STUDI KESESUAIAN ANTARA KURIKULUM SPEKTRUM 2008 SMK TEKNIK PEMESINAN DENGAN KEBUTUHAN KOMPETENSI DI BENGKEL PEMESINAN DI SURAKARTA | Wahnuri | Jurnal Nosel 8149 17084 1 SM

STUDI KESESUAIAN ANTARA KURIKULUM SPEKTRUM 2008 SMK
TEKNIK PEMESINAN DENGAN KEBUTUHAN KOMPETENSI DI BENGKEL
PEMESINAN DI SURAKARTA
Wahyu Wahnuri, Bambang Prawiro, Danar Susilo Wijayanto
Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan, FKIP,
UNS Kampus UNS Pabelan Jl. Ahmad Yani 200, Surakarta, Tlp/Fax (0271) 718419
e-mail: wwahnuri@gmail.com
Abstract
The objective of this research was to determine the suitability between
spectrum curriculum 2008 SMK machinery engineering and competency needed on
production engineering workshop in Surakarta. This research belonging to evaluation
research used descriptive qualitative research study. The result of this study are : (1)
competency profile of production machine operators in production engineering
workshop at Surakarta are varieties, from the results of the study can be concluded that
the design of DKK and KK Mechanical Machining Skills Competency declared to
represent the competencies needed to become a production machine operator. There
are several additional competencies that are considered by the industry namely includes
personal competence discipline, work ethic, work spirit, enthusiasm for learning,
honest, never give up, responsibility, and competence in the field of machining itself. (2)
Mapping the suitability of basic competence DKK and KK Competency of Technical
Skills Machining with competence profile of production machine operators in

production engineering workshop Surakarta declared appropriate. With namely details
of DKK Competency Technical Skills Machining declared low of 40.10%, and KK
Mechanical Machining Skills Competency declared quite high at 60.72%.
Key words: relevance, competence of production machine operators, competence SKKD
machining engineering skills.

A. PENDAHULUAN
Menurut Undang-Undang Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
“Pendidikan
Kejuruan
merupakan
pendidikan
yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat
bekerja dalam bidang tertentu”. Oleh
karena
itu,
pendidikan

kejuruan
merupakan bagian dari sistem pendidikan
yang mempersiapkan seseorang agar lebih
mampu bekerja pada satu bidang
pekerjaan
tertentu
dan
mampu
berkompetisi di pasar nasional dan global,
salah satunya bidang pemesinan. Sesuai
dengan visi dan misi Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) yaitu: ”menghasilkan

lulusan yang mampu berkompetisi di
pasar nasional dan global”.
Tinggi rendahnya keterserapan
Sumber Daya Manusia (SDM) akan
berkaitan dengan dunia pendidikan,
karena dunia pendidikan merupakan
penyedia SDM bagi dunia kerja. Data dari

Badan Pusat Statistik (BPS) angka
pengangguran di Indonesia tercatat 117,4
juta pengangguran pada Agustus 2011
(BPS, 2011). Hal ini merupakan indikator
rendahnya penyerapan tenaga kerja oleh
dunia kerja serta masih kurangnya kualitas
SDM di Indonesia.
SMK sebagai lembaga yang
mempersiapkan lulusan siap kerja justru

1

sebaliknya. Angka pengangguran tertinggi
kedua berdasarkan pendidikan didominasi
oleh lulusan SMK. Di Indonesia,
berdasarkan Badan Pusat Statistik atau
BPS pada agustus 2011 bahwa :
“Pengangguran
terbuka
didominasi

lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA)
sebesar 10,66 %, SMK 10,43 %, lulusan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) 8,37
%, Perguruan Tinggi 8,02 %, Diploma
7,16 %, dan lulusan Sekolah Dasar (SD)
3,56 % dari jumlah penganggur“. Melihat
dari fenomena ini, terdapat beberapa
faktor yang menyebabkan hal tersebut
terjadi, di antaranya kompetensi lulusan
SMK yang belum relevan dengan
kebutuhan dunia kerja atau dunia industri.
Bambang Sudibyo,
Menteri
Pendidikan Nasional periode 2005/2009,
dalam pembukaan Lomba Keterampilan
Siswa SMK Tingkat Nasional XVI di
Makassar (24/6/2008) menyatakan bahwa:
”Kebijakan
pendidikan
menengah

diarahkan pada meningkatnya proporsi
SMK dibanding SMA”. Departemen
Pendidikan
Nasional
mengharapkan
perbandingan SMK dan SMA pada 2010
menjadi 50:50 dan pada 2015 rasio
perbandingan SMK dengan SMA menjadi
70:30.
Lembaga yang berpotensi untuk
mempersiapkan SDM yang dapat diserap
oleh dunia kerja salah satunya adalah
SMK, karena materi teori dan praktik
bersifat aplikatif yang diberikan sejak
dini, dengan harapan lulusan SMK
memiliki kompetensi sesuai dengan
kebutuhan dunia kerja. Akan tetapi,
dengan melihat data di atas, SMK yang
diharapkan mampu menghasilkan lulusan
yang mampu di serap didunia kerja

ternyata masih mendominasi daftar
pengangguran di Indonesia, bahkan di
Surakarta mencapai 20,38% (Badan Pusat
Statistik
Surakarta).
Melihat
dari
fenomena ini, terdapat beberapa faktor
yang menyebabkan hal tersebut terjadi,
diantaranya adalah belum sesuainya

kompetensi yang diajarkan di SMK
dengan apa yang dibutuhkan di dunia
kerja. Lulusan SMK yang belum memiliki
kompetensi yang sesuai, khususnya antara
kompetensi yang diharapkan di dunia
kerja dengan kondisi kebutuhan tenaga
kerja dari beberapa perusahaan maupun
industri merupakan suatu permasalahan
tersendiri bagi SMK di Kota Surakarta.

Fokus masalah yang ingin
dipelajari pada penelitian ini adalah
kesesuaian antara Dasar Kompetensi
Kejuruan (DKK) dan Kompetensi
Kejuruan (KK) SMK Kompetensi
Keahlian Teknik Pemesinan dengan
kebutuhan kompetensi dunia kerja
khususnya operator mesin produksi di
bengkel pemesinan di Surakarta. Hasil
dari peninjauan kesesuaian kompetensi
tersebut selanjutnya dimanfaatkan sebagai
bahan
pengkajian,
perbaikan
dan
penyusunan profil kompetensi profesi
operator mesin produksi untuk SMK
Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan,
sehingga didapatkan lulusan SMK yang
memiliki kompetensi yang sesuai dan

relevan dengan kebutuhan dunia kerja.
Salah satu teori yang mendukung
keberadaan pendidikan kejuruan yaitu
dengan pendekatan satu dari tiga arah
pendidikan, yaitu education for earning
money for life (Charles Prosser), aliran
social efficiency ini mengarahkan para
siswa yang ingin mengembangkan carier
untuk
bekerja
setelah
lulus,
mempersiapkan siswa untuk bekerja
setelah lulus. Selain itu teori yang
mendukung
pembelajaran
dalam
pendidikan kejuruan menurut pendapat
Prosser and Allen (1925), yaitu: (1)
Pendidikan kejuruan yang efektif hanya

dapat diberikan jika tugas latihan
dilakukan dengan cara, alat, dan mesin
yang sama seperti yang diterapkan di
tempat kerja. (2) Pendidikan kejuruan
akan efektif jika individu dilatih secara
langsung dan spesifik. (3) Menumbuhkan
kebiasaan kerja yang efektif kepada siswa

2

akan terjadi hanya jika pelatihan dan
pembelajaran yang diberikan berupa
pekerjaan nyata dan bukan sekedar
latihan.
Dari
orientasinya,
maka
pendidikan kejuruan semestinya dapat
menghasilkan lulusan yang mampu
diserap di dunia kerja.

Permasalahan
yang
sedang
dihadapi oleh SMK di Surakarta di
antaranya masalah tentang belum adanya
kesesuaian antara kompetensi yang
diharapkan dunia kerja terhadap lulusan
sekolah. Contohnya adalah belum dapat
diterimanya lulusan jurusan Kompetensi
Keahlian Teknik Pemesinan di beberapa
bengkel pemesinan di Surakarta dengan
alasan kompetensi yang dimiliki belum
cukup. Bertolak dari permasalahan
pembelajaran
(kompetensi)
dalam
pendidikan kejuruan dan besarnya
pengangguran lulusan SMK.
Rumusan pada penelitian ini
adalah: (1) Bagaimanakah kebutuhan

kompetensi operator mesin produksi di
bengkel pemesinan di Kota Surakarta. (2)
Bagaimanakah kesesuaian DKK dan KK
SMK Kompetensi Keahlian Teknik
Pemesinan dengan kebutuhan kompetensi
operator mesin produksi di bengkel mesin
produksi di Kota Surakarta.
Adapun tujuan penelitian yang
dicapai adalah: (1) Mengetahui profil
kebutuhan kompetensi operator mesin
produksi di bengkel pemesinan di Kota
Surakarta. (2) Mengetahui kesesuaian
DKK dan KK SMK Kompetensi Keahlian
Teknik Pemesinan dengan kebutuhan
kompetensi operator mesin produksi di
bengkel pemesinan Kota Surakarta.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis
penelitian evaluasi. Bentuk dan strategi
penelitian yang digunakan adalah
deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Penelitia ini menggunakan sumber data
utama yaitu informan dari dunia insdustri

yang terdiri dari 3 mandor dan 3 mekanik
dari 3 bengkel di Surakarta.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, wawancara,
studi dokumenter dan angket. Uji validitas
data menggunakan teknik triangulasi data
dan triangulasi metode. Analisis data
penelitian ini menggunakan analisis
interaktif yang dikembangkan oleh HB.
Sutopo, yaitu dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
Reduksi data
Yaitu proses seleksi, pemusatan
perhatian, penyederhanaan dan abstraksi
dari semua jenis informasi yang muncul
dan tertulis di lapangan. Data angket yang
terkumpul dianalisis secara deskriptif
yaitu:
1. Menjumlahkan skor pada masingmasing butir soal.
Setiap pilihan jawaban pada butir soal
diberi skor yaitu:
Sering
=3
Kadang-kadang
=2
Pernah/sangat jarang
=1
Tidak pernah
=0
2. Menghitung persentase.
Dari data yang terkumpul, dihitung
dengan rumus yaitu:
Dari data yang telah terkumpulkan,
peneliti menggunakan persentase nilai,
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
∑X

%
N=
∑Y
Keterangan:
N = persentase tingkat kebutuhan
X = skor yang terkumpul pada butir
soal
Y = skor maksimal pada butir soal
Untuk analisis kesesuaian, sistem
penilaian tingkat persentase dengan
ketentuan sebagai berikut:
Tidak sesuai = ∑ TP (Tidak Pernah)
Sesuai
= ∑P (Pernah) + ∑KK
(Kadang kadang) + ∑S (Sering).

3. Mengubah hasil persentase menjadi
data deskriptif

3

Pencapaian 0% s/d 39% = sangat rendah
Pencapaian 40% s/d 55% = rendah
Pencapaian 56% s/d 65% = cukup tinggi
Pencapaian 66% s/d 79% = tinggi
Pencapaian 80% s/d 100% = sangat tinggi
Penyajian data
Yaitu
proses
menyusun,
mengorganisasikan, dan mendeskripsikan
informasi dalam bentuk narasi.
Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan
yaitu
langkah penyimpulan dan verifikasi
informasi yang didapat dari langkahlangkah sebelumnya. Dari kegiatankegiatan di atas dapat digambarkan secara
skematis yaitu:
Pengumpulan
Data

Sajian
Data

Reduksi
Data

Penarikan
Kesimpulan/Verifikasi

Gambar 1 Kema Model Analisis Interaktif
(Sutopo, 2006: 120)
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa profil kebutuhan kompetensi
operator mesin produksi di bengkel
pemesinan di Kota Surakarta sangat
beragam. Tingkat kesesuaian antara
kurikulum Spektrum 2008 SMK Teknik
Pemesinan dengan kebutuhan kompetensi
di bengkel Pemesinan dinyatakan kurang
sesuai pada kompetensi DKK, sedangkan
untuk KK sudah cukup sesuai. Hasil
keseluruhan penelitian khususnya untuk
check list penelitian menunjukkan bahwa
DKK bidang studi keahlian Teknik Mesin
dinyatakan rendah yaitu rata-rata 40,1 %.
Berikut persentase kesesuaian DKK

dengan kebutuhan kompetensi di bengkel
pemesinan di Surakarta:
100,0%
90,0%
80,0%
70,0%
60,0%
50,0%
40,0%
30,0%
20,0%
10,0%
0,0%
DKK 1

DKK 2

DKK 3

DKK4

DKK 5

1

33,3%

5,56%

27,80%

83,30%

94,40%

2

33,30%

5,56%

27,80%

77,80%

94,40%

5,56%

16,70%

38,90%

3
4

16,70%

50%

5

27,80%

44,40%

6

38,90%

Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK)

Gambar 1. Persentase Kesesuaian DKK
SMK Teknik Pemesinan dengan
Kebutuhan Kompetensi di Bengkel
Pemesinan di Surakarta
tersebut
menunjukkan
Gambar
1
perbedaan kebutuhan kompetensi operator
mesin produksi di bengkel pemesinan di
Kota Surakarta untuk kajian DKK
Program Studi Keahlian Teknik Mesin.
Hal ini mengindasikan bahwa perbedaan
tersebut merupakan fenomena yang
memperlihatkan keberagaman kebutuhan
kompetensi dimana dunia pendidikan
khususnya
SMK
harus
selalu
memperhatikan hal tersebut untuk
pemenuhan
kualitas
lulusan
yang
dihasilkan. Untuk kesesuaian KK dengan
kebutuhan kompetensi di bengkel
pemesinan di Surakarta menunjukkan
persentase yang cukup tinggi yaitu 60,7%.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa
perencanaan
kompetensi
dasar
Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan
yang termaktub pada Lampiran Keputusan
Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan
Nasional
Nomor:
251/C/KEP/MN/2008 Tentang Spektrum
Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan
sudah cukup sesuai dengan kebutuhan
kompetensi operator mesin produksi.

4

120,00%
100,00%
80,00%

60,00%
40,00%
20,00%
0,00%

KK 9

KK 10

KK 15

KK 16

KK 17

1 83,30% 56,60% 83,30% 55,60% 44,40% 72,20% 88,90% 88,90%

KK 1

100%

100%

55,60% 61,10% 72,20% 55,60%

50%

27,80%

50%

2 83,30% 61,10% 88,90% 61,10% 44,40% 83,30%

100%

100%

61,10% 22,20% 27,80% 38,90%

50%

27,80%

50%

100%

100%

55,60% 22,20% 22,20% 67,70%

50%

27,80%

50%

61,10%

27,80% 44,40% 27,80%

50%

50%

44,40%

3

KK 2

KK 3

61,1% 88,90%

KK 4

KK 5

KK 6

KK 7

50%

KK 8

100,00

88,90%

4

100%

5

6

KK 11

KK 12

KK 13

KK 14

50%

Kompetensi Kejuruan (KK)

Dari hasil penelitian yang
dilakukan, ada beberapa fenomena yang
cukup menarik yaitu pada setiap sub
kompetensi DKK dan KK Kompetensi
Keahlian Teknik Pemesinan yang
memiliki tingkat kepentingan yang
berbeda-beda. Ada beberapa tambahan
kompetensi yang sangat diperhatikan oleh
dunia
industri
yaitu
kompetensi
kepribadian meliputi disiplin, etos kerja,
semangat kerja, semangat belajar, jujur,
pantang menyerah, tanggung jawab, dan
kompeten di bidang pemesinan itu sendiri.
Hal ini menunjukkan bahwa keberagaman
kompetensi operator mesin produksi di
bengkel pemesinan memiliki tingkat
kompleksitas yang cukup tinggi sehingga
para
peserta
didik
tetap
harus
mengembangkan
pengetahuan
dan
keterampilannya walaupun berada di luar
sekolah.
D. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan yang telah diuraikan pada
Bab sebelumnya, maka dapat dibuat
simpulan sebagai berikut: (1) Profil
kompetensi operator mesin produksi di
bengkel pemesinan di Kota Surakarta
sangat beragam, bahwa perancangan
kompetensi DKK Kompetensi Keahlian
Teknik Pemesinan dinyatakan kurang
mewakili kompetensi yang dibutuhkan
untuk menjadi seorang operator mesin

produksi, sedangkan untuk KK sudah
cukup mewakili. Ada beberapa tambahan
kompetensi yang sangat diperhatikan oleh
dunia
industri
yaitu
kompetensi
kepribadian meliputi disiplin, etos kerja,
semangat kerja, semangat belajar, jujur,
pantang menyerah, tanggung jawab, dan
kompeten di bidang pemesinan itu sendiri.
(2)
Kesesuaian
kompetensi
DKK
Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan
dengan profil kompetensi operator mesin
produksi di bengkel pemesinan di Kota
Surakarta dinyatakan kurang sesuai,
sedangkan untuk KK sudah cukup sesuai,
dengan rincian DKK Kompetensi
Keahlian Teknik Pemesinan dinyatakan
rendah yaitu 40,10 %, dan KK
Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan
dinyatakan cukup tinggi yaitu 60,72%.
DAFTAR PUSTAKA
Bennie and Newstead. (1999). Dikutip
dari Kajian Kebijakan Kurikulum
Sekolah
Menengah.
(2008).
Departemen
Pendidikan
Nasional Badan Penelitian Dan
Pengembangan Pusat Kurikulum
Tahun 2008. Diperoleh 7 Agustus
2012,
dari
http://www.puskurbuk.net/downl
oads/viewing/Produk_Puskurbuk/
2008/04_+Kajian+Kurikulum/2_
Laporan+Kajian+Pendidikan++
Menengah_2008.pdf/
5

Pengembangan Pusat Kurikulum
Tahun 2008. Diperoleh 7 Agustus
2012,
dari
http://www.puskurbuk.net/downl
oads/viewing/Produk_Puskurbuk/
2008/04_+Kajian+Kurikulum/2_
Laporan+Kajian+Pendidikan++
Menengah_2008.pdf/

Berita Resmi Statistik No. 74/11/Th. XIV,
7 November 2011. Badan Pusat
Statistik.
(2011).
Surakarta.
Badan Pusat Statistik.
Bogdan dan Taylor dalam Moleong L.J.
(2004). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Bugin,

Burhan. 2010. Metodelogi
Penelitian Kualitatif Aktualisasi
Metodelogi Arah Ragam Varian
Kontemporer. Jakarta: Rajawali
Pres.

Charters dan Jones, (1973). Dikutip dari
Kajian Kebijakan Kurikulum
Sekolah
Menengah.
(2008).
Departemen
Pendidikan
Nasional Badan Penelitian Dan
Pengembangan Pusat Kurikulum
Tahun 2008. Diperoleh 7 Agustus
2012,
dari
http://www.puskurbuk.net/downl
oads/viewing/Produk_Puskurbuk/
2008/04_+Kajian+Kurikulum/2_
Laporan+Kajian+Pendidikan++
Menengah_2008.pdf/
Deni Ramdani S. (2012) Relevansi Mata
Kuliah
Berkarya
(MKB)
Konsentrasi Mesin Otomotif pada
Program Studi Pendidikan Teknik
Mesin Universitas Sebelas Maret
Surakarta dengan Kebutuhan
Industri Jasa Otomotif dan
Sekolah Menengah Kejuruan.
Skripsi.
Dipublikasikan,
Universitas
Sebelas
Maret
Surakarta
Fennema dan Franke (1992). Dikutip dari
Kajian Kebijakan Kurikulum
Sekolah
Menengah.
(2008).
Departemen
Pendidikan
Nasional Badan Penelitian Dan

Finch dan Crunkilton dalam Mulyasa
(2004: 38) dikutip dari jurnal
Guperan Sahyar Gani. Peran
Serta Kpid Dalam Perspektif
Pembangunan
Multidimensi
Banua Kalimantan Selatan.
Diperoleh 7 Agustus 2012, dari
http://kalsel.kemenag.go.id/file/fi
le/Jurnal/akgx1359149953.pdf/
Herry,

(1998). Dikutip dari skripsi
Perbedaan
kompetensi
komunikasi antara remaja awal
bilingual
dengan
remaja
monolingual.
Diperoleh
7
Agustus
2012,
dari
http://repository.usu.ac.id/bitstrea
m/123456789/30841/5/Chapter%
20I.pdf

Hargreaves, (1995). Dikutip dari Kajian
Kebijakan Kurikulum Sekolah
Menengah. (2008). Departemen
Pendidikan Nasional Badan
Penelitian Dan Pengembangan
Pusat Kurikulum Tahun 2008.
Diperoleh 7 Agustus 2012, dari
http://www.puskurbuk.net/downl
oads/viewing/Produk_Puskurbuk/
2008/04_+Kajian+Kurikulum/2_
Laporan+Kajian+Pendidikan++
Menengah_2008.pdf/
Imam Budi, (2005). Dikutip dari skripsi
“Studi
analitik
managemen
praktik
kerja
industry
(PRAKERIN) di SMK (studi
kasus
jurusan
rekayasa
perangkat lunak di SMK Negeri 1

6

Cimahi)”
.
Universitas
pendidikan indonesia. Diperoleh
7
Agustus
2012,
dari
http://repository.upi.edu/operator/
upload/s_adp_0703876_chapter1.
pdf
Keputusan Direktur Jenderal Manajemen
Pendidikan
Dasar
Dan
Menengah
Departemen
Pendidikan Nasional Nomor :
251/C/Kep/MN/2008
Tentang
Spektrum Keahlian Pendidikan
Menengah Kejuruan. Diperoleh 7
Agustus
2012,
dari
http://www.disdikgunungkidul.or
g/tot_ktsp/BAHAN%20PENUNJ
ANG%20KTSP/Keputusan%20D
irjen%20Mandikdasmen%20tent
ang%20spektrum%20Keahlian%
20Pendidikan%20Menengah%20
Kejuruan.pdf/
Kirk dan Miller dalam Lexy J. Moleong
(2004). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Lampiran Keputusan Direktur Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar
Dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional Nomor
251/C/KEP/MN/2008
Tentang
Spektrum Keahlian Pendidikan
Menengah Kejuruan. Diperoleh 8
Agustus
2012,
dari
http://dc105.4shared.com/downlo
ad/8TzeKCii/lampiran_sk_dirjen
_spektrum_20.pdf?tsid=2012050
1-133446-f48e3b1f
Lincoln dan Gubaca dalam Mulyana
(2005). Metodelogi Penelitian
Kualitatif Paradigma baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial
Lainnya. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Mardiyanto (2010) Tingkat Kesesuaian
antara Materi Ajar Tune Up
Mobil pada Program Keahlian
Teknik Mekanik Otomotif SMK
dengan Bidang Pekerjaan Teknisi
Otomotif di Kota Surakarta.
Skripsi.
Dipublikasikan,
Universitas
Sebelas
Maret
Surakarta
Maxfield, 1930 dalam Nazir, M. (2005).
Metodologi Penelitian. Jakarta:
PT. Ghalia Indonesia.
Moleong
L.J.
(2006). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Dedy. 2003. Metodelogi
Penelitian Kualitatif Paradigma
baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu
Sosial Lainnya. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Nana, S.S. (2007). Metode Penelitian
Pendidikan.
Bandung:
PT.
Remaja Rosdakarya.
Nawawi, Hadawi dan Mimi Martini.
(1996).
Penelitian
Terapan.
Yogyakarta:
Gajah
Mada
University Press.
Nazir, M. (2005). Metodologi Penelitian.
Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.
Nolder (1990) and Snyder dkk. (1992).
Dikutip dari Naskah Akademik
Kajian Kebijakan Kurikulum
SMK. (2007). Pusat Kurikulum
Badan
Penelitian
Dan
Pengembangan
Departemen
Pendidikan
Nasional
2007.
Diperoleh 7 Agustus 2012, dari
http://puskurbuk.net/web/downlo
ad/prod2007/45_Kajian%20Kebij
akan%20Kurikulum%20SMK.pd
f

7

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republiki Ndonesia Nomor 22
Tahun 2006 Tentang Standar Isi
Untuk Satuan Pendidikan Dasar
Dan Menengah. Diperoleh 7
Agustus
2012,
dari
http://akhmadsudrajat.files.wordp
ress.com/2009/04/permendiknasno-22-tahun-2006.pdf
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor
19
Tahun 2005
Tentang Standar
Nasional
Pendidikan. Diperoleh 7 Agustus
2012,
dari
bsnpindonesia.org/id/bsnp/wpcontent/uploads/2013/05/PP.pdf
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun
1990
Tentang
Pendidikan
Menengah. Diperoleh 7 Agustus
2012,
dari
http://www.hukumonline.com/pu
satdata/download/lt4d11a27987b
7f/parent/lt4d11a23e46474
Robets

dan Steven J. Taylor.1993.
Kualitatif
Dasar-Dasar
Penelitian. Surabaya: Usaha
Nasional Surabaya Indonesia.

Salleh F., Noryati Yaakub, & Zaharah
Dzulkifli (2011). The Influence of
Skill Levels on Job Performance
of Public Service Employees in
Malaysia. Jurnal Bussines and
Management Review 1(1): 31-40.
Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2012).
Memahami Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Spradley, dalam susan staindback (1988).
Dikutip dari Ivy Muhajjalina,
(2012).
Evaluasi
Program
pelatihan penyusunan bahan ajar

berbasis TIK dan Balai Latihan
Pendidikan
Kejuruan
(BPPTKPK).
Universitas
Pendidikan Indonesia. Diperoleh
7
Agustus
2012,
dari
http://repository.upi.edu/operator/
upload/s_adp_080046_caphter4.p
df
Sasmito Adi W.A. (2012) Relevansi
Materi
Pembelajaran
Menggambar Teknik Siswa Kelas
XII SMK St. Mikael Surakarta
terhadap Kebutuhan di Industri.
Skripsi.
Dipublikasikan,
Universitas
Sebelas
Maret
Surakarta
Suharto N. (2010). Kesesuaian Standar
Kompetensi KTSP Spektrum 2008
dengan Kebutuhan Industri Jasa
Otomotif Di Surakarta. Skripsi.
Dipublikasikan,
Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Suryabrata, Sumadi. (1997) Metodelogi
Penelitian. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sutopo

H.B. (2006).
Metodologi
Penelitian Kualitatif. Surakarta:
UNS Press

Sutrisno Hadi. (1990). Metode Research.
Yogyakarta. Yayasan Penerbit
Fakultas Psikologi UGM, Tim
Skripsi. (2012). Pedoman
Penulisan Skripsi. Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan UNS.
Undang-Undang Republik Indonesia
No.13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan. Diperoleh 7

8

Agustus
2012,
dari
http://www.pemagangan.com/ne
w/zregulasi/uu13-2003(1).pdf
Undang-undang
Republik
Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Diperoleh 8 Agustus 2012, dari
http://www.inherentdikti.net/files/
sisdiknas.pdf

Uzer Usman, (2007). Dikutip dari skripsi
Upaya
Himpaudi
Dalam
Meningkatkan
Kompetensi
Pedagogik Tenaga Pendidik
Paud
Assaidiyah
Melalui
Pelatihan Di Desa Citapen
Kecamatan
Cihampelas
Kabupaten
Bandung
Barat.
Diperoleh 7 Agustus 2012, dari
http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.i
d/files/2013/01/Jurnal-LaswiGandawati-10030133.pdf/

9