PERILAKU NEGATIF DALAM NOVEL PECUN MAHAKAM KARYA YATIE ASFAN LUBIS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

PERILAKU NEGATIF DALAM NOVEL PECUN MAHAKAM KARYA YATIE ASFAN LUBIS SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

  

Oleh:

Suci Widyatmi Kusuma Jati

NIM: 034114007

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

  

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  Skripsi

  

PERILAKU NEGATIF DALAM NOVEL PECUN MAHAKAM

KARYA YATIE ASFAN LUBIS

  Oleh Suci Widyatmi Kusuma Jati

  NIM: 034114007 Telah disetujui oleh

  Pembimbing I S. E. Peni Adji, S. S, M. Hum. Tanggal, 22 Juli 2008 Pembimbing II Drs. B. Rahmanto, M. Hum. Tanggal, 25 Juli 2008

  

PERILAKU NEGATIF DALAM NOVEL PECUN MAHAKAM

KARYA YATIE ASFAN LUBIS

  Dipersiapkan dan ditulis oleh Suci Widyatmi Kusuma Jati

  NIM: 034114007 Telah dipertahankan di depan panitia penguji

  Pada tanggal 12 September 2008 Dan dinyatakan memenuhi syarat.

  Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua : Drs. B. Rahmanto, M. Hum. ………………..

  Sekretaris : Drs. Hery Antono, M. Hum. ..…….………... Anggota : 1. Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M. Hum ...……………..

  2. Drs. B. Rahmanto, M. Hum. ……………….

  3. S.E. Peni Adji, S. S, M. Hum. ……………….

  Yogyakarta, 30 September 2008 Fakultas Sastra

  Universitas Sanata Dharma Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum.

  Dekan Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 25 Juli 2008 Penulis

  Suci Widyatmi Kusuma Jati

  

PERSEMBAHAN

KARYA INI KUPERSEMBAHKAN DENGAN SEPENUH HATI

KEPADA

TUHAN YESUS

&

SEMUA ORANG YANG KUSAYANGI DAN MENYAYANGIKU

  

MOTTO

FIRMAN-MU PELITA BAGI KAKIKU DAN TERANG BAGI JALANKU

(Mazmur 119:105)

  

ABSTRAK

  Jati, Suci Widyatmi Kusuma. 2008. Perilaku Negatif dalam Novel Pecun Mahakam

  Karya Yatie Asfan Lubis

  . Skripsi. Yogyakarta: Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini menganalisis perilaku negatif dalam novel Pecun Mahakam karya Yatie Asfan Lubis. Penelitian ini bertujuan pertama, menganalisis dan mendeskripsikan struktur dalam novel Pecun Mahakam karya yatie Asfan Lubis, yang dibatasi pada unsur tokoh dan penokohan, latar, dan alur. Kedua, menganalisis dan mendeskripsikan perilaku negatif dalam novel Pecun Mahakam karya Yatie Asfan Lubis.

  Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan strukturalisme. Pendekatan strukturalisme merupakan pendekatan terhadap teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur sebuah teks. Pendekatan strukturalisme digunakan untuk menganalisis dan mendeskripsikan tokoh dan penokohan, latar, dan alur sehingga dapat mempermudah peneliti dalam menganalisis dan mendeskripsikan perilaku negatif yang dilakukan oleh para tokoh dalam novel Pecun Mahakam karya Yatie Asfan Lubis.

  Dengan menggunakan metode deskriptif dan analisis, dihasilkan penelitian sebagai berikut. Pertama, analisis dan deskripsi tokoh dan penokohan, latar dan alur. Kedua, analisis dan deskripsi perilaku negatif yang terwujud dalam sikap-sikap dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh para tokoh, yaitu: (1) profesi pelacur: jalan pintas untuk mencari uang dan kesenangan, (2) sikap bangga terhadap profesinya sebagai pelacur, (3) seks bebas, (4) sikap tidak peduli terhadap pendidikan sekolah, dan (5) eksploitasi para pelacur oleh lelaki hidung belang.

  Perilaku negatif tersebut merupakan fenomena kehidupan para remaja di kota Jakarta, sebuah tempat yang memudahkan seseorang untuk berperilaku yang menyimpang dari norma-norma dan aturan-aturan sebagai bangsa yang berbudaya Timur.

  

ABSTRACT

  Jati, Suci Widyatmi Kusuma, 2008. Negative Attitudes in Pecun Mahakam, a Novel

  of Yatie Asfan Lubis.,

  A script. Yogyakarta: Indonesian Literature, Faculty of Arts, Sanata Dharma University. The research analyzed the negative attitudes in Pecun Mahakam, a novel by

  Yatie Asfan Lubis. The purpose of this research is to firstly describe the structure in

  Pecun Mahakam,

  a novel by Yatie Asfan Lubis limitedly in the term of its characters and characterization, the background, and plot. Secondly, to analyze and describe negative attitudes in Pecun Mahakam, a novel by Yatie Asfan Lubis.

  The approach which was used in the research was structuralism approach, an approach which is used towards literature texts to stress the overall relationships among all aspects found in a text. This approach was used to analyze and describe the characters and the characterization, the background and the plot as to make it easier for the researcher to analyze and describe the negative attitudes of the characters in the novel Pecun Mahakam of Yatie Asfan Lubis.

  Using the descriptive and analytical method, the research came to some findings as follows: First, analyzes and description of the negative attitudes which were all in the form of attitudes and actions of the characters: (1) prostitutes: shortcut to earning money and pleasures, (2) being proud of one’s profession as a prostitute, (3) free-sex, (4) ignorance of school education, and (5) exploitation of prostitutes by male prostitute.

  Those negative attitudes were phenomenal in young people’s life in Jakarta, a place where people easily deviate from the common norms and rules of a humanized society.

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Suci Widyatmi Kusuma Jati Nomor Mahasiswa : 034114007

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : Perilaku Negatif dalam Novel Pecun Mahakam Karya Yatie Asfan Lubis beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 16 Oktober 2008 Yang menyatakan (Suci Widyatmi Kusuma Jati)

  Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala bimbingan dan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perilaku Negatif dalam Novel Pecun Mahakam Karya Yatie Asfan Lubis”.

  Dalam penulisan ini penulis telah berupaya sedemikian rupa, namun karena keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari masih ada kelemahan dan kekurangannya.

  Skripsi ini tidak akan pernah terwujud tanpa bimbingan dan semangat dari semua pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Tuhan Yesus Kristus yang telah menyertai hidupku dengan penuh cinta.

  2. Ibu S. E. Peni Adji, S.S, M. Hum., selaku Dosen Pembimbing I skripsi yang telah membagikan ilmu pengetahuannya dan telah membimbing dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.

  3. Bapak Drs. B. Rahmanto, M. Hum., selaku Ketua Program Studi Sastra Indonesia sekaligus Dosen Pembimbung II.

  4. Bapak Drs. Hery Antono, M. Hum, yang telah menjadi Dosen Pembimbing Akademik angkatan 2003 yang selalu memberikan perhatian pada anak didiknya.

  5. Seluruh Dosen Prodi Sastra Indonesia, Bapak Dr. I. Praptomo Baryadi, M.

  Hum., Bapak Drs. Ari Subagyo, M. Hum., Bapak Drs. F. X. Santosa, M.

  Tjandrasih Adji, M. Hum, terima kasih atas ilmu dan kasih sayang yang diberikan.

  6. Keluargaku tercinta, Ibu dan Bapak yang telah merawat dan mendidik dengan penuh kasih.

  7. Kakak-kakakku, Candra dan Christy yang selalu memberikan semangat dan cinta.

  8. Adik-adikku, Puspo dan Ayu yang selalu memberikan semangat dan memberi warna dalam kehidupanku.

  9. Neno, terima kasih atas semangat, motivasi, dan curahan kasih sayangnya yang begitu indah.

  10. Iwan, terima kasih untuk semuanya…!

  11. Teman-teman dekatku, Ane, Anik, Atik, Ayu, Dhina, erna, mas Romi,

  mbak

  Dian, mbak Erni, mbak Septa, mbak Tari, mbak Wiwit, memey, Nova, Pandu, Prima, Santi, dan Thiwuk. Terimakasih atas canda dan tawanya, aku akan selalu merindukan kalian semua…!

  12. Sahabat-sahabatku, Ana, Ayu, dan Candra. Terima kasih untuk semuanya.

  Candra, terima kasih atas semua bantuanmu. Akhirnya, aku lulus…!

  13. Ana, Aning, Astri, Emak, Bekti, Firla, Rini, Prima, Diar, Lia, Melia, Dhita, Desy, nenex, Jati, Agus, Doan, Tasya dan Gondez. Terimakasih atas segala canda-tawa dan kekonyolan kalian.

  14. Seluruh teman-teman Prodi Sastra Indonesia Angkatan 2003 yang tidak

  15. Bapak dan Ibu kos Trembuku 1 yang telah memberikan tumpangan yang begitu nyaman.

  16. Teman-teman KKN, Andre, Christine, Endang, Ketut, Mitha, Otic, Rakhel, Sondang, , dan.Willy.

  17. Teman-teman KOMPA GKJ Jenar yang selalu mendoakanku.

  18. Seluruh pihak yang turut andil dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran dari pembaca. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi perkembangan kesusastraan Indonesia.

  Penulis Suci Widyatmi Kusuma Jati

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL………………………………………………………….... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI……………………………………..... iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN……………………………………. iv HALAMAN PERSEMBAHAN……...…………………………………..…….. v HALAMAN MOTTO…………………………..………………………….…... vi ABSTRAK…………………………………….………………………….……. vii ABSTRACT……………………………………………………………….…… viii KATA PENGANTAR…………………………………………………………. ix DAFTAR ISI………………………………………………………………….... xii

  BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……………………………………….…….……………..

  1 1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………......

  4 1.3 Tujuan Penelitian………………………………………...…………….....

  4

  1.4 Manfaat Penelitian………………………………………....…………..…

  5

  1.5 Landasan Teori……………………………………………...……….……

  5 1.5.1 Strukturalisme………………………………….....………….…......

  5

  1.5.1.1 Tokoh dan Penokohan……………………..……..…………

  6

  1.5.1.2 Latar atau Setting…………………………..…………….…

  7 1.5.1.3 Alur atau Plot………………………………...…………......

  8 1.5.2 Perilaku Negatif……………….…………………….….….….…….

  9 1.6 Metode Penelitian……………….………………………….……………..

  10 1.6.1 Pendekatan………….…………………………………..……….…..

  11

  1.6.2 Metode………………………………….………………...…….……

  11

  1.6.3 Teknik Penelitian……………..…………………………………...…

  11

  1.8 Sistematika Penyajian………………………………….…...……………...

  32

  23

  25

  27

  29

  29

  30

  30

  31

  31

  33

  15

  33

  34

  35

  35

  35

  36

  37

  40

  40

  21

  14

  BAB II ANALISIS STRUKTUR DALAM NOVEL PECUN MAHAKAM KARYA YATIE ASFAN LUBIS 2.1 Tokoh dan Penokohan…………………………………………...………..

  2.1.11 Mang Ucup………………………………………………………...

  2.1.1 Oditta……………………………..……………………….………

  2.1.2 Damar………………………………..…………………….……… 2.1.3 Benno …………………………………………………...………...

  2.1.4 Raden Ayu Lastri Sasongko………………………………...……..

  2.1.5 Tuan Lasmono……………………………………………………..

  2.1.6 Nyonya Lasmono (Ratih)………………………………...……….

  2.1.7 Rocky……………………………………………………………...

  2.1.8 Arnel……………………………………………………………….

  2.1.9 Tobbi…………………………………………………………...….

  2.1.10 Melly, Deasy, Lany, dan Melv…………………..………………...

  2.1.12 Joko “Bob” Dolog………………………………………………… 2.1.13 Danny …………………………………………...…………….…..

  13

  2.1.14 Wesly ……………………………………………………....……...

  2.1.15 Mas Wartawan…………………………….……………...……….

  2.1.16 Della ……………………………………………………………….

  2.1.17 Oom Melky………………………...……………………………..

  2.1.18 Trida ………………………………………………………..…….

  2.1.19 Yasmine ………………………………………………..……...….

  2.1.20 Keke Rinjani…………………………………………..………......

  2.2 Latar………………………………………………………..……………...

  2.2.1 Latar Tempat………………………………………………..……..

  2.2.2 Latar Waktu……………………..…………………………………

  46

  2.3 Alur………………………………………………………………………….

  50

  63

  60

  59

  57

  56

  54

  53

  53

  52

  51

  50

  2.3.1 Tahap Penyituasian (Situation)………………………….…………...

  4.2 Saran………………………………………………………………………… DAFTAR PUSTAKA BIOGRAFI PENULIS

  BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan………………………………………………………………….

  3.5 Eksploitasi Para Pelacur oleh Lelaki Hidung Belang…………….……...….

  3.4 Sikap tidak Peduli terhadap Pendidikan Sekolah ……………..………...….

  3.3 Seks Bebas……………………………………………………………...…...

  3.2 Sikap Bangga terhadap Profesinya sebagai Pelacur………………………...

  BAB III ANALISIS LIBERALISME NEGATIF DALAM NOVEL PECUN MAHAKAM KARYA YATIE ASFAN LUBIS 3.1 Profesi Pelacur: Jalan Pintas untuk Mencari Uang dan kesenangan…….….

  2.3.5 Tahap Penyelesaian (Denouement)………….…………….…………

  2.3.4 Tahap Klimaks (Climax)………………………………….…………

  2.3.3 Tahap Peningkatan Konflik (Rising Action)………………….……..

  2.3.2 Tahap Pemunculan Konflik (Generating Circumstances)….……….

  65

  Dalam hidup bermasyarakat, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa sebagai sarana manusia untuk mengungkapkan apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan dalam kehidupannya. Manusia menggunakan bahasa untuk menyampaikan ide, pikiran, dan perasaannya. Seni sastra menjadi salah satu perwujudan dari penggunaan bahasa sebagai sarana komunikasi. Seni sastra tersebut salah satunya adalah karya sastra.

  Sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat; ia terikat oleh status sosial tertentu. Sastra menampilkan gambaran kehidupan; dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial (Damono, 2002: 1).

  Karya sastra yang kita baca dibangun oleh pengarangnya sebagai hasil rekaman kreatifnya berdasarkan permenungan, penafsiran, penghayatan hidup terhadap realitas sosial dan lingkungan kemasyarakatan tempat pengarang itu hidup dan berkembang (Soemardjo, 1984: 15).

  Banyak orang mencari kebebasan untuk kepuasan batinnya yang pada dasarnya hanya kenikmatan sesaat. Kebebasan seks termasuk bagian dari pergaulan bebas yang lambat laun telah menjadi sebagian dari kehidupan pelajar khususnya di kota-kota besar di Indonesia. Hal tersebut sangat ditakuti oleh para orang tua terhadap anaknya.

  Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atau problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh (Kosasih, 2004: 250).

  Bahasa yang digunakan dalam novel ini begitu vulgar atau seronok sehingga dapat memacu emosi pembaca. Unsur tokoh dan penokohan, latar, dan alur dapat mengajak pembaca masuk ke dalam cerita sehingga seolah-olah pembaca menyaksikan sendiri kejadiannya secara langsung.

  Dalam novel Pecun Mahakam karya Yatie Asfan Lubis diungkapkan perilaku negatif seperti yang dilakukan oleh tokoh Oditta, seorang gadis yang masih duduk di bangku SMA yang menjalankan profesinya sebagai pelacur. Ia memilih jalan pintas dengan memberi pelayanan seks sebagai cara yang paling mudah untuk mencari uang dan kesenangan. Di samping itu, ada perempuan-perempuan lain yang juga menjalankan profesinya sebagai pelacur. Mereka melayani para lelaki hidung belang dan brondong atau cowok-cowok ABG.

  Dalan novel ini disebutkan bahwa “Pecun” berarti pelacur-pelacur atau pelacur culun. Mereka beroperasi di jalan Mahakam sehingga disebut pecun Mahakam atau pecun Gultik. “Gultik” berarti gule dijual di tikungan jalan Mahakam. Mereka merupakan pekerja seks komersial yang memberikan seluruh atau sebagian dari tubuhnya untuk hal-hal yang negatif atau hal-hal yang menyimpang dari norma- norma.

  Pada dasarnya, fenomena seks bebas tidak relevan dengan budaya bangsa yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai, norma-norma, dan agama. Indonesia termasuk bangsa yang berbudaya Timur, tetapi lambat laun budaya Timur menjadi luntur. Banyak masyarakat Indonesia yang hidup dengan budaya Barat, seperti seks bebas. Semestinya, hubungan seks hanya boleh dinikmati dalam lingkup perkawinan yang sah.

  Perilaku negatif itu sendiri dapat diartikan sebagai perilaku yang menyimpang dari norma-norma seperti: norma hukum dan norma agama (G. Karta Sapoetra dan Kreimers J.B dalamWidiarsih, 2008).

  Penelitian yang membahas tentang perilaku negatif ini menggunakan pendekatan strukturalisme. Pendekatan strukturalisme dipakai untuk menganalisis dan mendeskripsikan tokoh dan penokohan, latar, dan alur sehingga membantu penulis dalam menganalisis dan mendeskripsikan perilaku negatif dalam novel Pecun

  Mahakam karya Yatie Asfan Lubis.

  Novel Pecun Mahakam memiliki ciri khas tersendiri dalam hal penceritaan. Pembaca berhadapan dengan permasalahan yang tidak jauh berbeda dari realita kehidupan yang sesuai dengan zamannya. Novel ini mengandung permasalahan yang menarik, yakni konflik yang terjadi di dalam sebuah keluarga dan menggambarkan situasi di kota-kota besar yang memudahkan seseorang untuk melakukan tindakan- tindakan yang di luar aturan atau melanggar norma. Tidak menutup kemungkinan hal tersebut terjadi di kota-kota kecil. Dalam novel ini banyak tokoh yang melakukan perilaku negatif dengan melakukan profesinya sebagai pelacur. Tindakan mereka tidak dapat dibenarkan karena sudah di luar aturan dan norma. Permasalahan tersebut juga memiliki banyak kemiripin antara cerita dalam novel dengan sosial budaya sebagian masyarakat pada saat ini.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut.

  1.2.1 Bagaimanakah struktur novel Pecun Mahakam karya Yatie Asfan Lubis?

  1.2.2 Bagaimanakah perilaku negatif dalam novel Pecun Mahakam karya Yatie Asfan lubis?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan.

  1.3.1 Menganalisis dan mendeskripsikan struktur dalam novel Pecun Mahakam karya Yatie Asfan Lubis, yang dibatasi pada unsur tokoh dan penokohan, latar, dan alur.

  1.3.2 Menganalisis dan mendeskripsikan perilaku negatif dalam novel Pecun

  Mahakam karya Yatie Asfan Lubis.

  1.4 Manfaat Penelitian

  1.4.1 Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat luas mengenai keadaan dalam novel Pecun Mahakam karya Yatie Asfan Lubis.

  1.4.2 Hasil penelitian ini dapat memperkaya bahan kajian mengenai perilaku negatif dalam pandangan dunia sastra.

  1.5 Landasan Teori

  Dalam skripsi ini, penulis menggunakan dua pokok teori untuk memecahkan masalah di atas, yaitu: (I) strukturalisme, meliputi: tokoh dan penokohan, latar atau

  setting , alur atau plot dan (ii) perilaku negatif.

  1.5.1 Strukturalisme Teori strukturalisme digunakan untuk menganalisis tokoh dan penokohan, latar, dan alur sehingga dapat mempermudah peneliti dalam menganalisis perilaku negatif yang dilakukan oleh para tokoh dalam novel Pecun Mahakam karya Yatie Asfan Lubis.

  Teori strukturalisme sastra merupakan sebuah teori pendekatan terhadap teks- teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks (Taum, 1997: 38).

  Jika dicermati, sebuah teks sastra terdiri dari komponen-komponen seperti: ide, tema, amanat, latar, watak dan perwatakan, insiden, plot, dan gaya bahasa.

  Komponen-komponen tersebut memiliki perbedaan aksentuasi pada berbagai teks menetapkan komponen-komponen mana yang akan mendapat prioritas signifikasi. Keluasan ini tetap harus dibatasi, yakni sejauh komponen-komponen itu tersurat dalam teks itu sendiri (Taum, 1997:39).

  1.5.1.1 Tokoh dan Penokohan Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman,1991: 16). Tokoh adalah orang yang memainkan peran dalam karya sastra. Penokohan adalah proses penampilan tokoh dengan pemberian watak, sifat atau kebiasaan tokoh pemeran suatu cerita (Zaidan, 1996: 206).

  Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2007: 165). Istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh dan perwatakan, sebab masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan serta pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan juga menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2007: 166).

  Membaca sebuah novel, biasanya, kita akan dihadapkan pada sejumlah tokoh yang dihadirkan di dalamnya. Namun, dalam kaitannya dengan keseluruhan cerita, peranan masing-masing tokoh tersebut tidak sama. Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, ada tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita, dan cerita, dan itu pun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek (Nurgiyantoro, 2007: 176).

  Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh tambahan adalah tokoh yang pemunculannya dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung (Nurgiyantoro, 2007: 177).

  1.5.1.2 Latar atau Setting Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007: 216).

  Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 2007: 217).

  Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial (Nurgiyantoro, 2007: 227). Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro, 2007: 227). Latar waktu berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro, 2007: 230). Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi (Nurgiyantoro, 2007: 233).

  Latar dalam novel Pecun Mahakam karya Yatie Asfan Lubis, dibagi menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

  1.5.1.3 Alur atau Plot Alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain (Stanton dalam Nurgiyantoro, 2007: 113).

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 24), alur atau plot adalah jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu (pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal atau waktu dan oleh hubungan kausal atau sebab-akibat).

  Penampilan peristiwa demi peristiwa yang hanya mendasarkan diri pada urutan waktu saja belum merupakan plot. Agar menjadi sebuah plot, peristiwa- peristiwa itu haruslah diolah dan disiasati secara kreatif, sehingga hasil pengolahan dan penyiasatannya itu sendiri merupakan sesuatu yang indah dan menarik, khususnya dalam kaitannya dengan karya fiksi yang bersangkutan secara keseluruhan (Nurgiyantoro, 2007: 113).

  Berdasarkan kriteria urutan waktu alur atau plot dibedakan menjadi tiga, yaitu plot lurus atau maju (progresif), plot sorot balik atau mundur atau flasback (regresif), dan plot campuran. Plot sebuah novel dikatakan progresif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa (-peristiwa) yang pertama diikuti oleh (atau: menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian (Nurgiyantoro, 2007: 153-154). Jika urutan kronologis peristiwa-peristiwa yang disajikan dalam karya sastra disela dengan peristiwa yang terjadi sebelumnya, maka terjadilah apa yang disebut alih balik atau sorot balik. Sorot balik ini ditampilkan dalam dialog, dalam bentuk mimpi, atau sebagai lamunan tokoh yang menyelusuri kembali jalan hidupnya, atau yang teringat kembali kepada suatu peristiwa masa yang lalu (Sudjiman, 1988: 33). Plot campuran merupakan perpaduan antara plot maju dan plot sorot balik.

  1.5.2 Perilaku Negatif Saat ini, perilaku negatif sangat erat kaitannya dengan pergaulan hidup anak- anak muda. Khususnya di kota-kota besar, baik itu pelajar sekolah hingga mahasiswa

  . Sebutan sebagai anak terpelajar tidak lagi menjadi jaminan mereka memiliki moral atau perilaku yang baik (Widiarsih, 2008: 1).

  Secara sengaja atau tidak sengaja manusia sering melakukan pengabaian- pengabaian terhadap ketentuan hidup yang dasar atau norma-norma lazim di pandang sebagai perbuatan-perbuatan menyimpang (perilaku negatif). Perilaku negatif itu sendiri dapat diartikan sebagai perilaku yang menyimpang dari norma-norma seperti: norma hukum dan norma agama (G. Karta Sapoetra dan Kreimers J.B dalamWidiarsih, 2008).

  Moral adalah tindakan yang sesuai dengan ide-ide umum, tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar sesuai dengan ukuran-ukuran tindakan yang oleh umum diterima dan meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Tapi saat ini banyak anak-anak muda yang sudah mulai terkikis moralnya, karena dalam perilaku mereka tidak lagi memikirkan baik dan wajarnya tindakan yang mereka lakukan dan dapat atau tidak diterima oleh orang lain sehingga perbuatan yang mereka lakukan cenderung menyimpang ke arah yang negatif (Drs. A.W Widjaja dalam Retno, 2008).

  Teori tersebut dimaksudkan untuk mengetahui dan memperjelas tentang perilaku negatif yang dilakukan oleh tiap-tiap tokoh dalam novel Pecun Mahakam karya Yatie Asfan Lubis.

  Metode Penelitian

  1.6 Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang akan ditempuh oleh peneliti dalam rangka mencari pemecahan masalah. Metode penelitian ini mencakup: (i) pendekatan, (ii) metode, dan (iii) teknik penelitian.

  1.6.1 Pendekatan Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan stukturalisme. Pendekatan strukturalisme merupakan pendekatan terhadap teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur sebuah teks (Hartoko, 1986: 136). Peneliti menggunakan pendekatan ini untuk menganalisis tokoh dan penokohan, latar, dan alur sehingga dapat mempermudah peneliti dalam menganalisis perilaku negatif dalam novel Pecun Mahakam karya Yatie Asfan Lubis.

  1.6.2 Metode Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif.

  Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Untuk memberikan bobot yang lebih tinggi pada metode ini, maka data atau fakta yang ditemukan harus diberi arti, dengan tidak sekadar menyajikannya secara deskriptif. Data atau fakta yang terkumpul harus diolah dan ditafsirkan (Nawawi dan Martino, 2005: 73).

  1.6.3 Teknik Penelitian Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah teknik simak dan teknik catat. Teknik simak yaitu dengan membaca karya sastra tersebut kemudian dianalisis sedangkan teknik catat yaitu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yang terdapat dalam sebuah karya sastra tersebut kemudian ditulis.

  Peneliti menggunakan teknik simak dengan membaca buku-buku maupun artikel yang memuat hal-hal yang berkaitan dengan novel Pecun Mahakam karya Yatie Asfan Lubis yang kemudian dianalisis. Peneliti menggunakan teknik catat untuk mencatat data yang berasal dari buku- buku maupun artikel yang memuat hal-hal yang berkaitan dengan novel Pecun

  Mahakam

  karya Yatie Asfan Lubis, masalah strukturalisme yang dibatasi pada unsur tokoh dan penokohan, latar, dan alur serta masalah perilaku negatif.

  1.7.1 Sumber data primer Judul buku : Pecun Mahakam Pengarang : Yatie Asfan Lubis Penerbit : Media Pressindo, Yogyakarta Tahun Terbit : 2004 Cetakan : Pertama Tebal Buku : iv + 196

  1.7.2 Sumber data sekunder Sumber data sekunder berupa hasil penelitian, artikel dari internet, dan pustaka-pustaka lain yang berhubungan dengan objek penelitian ini.

  Bab I berisi pendahuluan yang mencakup: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian, sumber data, dan sistematika penyajian.

  Bab II berisi analisis struktur dalam novel Pecun Mahakam karya Yatie Asfan Lubis yang mencakup: tokoh dan penokohan, latar, dan alur. Bab III berisi analisis perilaku negatif dalam novel Pecun Mahakam Karya Yatie Asfan Lubis. Analisis perilaku negatif didasarkan pada sikap-sikap dan tindakan-tindakan. Bab IV berisi penutup yang mencakup: kesimpulan dan saran.

  

BAB II

ANALISIS STRUKTUR DALAM NOVEL PECUN MAHAKAM

KARYA YATIE ASFAN LUBIS

Pada bab II ini, penulis akan membahas struktur dalam novel Pecun Mahakam

  karya Yatie Asfan Lubis, yang meliputi: tokoh dan penokohan, latar, dan alur. Tokoh dan penokohan dibagi menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.

  Keberadaan tokoh utama sangat mempengaruhi perkembangan plot cerita, sedangkan keberadaan tokoh tambahan hanya sebagai figuran dalam cerita.

  Latar dibagi menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Sedangkan alur dianalisis melalui tahapan alur, yaitu: tahap penyituasian (situation), tahap pemunculan konflik (generating circumstances), tahap peningkatan konflik

  (rising action), tahap klimaks (climax), dan tahap penyelesaian (denouement).

  Penulis menganalisis struktur dalam novel Pecun Mahakam karya Yaite Asfan Lubis bertujuan untuk membantu penulis dalam menganalisis perilaku negatif.

  2.1 Tokoh dan Penokohan Tokoh utama dalam novel Pecun Mahakam karya Yaite Asfan Lubis adalah

  Oditta. Tokoh Oditta memegang peran penting dan mendominasi isi cerita. Tokoh Oditta merupakan tokoh yang paling banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh lain.

  Tokoh tambahan dalam novel ini Pecun Mahakam karya Yatie Asfan Lubis, yaitu: Damar, Benno, Raden Ayu Lastri Sasongko, Tuan Lasmono, Nyonya Lasmono

  Dolog, Danny, Wesly, Mas Wartawan, Della, oom Melky, Trida, Yasmine, dan Keke Rinjani.

  2.1.1 Oditta Oditta adalah seorang gadis yang berprofesi sebagai pelacur. Berparas cantik dan ia menjadi primadona pecun Mahakam sehingga para lelaki hidung belang menjulukinya sebagai primadona Mahakam. Oditta yang memiliki nama samaran “Melody” begitu bangga dijuluki sebagai primadona Mahakam meskipun tidak memiliki keunggulan dalam bidang akademik. Oditta tetap percaya diri meskipun dia tidak terlalu pandai. Kemampuan dalam bidang seksnya membuat dia merasa berharga. Rivalnya cukup banyak, tetapi ia mampu menjadi primadona para lelaki hidung belang. Ia juga suka merokok.

  (1) Gadis cantik primadona pecun Mahakam itu melambaikan tangan “Mereka itu… semua lelaki itu, serius menjuluki diriku, primadona Mahakam… aku jadi bangga karenanya… bayangkan, rivalku cukup banyak di sini… ada Wesly, Viri, Harni, Tatat, Kotje, Debby… dan masih banyak lagi. Mungkin karena aku pintar melayani mereka dan membuatnya merasa menjadi lelaki yang paling istimewa… I make

  them feel soooo good,”

  Oditta mengepulkan asap rokoknya (Lubis, 2004: 11, 12). (2) “Itu… mereka-mereka pada geblek semua… mereka tidak punya “ilmu kepit-mengepit” seperti yang gua miliki… gua kagak nyesel jadi orang

  pin-pin bo

  … mereka ngeledek, gua ini primadona pintar-pintar bodo… yang penting gua ini primadonanya pecun mahakam… coba bilang ama gua sekarang juga… siapa cowok yang kagak kenal Melody sang Primadona… yang pinter membuat semua lelaki mabok kepayang setiap mencicipi selangkangannya… coba bilang…”(Lubis, 2004: 35). …

  Melody, itu nama samaran Oditta, memang cantik luar biasa (Lubis, 2004: 36).

  (3) Tapi Odit tak pernah berkecil hati. Karena ia menyadari walaupun otaknya tidak encer, ia punya kemampuan lain yang membuatnya begitu berharga (Lubis, 2004: 31). Meskipun Oditta berprofesi sebagai pelacur yang melayani banyak lelaki hidung belang, ia tetap ingin memiliki seorang pacar. Ia pun menganggap Benno sebagai kekasihnya, padahal Benno sudah mempunyai tunangan.

  (4) …Jadi gua sekarang mau bercinta ame pacar gua… Benno… Benno… Benno… let’s make love… (Lubis, 2004: 14). Oditta tidak menyukai atau mencintai sekolah, bahkan ia benci dengan sekolah. Ia malas melanjutkan kuliah dan setelah lulus SMU nanti, ia hanya akan mengikuti les-les. Ia membenci beberapa mata pelajaran karena ia merasa bosan dengan kehidupan di sekolahnya, kehidupan untuk menuntut ilmu atau belajar.

  (5) Sambil mencium tangan Bude kesayangannya, Oditta menggerutu, “De… aku benci sekolah… pokoknya kalau lulus SMU nanti, Odit mau les-les aja… males kuliah… (Lubis, 2004: 29).

  (6) ”Mereka bisa saja berkomentar macam itu… memang gua paling sebel sama pelajaran matematika, sejarah, bahasa Jerman… gua bisanya cuma Heil hitler ich liebe dich…pokoknya gua bosen sekolah, “Oditta menahan napas dan melanjutkan ocehannya (Lubis, 2004: 35). (7) “De… ‘kan sudah sering Odit bilang… utek Odit ini sudah cape dari hari ke hari sejak umur lima tahun dulu sekolah melulu… enggak pernah santai…” keluh Oditta (Lubis, 2004: 113). (8) “Dua bulan lagi… tapi Odit udah buosen belajar… muak lihat buku” (Lubis, 2004: 114).

  Usianya baru 15 tahun. Di tempat ia sekolah, mulai dari satpam sekolah, tukang kebun sampai guru-guru mengenal Oditta. Meskipun tidak pernah menjadi juara kelas, nilai rapornya tidak jelek atau merah. Ia tergabung dalam sebuah geng yang bernama “Tax D’abo Girls” yang artinya lima cewek cantik, yang terdiri dari,

  (9) Gadis berusia 15 tahun itu memang pintar menyenangkan hati orang disekitarnya. Siapa sih yang tidak kenal Oditta? Mulai dari satpam sekolah, tukang kebun, kelompok guru dari yang jinak, sampai yang galak, semua kenal murid yang terbilang tidak terlalu pintar itu. Maklum Odit tidak pernah jadi juara kelas. Tapi rapornya pun tak pernah kebakaran warna merah. “Gua itu kagak pintar, juga kagak bodo… sedeng-sedeng aja dah…” ucapnya berulangkali di depan anggota gangnya “Tax D’abo Girls” yang artinya lima cewek cantik. Melly, Deasy, Lany, Melvy, Oditta, beken di sekolah sebagai “si lima sekawan yang cantik jelita (Lubis, 2004: 30).

  Ia selalu berbeda pendapat dengan kedua orang tuanya. Ia merasa disudutkan dan dibeda-bedakan oleh orang tuanya. Orang tua Oditta sering membanding- bandingkan kemampuan berpikir kakaknya yang pandai dan Oditta yang bodoh. Odita merasa tidak diperhatikan oleh orang tuanya yang selalu sibuk bekerja di luar dan Oditta pun lebih senang menginap di rumah budhenya dan lebih memilih tinggal bersama budhenya.

  (10) “Iyya… tapi Odit selalu bentrok sama papa, mama! Gak tahu cara ngomongnya! Odit baru bilang satu kalimat, papa dan mama langsung nyerocos sampai berjam-jam… Odit selalu disudutkan. Katanya Odit kok tidak seperti Mbak Prita, pinter, prigel… Odit kok mlempem di sekolah tidak seperti Lorris, yang pinter…” (Lubis, 2004: 114). Sebenarnya, Oditta menyadari bahwa seorang pelacur adalah seorang yang hina, tetapi Oditta sangat menikmati pekerjaannya. Ia merasa profesinya sebagai pelacur adalah pekerjaan yang paling cocok untuknya. Ia bisa mendapatkan uang hanya dengan melayani para lelaki hidung belang.

Dokumen yang terkait

KONFLIK BATIN TOKOH BASRI DALAM NOVEL KETIKA LAMPU BERWARNA MERAH KARYA HAMSAD RANGKUTI (ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA) Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 1 93

GAYA HIDUP POSMODERN TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL MATA MATAHARI KARYA ANA MARYAM SEBUAH TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 0 108

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

0 0 144

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

0 2 125

TEKANAN BATIN TOKOH PANCE DALAM NOVEL TOPENG JERO KETUT KARYA SUNARYONO BASUKI KS TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 0 71

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

0 0 92

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Ilmu Sejarah

0 0 191

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 0 139

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia

0 0 97

LESBIAN “BUTCHIE” DALAM NOVEL LESBIAN LAKI-LAKI KARYA DEOJHA SEBUAH KAJIAN EKSPRESIVISME DAN PSIKOLOGI SASTRA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 1 114