluasi yakni membuat tolak ukur berdasarkan tujuan pelatihan, lalu mengevaluasi apakah pelatihan telah berhasil dan dapat diterapkan dalam bidang yang diukur.

B. EFEKTIVITAS PELATIHAN

1. Pengertian Efektivitas

  Alvarez et all. (2004) menjelaskan bahwa efektivitas pelatihan merupakan pendekatan secara teoritis untuk menganalisis dan mencapai pemahaman tentang hasil pembelajaran dalam pelatihan. Efektivitas pelatihan berfokus pada sistem pembelajaran secara keseluruhan, sehingga menyajikan ulasan yang lebih luas tentang hasil pembelajaran pelatihan. Efektivitas menganalisa mengapa peserta pelatihan belajar atau tidak belajar apapun dalam sebuah pelatihan. Dan hasil dari analisa efektivitas pelatihan akan bisa mendiskripsikan dan menjelaskan kelebihan dan kekurangan sebuah program pelatihan sehingga bisa dijadikan acuan untuk penyelenggaraan pelatihan yang lebih baik di masa mendatang.

2. Faktor-faktor Penentu Efektivitas

  Tjia (2006) menjelaskan ada 4 hal yang menentukan agar program pelatihan bisa efektif, yaitu: a. Fasilitator / trainer Peran fasilitator (trainer) sangat vital dalam sebuah pelatihan.

  Trainer memfasilitasi proses belajar yang dilakukan peserta dalam

  pelatihan. Persepsi peserta terhadap kredibilitas fasilitator bisa memengaruhi tingkat partisipasi dalam proses pelatihan.

  Faktor pengalaman, penguasaan materi, tingkat kepercayaan, dan kemampuan komunikasi fasilitator bisa mempengaruhi efektivitas pelatihan. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh fasilitator pelatihan, yaitu: 1) Menghindari sikap arogan dan superior dalam presentasi, 2) Bersikap terbuka terhadap segala pertanyaan dan komentar dari peserta, 3) Memotivasi peserta untuk mengetahui lebih banyak dengan bertanya, 4) Terlibat dengan peserta, memanggil dengan nama, menjaga kontak mata dan senyum, 5) Memiliki rasa humor dan cerita-cerita.

  b. Peserta Beberapa hal yang bisa mempengaruhi efektivitas pelatihan antara lain sifat dan tipe kepribadian, motivasi, kebutuhan-kebutuhan, usia, dan tingkat pendidikan. Bahkan efikasi diri peserta juga mempengaruhi efektivitas pelatihan (Wei, 2006).

  c. Topik pelatihan Materi pelatihan harus mampu menjawab kebutuhan dari peserta berdasarkan hasil training need analysis. Jika materi pelatihan tidak mampu menjawab itu semua, pelatihan tidak akan efektif karena peserta tidak termotivasi untuk belajar.

  d. Metode pelatihan Tjia (2006) merekomendasikan metode experiential learning dan metode yang berhubungan dengan prinsip belajar orang dewasa untuk diaplikasikan agar efektivitas pelatihan menjadi maksimal.

  Selain itu, topik pelatihan hendaknya dibawakan dengan cara yang mudah dipahami dan jelas, juga bersifat fun dan membuat peserta merasa terfasilitasi untuk berbuat yang terbaik.

  e. Lingkungan Faktor lingkungan sekitar yang bisa mempengaruhi antara lain tata ruang, jumlah peserta, maupun sarana pendukung seperti musik. Tata ruang mempengaruhi interaksi dan respon peserta selama pelatihan. Termasuk di dalam tata ruang antara lain, sistem ventilasi, penerangan, akses keluar-masuk, tempat duduk, dll. Jumlah peserta hendaknya berkisar antara 16 – 24 orang. Lebih dari itu, peserta akan cenderung tidak nyaman mengikuti pelatihan. Sedangkan jika kurang dari 16 juga akan membuat peserta tidak nyaman, kecuali jika sesama peserta sudah terjalin keakraban sebelum pelatihan.

3. Metode dalam pelatihan

  Sasongko (2005) menyatakan bahwa kesesuaian antara tujuan dan materi pelatihan dengan metode menentukan keberhasilan pelatihan. Oleh karena itu perlu pemilihan metode yang tepat.

  Hardjana (2001) menjelaskan beberapa metode yang dipakai dalam sebuah pelatihan, yaitu: a. Metode informatif

  Tujuannya adalah untuk menyampaikan data, informasi, penjelasan, data, fakta, dan pemikiran.

  b. Metode partisipatif Metode ini digunakan untuk melibatkan peserta dalam pengolahan materi pelatihan.

  c. Metode partisipatif – eksperiensial Metode ini bersifat partisipatif sekaligus eksperiensial, yaitu mengajak peserta untuk ikut serta dan memberi kemungkinan kepada peserta untuk ikut mengalami apa yang diolah dalam pelatihan.

  d. Metode eksperiensial Merupakan metode yang memungkinkan peserta untuk ikut terlibat dalam penuh pengalaman untuk belajar sesuatu dari pengalaman tersebut.

  Metode yang serupa juga disampaikan oleh Pfeiffer dan Jones (dalam modul pelatihan pengembangan kepribadian mahasiswa Universitas Sanata Dharma, 2007) yaitu metode structured-

  experiences (pengalaman terstruktur) berupa serangkaian aktivitas

  yang dirancang sedemikian rupa sehingga menghasilkan data untuk belajar dan merumuskan kesimpulan. Dalam metode pengalaman terstruktur peserta diajak untuk mengalami pembelajaran sendiri dengan melalui siklus pembelajaran sebagai berikut:

  experiencing applying publishing processing generalizing

Gambar 1.

  Keterangan:

  a. Experiencing (mengalami), pelibatan diri untuk mendapatkan pengalaman pribadi konkret yang berkaitan dengan hal yang ingin dipelajari.

  b. Publishing (membagi pengalaman), menyatakan kembali hal-hal yang sudah dialami dan tanggapannya dari hasil pengamatannya kepada peserta lain. c. Processing (memproses pengalaman), menyusun dan mendiskusikan data yang didapat dari tahap sebelumnya, dengan mencoba menafsirkannya.

  d. Generalizing (merumuskan kesimpulan), menyimpulkan prinsip atau hikmah berdasarkan hasil penafsiran data sebelumnya.

  e. Applying (menerapkan), merencanakan cara menerapkan hasil penafsirannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut As’ad (2004) teknik-teknik / bentuk pelatihan yang digunakan antara lain: 1) Ceramah / kuliah

  Ceramah disampaikan secara lisan. Metode ini bisa dipakai untuk kelompok besar dan bisa memberikan banyak materi dalam waktu singkat. Kelemahan dari metode ini adalah komunikasi yang terjadi hanya searah sehingga tidak ada umpan balik dari peserta.

  2) Audiovisual Penggunaan audiovisual di sini bisa berwujud, film, video klip, maupun musik. Penggunaan media tersebut mampu membantu memengaruhi emosi peserta (Tjia, 2006) yang membuat peserta menggunakan lebih dari satu inderanya.

  3) Diskusi Diskusi memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan personil dalam pembuatan keputusan dan pemecahan masalah, menyampaikan informasi baru, dan secara langsung mampu mengubah sikap-sikap dari peserta. Kelemahannya adalah, metode diskusi kemampuan pengajarannya lebih lambat.

  4) Studi kasus Studi kasus merupakan uraian tertulis maupun lisan tentang masalah tertentu yang nyata maupun hipotesis yang didasarkan pada kenyataan. 5) Role play

  Peran merupakan suatu pola perilaku yang diharapkan. Metode ini terutama digunakan untuk memberi kesempatan kepada para peserta mempelajari keterampilan hubungan antar manusia melalui praktek dan untuk mengembangkan pemahaman akan pengaruh kelakuan mereka sendiri pada orang lain.

4. Rancangan Pelatihan

  Menurut Hardjana (2001) rancangan pelatihan adalah rancangan yang akan dijadikan pegangan dan pedoman pelaksanaan pelatihan, oleh karena itu ketika menyusun suatu rancangan pelatihan perlu mempersiapkan beberapa hal: a. Kebutuhan pelatihan

  Kebutuhan pelatihan adalah kekurangan dalam bidang pengetahuan, sikap, perilaku, kecakapan, dan keterampilan pada peserta yang hendak dipenuhi melalui kegiatan pelatihan (Hardjana, 2001). Kebutuhan pelatihan dapat diketahui melalui analisis kebutuhan pelatihan. Analisis membutuhkan diberi pelatihan, dan mengapa mereka membutuhkan pelatihan tersebut. Teknik yang dapat digunakan dalam analisis kebutuhan antara lain wawancara, pemberian kuesioner, mengadakan tes, atau audit lembaga pada unit-unitnya dengan mempelajari kegiatan, masukan, keluaran, biaya atau efisiensi, dan efektivitasnya masing- masing.

  b. Tujuan pelatihan Hardjana (2001) menyatakan bahwa dalam suatu pelatihan terdiri dari serangkaian sesi yang disusun untuk mencapai tujuan dari keseluruhan pelatihan, oleh karena itu setiap sesi memiliki tujuan masing-masing. Diharapkan melalui pencapain tujuan tiap sesi, tujuan keseluruhan pelatihan dapat tercapai. Smither (1994) menambahkan bahwa suatu pelatihan yang tidak memiliki tujuan yang kongkret dan spesifik akan menyebabkan pelatihan tersebut tidak fokus dan tidak berhasil.

  Penetapan tujuan pelatihan sebaiknya menganut prinsip SMART, yakni: S : Specific , yang berarti khusus, terbatas jelas. M : Measurable , yang berarti dapat diukur secara kuantitatif.

  A : Achievable , yang berarti dapat dicapai oleh peserta, trainer, penyelenggara, berdasarkan waktu, tempat, dan fasilitas yang tersedia.

  R : Realistic , berarti memenuhi kebutuhan pelatihan yang sebenarnya, bukan hanya keinginan penyelenggara atau trainer. T : Timebound , yang berarti waktu pencapaian tujuan dibatasi misalnya 3 hari, 2 minggu, 1 bulan, atau 2 tahun.

  c. Materi pelatihan Materi pelatihan adalah bahan, topik, atau hal yang dibicarakan dan diolah dalam pelatihan (Hardjana, 2001). Penyusunan materi pelatihan mengacu pada analisis kebutuhan pelatihan dan harus berdasarkan sasaran perilaku yang ingin dicapai. Sasongko (2005) menambahkan bahwa materi merupakan susunan bahan pembelajaran sistematis berdasarkan sasaran perilaku yang mengacu pada analisis kebutuhan, sehingga timbul perilaku yang diharapkan pada peserta seusai pelatihan.

  d. Metode, Strategi, dan Teknik pelatihan Metode merupakan cara yang sudah dipikirkan secara masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai.

  Strategi merupakan cara penggunaan metode yang sudah dipilih dan dirancang untuk menjalankan sebuah pelatihan.

  Teknik pelatihan merupakan cara pelaksanaan suatu metode.

  e. Susunan dan Jadwal sesi pelatihan Susunan sesi didasarkan pada seluruh kegiatan pelatihan, yang perlu

  1) Alur, yaitu arah, gerak, dan kelanjutan dari satu sesi ke sesi berikutnya. Urutan sesi haruslah memiliki arah yang jelas dan tidak terpisah. 2) Jarak, yaitu tenggang waktu antara satu sesi dengan sesi lain. Artinya setiap sesi memiliki jeda waktu.

  3) Nada, tekanan pada masing-masing sesi. Untuk kelancaran dan efektivitas maka masing-masing sesi diberi tekanan yang berbeda.

  4) Warna, yaitu suasana pelatihan. Pemeliharaan suasana pelatihan haruslah mendukung pelatihan itu sendiri, maka penyampaian tiap sesi dan bagian-bagiannya diberikan dalam suasana yang bervariasi, antara serius dan santai.

  5) Jalinan, yaitu jalannya seluruh pelatihan dan hubungan antar sesi.

  f. Petugas yang bertanggung jawab dan Perlengkapannya Menentukan penanggung jawab, termasuk instruktur / fasilitator.

  Selain itu juga mempersiapkan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan.

  g. Evaluasi pelatihan Evaluasi diadakan untuk keseluruhan pelatihan maupun tiap sesi.

  Evaluasi dapat berbentuk lisan maupun tulisan. Materi yang dikumpulkan untuk dianalisis dan disimpulkan antara lain, isi, proses, manfaat, fasilitas akomodasi, konsumsi, partisipasi peserta dan peran trainer atau petugas.

5. Model Evaluasi Pelatihan

  Menurut Smither (1994) efektivitas suatu program pelatihan hanya dapat ditunjukkan melalui evaluasi terhadap program pelatihan tersebut.

  Salah satu model evaluasi pelatihan yang ada adalah model yang dikembangkan oleh Donald Kirkpatrick (Bramley, 1991; Kristanto, 2004; Liberman, 2006). Menurut Liberman (2006) bahwa model yang disampaikan oleh Kirkpatrick merupakan model yang paling populer dan digunakan secara luas dalam melakukan evaluasi pelatihan.