Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Program Studi Psikologi

  PENYELESAIAN KONFLIK INTERPERSONAL PARA SUSTER KONGREGASI SUSTER FRANSISKAN SANTA LUSIA (KSFL) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Program Studi Psikologi Oleh: Hindaria Sinaga NIM: 049114100 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

HALAMAN MOTTO

  

Percayalah kepada-Nya setiap waktu hai umat, curahkanlah isi hatimu

dihadapan-Nya Allah ialah tempat perlindungan.

  

(Mazmur 62 : 9)

  !!!!

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan

daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 9 Februari 2009 Penulis, Hindaria Sinaga

  

ABSTRAK

PENYELESAIAN KONFLIK INTERPERSONAL

PARA SUSTER PADA KONGREGASI SUSTER

FRANSISKAN SANTA LUSIA (KSFL)

Hindaria Sinaga

  

Universitas Sanata Dharma, 2009

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.

  

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis konflik dan penyelesaian

konflik interpersonal di sebuah biara yaitu biara para suster Kongregasi Suster

Fransiskan Santa Lusia (KSFL) Subyek penelitian adalah para suster dari Kongregasi Suster Fransiskan Santa

Lusia (KSFL) yang terdiri 4 subyek yaitu 3 orang suster yang sudah berkaul kekal

dan 1 yang berkaul sementara. Pengumpulan data dilakukan dengan metode

wawancara, observasi dan dokumentasi. Dalam wawancara penulis menyusun

tujuh pertanyaan untuk mengungkap jenis-jenis dan penyelesaian konflik.

Observasi dilaksanakan oleh penulis sendiri selama wawancara dilakukan dan

dokumentasi dilakukan hanya untuk melengkapi data-data subyek.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa para suster pada Kongregasi Suster

Fransiskan santa Lusia pada umumnya mengalami konflik dengan atasan. Konflik

dengan atasan ini ada dua sifatnya yaitu konflik dengan atasan yang sifatnya

tertutup (superordinate close conflict) dan konflik dengan atasan yang sifatnya

terbuka (superordinate open conflict). Jenis penyelesaian konflik yang dilakukan

oleh para suster KSFL cukup beraneka ragam, akan tetapi ada satu bentuk

penyelesaian konflik yang dilakukan ke empat subyek adalah menarik diri

(withdrawal). Secara pribadi, masing-masing subyek menggunakan cara

penyelesaian konflik yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. SA

bentuk pemecahan konflik yang lebih dominan adalah berunding (negotiating),

sedangkan SB bentuk pemecahan konflik yang paling adalah menghindari

(avoiding). Bentuk pemecahan konflik yang paling dominan dilakukan oleh SC

adalah menyesuaikan (accomodating), dan bentuk pemecahan konflik yang paling

dominan dilakukan oleh SD ada dua yaitu menghindari (avoiding) dan

memperlunak (smooting). Empat orang yang menjadi subyek penelitian, satu bisa

menyelesaikan konflik dengan baik dan tiga orang tidak bisa menyelesaikan

konflik dengan baik.

  

ABSTRACT

THE SOLUTION OF INTERPERSONAL CONFLICT

OF SISTERS IN THE CONGGREGATION OF

FRANCISCAN ST. LUCIA (KSFL)

Hindaria Sinaga

  

Sanata Dharma University, 2009

This study was a qualitative which apply descriptive study. The purpose of

this study was to describe the kinds of conflicts and the solution of interpersonal

conflicts in a nunnery, which is the sisters’ nunnery of Conggregation of

Franciscan St. Lusia Sister (KSFL).

  The subjects of this study were the sisters of Conggregation of Franciscan

St. Lusia Sister (KSFL) which consist of 4 subjects they were 3 sisters who have

vow eternally and one sister who vows temporarily. The data was collected by

interview method, observation, and documentation method. In interviewing, the

writer arranged seven questions to reveal kinds of conflicts and the solutions. The

observation was done while the writer interviewed the sisters, and the

documentation is only objected to complete the subjects data.

  The result of the study shows that generally, the sisters of Conggregation

of Franciscan St. Lusia Sister (KSFL) have a conflict with their chairperson.

There are two kinds of conflict, they are superordinate close conflict and

superordinate open conflict. The solutions taken by the sisters are vary, however

the four subjects take self-withdrawal as their solution. Personally, each subject

uses different solution one and another. SA uses a negotiation (negotiating) as a

dominant solution. SB takes avoidance (avoiding) as her dominant solution in a

conflict. The most dominant problem solving which is chosen by SC is

accommodation (accommodating), while avoiding and smoothing are two

dominat solutions taken by SD. One of four subjects can solve the conflict well

while the rest cannot.

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Hindaria Sinaga

  Nomor NIM : 0419114100

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

PENYELESAIAN KONFLIK INTERPERSONAL

PARA SUSTER PADA KONGREGASI SUSTER

FRANSISKAN SANTA LUSIA (KSFL)

  

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di Internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu minta ijin dari saya maupun meminta

royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demkian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 11 Maret 2009 Yang menyatakan, (Hindaria Sinaga)

KATA PENGANTAR

  Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Penyelesaian Konflik

Interpersonal Para Suster, Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia.

  Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis banyak mendapat dukungan

dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kasih yang sedalam-

dalamnya secara tulus kepada orang-orang yang telah menginspirasi penulis

selama kuliah dan khususnya selama proses melakukan penelitian ini :

  

1. Ibu Lusia Pratidarmanastiti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

setia mendampingi dan memberikan bimbingan kepada penulis.

  

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  

3. Ibu Sylvia CMYM, M.si. sebagai Kepala Program Studi Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

  

4. Ibu Henrietta, S.Psi. selaku dosen pembimbing akademik dan sekaligus dosen

penguji skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing serta memberikan masukan yang berharga kepada penulis.

  

5. Dr. Priyo M.si. selaku dosen penguji skripsi yang telah bersedia memberikan

masukan yang berharga untuk penelitian ini.

  

6. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi Universutas Sanata Dharma.

  

7. Segenap karyawan Fakultas Psikologi : Mas Muji, Mas Gandung, Mbak

Nanik, Mas Doni, Pak Gi yang telah membantu penulis selama studi, Matur Nuwun nggih .

  8. Sr. Anna KSFL, sebagai Pimpinan Umum beserta Dewan Penasihat KSFL

  

9. Seluruh Anggota Komunitas KSFL secara khusus komunitas Santa Lusia

Yogyakarta dan secara khusus lagi bagi saudari-saudari yang menjadi subyek penelitian

  

10. Segenap keluarga dan para sahabat serta siapa saja baik secara langsung

maupun tidak langsung memberi dukungan kepada penulis

  

11. Teman-teman angkatan 2004 yang selalu bersedia menjadi teman berdiskusi

berbagi dan berbagi pengalaman, semoga semuanya sukses dan tetap bahagia.

  

12. Anggota komunitas SCJ Papringan dan SCJ Jln. Kaliurang yang telah bersedia

membantu penulis untuk mencarikan buku-buku yang digunakan penulis.

  13. Mba Prima yang telah bersedia mengoreksi penulisan abstrac skripsi.

  

14. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis selama perkuliahan dan selama proses pembuatan tulisan ini.

  Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian dan penyusunan skripsi ini

masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk kesempurnaan skripsi ini dari pembaca semua. Semoga skripsi

ini memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

  Yogyakarta, Penulis

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………….............................. i

HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………….... ii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………............. iii

HALAMAN MOTTO ........................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................ v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.............................................. vi

ABSTRAK........................................................................................... vii

ABSTRACT......................................................................................... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……….. ix

KATA PENGANTAR......................................................................... x

DAFTAR ISI........................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ xv

DAFTAR TABEL................................................................................. xvi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.......................................................

  1 B. Rumusan Masalah................................................................

  6 C. Tujuan Penelitian..................................................................

  6 D. Manfaat Penelitian................................................................

  6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyelesaian Konflik ……………………………………...

  9

  1. Pengertian Konflik……………………………………

  9

  2. Penyebab Konflik…………………………………….

  10

  3. Jenis-janis Konflik……………………………………

  12

  4. Cara Menghadapi Konflik……………………………

  15 5. Cara Pengelolaan Konflik……………………………..

  16 6. Tujuan Penyelesaian Konflik………………………….

  19

  7. Manfaat Konflik……………………………………. …

  20 B. Kongregasi Suster Fransiskan santa Lusia (KSFL)

  1. Sejarah berdirinya KSFL………………………………

  21

  2. Spiritualitas dan kharisma KSFL………………………

  24 3. Visi dan misi KSFL…………………………………….

  25 4. Suster-suster KSFL…………………………………….

  27 C. Konflik Dalam Hidup Membiara…………………………..

  29 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian……………………………………………..

  31 B. Subyek Penelitian………………………………………….

  31 C. Instrumen Penelitian……………………………………….

  34

1. Wawancara…………………………………………….

  34

  

2. Observasi………………………………………………

  37

  

3. Dokumentasi …………………………………………

  37 D. Variabel Penelitian………………………………………..

  38 1. Jenis konflik..................................................................

  38 2. Jenis-jenis pemecahan konflik.......................................

  39 E. Prosedur Pengambilan Data...................................................

  41

  1. Tahap persiapan.............................................................

  41 2. Tahap pelaksanaan.........................................................

  42 F. Tehnik Analisis Data...........................................................

  43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas dan Deskripsi Subyek Penelitian............................

  46

1. Identitas Subyek Penelitian.............................................

  46

2. Deskripsi Subyek Penelian.............................................

  46 B. Pelaksanaan Penelitian..........................................................

  50

1. Tahap Pengurusan Perizinan..........................................

  50

2. Tahap Persiapan Pengumpulan Data.............................

  50

3. Tahap pengumpulan Data.............................................

  51

4. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian.........................

  51 C. Hasil Analisis Data .............................................................

  52 D. Pembahasan..........................................................................

  59 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ..........................................................................

  65 B. Saran-saran............................................................................

  66 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................

  67

  DAFTAR TABEL Halaman

Tabel I Identitas dan Karakteristik Subyek Penelitian......................33

  

Tabel II Kode Pertanyaan Wawancara ..............................................44

Tabel III Kode Jenis Konflik .............................................................44

Tabel IV Kode Penyelesaan konflik ...................................................45

Tabel V Identitas Subyek ...................................................................46

Tabel VI Proses Pengambilan Data .....................................................51

Tabel VII Ringkasan Hasil Analisis Data .............................................58

  

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1: Verbatim dan Pengkodingan Subyek I..................................... 69

  Lampiran 2: Verbatim dan Pengkodingan Subyek II.................................... 80 Lampiran 3: Verbatim dan Pengkodingan Subyek III................................... 86 Lampiran 4: Verbatim dan Pengkodingan Subyek IV.................................. 92

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya setiap orang mau tidak mau, siap atau tidak siap

  

pasti mengalami konflik, baik konflik yang terjadi dengan diri sendiri

maupun konflik dengan orang lain. Konflik tidak terpisahkan dari setiap

orang dan melekat erat dalam jalinan kehidupan seluruh manusia.

Menurut Johnson (Supratiknya,1995) konflik dapat diartikan sebagai

situasi dimana tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi,

menghambat atau mengganggu tindakan pihak lain.

  Ada banyak orang memandang konflik sebagai keadaan yang

buruk dan merugikan sehingga berusaha untuk menghindar dari konflik.

  

Pandangan seperti ini membuat orang menjadi takut kalau orang sudah

mulai berhadapan dengan konflik. Buruk dan merugikan berarti tidak

normal, tidak sehat, bersifat patologis dan merusak relasi dengan sesama.

Sebagian orang memandang konflik sebagai sesuatu yang bisa membawa

hal positif dalam hubungannya dengan orang lain maupun dengan diri

sendiri. Adanya pandangan bahwa konflik sebagai sesuatu yang bisa

membawa hal positif karena mereka bisa memaknai setiap konflik yang

dialami dalam hidupnya. Selain itu, konflik juga bisa menjadikan orang

yang mengalami konflik semakin mengenal dirinya juga orang lain yang

terlibat dalam konflik.

  Konflik dapat melibatkan siapa saja, tanpa membedakan usia, jenis

kelamin, pekerjaan, budaya maupun pendidikan. Munculnya suatu konflik

dapat terjadi karena berbagai macam alasan yaitu perbedaan pendapat,

perbedaan pola pikir, perbedaan latar belakang dan lain sebagainya. Suatu

konflik bisa muncul karena masalah jasmani maupun masalah rohani

bahkan masalah yang dianggap sangat sepele. Konflik tidak mengenal

waktu sehingga bisa terjadi setiap waktu seperti pagi hari, siang hari, sore

hari maupun malam hari. Konflik juga tidak mengenal tempat karenanya

bisa terjadi dimana saja seperti dalam, komunitas, politik, instansi-instansi

pendidikan, agama juga dalam keluarga.

  Menurut William Hendricks ( Arif Santoso, 2006) ada dua tipe

konflik. Tipe konflik yang pertama adalah konflik intrapersonal yaitu

proses perubahan dan timbulnya konflik dapat dialami seperti perjuangan

di dalam diri individu. Konflik intrapersonal dirasakan atau dialami baik

secara fisik, mental atau pun emosional. Konflik ini sering disebut konflik

dengan diri sendiri. Tipe konflik yang kedua adalah konflik interpersonal

yaitu konflik terjadi antara individu yang satu dengan individu yang lain

maupun antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Kedua

konflik ini pasti sering dialami oleh setiap manusia, akan tetapi yang

paling berpengaruh dalam relasi dengan sesama adalah konflik

interpersonal.

  Dalam komunitas religius atau komunitas biara dua tipe konflik

yang sudah dijelaskan di atas sering terjadi. Akan tetapi, konflik yang

  

paling mencolok dan sangat berpengaruh dalam hidup membiara adalah

konflik interpersonal. Hal ini bisa dipahami karena anggota komunitas

yang terdiri dari beraneka ragam latar belakang, budaya, pola pikir,

kemampuan dan lain-lain. Cara hidup dalam komunitas biara berbeda

dengan komunitas-komunitas yang lain sehingga memungkinkan

terjadinya konflik cukup besar. Apapun yang dilakukan anggota

komunitas harus sesuai dengan keputusan dan peraturan yang dibuat

kongregasi. Adanya peraturan dan keputusan yang sudah dibuat oleh

kongregasi maka diharapkan, komunitas harus merupakan sumber dari

mana anggota komunitas terus-menerus mendapat inspirasi atau

peneguhan untuk bekal dalam karya pelayanan (Tom Jacobs, 1987).

Pandangan bahwa komunitas adalah tempat setiap anggota untuk

mendapat inspirasi terkadang tidak mudah dihidupi. Hal ini bisa

mengakibatkan terjadinya konflik dalam komunitas biara.

  Konflik yang terjadi dalam komunitas biara biasanya bermula dari

adanya perbedaan pola pikir dan perbedaan pendapat. Hal ini sering

manjadi kendala bagi anggota komunitas yang tinggal dalam komunitas

tersebut. Seorang anggota mempunyai ide yang menurutnya baik dan

sangat cocok untuk diterapkan dalam komunitas (kongregasi). Akan tetapi,

ide tersebut kurang diterima karena alasan tertentu. Peristiwa seperti ini

bisa manjadi awal munculnya konflik. Apabila konflik ini tidak

diselesaikan dengan baik akan mempengaruhi jalannya hidup

berkomunitas dan bisa memunculkan konflik yang serius. Maka untuk itu

  

sangat penting adanya pemecahan konflik sehingga konflik yang dianggap

sepele tidak sampai mendatangkan konflik yang serius dalam komunitas

biara.

  Johnson (Supratiknya, 1995) menegaskan apabila kita mampu

mengelola konflik secara konstruktif, konflik justru dapat memberikan

manfaat positif bagi diri kita sendiri maupun bagi hubungan kita dengan

orang lain. Konflik dalam hubungan antar pribadi sesungguhnya memiliki

potensi menunjang perkembangan pribadi kita sendiri maupun

perkembangan relasi kita dengan orang lain. Disaat orang berada dalam

situasi konflik akan merasa bahwa dia mengalami kegagalan yang sangat

besar. Akan tetapi, ketika orang bisa menyelesaikan konfliknya dengan

baik maka pada saat itu juga dia merasakan kesuksesan dan keberhasilan.

  Sebagai orang yang tinggal dalam hidup bersama dan mempunyai

tujuan yang sama pasti mengalami konflik antara anggota yang satu

dengan yang lain. Akan tetapi, mereka tidak memperlihatkan konflik yang

mereka alami dengan cara mereka masing-masing. Hal ini bisa terjadi

karena mereka harus menjalani hidup bersama dengan anggota yang lain.

  Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian tentang pemecahan konflik interpersonal para suster Kongregasi

Suster Fransiskan Santa Lusia. Penulis melihat bahwa para suster tersebut

adalah merupakan manusia yang sangat rentan dengan konflik-konflik.

  

Kerentanan terhadap konflik yang dialami oleh para suster tersebut dapat

dipengaruhi oleh berbagai hal seperti tuntutan karya yang ditangani dan

  

kondisi komunitas tempat berkarya, serta keanekaragaman usia,

latarbelakang pendidikan, suku, pola pikir dan minat anggota komunitas.

  Alasan kedua yang membuat penulis tertarik untuk meneliti

penyelesaian konflik interpersonal di komunitas biara adalah melihat dari

fakta yang dialami para religius pada saat ini termasuk penulis dalam

menapaki panggilan hidupnya. Pada umumnya suster-suster mengalami

konflik di dalam komunitas biara. Akan tetapi apakah konflik ini

terselesaikan dengan baik atau tidak menjadi pertanyaan bagi penulis.

  

Munculnya pertanyaan ini adalah karena melihat adanya anggota

komunitas yang mengalami keragu-raguan dalam melanjutkan perjalanan

panggilan hidupnya karena mengalami konflik dengan anggota yang lain.

Keragu-raguan yang dialami oleh anggota komunitas tersebut bahkan

mendorong dia untuk mengambil keputusan keluar dari persaudaraan.

  

Namun banyak juga anggota yang mengalami konflik dan mengalami

keragu-raguan tapi tetap bertahan untuk menjalani hidup di dalam biara.

  

Hal ini membuat penulis tertarik untuk meneliti bagaimana para suster

memecahkan konflikya dalam hidup bersama.

  Penelitian sebelumnya sudah banyak yang meneliti subyek dalam

biara tetapi yang berhubungan dengan pemecahan konflik dalam biara

belum pernah ada yang meneliti khususnya di biara tempat peneliti

mengadakan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti ingin memperoleh

gambaran mengenai ” Bagaimana Pemecahan Konflik Interpersonal para

Suster dalam Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia”.

  B. Rumusan Masalah Permasalahan pokok yang ingin diteliti oleh penulis dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

  

1. Jenis-jenis konflik interpersonal yang dialami oleh para suster

Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia?

  

2. Bagaimana pemecahan konflik interpersonal yang dilakukan oleh para

suster Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:

Mendeskripsikan jenis-jenis konflik dan pemecahan konflik interpersonal

yang dilakukan oleh para suster Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia

dalam hidup bersama.

  D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah:

  1. Manfaat teoritis Dapat memberikan sumbangan informasi tentang pemecahan konflik dalam menghadapi konflik khususnya konflik interpersonal serta dapat membantu untuk penelitian selanjutnya yang lebih sempurna.

2. Manfaat praktis

  a. Menjadi sumber pengetahuan tentang pemecahan konflik interpersonal dalam hidup berkomunitas secara khusus dalam komunitas biara

  

b. Bagi pimpinan kongregasi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai

landasan berpijak dalam mengadakan kunjungan persaudaraan atau visitase dengan para anggota kongregasi secara keseluruhan dan secara khusus bagi tim formasio.

c. Menjadi inspirasi bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian sekitar obyek penelitian yang sama.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyelesaian Konflik

1. Pengertian Konflik

  Dalam kamus Psikologi (Kartini Kartono, 2003), konflik diartikan

sebagai ketidak-sepakatan dalam suatu pendapat emosi, dan tindakan

dengan orang lain. Keadaan mental merupakan hasil impuls-impuls hasrat-

hasrat keinginan-keinginan dan sebagainya yang saling bertentangan,

namun bekerja dalam saat yang bersamaan.

  Menurut Johnson (Supratiknya, 1995), yang dimaksud dengan

konflik adalah situasi dimana tindakan salah satu pihak berakibat

menghalangi, menghambat, atau mengganggu tindakan pihak lain. Kendati

konflik selalu terdapat dalam setiap bentuk hubungan antar pribadi, pada

umumnya masyarakat memandang konflik sebagai keadaan yang buruk

dan harus dihindarkan. Konflik dipandang sebagai faktor yang akan

merusak hubungan maka harus dicegah.

  Bimo Walgito (2006) mengartikan konflik sebagai siatusi dimana

dua orang atau lebih tidak setuju terhadap hal-hal atau situasi-situasi yang

berkaitan dengan keadaan-keadaan yang antagonis. Dengan kata lain,

konflik akan timbul apabila terjadi aktivitas yang tidak memiliki

kecocokan (incompatible). Aktivitas inkompatibel artinya apabila suatu

aktivitas dihalangi atau diblok oleh aktivitas lain.

  Webster (Helly P.Soetjipto,2004) menjelaskan istilah ”conflict”

dalam bahasa aslinya berarti suatu perkelahian, peperangan, atau

perjuangan yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak. Namun

arti kata ini kemudian berkembang menjadi adanya ”ketidaksepakatan”

yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan, ide dan lain-lain.

  Harjana (1994) mendefenisikan konflik merupakan pengalaman

hidup yang cukup mendasar karena meskipun tidak harus, tetapi mungkin

bahkan amat mungkin terjadi. Konflik terjadi manakala dalam hubungan

antara dua orang atau dua kelompok, perbuatan yang satu berlawanan

dengan perbuatan yang lain sehingga salah satu atau keduannya saling

terganggu.

  Winardi (1994) menjelaskan bahwa konflik berarti adanya oposisi

atau pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok- kelompok atau

organisasi-organisasi. Mengingat bahwa konflik tidak dapat dihindari,

maka aproach yang baik untuk diterapkan para manajer adalah pendekatan

mencoba memanfaatkan konflik demikian rupa, hingga ia tepat serta

efektif untuk mencapai sasaran-sasaran yang diinginkan.

  Watkins (Chandra, 1992) mendefenisikan konflik memuat dua hal

yaitu yang pertama adalah adanya dua pihak yang secara potensional dan

praktis dapat saling menghambat. Kedua adanya suatu sasaran yang sama-

sama dikejar oleh dua pihak namun hanya salah satu pihak yang mungkin

akan mencapainya. Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa salah

  

satu cara untuk memahami konflik ialah dengan memusatkan perhatian

terhadap dua kata kunci yaitu kebutuhan dan hambatan.

  Dari penjelasan-penjelasan ini penulis menyimpulkan bahwa

konflik adalah suatu pengalaman yang dialami oleh setiap individu baik

dengan diri sendiri maupun dengan orang lain, dimana terdapat dua atau

lebih gagasan atau keinginan yang saling bertentangan.

2. Penyebab Konflik

  Menurut Harjana (1994) kondisi konflik merupakan lahan dan

suasana penanaman benih-benih konflik, tetapi yang menimbulkan

terjadinya suatu konflik pasti ada penyebab atau pemicunya. Hal-hal yang

menyebabkan munculnya konflik secara umum adalah:

1. Salah pengertian atau salah paham karena kegagalan komunikasi.

  Komunikasi yang gagal membuat isi berita atas pesan menjadi tidak lengkap dan tidak jelas, lengkap dan jelas tapi tidak sampai pada penerima dengan baik dan tepat pada waktunya, sampai dengan baik dan tepat pada waktunya tetapi tidak ditangkap utuh.

  Keadaan seperti ini akan mengahasilkan salah pengertian dan salah paham dan akhirnya menyebabkan konflik.

  2. Perbedaan tujuan Adanya perbedaan nilai yang dipegang oleh setiap individu dalam menjalankan suatu kegiatan akan mengakibatkan ketegangan. Seperti perbedaan tindakan, langkah-langkah dan tujuan, perbedaan cara kerja dan irama kerja, perbedaan waktu dan perbedaan alat yang diperlukan. Ketegangan yang diakibatkan oleh perbedaan ini akan menimbulkan konflik.

  3. Rebutan dan persaingan Individu lebih mengutamakan kepentingan dirinya sendiri dan kurang bisa melihat apa yang menjadi kebutuhan temannya sehingga terjadi konflik.

  4. Masalah wewenang dan tanggung jawab Individu tidak bisa melihat wewenang dan tanggung jawabnya sehingga terjadi perebutan atau konflik.

  5. Penafsiran yang berbeda Individu menafsirkan suatu hal berdasarkan apa yang dia mengerti tanpa mau memperjelas, sehingga muncul konflik.

  6. Kurangnya kerja sama Individu tidak bisa menjalin kerjasama yang baik sehingga yang

lahir bukan tercapainya tujuan akan tetapi muncu suatu konflik.

  7. Tidak menaati tata tertib Individu yang menaati peraturan merasa dirugikan karena terganggu akhirnya muncul konflik.

  8. Ada usaha untuk menguasai dan merugikan Pihak yang merasa hendak dikuasai dan dirugikan merasa terancam dan mengadakan perlawanan (terjadi konflik)

9. Pelecehan pribadi dan kedudukan

  Individu yang dilecehkan pribadi dan kedudukannya merasa diinjak harga dirinya dan direndahkan kedudukannya. Oleh karena itu dia melawan orang yang melecehkan dan siap berkonflik dengannya.

  10. Perubahan dalam sasaran yang menjadikan harapan menjadi tidak jelas. Harapan yang tidak jelas membuat orang tidak tidak mantap dalam melakukan sesuatu sehingga muncul konflik.

3. Jenis-jenis Konflik

  Menurut Harjana (1994) jenis-jenis konflik yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dapat dibedakan sebagai berikut: a. Superordinate conflict Superordinate conflict adalah konflik dimana orang-orang yang terlibat dalam konflik antara orang atau kelompok orang dan orang atau kelompok yang mempunyai kekuasaan yang lebih tinggi.

  b. Subordinate conflict Subordinate conflict adalah dimana orang- orang yang terlibat adalah antara orang atau kelompok orang dan orang atau kelompok yang mempunyai kekuasaan yang lebih rendah.

  c. Lateral conflict Lateral conflict merupakan konflik yang terjadi antara orang atau kelompok orang yang mempunyai kekuasaan sama dengan sesama rekan kerjanya. d.

  Open conflict Open conflict merupakan konflik yang terjadi antara orang atau kelompok lain dan diungkapkan dengan terang-terangan.

e. Closed conflict

  Closed conflict adalah konflik yang tertutup dan dilakukan dalam bentuk tekanan misalnya berupa saling mendiamkan, saling tidak berkomunikasi.

  Menurut William Hendrick (2007), konflik dibagi menjadi dua tipe. Dua tipe konflik ini terdiri atas:

  1. Konflik pribadi (konflik intrapersonal) Konflik intrapersonal melibatkan ketidaksesuaian emosi bagi individu ketika keahlian, kepentingan, tujuan atau nilai-nilai digelar untuk memenuhi tugas-tugas atau pengharapan yang jauh dari menyenangkan. Konflik intrapersonal terjadi di dalam diri individu itu sendiri akan tetapi, merintangi kehidupan sehari-hari dan dapat menghentikan kegiatan orang banyak.

  2. Konflik antar pribadi (konflik interpersonal) Konflik interpersonal yaitu konflik yang terjadi antara satu orang atau lebih dengan orang lain. Konflik interpersonal lebih jamak diasosiasikan dengan manajemen konflik karena konflik ini melibatkan sekelompok orang.

Dari kedua tipe konflik di atas, konflik yang akan diteliti oleh penulis adalah konflik interpersonal. Jenis konflik interpersonal ada 6 yaitu: yaitu konflik dimana orang-orang

  1. Superordinate open conflict yang terlibat dalam konflik antara seorang atau kelompok orang dengan seorang atau kelompok orang yang mempunyai kekuasaan yang lebih tinggi dan sifatnya terbuka.

  

2. Superordinate close conflict yaitu konflik dimana orang-orang

yang terlibat dalam konflik antara seorang atau kelompok orang dengan seorang atau kelompok yang mempunyai kekuasaan yang lebih tinggi dan sifatnya tertutup.

  

3. Subordinate open conflict yaitu konflik dimana orang- orang

yang terlibat adalah antara seorang atau kelompok orang dengan seorang atau kelompok yang mempunyai kekuasaan yang lebih rendah dan sifatnya terbuka.

  

4. Subordinate close conflict yaitu konflik dimana orang- orang

yang terlibat adalah antara seorang atau kelompok orang dengan seorang atau kelompok orang yang mempunyai kekuasaan yang lebih rendah dan sifatnya tertutup.

  

5. Lateral open conflict yaitu konflik yang terjadi antara seorang

atau kelompok orang yang mempunyai kekuasaan sama dengan sesama rekan kerjanya dan sifatnya terbuka.

  

6. Lateral close conflict yaitu konflik yang terjadi antara seorang

atau kelompok orang yang mempunyai kekuasaan sama dengan sesama rekan kerjanya sifatnya tertutup.

  Adapun alasan peneliti untuk meneliti konflik interpersonal adalah

melihat keadaan komunitas biara yang dilandasi dengan adanya hidup

bersama. Orang yang hidup bersama dengan peraturan dan cara hidup

yang sama tentu banyak mengalami perbedaan-perbedaan yang akhirnya

bisa menimbulkan konflik. Konflik itu biasanya terjadi antara anggota

yang satu dengan anggota yang lainnya.

4. Cara Menghadapi Konflik

  

Menurut Winardi (2007), konflik dapat dihadapi dengan cara:

  a. Bersikap tidak acuh terhadap konflik yang artinya tidak adanya upaya langsung untuk menghadapi sebuah konflik yang telah termanifestasi. Dalam keadaan demikian konflik dibiarkan berkembang menjadi sebuah kekuatan konstruktif atau sebuah kekuatan destruktif.

  b. Menekan konflik. Menekan sebuah konflik (supresion) menyebabkan menyusutnya dampak konflik yang negatif, tetapi ia tidak mengatasi, atau pun meniadakan pokok-pokok penyebab timbulnya konflik tersebut. Menekan konflik hanya merupakan suatu pemecahan semu (surface solution), yang menyebabkan suatu kondisi-kondisi anteseden yang merupakan penyebab orisinal terjadinya konflik tetap ada.

  c. Menyelesaikan konflik. Penyelesaian konflik hanya terjadi apabila alasan-alasan latar belakang terjadinya suatu konflik ditiadakan dan tidak disisakan kondisi-kondisi yang menggantung atau antagonisme-antagonisme untuk penyebab munculnya konflik dimasa mendatang.

5. Cara Pengelolaan konflik

  Setiap orang pasti berhadapan dengan konflik akan tetapi untuk

menghadapi konflik itu sendiri, setiap orang pasti berbeda-beda. Hal ini

disebabkan karena memaknai konflik juga berbeda, tergantung

pengalaman dan cara masing-masing, sehingga pemecahan konflik yang

digunakan juga berbeda. Harjana (1994), William H. (Arif Santoso 2006),

dan Winardi (2007) mengatakan ada lima cara yang dapat ditempuh dalam

mengolah atau menyelesaikan konflik. Lima cara itu adalah:

  1. Bersaing, bertanding (competiting), menguasai (dominating) atau memaksa (forcing). Cara ini merupakan pendekatan terhadap konflik yang berciri menang kalah (win-lose approach). Pengelolaan konflik dengan cara ini adalah memperjuangkan kepentingan sendiri dan mengorbankan pihak yang lain.

2. Kerja sama (collaborating) atau menghadapi (confronting).

  Dengan cara ini kedua belah pihak yang terlibat dalam konflik bekerja sama dan mencari pemecahan konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Cara pengelolaan ini merupakan pendekatan menang-menang (win-win approach) dan tujuannya adalah sama-sama mendapatkan yang diinginkan, sehingga kedua

belah pihak menang dan tidak ada yang dirugikan.